Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

PEMBELAJARAN SENI TARI

OLEH

NAMA: PUJI LADESRA

NIM: 18129131

SEKSI: 202021290213 (18 BB 04)

Kode : GSDI. 61. 7101

DOSEN PEMBIMBING:

Dra. Desfiaarni,M.Hum.

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
A. PERBENDAHARAAN GERAK

Menurut Kristiana (2015) Rangkaian motif gerak merupakan perbendaharaan gerak


tari yang ditentukan oleh kualifikasi gerak . Gerak merupakan elemen pokok dalam tari.
Pengertian gerak dalam konteks seni tari bukanlah gerak-gerak setiap hari seperti yang umum
dilakukan, namun gerak adalah proses perpindahan dari posisi satu ke posisi berikutnya yang
tampak utuh. Gerak adalah substansi dasar dan sebagai alat ekspresi dari tari. Dengan gerak,
tari berbicara dan berkomunikasi kepada penghayat Perbendaharaan gerak erat kaitannya
dengan koreografi.

Soedarsono (1979:97) mengemukakan bahwa istilah koreografi mulai diperkenalkan


di Indonesia sekitar tahun 1950-an. Wacana ini muncul setelah Pemerintah Republik
Indonesia sering mengirim misi- misi kesenian ke luar negeri, baik untuk pagelaran maupun
belajar tari. Setelah tahun 1950 an perkembangan koreografi mulai mengalami
perkembanganyang signifikan di dunia seni. Bahkan, koreografi seringkali dipakai untuk
mengiringi para penyanyi baik pertunjukan langsung di panggung. Beberapa pakar koreografi
pun muncul dengan keprofesionalisme mereka masing-masing. Dengan kreativitasnya yang
menganggumkan, terciptalah sebuah karya yang baik.

Gerak tari adalah sebuah proses perpindahan dari satu sikap tubuh yang satu ke sikap
yang lain. Dengan adanya proses tersebut, maka gerak dapat dipahami sebagai kenyataan
visual (Hidajat, 2001: 14). Namun untuk gerak sendiri tidak menjadi hal yang istimewa,
bahkan menjadi hal yang biasa, karena setiap manusia yang dilahirkan normal sudah dapat
bergerak, tanpa disadari tubuh manusia akan selalu bergerak setiap saat. Jantung merupakan
bagian dari tubuh manusia yang tidak pernah berhenti berdetak, yang menandakan bahwa
masih ada bagian tubuh yang terus akan bergerak walaupun hanya satu bagian saja.

Tari adalah sebuah ungkapan, sebuah pernyataan, sebuah ekspresi dalam gerak dan
memuat komentar-komentar terhadap realitas yang tetap bertahan dibenak penonton setelah
pertunjukan selesai (Murgiyanto, 1992:18). Di dalam sebuah tari terdapat gerakan-gerakan
yang mengandung makna yang nantinya diartikan oleh penonton yang melihat tarian tersebut.
Gerak maknawi adalah gerakan tari yang mengandung arti tertentu yang terkadang sulit untuk
mengerti oleh penonton. Misalkan gerak melamun atau menolak. Gerak murni merupakan
gerak yang tidak mengandung arti namun tetap mempertahankan keindahan. Gerak-gerak ini
dibagi supaya dalam penggarapan sebuah tarian lebih terarah dan agar lebih terlihat apik.
Gerak-gerak yang telah disebutkan dapat dibuat menjadi serangkaian gerak tari yang indah.

B. MENATA TARI

Setiap cabang seni memiliki bahan baku masing-masing. Dari ciri khas bahan inilah,
kita dapat membedakan antara seni lukis, seni patung, seni kriya, seni tari, seni musik, dan
seni drama. Bahan baku seni tari adlah gerak tubuh manusia. Menurut Tim Dosen Estetika,
tari merupakan salah satu cabang seni yang menggunakan gerak tubuh manusia sebagai alat
ekspresi. Pendapat ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Kurt Sachs (dalam Widia
Pekerti, 2009) bahwa tari adalah gerak tubuh yang ritmis. Dalam tari, gerak tubuh manusia
dipakai sebagai sarana mengungkapkan gagasan, perasaan, dan pengalaman seniman kepada
orang lain. Maka tidak mengherankan apabila diketahui bahwa tari menjadi salah satu bahasa
komunikasi seniman. Sedangkan Soedarsono menjelaskan bahwa tari adalah desakan
perasaan manusia tentang sesuatu yang disalurkan melalui gerak-gerak ritmis yang indah.
Semua gerak di sekitar kita dapat menjadi sumber gagasan gerak tari, misal: gerak manusia
ketika bekerja atau bermain, gerak tumbuh-tumbuhan, gerak hewan, gerak benda-benda
buatan manusia (seperti mobil, robot, mesin). Agar dapat ,menjadi gerakan tari, gerak
tersebut harus diolah baik dari aspek tenaga, ruang, maupun waktunya, sehingga hasilnya
bukan semata-mata menirukan gerak yang nyata.

Proses ini disebut juga dengan istilah proses penghalusan dan proses perombakan
gerak. Menari adalah kata kerja yang menunjuk kepada kegiatan seseorang yang sedang
melakukan tari. Orang yang melakukan tari disebut sebagai penari. Menari memiliki
perbedaan dengan kegiatan lain yang sama-sama menggunakan media gerak tubuh manusia,
seperti kegiatan bermain atau kegiatan berpantomim atau kegiatan senam. Perbedaannya
disebabkan dua hal, yakni dari tujuan orang menari dan dari kemampuan yang harus dimiliki
seorang penari. Tujuan kegiatan menari adalah untuk mengungkapkan gagasan, perasaan,
pengalaman seniman penciptanya melalui gerak tubuh. Menari bukan bergerak untuk tujuan
kesenangan semata-mata, untuk tujuan menirukan gerakan sesuatu, atau untuk tujuan
kesehatan.

Menurut Smit (dalam Astutu dan Iriani, 2017:9) dalam menata tari ada beberapa
strategi untuk mengkreasikan tari bagi peserta didik, diantaranya yaitu:
1. Latihan penguasaan bentuk sikap gerak
2. Latihan penguasaan gerak dasar tari
3. Latihan imitasi pada kegiatan kegidupan manusia sehari-hari
4. Latihan memunculkan idesional (cerita)
5. Latihan merangkai dan mengkreasikan tari yang bersumber dari gerak dasar,
kehidpan sehari-hari, dan idesional, sehingga terwujud sebuah rangkaian tari utuh
berbasis kearifan lokal.

Bagi anak usia dini, ukuran keberhasilan menjadi penari yang baik, tentunya perlu
dikaitkan dengan tujuan pembelajarannya taman kanak-kanak yakni untuk mengembangkan
fisik, pengembangan kognitif, pengembangan bahasa, pengembangan sosial emosional,
pengembangan seni, dan pengembangan nilai-nilai moral dan agama. Menurut
Kusumawardhani, anak dapat dikatakan berhasil dalam menari apabila:

a. Anak dapat melakukan berbagai gerak, sebagai hasil kemampuannya menggerakkan


kepala, tangan, badan, dan kaki, melakukan koordinasi dan keseimbangan gerak;
b. Anak dapat mengungkapkan sesuatu dari kehidupan sehari-hari sesuai dengan tarian
yang sedang dibawakan;
c. Anak dapat bergerak sesuai dengan urutan gerak yang direncanakan sebagai wujud
dari sikap disiplin, berani tampil sebagai wujud kemampuannya berinteraksi dengan
orang lain.

Dalam proses pembelajaran tari, guru hendaknya membimbing agar siswa dapat
mengungkapkan cara bergerak mereka sendiri yang unik dan sesuai dengan perasaannya.
Guru harus dapat menciptakan suasana kebebasan bergerak bagi anak didiknya, sehingga
masing-masing anak didik dapat merasakan bahwa apa yang mereka lakukan dapat diterima,
tanpa harus membandingkan dengan orang lain. Cara mengajar guru yang mengharuskan
anak meniru gaya menarinya, bukan menjadi cara yang tepat untuk mengajarkan menari
kepada anak-anak usia dini. Bentuk bimbingan guru kepada siswa dalam menari menurut
Alexy dan Hafianti adalah sebagai berikut:

1. Mempersiapkan tubuh

Latihan ini bertujuan untuk mempersiapkan tubuh sebagai media ungkap. Latihan
tubuh ini menuntut kesadaran artistik karena latihan itu untuk keperluan menari. Latihan
mempersiapkan tubuh terdiri dari (a) pemanasan, (b) menegangkan dan mengendorkan otot,
(c) kelenturan, (d) rasa siaga.
2. Gerak kepala, badan, tangan, dan kaki

Salah satu syarat yang harus diketahui oleh murid dalam belajar menari dan
mendukung penampilannya adalah mengetahui apa saja yang dapat dilakukan oleh kepala,
badan, tangan, dan kaki. Peranan guru sangat penting dalam upaya menumbuhkan kesadaran
anak bahwa banyak gerakan yang bisa dilakukan kepala, badan, tangan, dan kaki.

3. Bergerak dengan ritme

Bergerak dengan ritme adalah melakukan gerak sesuai dengan ketukan. Ketukan
dapat bersumber dari ritme degupan jantung penari atau dari ketukan musik pengiring tarinya

4. Bergerak dengan arah

Bergerak dengan arah adalah menggabungkan antara gerak anggota badan dengan
arah ke depan, ke belakang, ke kanan, ke kiri. Latihan ini untuk membiasakan anak agar
dapat melakukan dua kegiatan dalam waktu yang bersamaan dan melatih anak cepat
menyesuaikan dengan tempat pentas.

5. Bergerak dengan membentuk formasi

Bergerak dengan membentuk formasi artinya bergerak dengan membuat bentuk-


bentuk tertentu sesuai dengan kehendaknya. Misalkan membentuk garis diagonal,
membentuk segitiga, membentuk huruf V, T, H, membentuk lingkaran dan setengah
lingkaran. Bergerak membentuk formasi lebih variatif apabila dilakukan oleh penari yang
jumlahnya lebih dari dua.

Latihan ini bertujuan melatih konsentrasi anak kepada apa yang sedang dilakukan, melatih
anak cepat menyesuaikan dengan tempat menari dan melatih kemampuan bekerjasama dalam
kelompok.

C. MENARI DI DEPAN PENONTON

Dalam belajar menari, kegiatan tari haruslah menyenangkan bagi anak-anak untuk
merangsang anak menjadi kreatif. Faktor keterlibatan anak menjadi penting dalam
pelaksanaan pembelajaran tari, bukan pada prestasinya.

Kegiatan tari sangat berguna bagi anak-anak, karena dapat menyalurkan gagasan dan
perasaan, memberi pengalaman anak untuk tampil di depan orang banyak, dan memberi
pengalaman berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu, guru dituntut untuk dapat
memanfaatkan kegiatan tari agar dapat mengembangkan potensi dasar anak.

Hal yang terpenting yang perlu untuk diperhatikan oleh seorang guru adalah
mengenali harga diri atau nilai manfaat diri yang ada dalam setiap anak, sehingga seni tari
yang diajarkan betul-betul untuk membuka jalan bagi pendidikan yang berperan dalam
meningkatkan kepercayaan diri anak dan dalam semua kemampuan belajar anak. Sebuah rasa
aman dan percaya diri dapat membuat mereka mencapai hal-hal positif .

Menurut Maslow (dalam Hermayanti, 2015:392) kepercayaan diri memiliki


kemerdekaan psikologis, yang berarti kebebasan mengarahkan pikiran dan mencurahkan
tenaga berdasarkan pada kemampuan dirinya, untuk melakukan hal-hal yang bersifat
produktif, menyukai pengalaman baru, suka menghadapi tantangan, pekerjaan yang efektif,
dan bertanggung jawab dengan tugas yang diberikan.

Penyajian karya tari tidak hanya menampilkan gerak tubuh manusia saja. Akan tetapi,
terdapat beberapa unsur pendukung lainnya yang memiliki peran penting dalam mendukung
penyajian karya tari secara utuh. Unsur-unsur pendukung ini menjadi bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari penyajian tari. Unsur-unsur pendukung penyajian tari yang dimaksud di
antaranya terdapat unsur musik, busana, rias, properti, dan unsur tata pentas yang membuat
penyajian tari menjadi lebih menarik.

Unsur tata pentas dalam suatu penyajian tari baik karya tari bertema dan non tematik
sangat penting dimunculkan. Oleh karena keberadaannya memberikan dimensi ruang
pertunjukan yang mampu mencerdaskan para penonton. Dimensi ruang yang dimaksud
adalah memberikan kesan imajinasi peristiwa yang dibangun pada penyajian tari berdasarkan
konsep penyajiannya

D. MENGEKSPRESIKAN DAN MENGAPRESIASI

1. Mengekspresikan Tari

Melalui pembelajaran seni tari, siswa dapat mengekspresikan ide dan gagasan mereka
melalui ruang gerak serta waktu yang terbentuk dalam seni tari, serta dapat mengasah
kepekaan serta pengalaman estetis mereka. Pembelajaran seni tari juga mampu menjadi
wadah serta media bagi pengembangan kepribadian siswa. Hal tersebut dikarenakan
pembelajaran seni tari sangat sarat dengan nilai-nilai moral yang memungkinkan anak untuk
mengembangkan kepribadian mereka sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam
masyarakat (Sundari dan Riris, 2016:24).

2. Mengapresiasi Tari Peserta Didik

Apreasi Tari merupakan suatu aktivitas seseorang dalam usahanya untuk memahami
maksud-maksud yang terkandung dalam suatu karya seni. Apresiasi seni Tari bisa dikatakan
berhasil atau sukses, apabila suatu karya seni tari tersebut komunikatif serta mudah dipahami
oleh pihak apresiator atau pengamat atau penikmat nya. Bagi yang berkeinginan untuk dapat
mengapresiasi karya tari tentune harus lebih banyak melihat pertunjukan karya seni tari.
Perbanyak melakukan pengamatan pada penampilan tari supaya dapat menemukan keunikan,
kekhasan, serta maknanya.

Pembelajaran seni merupakan pembelajaran yang memberi ruang bagi anak untuk
mengapresiasi diri sendiri dan lingkungan secara prestisius. Apresiasi akan muncul apabila
pembelajaran dilakukan dengan tepat dan benar oleh guru di sekolah.

Artinya, guru memiliki kapabilitas yang cukup untuk mengantarkan anak mencapai puncak
apresiasinya sehingga sesuai dengan tingkat usia dan kebutuhannya sebagai siswa yang baru
belajar mengenal, menilai, dan mengespresikan diri melalui instrumen seni yang ia gemari
dan sukai (Rahmah dan Lismawati, 2018:16).

Siswa dalam mengapresiasi seni tari bisa dimana saja, tidak hanya di sekolah melalui
pembelajaran formal. Melainkan dapat melakukannya melalui seni tari kreasi yang
dilaksnakan oleh sanggar seni atau orang tua di rumah untuk mempertahankan dan
melestarikan budaya dan adat daerah. Melalui tari kreasi, gerakannya dapat dimodifikasi
sesuai kebutuhan dan relatif lebih mudah untuk dilakukan.

Guru dapat mengkombinasikan beberapa gerakan yang telah terbiasa dilakukan siswa dan
merupakan tari daerah setempat. Kombinasi ini akan mengajarkan anak bagaimana cara
menghormati dan melestarikan budayanya sendiri. Guru harus bersikap bijak dan
memberikan ruang bagi siswa untuk berkembang. Oleh karena itu, dalam memberikan contoh
guru sebaiknya pelak-pelan dan menunjukkan gerakannya yang sederhana dan menarik minat
siswa dalam melakukannya.

KONSEP GARAPAN TARI

1. Konsep Garapan Tari untuk Anak kelas rendah


Judul : Tari Burung Kutilang
Tema : Binatang
Alur Tari : Tari kreasi Burung Kutilang meceritakan tentang seekor burung yang dapat
terbang sehingga dapat memunculkan rasa semangat yang bisa dipakai dalam gerakan dan
ekspresi tari.
Metoda : Audio dan visual
Media : Instrumen lagu anak-anak burung kutilang

Gerak tari:

1. Gerak kepala ke kanan dan arah hadap ke kanan


2. Gerak kepala ke kiri dan arah hadap ke kiri
3. Gerak kepala menggeleng
4. Gerak kepala menangguk-angguk
5. Gerak memutar badan
6. Berputar berkeliling membentuk lingkaran
7. Gerak seperti mengepakkan sayap burung

Alur tari :

1. Burung bersiul di pagi hari


2. Burung pergi mencari makan
3. Berputar kesana kemari
4. Burung mematok makanan
5. Burung kembali terbang ke rumahnya

Pola Lantai :

Gerak kepala ke kanan dan arah hadap ke


kanan

Gerak kepala ke kiri dan arah hadap ke kiri

Gerak kepala menggeleng

Gerak kepala menangguk-angguk


Gerak memutar badan

Berputar berkeliling membentuk lingkaran

Gerak seperti mengepakkan sayap burung

2. Garapan tari kelas tinggi

Judul : Manuk Dadali


Tema : Tari kreasi daerah
Metode tari : rangsang kinestetik dan rangsang idesional
Gerak tari:
1. Tarian akan diawali dengan posisi kuda-kuda sembari mengayunkan kedua lengan.
2. Berjalan maju-mundur jinjit, sembari mengayunkan pinggang dan kedua lengan ke kanan
dan ke kiri.
3. Bergerak maju-mundur dengan mengubah arah putaran, kedua lengan diayunkan.
4. Melompat ke kanan dan kiri secara bergantian sambil mengayunkan kedua lengan.
5. Kakinya diayunkan ke bagian depan secara bergantian, kemudian mata penari mengikuti
arah kaki.
6. Meletakkan tangan di dada, dengan posisi tangan melipat menjadi satu (gerakan
sembada), sambil kakinya ditekuk dari kepala mengikuti arah tangan yang digerakkan ke
depan, kiri dan kanan.
Alur tari :

1. Mengayunkan tangan
2. Maju mundur berjalan kesana kemari
3. Berlari dengan riang
4. Berputar mengelilingi

Pola lain:

Tarian akan diawali dengan posisi kuda-


kuda sembari mengayunkan kedua lengan.

Berjalan maju-mundur jinjit, sembari


mengayunkan pinggang dan kedua
lengan ke kanan dan ke kiri.

Bergerak maju-mundur dengan mengubah


arah putaran, kedua lengan diayunkan.
Melompat ke kanan dan kiri secara
bergantian sambil mengayunkan kedua
lengan.

Kakinya diayunkan ke bagian depan secara


bergantian, kemudian mata penari
mengikuti arah kaki.

Meletakkan tangan di dada, dengan posisi


tangan melipat menjadi satu (gerakan
sembada), sambil kakinya ditekuk dari
kepala mengikuti arah tangan yang
digerakkan ke depan, kiri dan kanan.
Daftar Rujukan

Dwi Kusumawardhani. 2009. Keterampilan Menari, Modul. Jakarta: Universitas Terbuka,


h.5.43

Murgiyanto, Sal. 1992. Koreografi. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan / PT. Ikrar Mandiri Abadi

Soedarsono, dkk. 1996. Indonesia Indah: Tari Tradisional Indonesia. (Jakarta: Harapan Kita
TMII/BB)

Widia Pekerti, dkk. 2009. Metode Pengembangan Seni. Jakarta: Universitas Terbuka, h.5.3

Anda mungkin juga menyukai