Anda di halaman 1dari 10

HIPERAKTIF

KELOMPOK 1

AI SAPUROH 2110101219 ANSELINA KOMERA 2110101229


IMAGHRISA NURATHOHIROH 2110101220 DEVI ADELIA 2110101231
RITA AFRIANI 2110101221 ENDAH NUR FITRIANI 2110101233
RESTU UTAMI 2110101224 RISFINA AULIA DAHNIAR 2110101235
TITIN MALADEWI 2110101225 SILVIA MONIKA 2110101236
ROSI ASTUTI 2110101227 INDRIANI TARMUN 2110101238
PENGERTIAN HIPERAKTIF

Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian


dengan hiperaktivitas (GPPH) dengan memiliki gejala utama yang tampak dalam
perilaku seorang anak, yaitu interaksi, hiperaktif dan impulsive. Kondisi ini juga
disebut sebagai gangguan hiperkinetik (Tristanti at all, 2020).

ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau dalam
Bahasa Indonesia disebut Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas
(GPPH).

Kita membicarakan attention deficit (kekurangan pemusatan perhatian) karena


anak-anak ini mengalami kesulitan untuk melakukan pemusatan perhatian terhadap
tugas- tugas yang diberikan kepada mereka. Sekalipun mempunyai motivasi yang
baik, namun mereka sangat sulit untuk mengerjakannya, dan kalaupun
mengerjakannya maka mereka menghabiskan banyak tenaga bila dibandingkan
dengan anakanak lainnya (Tristanti at all, 2020).
Gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktifitas Masalah ADHD akan terlihat
tersebut paling tidak muncul dengan jelas ketika pihak sekolah
di 2 tempat (misalnya sekolah mengevaluasi berbagai
dan rumah) yang mengganggu keterampilan anak, yang kadang
fungsi sosial dan akademik kurang berkembang pada anak
yang berlangsung paling tidak ADHD, sebagaimana rata-rata
GEJALA anak-anak lain . ADHD/GPPH
HIPERAKTIF 6 bulan). Anak dengan GPPH adalah sebuah nama untuk
menunjukkan beberapa gejala gangguan perilaku dengan gejala-
utama, seperti aktivitas yang gejala gangguan pemusatan
berlebihan, tidak bisa diam, perhatian dan konsentrasi,
senantiasa bergerak, tidak impulsivitas dan hiperaktivitas
dapat memusatkan perhatian, (Maulana, 2019)
dan impulsif (Maulana, 2019).
FAKTOR
PENYEBAB
HIPERAKTIF

faktor penyebab hiperaktif Ahli lain yang mengatakan


pada anak lainya seperti faktor-faktor penyebab
faktor genetic atau hiperaktif pada anak ada
keturunan, riwayat empat, yaitu faktor
kehamilan, riwayat psikologis, factor
persalinan, faktor pemanjaan, faktor kurang
lingkungan, dan faktor disiplin dan pengawasan,
makanan (Azmira 2015). faktor orientasi
kesenangan (Ulfah, 2019).
PENCEGAHAN HIPERAKTIF

GPPH tidak dapat dicegah akan tetapi dapat dilakukan deteksi dini untuk menekan GPPH.
Untuk mendeteksi GPPH, diperlukan informasi tentang riwayat perkembangan serta observasi
perilakunya. Diperlukan informasi adanya gejala-gejala GPPH yang teramati sehari-hari di
rumah, di sekolah, maupun di berbagai tempat.

Kuesioner yang berupa skala penilaian perilaku (rating scale) untuk penapisan GPPH yang
disusun sesuai dengan kriteria diagnosis, dapat dijadikan bahan untuk diisi atau dijawab orang
tua atau guru. Skala ini menggambarkan keadaan anak sehari-hari. Ada dua skala penilaian yang
dapat digunakan untuk keperluan skrining GPPH, yaitu:
Skala Penilaian Perilaku Anak Hiperaktif Indonesia (SPPAHI)
Abbreviated Conner's Teacher Rating Scale (ACTRS), telah divalidasi ke bahasa Indonesia
(Susanti & Yunias, 2014).
Upaya Yang Dilakukan
• Mengatasi Anak Hiperaktif Dengan Membiasakan anak berbuat baik
• Mengatasi Anak Hiperaktif Dengan Memuji dan Menghargai Prestasinya
• Mengatasi Anak Hiperaktif dengan Mendekatkan Tempat Duduknya
• Mengatasi Anak Hiperaktif Dengan Menyentuh Mereka
• Mengatasi Anak Hiperaktif Dengan Melihat kepada Diri Kita
• Mengatasi Anak Hiperaktif Dengan Mendoakan Mereka
• Sumber : https://www.abanaonline.com/2016/10/mengatasi-anak-hiperaktif-menurut-islam.html

Cara Mengatasi Anak Hiperaktif


• Tunjukkan sikap tegas tapi tak perlu marah
• Konsisten terhadap apa yang pernah dijanjikan atau diucapkan
• Cobalah mencari tahu penyebab perilaku aktif si Kecil
• Jika harus berkata tidak, berikan penjelasannya
• Sumber : http://tki-almuhajir.sch.id/index.php?id=artikel&kode=135
DIAGNOSIS GPPH
Diagnosis GPPH didasarkan pada riwayat klinis yang didapat dari wawancara dengan pasien dan orangtua serta
informasi dari guru. Kriteria Diagnostik GPPH menurut DSM-5, dari panduan diagnosis American Psychiatric
Association (2013),

1. Deteksi Dini GPPH


Mendeteksi GPPH diperlukan informasi tentang riwayat perkembangan serta observasi perilakunya
sehari-hari dirumah, disekolah, maupun di berbagai tempat, karena saat di klinik anak dengan GPPH sering
menunjukkan perilaku yang baik, sehingga tidak ditemukan gejala GPPH. Dampak negatif pada fungsi
sehari-hari anak, baik dirumah, maupun di lingkungan yang lain serta kesulitan yang dialami anak perlu
dipastikan dari informasi orangtua, guru maupun pengasuh anak (Juniar & Setiawati, 2014).
Kuisioner yang berupa skala penilaian perilaku (rating scale) untuk penapisan
GPPH yang disusun sesuai dengan kriteria diagnosis, dapat dijadikan
bahan untuk diisi atau dijawab oleh orangtua atau guru. Skala ini
menggambarkan keadaan anak sehari-hari, apabila laporan dari orangtua
atau guru menunjukkan adanya gejala GPPH dan menimbulkan kegagalan
fungsi atau apabila nilai total skor dari skala penilaian perilaku tersebut
melampaui batas cut-off score, maka anak tersebut dapat dideteksi sebagai
anak beresiko tinggi untuk terjadinya GPPH (Juniar & Setiawati, 2014).

Dua kuisioner skala penilaian yang dapat digunakan untuk keperluan


skrining GPPH, yaitu Skala Penilaian Perilaku Anak Hiperaktif Indonesia
(SPPAHI), dan Abbreviated Conner’s Teacher Rating Scale (ACTRS) yang telah
divalidasi ke dalam bahasa Indonesia.
KOMPLIKASI HIPERAKTIF

Komplikasi Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) menurut umur anak dapat di lihat sebagai
berikut :
c. Usia Sekolah
a. Masa Bayi
1) Sulit berkonsentrasi
1) Sulit tenang
2) Sulit memfokuskan perhatian
2) Sulit tidur
3) Pencapaian akademik kurang
3) Tidak ada nafsu makan
4) Sulit membaca dan mengerjakan aritmatika
b. Masa Prasekolah
5) Impulsif
1) Terlalu aktif
6) Hubungan dengan teman sebaya buruk (sering kali akibat perilaku
2) Keras kepala 3.
agresif dan kata-kata kasar dan menusuk yang diungkapkan).
3) Tidak pernah merasa puas
d. Adolescent atau Masa Remaja
4) Suka menjengkelkan
1) Tidak dapat tenang
5) Tidak bisa diam
2) Sulit untuk berkonsentrasi dan mengingat
6) Sulit beradaptasi dengan lingkungan
3) Tidak konsisten dalam sikap dan penampilan (Tristanti at all, 2020)
SUMBER PUSTAKA
Adiputra, I. M. S., Sutarga, I. M., & Pinatih, G. N. I. 2015. Faktor RisikoAttention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) pada Anak di Denpasar. Jurnal
Public Health and Preventive Medicine Archive Vol. 3, No. 1, 2015. Diunduh dari https://ojs.unud.ac.id/index.php/phmpa/article/view/16671

American Psychiatric Association (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (5th ed.). Arlington, VA: American Psychiatric Publishing.
https://doi.org/10.1176/appi.books.9780890425596

Maulana, Zidny (2019). Gangguang Pemusatan Perhatian Hiperaktivitas Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Pada Anak Sekolah Dasar. Universitas
Negri Semarang.

http://lib.unnes.ac.id/33511/1/1401415220_Optimized.pdf

Tristanti, I., Indanah, I., & Prasetyo, T. I. (2020). Kejadian Gangguan Pemusatan Perhatian Dan Hiperaktivitas (Gpph) Pada Anak Pra Sekolah Di Rsud
Dr Loekmonohadi Kudus. Indonesia Jurnal Kebidanan, 4(1), 23. https://doi.org/10.26751/ijb.v4i1.1001.

https://ejr.stikesmuhkudus.ac.id/index.php/ijb/article/download/1001/634

Ulfah, W, V. 2019. Perilaku Hiperaktif Dan Faktor Penyebabnya. Skripsi : Universitas Negri Semarang.

Ika, dkk. 2021. Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Dengan Tingkat GPPH Di TK Muslimat Nurul Anwar Desa Talangagung Kecamatan
Kepanjen. Jurnal Keperawatan Terapan. Vol. 06; No. 01.

Susanti & Yunias. 2014. Pedoman Deteksi Dini Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas Untuk Petugas Kesehatan. CV Dwiputra Pustaka Jaya: Surabaya

Anda mungkin juga menyukai