Anda di halaman 1dari 15

TANDA BAHAYA (WARNING SIGN) PADA PERKEMBANGAN

ANAK

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perkembangan Anak
Berkebutuhan Khusus yang diampu oleh Dr. H. Atang Setiawan, M.Pd.

Disusun oleh Kelompok 6:


Agung (2008699)
Fathika Salamah (2009487)
Guchy Falya Maharani (2007126)
Hanif Fathoni (2003955)
Mella Sovianti (2010361)
Rizmah Nabilah (2004120)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2020
TANDA BAHAYA (WARNING SIGN) PADA PERKEMBANGAN ANAK

Setiap anak mengalami berbagai tahapan perkembangan dalam kisaran waktu yang
tidak selalu sama. Meskipun begitu, perlu ada pemahaman dan perhatian yang khusus
mengenai perkembangan seorang anak dalam berbagai aspek untuk mewaspadai
adanya keterlambatan perkembangan pada anak tersebut. Hal tersebut dikarenakan,
ketika seorang anak terlambat atau tidak mampu mencapai tugas perkembangannya
sesuai dengan rata-rata anak seusianya, dikhawatirkan akan terjadi gangguan atau
hambatan yang dialami oleh anak tersebut di kemudian hari.
Oleh sebab itu, di bawah ini merupakan beberapa tanda-tanda bahaya pada
perkembangan anak, baik itu perkembangan motorik, kognitif, bahasa, sosial,
maupun emosi yang perlu dipahami.
1. Perkembangan Motorik
a. Santrock
1) Motorik Kasar
Beberapa tanda bahaya perkembangan motorik kasar pada anak di
antaranya sebagai berikut.
a) Pada usia 5 bulan, bayi masih belum mampu tengkurap, mengangkat
dada, dan menumpu menggunakan tangannya.
b) Bayi masih tidak dapat duduk tanpa bantuan meski usianya sudah
menginjak 8 bulan.
c) Pada usia 15 bulan, anak belum mampu berjalan sendiri dengan mudah.
d) Pada usia 3 tahun, anak tidak dapat melompat atau meloncat dan berlari
ke depan dan belakang.
e) Pada usia sekitar 11 tahun, anak-anak belum dapat melakukan aktivitas
fisik, seperti olahraga di mana seharusnya kebanyakan anak dapat
melakukannya.
2) Motorik Halus
Beberapa tanda bahaya perkembangan motorik halus pada anak di
antaranya sebagai berikut.
a) Pada akhir usia 1 tahun, anak masih belum mampu menggenggam objek
kecil menggunakan tangannya.
b) Pada usia 5 tahun, koordinasi gerak motorik halusnya masih belum
meningkat dari usia sebelumnya.
c) Pada usia 6 tahun, anak-anak masih belum bisa menalikan tali sepatu dan
mengancingkan baju.
b. Hurlock
Menurut Elizabeth B Hurlock (1978 : 150), perkembangan motorik berarti
perkembangan terkoordinasi. Pengendalian tersebut berasal dari perkembangan
refleksi dan kegiatan masa yang ada pada waktu lahir. Sebelum perkembangan
tersebut terjadi, anak akan tetap tidak berdaya. Akan tetapi kondisi
ketidakberdayaan tersebut berlangsung secara cepat. Selama 4 atau 5 tahun
pertama kehidupan pascalahir, anak dapat mengendalikan gerakan yang kasar.
Gerakan tersebut melibatkan bagian tubuh yang luas yang digunakan dalam
berjalan, berlari, melompat, berenang, dan sebagainya. Setelah berumur 5
tahun, terjadi perkembangan yang besar dalam pengendalian koordinasi yang
lebih baik yang melibatkan kelompok otot yang lebih kecil yang digunakan
untuk menggenggam, melempar, menangkap bola, menulis, dan menggunakan
alat.
Adapun, tanda-tanda bahaya pada perkembangan motorik anak, yaitu
sebagai berikut.
1) Pada hari ke lima setelah bayi dilahirkan, belum terdapat tanda tanda
pergerakan kasar pada bayi.
2) Pada usia satu bulan bayi tidak bisa menahan posisi kepala tegak saat
tengkurap.
3) Pada usia dua tahun bayi belum bisa menggunakan sendok buburnya.
4) Pada usia tiga tahun bayi belum bisa memegang benda dengan benar/erat.
5) Pada usia lima tahun anak belum bisa berjalan.
6) Pada masa kanak-kanak akhir, anak bisa berjalan namun tidak bisa berlari.
7) Pada masa remaja, anak masih kaku dalam keterampilan pergerakan otot-
ototnya.
Adapula beberapa tanda bahaya lainnya, baik pada perkembangan motorik
kasar anak maupun motorik halus anak. Pada motorik kasar di antaranya, yaitu:
1) Gerakan yang asimetris atau tidak seimbang misalnya antara anggota tubuh
bagian kiri dan kanan.
2) Menetapnya refleks primitif (refleks yang muncul saat bayi) hingga lebih
dari usia 6 bulan
3) Hiper / hipotonia atau gangguan tonus otot
4) Hiper / hiporefleksia atau gangguan refleks tubuh
5) Adanya gerakan yang tidak terkontrol
Sementara itu, tanda bahaya gangguan motorik halus, di antaranya adalah
sebagai berikut.
1) Bayi masih menggenggam setelah usia 4 bulan
2) Adanya dominasi satu tangan (handedness) sebelum usia 1 tahun
3) Eksplorasi oral (seperti memasukkan mainan ke dalam mulut) masih sangat
dominan setelah usia 14 bulan
4) Perhatian penglihatan yang inkonsisten
c. Denver
Denver II digunakan untuk membantu dalam identifikasi awal
perkembangan terhadap masalah dan penundaan pada anak-anak pra-sekolah,
yaitu usia kurang dari 6 tahun. Menurut studi Sistem Monitoring Perkembangan
Anak Berbasis Denver Development Screening Test (Rahadian K dkk) 307
yang dilakukan oleh The Public Health Agency of Canada, DDST adalah
metode tes yang paling banyak digunakan untuk skrining masalah
perkembangan anak (Nugroho, 2008). Meskipun dapat dilakukan pada anak
dengan usia kurang dari 6 tahun, namun idealnya Denver II dilakukan oleh anak
usia 3 atau 4 bulan, kemudian saat usia 10 bulan dan 3 tahun. Hal ini dilakukan
untuk memudahkan evaluasi perkembangan anak.
Berikut adalah tanda bahaya perkembangan motorik anak berdasarkan
Denver.
1) Umur 3 – 4 bulan
Pada kemampuan motorik kasarnya, bayi belum bisa mengangkat kepala
90 derajat dan belum bisa duduk dengan kepala tegak. Sedangkan, pada
kemampuan motorik halusnya, bayi belum bisa memegang icik-icik dan
tangan belum bisa bersentuhan.
2) Umur 5 – 6 bulan
Pada kemampuan motorik kasarnya, bayi belum bisa menumpu beban
pada kaki, belum bisa mengangkat dada dan menumpu pada lengan, dan
belum bisa membalikkan badan. Sedangkan, pada kemampuan motorik
halusnya, bayi belum bisa meraih sesuatu dan belum bisa mengamati manik-
manik.
3) Umur 9 – 12 bulan
Pada kemampuan motorik kasarnya, bayi belum bisa duduk tanpa
pegangan, belum bisa bangkit untuk berdiri, dan belum bisa berdiri selama 2
detik. Sedangkan, pada kemampuan motorik halusnya, bayi belum bisa
menggaruk manik-manik, belum bisa memindahkan kubus, belum bisa
memegang dengan ibu jari dan jari, belum bisa mengambil 2 kubus, dan
belum bisa menyusun dari 2 kubus.
4) Umur 15- 24 bulan
Pada kemampuan motorik kasarnya, anak belum bisa membungkuk,
belum bisa berjalan dengan baik, belum bisa berjalan mundur, belum bisa
lari, dan belum bisa berjalan menaiki tangga. Sedangkan, pada kemampuan
motorik halusnya, anak belum bisa mencoret-coret, belum bisa mengambil
manik-manik yang ditunjukkan, dan belum bisa menyusun 6 kubus.

2. Perkembangan Kognitif
a. Santrock
Menurut Santrock [2007] proses perkembangan merupakan suatu proses
yang bersifat kumulatif. Dengan demikian, perkembangan [kognitif] terdahulu
akan menjadi dasar bagi perkembangan selanjutnya.
Perkembangan anak merupakan topik yang rumit dan memiliki banyak
aspek, namun tidak ada satu teori pun yang dapat menjelaskan seluruh aspek
perkembangan anak. Masing-masing teori menyumbang satu keping penting
bagi puzzle perkembangan anak. Teori-teori tersebut kadang saling
bertentangan, namun banyak informasi dari teori-teori tersebut yang lebih
saling melengkapi daripada bertentangan [Santrock, 2007]
Berikut adalah tanda bahaya pada aspek perkembangan kognitif
1) Pada masa bayi, anak belum mengerti kasih sayang dari orang tua, ditandai
dengan anak selalu ketakutan atau bahkan selalu menangis.
2) Anak usia 2-3 tahun, belum bisa mengenal benda-benda yang mereka raba.
3) Anak usia 3 tahun, belum bisa mengelompokan mainannya menurut bentuk
atau warna.
4) Anak usia 6 tahun, belum bisa mengurus dirinya sendiri.
5) Memiliki IQ yang sangat rendah dibandingkan dengan anak lainnya
b. Hurlock
Menurut Montessori [Hurlock, 1978], anak usia 3-6 tahun adalah anak yang
sedang berada daam periode sensitif atau masa peka, yaitu suatu periode
dimana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan hingga tidak
terhambat perkembangannnya.
Kognitif atau kognisi mempunyai pengertian yang luas mengenai berfikir
dan mengamati. Ada yang mengartikan bahwa kognitif adalah tingkah laku-
tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang
dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan. Selain itu kognitif juga
dipandang sebagai suatu konsep yang luas dan inklusif yang mengacu kepada
kegiatan mental yang terlibat didalam perolehan, pengolahan, organiasi dan
penggunaan pengetahuan.
Berikut adalah tanda bahaya pada aspek perkembangan kognitif
1) Pada masa bayi, tidak terlihat bahwa ia sedang mengamati lingkungan
sekitar.
2) Pada masa bayi, anak tidak bisa mengikuti apa yang diucapkan ibunya.
3) Pada masa kanak-kanak, anak belum bisa membedakan jenis kelamin.
4) Pada masa kanak-kanak, anak tidak bisa menghafal atau mengingat jalan
pulang.
5) Pada masa kanak-kanak akhir, penegetahuan anak tentang dunia luar masih
sangat minim.
6) Pada masa remaja, anak tidak bisa mampu mengingat dengan benar.
7) Perbedaan tingkat intelegensi dengan anak-anak sebayanya.
c. Denver
Salah satu skrining perkembangan yang dapat dipakai adalah skrining
perkembangan menurut Denver yaitu tes Denver II yang merupakan revisi dari
Denver Developmental Screening Test [DDST]. Tes ini merupakan tes
diagnostik atau tes IQ, bukan peramal kemampuan adaptif atau intelektual anak
di masa mendatang, tidak dibuat untuk menghasilkan diagnosis seperti
ketidakmampuan belajar, kesukaran belajar, atau gangguan emosional.
Berikut adalah tanda bahaya pada aspek perkembangan kognitif
1) Anak usia 2-4 bulan, belum menatap muka pemeriksa, memperhatikan
tangannya sendiri.
2) Anak usia 4-6 bulan, anak belum bisa menirukan bunyi, belum bisa
mengamati manik-manik.
3) Anak usia 6-9 bulan, anak belum bisa mengoceh.
4) Anak usia 9-12 bulan, anak belum bisa menirukan kegiatan.
5) Anak usia 12-15 bulan, anak belum bisa mengerti kata.
6) Anak usia 15-18 bulan, anak belum bisa menirukan ibunya menyuapi
boneka.
7) Anak usia 18-24 bulan, anak belum bisa bicara.
8) Anak usia 3 tahun, anak belum mengetahui kegiatan.
9) Anak usia 4 tahun, anak belum menegerti kata sifat.
10) Anak usia 6 tahun, anak belum bisa menghitung.

3. Perkembangan Bahasa
a. Santrock
Menurut Santrock (2008), bahasa adalah suatu system symbol untuk
berkomunikasi yang meliputi fonologi (unit suara), morfologi (unit arti),
sintaksis (tata bahasa), semantik (variasi arti), dan pragmatic (penggunaan)
bahasa. Berikut adalah tandat-tanda bahaya pada perkembangan bahasa anak
menurut Santrock.
1) Pada usia 5 bulan atau lebih, bayi tidak dapat mengerti kata yang diucapkan
orang lain.
2) Pada usia 3-6 bulan, bayi masih tidak berceloteh atau babbling.
3) Pada usia 8 hingga 12 bulan, bayi masih belum mampu menggunakan gestur
tubuh untuk menunjukkan atau memperlihatkan sesuatu.
4) Pada usia 10 hingga 13 bulan, bayi masih belum bisa mengucapkan kata
pertamanya.
5) Pada usia 18 hingga 24 bulan, anak belum mampu mengucapkan 2 kata.
6) Pada usia 12 tahun, anak kesulitan berbicara hingga 200 kata di mana rata-
rata anak seusianya mampu melakukan hal tersebut.
b. Hurlock
Menurut Elizabeth B. Hurlock (1978: 186) perkembangan bahasa anak usia
dini ditempuh melalui cara yang sitematis dan berkembang bersama-sama
dengan pertambahan usianya. Anak mengalami tahapan perkembangan yang
sama namun yang menbedakan antara lain: sosial keluarga, kecerdasan,
kesehatan, dorongan, hubungan, dengan teman yang turut mempengahurinya,
ini berarti lingkungan turut mempengaruhi perkembangan bahasa anak,
lingkugan yang baik maka perkembangan anak akan baik, namun sebaliknya
jika tidak maka anak juga akan ikut dalam lingkungan tersebut. Hal ini lah yang
menjadi tolak ukur atau dasar mengapa anak pada umur tertentu sudah dapat
berbicara, atau pada umur tertentu belum bisa berbicara.
1) Usia 3/4 minggu. Belum dapat mengekspresikan apa yang ia rasakan melalui
tangisan maupun gerakan-gerakan tubuh
2) Usia 2/3 bulan. Belum dapat berceloteh atau mengeluarkan suara-suara
3) Usia 6 bulan. Belum dapat menggabungkan huruf hidup dengan bunyi huruf
mati, seperti “ma-ma, pa-pa”
4) Usia 8 bulan.Belum dapat berbicara dengan benar, seperti “mama, papa”
5) Usia 18 bulan. Belum dapat mengungkapkan kata-kata yang di sertai dengan
isyarat anggota tubuh
6) Pada tahun pertama, bayi belum bisa memberikan isyarat berbicara seperti
bentuk-bentuk prabicara pada umumnya.
7) Usia 2 tahun. Belum dapat mengerti apa yang di katakan orang lain, seperti
memahami perintah-perintah yang diberikan
8) Pada usia 6 tahun, anak masih tidak bisa menyusun sebuah kalimat.
9) Pada masa remaja, anak sering menjauhi kontak sosial dengan orang lain.
c. Denver
1) Pada usia 1-2 bulan
Belum dapat menunjukkan reaksi terhadap bunyi-bunyian, seperti bunyi
bel dan belum dapat mengeluarkan suara seperti “oh/ah”
2) Pada usia 3-4 bulan
Belum dapat tertawa maupun berteriak
3) Pada usia 5-6 bulan
Apabila mendengar suara, anak cendrung cuek dan seperti tidak memiliki
rasa ingin tahu, contohnya tidak menoleh.
4) Pada usia 9-12 bulan
a) Belum dapat menirukan suara-suara yang ia dengar
b) Belum dapat mengoceh
c) Belum bisa berbicara walaupun hanya menyebutkan kata-kata mama/papa
5) Pada usia 15-24 bulan
a) Belum bisa mengucapkan 1 atau 2 kata bahkan 6 kata
b) Belum dapat menunjukkan 2 gambar. Misalnya ketika disuruh
menunjukkan gambar kucing dan ayam ia tidak bisa menemukannya
c) Belum dapat mengkombinasikan kata-kata
d) Belum bisa menyebutkan nama 1 gambar apa yang ia tunjuk. Misalnya ia
menunjukkan gambar kucing, tetapi ia sendiri tidak tahu bahwa yang ia
tunjuk itu merupakan gambar kucing
e) Belum bisa menyebutkan bagian-bagian dari anggota badan
f) Ucapannya belum dapat di mengerti

4. Perkembangan Emosi
a. Santrock
1) Pada masa infancy
Sang anak tidak memunculkan primary emotions pada enam bulan
pertama seperti rasa kaget, ketertarik anak akan sesuatu, kegembiraan, rasa
sedih, rasa takut, atau rasa jijik akan sesuatu yang ia tidak suka. Selain itu,
ada juga self-conscious emotions berupa rasa cemburu, empati, rasa malu,
rasa bangga, atau bahkan rasa bersalah yang seharusnya bisa ia tunjukan,
tidak terjadi.
Menurut Daniel Messinger (2008), bayi mengalami perkembangan dalam
mewujudkan emosinya melalu tersenyum seperti pada 2 sampai 6 bulan
kelahiran senyum sang bayi mengalami perkembangan. Lalu pada bulan ke 6
sampai 12, ia memiliki senyum yang bernama Duchenne marker dan mulut
terbuka ketika tersenyum dengan alasan ia nyaman dalam berinteraksi dan
bermain dengan orang tua. Bagi anak yang memiliki warning sign, biasanya
mereka ‘telat’ dalam melewati masa perkembangan tersebut seperti
Duchenne marker yang harusnya sudah muncul pada bulan ke 6 setelah
kelahiran, tetapi muncul pada bulan ke 7 atau 8.
2) Pada masa early childhood
Sekitar umur 18 bulan, sang anak harusnya sudah bias merasakan rasa
bangga, rasa malu, dan rasa bersalah. Bagi anak yang memiliki warning
sign, mereka biasanya juga bias merasakan hal tersebut tetapi tidak seperti
anak-anak lainnya. Sebagai contoh, ketika sang anak merasa bersalah
seharusnya ada rasa penyesalan yang bisa diekspresikan dengan menangis,
tetapi bagi anak yang memiliki warning sign, ia justru mengekspresikannya
dengan tertawa. Lalu ketika di tempat umum yang mana ia melakukan hal
salah yang menimbulkan rasa malu, ia justru bangga dan tertawa bahkan
mengulangi kembali kejadian tersebut.
3) Pada masa middle and late childhood
Sekitar umur 6 sampai 8 tahun, sang anak mulai mempelajari sudut
pandang orang lain untuk mendapatkan informasi (Robert Selman, 1980).
Lalu pada tahun berikutnya, sang anak mulai menyadari adanya perbedaan
sudut pandang. Bagi anak yang memiliki warning sign, mereka sulit dalam
membedakan sudut pandang dirinya dengan sudut pandang orang lain
dengan alasan bahwa mereka memiliki dunianya sendiri yang mana tidak
bias diganggu oleh orang lain.
b. Hurlock
1) Saat bayi, ia tidak marah ketika dihalang-halangi keinginannya
Kemarahan bayi biasanya timbul ketika ada yang mengganggunya disaat
ia sedang mencoba-coba sesuatu, dihalangi keinginannya, dan tidak
diizinkan mencoba/mengerti sendiri hal yang ia ingin ketahui.
Biasanyakemarahan yang ia tunjukan bias seperti menjerit, meronta-ronta,
menendangkan kaki, mengibaskan tangan, dan memikul atau menendang apa
saja.
2) Saat bayi, ia tidak merasakan takut.
Ketakutan pada bayi biasanya ditimbulkan dari suara keras atau gerakan
mendadak atau mengagetkan menurut bayi atau gerakan tidak lazim yang
membangkitkan rasa takut. Tanggapannya bias berupa tangisan, merengek,
atau menahan napas.
3) Saat bayi, ia tidak merasakan afeksi dari lingkungan sekitar
Pada saat lingkungan mengajak sang bayi bermain, berinteraksi dengan si
bayi, atau bahkan sang bayi yang berinteraksi dan mencari tahu tentang
objek apa yang ingin ia cintai. Biasanya cara sang bayi mengungkapkan
afeksinya ialah dengan cara memeluk, menepuk, dan mencium barang atau
orang yang ia sayangi
4) Saat masa kanak-kanak awal, rasa ingin tahunya berbeda dengan rasa ingin
tahu orang lain
Anak mempunyai rasa ingin tahu terhadap hal-hal yang baru dilihatnya,
juga mengenai tubuhnya sendiri maupun tubuh orang lain. Perbedaan rasa
ingin tahunya berbeda dengan orang lain dapat diartikan di mana sang anak
lebih focus kepada suatu hal sehingga menghiraukan hal lain yang
seharusnya ia sudah ketahui.
5) Saat masa kanak-kanak awal, ia sulit mengekspresikan rasa sedihnya
Anak-anak merasa sedih karena kehilangan sesuatu yang dicintai atau
yang dianggap penting baginya, seperti sesorang, binatang, atau benda mati
seperti mainan. Biasanya sang anak mengekspresikan rasa sedih dengan
menangis dan kehilangan kegiatan normalnya. Ada pula anak yang sulit
mengekspresikan dirinya, mereka bisa bersedih dengan cara tertawa atau
biasa saja karena tidak bisa membedakan rasa sedih ataupun bukan.
6) Tidak ditemukan kondisi tegang pada saat bayi diberi rangsangan dari luar
7) Bayi tidak takut dengan orang asing.
8) Pada masa kanak-kanak, anak sering merasakan ketakutan yang berlebihan.
9) Menginjak masa remaja, anak belum bisa mengontrol emosi.
10) Melakukan tindakan kejahatan di sekolah, sehingga banyak mendapat
masalah.
11) Anak selalu merasa tidak percaya diri.
12) Pada masa remaja, anak masih sering merasa tidak sabaran.
c. Denver
1) Pada usia 3 bulan, bayi masih belum bisa menunjukkan ekspresi senangnya,
seperti membalas senyum seseorang ataupun tersenyum secara spontan
terhadap hal-hal yang seharusnya dapat membuatnya gembira.
2) Pada usia 12 bulan, bayi masih belum menunjukkan reaksi bahagia atau
gembira dan merespon terhadap sesuatu dengan bertepuk tangan.
3) Pada usia 14 bulan, bayi belum mampu menyatakan keinginanan dan apa
yang dirasakannya.

5. Perkembangan Sosial
a. Santrock
1) Bayi tidak menunjukkan ketertarikan terhadap dunia sosial
2) Pada usia sekitar 2 hingga 3 bulan, bayi tidak senang bermain tatap muka
dengan orang lain.
3) Pada usia 14 hingga 22 bulan, anak bertingkah laku tanpa memperhatikan
ekspresi yang ditunjukkan oleh ibunya.
4) Kisaran usia 18 hingga 24 bulan, anak tidak dapat atau tidak menunjukkan
ketertarikan untuk meniru kegiatan nonverbal yang dilakukan oleh orang
lain, seperti melompat dan berlari.
b. Hurlock
1) Pada usia 6 bulan, bayi jarang senyum atau menunjukkan ekspresi
kesenangan lain.
2) Pada usia 9 bulan, bayi kurang bersuara dan tidak menunjukkan ekspresi
wajah.
3) Pada usia 12 bulan, bayi tidak merespon panggilan namanya.
4) Pada usia 15 bulan, belum ada kata yang dapat diucapkan.
5) Pada usia 18 bulan, bayi tidak bisa bermain ‘cilukba’.
6) Pada masa bayi akhir, anak tidak memberikan respon dari rangsangan orang
tua.
7) Pada masa kanak-kanak, anak sering merasa enggan untuk diajak bermain.
8) Anak hanya berdiam diri di dalam rumah, sulit untuk diajak berinteraksi.
9) Anak mendapatkan perlakuan deskriminatif di sekolahnya.
10) Pergaulan anak tidak sesuai untuk anak seusianya.
c. Denver
1) Bayi tidak menunjukkan ketertarikan untuk menatap muka orang yang ada di
depannya.
2) Bayi tidak membalas senyum orang yang ada di depannya.
3) Pada usia 8 bulan, bayi tidak mampu makan sendiri.
4) Pada usia 16 bulan, anak tidak menunjukkan rasa ketertarikan untuk bermain
dengan orang lain.
5) Pada usia 17 bulan, anak masih belum mampu meniru apa yang dilihatnya
atau apa dilakukan oleh orang lain.
6) Pada usia 3 tahun, anak tidak dapat membuka atau memakai bajunya sendiri.
7) Pada usia di atas 3 tahun, anak masih tidak mengenal atau tidak dapat
menyebutkan nama teman-temannya.
DAFTAR PUSTAKA

Santrock, John. W. 2010. Life-span Development. New York: Mc Graw Hill.

Hurlock, Elizabeth. B. 1991. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Indah. 2020. Begini Cara Skrining Perkembangan Anak dengan Tabel Denver II.
https://parenting.orami.co.id/magazine/skrining-perkembangan-anak-dengan-
tabel-denver-ii/ (dikses Online pada Desember 2020).

K., Rahardian, dkk. Sistem Monitoring Perkembangan Anak Berbasis Denver


Development Screening Test.

Anda mungkin juga menyukai