Anda di halaman 1dari 15

PEMBELAJARAN ANAK BERKESULITAN BELAJAR

Tentang

Dosen pengampu :
Dra. Hj. Yarmis Hasan, M. Pd.

Disusun Oleh :

Annisya Maysyarah Nasution 17003004

Nadia Fitri Yuni 17003019

Novita Sari Dewi 17003021

PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas segala kemudahan yang diberikan-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang diharapkan dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

Ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan


dorongan dan bimbingan untuk penyelesaian tugas ini dengan sebaik-baiknya.
Makalah ini dibuat dalam rangka penyelesaian tugas mata kuliah Pembelajaran Anak
Berkesulitan Belajar. Konsep kajian makalah ini disusun dengan efektif dan menarik
serta beruntun mulai dari latar belakang hingga penyelesaian tugas berupa
kesimpulan. Sistematika penyajiannya diharapkan dapat memberikan pemahaman
yang maksimal.

Waktu, tenaga, pikiran telah kami berikan agar makalah ini selesai dengan baik.
Namun, dalam usaha yang maksimal tersebut penulis menyadari tiada gading yang
tak retak. Saran dan kritikan yang konstruktif sangat diharapkan untuk perbaikan
makalah ini selanjutnya.

Padang, September 2019

Tim Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... .............................................................................................

DAFTAR ISI.. .............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................

A. Latar Belakang .. ..............................................................................................


B. Rumusan Masalah ............................................................................................
C. Tujuan ..............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................

A. Perkembangan perilaku ....................................................................................


B. Analisis hasil asesmen perkembangan .............................................................
C. Interprestasi hasil analisis ................................................................................
D. Intervensi gangguan perilaku ...........................................................................

BAB III PENUTUP ....................................................................................................

A. Kesimpulan ......................................................................................................
B. Saran .................................................................................................................

DAFTAR RUJUKAN ................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perilaku manusia dapat diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik yang
secara prinsipil dapat dibedakan dengan manusia lainnya. Sedangkan perilaku
itu sendiri dapat diartikan sebagai suatu bentuk respon dengan stimulus yang
timbul dan manusia merupakan gabungan dari jiwa dan raga yang memiliki
sifat-sifat tertentu dan unik. Terhambatnya perkembangan sosial anak sejak
kecil akan menimbulkan kesulitan bagi anak dalam mengembangkan dirinya
di kemudian hari. Tidak semua anak mampu menunjukkan perilaku sosial
seperti yang diharapkan. Upaya untuk membantu pengembangan sosial anak,
selayaknya ada kerjasama antara orang tua dan guru. Karena melalui
merekalah perkembangan sosial anak berkembang dengan baik. Dalam
perkembangan sosial anak, teman sebaya memberikan pengaruh yang kuat
sekali bagi pembentukan perilaku perilaku sosial anak. Oleh karena itu, peran
aktif orang tua dan guru dalam memperhatikan kebutuhan dan perkembangan
anak. sangat dibutuhkan agar mereka memiliki perilaku sosial yang
diharapkan. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dari anak kesulitan
belajar adalah anak tersebut mengalami gangguan perilaku. Oleh karena itu
diperlukan pengetahuan tentang perkembangan perilaku, seerta intervensi apa
saja yang dapat diberikan untuk mengoptimalkan kemampuan anak
berkesulitan belajar.
B. Rumusan Masalah
1. Perkembangan perilaku.
2. Analisis hasil asesmen perkembangan.
3. Interprestasi hasil analisis asesmen.
4. Intervensi gangguan perilaku.
C. Tujuan
1. Memahami tentang perkembangan perilaku?
2. Memahami tentang analisis hasil asesmen perkembangan?
3. Memahami tentang interprestasi hasil analisis?
4. Memahami tentang intervensi gangguan perilaku?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Perilaku

Noehi Nasution ( 1992: 18) dalam Anggraini Dhian (2016:176) mengatakan


bahwa sikap terdiri dari tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan konasi. Aspek
kognitif berkenaan dengan informasi, pengetahuan yang dimiliki seseorang dan
sistematisasi proses belajar dalam diri sendiri. Aspek afektif berkenaan dengan
perasaan dan emosi yang dirasakan seseorang. Sedangkan aspek konatif berkaitan
dengan kemauan seseorang yang menentukan perbuatan yang akan dia lakukan.

Noehi (1992: 84) mengatakan bahwa sikap merupakan suatu kecenderungan


dalam diri individu untuk memberi respond dan berbuat, menuntut cara belajar yang
berbeda.Siswa yang menunjukkan kesulitan dalam belajar matematika juga
menunjukkan bukti kekurangan atau kesulitan dalam hal sosial seperti kekurangan
dalam keterampilan menolong diri sendiri seperti pemalu atau tidak percaya diri dan
sulit dalam bekerja kelompok serta sulit dalam bersosialisasi (Rourke dalam Little,
2009). Adanya gangguan emosional, rasa tak tenang, khawatir, mudah tersinggung,
sikap agresif, gangguan dalam proses berpikir, semuanya menjadikan kegiatan belajar
terganggu (Paridjo, 2008).

Menurut Syaifudin Azwar yang dikutip dari Tulus Tu’u (2004:63) memberi
rumusan bahwa perilaku merupakan ekspresi sikap seseorang. Sikap itu terbentuk
dalam dirinya, artinya potensi reaksi yang sudah terbentuk dalam dirinya akan
muncul berupa perilaku aktual sebagai cerminan sikapnya, perilaku juga bisa
dicerminkan oleh orang-orang disekitar anak sperti kedua orang tua anak selalu
tersenyum kepada orang yang mereka kenal, maka anak akan mengikuti perilaku
orang tuanya. Perilaku sebagai hasil proses belajar. Dalam proses belajar itu terjadi
interaksi antara individu dan dunia sekitarnya. Sebagai hasil interaksi maka jawaban
yang terlihat dari seorang individu akan dipengaruhi oleh hal-hal atau kejadian-
kejadian yang pernah dialami oleh individu tersebut maupun oleh situasi masa kini.

Siswa dengan kesulitan belajar juga menunjukan sikap yang kurang wajar
seperti acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya. Siswa
menunjukan tingkah laku yang kurang wajar seperti membolos, datang terlambat,
tidak mengerjakan tugas rumah, mengganggu di dalam kelas atau di luar kelas, tidak
mau mencatat pelajaran, tidak tertib dalam kegiatan belajar mengajar, mengasingkan
diri, tidak mau bekerja sama dan sebagainya. Dan secara emosi siswa menunjukkan
gejala emosional yang kurang wajar seperti pemurung, mudah tersinggung, pemarah,
kurang gembira dalam menghadapi nilai rendah tidak menunjukan perasaan sedih dan
menyesal dan sebagainya (Fauzi, 2012).

Siti Latifah (2017) menyatakan kesulitan belajar menulis berdampak pada


aspek sosial yang mencakup aspek komunikasi interpersonal, interaksi sosial, dan
perilaku sosial anak terhadap lingkungan sekitarnya. Kesulitan belajar menulis juga
berdampak pada aspek emosi yang berkenaan dengan emosi psikis yang mencakup
perasaan sosial dan perasaan susila anak. Kesulitan belajar menulis yang dialami
berpengaruh pada dinamika psikologis yang ditunjukkan dengan ketidakstabilan
emosi dan adanya perubahan perilaku.

B. Analisis Hasil Asesmen Perkembangan

Menurut Tjutju Soendari, analisisi hasil asesmen merupakan deskribsi dari


hasil jawaban yang diperoleh tentang keterampilan yang dinilai, ataupun sebuah
kesimpulan yang diwujudkan dalam penemuan kemampuan keterampilan siswa baik
kelemahan maupun kesulitan yang dialami.

Maka dari itu, analisis hasil asesmen memiliki beberapa langkah-langkah:


1. Menyusun atau mengidentifikasi hasil kerjasiswa.
2. Mendeskripsikan hasil kerja siswa.
3. Membuat kesimpulan hasil analisis.
4. Membuat rekomendasi.
5. Merumuskan tujuan pembelajaran.
Menurut Al-Ta’dib (2013) dalam jurnalnya yang berjudul Teori Perkembangan
Kognitif Jean Piaget. Menganalisis hasil asesmen artinya membuat deskripsi dari
hasil jawaban siswa tentang keterampilan yang diaseskan, menginterpretasikan, dan
membuat kesimpulan.
1. Kesimpulan yang diperoleh berwujud suatu penemuan kemampuan
keterampilan yang dimiliki siswa, kelemahan atau kesulitan yang
dialami siswa.

2. Berdasarkan kekuatan dan kelemahan atau kesulitan siswa tentang


keterampilan yang diaseskan tersebut asesor dapat menemukan
kebutuhan belajar siswa.

3. Apakah siswa tersebut sudah siap untuk mengikuti pelajaran yang


akan diajarkan atau masih memerlukan program latihan keterampilan
tertentu (prerequisit).

4. Berdasarkan kesimpulan yang dibuat, guru/asesor membuat


rekomendasi.

5. Rekomendasi dibuat dalam rangka penyusunan program pembelajaran


bagi siswa yang bersangkutan.

6. Rekomendasi ditujukan kepada guru kelas atau guru bidang studi dan
kepada orang tua sebagai anggota tim IEP/PPI

7. Tentukan tujuan pembelajaran keterampilan tertentu atau pokok


bahasan tertentu bagi siswa yang bersangkutan.
8. Berdasarkan kesimpulan yang dibuat, guru/asesor membuat
rekomendasi.

9. Rekomendasi dibuat dalam rangka penyusunan program pembelajaran


bagi siswa yang bersangkutan.

10. Rekomendasi ditujukan kepada guru kelas atau guru bidang studi dan
kepada orang tua sebagai anggota tim IEP/PPI

11. Tentukan tujuan pembelajaran keterampilan tertentu atau pokok


bahasan tertentu bagi siswa yang bersangkutan.

Langkah-langkah Menyusun Analisis Asesmen, yaitu:


a. Menyusun/mengidentifikasi hasil kerja siswa

b. Mendeskripsikan hasil kerja siswa

c. Membuat kesimpulan hasil analisis

d. Membuat rekomendasi

e. Merumuskan tujuan pembelajaran

Menurut Harwell (1982) ada beberapa aspek perkembangan anak yang perlu
diases jika mereka dijumpai mengalami kesulitan belajar termasuk ABK, yaitu:
gangguan motorik, gangguan persepsi, gangguan atensi/perhatian, gangguan memori,
hambatan dalam orientasi ruang, arah/spatial, hambatan dalam perkembangan bahasa,
hambatan dalam pembentukan konsep, dan mengalami masalah dalam perilaku.
Pendapat tersebut mengacu pada teori psikologi pendidikan yang mengatakan bahwa
ada tiga tingkatan dalam belajar, yaitu: tingkatan motorik (doing level). Tingkatan
persepsi (matching level) dan tingkatan konseptual(categorization level ).
C. Interprestasi hasil analisis
Martini Jamaris (2013:215), dikatakan secara umum, anak yang
menunjukkan gangguan perilaku sangat mudah untuk diidentifikasi karena
perilaku mereka tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyrakat.
Identifikasi dan asesmen terhadap kelainan perilaku dapat dilakukan dalam
berbagai bentuk, seperti bentuk, seperti DSM, tes, observasi yang digunakan
menggunakan ceklist, rating scale, dan sociometri.
Menganalisis hasil asesmen artinya membuat deskripsi dari hasil
jawaban siswa tentang keterampilan yang diaseskan, menginterpretasikan, dan
membuat kesimpulan. Kesimpulan yang diperoleh berwujud suatu penemuan
kemampuan keterampilan yang dimiliki siswa, kelemahan atau kesulitan yang
dialami siswa. Berdasarkan kekuatan dan kelemahan atau kesulitan siswa
tentang keterampilan yang diaseskan tersebut asesor dapat menemukan
kebutuhan belajar siswa. Apakah siswa tersebut sudah siap untuk mengikuti
pelajaran yang akan diajarkan atau masih memerlukan program latihan
keterampilan tertentu.

Sudiono, Anas (2005) mengemukakan bahwa secara harfiah kata


evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation, dalam bahasa Indonesia
berarti penilaian. Akar katanya adalah value yang artinya nilai. Jadi istilah
evaluasi menunjuk pada suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan
nilai dari sesuatu.
Melakukan interpretasi pada dasarnya adalah mencari tahu apa arti
dari data, simbol, atau narasi/cerita yang diperoleh.
Interprestasi hasil analisis itu bisa diartikan dengan Penafsiran atau
pencarian pengertian yang lebih luas tentang penemuan-penemuan. Penafsiran
data tidak dapat dipisahkan dari analisis, sehingga sebenarnya penafsiran
merupakan aspek tertentu dari analisis.
D. Intervensi gangguan perilaku
Abdurrahman, M (1996) mengemukakan bahwa identifikasi dan
intervensi berkenaan dengan upaya menemukan anak-anak usia pra-sekolah
yang diduga beresiko berkesulitan belajar, sedangkan intervensi berkenaan
dengan pemberervensi dinian penanganan agar kesulitan belajar dapat dicegah
atau ditanggulangi. Identifikasi dan intervensi dapat dibedakan tetapi
keduanya saling berkaitan.
Didalam Martini Jamaris (2013:207) dikatakan bahwa gangguan
perilaku merupakan hal yang cukup sulit untuk didefenisikan, karena adanya
perbedaan dalam mendefenisikan gangguan perilaku, dan adanya perbedaan
cara pandang dan dasar teori yang digunakan untuk merumuskan gangguan
perilaku, sehingga masing-masing mempunyai defenisi sendiri. Masalah lain
adalah adanya perbedaan kebudayaansehingga perilaku yang wajar bagi suatu
masyarakat pada latar belakang tertentu akan dikatakan bermaslah oleh
masyarakat yang memiliki latar belakang kebudayaan lain. Selanjutnya,
kelainan perilaku timbul seiring dengan kelainan lainnya, seperti kesulitan
belajar.
Menurut Hewwet dan Taylor (1981) yang dikutip oleh Martini Jamaris
(2013:208), yang mengatakan bahwa sumber dari kelainan perilaku adalah
masalah yang berkaitan dengan emosi. Yang merefleksikan dirinya melalui
perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma sosial disekitarnya.
Didalam Martini Jamaris (2013:209) dikatakan bahwa faktor penyebab
dari kalainan perilaku dapat dikelompokkan dalam tiga bagian, yaitu (1)
faktor penyebab yang berkaitan dengan central nervous system ( sistem syaraf
pusat/ otak), (2) faktor biopysical, (3) faktor psychological.

Berbagai Pendekatan dalam Penanggulangan Masalah Kelainan Perilaku:


Schumeker dan Hazel (1984) yang dikutip dari Martini Jamaris (2013),
mengemukakan, untuk melakukan upaya penanggulangan terhadap kelainan prilaku,
yang dapat dilakukan adalah menciptakan lingkungan yang dapat mengubah kelainan
perilaku menjadi normal.
Lovitt(1984:371-373), westwood (1993:16-68) dan Bloomquist (2006:43-50)
menjelaskan berbagai pendekatan dalam menanggulangi kelainan perilaku, sbb:
1. Pendekatan modifikasi perilaku berdasarkan pendekatan kognitif-
behavioristik.
Pada dasarnya metode ini merupakan bagian dari metode pengendalian
diri berbasis pendekatan behavioristik yang dikombinasikan dengan
pendekatan kognitif. Adapun langkah-langkah pelaksanaan
pengendalian diri barbasis modifikasi perilaku adalah sebagai berikut.
a. Modelling dengan memberi contoh secara konkret tentang
tugas atau kegiatan yang harus dilakukan. Sambil memberikan
contoh, pembimbing mengajukan pertanyaan atau menjelaskan
manfaat tugas atau kegitan yang dicontohkan.
b. Minta anak melakukan kegiatan yang telah dicontohkan
pembimbing dan memberikan bimbingan bila diperlukan.
c. Anak mengulangi tugas kegiatan yang telah dilakukannya
sambil menyebutkan sacara perlahan langkah-langkah yang
dilakukannya.
d. Anak mengulangi pelaksanaan tugas yang telah dilakukannya
sambil menyebutkan dalam hati langkah-langkah yang
dilakukannya
2. Pendekatan metakognitif
Pendekatan metakognitif memfokuskan usaha penaggulangan
kelainan perilaku pada pengendalian diri atau yang dikenal dengan
istilah self control merupakan salah satu pendekatan yang dapat
diterapkan dalam penanggulangan masalah kelainan perilaku pada
anak dan pada orang dewasa. Pengendalian adalah kemampuan untuk
berperan dan berfungsi secara mendiri dalam berbagai situasi secara
efektif tanpa mengganggu orang lain.
3. Pendekatan sosial dan penanggulangan kelalaian perilaku
Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam menaggulangi
kelainan perilaku adalah dengan menggunakan pendekatan sosial,
khususnya untuk kelainan perilaku sosial.
Penerapan pendekatan perilaku sosial dapat dikembangkan
berdasarkan modifikasi perilaku sosial berbasis metakognitif dan
modifikasi perilaku berbasis behavioristik, dengan langkah-langkah
sebagai berikut ini.
a. Mengidentifikasi target perilaku sosial yang akan
dimodifikasi.
b. Mengaktifkan anak untuk melakukan berbagai kegiatan
sesuia dengan target perilaku yang akan diubah,
misalnya perilaku yang mendominasi diganti dengan
membiasakan anak untuk sabar menunggu giliran,
bekerja sama, saling berbagi, mengikuti aturan, dll.
c. Memerikan reward (pujian atau hadiah) bagi anak yang
telah menunjukkan perilaku yang sesuai dengan target
perubahan perilaku.
d. Kegiatan perubahan perilaku tetap dilaksanakan sampai
target perubahan perilaku tercapai.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
sikap merupakan suatu kecenderungan dalam diri individu untuk
memberi respond dan berbuat, menuntut cara belajar yang berbeda.Siswa
yang menunjukkan kesulitan dalam belajar matematika juga menunjukkan
bukti kekurangan atau kesulitan dalam hal sosial seperti kekurangan dalam
keterampilan menolong diri sendiri seperti pemalu atau tidak percaya diri dan
sulit dalam bekerja kelompok serta sulit dalam. Adanya gangguan emosional,
rasa tak tenang, khawatir, mudah tersinggung, sikap agresif, gangguan dalam
proses berpikir, semuanya menjadikan kegiatan belajar terganggu.
gangguan perilaku merupakan hal yang cukup sulit untuk
didefenisikan, karena adanya perbedaan dalam mendefenisikan gangguan
perilaku, dan adanya perbedaan cara pandang dan dasar teori yang digunakan
untuk merumuskan gangguan perilaku, sehingga masing-masing mempunyai
defenisi sendiri. Masalah lain adalah adanya perbedaan kebudayaansehingga
perilaku yang wajar bagi suatu masyarakat pada latar belakang tertentu akan
dikatakan bermaslah oleh masyarakat yang memiliki latar belakang
kebudayaan lain. Selanjutnya, kelainan perilaku timbul seiring dengan
kelainan lainnya, seperti kesulitan belajar.

B. Saran
Demikianlah makalah ini penulis selesaikan sebagai salah satu tugas
kelompok mata kuliah pembelajaran anak berkesulitan belajar. Namun penulis
menyadari terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Maka dari itu,
penulis mengharapkan kepada pembaca, pendengar, maupun dosen pembimbing,
untuk turut serta dalam memberikan kritik yang membangun agar kedepannya
menjadi lebih baik.
DAFTAR ISI

Siti Latifah. (2017). Dampak Kesulitan Belajar. Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 6

No 6 Tahun 2017. Universitas Negeri Yogyakarta.

Fauzi, Danang Tri. 2012. Faktor-faktor Kesulitan Belajar Matematika Kelas IVMI

Yappi Mulusan Paliyan Gunung Kidul. Diakses: 2 Desember 2015.

Tjutjusundari, dkk. (2013). Modul Mata Kuliah Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus.
Bandung: UPI

Abdurrahman, M. 1996. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:

Rineka Cipta
Martini Jamaris. (2013). Kesulitan Belajar Perspektif, Asesmen, Dan
Penanggulangannya. Jakrta:Ghalia Indonesia.

Al-Ta’dib Siti Aisyah. (2013). TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF JEAN


PIAGET. Vol.6 No.1

Anda mungkin juga menyukai