Anda di halaman 1dari 6

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN

SASTRA INDONESIA

Nama:

Ana Monica Rufisa

Tugas

UAS WACANA NIM: 108013000022 Semester 6-A

1. Dalam praktik berbahasa, produsen teks kadangkala melakukan

perspektivisasi yang bisa jadi dilakukan melalui vision, empathy, dan focalization. Jelaskan hal tersebut dengan menggunakan teks berikut sebagai contoh.

a. Budi menceraikan Wati hanya karena ingin menikahi teman kerjanya. Semua laki-laki memang brengsek! b. Hanya karena ingin menikah dengan teman kerjanya, Lelaki yang berasal dari Jakarta itu, katanya bernama Budi, menceraikan istrinya. Padahal, tidak ada masalah dengan poligami. c. Akhirmya mereka bercerai. Laki-laki brengsek itu lebih su ka mencraikan Wati daripada harus beristri dua.

Jawaban.
Vision adalah

informasi yang dihadirkan dari sudut pandang

ideologis tertentu: sistem nilai dan norma yang terkait dengan relasi sosial (satu informasi yang sama tapi memiliki tujuan yang berbeda). Dari contoh di atas informasi yang ingin dihadirkan

adalah Budi menceraikan istrinya, namun masing-masing contoh memiliki nilai atau norma yang berbeda.

Empathy

digunakan

untuk

menggambarkan

tingkat

pengetahuan yang dimiliki penutur dalam mengidentifikasi objek atau orang di dalam kalimat. Semakin terlibat, maka semakin tahu. Dari contoh di atas, dapat diuraikan seperti di bawah ini.
-

Budi menceraikan Wati. Lelaki yang berasal dari Jakarta itu menceraikan istrinya. Laki-laki brengsek itu menceraikan Wati.

Focalization digunakan untuk menggambarkan apakah si

pencerita terlibat langsung di dalam sebuah peristiwa atau tidak. Menurut saya, pada contoh (b) si pencerita tidak terlibat langsung karena terdapat kalimat: katanya bernama Budi.

2. Apa yang Anda ketahui tentang dieksis? Jelaskan dengan disertai contoh dari bahasa yang Anda ketahui.

Jawaban. Deiksis mengandung arti memperlihatkan atau menunjukan. Deiksis pada intinya yang sering digunakan pada linguistik dan keadaannya tidak stabil. Berpatokan pada here, now, dan I. atau di sini, sekarang, dan saya. Deiksis terbagi menjadi tiga jenis:

Person deixis, direalisasikan dengan pronomina, misalnya: Saya

atau Aku yang menunjukan pembicara atau persona pertama, engkau atau kamu yang mengacu kepada lawan bicara atau persona ke dua, dan dia sebagai orang ketiga yang bisa jadi merupakan tema pembicaraan. Contoh: A: Ini punya siapa? B: Punya dia, Bu.

Place deixis, dapat dinyatakan dengan demonstrativa, misalnya

ini dan itu, atau dengan adverbia yang menunjukan arti tempat. Contoh: Tunggu aku di sana lima menit lagi.

Time deixis, dapat direalisasikan dalam bentuk adverbia yang

menunjukan waktu. Contoh: A: Kapan mau bayar? B: Besok.

3. Bagaimana hubungan antara strategi kesantunan dan tindakan

menyerang

muka

(face

threatening

act).

Jelaskan

dengan

menggunakan fenomena sehari-hari sebagai contoh.

Jawaban. Strategi kesantunan dibutuhkan agar pembicara tidak kehilangan muka. Semakin tinggi risiko kehilangan muka, maka semakin banyak strategi kesantunan yang digunakan.

a. b. c.

Orang yang sudah kenal Eh, ini artinya apa sih? Seumuran, statusnya sama Mbak, ini artinya apa ya? Statusnya lebih tinggi Maaf, Mbak, kalau boleh tahu ini

artinya apa?
d.

Jarak sosialnya jauh Maaf mengganggu sebentar.

Bagian ini kurang jelas, saya boleh tahu maksudnya apa? 4. Inferensi yang dilakukan dalam memahami sebuah tindakan yang

komunikasi

dapat

berperan

sebagai

penghubung

garis

terputus, penghubung secara tidak otomatis, dan pengisian ruang kosong dalam interpretasi. Jelaskan dengan disertai contoh. Jawaban. Menurut saya, inferensi justru menjadi penghubung secara otomatis antara unsur-unsur dalam teks melalui representasi pengetahuan yang telah ada dapat dipakai sebagai dasar untuk menentukan hubungan yang hilang atau terputus. Contoh: (a) (b) Kamu sudah baca novel saya yang baru? Sudah. Tokoh utamanya kenapa mati?

5. Jelaskan istilah di bawah ini dengan ringkas dan disertai contoh. a. Presuposisi b. Inferensi c. Tow-down and botton up processing d. Eksplikatur

Jawaban

a. Presuposisi adalah informasi implisit yang harus benar dalam

kalimat, yang tidak terpengaruh oleh negasi, sehingga kalimat tersebut dapat dihukumi benar atau salah. Presuposisi juga dapat dikatakan sebagai pengetahuan yang dijadikan dasar dalam sebuah wacana. Contohnya: Asri (tidak) ikut karyawisata. Kalimat di atas mengandung praanggapan bahwa ada seorang anak bernama Asri, Asri masih sekolah, dan memiliki uang untuk biaya karyawisata.

b. Inferensi pada dasarnya proses mengambil kesimpulan baik

hasil yang kita simpulkan maupun cara yang sedang kita simpulkan, sedangkan pengertian inferensi secara umum adalah seluruh jenis informasi implisit yang dapat diderivasikan dari wacana. Ada beberapa inferensi yang terkait dengan entailmen, conventional implicature, dan corversational implicature. Masingmasing contoh di atas di antaranya:
-

Entailmen mengandung arti implikatur yang didapatkan bukan dari percakapan. Misalnya: saya lebih mangga berarti sama saja dengan saya

lebih buah.
-

Conventional

implicature

memiliki

arti

implikatur

yang

didapatkan bukan dari percakapan. Misalnya: Wajar saja dia naik Ferrari ke kampus, anak pejabat!
-

Conversational

implicature:

dihasilkan

dari

percakapan

adanya akibat dari percakapan Misalnya: A: Tolong kerjakan tugas saya. B: Saya juga bingung

Yang artinya si B tidak bisa mengerjakan tugas A. Jadi penolakan tidak dikatakan secara langsung tetapi secara tersirat.

c. Top-down

and

bottom

up

processing

merupakan

pemahaman teks biasanya dilakukan melalui apa yang terdapat secara literal dalam teks dan, pada saat yang sama, dilakukan prediksi apa yang dimaksudkan oleh teks berdasarkan konteks. Misalnya: sapaan seorang tamu ketika mengucapkan

assalamualaikum ketika mengetuk pintu rumah tuan rumah.

d. Eksplikatur merupakan makna tersirat yang ditimbulkan oleh

apa yang terkatakan. Contoh: A: Dia memang seorang koki yang andal, jam terbangnya tinggi. B: Dia terbang jam berapa?

Anda mungkin juga menyukai