Anda di halaman 1dari 2

Semantik Bahasa Indonesia

Nama : Hibbatullah Hibrizii


NIM : 210212603254
Bab 1
1. Pengertian semantik
Semantik, dari bahasa Yunani, berarti memaknai. Secara teknis berarti “studi
tentang makna”. Komponen dalam linguistik meliputi tiga tingkatan yaitu
komponen bunyi (kajian fonologi), tata bahasa (morfologi dan sintaksis), dan
komponen makna (kajian semantik)
2. Sejarah semantik
- Aristoteles (384-322 SM) adalah pemikir pertama yang menggunakan istilah
makna. Selain itu, dia juga mengungkapkan bahwa makna kata itu dapat
berupa makna yang hadir dari kata itu sendiri secara otonom, serta makna
kata yang hadir akibat terjadinya hubungan gramatikal
- Tahun 1825 (underground period), C. Chr. Reisig mengungkapkan konsep
baru tentang grammar yang meliputi 3 unsur utama (1) semasiologi, ilmu
tentang tanda, (2) sintaksis, studi tentang kalimat, dan (3) etimologi, studi
tentang makna.
- Tahun 1883, Michel Breal menyebutkan bahwa semantik merupakan bidang
keilmuan baru dan ilmu murni-histori.
- Tahun 1931, pertumbuhan studi makna ditandai dengan munculnya studi
makna secara empiris terhadap bahasa Inggris oleh Gustaf Stern. Sebelum itu,
muncul seorang ahli bahasa bernama Ferdinand De Saussure yang sangat
berpengaruh pada perkembangan linguistik.
3. Semantik dan disiplin ilmu lain
1.1. Semantik dengan filsafat
Hubungan Semantik dengan Filsafat didasarkan karena kedekatan ilmu
filsafat sebagai hakikat dan realitas maupun prinsip. Dunia fakta menjadi
sebuah objek yang berkaitan dengan semantik mengenai bahasa sebagai
perantara. Menurut Betrand Russel ketepatan dalam menyusun simbol
kebahasaan secaralogis merupakan dasar dalam memahami struktur
realitas secara benar. Selain fungsi simbolik bahasa juga memiliki fungsi
lain berupa fungsi emotif dan afektif. Bahasa menurut filsuf Yunani
digunakan untuk merumuskan ciri-ciri manusia.para filsuf Yunani
merumuskan pengertian logos sebagai sesuatu yang mengandung mana
isyarat, perbuatan, inti sesuatu, cerita ataupun susunan kata. Dengan kata
lain semantik dapat dihubungkan dengan filsafat, sebab kedua ilmu
tersebut saling berkaitan dan berhubungan dengan logika.
1.2. Semantik dengan psikologi
Manusia merupakan mahluk sosial yang berkomunikasi satu sama lain
menggunakan bahasa. Dalam hubungan ilmu ini pasti saling berkaitan.
Dalam psikologi bahasa menjadi salah satu media yang digunakan untuk
menganalisis kejiwaan (batin, pikiran, asosiasi, bahkan pengalaman)
menjadi faktor yang tak dapat diabaikan. Menurut Alston (1964) bahasa
juga dapat menjadi instrumen pikiran yang mengacu pada suasana
maupun realitas tertentu.
1.3. Semantik dengan antropologi
Hubungan Semanik dengan Antropologi ditandai dengan fenomena sosial
yang pasti terjadi diantara kedua ilmu tersebut. Aspek sosial dan kultural
sangat berperan penting dalam menentukan bentuk dan perkembangan
makna kebahasaan. Halliday mengungkapkan bahwa The Semantic
System that is if Primary Concern in a Sociolinguistic Context. Menurutnya
ada tiga unsur yang tak dapat dipisahkan yaitu, ideational, interpersonal,
dan textual. Tiga unsur tersebut merupakan representasi hubungan
antara Semantik dengan Antropologi.
1.4. Semantik dengan kesastraan
Seperti yang telah kita ketahui dan pelajari sastra direpresentasikan
melalui sebuah karya yang menggunakan bahasa sebagai medianya, akan
tetapi bahasa yang digunakan dalam kesusastraan berbeda dengan
bahasa yang digunakan dalam sehari-hari. Kode dalam sastra memiliki
dua lapis yaitu lapis makna dan lapis bunyi. Ilmu makna memiliki peranan
penting ketika ingin memahami teks sastra.

1.5. Semantik dengan linguistik


Konsep mengenai signans sebagai komponen terkecil dari tanda dan
signatum telah dikembangkan oleh Ferdinand de Saussure yang
mengintroduksi istilah significant, yakni gambaran bunyi abstrak dalam
kesadaan serta signifie, yakni gambaran dunia luar dalam abstraksi
kesadaran yang diacu oleh significant (Labov & Weinrich, 1980: 4). Dalam
berkomunikasi unsur significant harus memiliki wujud kongkret,
memiliki relasi, dan kombinasi yang sesuai, sehingga terdapat
kesinambungan ketika sedan berkomunikasi. Salah satu aspek yang
menjadi landasan adalah semantic yang berkaitan dengan tata makna.
“Makna & lambang” dan “semantik & tata bahasa” merupakan kesatuan
yang tak dapat dipisahkan. Meskipun bisa dibilang mirip semantik dan
linguistik ini berbeda walaupun memiliki hubungan. Perbedaan tersebut
terletak pada makna ilmu itu sendiri. Bloom field (1933) dan Harris
(1951) pernah melakuka kajuan yang melihat makna berdasarkan
kontras dan ciri substitusi setiap bentuk dan menurut mereka semantik
merupakan ilmu yang berada di luar linguistik.

Anda mungkin juga menyukai