20320116
2021
BAB I
Latar Belakang
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah gangguan
perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik anak-anak sehingga
menyebabkan aktivitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan.
Anak ADHD menunjukkan berbagai keluhan yaitu: perasaan gelisah, tidak bisa
diam, tidak bisa duduk dengan tenang dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap
seperti sedang duduk atau sedang berdiri. Beberapa gejala lain yang sering terlihat
adalah suka meletup-letup, aktivitas berlebihan dan suka membuat keributan. Tiga
gejala pokok yang sering terlihat pada anak ADHD adalah kesulitan memusatkan
perhatian, hiperaktivitas dan impulsivitas.
Dewasa ini, anak ADHD semakin banyak. Sekarang prevalensi anak ADHD
di Indonesia meningkat menjadi sekitar 5% yang berarti 1 dari 20 anak menderita
ADHD. Peningkatan ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti genetik ataupun
pengaruh lingkungan yang lain, seperti pengaruh alkohol pada kehamilan,
kekurangan omega 3, alergi terhadap suatu makanan, dll (Verajanti, 2008).
Tujuan dari laporan refleksi diri yaitu untuk dapat lebih memahami prinsip
dan konsep dasar tentang materi ADHD untuk menjelaskan perilaku mansusia dan
proses mental pada individu, sosial, dan organisasi serta menggunakan berbagai
perspektif barat maupupun perspektif islam.
1
BAB II
Deskripsi Kasus
Dilakukan penelitian kepada 2 anak berinisial FJ dan DM di TK Aisyiyah 29
Padang yang memiliki gangguan ADHD. Beralamatkan di Jl. Parak Buruk No.05
Rt.01 Kel. Batipuah Panjang, Kec. Koto Tangah. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa anak DM dan FJ menunjukkan perilkau gangguan pemusatan perhatian yang
terbagi dalam tiga yaitu: 1) kurang memperhatikan: tidak memperhatikan ketika
berbicara dengan orang lain, kesulitan mempertahankan perhatian terhadap tugas
dan kegiatan, membuat kesalahan pada pekerjaannya dan sering kehilangan
barangnya. Berdasarkan hasil observasi, anak FJ dan DM sering tidak
memperhatikan ketika berbicara dengan orang lain khususnya dengan guru di
sekolah, ketika melakukan tugas dan kegiatan FJ dan DM suka keluar barisan dan
tidak mengikuti kegiatan yang sedang berlangsung, beberapa kali juga anak lebih
suka memperhatikan hal lain seperti memainkan uang, kancing baju dan kaus
kakinya sedangkan anak lain sedang membaca bersama. Ketika diberikan tugas FJ
dan DM juga terkadang melakukan kesalahan seperti untuk tugas mencocokkan,
anak masih melakukan kesalahan. Ditemukan juga beberapa kali anak kehilangan
barang pribadinya seperti pensil dan uang. 2) mudah terganggu: mudah terganggu
stimulus yang tidak berkaitan dan mudah terganggu terhadap teman sekitar. Peneliti
menemukan anak DM yang terganggu apabila posisi temannya terlalu dekat maka
dia akan marah, suka berpindah bangku saat mengerjakan tugas karena merasa
terganggu oleh temannya, memainkan bayangan tangannya di lantai dan tidak
mengikuti kegiatan. Kemudian FJ yang tidaak mau menyelesaikan tugas karena
terganggu oleh teman-temanya yang sudah selesai, terganggu oleh teman yang baru
datang ditengatengah kegiatan sehingga FJ meninggalkan bacaan, ketika ada
serangga lewat di depannya maka FJ akan langsung teralihkan perhatiannya dari
kegiatan yang sedang berlangsung. 3) menuruti kata hati: tidak mengikuti perintah
dan kegagalan menyelesaikan tugas dan menolah serta tidak suka terhadap tugas
yang terus menerus dan dianggap sulit. FJ dan DM selalu melakukan sesuatu sesuka
hatinya, misalnya guru meminta anak untuk membaca asmaul husna atau bacaan
sholat anak malah sibuk memainkan uang, tidak mendengarkan guru dan lebih
2
memilih tidak mengikuti kegiatan dan lari keluar masuk kelas. Anak DM juga tidak
mau menyelesaikan tugas yang dirasa sulit seperti saat guru memberikan tugas
mencocokkan dan berhitung. Pada saat guru memberikan tugas menulis pada FJ,
dia tidak mau menyelesaikannya dan terus menawar untuk mengerjakan
setengahnya saja
3
BAB III
Pembahasan
ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder,
suatu kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (Sulit
memusatkan perhatian), Minimal Brain Disorder (Ketidak beresan kecil di otak),
Minimal Brain Damage (Kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis (Terlalu banyak
bergerak / aktif), dan Hyperactive (Hiperaktif). Ada kira-kira 3 - 5% anak usia
sekolah menderita ADHD (Permadi, 2009). Sesuai dengan pernyataan Permadi,
dari kasus 2 anak TK cenderung kesulitan mempertahankan perhatian terhadap
tugas dan kegiatan, mudah teralihkan fokusnya, dan selalu melakukan sesuatu
sesuka hatinya yang menandakan bahwa anak tersebut mengalami gangguan
ADHD.
4
intruksi dan gagal menyelesaikan PR atau tugas rumah. Tidak mengikuti perintah
dan kegagalan menyelesaikan tugas.
Dari banyaknya gangguan pada anak, saya banyak belajar bahwa anak yang
abnormal merupakan anak yang istimewa dan sepatutnya di perlakukan dengan
baik oleh orang tuanya. Walaupun sebagai orang tua pastinya tidaklah mudah,
namun dapat kita ketahui bahwa merawat anak merupakan sebuah tantangan
berharga yang mengharuskan sebuah usaha untuk bertanggung jawab dengan penuh
pengertian, kasih sayang, dan kesabaran dalam mendidik dan merawat anak, serta
bertawakal kepada-Nya atas apa yang telah Allah anugerahkan kepada kita agar
menjadi ladang pahala dan kebaikan.
5
ketidakseimbangan (i’tidal). Hanya individu dengan keimanan yang kuat saja yang
mampu menjaga dirinya dari sifat-sifat tercela. Keimanan memberikan imunitas
jiwa yang menahan individu dari dominasi syahwat dan hawa nafsunya.
Perilaku abnormal dalam Islam disebabkan oleh perbuatan dosa akibat sifat
tercela. Perbuatan dosa itu sendiri disebabkan oleh faktor internal (rusaknya qalb,
hawa nafsu, dan orientasi hidup yang materialis (hubb dunyaa) dan faktor eksternal
(godaan setan dan makanan/minuman yang syubhat dan haram). Jika individu telah
melakukan perilaku dosa, hal ini akan berdampak pada munculnya aspek
abnormalitas, yaitu gejala simptomatis (perasaan bimbang, resah, rasa bersalah,
stres), masalah penyesuaian diri (individu merasa tidak nyaman jika orang lain tahu
dosa dan perasaannya, sehingga menimbulkan permasalahan dalam relasi sosial),
dan permasaahan religiusitas (jauh dari Allah). Berbeda dengan aspek abnormalitas
psikologi barat, psikologi Islam tidak membahas pengembangan diri karena
menurut al-Ghazali, pengembangan diri hanya dapat dilakukan jika mental sudah
sehat (jiwa/qalb sudah bersih, atau setidaknya terbebas dari simptom-simptom
negatif).
Perilaku abnormal dalam Islam dapat disembuhkan dengan cara tazkiyat al-
nafs (penyucian jiwa) seperti yang dikemukakan al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulum
al-Din, yang secara garis besar mirip seperti taubat al-nasuha.
6
Referensi
Hatiningsih, N. (2013). Play Therapy untuk Meningkatkan Konsentrasi Pada Anak Attention
Deficit Hyperative Disorder (ADHD). SSRN Electronic Journal, 1(2), -99 ; ص8 شماره
117.
Najati, M. Utsman. Psikologi dalam Al-Qur’an (Terapi Qur’ani dalam Penyembuhan
Gangguan Kejiwaan). Pustaka Setia: Bandung, 2005
Paternotte dan Agra. Attention Déficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Jakarta: Prenada;
2010.
Rafidah, F., & Mahyuddin, N. (2019). Studi Kasus Gangguan Pemusatan Perhatian Anak
Usia 6 Tahun di Taman Kanak-kanak Aisyiyah 29 Padang. Jurnal Warna, 3(1), 50-
59.
Taufiq, Muhammad Izzuddin. Panduan Lengkap & Praktis Psikologi Islam. Gema Insani:
Jakarta, 2006