Anda di halaman 1dari 4

“STRATEGI PARLEMEN MEMBERANTAS NARKOBA GUNA

MEMPERSIAPKAN GENERASI EMAS 2045”

OLEH : NURUL FITRIANA

Indonesia saat ini berada dalam zona darurat narkoba. Pertumbuhan narkoba di
Indonesia dapat analogikan sebagai wabah krusial. Jika di dunia medis,
diibaratkan dengan penyakit cancer stadium akhir. Mengapa demikian? Hal itu
dikarenakan jumlah pengguna narkoba di Indonesia semakin meningkat. Narkoba
terus menyerang seluruh lapisan masyarakat tanpa pandang buluh dan tanpa
melihat strata sosial. Terbukti dari hasil penelitian yang dilakukan Badan
Narkotika Nasional (BNN) dengan Puslitkes-UI yang menyebutkan bahwa
jumlah penyalahguna narkoba diperkirakan pada tahun 2014 ada sebanyak 3,8 juta
sampai 4,1 juta dalam setahun terakhir (current users) pada kelompok usia 10-59
dan mencapai 5,8 juta jiwa pada tahun 2015. Terlebih fakta lain menyebutkan
bahwa di tahun 2014, 22 persen dari pengguna narkoba di Indonesia berstatus
pelajar dan mahasiswa serta mengalami peningkatan di tahun 20151. Lantas
berapa banyak pengguna narkoba 5 atau 10 tahun kedepan?

Layaknya adagium alias pribahasa “ada asap, ada api” . Kita kaitkan dengan
hubungan kausalitas. Meningkatnya peredaran narkoba tentu ada alasan yang
melatar belakanginya. Samahalnya dengan kasus pengguna narkoba yang
kebanyakan merupakan kalangan remaja pastilah ada hal yang mendasari
mengapa dapat demikian. Sehingga berangkat dari masalah diatas, hendaknya kita
mengetahui terlebih dahulu segala penyebab atau akar dari permasalahan yang
terjadi. Yakni peningkatan narkoba terjadi disebabkan adanya pergolakan jumlah
pengguna dan eskalasi kebutuhan pengguna dan pengedar. Sedangkan jika
dipantau dari beberapa fraksi, kasus pengguna narkoba yang kebanyakan
merupakan kalangan remaja disebabkan oleh beberapa faktor yakni :

1
BNN : Peningkatan Pengguna Narkoba
http://www.netralnews.com/news/pendidikan/read/26672/bnn.22.persen.pengguna.narkoba
.adalah.pejalar.dan.mahasiswa (diakses 18 Agustus 2017 pukul 15.27 WIB)
1. Masa remaja merupakan masa transisi, sehingga remaja relatif labil atau
dalam artian mengikuti pengaruh lingkungan yang cenderung untuk “coba-
coba” atau “ikut-ikutan” dengan sesuatu hal yang mereka anggap “baru”.
Seperti halnya narkoba yang dianggap barang baru, animo remaja untuk
coba-coba atau ikut-ikutanpun akan memuncak.
2. Kondisi lingkungan, baik itu lingkungan sekitar ataupun lingkungan
keluarga. Apabila terjadi pergeseran diantara kedua lingkungan tersebut,
maka akan berpengaruh pada minset atau psikis remaja. Contohnya broken
home yang menyebabkan perubahan emosi dan perasaan remaja dan
ujung-ujungnya merujuk pada narkoba sebagai tempat pelampiasan.
3. Perkembangan arus globalisasi, yang menuntut remaja untuk mengikuti
tren zaman yang menganggap narkoba sebagai sekutu bukan rival.
Narkoba dijadikan sebagai kebutuhan. De facto nya adalah narkoba yang
digunakan sebagai obat penenang ataupun penghilang rasa lelah bagi
beberapa remaja yang berkecimpung di dunia kerja.

Disisi lain pun, masih banyak yang menjadi faktor pendukung pergolakan jumlah
pengguna narkoba di kalangan remaja. Dan sejalan dengan maraknya kasus
mengenai penggunaan dan perdaran narkoba, memicu munculnya opini dan
stigma masyarakat mengenai bagaimana peranan pemerintah persoaalan narkoba.
Padahal Presiden RI pun telah mengambil langkah tegas dan tidak main-main
perihal persoalan narkoba. ditetapkan hukuman mati sebagai hukuman tertinggi
bagi pengedar narkoba. Ditambah UU No. 35 th 2009 tentang narkotika pun telah
menjelaskan secara rinci mengenai sangsi hukuman yang diberikan barangsiapa
yang kedapatan memakai dan mengedar narkoba. Namun sayang, perdaran
narkoba tetap saja terjadi dan tidak mengalami degradasi yang signifikan.

Jika diawal dikatakan bahwa narkoba di indonesia diibaratkan sebagai penyakit


cancer stadium akhir. Maka kita hanya punya 2 pilihan yakni pasrah dengan
kondisi yang terjadi atau mencari obat yang ampuh dan mujarab untuk
menyembuhkan cancer tersebut. Samahalnya dengan penyakit, apabila undang-
undang pun sudah tidak mumpuni untuk memberikan efek jera kepada pengguna
narkoba, maka sangat dibutuhkan sebuah strategi atau formula lain yang lebih
ampuh untuk memberantas narkoba. Sehingga asumsi buruk masyarakat
mengenai peran pemerintah akan dikikis oleh stategi yang di jalankan.

Beranjak dari itu semua, lantas ‘strategi apa yang dianggap mampu memberantas
narkoba?’ Pengoptimalan peran seluruh elemen bangsalah strategi yang paling
jitu. Dimulai dari peranan masyarakat, dengan mendukung secara penuh segala
sesuatu kebijakan pemerintah mengenai peraturan narkoba dan dengan tidak
“ikut-ikutan” menjadi pengguna atau pengedar. Dengan kedua hal tersebut
masyarakat sudah mengambil andil penting dalam memberantas narkoba.
Kemudian peranan pemerintah, terkhusus parlemen. Sebagai badan legislatif,
parlemen tihak harus terus-terusan terpaku dengan fungsi regulasi, yang
menyusun undang-undang ataupun merevisi undang-undang. Namun dengan
memantapkan fungsi pengawasan yang dalam hal ini dapat dimuat dalam suatu
program. Program yang dicanangkan pun mesti selaras dengan kondisi
masyarakat saat ini, akar permasalahan mengapa narkoba terus beredar harus di
teliti lebih mendetail, dan di perlukan analisa yang kuat terlebih dahulu. “IMAN”
misalnya, program yang merupakan singkatan dari Indonesia Merdeka Anti
Narkoba. Maksud program IMAN?

Di provinsi Bangka Belitung sendiri rasanya tidak ada program khusus mengenai
pemberantasan narkoba. Muluk-muluknya kegiatan yang pernah dilakukan hanya
sosialisasi masalah bahaya narkoba. Meskipun sudah ada duta anti narkoba,
namun tetap saja tidak terjadi revolusi mengenai penggunaan narkoba. Remaja di
Bangka Belitung tetap saja masih kedapatan ‘ngaibon’. Tidak ada kegiatan yang
preventif untuk merubah paradigma masyarakat jika narkoba harus benar-benar
dibasmi. Sehingga dipikir sangat perlu program ‘IMAN’ sebagai program inovasi
disetiap daerah yang ada di Indonesia. Dengan mengoptimalkan kembali peranan
duta-duta anti narkoba misalnya. Tentunya program tersebut pun dibawah
pengawasan parlemen yang ‘ektra-ketat’.
Konsep ataupun sistematika dari program IMAN tersebut berupa dengan memulai
dari pendekatan kepada remaja. Yakni memprioritaskan remaja, dimana tetap
dilakukan pemilihan duta anti narkoba secara berkala, survei pengguna narkoba
secara berkala. Kemudian dapat melakukan penyuluhan secara lebih mendalam
mengenai bahaya narkoba. Dalam program ini, duta-duta anti narkoba yang benar-
benar telah terpilih menjadi motor atau penggerak. Selain penyuluhan, dapat
melakukan kegiatan inovasi mengenai pembaharuan dan revolusi mental. Dan
lagi-lagi sangat diperlukan pengawasan alias dibawah naungan parlemen.
Sehingga diharapkan dengan adanya program inovasi, pengguna narkoba dapat
direduksi. Remaja Indonesia akan menjadi garda depan dalam menuju Indonesia
maju. Indonesia siap tempur perangi narkoba dan 2045 sebagai tahun emas putra-
putri Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai