Jawaban :
1. Pengertian Anak dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif menurut para
ahli :
1. Pengertian anak dengan hambatan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hyperaktif
(GPPH) menurut para ahli :
- Santrock (2002) : Menyatakan bahwa GPPH sebagai suatu kelainan berupa
rentang perhatian yang pendek, perhatian mudah beralih dan tingkat kegiatan fisik
yang tinggi.
- Eric Taylor (19920 : Menyatakan GPPH sebagai pola perilaku seseorang yang
menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak menaruh perhatian dan impulsif.
- Frances dan Harold (dalam DSM IV) : membatasi GPPH “……. Is a persistent
pattern of intention and/or hyperactivity-impulsivity that is more frequent and
severe than is typically observedin individuals at a comparable level of
development”. Artinya : GPPH merupakan pola perilaku seseorang yang
ditunjukkan dengan ketidakmampuan memperhatikan, impulsive hiperaktif yang
lebih banyak frekuensinya dibangdingkan dengan teman sebayanya.
Menurut pengertian dari 3 ahli diatas dapat disimpulkan, menurut saya GPPH/
anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas adalah kelainan
yang mengakibatkan pola perilaku seseorang tidak mampu untuk memusatkan
perhatian disertai dengan impulsivitas dan hiperakivitas dan kegiatan yang
berlebihan.
1
GPPH yang membedakan dengan anak lainnya yaitu : tidak perhatian, inpulsif, dan
hyperaktivitas Adapun penjelasannya ialah :
1. Tidak perhatian
Saat menghadapi anak-anak yang menunjukkan gejala ADHD,
sangat jelas terlihat bahwa anak-anak tersebut umumnya memiliiki
kesulitan berkonsentrasi pada tugas-tugas sekolah dan cendrung
berpindah pada satu tugas ketugas yang lain serta cepat kehilangan
motivasi jika tugas tersebut membosankan.
2. Impulsif
Berdasarkan diagnosis, anak-anak ADHD sering dianggap
nakal, karena merek bertingkah tanpa membayangkan atau memikirkan
akibatnya.
3. Hyperaktif
Anak-anak ADHD sering menunjukkan tanda-tanda
hiperaktivitas, termasuk tingkah laku sepertu mengetuk-ngetuk
tangan/kaki bicara berlebihan dan sulit duduk diam lebih dari beberapa
detik.
Referensi : Tryastanti, Yulia.dkk.2020. GANGGUAN PEMUSATAN
PERHATIAN DAN HIPERAKTIF (KONSEP GPH DAN TANDA
SERTA GEJALA ANAK DENGAN GPH (ADHD)/ GANGGUAN
PERHATIAN (ADD).Makalah. FKIP : Pendidikan Khusus, UNTIRTA.
2
Anak GPPH sering cemas, kasar dan tidak peka dimana anak GPPH ini ketika
diberi perinta dia tidak peka sama sekali. Sering cemas dan sering bersifat
kasar ke teman-temannya seperti memukul, melemparkan mainan ke temanya.
3) Tidak dewasa, tertekan
Anak GPPH sering juga bersikap tidak dewasa dan tertekan. Anak terlihat
memiliki tekanan. Tidak dewasa dalam menghadapi suatu masalah, inginnnya
menang sendiri.
4) Harga diri rendah
Anak GPPH sering merasa bahwa harga dirinya rendah, anak sering memiliki
perasaan tidak berharga, dan tidak berarti. Sikap ini juga berhubungan dengan
terjadinya kecemasan dimana anak sering merasa tidak percaya diri.
5) Membuat ramai
Anak GPPH juga sering membuat keramaian, contohnya ketika anak-anak
lain sedang duduk tenang dalam suatu kegiatan belajar mengajar maka anak
GPPH ini mala menimbulkan kegaduhan miusalnya dengan cara lari-larian
tidak bisa duduk diam dikursinya, memukul-mukul meja, mengganggu teman-
temannya.
6) Tidak berpikir panjang
Anak GPPH juga suka tidak berpikir panjang atau biasa disebut impulsif, dia
melakukan sesuatu tanpa berpikir terlebih dahulu, tidak memikirkan
akibatnya. Contohnya anak melakukan hal-hal yang konyol atu tidk pantas
untuk mendapat perhatian, sering nyeletuk ketika guru sedang menjelaskan
sesuatu saat kegiatan belajar mengajar,
7) Sering berperilaku tanpa perasaan
Anak GPPH juga sering berperilaku tanpa perasaan. Sering mengganggu
teman-temannya samapi menangis, dengan memukul, menendang, maupun
berkata yang menyakiti perasaan temannya.
8) Tidak mau menunggu giliran
Anak GPPH juga sering tidak mau menunggu giliran, dimana ketika
seharusnya mengatre anak GPPH tidak sabar dan ingin mendahului temannya.
3
Referensi : Nugraha, Estu Dharma. Dkk.2020. DAMPAK GPPH
TERHADAP AKADEMIK, INTERAKSI SOSIAL, DAN PERILAKU
ADAPTIF. Makalah. FKIP : Pendidikan khusus, UNTIRTA.
2. Kebutuhan belajar
Tin Suharmini (2005: 218) menjelaskan beberapa usaha yang dapat dilakukan
oleh guru dalam menangani siswa hiperaktif adalah sebagai berikut:
5
1. Siswa dipilihkan tempat duduk yang sulit untuk keluar masuk. Ruangan
pembelajaran harus tenang dan tidak bising.
2. Rangsangan yang berpengaruh meningkatkan perilaku hiperaktif siswa
dikurangi atau dihilangkan, sebaliknya rangsangan yang dapat mengurangi
perilaku hiperaktif ditingkatkan.
3. Ruangan tidak menggunakan warna yang menyolok, seperti merah, kuning,
dan pink. Warna yang tidak menyolok akan meningkatkan kesejukan,
sehingga dapat membantu usaha untuk mengurangi perilaku hiperaktif.
4. Menciptakan lingkungan yang terstruktur, yaitu dengan membuat aturan
dengan hukuman. Jika siswa melakukan pelanggaran aturan, maka akandiberi
hukuman, dan jika siswa melakukan perilaku sesuai aturan maka guru akan
memberikan hadiah.
5. Bekerja sama dengan orang tua dan keluarga siswa. Guru perlu melakukan
home visit dan menjalin persahabatan dengan keluarga siswa hiperaktif.
6. Memberitahu masalah siswa hiperaktif di sekolah kepada orang tua, baik
secara lisan maupun tertulis. Selain itu, guru hendaknya meminta orang tua
untuk bersikap tegas dan disiplin dengan petunjuk guru.
7. Mengajak siswa hiperaktif untuk bersikap disiplin. Berdoa sebelum dan
sesudah pelajaran.
8. Bersikap tegas dan mengawasi dengan ketat saat melaksanakan perbaikan
perilaku siswa hiperaktif.
9. Memberikan reinforcement (penguat) baik positif maupun negatif atau
diberikan reward (hadiah) dan punishment (hukuman) pada setiap langkah
perbaikan perilaku hiperaktif. Hukuman yang diberikan hendaknya bersifat
edukatif.
1. Akomodasi
6
Akomodasi berkaitan dengan berbagai hal yang mempermudah siswa
hiperaktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Guru dapat mengubah
kondisi atau memodifikasi kelas sesuai dengan kebutuhan untuk membantu
siswa hiperaktif dalam belajar. Beberapa akomodasi tersebut adalah:
2. Instruksi
Metode atau teknik yang digunakan oleh guru dalam mengajar siswa
hiperaktif di dalam kelas itu yang disebut dengan Instruksi atau petunjuk.
Beberapa teknik yang dapat membantu siswa hiperaktif untuk fokus dan
meningkatkan konsentrasi saat pembelajaran digolongkan pada saat: memulai
pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan mengakhiri pembelajaran (A. Dayu
P., 2013:107).
3. Intervensi
b. Latihan memperhatikan
Referensi :
1. https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.mercubuanayogya.ac.id/1011/4/B
AB_II.pdf&ved=2ahUKEwjBirH0mePtAhXGfH0KHRYDV8QFjACegQIEx
AF&usg=AOvVaw2hXdoAhKgLh3d7XnHR9JOX&cshid=1608696011627
2. https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.umm.ac.id/41375/3/BAB
%2520II.pdf&ved=2ahUKEwj7lJCEnePtAhXS63MBHfHMDZ0QFjAAegQI
ARAB&usg=AOvVaw1mV9YchtSA1IMzjwjYY_RR
7
3. Referensi : Fajaroh, Nur Fitriah.dkk.2020. Layanan Pendidikan untuk Anak
Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas. Makalah.FKIP :
Pendidikan Khusus, UNTIRTA
AMERICAN
AMERICAN OSYCHIATRIC
OSYCHIATRIC WANG
WANG et
et al.
al. 1992
1992
ASSOCIATION
ASSOCIATION
PINEDA
PINEDA D.,
D., et
et al.
al. 1999
1999 SAPUTRO
SAPUTRO D.,
D., 2014
2014
1994
1994 2000
2000 1%-29,2%
1%-29,2%
PADA
PADA UMUMNYA
UMUMNYA ANAK
ANAK JAKARTA
JAKARTA :: ANAK
ANAK SD
SD
SEKOLAH (3%-10%)
SEKOLAH (3%-10%) (26,2%). PROPORSI
(26,2%). PROPORSI
TERBESAR
TERBESAR TIDAK
TIDAK
MAMPU
MAMPU MEMUSATKAN
MEMUSATKAN
PERHATIAN
PERHATIAN (15,9%)
(15,9%)
AMERIKA
AMERIKA :: AMERIKA
AMERIKA :: 33 –– 77 dari
dari 100
100 anak
anak
ANAK
ANAK 3%-
3%- sekolah,
sekolah, menderita
menderita GPPH.
GPPH. IniIni
5%
5% berarti
berarti bahwa
bahwa pada
pada 40
40 murid
murid
dalam
dalam satu kelas, minimal satu
satu kelas, minimal satu
orang
orang mengalami
mengalami GPPH.
GPPH.
b. Prevalensi GPPH di Indonesia dapat dijelaskan dalam mind mapping di bawah ini :
8
PREVALENSI GPPH SECARA
PREVALENSI GPPH SECARA
NASIONAL
NASIONAL
YOGYAKARTA PADANG
YOGYAKARTA PADANG
NIVIANA et al.1
LALUSU et al.9
SISWA TK :
SISWA TK : SAPUTRO : 2014 8%
0,4% 8%
0,4% (DSM_IV)
9
PREVALENSI ANAK DENGAN GPPH BAIK SECARA NASIONAL
MAUPUN INTERNASIONAL.
6. Masalah dalam bidang sosial, karena anak GPPH suka impulsive terkadang
anak GPPH itu tidak bisa memberikan respons yang sesuai terhadap
rangsangan, Beberapa Anak GPPH juga bisa menjadi seorang anak yang
pemalu dan tidak percaya diri merasa rendah diri. Anak GPPH juga terkadang
melakukan hal yanv tidak dapat di diga, merka melakukan suatu kegiatan
sesuai keinginan mereka sendiri tanpa memperdulikan lingkungan sekitarnya,
Anak dengan GPPH seringkali mengalami kesulitan berhubungan dengan
teman sebaya. Karena anak suka usil dan menganggu seringkali anak dijauhi
teman-temannya. Tetapi ada juga anak GPPH yang suka menyendiri. Anak
dengan GPPH juga seringkali tidak mengindahkan norma sosial yang berlak di
masyarakat.
b. Masalah emosional Anak dengan GPPH seringkali merasa frustrasi dan
terlihat tidak bahagia. Anak GPPH yang tidak ditangani dengan baik seringkali
memiliki kepercayaan diri yang rendah. Anak mudah menyerah, dan tidak mau
mencoba lagi, merasa dirinya bodoh Mereka sering mengalami kegagalan, oleh
karena itu mereka merasa tak adekuat, nakal dan malas. Anak sering mencari
perhatian / sensasi , menekan anak-anak lain, memeancing anak lain untuk
berkelahi dengannya.
c. Masalah Konflik dalam keluarga, Orang tua dapat menjadi frustasi dalam
usahanya untuk memahami atau menolong anaknya. Orang tua seringkali tidak
biusa menerima kedaan anaknya sehingaa saling menyalahkan anata suami dan
istri. Orang tua akan merasa malu terhadap keadaan anaknya, Sulit bagi
orangtua untuk menerima kenyataan bahwa mereka memiliki anak dengan
GPPH. Orang tua akan meraasa frustasi dan menyalahkan diri sendiri atas
tingkah anaknya yang tidak dapat dikendalikan. sikap anaknya. Butuh waktu
untuk menerima dan belajar untuk mengatasi perasaan ini.
10
Perbedaan pendapat dalam membesarkan anak GPPH juga sering terjadi
kepada orang tua anak dengan GPPH. Misalnya suami mengatakan harus
dilakukan dengan tegas tetapi sang istri berbeda pendapat mengatakan bahwa
harus dengan sikap pengertian dan permisif.. Adik dan kakak akan mengalami
kesulitan dalam berhubungan dengan saudara mereka yang menderita GPPH,
khususnya jika mereka tidak memahami mengapa saudaranya berlaku seperti
itu. Mereka mungkin saja marah terhadap orangtua tentang standar ganda:
”Kenapa kalau dia melakukannya tidak terkena hukuman, sedangkan ketika
saya melakukannya, saya dihukum?” Anak yang lain mungkin akan merasa
bersalah. Mereka selalu diperintah agar lebih pengertian dan menerima,
sementara itu mereka merasa marah dengan kelakuan saudara mereka serta
perhatian dari orangtua yang berlebihan.
Referensi : Referensi :
7. Sebagai seorang guru dan dihapakna dengan anak dengan gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktivitas yang akan saya berikan terhadap kebutuhan belajar
anak GPPH yaitu yang pertama saya akan mengassement dulu anak dengan
GPPH ini untuk mengethaui kebutuhan apa yang dibutuhkan bisa dengan
mewawancarai orang tuanya dan Langkah-langkah assesmen pada umumnya,
setelah mengetahui apa kebutuhan anak saya akan menentukan metode dan
layanan apa saja yang dibutuhkan anak, suasanan belajar seperti apa yang
cocok untuk anak GPPH, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan
kebutuhan belajar anak deengan GPPH saya akan usahakan memberikan
pelayanan yang terbaik untun anak.
11
12