Anda di halaman 1dari 105

BUMIKAN AKHLAQUL KARIMAH, WUJUDKAN GENERASI GEMILANG

MATERI AKIDAH

Rukun Iman
Rukun iman merupakan dasar kepercayaan umat Islam kepada Allah SWT.
Terdapat 6 rukun iman. Sebelum menyebutkan apa saja 6 rukun iman yang
wajib dipahami setiap Muslim, kita harus paham arti iman sesungguhnya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), iman artinya kepercayaan (yang
berkenaan dengan agama); keyakinan dan kepercayaan kepada Allah, nabi,
kitab; ketetapan hati, keteguhan batin, dan keseimbangan batin. Jadi iman itu
keyakinan atau kepercayaan kepada Allah SWT.

Ketika kita percaya kepada Allah SWT maka pahami lebih dalam mengenai makna
6 rukun iman. Terkait 6 rukun iman sebenarnya sudah ditetapkan dalam Al
Quran sesuai firman Allah SWT yang berbunyi;

ٰۤ
ِ‫اْل ِخ ِر والْم ٰل ِٕى َكة‬ ِ ِ ِ ِ ِٰ ِ ِ ِ ِ ‫لَْي‬
َ َ ٰ ْ ‫س الْ َِّباَ ْن تُ َولُّ ْوا ُو ُج ْوَه ُك ْم قبَ َل الْ َم ْش ِرق َوالْ َم ْغ ِرب َولك َّن الْ َِّب َم ْن اٰ َم َن ِب ّٰٰلل َوالْيَ ْوم‬ َ
ِ ٰۤ َّ ‫السبِي ِِۙل و‬ ِ ِ ‫والْكِت‬
‫ْي َو ِىف‬
َ ْ ‫السا ِٕىل‬ َ ْ َّ ‫ْي َوابْ َن‬ َ ْ ‫ال َع ٰلى ُحبِٰه َذ ِوى الْ ُق ْرٰب َوالْيَ ٰت ٰمى َوالْ َم ٰسك‬ َٰ ِ‫ٰب َوالنَّب‬
َ ‫ْي ۚ َواٰتَى الْ َم‬ َ
ِ ِ ٰۤ ِ ٰۤ ِ ِِ ِۚ َ‫الرق‬
َ ْ ‫الصِ ِِبيْ َن ِىف الْبَأْ َساء َوالضََّّراء َوح‬
‫ْي‬ َ ‫الزٰكو ٰۤةَ ۚ َوالْ ُم ْوفُ ْو َن بِ َع ْهده ْم اذَا َع‬
ٰٰ ‫اه ُد ْوا ۚ َو‬ َّ ‫الص ٰلوةَ َواٰتَى‬
َّ ‫اب َواَقَ َام‬
ٰۤ
ِٰ
ٰ ِ َّ ٰ ۗ
‫ك ُه ُم الْ ُمتَّ ُق ْو َن‬
َ ‫ص َدقُ ْوا َۗواُول ِٕى‬
َ ‫ك الذيْ َن‬ َ ‫الْبَأْ ِس اُول ِٕى‬
“Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi
kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-
malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada
kerabat, anak yatim, orang- orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan
(musafir), peminta- minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang
melaksanakan sholat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji
apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan pada masa
peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-orang
yang bertaqwa." (Al Baqarah: 177)

Yuk Pelajari Cara Bacanya disini!

Scan QR berikut atau klick disini ya!


belajar membaca QS. Al-Baqarah: 177
https://youtu.be/5JUv3nlTRLY

2
Dalam sebuah hadist juga menyebutkan mengenai 6 rukun iman:

‫ َوتُ ْؤِم َن ِِبل َق َد ِر‬،‫ َوالْيَ ْوِم اآلَ ِخ ِر‬،‫ َوُكتُبِ ِه َوُر ُسلِ ِه‬،‫ َوَمالئِ َكتِ ِه‬،ِ‫ا ِإلْْيَان أَ ْن تُ ْؤِم َن ِِبهلل‬
ِ‫خ ِْيهِ و َش ِره‬
ٰ َ َْ
Artinya:
"Keimanan itu ialah engkau akan percaya (beriman) pada Allah,
malaikat- malaikat-Nya, kitab-kitab suci-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir
(kiamat) dan engkau akan percaya kepada takdir baik dan buruk
dari pada-Nya." (HR. Muslim).

Apa kalian sudah hafal dan mengerti makna 6 rukun iman? Jika belum, yuk kita
hafalkan!

1. Iman kepada Allah SWT

2. Iman kepada Malaikat-malaikat Allah SWT

3. Iman kepada Kitab-kitab Allah SWT

4. Iman kepada Rasul dan Nabi Allah SWT

5. Iman kepada hari akhir (Kiamat)

6. Iman kepada Qada' dan Qadar.

3
MARI MENYANYI BERSAMA!

ENAM RUKUN IMAN

(LIRIK LAGU SAYONARA)

Rukun Iman Rukun Iman itu ada 6 (2x)

Iman pada Allah

Pada Malaikat

juga pada Kitab-Kitab Allah

Iman pada Rosul

Pada Hari Kiamat

Juga pada Qada' Qadar Allah

Jika kalian kesulitan, boleh dengarkan lagu nya di sini!

Atau, Klik di sini!


https://youtu.be/wslsveWC7c0

4
Yuk Kita Bermain!

Carilah kata-kata yang ada kaitannya dengan rukun iman pada teka-teki di bawah ini!

Selamat Mencoba!

ALLAH, MALAIKAT, KITAB, RASUL, HARI AKHIR, QADA QODHAR

5
AKU CINTA ISLAM

Agama Islam ini diturunkan oleh Allah untuk seluruh umat manusia, dari berbagai etnis
suku bangsa, dari yang berkulit putih, cokelat, sawo matang, hingga yang berkulit hitam.
Islam diturunkan sejak zaman para nabi untuk seluruh manusia hingga akhir zaman
nanti. Islam juga merupakan agama rahmatan lil alamiin, atau rahmat bagi seluruh alam.
Bukan hanya untuk yang memeluknya, tetapi juga untuk pemeluk agama lain, untuk
lingkungan, bahkan untuk makhluk lain selain manusia.

Islam adalah agama yang syumuliyah. Syumuliyah berasal dari kata syamil yang artinya
menyeluruh. Syumuliyatul Islam berarti lengkapnya Islam dalam berbagai bidang
kehidupan, dari mulai kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat hingga bernegara. Dari
urusan sosial, ekonomi, hukum, pendidikan, budaya, teknologi bahkan politik.

Islam sebagai agama yang diturunkan oleh Allah, sebagai agama rahmat bagi seluruh
alam adalah salah satu bentuk cinta Allah kepada kita. Bayangkan, jika Allah tidak
menurunkan agama Islam dan petunjuk dalam Al-Qur’an! Maka, setiap orang akan
hidup semaunya tanpa aturan. Tidak akan tumbuh kebaikan-kebaikan. Yang ada adalah
kerusakan karena semua orang hidup dengan kemauannya sendiri.

Kita harus bersyukur dengan adanya Islam. Hidup kita akan diatur dengan yang serba
baik, dari bangun tidur sampai tidur lagi. Kita bangun dengan doa, menyambut pagi
dengan gembira, senyum sapa kepada ayah bunda, berangkat sekolah dengan doa
penuh ceria. Disekolah kita menjadi anak yang disiplin, belajar dengan rajin, santun
kepada bapak ibu guru, bersikap baik kepada teman-teman, dan seterusnya. Kenapa
kita harus bersikap seperti itu? Karena Islam yang mengajarkan demikian.

Islam mengajarkan berbuat baik pada orang tua, berdoa sebelum beraktivitas,
bersungguh-sungguh dalam bekerja, menjaga persaudaraan, mencintai kebersihan,
menyantuni fakir miskin, gemar berbagi dan bersedekah, berkata jujur dan menolong
orang lain yang membutuhkan, dan berbagai kebaikan yang lainnya. Luar biasanya
Islam, Indahnya Islam, “Aku Bangga Menjadi Muslim!” dan “Aku cinta Islam!”.

6
APA ITU ISLAM?
Islam merupakan salah satu agama yang terbesar dan tersebar diseluruh dunia saat ini.

Agama Islam juga menjadi satu-satunya agama yang diridhoi oleh Allah swt. Kita sebagai
umat muslim harus bersyukur karena tinggal di Indonesia, dimana mayoritas
penduduknya beragama Islam.

Agama Islam terus berkembang dan bisa diterima oleh banyak orang berkat usaha yang
dilakukan oleh para nabi, para sahabat, para ulama-ulama dan semua orang yang
mendakwahkan agama islam ini kepada banyak orang.

Islam berasal dari kata aslama yuslimu islaman yang berarti tunduk, patuh dan selamat.
Sebagai seorang muslim, tentu penting untuk mengetahui makna islam. Dengan
mengetahui dan memahami makna Islam, kita juga bisa semakin mengerti dan

bagaimana seharusnya menjadi seorang muslim yang benar.


Dibawah ini diuraikan secara bahasa, Islam adalah salima,. Kata Salima ini sendiri
mempunyai banyak pengertian. Diantaranya:

1. Menundukkan diri (aslama)


Aslama yang artinya menundukkan diri kepada Allah. Allah Maha besar dan
Maha menciptakan segala sesuatu sehingga semua makhluk ciptaan-Nya

Sudah seharusnya menundukkan diri pada penciptanya.


2. Berserah Diri (Istaslama)
Istaslama berate berserah diri kepada Allah secara tulus dan tat karena tidak

ada kekuatan dan daya yang dimiliki kecuali milik Allah. Langit dan bumi
berserah diri kepada Allah. Semua makhluk berserah diri kepada Allah Yang
Maha Kuat.

3. Suci, Bersih (Saliimun)


Saliim artinya bersih dan suci, baik yang berkaitan dengan kebersihan lahir
maupun batin. Allah berfirman tentang kondisi hari kiamat bahwa manusia

tidak akan mendapatkan manfaat dari apa yang dimilikinya didunia kecuali
yang hatinya bersih dari kesyirikan dan kemunafikan.
4. Selamat, Sejahtera (Salaamun)

7
Saalamun artinya keselamatan atau kesejahteraan. Hal ini bias difahami
bahwa Islam menjanjikan keselamatan dan kesejahteraan bagi pemeluknya,

baik didunia maupun di akhirat.Keselamatan dan kesejahteraan menjadi


ucapan yang disampaikan sesorang kepada saudaranya ketika bertemu, yaitu
“Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh” (keselamatan, keberkahan

dan rahmat Allah atas kalian).


5. Perdamaian (Salmun)
Salmun artinya perdamaian.Islam itu datang untuk membawa tujuan

perdamaian dan kasih sayang.Bukan hanya untuk manusia, tetapi untuk


seluruh alam semesta.

Ketika Rasululloh saw ditanya tentang Islam beliau menjawab:” Islam itu engkau
bersaksi bahwa tidak ada sesembahan(yang haq) selain allah dan bahwasannya
Muhammad adalah utusan Allah, engkau dirikan sholat, tunaikan zakat, berpuasa

ramadhan dan berhaji ke baitullah jika engkau mampu untuk menempuh


perjalanan kesana.”
Sebagai seorang muslim, kita selalu berusaha untuk menjalankan perintah Allah

dan menjauhi larangan-Nya. Berbagai ibadah kita lakukan, meski masih belum
bisa sempurna.

8
MATERI FIQIH

Yuk Kita Pahami!

Ibadah Puasa Ramadhan

Pengertian Puasa Ramadhan

Pengertian puasa Ramadhan menurut syariat Islam adalah suatu amalan ibadah
yang dilakukan dengan menahan diri dari segala sesuatu seperti makan, minum,
perbuatan buruk maupun dari yang membatalkan puasa mulai dari terbitnya fajar
hingga terbenamnya matahari yang disertai dengan niat karena Allah SWT,
dengan syarat dan rukun tertentu.
Puasa dalam Islam juga sering disebut shaum yang merupakan salah satu ibadah
yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

Allah swt. menjelaskan dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 183:


‫علَى الَّذِينَ ِم ْن قَ ْب ِل ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم‬ ِ ‫علَ ْي ُك ُم‬
َ ‫الص َيا ُم َك َما ُك ِت‬
َ ‫ب‬ َ ‫َيا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ُك ِت‬
َ ‫ب‬
َ‫تَتَّقُون‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas anda berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum anda agar anda bertakwa.

Jadi firman Allah SWT di atas menjelaskan bahwa melaksanakan puasa


Ramadhan adalah wajib hukumnya, di mana hal tersebut adalah bentuk
pertanggungjawaban manusia kepada penciptanya secara langsung serta
kegiatan yang menyangkut hablum minallah.
Selain pengertian puasa Ramadhan di atas, ada beberapa hal penting lainnya
menyangkut puasa Ramadhan seperti rukun puasa Ramadhan, syarat puasa
Ramadhan, dan lain sebagainya.

9
Syarat Wajib Puasa Ramadhan

Setelah mengetahui pengertian puasa Ramadhan, berikut ini adalah syarat wajib
untuk menjalankan puasa Ramadhan yang baik dan benar.
a. Mempunyai keyakinan Islam atau beragama Islam
b. Telah melalui masa baligh atau telah mencapai umur dewasa
c. Mempunyai akal
d. Sehat jasmani dan rohani
e. Bukan seorang musafir atau sedang melakukan perjalanan jauh
f. Suci dari haid dan nifas
g. Mampu atau kuat melaksanakan ibadah puasa Ramadhan
Syarat wajib puasa Ramadhan di atas harus dipenuhi untuk menjalankan puasa
Ramadhan. Baligh atau telah mencapai umur dewasa memang menjadi salah satu
syaratnya, namun untuk anak-anak juga harus di ajari sejak dini untuk mulai
berpuasa meskipun hanya setengah hari dan lebih utama untuk mengajari
amalan-amalan dalam puasa Ramadhan.
Syarat wajib puasa Ramadhan di atas harus dipenuhi untuk menjalankan puasa
Ramadhan. Baligh atau telah mencapai umur dewasa memang menjadi salah satu
syaratnya, namun untuk anak-anak juga harus di ajari sejak dini untuk mulai
berpuasa meskipun hanya setengah hari dan lebih utama untuk mengajari
amalan-amalan dalam puasa Ramadhan.

Rukun Puasa Ramadhan

Setelah syarat wajib puasa Ramadhan telah terpenuhi, anda harus melaksanakan
rukun puasa sebagai berikut:
a. Niat. Niat dan doa di bulan Ramadhan merupakan tahapan penting dalam
menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Niat dilakukan sebelum menjalankan
ibadah puasa Ramadhan. Niat doa puasa Ramadhan diucapkan sebelum fajar
tiba. Beberapa hadist menjelaskan juga bahwa niat bisa diucapkan malam
harinya sebelum sahur atau setelah sholat tarawih.
b. Menahan diri dari kegiatan makan, minum, bersetubuh, maupun hal-hal lain
yang membatalkan puasa.

10
Niat Puasa Ramadhan

Artinya: Saya niat berpuasa esok hari untuk menunaikan kewajiban di bulan
Ramadhan tahun ini karena Allah Ta’ala

Sunnah Puasa Ramadhan

Selain pengertian puasa Ramadhan, syarat, hingga rukunnya, anda juga harus
mengetahui sunnah-sunnah puasa Ramadhan agar amalan ibadahmu semakin
besar. Berikut beberapa sunnah puasa Ramadhan.
a. Sahur
b. Segera berbuka saat waktu buka puasa
c. Membaca doa buka puasa
d. Berbuka dengan yang manis-manis
e. Memberi makan pada orang yang berbuka
f. Memperbanyak ibadah dan berderma, dan masih banyak lagi

َ ‫ع َلى ِر ْزقِكَ أَ ْف‬


‫ط ْرتُ بِ َر ْح َمتِكَ يَا‬ َ ‫ص ْمتُ َوبِكَ آ َم ْنتُ َو‬ ُ َ‫اَل ّل ُه َّم َلك‬
َّ ‫اَ ْر َح َم‬
َ‫الر ِح ِميْن‬
Artinya: “Yaa Allah, untuk-Mu aku berpuasa, dan
kepada-Mu aku beriman, dan dengan Rahmat-Mu
wahai yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang”

Hal yang Makruh Saat Berpuasa

Makruh adalah hal-hal yang sebaiknya tidak dilakukan.


a. Berbekam
b. Mengulum sesuatu di dalam mulut

11
c. Merasakan makanan dengan lidah, contohnya saat memasak dan mencicipnya
d. Memakai wangi-wangian
e. Bersiwak atau menggosok gigi saat terkena terik matahari
f. Berkumur di luar kumur wudhu

Hal-hal yang Memperbolehkan untuk Tidak Berpuasa atau Membatalkan Puasa

Puasa terutama puasa Ramadhan memang wajib hukumnya, namun ada


beberapa hal yang memperbolehkan kita untuk tidak berpuasa atau
membatalkan puasa. Akan tetapi diwajibkan untuk mengeluarkan fidya atau
mengganti puasa tersebut di lain hari.
a. Dalam perjalanan jauh
b. Orang tua berusia lanjut
c. Dalam keadaan sakit
d. Wanita menyusui dan hamil

Hikmah Puasa Ramadhan


a. Melatih kesabaran
b. Membentuk akhlaqul karimah
c. Mempengaruhi kondisi fisik menjadi sehat
d. Menimbulkan rasa syukur
e. Meningkatkan ketakwaan dalam diri seseorang
f. Membersihkan diri dari dosa-dosa
g. Membiasakan diri hidup hemat
Itulah beberapa hal mengenai puasa Ramadhan, mulai dari pengertian puasa
Ramadhan hingga hikmah yang akan diberikan dan didapat ketika kita
menjalankannya. Ramadhan adalah bulan suci yang sangat dinanti-nantikan
karena memiliki beribu-ribu manfaat.

12
AKTIVITASKU

Wajibkah Mereka? Tidak semua orang wajib berpuasa karena tidak


memenuhi syarat-syaratwajib berpuasa. Tapi selain itu, ada beberapa
orang yang diizinkan tidak berpuasa karena alasan khusus. Cari tahu
siapa saja yang tidak wajib berpuasa dan yang diizinkan tidak berpuasa!

13
SALAT TARAWIH DAN SALAT WITIR

1. Pengertian Salat Tarawih


Salat Tarawih adalah salat sunah yang hanya dikerjakan di malam hari pada
bulan Ramadan. Berikut niat dan tata cara salat Tarawih di bulan Ramadan.
2. Hukum salat tarawih
Hukum melaksanakan salat Tarawih adalah sunnat muakkad yang boleh
dikerjakan sendiri-sendiri atau berjamaah. Pada periode pandemi Covid-19, salat
Tarawih dianjurkan dilakukan dari rumah.
3. Waktu pelaksanaan salat Tarawih
Waktu pelaksanaan sholat Tarawih adalah dimulai setelah salat Isya' hingga
sebelum salat witir atau sampai masuk waktu Subuh, ditandai dengan terbitnya
Fajar Shodiq.
4. Jumlah rakaat salat Tarawih
Terdapat sejumlah pendapat mengenai jumlah rakaat salat Tarawih.
Sholat Tarawih boleh dikerjakan delapan rakaat dengan salam setiap empat
rakaat. Boleh pula dilakukan 20 rakaat dengan salam setiap dua rakaat. Salat
Tarawih lalu dilanjutkan dengan tiga rakaat salat witir.
5. Tata cara salat tarawih
- Dimulai dengan niat salat Tarawih
Niat salat Tarawih dapat dibaca di dalam hati saat takbiratul ihram. Berikut niat
salat Tarawih dua rakaat berjamaah:

‫ْح َر ْك َعتَي ِْن ُم ْست َ ْقبِ َل ْال ِق ْبلَ ِة َمأ ْ ُم ْو ًما للِ ت َ َعالَى‬ ُ ‫ص ِلّى‬
ِ ‫سنَّةَ الت َّ َرا ِوي‬ َ ُ‫ا‬
Ushalli sunnatat taraawiihi rak'ataini mustaqbilal qiblati ma'muman (imaman)
lillahi ta'aalaa
Artinya:
Aku berniat salat Tarawih dua rakaat menghadap kiblat sebagai
makmum/imam karena Allah Ta'ala
Berikut niat salat Tarawih dua rakaat berjamaah yang dilakukan sendiri
(munfarid):

‫ْح َر ْك َعتَي ِْن ُم ْست َ ْق ِب َل ْال ِق ْبلَ ِة للِ ت َ َعالَى‬ ُ ‫ص ِلّى‬


ِ ‫سنَّةَ الت َّ َرا ِوي‬ َ ُ‫ا‬

Usholli sunnatattarowihi rok'ataini mustaqbilal qiblati lillahi ta'ala

14
Artinya:
Aku beniat salat tarawih dua rakaat menghadap kiblat karena Allah Ta'ala.
- Salat seperti biasa
- Surat pendek yang disarankan menyebut terdapat beberapa surat pendek yang
dianjurkan dibaca jika hafal setelah membaca surat Al-Fatihah.
Pada tanggal 1-15 Ramadan dianjurkan membaca surat pendek berikut ini secara
berurutan dari rakaat pertama berupa surat At-Takatsur, Al-Asr, Al-Humazah, Al-
Fiil, Quraisy, Al-Ma'un, Al-Kautsar, Al-Kafirun, An-Nashr dan Al-Lahab. Sementara
pada setiap rakaat kedua membaca surat Al-Ikhlas.
Pada tanggal 16 hingga akhir Ramadan dianjurkan membaca surat Al-Qadr
pada rakaat pertama. Pada rakaat kedua membaca surat pendek berikut ini
secara berurutan yakni, At-Takatsur, Al-'Asr, Al-Humazah, Al-Fiil, Quraisy, Al-
Ma'un, Al-Kautsar, Al-Kafirun, An-Nashr, dan Al-Lahab.
"Jika tidak hafal surat-surat tersebut maka silakan membaca surat dalam Al-
Qur'an yang dihafal,"
- Doa pada setiap salam

‫عنَّا َيا َك ِريْم‬ ُ ‫عفُو َك ِريْم ت ُ ِحب ْال َع ْف َو فَاع‬


َ ‫ْف‬ َ ‫اَللّٰ ُه َّم ِإنَّ َك‬
Allohumma Innaka Afuwwun Kariim Tukhibbul Afwa Fa'fuanni

Artinya:
Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf yang menyukai permintaan maaf,
maafkanlah aku yang Maha Mulia.

ِ َّ‫َط َك َوالن‬
‫ار‬ َ ‫اك َو ْال َجنَّةَ َونَ ُع ْوذُ ِب َك ِم ْن‬
ِ ‫سخ‬ َ ‫ض‬َ ‫اَللّٰ ُه َّم ِإنَّا نَ ْسئَلُ َك ِر‬

Allohumma inna Nas'aluka Ridhoka wal Jannah wa Na'udzhubika min Sakhotika


wannaar
Artinya:
Ya Allah, sesungguhnya kami memohon keridhoan-Mu dan surga, dan kami
berlindung dari murka-Mu dan siksa neraka.
- Doa kamilin di akhir salat tarawih
Pada salam terakhir salat tarawih dianjurkan membaca doa kamilin untuk
menyempurnakan keimanan.

15
Bilal saat berjamaah
Jika salat Tarawih dilakukan berjamaah, sebaiknya ditunjuk seorang bilal yang
bertugas sebagai pemandu bacaan selawat nabi untuk mengiringi salat Tarawih.
Bilal juga berfungsi membantu Imam agar tidak terlupa jumlah rakaat yang
dilaksanakan dengan menyebutkan nama-nama Khulafaurrosyidin.
6. Pengertian Salat Witir

Salah satu ibadah yang Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam contohkan yaitu
Salat sunnah witir. Banyak orang mengira bahwasanya Salat witir hanya
dilaksanakan ketika di bulan ramadhan saja dan sebagai pelengkap pada Salat
tarawih. Padahal Salat witir sebenarnya dianjurkan atau dilaksanakan setiap
malamnya.
Secara bahasa witir artinya ganjil. Sebagaimana Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda
‫ّللا ِوتْر ي ُِحب ْال ِوتْ َر‬
َ َّ ‫إِ َّن‬
“Sesungguhnya Allah itu Witr dan menyukai yang witr (ganjil).” (HR. Bukhari no.
6410dan Muslim no. 2677)
Adapun secara istilah witir adalah Salat yang dikerjakan sesudah isya sampai
waktu shubuh. Biasanya Salat witir ini sebagai penutup Salat malam.
Dari Abu Bashrah al-Ghifari Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ِ ‫صالَةِ ْال ِعش‬
‫َاء ِإلَى‬ َ َ‫ ف‬،‫ي ْال ِوتْ ُر‬
َ َ‫صل ْوهَا فِ ْي َما بَيْن‬ َ ‫للا زَ ا َد ُك ْم‬
َ ‫ َو ِه‬،ً‫صالَة‬ َ ‫ِإ َّن‬
.‫جْر‬ِ َ‫صالَةِ ْالف‬
َ
‘Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberi kalian tambahan Salat,
yaitu Salat Witir, maka Salat Witirlah kalian antara waktu Salat ‘Isya’ hingga Salat
Shubuh.’” [HR. Ahmad].[1]
HR. Ahmad dalam kitab Musnadnya, (hadits no. 6880) dan dishahihkan oleh al-
Albani dalam kitab Silsilah Ahaadiits ash-Shahiihah (hadits no. 108).
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menganjurkan Salat witir kepada umatnya.
Bahkan beliau tidak pernah meninggalkan Salat witir ini.
sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
‫صالَتِ ُك ْم ِباللَّ ْي ِل ِو ْت ًر‬ ِ ‫ا ْج َعلُوا‬
َ ‫آخ َر‬
“Jadikanlah akhir Salat malam kalian adalah Salat witir.” (HR. Bukhari no. 998 dan
Muslim no. 751)

16
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
َ ‫ص ْو ِم ثَالَث َ ِة أَيَّام ِم ْن ُك ِّل‬
، ‫ش ْهر‬ َ ‫ع ُه َّن َحتَّى أ َ ُم‬
َ ‫وت‬ ُ ‫صانِى َخ ِلي ِلى بِثَالَث لَ أ َ َد‬
َ ‫أ َ ْو‬
‫علَى ِوتْر‬ َ ‫ َون َْوم‬، ‫صالَةِ الض َحى‬ َ ‫َو‬
“Kekasihku (yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) mewasiatkan padaku
tiga nasehat yang aku tidak meninggalkannya hingga aku mati: 1- berpuasa tiga
hari setiap bulannya, 2- mengerjakan Salat Dhuha, 3- mengerjakan Salat witir
sebelum tidur.” (HR. Bukhari no. 1178)
Dari Abu Ayyub al-Anshari Radhiyallahu anhu, ia menuturkan, bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫ َو َم ْن شَا َء فَ ْلي ُْوتِ ْر‬،‫ َو َم ْن شَا َء فَ ْلي ُْوتِ ْر ِبثَالَث‬،‫ فَ َم ْن شَا َء فَ ْلي ُْوتِ ْر ِبخ َْمس‬،‫ا َ ْل ِوتْ ُر َح ٌّق‬
.‫اح َدة‬
ِ ‫ِب َو‬
“Salat Witir adalah haq (benar adanya), maka barangsiapa yang mau, maka
berwitirlah lima raka’at, barangsiapa yang mau, berwitirlah tiga raka’at dan
barangsiapa yang mau, berwitirlah satu raka’at.”[7]
HR. Abu Dawud dalam kitab ash-Shalaah, bab Kamil Witr, (hadits no. 1421), an-
Nasa-i dalam kitab, Qiyaamul Lail, bab Dzikril Ikhtilaafi ‘alaz Zuhri fii Hadiitsi Abi
Ayyuub fil Witr, (hadits no. 1711), Ibnu Majah dalam kitab Iqaamatish Shalaah, bab
Maa Jaa-a fil Witr bi Tsalaatsin wa Khamsin wa Sab’in wa Tis’in, (hadits no. 1190),
ath-Thahawi dalam Syarhu Ma’aanil Aatsar, (I/291). Ibnu Hibban menilai hadits ini
shahih, (hadits no. 2407 sebagaimana terdapat dalam al-Ihsaan) dan al-Hakim
dalam al-Mustadrak, (I/444) dengan komentarnya, “Sanad hadits ini shahih” dan
disepakati oleh adz-Dzahabi.

7. Hukum Salat Witir

Hukum Salat witir menurut kebanyakan ulama adalah sunnah muakkadah atau
sunnah yang dianjurkan.
Akan tetapi ada juga pendapat yang berbeda yaitu dari syaikh Islam Ibnu
Taimiyah rahimahullah yang menjelaskan bahwasanya Salat witir itu wajib bagi
orang yang sudah terbiasa melaksanakan Salat tahajjud/Salat malam. Dalilnya
adalah
‫صالَتِ ُك ْم بِاللَّ ْي ِل ِوتْ ًر‬ ِ ‫ا ْج َعلُوا‬
َ ‫آخ َر‬
“Jadikanlah akhir Salat malam kalian adalah Salat witir.” (HR. Bukhari no. 998 dan
Muslim no. 751)
17
8. Waktu Pelaksanaan Salat Witir

Menurut pendapat ulama bahwasanya Salat witir dilaksanakan sesudah Salat isya
sampai subuh. Adapun jika Salat witir dikerjakan setelah masuk waktu subuh,
maka itu tidak boleh. Alasannya adalah sebagaimana Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda
ِ ‫صلَّى َر ْك َعةً َو‬
‫ تُوتِ ُر‬، ً ‫اح َدة‬ َ ‫ى أ َ َح ُد ُك ُم الص ْب َح‬
َ ‫ فَإِذَا َخ ِش‬، ‫صالَة ُ اللَّ ْي ِل َمثْنَى َمثْنَى‬
َ
‫ص لى‬َّ َ ‫لَهُ َما قَ ْد‬
“Salat malam itu dua rakaat dua rakaat. Jika salah seorang dari kalian khawatir
akan masuk waktu shubuh, hendaklah ia Salat satu rakaat sebagai witir (penutup)
bagi Salat yang telah dilaksanakan sebelumnya.” (HR. Bukhari no. 990 dan Muslim
no. 749, dari Ibnu ‘Umar)
Ibnu ‘Umar mengatakan,

‫صلى للا عليه‬- ‫ّللا‬ ِ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫التِ ِه ِوتْرا ً َفإِ َّن َر‬
َ ‫ص‬ َ ‫آخ َر‬ِ ‫صلَّى بِاللَّ ْي ِل فَ ْليَجْ َع ْل‬ َ ‫َم ْن‬
ُ ‫صالَةِ اللَّ ْي ِل َو ْال ِوتْ ُر فَإِ َّن َر‬
‫سو َل‬ َ ‫ت ُكل‬ ُ َ‫ أ َ َم َر بِذَ ِل َك فَإِذَا َكانَ ْالف‬-‫وسلم‬
ْ َ‫جْر فَقَ ْد ذَ َهب‬
ِ َ‫ قَا َل « أ َ ْو ِت ُروا قَ ْب َل ْالف‬-‫صلى للا عليه وسلم‬- ‫ّللا‬
«‫جْر‬ ِ َّ
“Barangsiapa yang melaksanakan Salat malam, maka jadikanlah akhir Salat
malamnya adalah witir karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan hal itu. Dan jika fajar tiba, seluruh Salat malam dan Salat witir
berakhir, karenanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Salat
witirlah kalian sebelum fajar”. (HR. Ahmad 2/149. Syaikh Syu’aib Al Arnauth
mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Manakah waktu yang utama untuk melaksanakan salat witir?
Waktu yang utama untuk Salat witir adalah di sepertiga malam yang terakhir.
Sebagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan,

َ ‫ ِم ْن أ َ َّو ِل اللَّ ْي ِل َوأ َ ْو‬-‫صلى للا عليه وسلم‬- ‫ّللا‬


‫س ِط ِه‬ ُ ‫ِم ْن ُك ِّل اللَّ ْي ِل قَ ْد أ َ ْوت ََر َر‬
ِ َّ ‫سو ُل‬
.‫س َح ِر‬
َّ ‫آخ ِر ِه فَا ْنت َ َهى ِوتْ ُرهُ ِإلَى ال‬
ِ ‫َو‬
“Kadang-kadang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melaksanakan witir di
awal malam, pertengahannya dan akhir malam. Sedangkan kebiasaan akhir
beliau adalah beliau mengakhirkan witir hingga tiba waktu sahur.” (HR. Muslim
no. 745)

18
Apabila seseorang khawatir tidak bisa bangun di sepertiga malam terakhir maka
orang tersebut dapat mengerjakan Salat witir ketika sebelum tidur.
Hal ini berdasarkan hadits Jabir bin ‘Abdillah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
‫آخ ِر اللَّ ْي ِل فَ ْليُوتِ ْر ث ُ َّم ْل َي ْرقُ ْد َو َم ْن َوثِقَ ِب ِق َيام ِمنَ اللَّ ْي ِل‬
ِ ‫وم ِم ْن‬ َ ُ‫َاف أ َ ْن لَ َيق‬
َ ‫أَي ُك ْم خ‬
َ ‫ورة َوذَ ِل َك أ َ ْف‬
‫ض ُل‬ َ ‫ض‬ ُ ْ‫آخ ِر اللَّ ْي ِل َمح‬ ِ ‫فَ ْليُو ِت ْر ِم ْن‬
ِ َ ‫آخ ِر ِه فَإِ َّن ِق َرا َءة‬
“Siapa di antara kalian yang khawatir tidak bisa bangun di akhir malam, hendaklah
ia witir dan baru kemudian tidur. Dan siapa yang yakin akan terbangun di akhir
malam, hendaklah ia witir di akhir malam, karena bacaan di akhir malam dihadiri
(oleh para Malaikat) dan hal itu adalah lebih utama.” (HR. Muslim no. 755)
Dari Abu Qotadah, ia berkata,

‫ قَا َل أل َ ِبى َب ْكر « َمت َى تُوتِ ُر » قَا َل أُوتِ ُر ِم ْن‬-‫صلى للا عليه وسلم‬- ‫ى‬ َّ ‫أ َ َّن النَّ ِب‬
َ‫ فَقَا َل ألَبِى بَ ْكر « أ َ َخذ‬.‫آخ َر اللَّ ْي ِل‬
ِ ‫ قَا َل‬.» ‫ َوقَا َل ِلعُ َم َر « َمت َى تُوتِ ُر‬.‫أ َ َّو ِل اللَّ ْي ِل‬
«.ِ‫ َوقَا َل ِلعُ َم َر « أ َ َخذَ َهذَا بِ ْالقُ َّوة‬.» ‫َهذَا بِ ْال َح ْز ِم‬
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada Abu Bakar, ” Kapankah anda
melaksanakan witir?” Abu Bakr menjawab, “Saya melakukan witir di permulaan
malam”. Dan beliau bertanya kepada Umar, “Kapankah anda melaksanakan
witir?” Umar menjawab, “Saya melakukan witir pada akhir malam”. Kemudian
beliau berkata kepada Abu Bakar, “Orang ini melakukan dengan penuh hati-hati.”
Dan kepada Umar beliau mengatakan, “Sedangkan orang ini begitu kuat.” (HR.
Abu Daud no. 1434 dan Ahmad 3/309. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits
ini shahih)
9. Jumlah Raka’at Salat Witir

Jumlah raka’at Salat witir boleh dilaksanakan satu, tiga, lima, tujuh, sampai
sembilan raka’at. Berikut adalah penjelasan tata cara pelaksanaan salat witir.
1. Salat witir dengan satu rakaat.
Salat witir dengan satu raka’at ini dibolehkan oleh para ulama. Sebagaimana
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda
‫علَى ُك ِّل ُم ْس ِلم فَ َم ْن أ َ َحبَّ أ َ ْن يُوتِ َر ِبخ َْمس فَ ْليَ ْف َع ْل َو َم ْن أ َ َحبَّ أ َ ْن‬ َ ‫ْال ِوتْ ُر َح ٌّق‬
‫اح َدة فَ ْل َي ْف َع ْل‬
ِ ‫يُوتِ َر ِبثَالَث فَ ْل َي ْف َع ْل َو َم ْن أ َ َحبَّ أ َ ْن يُوتِ َر ِب َو‬
“Witir adalah sebuah keharusan bagi setiap muslim, barang siapa yang hendak
melakukan witir lima raka’at maka hendaknya ia melakukankannya dan barang

19
siapa yang hendak melakukan witir tiga raka’at maka hendaknya ia
melakukannya, dan barang siapa yang hendak melakukan witir satu raka’at maka
hendaknya ia melakukannya.” (HR. Abu Daud no. 1422. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih)
2. Salat witir dengan tiga rakaat.
Ketika melaksanakan Salat witir yang tiga raka’at, maka ada beberapa cara
pelaksanaannya, yaitu : yang pertama tiga raka’at sekali salam dan yang kedua
mengerjakan dua raka’at terlebih dahulu kemudian salam kemudian ditambah
dengan satu raka’at kemudian salam.
– Dalil yang pertama (tiga rakaat dan satu kali salam)

.‫آخ ِر ِه َّن‬
ِ ‫ يُوتِ ُر بِثَالَث لَ يَ ْقعُ ُد ِإلَّ فِى‬-‫صلى للا عليه وسلم‬- ‫ّللا‬ ُ ‫َكانَ َر‬
ِ َّ ‫سو ُل‬
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berwitir tiga raka’at sekaligus, beliau
tidak duduk (tasyahud) kecuali pada raka’at terakhir.” (HR. Al Baihaqi)
– Dalil yang kedua (dua rakaat salam dan kemudian satu rakaat salam)

ِ ‫ص ِلّى فِى ْال ُحج َْر ِة َوأَنَا فِى ْال َب ْي‬


‫ت‬ َ ُ‫ ي‬-‫صلى للا عليه وسلم‬- ‫ّللا‬ ِ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫َكانَ َر‬
.ُ‫ش ْف ِع َو ْال ِو ْت ِر ِبت َ ْس ِليم يُس ِْمعُنَاه‬ ِ ‫فَيَ ْف‬
َّ ‫ص ُل بَيْنَ ال‬
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam Salat di dalam kamar ketika saya berada
di rumah dan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam memisah antara raka’at yang
genap dengan yang witir (ganjil) dengan salam yang beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam perdengarkan kepada kami.” (HR. Ahmad 6/83. Syaikh Syu’aib Al Arnauth
mengatakan bahwa hadits ini shahih)
3. Salat witir dengan lima rakaat.
Pelaksanaan Salat witir lima raka’at langsung dan salam sekali diakhirnya.
Dalilnya adalah hadits dari ‘Aisyah, ia mengatakan,

ً‫ع ْش َرة َ َر ْك َعة‬ َ َ‫ص ِلّى ِمنَ اللَّ ْي ِل ثَال‬


َ ‫ث‬ َ ُ‫ ي‬-‫صلى للا عليه وسلم‬- ‫ّللا‬ ِ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫َكانَ َر‬
.‫آخ ِرهَا‬ ِ ‫ش ْىء ِإلَّ فِى‬ ُ ‫يُوتِ ُر ِم ْن ذَ ِل َك ِبخ َْمس لَ َي ْج ِل‬
َ ‫س فِى‬
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa melaksanakan Salat malam
sebanyak tiga belas raka’at. Lalu beliau berwitir dari Salat malam tersebut dengan
lima raka’at. Dan beliau tidaklah duduk (tasyahud) ketika witir kecuali pada raka’at
terakhir.” (HR. Muslim no. 737)

20
4.Salat witir dengan tujuh rakaat.
Cara pelaksanaannya adalah tanpa duduk tasyahud kecuali pada raka’at yang
keenam. Tidak langsung salam ketika tasyahud di rakaat keenam, akan tetapi
dilanjutkan berdiri di rakaat ke tujuh. Kemudian tasyahud pada raka’at ketujuh
dan diakhiri salam.
ُ‫س َّوك‬ َّ َ‫ّللا َما شَا َء أ َ ْن َي ْب َعثَهُ ِمن‬
َ َ ‫الل ْي ِل فَ َيت‬ ُ َّ ُ‫ورهُ َف َي ْب َعثُه‬ َ ‫ط ُه‬ َ ‫ُك َّنا نُ ِعد َلهُ ِس َوا َكهُ َو‬
ُ‫ّللا َويَحْ َم ُده‬ ِ َّ ‫س فِي َها إِلَّ فِى الث‬
َ َّ ‫امنَ ِة فَيَ ْذ ُك ُر‬ ُ ‫ص ِلّى تِ ْس َع َر َك َعات لَ يَ ْج ِل‬ َ ُ‫َويَت ََوضَّأ ُ َوي‬
ُ‫ّللا َويَحْ َم ُده‬ َ َّ ‫ص ِلّى التَّا ِس َعةَ ث ُ َّم يَ ْقعُ ُد فَيَ ْذ ُك ُر‬
َ ُ‫س ِلّ ُم ث ُ َّم يَقُو ُم فَي‬
َ ُ‫ض َولَ ي‬ ُ ‫عوهُ ث ُ َّم يَ ْن َه‬ ُ ‫َويَ ْد‬
‫س ِلّ ُم َوهُ َو قَا ِعد فَتِ ْل َك‬ َ ُ‫ص ِلّى َر ْك َعتَي ِْن بَ ْع َد َما ي‬ َ ُ‫س ِلّ ُم ت َ ْس ِلي ًما يُس ِْمعُنَا ث ُ َّم ي‬ َ ُ‫عوهُ ث ُ َّم ي‬ُ ‫َويَ ْد‬
َ‫ َوأ َ َخذ‬-‫صلى للا عليه وسلم‬- ‫ّللا‬ ِ َّ ‫س َّن نَبِى‬ َ َ ‫ى فَلَ َّما أ‬
َّ َ‫ع ْش َرة َ َر ْك َعةً يَا بُن‬ َ ‫إِ ْح َدى‬
َّ َ‫صنِي ِع ِه األ َ َّو ِل فَتِ ْل َك تِسْع يَا بُن‬
‫ى‬ َ ‫الر ْك َعتَي ِْن ِمثْ َل‬َّ ‫صنَ َع فِى‬ َ ‫سبْع َو‬ َ ِ‫اللَّح َْم أ َ ْوت ََر ب‬
“Kami dulu sering mempersiapkan siwaknya dan bersucinya, setelah itu Allah
membangunkannya sekehendaknya untuk bangun malam. Beliau lalu bersiwak
dan berwudhu` dan Salat sembilan rakaat. Beliau tidak duduk dalam kesembilan
rakaat itu selain pada rakaat kedelapan, beliau menyebut nama Allah, memuji-
Nya dan berdoa kepada-Nya, kemudian beliau bangkit dan tidak mengucapkan
salam. Setelah itu beliau berdiri dan Salat untuk rakaat ke sembilannya. Kemudian
beliau berdzikir kepada Allah, memuji-Nya dan berdoa kepada-Nya, lalu beliau
mengucapkan salam dengan nyaring agar kami mendengarnya. Setelah itu beliau
Salat dua rakaat setelah salam sambil duduk, itulah sebelas rakaat wahai anakku.
Ketika Nabiyullah berusia lanjut dan beliau telah merasa kegemukan, beliau
berwitir dengan tujuh rakaat, dan beliau lakukan dalam dua rakaatnya
sebagaimana yang beliau lakukan pada yang pertama, maka itu berarti sembilan
wahai anakku.” (HR. Muslim no. 746)
5. Salat witir dengan sembilan raka’at
Cara pelaksanaan tanpa duduk tasyahud kecuali pada raka’at kedelapan. Setelah
tasyahud pada raka’at kedelapan maka tidak langsung salam, akan tetapi
dilanjutkan dengan berdiri pada raka’at yang kesembilan. Kemudian tasyahud
pada raka’at kesembilan dan salam. Sebagaimana Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda
hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha. ‘Aisyah mengatakan,
ُ‫س َّوك‬َ َ ‫ّللا َما شَا َء أ َ ْن يَ ْب َعثَهُ ِمنَ اللَّ ْي ِل فَيَت‬ ُ َّ ُ‫ورهُ َفيَ ْب َعثُه‬ َ ‫ط ُه‬ َ ‫ُكنَّا نُ ِعد لَهُ ِس َوا َكهُ َو‬
َ َّ ‫امنَ ِة فَيَ ْذ ُك ُر‬
ُ‫ّللا َويَحْ َم ُده‬ ِ َّ ‫س فِي َها ِإلَّ فِى الث‬ ُ ‫ص ِلّى تِ ْس َع َر َك َعات لَ يَ ْج ِل‬ َ ُ‫َويَت ََوضَّأ ُ َوي‬
َ َّ ‫ص ِلّى التَّا ِس َعةَ ث ُ َّم َي ْق ُع ُد فَ َي ْذ ُك ُر‬
ُ‫ّللا َو َيحْ َم ُده‬ َ ُ‫س ِلّ ُم ث ُ َّم َيقُو ُم فَي‬
َ ُ‫ض َولَ ي‬ ُ ‫عوهُ ث ُ َّم َي ْن َه‬
ُ ‫َو َي ْد‬
21
‫س ِلّ ُم َوهُ َو قَا ِعد فَ ِت ْل َك‬
َ ُ‫ص ِلّى َر ْك َعتَي ِْن َب ْع َد َما ي‬
َ ُ‫س ِلّ ُم ت َ ْس ِلي ًما يُس ِْم ُعنَا ث ُ َّم ي‬َ ُ‫عوهُ ث ُ َّم ي‬
ُ ‫َو َي ْد‬
َ‫ َوأ َ َخذ‬-‫صلى للا عليه وسلم‬- ‫ّللا‬ َ َ ‫ى فَلَ َّما أ‬
ِ َّ ‫س َّن نَ ِبى‬ َّ َ‫ع ْش َرة َ َر ْك َعةً َيا بُن‬ َ ‫ِإ ْح َدى‬
َّ َ‫ص ِني ِع ِه األ َ َّو ِل فَ ِت ْل َك ِتسْع َيا بُن‬
‫ى‬ َ ‫الر ْك َعتَي ِْن ِمثْ َل‬
َّ ‫صنَ َع ِفى‬ َ ‫سبْع َو‬ َ ‫اللَّح َْم أ َ ْوت ََر ِب‬
“Kami dulu sering mempersiapkan siwaknya dan bersucinya, setelah itu Allah
membangunkannya sekehendaknya untuk bangun malam. Beliau lalu bersiwak
dan berwudhu` dan Salat sembilan rakaat. Beliau tidak duduk dalam kesembilan
rakaat itu selain pada rakaat kedelapan, beliau menyebut nama Allah, memuji-
Nya dan berdoa kepada-Nya, kemudian beliau bangkit dan tidak mengucapkan
salam. Setelah itu beliau berdiri dan Salat untuk rakaat ke sembilannya. Kemudian
beliau berdzikir kepada Allah, memuji-Nya dan berdoa kepada-Nya, lalu beliau
mengucapkan salam dengan nyaring agar kami mendengarnya. Setelah itu beliau
Salat dua rakaat setelah salam sambil duduk, itulah sebelas rakaat wahai anakku.
Ketika Nabiyullah berusia lanjut dan beliau telah merasa kegemukan, beliau
berwitir dengan tujuh rakaat, dan beliau lakukan dalam dua rakaatnya
sebagaimana yang beliau lakukan pada yang pertama, maka itu berarti sembilan
wahai anakku.” (HR. Muslim no. 746)
10. Niat Salat Sunnah Witir
Adapun niat Salat witir :
Niat Salat witir 1 raka’at

‫سنَّةَ ْال ِوتْ ِر َر ْك َعة للِ ت َ َعالَى‬


ُ ‫ص ِلّى‬
َ ‫أ‬
“ushalli sunnatal witri rak’ati lillahi ta’ala.”
Artinya:
“Aku niat Salat sunnat witir 1 roka’at karena Allah Ta’ala.”
Niat Salat witir 2 raka’at

‫سنَّةَ ْال ِوتْ ِر َر ْك َعتَي ِْن للِ ت َ َعالَى‬


ُ ‫صلّى‬
َ ‫أ‬
“ushalli sunnatal witri rak’ataini lillahi ta’a sayala.”
Artinya:
“Aku niat Salat sunnat witir 2 roka’at karena Allah Ta’ala.”
Kritik: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak mencontohkan lafadz niat
tersebut. Karena niat letaknya di dalam hati, bukan ucapkan dengan lisan. Namun
dilihat dari isi niat di atas serta isi kandungan, lafaz diatas mempunyai makna
yang bagus karena meniatkan ibadah kepada Allah saja. Sehingga sebagian
ulama mengajarkan dan membolehkan membaca niat dengan lisan secara pelan-
22
pelan untuk membantu kehadiran niat dalam hati. Hal ini masih merupakan
ikhtilaf, sehingga ada yang mengucapkan niat dengan lisan dan ada yang hanya
meniatkan didalam hati tanpa ucapan lisan. Wallahu a’lam.

11. Bacaan Salat Witir

Bagi yang melaksanakan Salat witir maka disunnahkan untuk membaca raka’at
yang pertama dengan surat al-alaq, sedangkan raka’at yang kedua membaca
surat Al Kafirun dan raka’at yang ketiga membaca surat al-ikhlas dan surat Al
Falaq dan surat An-Nas atau disebut juga dua surah mu’awidztain.
hadits yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan dia menilainya hasan, dari ‘Aisyah
Radhiyallahu anhuma, dia berkata:

‫ح اس َْم َر ِّب َك‬


ِ ّ‫س ِب‬ َّ ‫سلَّ َم َي ْق َرأ ُ ِفي‬
َ : ‫الر ْك َع ِة اْأل ُ ْولَى‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُ ‫صلَّى‬
َ ‫للا‬ ُ ‫َكانَ َر‬
َ ِ‫س ْو ُل للا‬
ُ ‫ قُ ْل هُ َو‬: ‫ َوفِي الثَّا ِلث َ ِة‬، َ‫قُ ْل يَا أَي َها ْال َكافِ ُر ْون‬: ‫ َوفِي َر ْك َع ِة الثَّانِيَ ِة‬،‫األ َ ْع َلى‬
‫للا‬
.‫ َو ْال ُم َع ّ ِوذَتَي ِْن‬،‫أ َ َحد‬
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca pada raka’at pertama dengan
surat al-A’laa, pada raka’at kedua dengan surat al-Kaafiruun dan pada raka’at
ketiga dengan surat al-Ikhlash dan dua surat mu’awidzatain (surat al-Falaq dan
surat an-Naas).”[15]
HR. At-Tirmidzi dalam kitab Sunannya dalam kitab ash-Shalaah, bab Maa Jaa-a
fiimaa Yaqra-u fil Witr, (hadits no. 462) dan dihasankannya dan Ibnu Hibban
dalam kitab Shahih-nya, (hadits no. 2432), sebagaimana disebutkan dalam kitab
al-Ihsaan. Al-Albani rahimahullah berkata: “Hadits ini shahih,” lihat Shahiih Sunan
at-Tirmidzi, (I/144).
12. Doa setelah Salat witir
Adapun doa yang bisa diamalkan setelah Salat witir ada dua, yaitu :
ِ ‫س ْب َحانَ ْال َم ِل ِك ْالقُد‬
‫وس‬ ُ
“Subhaanal malikil qudduus –dibaca 3x- [artinya: Maha Suci Engkau yang Maha
Merajai lagi Maha Suci dari berbagai kekurangan]” (HR. Abu Daud no. 1430, An-
Nasai no. 1735, dan Ahmad 3: 406. Al-Hafizh Abu Thahir mengatkaan bahwa
sanad hadits ini shahih)
ُ َ ‫عقُوبَتِ َك َوأ‬
‫عوذُ ِب َك ِم ْن َك‬ ُ ‫َط َك َو ِب ُم َعافَاتِ َك ِم ْن‬
ِ ‫سخ‬ َ ‫اك ِم ْن‬َ ‫ض‬ َ ‫عوذُ ِب ِر‬ ُ َ ‫اللَّ ُه َّم ِإنِّي أ‬
‫علَى نَ ْف ِس َك‬ َ ‫ْت‬َ ‫ت َك َما أَثْنَي‬
َ ‫علَي َْك أ َ ْن‬
َ ‫ْصى ثَنَا ًء‬ِ ‫لَ أُح‬
23
“Allahumma inni a’udzu bi ridhaoka min sakhotik wa bi mu’afaatika min ‘uqubatik,
wa a’udzu bika minka laa uh-shi tsanaa-an ‘alaik, anta kamaa atsnaita ‘ala nafsik”
-dibaca 1x- [artinya: Ya Allah, aku berlindung dengan keridhaan-Mu dari
kemarahan-Mu, dan dengan keselamatan-Mu dari hukuman-Mu dan aku
berlindung kepada-Mu dari siksa-Mu. Aku tidak mampu menghitung pujian dan
sanjungan kepada-Mu, Engkau adalah sebagaimana yang Engkau sanjukan
kepada diri-Mu sendiri]. (HR. Abu Daud no. 1427, Tirmidzi no. 3566, An-Nasa’i no.
1748 dan Ibnu Majah no. 1179. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad
hadits ini shahih)
Cara Baca “Subhaanal Malikil Qudduus”
Dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata,
‫آخ ِر ِه َّن‬
ِ ‫ث َم َّرات ي ُِطي ُل فِي‬ ِ ‫س ْب َحانَ ْال َم ِل ِك ْالقُد‬
َ ‫وس ث َ َال‬ َ ‫فَإِذَا فَ َر‬
ُ ‫غ قَا َل ِع ْن َد فَ َرا ِغ ِه‬
“Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah selesai dari witirnya, beliau
membaca ‘subhaanal malikil qudduus (sebanyak tiga kali)’, beliau memanjangkan
di akhirnya.” (HR. An-Nasa’i no. 1700, Ibnu Majah no. 1182. Al-Hafizh Abu Thahir
mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Dari Ibnu ‘Abdirrahman bin Abza, dari bapaknya, ia berkata,
‫ص ْوتَهُ بِالثَّا ِلث َ ِة‬ ِ ‫س ْب َحانَ ْال َم ِل ِك ْالقُد‬
َ ‫وس ث َ َالثًا َويَ ْرفَ ُع‬ ُ ‫سلَّ َم‬
َ ‫َو َكانَ يَقُو ُل إِذَا‬
“Jika mengucapkan salam, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca,
‘Subhaanal malikil qudduus’ sebanyak tiga kali lalu beliau mengeraskan suaranya
pada ucapan yang ketiga.” (HR. An-Nasa’i no. 1733 dan Ahmad 3: 406. Al-Hafizh
Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Apakah Ada Tambahan “Rabbil Malaikati war Ruuh”?


Dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata,

‫ص ْوتَهُ فِى‬
َ ‫ث َم َّرات يَ ُمد بِ َها‬ ِ ‫س ْب َحانَ ْال َم ِل ِك ْالقُد‬
َ َ‫ ثَال‬.» ‫وس‬ ُ «: ‫سلَّ َم قَا َل‬
َ ‫فَإِذَا‬
ِ ‫« َربّ ِ ْال َمالَئِ َك ِة َوالر‬: ‫اآلخ َرةِ يَقُو ُل‬
«‫وح‬ ِ
“Jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan salam, beliau mengucapkan,
‘Subhaanal malikil qudduus’ sebanyak tiga kali dan di suara ketiga, beliau
memanjangkan suaranya. Lalu beliau mengucapkan, ‘Rabbil malaikati war ruuh.’
” (HR. As-Sunan Al-Kubra Al-Baihaqi 3: 40 dan Sunan Ad-Daruquthni 4: 371.
Tambahan ‘rabbil malaikati war ruuh’ adalah tambahan maqbulah yang diterima).

24
13. Qunut Witir
Hukum membaca doa qunut ketika Salat witir
Tidak masalah jika seseorang berdoa qunut witir. Karena doa qunut witir adalah
sesuatu yang disunnahkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Beliau pun
biasa membaca doa qunut tersebut. Pada suatu hari Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam mengajari cucunya Al Hasan berapa doa qunut untuk Salat witir.
Apabila seseorang rutinkan membacanya setiap malam maka itu tidak apa-apa.
Begitu pula sebaliknya jika seorang tersebut meninggalkannya maka hal tersebut
tidak mengapa. Apabila ada Imam meninggalkan baca doa qunut pada suatu
waktu maka itu tidak apa-apa.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika mengajarkan do’a qunut pada cucunya
Al Hasan, beliau tidak mengatakan padanya: “Bacalah do’a qunut tersebut pada
sebagian waktu saja”. Sehingga hal ini menunjukkan bahwa membaca qunut witir
terus menerus adalah sesuatu yang dibolehkan. [Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin
Baz rahimahullah, Fatawa Nur ‘alad Darb, 2/1062[2]]
Do’a qunut witir yang dibaca terdapat dalam riwayat berikut.
Al Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhuma berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengajariku beberapa kalimat yang saya ucapkan dalam Salat witir, yaitu
‫ار ْك ِلى‬
ِ َ‫ْت َوب‬ َ ‫ْت َوت ََولَّنِى فِي َم ْن ت ََولَّي‬
َ ‫عافَي‬ َ ‫عافِنِى فِي َم ْن‬ َ ‫ْت َو‬َ ‫اللَّ ُه َّم ا ْه ِدنِى فِي َم ْن َه َدي‬
‫علَي َْك َو ِإنَّهُ لَ يَذِل‬ َ ‫ضى‬ َ ‫ضى َولَ يُ ْق‬ ِ ‫ْت فَإِنَّ َك ت َ ْق‬
َ ‫ضي‬َ َ‫ْت َوقِنِى ش ََّر َما ق‬ َ ‫طي‬ َ ‫فِي َما أ َ ْع‬
َ ‫ت َربَّنَا َوت َ َعالَي‬
‫ْت‬ َ ‫ار ْك‬ َ ‫َم ْن َوالَي‬
َ ‫ْت ت َ َب‬
Allahummahdiini fiiman hadait, wa’aafini fiiman ‘afait, watawallanii fiiman
tawallait, wabaarik lii fiima a’thait, waqinii syarrama qadlait, fainnaka taqdhi walaa
yuqdho ‘alaik, wainnahu laa yadzillu man waalait, tabaarakta rabbana wata’aalait.
(Ya Allah, berilah aku petunjuk di antara orang-orang yang Engkau beri petunjuk,
dan berilah aku keselamatan di antara orang-orang yang telah Engkau beri
keselamatan, uruslah diriku di antara orang-orang yang telah Engkau urus,
berkahilah untukku apa yang telah Engkau berikan kepadaku, lindungilah aku dari
keburukan apa yang telah Engkau tetapkan, sesungguhnya Engkau Yang
memutuskan dan tidak diputuskan kepadaku, sesungguhnya tidak akan hina
orang yang telah Engkau jaga dan Engkau tolong. Engkau Maha Suci dan Maha
Tinggi)” (HR. Abu Daud no. 1425, An Nasai no. 1745, At Tirmidzi no. 464. Syaikh
Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

25
14. Keutamaan Salat Witir
Salat witir mempunyai beberapa keutamaan, Karena itulah Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam tidak pernah meninggalkan Salat sunnah ini.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
‫ع َّز َو َج َّل ِوتْر ي ُِحب ْال ِو ْت َر‬ ِ ‫َيا أ َ ْه َل ْالقُ ْر‬
َ ‫آن أ َ ْوتِ ُر ْوا فَإِ َّن‬
َ ‫للا‬
“Wahai Ahlul Qur’an, Salat Witirlah kalian karena sesungguhnya Allah ‘Azza wa
Jalla itu witir (Maha Esa) dan mencintai orang-orang yang melakukan Salat Witir.”
[3]
Hadits shahih: Diriwayatkan oleh an-Nasa-i (III/228-229), at-Tirmidzi (no. 453),
Abu Dawud (no. 1416), Ibnu Majah (no. 1169), dan Ahmad (I/86), lafazh ini milik
an-Nasa-i, dari Shahabat ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallaahu ‘anhu.
Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baaz (wafat th. 1420 H) rahimahullaah mengatakan.
“Hadits ini menunjukkan bahwa sudah seharusnya bagi ahlul ilmu (ulama)
memiliki perhatian yang lebih (terhadap Salat Witir) daripada selainnya, meskipun
Salat ini disyari’atkan untuk semua kaum Muslimin. Sehingga, orang-orang yang
mengetahui keadaan dan perbuatan mereka mau mengikuti mereka. Jumlah
paling sedikit dari Salat Witir adalah satu raka’at, yang dilakukan antara ‘Isya’
sampai fajar. Allah Ta’ala adalah witir (Maha Esa) dan mencintai orang-orang
yang melakukan Salat Witir, dan Dia mencintai segala apa yang menyelarasi sifat-
sifat-Nya. Allah Ta’ala Mahasabar dan mencintai orang-orang yang sabar, kecuali
sifat keagungan dan kesombongan (artinya Allah tidak menyukai orang yang
sombong). Para hamba mengikuti sifat-sifat-Nya, yaitu pada apa yang selaras
dalam diri hamba berupa kedermawanan dan kebaikan” [4]
Lihat kitab Qiyaamul Lail, Fadhluhu wa Aadaabuhu wal Asbaabul Mui’iinatu ‘alaihi
fii Dhau-il Kitaabi was Sunnah (hal. 78-82).
Dari Abu Bashrah al-Ghifari Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫صالَ ِة‬ ِ ‫صالَةِ ْال ِعش‬
َ ‫َاء إِلَى‬ َ َ‫ ف‬،‫ي ْال ِوتْ ُر‬
َ َ‫صل ْوهَا فِ ْي َما بَيْن‬ َ ‫للا زَ ا َد ُك ْم‬
َ ‫ َو ِه‬،ً‫صالَة‬ َ ‫إِ َّن‬
.‫ْالفَج ِْر‬
‘Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberi kalian tambahan Salat,
yaitu Salat Witir, maka Salat Witirlah kalian antara waktu Salat ‘Isya’ hingga Salat
Shubuh.’” [HR. Ahmad].[1]
HR. Ahmad dalam kitab Musnadnya, (hadits no. 6880) dan dishahihkan oleh al-
Albani dalam kitab Silsilah Ahaadiits ash-Shahiihah (hadits no. 108).
26
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu anhu, dia berkata, Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

.‫ي ا َ ْل ِوتْ ُر‬


َ ‫ َو ِه‬،‫علَ ْي َها‬ ُ ‫ فَ َحا ِف‬،ً‫صالَة‬
َ ‫ظ ْوا‬ َ ‫للا زَ ا َد ُك ْم‬
َ ‫ِإ َّن‬
“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’alatelah memberi kalian tambahan Salat,
maka peliharalah dia, yaitu Salat Witir.”[2]
HR. Ahmad dalam kitab Musnadnya, (hadits no. 6654) dan Ibnu Abi Syaibah
dalam kitab al-Mushannaf, (2/298). Hadits ini dinilai shahih oleh al-Albani dalam
Irwaa-ul Ghaliil, (II/159).
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

.‫صالَ ِت ُك ْم ِباللَّ ْي ِل ِوتْ ًرا‬ ِ ‫اِ ْج َعلُ ْوا‬


َ ‫آخ َر‬
“Jadikanlah akhir Salat kalian di malam hari dengan Salat Witir.”[3]
HR. Al-Bukhari dalam kitab al-Witr, bab Liyaj’al Aakhira Shalaatihi Witra, (hadits
no. 998) dan Muslim dalam kitab Shalaatil Musaafiriin, bab Shalaatil Laili Matsna
Matsna wal Witru Rak’atan min Aakhiril Lail, (hadits no. 751). Keduanya
meriwayatkannya dari ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu anhuma.
Abu Hurairah Radhiyallahu anhu berkata, “Kekasihku Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
mewasiatkan kepadaku tiga perkara yang tidak akan aku tinggalkan hingga aku
wafat; berpuasa tiga hari setiap bulan, Salat Dhuha dan tidur setelah Salat
Witir.”[4]
HR. Al-Bukhari dalam kitab at-Tahajjud, bab Shalaatudh Dhuha fil Hadhar, (hadits
no. 1178) dan Muslim dalam kitab, Shalaatil Musafiriin bab Istihbabi Shalaatidh
Dhuha (hadits no. 721).
Dari ‘Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu, ia menuturkan, bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ِ ‫ فَأ َ ْوتِ ُر ْوا يَاأ َ ْه َل ْالقُ ْر‬،‫للا ِوتْر ي ُِحب ْال ِوتْ َر‬
.‫آن‬ َ ‫ِإ َّن‬
“Sesungguhnya Allah itu ganjil dan menyukai orang-orang yang melakukan Salat
Witir, maka Salat Witirlah, wahai para ahli al-Qur-an.”[5]
HR. Abu Dawud dalam kitab ash-Shalaah bab Istihbaabil Witr, (hadits no. 1416),
at-Tirmidzi dalam kitab ash-Shalaah, bab Annal Witra Laisa bi Hatm, (hadits no.
453), an-Nasa-i dalam kitab Qiyaamul Lail, bab al-Amru bil Witr, (hadits no. 1675),
Ibnu Majah dalam kitab Iqaamatish Shalaah, bab Maa Jaa-a fil Witr, (hadits no.
1157), Ahmad dalam Musnadnya, (hadits no. 879). At-Tirmidzi berkata: “Ini adalah

27
hadits hasan.” Al-Albani dalam Shahiihut Targhiib (no. 590) mengatakan, “Hadits
shahih.”
Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma berkata, “Barangsiapa Salat sunnah di malam
hari maka hendaklah ia men-jadikan akhir Salatnya adalah Salat Witir, karena
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan hal itu.”[6]
HR. Muslim dalam kitab, Shalaatil Musaafiriin, bab Shalaa-til Laili Matsna Matsna
wal Witru Rak’atan min Aakhiril Lail, (hadits no. 751).
Dari Abu Ayyub al-Anshari Radhiyallahu anhu, ia menuturkan, bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫ َو َم ْن شَا َء فَ ْلي ُْوتِ ْر‬،‫ َو َم ْن شَا َء فَ ْلي ُْوتِ ْر ِبثَالَث‬،‫ فَ َم ْن شَا َء فَ ْلي ُْوتِ ْر ِبخ َْمس‬،‫ا َ ْل ِوتْ ُر َح ٌّق‬
.‫اح َدة‬
ِ ‫ِب َو‬
“Salat Witir adalah haq (benar adanya), maka barangsiapa yang mau, maka
berwitirlah lima raka’at, barangsiapa yang mau, berwitirlah tiga raka’at dan
barangsiapa yang mau, berwitirlah satu raka’at.”[7]
HR. Abu Dawud dalam kitab ash-Shalaah, bab Kamil Witr, (hadits no. 1421), an-
Nasa-i dalam kitab, Qiyaamul Lail, bab Dzikril Ikhtilaafi ‘alaz Zuhri fii Hadiitsi Abi
Ayyuub fil Witr, (hadits no. 1711), Ibnu Majah dalam kitab Iqaamatish Shalaah, bab
Maa Jaa-a fil Witr bi Tsalaatsin wa Khamsin wa Sab’in wa Tis’in, (hadits no. 1190),
ath-Thahawi dalam Syarhu Ma’aanil Aatsar, (I/291). Ibnu Hibban menilai hadits ini
shahih, (hadits no. 2407 sebagaimana terdapat dalam al-Ihsaan) dan al-Hakim
dalam al-Mustadrak, (I/444) dengan komentarnya, “Sanad hadits ini shahih” dan
disepakati oleh adz-Dzahabi.
Dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma ia menuturkan, “Bahwa Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam Salat di malam hari (Salat Tahajjud) sedang ia berbaring di
hadapannya. Bila tinggal tersisa Salat Witir yang belum dilaku-kan, beliau pun
membangunkannya, dan ‘Aisyah pun lalu Salat Witir.”[8]
Dari hadits-hadits di atas dapat disimpulkan bahwasannya Salat witir merupakan
Salat yang dianjurkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Dengan
melaksanakannya kita dapat meningkatkan keimanan kita kepada Allah
subhanahu wa ta’ala dan kita dapat mencontoh apa yang Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam ajarkan.

28
ZAKAT FITRAH

1. Pengertian Zakat Fitrah


Zakat fitrah adalah zakat yang harus ditunaikan bagi seorang muzakki yang telah
memiliki kemampuan untuk menunaikannya. Zakat fitrah adalah zakat wajib yang
harus dikeluarkan sekali setahun yaitu saat bulan ramadhan menjelang idul fitri.
Pada prinsipnya, zakat fitrah haruslah dikeluarkan sebelum sholat idul fitri
dilangsungkan. Hal tersebut yang menjadi pembeda zakat fitrah dengan zakat
lainnya.
Zakat fitrah berarti menyucikan harta, karena dalam setiap harta manusia ada
sebagian hak orang lain. Oleh karenanya, tidak ada suatu alasan pun bagi
seorang hamba Allah yang beriman untuk tidak menunaikan zakat fitrah karena
telah diwajibkan bagi setiap muslim, laki-laki maupun perempuan, orang yang
merdeka atau budak, anak kecil atau orang dewasa. Ini perkara yang telah
disepakati oleh para ulama.
Zakat fitrah merupakan salah satu dari jenis zakat yang wajib dikeluarkan setiap
individu merdeka dan mampu serta sesuai dengan syarat yang telah ditetapkan.
Zakat sendiri telah menjadi salah satu bagian dari rukun islam yang ke-4. Oleh
karena itu, diwajibkan kita sebagai umat muslim untuk selalu membayar zakat
terutama zakat fitrah.
Pengertian zakat fitrah adalah zakat yang berguna untuk membersihkan harta
dan sebagai pelengkap ibadah puasa kita. Tanpa zakat fitrah, puasa kita tidak
terlengkapi.

: ‫صلَّى للا عليه وسلم قَا َل‬ َ ِ‫س ْو َل للا‬ ُ ‫ع ْن ُه َما أ َ َّن َر‬
َ ُ‫ي للا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ع َم َر َر‬ ُ ‫ع ْن اب ِْن‬ َ
،ِ‫س ْو ُل للا‬ ُ ‫للا َوأ َ َّن ُم َح َّمدا ً َر‬
ُ َّ‫اس َحتَّى يَ ْش َهدُوا أ َ ْن لَ ِإلَهَ ِإل‬ َ َّ‫أ ُ ِم ْرتُ أ َ ْن أُقَاتِ َل الن‬
‫ص ُموا ِمنِّي ِد َما ُءهُ ْم َوأ َ ْم َوالُـ ُه ْم‬ َ ‫ فَإِذَا فَ َعلُوا ذَ ِل َك‬،َ ‫الزكاَة‬
َ ‫ع‬ َّ ‫صالَة َ َويُؤْ تُوا‬ َّ ‫َويُ ِق ْي ُموا ال‬
َ ‫علَى للاِ ت َ َع‬
‫الى‬ َ ‫اإل ْسالَ ِم َو ِح‬
َ ‫سابُ ُه ْم‬ ِ ‫ق‬ ِ ّ ‫ِإلَّ بِ َح‬
“Dari Ibnu Umar radhiallahuanhuma sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi
wasallam bersabda: Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka
bersaksi bahwa tidak ada Ilah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah
Rasulullah, menegakkan Salat, menunaikan zakat. Jika mereka melakukan hal itu
maka darah dan harta mereka akan dilindungi kecuali dengan hak Islam dan
perhitungan mereka ada pada Allah Subhanahu wata’ala.” (HR. Bukhari no. 25;
Muslim no. 22)
29
2. Hukum Zakat Fitrah
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam mewajibkan zakat fithri dengan satu sho’ kurma atau satu sho’ gandum
bagi hamba dan yang merdeka, bagi laki-laki dan perempuan, bagi anak-anak
dan orang dewasa dari kaum muslimin. Beliau memerintahkan agar zakat
tersebut ditunaikan sebelum manusia berangkat menuju Salat ‘ied.” Muttafaqun
‘alaih. (HR. Bukhari dan Muslim).
Zakat fitrah hukumnya wajib ditunaikan bagi setiap muslim yang mampu. Besar
zakat fitrah yang harus dikeluarkan sebesar satu sha’ yang nilainya sama dengan
2,5 kilogram beras, gandum, kurma, sagu, dan sebagainya atau 3,5 liter beras
yang disesuaikan dengan konsumsi per-orangan sehari-hari. Ketentuan ini
didasarkan pada hadits sahih riwayat Imam Ahmad, Bukhari, Muslim dan Nasa’i
dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah telah mewajibkan membayar membayar zakat
fitrah satu sha’ kurma atau sha’ gandumkepada hamba sahaya, orang yang
merdeka, laki-laki, perempuan, anak-anak, dan orang dewasa dari kaum muslim.

3. Syarat Zakat Fitrah


Sebelum mengeluarkan zakat fitrah, ada baiknya kita ketahui terlebih dahulu
syarat-syarat wajib zakat fitrah yaitu sebagai berikut:
a. Beragama Islam dan Merdeka,
b. Menemui dua waktu yaitu diantara bulan Ramadhan dan Syawal walaupun
hanya sesaat,
c. Mempunyai harta yang lebih dari pada kebutuhannya sehari-hari untuk
dirinya dan orang-orang di bawah tanggungan pada hari raya dan
malamnya.
d. Persyaratan di atas merupakan syarat-syarat untuk orang yang wajib zakat
fitrah. Ada juga syarat tidak wajib zakat fitrah yaitu,
e. Orang yang meninggal sebelum terbenam matahari pada akhir Ramadhan,
f. Anak yang lahir selepas terbenam matahari pada akhir Ramadhan,
g. Orang yang baru memeluk agama Islam sesudah matahari terbenam pada
akhir Ramadhan,
h. Tanggungan istri yang baru saja dinikahi selepas matahari terbenam pada
akhir Ramadhan.

30
4. Waktu Mengeluarkan Zakat Fitrah
Jika Anda termasuk orang yang wajib mengeluarkan zakat fitrah, ada baiknya
Sahabat Zakat mengeluarkannya pada waktu yang tepat.
‫ّللا ْب ُن‬ َ ‫ع ْمرو ْال َحذَّا ُء ْال َم َدنِي َح َّدثَنِي‬
ِ َّ ‫ع ْب ُد‬ َ ‫ع ْم ِرو ب ِْن ُم ْس ِلم أَبُو‬ َ ‫َح َّدثَنَا ُم ْس ِل ُم ب ُْن‬
‫ع َم َر‬ُ ‫ع ْن اب ِْن‬ َ ‫ع ْن نَافِع‬ َ َ‫ع ْق َبة‬
ُ ‫سى ب ِْن‬ َ ‫ع ْن ُمو‬ ّ ِ ‫ع ْن اب ِْن أ َ ِبي‬
َ ‫الزنَا ِد‬ َ ‫صائِ ُغ‬ َّ ‫نَافِع ال‬
َّ ‫الز َكا ِة قَ ْب َل ْالغُ ُد ّ ِو ِلل‬ ْ
‫ص َال ِة‬ ِ ‫سلَّ َم َكانَ َيأ ُم ُر ِبإِ ْخ َر‬
َّ ‫اج‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫ّللا‬ ِ َّ ‫سو َل‬
َ ‫ّللا‬ ُ ‫أ َ َّن َر‬
ُ‫ص ِحيح غ َِريب َوهُ َو الَّذِي يَ ْست َِحبه‬ َ ‫سن‬ َ ‫سى َهذَا َحدِيث َح‬ َ ‫ط ِر قَا َل أَبُو ِعي‬ ْ ‫يَ ْو َم ْال ِف‬
ِ‫ص َالة‬َّ ‫ط ِر قَ ْب َل ْالغُ ُد ّ ِو إِلَى ال‬ ْ ‫ص َدقَةَ ْال ِف‬
َ ‫الر ُج ُل‬ َّ ‫أ َ ْه ُل ْال ِع ْل ِم أ َ ْن ي ُْخ ِر َج‬
“Telah menceritakan kepada kami [Muslim bin Amru bin Muslim Abu Amru Al
Khaddza’ Al Madani] telah menceritakan kepadaku [Abdullah bin Nafi’ As Sha`igh]
dari [Ibnu Abu Zannad] dari [Musa bin Uqbah] dari [Nafi’] dari [Ibnu Umar]
bahwasanya Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk
membayar zakat fitrah sebelum berangkat (ke tempat Salat) pada hari raya idul
fitri. Abu ‘Isa berkata, ini merupakan hadits hasan shahih gharib, atas dasar ini
para ulama lebih menganjurkan untuk membayar zakat fitrah sebelum berangkat
Salat.” (HR. Tirmidzi: 613)
Dari hadis tersebut, telah dikatakan bahwa zakat fitrah sebaiknya dilaksanakan
sebelum sholat Idul Fitri. Walaupun demikian, ada baiknya juga kita melaksanakan
zakat fitrah kita sebelum hari raya supaya kewajiban kita terpenuhi lebih cepat.
Mengapa Sahabat perlu mengetahui waktu wajib zakat fitrah? Karena terlewat
dari waktu tersebut maka Sahabat waktu haram untuk memberikan zakat fitrah.
Berikut uraian waktu zakat yang tepat untuk mengeluarkan zakat fitrah.
a. Waktu Harus: bermula dari awal bulan Ramadhan sampai akhir bulan
Ramadhan.
b. Waktu Wajib: setelah matahari terbenam pada akhir bulan Ramadhan.
c. Waktu Afdhal: setelah melaksanakan solat subuh pada hari akhir Ramadhan
sampai sebelum mengerjakan sholat idul fitri.
d. Waktu Makruh: melaksanakan sholat idul fitri sehingga sebelum terbenam
matahari.
e. Waktu Haram: setelah matahari terbenam pada hari raya Idul Fitri.
5. Besar Zakat Fitrah
Zakat fitrah merupakan zakat yang harus dikeluarkan sebelum sholat idul fitri
berlangsung. Jenis zakatnya yaitu sesuai dengan makanan pokok kita dan di
Indonesia sendiri makanan pokoknya adalah beras.

31
Setiap balita hingga orang dewasa memiliki kewajiban membayar zakat sebesar
3,5 liter atau 2,5 kg beras. Apabila Sahabat Zakat ingin menggantikannya dengan
uang, Sahabat harus membayar sesuai dengan harga dari 2,5 beras tersebut.
Yang selanjutnya Sahabat bisa salurkan kepada masjid terdekat atau kepada
lembaga amil zakat yang terpercaya.
6. Tata Cara Membayar Zakat Fitrah
Zakat fitrah dapat disalurkan melalui Lembaga Amil Zakat terpercaya di
Indonesia. Zakat fitrah dapat dikeluarkan sebelum waktu sholat idul fitri di hari-
hari terakhir bulan suci ramadhan. Itulah dasar pokok yang membedakan zakat
fitrah dengan sedekah-sedekah lainnya. Sebagaimana tercantum pada hadits
Rasulullah shalallahu alaihi wassalam yang berbunyi :
“Barangsiapa yang menunaikan zakat fitri sebelum Salat Id maka zakatnya
diterima dan barangsiapa yang menunaikannya setelah Salat Id maka itu hanya
dianggap sebagai sedekah di antara berbagai sedekah.” (HR. Abu Daud).
Selanjutnya dalam menunaikan zakat fitrah diawali dengan membaca niat
sebagai berikut :
"Nawaitu an uhrija zakat fitri anna wa 'an jami'i maa yalzamuni nafqu tuhun
syiar a'an far dzolillahi ta'ala".
Artinya : " Saya niat mengeluarkan zakat atas diri saya dan atas sekalian yang saya
wajibkan memberi nafkah pada mereka secara syari'at, fardhu karena Allah
ta'ala."

32
KISAH PARA SAHABAT

ABDURRAHMAN BIN AUF RA.

Dua hari setelah Abu Bakar RA masuk dan berbaiat untuk memahami Islam,
sahabatnya, Abdurrahman bin Auf RA juga melakukan langkah serupa. Hingga kelak,
kedua sahabat itu menjadi dua dari delapan orang awal yang dijanjikan masuk surga
atau dikenal sebagai Assabiqunal Awwalun.
Sejarah mencatat, Abdurrahman bin Auf merupakan sahabat Rasulullah SAW yang
kaya raya dan terkenal akan kegemarannya untuk bersedekah di jalan Allah SWT. Jika
menilik ke belakang, tentu saja hal tersebut tak jauh dari didikan ayahnya, Auf bin Abd
Auf, tentang menepati janji dan mencintai sesama. Hingga nilai bijaksana, setia,
dermawan terus melekat padanya ketika beranjak dewasa.
Dalam suatu kisahnya yang terkenal, Madinah, yang tampak tenang saat itu mendadak
ramai, warga dan para pedagang berlarian menuju jalan. Rupanya,
kafilah Abdurrahman bin Auf dengan 700 ekor untanya lengkap dengan dagangan
memasuki Madinah, untuk disumbangkan.
Singkat cerita, Ummul Mukmin Aisyah Rha yang saat itu sedang menyampaikan hadist-
hadist Rasulullah teringat hadist yang menerangkan bin Auf, dia berkata; “Semoga
Allah melimpahkan berkah-Nya bagi Abdurrahman dengan baktinya di dunia, serta
pahala yang besar di akhirat nanti. Aku pernah mendengar Rasul SAW bersabda
bahwa Abdurrahman bin Auf akan masuk surga sambil merangkak.”
Mendengar hal tersebut, seorang sahabat berlari kencang mencari Abdurrahman bin
Auf untuk menyampaikan kabar gembira itu. Hingga akhirnya Abdurahman bin Auf
menemui Aisyah RA dan bertanya “Wahai Ibunda, apakah Ibunda mendengar sendiri
ucapan itu dari Rasulullah?” Jawab Aisyah, “Ya, aku mendengar sendiri.”
Mendengar hal tersebut, Abdurrahman bin Auf kegirangan sambil berkata “Wahai
Ibunda, saksikanlah, seluruh unta lengkap dengan barang dagangan di punggungnya
masing-masing, aku dermakan untuk fisabilillah.”
Dalam cerita tersebut, diilustrasikan bahwa Abdurrahman bin Auf tidak merangkak
karena sulitnya memasuki surga. Sebaliknya, ia sangat dekat dengan surga, sehingga ia
tak perlu lagi berjalan dan hanya perlu merangkak saja.

33
Mengutip buku The Great Sahaba karangan Rizem Aizid, Abdurrahman bin Auf yang
lahir tepat sepuluh tahun setelah tahun gajah itu, menjadikan sifat dan sikap
dermawan ajaran ayahnya menjadi tuntunan.
Bahkan, dalam buku tersebut disebut juga bahwa setelah masuk Islam, segala sikap
Abdurrahman bin Auf itu menjadikannya semakin dekat dengan Rasulullah. Terlebih,
ketika ia rela berkoban demi agama dan Allah SWT.
Pria yang berfisik gagah dan tampan itu memiliki kulit kemerah-merahan, rambut
hitam tak beruban dan tangan serta jari yang besar. Ketika berjalan, ia kerap terlihat
sedikit pincang, karena cacat pada kaki yang diperoleh saat jihad di jalan Allah pada
Perang Uhud.
Mendapat perlakuan tak mengenakan dari kaum Quraisy, hijrah juga dilakukannya atas
seizin Rasulullah. Tak berselang lama, ia Bersama sahabat lainnya hijrah ke Habsyah.
Peristiwa itu terjadi pada saat Rasulullah SAW diutus pada tahun ke-5 nya.
Namun demikian, Abdurrahman bin Auf tak bisa bertahan lama di daerah tersebut.
Panggilan hatinya menyerukan untuk kembali ke Makkah dan membantu Rasulullah
SAW dalam menyebarkan Islam.
Selang beberapa waktu, ia kembali mengikuti hijrah ke Madinah. Hingga akhirnya ia
hidup bahagia.
Hasil yang dihasilkan dari pekerjaan yang disukainya itu, tak lantas menjadikannya
sombong atau berdiam dan menikmati kekayaanya. Sebaliknya, ia memanfaatkan
rezeki dari Allah SWT dengan percaya pada jaminan Allah.
Lebih jauh, mengutip buku Kisah 10 Pahlawan Surga karya Abu Zaein, pada awalnya,
Abdurrahman bin Auf memiliki nama Abd Amr bin Abd Auf bin Al-Harits, yang berasal
dari keturunan Bani Zuhrah (keturunan paman Rasulullah dari pihak ibu).
Setelah mengatakan kesanggupannya berjalan di jalan Allah, Nabi Muhammad SAW
berkata padanya untuk mengganti nama.
“Gantilah namamu dengan Abdurrahman.”. Mendengar perkataan itu ia bergembira,
hingga mulai saat itu dikenal lah nama Abdurrahman bin Auf, pedagang
sukses sahabat nabi yang memperjuangkan Islam hingga akhir hayatnya di usia ke-75
tahun.

34
MUSH’AB BIN UMAIR

Kelahiran dan Masa Pertumbuhannya


Mush’ab bin Umair dilahirkan di masa jahiliyah, empat belas tahun (atau lebih sedikit)
setelah kelahiran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wa sallam dilahirkan pada tahun 571 M (Mubarakfuri, 2007: 54), sehingga Mush’ab bin
Umair dilahirkan pada tahun 585 M.
Ia merupakan pemuda kaya keturunan Quraisy; Mush’ab bin Umair bin Hasyim bin Abdu
Manaf bin Abdud Dar bin Qushay bin Kilab al-Abdari al-Qurasyi.

Dalam Asad al-Ghabah, Imam Ibnul Atsir mengatakan, “Mush’ab adalah seorang
pemuda yang tampan dan rapi penampilannya. Kedua orang tuanya sangat
menyayanginya. Ibunya adalah seorang wanita yang sangat kaya. Sandal Mush’ab
adalah sandal al-Hadrami, pakaiannya merupakan pakaian yang terbaik, dan dia adalah
orang Mekah yang paling harum sehingga semerbak aroma parfumnya meninggalkan
jejak di jalan yang ia lewati.” (al-Jabiri, 2014: 19).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ب ب ِْن عُ َميْر‬ ْ ‫ َول أ َ ْنعَ َم نِ ْع َمةً ِم ْن ُم‬، ً‫ َول أ َ َر َّق ُحلَّة‬، ً‫سنَ ِل َّمة‬
ِ َ‫صع‬ َ ‫َما َرأَيْتُ بِ َم َّكةَ أ َ َحدًا أ َ ْح‬

“Aku tidak pernah melihat seorang pun di Mekah yang lebih rapi rambutnya, paling
bagus pakaiannya, dan paling banyak diberi kenikmatan selain dari Mush’ab bin Umair.”
(HR. Hakim).

Ibunya sangat memanjakannya, sampai-sampai saat ia tidur dihidangkan bejana


makanan di dekatnya. Ketika ia terbangun dari tidur, maka hidangan makana sudah ada
di hadapannya.

Demikianlah keadaan Mush’ab bin Umair. Seorang pemuda kaya yang mendapatkan
banyak kenikmatan dunia. Kasih sayang ibunya, membuatnya tidak pernah merasakan
kesulitan hidup dan kekurangan nikmat.

Menyambut Hidayah Islam


Orang-orang pertama yang menyambut dakwah Islam yang dibawa oleh Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah istri beliau Khadijah, sepupu beliau Ali
bin Abi Thalib, dan anak angkat beliau Zaid bin Haritsah radhiyallahu ‘anhum. Kemudian

35
diikuti oleh beberapa orang yang lain. Ketika intimidasi terhadap dakwah Islam yang
baru saja muncul itu kian menguat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdakwah
secara sembunyi-sembunyi di rumah al-Arqam bin Abi al-Arqam radhiyallahu ‘anhu.
Sebuah rumah yang berada di bukit Shafa, jauh dari pengawasan orang-orang kafir
Quraisy.
Mush’ab bin Umair yang hidup di lingkungan jahiliyah; penyembah berhala, pecandu
khamr, penggemar pesta dan nyanyian, Allah beri cahaya di hatinya, sehingga ia mampu
membedakan manakah agama yang lurus dan mana agama yang menyimpang.
Manakah ajaran seorang Nabi dan mana yang hanya warsisan nenek moyang semata.
Dengan sendirinya ia bertekad dan menguatkan hati untuk memeluk Islam. Ia
mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di rumah al-Arqam dan menyatakan
keimanannya.
Kemudian Mush’ab menyembunyikan keislamannya sebagaimana sahabat yang lain,
untuk menghindari intimidasi kafir Quraisy. Dalam keadaan sulit tersebut, ia tetap terus
menghadiri majelis Rasulullah untuk menambah pengetahuannya tentang agama yang
baru ia peluk. Hingga akhirnya ia menjadi salah seorang sahabat yang paling dalam
ilmunya. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutusnya ke Madinah
untuk berdakwah di sana.

Menjual Dunia Untuk Membeli Akhirat


Suatu hari Utsmani bin Thalhah melihat Mush’ab bin Umair sedang beribadah kepada
Allah Ta’ala, maka ia pun melaporkan apa yang ia lihat kepada ibunda Mush’ab. Saat
itulah periode sulit dalam kehidupan pemuda yang terbiasa dengan kenikmatan ini
dimulai.
Mengetahui putra kesayangannya meninggalkan agama nenek moyang, ibu Mush’ab
kecewa bukan kepalang. Ibunya mengancam bahwa ia tidak akan makan dan minum
serta terus beridiri tanpa naungan, baik di siang yang terik atau di malam yang dingin,
sampai Mush’ab meninggalkan agamanya. Saudara Mush’ab, Abu Aziz bin Umair, tidak
tega mendengar apa yang akan dilakukan sang ibu. Lalu ia berujar, “Wahai ibu,
biarkanlah ia. Sesungguhnya ia adalah seseorang yang terbiasa dengan kenikmatan.
Kalau ia dibiarkan dalam keadaan lapar, pasti dia akan meninggalkan agamanya”.
Mush’ab pun ditangkap oleh keluarganya dan dikurung di tempat mereka.

36
Hari demi hari, siksaan yang dialami Mush’ab kian bertambah. Tidak hanya diisolasi dari
pergaulannya, Mush’ab juga mendapat siksaan secara fisik. Ibunya yang dulu sangat
menyayanginya, kini tega melakukan penyiksaan terhadapnya. Warna kulitnya berubah
karena luka-luka siksa yang menderanya. Tubuhnya yang dulu berisi, mulai terlihat
mengurus.

Berubahlah kehidupan pemuda kaya raya itu. Tidak ada lagi fasilitas kelas satu yang ia
nikmati. Pakaian, makanan, dan minumannya semuanya berubah. Ali bin Abi Thalib
berkata, “Suatu hari, kami duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di
masjid. Lalu muncullah Mush’ab bin Umair dengan mengenakan kain burdah yang kasar
dan memiliki tambalan. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihatnya, beliau
pun menangis teringat akan kenikmatan yang ia dapatkan dahulu (sebelum memeluk
Islam) dibandingkan dengan keadaannya sekarang…” (HR. Tirmidzi No. 2476).
Zubair bin al-Awwam mengatakan, “Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam sedang duduk dengan para sahabatnya di Masjid Quba, lalu muncullah Mush’ab
bin Umair dengan kain burdah (jenis kain yang kasar) yang tidak menutupi tubuhnya
secara utuh. Orang-orang pun menunduk. Lalu ia mendekat dan mengucapkan salam.
Mereka menjawab salamnya. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memuji dan
mengatakan hal yang baik-baik tentangnya. Dan beliau bersabda, “Sungguh aku melihat
Mush’ab tatkala bersama kedua orang tuanya di Mekah. Keduanya memuliakan dia dan
memberinya berbagai macam fasilitas dan kenikmatan. Tidak ada pemuda-pemuda
Quraisy yang semisal dengan dirinya. Setelah itu, ia tinggalkan semua itu demi
menggapai ridha Allah dan menolong Rasul-Nya…” (HR. Hakim No. 6640).
Saad bin Abi Waqqash radhiayallahu ‘anhu berkata, “Dahulu saat bersama orang tuanya,
Mush’ab bin Umair adalah pemuda Mekah yang paling harum. Ketika ia mengalami apa
yang kami alami (intimidasi), keadaannya pun berubah. Kulihat kulitnya pecah-pecah
mengelupas dan ia merasa tertatih-taih karena hal itu sampai-sampai tidak mampu
berjalan. Kami ulurkan busur-busur kami, lalu kami papah dia.” (Siyar Salafus Shaleh oleh
Ismail Muhammad Ashbahani, Hal: 659).
Demikianlah perubahan keadaan Mush’ab ketika ia memeluk Islam. Ia mengalami
penderitaan secara materi. Kenikmatan-kenikmatan materi yang biasa ia rasakan tidak
lagi ia rasakan ketika memeluk Islam. Bahkan sampai ia tidak mendapatkan pakaian yang
layak untuk dirinya. Ia juga mengalami penyiksaan secara fisik sehingga kulit-kulitnya
mengelupas dan tubuhnya menderita. Penderitaan yang ia alami juga ditambah lagi

37
dengan siksaan perasaan ketika ia melihat ibunya yang sangat ia cintai memotong
rambutnya, tidak makan dan minum, kemudian berjemur di tengah teriknya matahari
agar sang anak keluar dari agamanya. Semua yang ia alami tidak membuatnya goyah.
Ia tetap teguh dengan keimanannya.

Peranan Mush’ab Dalam Islam


Mush’ab bin Umair adalah salah seorang sahabat nabi yang utama. Ia memiliki ilmu yang
mendalam dan kecerdasan sehingga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutusnya
untuk mendakwahi penduduk Yatsrib, Madinah.
Saat datang di Madinah, Mush’ab tinggal di tempat As’ad bin Zurarah. Di sana ia
mengajrkan dan mendakwahkan Islam kepada penduduk negeri tersebut, termasuk
tokoh utama di Madinah semisal Saad bin Muadz. Dalam waktu yang singkat, sebagian
besar penduduk Madinah pun memeluk agama Allah ini. Hal ini menunjukkan –setelah
taufik dari Allah- akan kedalaman ilmu Mush’ab bin Umair dan pemahamanannya yang
bagus terhadap Alquran dan sunnah, baiknya cara penyampaiannya dan kecerdasannya
dalam berargumentasi, serta jiwanya yang tenang dan tidak terburu-buru.

Hal tersebut sangat terlihat ketika Mush’ab berhadap dengan Saad bin Muadz. Setelah
berhasil mengislamkan Usaid bin Hudair, Mush’ab berangkat menuju Saad bin Muadz.
Mush’ab berkata kepada Saad, “Bagaimana kiranya kalau Anda duduk dan mendengar
(apa yang hendak aku sampaikan)? Jika engkau ridha dengan apa yang aku ucapkan,
maka terimalah. Seandainya engkau membencinya, maka aku akan pergi”. Saad
menjawab, “Ya, yang demikian itu lebih bijak”. Mush’ab pun menjelaskan kepada Saad
apa itu Islam, lalu membacakannya Alquran.

Saad memiliki kesan yang mendalam terhadap Mush’ab bin Umair radhiyallahu
‘anhu dan apa yang ia ucapkan. Kata Saad, “Demi Allah, dari wajahnya, sungguh kami
telah mengetahui kemuliaan Islam sebelum ia berbicara tentang Islam, tentang
kemuliaan dan kemudahannya”. Kemudian Saad berkata, “Apa yang harus kami perbuat
jika kami hendak memeluk Islam?” “Mandilah, bersihkan pakaianmu, ucapkan dua

38
kalimat syahadat, kemudian shalatlah dua rakaat”. Jawab Mush’ab. Saad pun melakukan
apa yang diperintahkan Mush’ab.
Setelah itu, Saad berdiri dan berkata kepada kaumnya, “Wahai Bani Abdu Asyhal, apa
yang kalian ketahui tentang kedudukanku di sisi kalian?” Mereka menjawab, “Engkau
adalah pemuka kami, orang yang paling bagus pandangannya, dan paling lurus
tabiatnya”.

Lalu Saad mengucapkan kalimat yang luar biasa, yang menunjukkan begitu besarnya
wibawanya di sisi kaumnya dan begitu kuatnya pengaruhnya bagi mereka, Saad berkata,
“Haram bagi laki-laki dan perempuan di antara kalian berbicara kepadaku sampai ia
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya!”

Tidak sampai sore hari seluruh kaumnya pun beriman kecuali Ushairim.

Karena taufik dari Allah kemudian buah dakwah Mush’ab, Madinah pun menjadi tempat
pilihan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya hijrah. Dan kemudian kota
itu dikenal dengan Kota Nabi Muhammad (Madinah an-Nabawiyah).

Wafatnya
Mush’ab bin Umair adalah pemegang bendera Islam di peperangan. Pada Perang Uhud,
ia mendapat tugas serupa. Muhammad bin Syarahbil mengisahkan akhir hayat sahabat
yang mulia ini. Ia berkata:

Mush’ab bin Umair radhiyallahu ‘anhu membawa bendera perang di medan Uhud. Lalu
datang penunggang kudak dari pasukan musyrik yang bernama Ibnu Qumai-ah al-Laitsi
(yang mengira bahwa Mush’ab adalah Rasulullah), lalu ia menebas tangan kanan
Mush’ab dan terputuslah tangan kanannya. Lalu Mush’ab membaca ayat:

ُ ‫ت ِم ْن قَ ْب ِل ِه الر‬
ۚ ‫س ُل‬ ُ ‫َو َما ُم َح َّمد ِإ َّل َر‬
ْ َ‫سول قَ ْد َخل‬

“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya
beberapa orang rasul.” (QS. Ali Imran: 144).

39
Bendera pun ia pegang dengan tangan kirinya. Lalu Ibnu Qumai-ah datang kembali dan
menebas tangan kirinya hingga terputus. Mush’ab mendekap bendera tersebut di
dadanya sambal membaca ayat yang sama:

ُ ‫ت ِم ْن قَ ْب ِل ِه الر‬
ۚ ‫س ُل‬ ُ ‫َو َما ُم َح َّمد إِ َّل َر‬
ْ َ‫سول قَ ْد َخل‬

“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya
beberapa orang rasul.” (QS. Ali Imran: 144).

Kemudian anak panah merobohkannya dan terjatuhlah bendera tersebut. Setelah


Mush’ab gugur, Rasulullah menyerahkan bendera pasukan kepada Ali bin Abi Thalib
(Ibnu Ishaq, Hal: 329).

Lalu Ibnu Qumai-ah kembali ke pasukan kafir Quraisy, ia berkata, “Aku telah membunuh
Muhammad”.

Setelah perang usai, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memeriksa sahabat-


sahabatnya yang gugur. Abu Hurairah mengisahkan, “Setelah Perang Uhud usai,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mencari sahabat-sahabatnya yang gugur. Saat
melihat jasad Mush’ab bin Umair yang syahid dengan keadaan yang menyedihkan,
beliau berhenti, lalu mendoakan kebaikan untuknya. Kemudian beliau membaca Surat
al-Ahzab ayat 23:
“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah
mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara
mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya).” (QS.
Al-Ahzab: 23).

Kemudian beliau mempersaksikan bahwa sahabat-sahabatnya yang gugur adalah


syuhada di sisi Allah.

Setelah itu, beliau berkata kepada jasad Mush’ab, “Sungguh aku melihatmu ketika di
Mekah, tidak ada seorang pun yang lebih baik pakaiannya dan rapi penampilannya
daripada engkau. Dan sekarang rambutmu kusut dan (pakaianmu) kain burdah.”

40
Tak sehelai pun kain untuk kafan yang menutupi jasadnya kecuali sehelai burdah.
Andainya ditaruh di atas kepalanya, terbukalah kedua kakinya. Sebaliknya, bila
ditutupkan ke kakinya, terbukalah kepalanya. Sehingga Rasulullah bersabda,
“Tutupkanlah kebagian kepalanya, dan kakinya tutupilah dengan rumput idkhir.”

Mush’ab wafat setelah 32 bulan hijrahnya Nabi ke Madinah. Saat itu usianya 40 tahun.

NUSAIBAH BINTI KA’AB

Nusaibah binti Ka'ab Al-Anshariyah adalah seorang sahabat wanita yang agung lagi
pemberani. Banyak jasa telah ia ukir dalam perjuangan dakwah Islam. Ummu Imarah,
demikian ia biasa dipanggil, adalah salah satu contoh keberanian yang abadi.
Ia merupakan sosok pahlawan yang tidak pernah absen melaksanakan kewajiban
bilamana ada panggilan untuknya. Semua target perjuangannya ditujukan untuk
kemuliaan dunia dan akhirat.
Ummu Imarah adalah seorang sahabat wanita yang agung. Ia termasuk satu dari dua
wanita yang bergabung dengan 70 orang laki-laki Anshar yang hendak berbaiat
kepada Rasulullah dalam Baiat Aqabah Kedua. Pada waktu itu, ia berbaiat bersama
suaminya, Zaid bin Ashim, dan dua orang putranya.
Kisah kepahlawanan Nusaibah yang paling dikenang sepanjang sejarah adalah pada
saat Perang Uhud, di mana ia dengan segenap keberaniannya membela dan
melindungi Rasulullah.
Pada perang itu, Nusaibah bergabung dengan pasukan Islam untuk mengemban
tugas penting di bidang logistik dan medis. Bersama para wanita lainnya, Nusaibah
ikut memasok air kepada para prajurit Muslim dan mengobati mereka yang terluka.
Ketika kaum Muslimin dilanda kekacauan karena para pemanah di atas bukit
melanggar perintah Rasulullah, nyawa beliau berada dalam bahaya. Ketika melihat
Rasulullah menangkis berbagai serangan musuh sendirian, Nusaibah segera
mempersenjatai dirinya dan bergabung dengan yang lainnya membentuk pertahanan
untuk melindungi beliau.
Dalam berbagai riwayat disebutkan, bahwa ketika itu Nusaibah berperang penuh
keberanian dan tidak menghiraukan diri sendiri ketika membela Rasulullah. Saat itu,

41
Nusaibah menderita luka-luka di sekujur tubuhnya. Sedikitnya ada sekitar 12 luka di
tubuhnya, dengan luka di leher yang paling parah. Namun hebatnya, Nusaibah tidak
pernah mengeluh, mengadu, atau bersedih.
Ketika Rasulullah melihat Nusaibah terluka, beliau bersabda, "Wahai Abdullah (putra
Nusaibah), balutlah luka ibumu! Ya Allah, jadikanlah Nusaibah dan anaknya sebagai
sahabatku di dalam surga."
Mendengar doa Rasulullah, Nusaibah tidak lagi menghiraukan luka di tubuhnya dan
terus berperang, membela Rasulullah dan agama Allah. "Aku telah meninggalkan
urusan duniawi," ujarnya.

Dalam sejarah Islam, Nusaibah juga disebut-sebut sebagai seorang wanita yang
memiliki kesabaran luar biasa dan selalu mendahulukan kepentingan orang lain. Ketika
salah seorang putranya syahid dalam sebuah pertempuran, Nusaibah menerimanya
dengan penuh keyakinan bahwa putranya mendapatkan kedudukan tinggi di sisi Allah.
Ia menerima berita kematian anaknya dengan penuh serta kebanggaan.
Selain Perang Uhud, Nusaibah bersama suami dan putra-putranya juga ikut dalam
peristiwa Hudaibiyah, Perang Khaibar, Perang Hunain dan Perang Yamamah. Dalam
berbagai pertempuran itu, Nusaibah tidak hanya membantu mengurus logistik dan
merawat orang-orang yang terluka, tapi juga memanggul senjata menyambut
serangan musuh.
Setelah Rasulullah SAW wafat, sebagian kaum Muslimin kembali murtad dan enggan
berzakat. Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq segera membentuk pasukan untuk
memerangi mereka. Abu Bakar mengirim surat kepada Musailamah Al-Kadzdzab dan
menunjuk Habib, putra Nusaibah, sebagai utusannya.
Namun, Musailamah menyiksa Habib dengan memotong anggota tubuhnya satu
persatu sampai syahid. Meninggalnya Habib meninggalkan luka yang dalam di hati
Nusaibah. Pada Perang Yamamah, Nusaibah dan putranya, Abdullah, ikut memerangi
Musailamah hingga tewas di tangan mereka berdua.
Beberapa tahun setelah Perang Yamamah, Nusaibah meninggal dunia. Semoga Allah
mencurahkan rahmat kepada Nusaibah binti Ka'ab Al-Anshariyah dengan curahan
rahmat-Nya yang luas, menyambutnya dengan keridhaan, serta memuliakan
kedudukannya.
42
AKHLAK

AKU ANAK YANG BERTANGGUNGJAWAB

Pengertian dari tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatan baik yang disengaja maupun tidak. Dalam andas besar Bahasa Indonesia
(KBBI), tanggung jawab berarti keadaan di mana wajib menganggung segala sesuatu
atau kewajiban memikul.

Tanggung jawab adalah ‘keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi
apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan dan sebagainya). Demikian makna
tanggung jawab dalam andas Bahasa Indonesia. Tanggung jawab adalah kesadaran
manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak di
sengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan
kewajibannya

Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya). Manusia bertanggung jawab
karena menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya. Ia menyadari pula bahwa pihak
lain memerlukan pengabdian atau pengorbanannya. Apabila ditelaah lebih lanjut,
tanggung jawab merupakan kewajiban atau beban yang harus dipikul atau dipenuhi,
sebagai akibat perbuatan kita kepada orang lain, atau sebagai akibat dari perbuatan
pihak lain kepada kita.

Tanggung jawab bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia,
bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab. Apabila ia tidak mau
bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang memaksa tanggung jawab itu. Dengan
demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi yang berbuat dan
dari sisi yang memiliki kepentingan dari pihak lain. Dari sisi si pembuat ia harus
menyadari akibat perbuatannya itu dengan demikian ia sendiri pula yang harus
memulihkan ke dalam keadaan baik. Dari sisi pihak lain apabila si pembuat tidak mau
bertanggung jawab, pihak lain yang akan memulihkan baik dengan cara individual
maupun dengan cara kemasyarakatan

43
Berbicara tentang tanggung jawab manusia menurut al-Qur’an, memperhatikan surat
al-Mukminun ayat 115 ditemukan bahwa manusia adalah makhluk fungsional dan
bertanggungjawab atau dengan kata lain penciptaan manusia bukanlah sebuah kesia-
siaan. Tanggung jawab manusia tersebut meliputi tanggung jawab terhadap Allah Sang
Pencipta, diri pribadi, keluaga, masyarakat, bangsa dan Negara, serta tanggung jawab
terhadap alam.
Tanggung jawab menjadi salah satu sikap yang harus dimiliki setiap individu di dunia.
Sikap tersebut sangat berguna dalam menjalani kehidupan dan sebagai pembelajaran
untuk mengembangkan diri.
Manfaat sikap tanggung jawab
• Seseorang akan dapat dipercaya, dihormati, dihargai, dan disenangi orang lain.
• Muncul sikap berani mengakui kesalahan yang dilakukan dan mau
mengubahnya dengan tindakan lebih baik.
• Membuat seorang anak akan bertindak lebih hati-hati dalam melakukan
sesuatu.
Contoh sikap tanggung jawab
• Tanggung jawab kepada Allah: menjalankan perintah dan menjauhi
larangannya, mensyukuri apa yang sudah didapat, serta memelihara lingkungan
sebagai ciptaan Allah.
• Tanggung jawab kepada diri sendiri: menjaga kesehatan, keamanan,
kebersihan, dan bertanggung jawab terhadap perbuatan.
• Tanggung jawab kepada keluarga: memelihara kebersihan, kenyamanan dan
keamanan dalam keluarga, mematuhi aturan yang sudah ditetapkan bersama,
serta berperilaku sesuai dengan norma.
Contoh sikap tanggung jawab di sekolah:
• Belajar tekun dan giat
• Mematuhi semua tata tertib di sekolah
• Menghormati bapak dan ibu guru
• Menjaga kebersihan lingkungan sekolah
• Menjaga nama baik sekolah
• Mengerjakan tugas atau PR
• Datang tepat waktu
• Melaksanakan jadwal piket

44
MEMILIH TEMAN YANG TEPAT

Apakah anda memiliki banyak teman?


Sedangkan dalam Islam seseorang harus pandai memilah teman.
Ini karena teman yang dimiliki akan sangat mempengaruhi akhlak dan perkembangan
dirimu.
Seperti sabda Rasulullah:
“Permisalan teman yang baik dan teman buruk ibarat seorang penjual minyak wangi
dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak
wangi atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya. Kalaupun tidak, engkau tetap
mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya)
mengenai pakaianmu. Kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang
tak sedap.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sebagai makhluk sosial, maka memilih teman hendaknya memang harus diperhatikan
secara bijak.
Memilih teman yang taat beribadah
Seorang teman yang selalu melakukan ibadah dengan baik dan benar, ini akan memiliki
pengaruh pada diri anda. Faktor utama ini wajib anda jadikan sebagai bahan
pertimbangan.
Jika seseorang selalu menjaga ibadahnya dengan baik, tentunya sudah tidak diragukan
lagi dan sangat tepat dijadikan sebagai teman di dalam keseharian anda.
Perilakunya yang selalu taat beribadah, maka bisa membawa anda menjadi pribadi yang
taat. Terutama dalam menjaga kualitas ibadah.
Memilih teman yang mengedepankan kejujuran
Berkata jujur memang jadi sesuatu yang penting dalam hubungan apa pun. Ini termasuk
juga di dalam pertemanan.
Sebagai pondasi awal, anda pun perlu memilih teman yang selalu berkata jujur.
Pasalya, teman yang jujur sesungguhnya sangat bermanfaat untuk anda. Memiliki
seorang teman yang jujur dan soleh, maka akan memberi tahu anda hal baik dan buruk.
Selain itu, sosok teman yang mengedepankan kejujuran dalam Islam juga sangat
membantu anda dalam membentuk karakter atau jati diri.
Memilih teman yang bisa menjaga amanah
Sebenarnya ada banyak manfaat dari perilaku amanah.

45
Menurut Islam, dalam memilih teman sebaiknya yang mempunyai sifat amanah.
Apabila ia selalu menjaga amanah dengan bijak, pasti ia akan memperhatikan dengan
baik apa yang dititipkan atau pun dipercayakan kepadanya.
Secara singkat, anda pun merasa aman dan nyaman saat memberikan kepercayaan
terhadap amanah yang dititipkan kepadanya.
Memilih teman yang mengajak pada kegiatan positif
Faktanya, teman dapat menjadikan alasan anda untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Namun dalam hal itu, maka anda perlu berteman dengan orang yang tepat dan bisa
membuat anda melakukan kebaikan.
Pilihlah teman yang selalu mengajakmu pada kegiatan atau aktivitas positif. Kegiatan
tersebut misalnya seperti berorganisasi, kegiatan sosial, sharing ilmu
maupun mengembangkan bakat.
Sebab sudah selayaknya keseharian anda diisi dengan kegiatan yang positif, halal,
berpahala dan bermanfaat untuk orang lain.
Memilih teman yang suka menjaga silaturrahmi
Apakah ananda orang yang cenderung suka menjalin silaturahmi?
Jika membahas aspek pertemanan, maka ananda perlu memilih teman yang punya
banyak faedah secara sosial yang rutin menjalankan silaturahmi.

46
AKU ANAK YANG JUJUR

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan teladan sempurna untuk kita.
Beliau memiliki akhlak atau sifat yang begitu mulia. Beberapa sifat mulia yang dimiliki
oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam antara lain amanah dan jujur. Nabi
Muhammad dikenal sebagai pribadi yang jujur, bahkan sejak beliau belum diangkat
menjadi nabi.

Jujur, dalam Bahasa Arab dikenal dengan istilah ash shidqu atau shiddiq, memiliki arti
nyata atau berkata benar. Artinya, kejujuran merupakan bentuk kesesuaian antara
ucapan dan perbuatan atau antara informasi dan kenyataan. Lebih jauh lagi, kejujuran
berarti bebas dari kecurangan, mengikuti aturan yang berlaku dan kelurusan hati.

Ada banyak sekali bentuk kejujuran dalam kehidupan kita sehari-hari. Sejak kecil kita
pasti telah diajarkan oleh orang tua kita untuk selalu berbuat jujur dan tidak berbohong.
Hal ini tentu sesuai dengan ajaran agama Islam yang telah dicontohkan oleh Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi sallam sendiri.

Pandangan Islam tentang Kejujuran

Telah disebutkan sebelumnya, dalam Islam kejujuran dikenal sebagai ash shidqu. Istilah
ini juga dijadikan sebagai julukan bagi Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
yang memiliki sifat jujur. Kejujuran, dalam Islam memiliki keutamaan tersendiri dan akan
menjadi penyebab datangnya pahala dan rahmat dari Allah. Seseorang yang memiliki
sifat jujur akan memperoleh kemuliaan dan derajat yang tinggi dari Allah. Hal ini
tercermin dalam firman Allah di surat al Ahzab ayat 35 yang artinya, “Sesungguhnya
laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki
dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang sidiqin
(benar), laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk,
laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-
laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang
banyak menyebut (nama) Allah, Allah Telah menyediakan untuk mereka ampunan dan
pahala yang besar”.

Kejujuran merupakan jalan yang lurus dan penuh keselamatan dari azab di akhirat yang
keras. Bahkan, tidak hanya untuk bersikap jujur, Allah juga memerintahkan kita untuk

47
bersama orang-orang yang jujur. Dalam surat at Taubah ayat 119, Allah berfirman, “ “Hai
orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah anda bersama
orang-orang yang sidiqin”. Bersama dengan orang-orang yang jujur diharapkan akan
membuat kita untuk terbiasa menjaga kejujuran juga dalam diri kita.

Kebalikan dari sifat jujur adalah sifat khianat atau berbohong. Sifat ini amat dibenci oleh
Allah dan termasuk dalam ciri-ciri orang yang munafik. Hal ini diungkapkan oleh Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bersabda, “Tanda-tanda orang munafik
itu ada tiga, apabila bebicara selalu bohong, jika berjanji menyelisihi, dan jika dipercaya
khianat” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Maka, jika kita ingin menjadi umat Islam yang baik dan mendapat kebaikan di dunia dan
akhirat, kita harus selalu bersifat jujur. Dalam hadis shahih yang diriwayatkan oleh
Bukhari dan Muslim, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya kejujuran menunjukkan kepada kebaikan, dan sesungguhnya kebaikan
menunjukkan kepada surga, dan sesungguhnya seorang laki-laki benar-benar telah jujur
hingga ia di catat di sisi Allah sebagai orang jujur. Sesungguhnya kebohongan itu
menunjukkan kepada kedzaliman. Dan sesungguhnya kedzaliman itu menunjukkan
kepada neraka, dan sesungguhnya seorang laki-laki telah berbuat dusta hingga ia di
catat disisi Allah sebagai pendusta”.

Macam-Macam Kejujuran dalam Islam

Kejujuran merupakan tiang utama bagi manusia untuk menegakkan kebenaran dan
segala sesuatu yang haq di muka bumi. Allah pun berfirman dalam al Quran surat al
Ahzab ayat 70, “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah anda kepada Allah
Swt. dan ucapkanlah perkataan yang benar”.

Dalam agama Islam terdapat beberapa macam sifat jujur yang dibedakan berdasarkan
penerapan sifat jujur tersebut, sebagai berikut:

1. Jujur dalam niatnya atau kehendaknya, artinya seseorang terdorong untuk


berbuat sesuatu atau bertindak dengan dorongan dari Allah.
2. Jujur dalam ucapan, yaitu seseorang yang berkata sesuai dengan apa yang dia
ketahui atau terima. Ia tidak berkata apapun, kecuali perkataan tersebut
merupakan kejujuran.

48
3. Jujur dalam perbuatan, yaitu seseorang yang beramal dengan sungguh-
sungguh sesuai dengan apa yang ada dalam batinnya.
4. Jujur dalam janji, artinya dia selalu menepati janji yang telah diucapkan kepada
manusia. dia hanya mengucapkan janji yang dia tahu bisa dia tepati.
5. Jujur sesuai kenyataan, yang berarti dia menerapkan kejujuran pada segala hal
yang dia alami di hidupnya.

Sebagai manusia yang berharap meraih surga, kita harus berusaha untuk menerapkan
kejujuran dalam semua hal di atas. Meskipun penerapannya pasti sungguh sulit, kita
harus selalu berusaha untuk menjauhkan diri dari sifat dusta atau khianat. Begitu banyak
godaan ataupun cobaan yang mendorong kita untuk berbuat tidak jujur. Namun, kita
harus ingat bahwa barang siapa yang mampu mewujudkan sifat jujur dalam segala
aspek kehidupannya, maka dia akan tercatat sebagai seorang hamba yang shiddiqin dan
kehidupan dunia akan membawanya ke surga di akhirat kelak.

Mewujudkan kejujuran dalam segala aspek kehidupan seperti yang disebutkan di atas
secara tidak langsung akan menjauhkan kita dari perbuatan-perbuatan yang dilarang.
Misalnya, dia tidak akan bersifat riya’, karena dia jujur dengan niatnya melakukan sesuatu
yang hanya mencari ridha Allah. Dia juga akan menjauh dari ghibah atau perbuatan
fitnah, karena dia jujur dengan ucapannya yang tidak akan berbohong, apalagi jika
menyangkut orang lain. Masih banyak lagi manfaat berbuat jujur yang bisa
menyelamatkan kita dari perbuatan yang dosa.

Pahala untuk Orang yang Jujur

Telah kita bahas sejak awal bahwa kejujuran bisa membawa kita ke dalam ampunan
Allah subhanahu wa ta’ala. Tentu hal ini merupakan keinginan semua manusia. namun,
apakah hanya itu saja balasan bagi orang-orang yang bersifat jujur? Berikut ini akan
dibahas janji yang diberi oleh Allah untuk orang-orang yang menjunjung tinggi
kejujuran:

1. Masuk surga

Hal ini tercermin dalam hadis riwayat Muslim, dimana Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Hendaklah kalian (berbuat) jujur! Sesungguhnya jujur
menunjukkan kepada kebaikan, dan kebaikan menunjukkannya ke Surga. Dan

49
senantiasa seorang (berbuat) jujur dan menjaga kejujurannya hingga ditulis di sisi Allah
sebagai Ash-Shiddiq (orang yang jujur)”.

2. Dekat dengan para Nabi

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam al Quran surat an Nisaa’ ayat 69, “Dan
barangsiapa yang mentaati Alloh dan Rosul(Nya), mereka itu akan bersama-sama
dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Alloh, yaitu: Nabi-nabi, para
shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang sholeh, mereka Itulah
teman yang sebaik-baiknya”.

Hal ini pasti merupakan impian setiap muslim, untuk bisa bersama dengan para nabi,
para sahabat dan orang-orang sholeh. Ganjaran ini merupakan kenikmatan karena kita
digolongkan sama derajatnya dengan orang-orang yang mulia di sisi Allah subhanahu
wa ta’ala.

3. Membuat hati tenang

Tidak hanya ganjaran di akhirat, berbuat jujur ternyata juga akan membawa kenikmatan
di dunia. Dengan berbuat jujur, kita akan merasakan hati yang tenang, bebas dari
kekhawatiran dan rasa was-was yang tidak perlu.

Hasan bin Ali radhiallahu ‘anhu berkata, “ Aku hafal dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, ‘Tinggalkanlah perkara yang meragukanmu kepada perkara yang tidak
meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran adalah ketenangan dan bohong adalah
kecemasan”. Sungguh Allah Maha Pengasih yang telah menganugerahkan ganjaran
mulia langsung di dunia untuk orang-orang yang jujur.

4. Menaikkan derajat

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa meminta kepada Allah
mati syahid dengan jujur, Allah angkat dia ke tingkatan orang-orang yang syahid”.

5. Mendatangkan berkah

Dalam hadis riwayat Bukhari, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Penjual dan pembeli (memiliki) pilihan sebelum mereka berdua berpisah, jika berdua

50
berkata jujur dan menjelaskan (kekurangannya) maka diberkahi jual beli mereka. Dan
jika berdua menyembunyikan (kekurangan) dan berbohong maka dihapus keberkahan
jual beli mereka berdua”.

Dari ganjaran yang disebutkan di atas, kita mengetahui bahwa kenikmatan yang didapat
oleh orang-orang yang berbuat jujur, tidak hanya diterimanya di akhirat, namun juga
diterimanya di dunia. Maka, alangkah baiknya jika kita mulai membiasakan berbuat jujur
dan menjauhkan diri dari perbuatan dusta atau bohong yang menjauhkan kita dari
rahmat Allah subhanahu wa ta’ala.

Orang yang selalu jujur akan memiliki hati yang tenang, dia selalu merasa nyaman
dengan perbuatan dan kalimat jujur yang dilakukannya.

Jujur dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah shidqu atau shiddiq yang berarti berkata
benar atau nyata. Jujur merupakan bentuk kesamaan atau kesesuaian antara kata yang
diucapkan dengan perbuatan yang dilakukan, atau antara informasi dan kenyataan.
Dalam arti yang lebih luas, jujur artinya tidak melakukan kecurangan, mengikuti kaidah
atau aturan yang berlaku dan memiliki kelurusan hati. Jujur merupakan salah satu sifat
mulia dari empat sifat wajib Nabi Muhammad SAW yang merupakan sosok mulia dan
teladan sempurna bagi seluruh umat manusia. Nabi Muhammad SAW sudah dikenal
sebagai pribadi yang jujur dan amanah bahkan sejak beliau belum diangkat menjadi
seorang Nabi/Rasul. Orang yang jujur akan dicintai oleh Allah SWT. Jujur membutuhkan
keteguhan hati, terkadang terasa berat, pahit, dan mengundang resiko. Tetapi segala
sesuatu yang diniatkan karena Allah tentu akan mendapatkan jaminan balasan yang
terindah dari Allah pula yaitu berupa surga yang penuh dengan kenikmatan dan
keabadian.

Seseorang yang memiliki sifat jujur akan memperoleh kemuliaan dan derajat yang tinggi
dari Allah SWT. Hal ini tercermin dalam firman-Nya di dalam al-Quran surat al-Ahzab
ayat 35, “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan
yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan
perempuan yang sidiqin (benar), laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan
perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan
perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya,

51
laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah Telah menyediakan
untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”.

Dalam agama Islam terdapat beberapa macam sifat jujur yang dibedakan berdasarkan
penerapan sifat jujur tersebut; (1) Jujur dalam niatnya atau kehendaknya, artinya
seseorang terdorong untuk berbuat sesuatu atau bertindak dengan dorongan dari Allah.
(2) Jujur dalam ucapan, yaitu seseorang yang berkata sesuai dengan apa yang dia
ketahui atau terima. Ia tidak berkata apapun, kecuali perkataan tersebut merupakan
kejujuran. (3) Jujur dalam perbuatan, yaitu seseorang yang beramal dengan sungguh-
sungguh sesuai dengan apa yang ada dalam batinnya. (4) Jujur dalam janji, artinya dia
selalu menepati janji yang telah diucapkan kepada manusia. Dia hanya mengucapkan
janji yang dia tahu bisa dia tepati. (5) Jujur sesuai kenyataan, yang berarti dia
menerapkan kejujuran pada segala hal yang dia alami di dalam hidupnya.

Ada banyak manfaat yang diperoleh bagi orang yang jujur, antara lain; Pertama, hati
menjadi tenang. Orang yang selalu jujur akan memiliki hati yang tenang, dia selalu
merasa nyaman dengan perbuatan dan kalimat jujur yang dilakukannya. Apapun urusan
yang dilakukan dia tetap mendapatkan kedamaian dalam hatinya karena segala sesuatu
telah dilakukannya dengan benar dan tidak merugikan orang lain. Lain halnya dengan
orang yang berbohong, dia akan merasa khawatir akan kebohongannya dan hidup
penuh kebimbangan, dia akan terbiasa membuat kebohongan baru untuk menutupi
kebohongan lamanya sehingga hidupnya dipenuhi dengan kebohongan, orang yang
seperti ini tidak akan mendapat kebahagiaan di dunia apalagi di akherat. Rasulullah SAW
bersabda : “Tinggalkanlah apa apa yang meragukanmu dengan mengerjakan apa apa
yang tidak meragukanmu, sesungguhnya kejujuran adalah ketenangan dan
sesungguhnya kedustaan akan mengantarkan kepada keraguan atau kebingungan”.
(HR. At-Tirmidzi).

Kedua, setiap orang mempunyai potensi menjadi orang yang menyenangkan dan
disukai semua orang jika dalam diri orang tersebut banyak sisi positifnya. Umumnya
setiap orang akan merasa bahagia dan senang berada di dekat orang yang jujur. Dalam
hubungan apapun, kejujuran merupakan awal dari kepercayaan, dan kepercayaan
adalah awal dari langgengnya sebuah hubungan, baik itu pasangan suami istri,
persahabatan, ataupun rekan bisnis. Orang yang jujur akan disukai orang –orang di
sekelilingnya karena tidak berkata dusta dan dapat dipercaya sehingga merasa damai

52
berada di dekatnya. Dalam Islam, diperintahkan berlaku jujur untuk menyampaikan
kebenaran sesuai adanya, tidak diperbolehkan berdusta sekalipun hal tersebut terasa
pahit, seperti hadist yang disampaikan oleh Rasulullah berikut : “Katakanlah yan benar
walau itu pahit”. (HR Ahmad).

Banyak sekali kenikmatan yang didapat oleh orang-orang yang berbuat jujur, tidak
hanya diterimanya di akhirat, namun juga diterimanya di dunia. Maka, alangkah baiknya
jika kita mulai membiasakan berbuat jujur dan menjauhkan diri dari perbuatan dusta
atau bohong yang menjauhkan kita dari rahmat Allah SWT. Jujur merupakan fondasi
utama terciptanya masyarakat yang penuh kedamaian dan kebersamaan.

53
KHOIRUNNAS ANFA’UHUM LINNAS
ARTI DAN CARA MENERAPKANNYA DI KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Sebuah hadis berbunyi khoirunnas anafauhum linnas ini menjelaskan


bagaimana seorang manusia seharusnya berlaku dalam kehidupan bermasyarakat.
Penggalan hadis yang terkenal berbunyi khoirunnas anafauhum linnas ini
merupakan hadis yang berisi tentang sabda Rasulullah tentang bagaimana seorang
hamba seharusnya berlaku dan menempatkan diri di dalam lingkungan
bermasyarakat. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani dan Daruquthni ini
berbunyi:

َ‫َ…َ َوخَيََالَنَاسََأَنفَعَهمَ لَلَنَاس‬:َ‫َقَالَََرسَ َولََهللاَصَلََهللاَعَلَيَهََ َوسَ ََّل‬:ََ‫عَنََجَابَرََقَال‬


Artinya: Dari Jabir, Ia berkata: ”Rasulullah SAW bersabda, … Dan sebaik-baik manusia
adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni).

Dari hadis tersebut penggalan yang paling terkenal adalah lafal khoirunnas
anafauhum linnas, yang berarti sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang
memberi manfaat bagi manusia lainnya. Ini berarti kita sebagai manusia sudah
seharusnya saling membantu dan menjadi berguna bagi orang lain.

Ini juga berarti perintah untuk melakukan hal baik dan menghindari
perbuatan yang tercela bahkan merugikan orang lain. Jika kita sampai berlaku
kurang baik dan bahkan merugikan orang lain maka jelas akan diancam dosa dan
siksa yang cukup berat jika kita tidak segera meminta maaf kepada orang yang
merasa dirugikan tersebut.

Secara keseluruhan, hadis ini menganjurkan seluruh umat islam untuk berbuat
baik dan ramah kepada sesama manusia karena sesungguhnya tidak ada kebaikan
yang bisa diambil jika kita tidak berlaku baik pada sesama manusia. Hal ini dapat
kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan membantu tetangga yang
sedang kesusahan dan lain sebagainya.

Selain itu dengan kita berbuat baik dan ramah pada semua manusia ini
membuat kita menjadi sebaik-baiknya manusia. Hal ini berarti kita menjadi hamba

54
Allah yang disayangi dan juga menjadi umatnya Nabi yang baik. Sungguh sangat
terpuji akhlak seseorang jika kita bisa menjadi sebaik-baiknya manusia di muka bumi
ini dengan selalu menebarkan kebaikan.

SEDEKAH KALIMAH THAYYIBAH

Di antara adab berbicara bagi seorang muslim adalah menjaga agar yang
keluar dari lisannya adalah al kalimu at thayyibu yang dengannya manusia
mendapatkan pahala di sisi Allah. Nabi Muhammad Saw. bersabda:

ُّ ‫عنَأِبَهريرةَ عنَالنَ يبَﷺَقالَالَكمةَا َلط ييبةَصدق ٌةَو‬


َ ‫ُكَخطوةَيمش هياَاَل‬
َ‫َالصَلةَأوَقالَاَل‬
ِ ِ
‫المسجدَصدق ٌَة‬
Dari Abu Hurairah dari Nabi ‫ﷺ‬, beliau bersabda: "Kalimat thayyibah adalah sedekah,
dan setiap langkah yang dijalankan menuju shalat, -atau beliau ‫ ﷺ‬Bersabda: -
"Menuju masjid adalah sedekah." (HR. Ahmad)

Pengertian Kalimat Thayyibah

Al-kalimu ( ‫ )ا ْل َك ِل ُم‬adalah bentuk jamak dari kalimah (‫ ) ا ْل َك ِل َمة‬yang berarti kata-


َّ ‫ ) ال‬berarti baik, menjelaskan sifat dari
kata atau kalimat. Sedangkan at-thayibu ( ُ‫ط ِيب‬
kata-kata tersebut. Menurut kamus Lisan al-arab Pengertian kata at-thayyib juga
bergantung dari kata-kata yang disifatinya. Ardhun thayyibah berarti tanah subur
untuk tumbuhan. Riihun thayyibun berarti angin sepoi-sepoi, tidak kencang.
Thukmatun thayyibah berarti makanan halal. Baldatun thayyibah berarti negeri yang
aman banyak kebaikannya. Kalimah thayyibah berarti perkataan yang baik. Dengan
kata lain at-thayyibu mensifati segala bentuk kebaikan untuk setiap kata yang
digunakan.

Dalam al Qur’an kata at Thayyib sering digunakan sebagai lawan kata dari al
khabits yang berarti buruk, seperti yang terdapat dalam ayat-ayat berikut
(terjemahan):

Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan
kamu yang sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang al-khabits (yang
buruk/munafik) dari at-thayyib (yang baik/mukmin) [Qs. Ali Imran/3: 179].

55
Al kalimu thayyibu adalah kata-kata yang baik dalam pandangan Islam yang
intinya adalah kalimat tauhid:

َ ‫أشهدَأنََلَاَلَا ََل‬
َ َ ‫َاَّللَوَأشهدَأ َنَمح َمدً اَرسول‬
‫َاَّلل‬
ِ ِ
“Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah kecuali Allah, dan aku bersaksi bahwa
Muhammad adalah utusan Allah”

Kalimat Thayyibah Paling Utama

Semua jenis kata-kata yang membawa kepada tauhid, pujian dan


penghambaan diri kepada Allah, seruan kepada kebajikan dan amal shaleh,
mencegah dari kemungkaran dan kata-kata yang merupakan manifestasi keimanan
seseorang kepada Allah adalah kalimah thayyibah.

Di antara sekian banyak kalimat thayyibah, menurut Rasulullah Saw 4 kalimat


thayyibah paling utama :

ُّ ‫َاَّللَعليهَوس َّلَقالَأرب ٌعَأفضلَالَلَكمََلَي‬


َ‫ُضكَبأّيي َن‬ َ ‫عنََسرةَبنَجندبَعنَالنَ يبَص َل‬
َ ‫َاَّللَوالحمد َََّللَوَلَاَلَا ََل‬
َ‫َاَّللَو َاَّللَأكب‬ َ ‫بد ْأتَس بحان‬
ِ ِ
Dari Samurah bin Jundab dari Nabi Saw, beliau bersabda: “Kalimat yang paling
utama itu ada empat, tidak akan membahayakan bagimu dengan mana saja kamu
memulainya, yaitu; Subhanallah (Maha suci Allah), Al Hamdulillah (segala puji bagi
Allah), Laa ilaaha illallah (tidak ada ilah kecuali Allah), dan Allahu akbar (Allah Maha
besar).” (HR Ibnu Majah)

Siapapun yang senang mengucapkannya dengan ikhlas akan diganjar Allah


dengan: menggugurkan kesalahan-kesalahannya sebagaimana pohon
menggugurkan daunnya (HR Ibnu Majah, dari Abu Darda’), diampuni dosa-dosanya
meskipun sebanyak buih di lautan (HR Ahmad), dikabulkan do’a-do’anya (HR Nasa’i),
setiap bacaan akan menumbuhkan satu pohon di surga baginya (HR Ibnu Majah).

1. Subhanallah ( َ ‫) س بحان‬
َ‫َاَّلل‬

56
Adalah kalimat tasbih yang artinya mahasuci Allah. Tasbih dilakukan oleh
guntur dan para malaikat; burung-burung; gunung-gunung; apa-apa yang ada
di langit dan bumi; tujuh langit dan bumi dan siapa-siapa yang berada di
dalamnya. Manusia yang beriman dan mencintai Allah dan Rasul-Nya suka
bertasbih. [Qs 13: 13, Qs 24: 41, Qs 38: 18, Qs 57: 1, Qs 17: 44].

Allah memerintahkan kita bertasbih dengan memuji-Nya sebelum matahari


terbit dan tenggelam, pada malam hari, pada siang hari; ketika bangun; ketika
selesai sujud; saat terbenam bintang-bintang (fajar). [Qs 20: 130, Qs 52: 48, Qs
50: 40, Qs 52: 49]

Disamping sebagai wirid sehari-hari, subhanallah menjadi bagian percakapan


sehari-hari antara lain ketika:

a. Mendengar sesuatu yang mengguncang hati

Ketika Rasulullah memikirkan tentang fitnah terhadap isteri beliau, malam-


malam beliau terbangun dan berkata: “Subhanallah, perbendaharaan apa lagi
yang Allah turunkan? Dan fitnah apa lagi yang Allah turunkan?” {HR Bukhari)

b. Menyampaikan penolakan

Ketika Ummu Rubayi meminta Rasulullah tidak menjatuhkan hukuman


qishash kepada seseorang, jawaban Rasulullah adalah: “Subhanallah wahai
Ummu Rabayi, bukankah hukuman qishash itu sudah merupakan ketentuan
dari Allah?” (HR Muslim)

c. Meluruskan sesuatu yang tidak tepat

Rasulullah Saw pernah menjenguk seorang laki-laki muslim yang sedang sakit
parah sampai kurus dan lemah seperti seekor burung kecil. Kemudian
Rasulullah bertanya kepadanya: “Apakah kamu pernah berdoa ataupun
memohon sesuatu kepada Allah?” Sahabat tersebut menjawab; ‘Ya, saya
pernah berdoa; ‘Ya Allah ya Tuhanku, apa yang akan Engkau siksakan
kepadaku di akhirat kelak, maka segerakanlah siksa tersebut di dunia ini!
Mendengar pengakuannya itu, Rasulullah pun berkata: ‘Subhanallah,
mengapa kamu berdoa seperti itu. Tentu kamu tidak akan tahan. Mengapa
57
kamu tidak berdoa: “Ya Allah, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan
di akhirat serta peliharalah kami dari siksa neraka.” (HR Muslim)

Dari Aisyah bahwa ia berkata: Kami bertalbiyah untuk melakukan haji, hingga
setelah Kami berada di Saraf aku mengalami haid. Kemudian Rasulullah Saw
menemuiku sementara aku sedang dalam keadaan menangis. Lalu beliau
berkata: “Apa yang menyebabkanmu menangis wahai Aisyah?” Aku katakan;
aku telah mengalami haid, padahal aku belum selesai melakukan haji.
Kemudian beliau bersabda: “Subhanallah, sesungguhnya hal tersebut adalah
sesuatu yang telah Allah tetapkan pada anak-anak wanita Adam.” Kemudian
beliau bersabda: “Lakukanlah seluruh ibadah haji, hanya saja janganlah
engkau melakukan thawaf di Ka’bah.” (HR Abu Daud)

Suatu saat Abu Hurairah duduk bersama Rasulullah Saw dalam keadaan
junub. Ia pulang meninggalkan beliau untuk mandi besar, kemudian balik
mendatangi beliau dan ternyata beliau masih dalam keadaan duduk seperti
semula. Beliau bertanya: “Dari mana kamu?” Aku menjawab: “Sebenarnya saat
pertama kali engkau bertemu denganku tadi aku dalam keadaan junub, dan
aku merasa segan bila duduk di dekatmu dalam keadaan junub, hingga aku
memaksakan pulang untuk mandi janabat.” Maka beliau berkata:
“Subhanallah, sesungguhnya seorang mukmin itu tidak najis.” (HR Ahmad)

2. Alhamdulillah ( َ‫) الحمد َََّلل‬


Alhamdulillah adalah kalimat pujian kepada Allah sebagai tanda mensyukuri
nikmat karunia-Nya. Allah memerintahkan kita mengucapkan Alhamdulillah di
waktu pagi dan petang; sebelum matahari terbit, sebelum tenggelam (maghrib),
di malam hari dan selesai sujud; pada waktu bangun berdiri pada saat selamat
dari orang zalim; mendapatkan kelebihan dibandingkan orang lain; dihilangkan
dari duka cita; [Qs 40: 55, Qs 50: 39, Qs 52: 48, Qs 23: 28, Qs 27: 15, Qs 35: 34].

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Menyempurnakan wudlu


adalah separuh dari iman, kalimat Alhamdulillah mengisi -penuh- timbangan,
tasbih dan takbir mengisi -penuh- langit dan bumi (HR Nasa’i). Sesungguhnya
Allah sangat suka orang yang mengucapkan alhamdulillah setelah makan minum
58
(HR Muslim). Rasulullah memerintahkan kita mengucapkannya ketika bersin. (HR
Ibnu Majah)

Disamping sebagai dzikir dan do’a, Alhamdulillah digunakan juga sebagai


bagian pembicaraan kita, sebagaimana contoh-contoh berikut: Ali bin Abi Thalib
ketika ditanya tentang bagaimana keadaan Rasulullah setelah ia keluar
menjenguk beliau menjawab; “Alhamdulillah, beliau semakin baik”. (HR Bukhari)

Uqbah bin Amir mendengar hadits Rasulullah ketika bersama beliau dalam
perang tabuk: “Barangsiapa yang bangun dan matahari sudah mulai berlalu, lalu
ia berwudhu dan membaguskan wudhunya, kemudian ia shalat dua rakaat, ia
keluar dari dosa-dosanya sebagaimana saat ia dilahirkan ibunya”. ‘Uqbah
berkata: Alhamdulillah yang menganugerahkan kepadaku mendengar hadits dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. (HR Darimi)

Mari kita hiasi pembicaraan yang kita lakukan dengan kalimat Alhamdulillah,
setiap menerima kebaikan dari orang lain, mendengarkan cerita kebaikan,
mendengar sahabat atau saudara mendapatkan kebaikan, setiap menerima
nikmat Allah, dan setiap mengabarkan tentang kebaikan. Demikian pula setiap
selesai menjalankan kegiatan-kegiatan yang baik.

Membiasakan mengucapkan Alhamdulillah dengan tulus mengundang


nikmat Allah yang lebih besar menghampiri kita, sebagaimana janji-Nya: “Bila
kamu sekalian bersyukur, sungguh akan Aku tambah nikmat-Ku. Tetapi bila kamu
sekalian kufur, ketahuilah bahwa adzab-Ku amatlah pedihnya. (Qs. Ibrahim/14: 7)

َ ‫) َلَاَلَا ََل‬
َ‫َاَّلل‬
3. Laa ilaaha illallah (
ِ ِ
Laa ilaaha illallah adalah kalimat tauhid yang merupakan dzikir terbaik (HR
Nasa’I dan Ibnu Majah). Artinya: tidak ada ilah kecuali Allah. Bersaksi bahwa laa
ilaaha illallah adalah persyaratan menjadi muslim. Allah mempersaksikan bahwa
tidak ada ilah kecuali Dia, demikian pula para malaikat dan orang-orang yang
berilmu (Qs. Ali Imran/3: 18). Merupakan kalimat yang menjadi cabang iman
yang paling utama (HR Ahmad).

59
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku diperintah untuk
memerangi manusia hingga mereka mengucapkan Laa ilaaha illallah. Jika mereka
mengucapkannya kemudian mendirikan shalat seperti shalat kita, menghadap ke
kiblat kita dan menyembelih seperti cara kita menyembelih, maka darah dan
harta mereka haram (suci) bagi kita kecuali dengan hak Islam dan
perhitungannya ada pada Allah.” (HR Bukhari)

Disamping sebagai dzikir dan do’a Rasulullah Saw, beliau juga mengucapkan
dalam berbagai pembicaraan, antara lain: Pernah Nabi Saw datang kepada
sahabat-sahabat beliau dengan gemetar sambil berkata: “Laa ilaaha illallah,
celakalah bangsa Arab karena keburukan yang telah dekat, hari ini telah dibuka
benteng Ya’juj dan Ma’juj seperti ini”. Beliau memberi isyarat dengan
mendekatkan telunjuknya dengan jari sebelahnya. (HR Bukhari)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tuntunlah orang yang


sedang berada di penghujung ajalnya agar membaca (kalimat), ‘Laa ilaaha
illallah.'” (HR Muslim)

Orang yang paling berbahagia mendapatkan syafa’at Rasulullah pada hari


kiamat adalah yang mengucapkan laa ilaaha illallah secara ikhlas dari hatinya (HR
Bukhari). Setiap kita melafalkannya iman kita terbarukan (HR Ahmad dan
Tabrani).

4. Allahu Akbar ( َ‫) َاَّللَأكب‬


Takbir adalah kalimat pengagungan Allah. Allah Tuhan yang tidak mempunyai
anak, tanpa sekutu dalam kerajaan-Nya, dan tanpa penolong memerintahkan
kita mengagungkan-Nya dengan bertakbir, atas petunjuk yang Dia diberikan. (Qs

17: 111, Qs 22: 37)

Disamping sebagai bagian dari dzikir dan do’a, takbir menjadi bagian dari
ucapan-ucapan orang yang beriman, antara lain sebagaimana dicontohkan
Rasulullah Saw dan para sahabat: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
menyerang penduduk Khaibar pada pagi buta, yang ketika itu mereka (penduduk

60
Khaibar) sedang berangkat untuk berladang dengan membawa sekop-sekop
mereka. Tatkala melihat beliau, mereka berkata: “Awas, ada Muhammad dan
pasukannya”. Lalu mereka berlari berlindung di baik benteng. Maka Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat tangannya seraya bertakbir: “Allahu
Akbar, hancurlah Khaibar. Sesungguhnya kami apabila mendatangi
perkampungan suatu kaum, maka amat buruklah pagi hari yang dialami orang-
orang yang diperingatkan tersebut” (Qs. ash-Shaffaat/ 177). [HR Bukhari]

Rasulullah ketika mendengar laporan Ibnu Mas’ud bahwa ia telah membunuh


Abu Jahal, beliau bersabda: “Allahu Akbar, segala puji bagi Allah yang telah
membenarkan janjiNya, menolong hambaNya dan menghancurkan pasukan
sendirian. Mari tunjukkan kepadaku.” Maka kami pun pergi mencarinya, ketika
mendapatkannya beliau bersabda: “Ia adalah Fir’aun umat ini.” (HR Ahmad)
Rasulullah Saw apabila melihat hilal beliau berkata: “Allahu Akbar! Ya Allah,
nampakkan hilal kepada kami dengan aman, iman, keselamatan, Islam dan taufiq
untuk melakukan apa yang dicintai dan diridlai Tuhan kami. Tuhan kami dan
Tuhan kalian adalah Allah.” (HR Darimi)

Ketika Anas bin Malik melaporkan bahwa Ummu Sulaim telah melahirkan,
Rasulullah Saw bersabda: , “Allahu Akbar, apa anaknya?”, (HR ahmad)

Ketika beberapa orang bersaksi kepada Usman bin Affan tentang beberapa
kebaikannya, ia berkata: “Allahu Akbar, demi Rabb pemilik Ka’bah mereka telah
bersaksi bahwa saya adalah seorang syahid.” (HR Tirmidzi)

Dari Ghudlaif bin Al Harits dia berkata; Saya pernah bertanya kepada Aisyah;
Apakah kamu melihat Rasulullah Saw mandi janabah pada awal malam atau akhir
malam? Dia menjawab; Terkadang beliau mandi di awal malam dan terkadang
beliau mandi di akhir malam! Saya berkata; Allahu Akbar, segala puji bagi Allah
yang telah menjadikan perkara ini mudah. (HR Abu Daud)

Amru bin Abasah pernah mengingatkan Mu’awiyah ketika akan menyerang


Romawi dalam masa perjanjian dengan berteriak dari atas kuda: “Allahu Akbar,
hendaklah kalian penuhi perjanjian dan jangan berlaku curang.” Ia mengingatkan

61
sabda Rasulullah agar tidak mengkhianati perjanjian dengan suatu kaum hingga
habis masanya. (HR Tirmidzi)

Marilah kita latih lisan kita untuk mengucapkan hanya kalimat-kalimat yang
thayyibah, yang akan mengantarkan diri kita kepada derajat kemuliaan yang
tinggi di dunia dan akhirat. Kalimat thayyibah mengispirasi diri sendiri dan orang
lain menuju kesuksesan.

62
PRINSIP TANGAN DI ATAS (YADUL 'ULYA)
SEBAGAI SPIRIT KOMUNIKASI PELAYANAN
Kegiatan melayani adalah kesediaan untuk berbagi ruang dalam diri
seseorang dengan orang lain untuk membantu pemenuhan kebutuhan orang lain.
Melayani adalah tindakan inisiatif untuk memberi yang terbaik dan mengesankan
pada orang lain. Aktifitas memberi adalah memposisikan tangan diatas sebagai
pihak yang membuka hatinya untuk peduli dan perhatian pada orang lain. Tangan
di atas adalah sebuah kemuliaan dan menempatkan diri pada posisi terhormat,
sebaliknya adalah tangan yang di bawah. Sebagaimana disabdakan oleh Nabi dalam
sebuah hadits nya :

َ‫َاَليدَالعلياَخ ٌي‬:َ‫عنَحكْيَبنَحزامَرِضَهللاَعنهَعنَالنَ يبَص َلَهللاَعليهَوس َّلَقال‬


ُّ ‫منَاليد‬
َ،‫َالسفل‬
Dari Hakîm bin Hizâm Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ,
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Tangan yang di atas lebih baik
daripada tangan yang di bawah." (HR. Muttafaq ‘Alaih)

Tindakan memberi adalah sikap terhormat yang hanya dapat dilakukan oleh
orang terhormat pula. Komunikasi pelayanan adalah tindakan memberi kemudahan
dan kecepatan dalam proses pemenuhan kebutuhan masyarakat. Semangat
pelayanan berarti dibangun atas spirit memberi. Terdapat hubungan mutual
kebahagiaan antar si pemberi dan si penerima. Yaitu bahwa ada perasaan bahagia
antara keduanya manakala terjadi transaksi memberi. Seorang yang memberi akan
merasakan suatu kebahagiaan puncak disaat melihat ekspresi kebahagiaan orang
lain yang menerima pemberiannya tersebut. Inilah fitrah manusia, manakala
seseorang melakukan kebaikan maka akan berbalas kebaikan pula. Sebagaimana
Firman Allah swt :

َ‫ه ۡلَجزآءَأ َۡل ۡحس َٰ نَا ََلَأ َۡل ۡحس َٰ ن‬


ِ ِ ِ
Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula). (QS. Ar-Rahman, Ayat 60)

63
Artinya manakala seseorang mampu memberikan pelayanan dengan penuh
ketulusan maka akan berbuah kebahagiaan yang dapat mengantarkan seseorang
pada kehidupan jiwa yang tenang. Sehingga inilah alasan mengapa melayani
sepenuh hati dan setulus jiwa akan mampu menciptakan kebahagiaan yang mutual.
Kehidupan yang saling membahagiakan inilah sesungguhnya yang diharapkan
dalam pelaksanaan atau praktek komunikasi pelayanan yang kemudian disebut
dengan komunikasi harmonis.

Komunikasi pelayanan menekankan pada pesan dan tindakan komunikasi


yang saling menghargai dengan memberikan perhatian penuh pada diri orang lain
dan kebutuhannya melalui mekanisme etika dan akhlaq komunikasi yang baik
sehingga dapat menempatkan manusia dalam derajat terhormat dan mulia sehingga
mereka benar-benar diperlakukan selayaknya manusia, human humanization.

64
MEMBACA AL-QUR’AN

MAKHARIJUL HURUF

Belajar Makhorijul Huruf Hijaiyah


Secara umum, tempat keluarnya huruf saat membaca Alquran terbagi menjadi 5, Makhorijul

huruf adalah tempat keluarnya huruf saat membaca Al Quran yang terbagi atas 5 tempat,
mulai dari rongga mulut hingga saluran hidung. Dengan memahami 5 tempat keluarnya
huruf hijaiyah tersebut kita bisa terus belajar agar bisa membaca Al Quran dengan baik dan

benar, yaitu sebagai berikut:

1. Al-Jauf (Rongga Mulut)

Al-Jauf adalah tempat keluarnya huruf hijaiyah yang terletak pada rongga mulut. Bunyi

huruf hijaiyah yang keluar dari rongga mulut antara lain alif (‫)ا‬, wawu (‫)و‬, dan qaf (‫)ق‬.

2. Al-Halq (Tenggorokan)

Al-Halq adalah tempat keluarnya huruf hijaiyah di tenggorokan. Di tenggorokan, terdapat

3 bagian yang menjadi tempat keluarnya huruf hijaiyah, antara lain sebagai berikut.

A. Aqsha al-Halq (pangkal tenggorokan), huruf hijaiyah yang dibaca adalah Ha (‫)هـ‬
B. Wasathu al-Halq (tengah tenggorokan), huruf hijaiyah yang dibaca adalah ha kecil

(‫ )ج‬dan ‘ayn (‫)ع‬


C. Adna l-Halq (ujung tenggorokan), huruf hijaiyah yang dibaca adalah kho’ (‫ )خ‬dan
ghoyn (‫)غ‬.

3. Al-Lisan (Lidah)

Al-Lisan adalah tempat keluarnya huruf hijaiyah dari lidah. Berikut ini huruf-huruf hijaiyah
yang tempat keluar bunyinya menggunakan lidah.

A. Huruf Qof (‫)ق‬, tempat keluarnya dari pangkal lidah dan langit-langit mulut bagian
belakang.
65
B. Huruf Kaf (‫)ك‬, tempat keluarnya dari pangkal lidah bagian tengah dan langit-langit
mulut bagian tengah.

C. Huruf Jim ( ‫) ج‬, Syin ( ‫ ) ش‬dan Ya’ ( ‫) ي‬, tempat keluarnya dari tengah-tengah lidah.
D. Huruf Dlod ( ‫) ض‬, tempat keluar hurufnya dari pangkal tepi lidah.
E. Huruf Lam (‫)ل‬, tempat keluarnya dari ujung tepi lidah.

F. Huruf Nun (‫)ن‬, tempat keluarnya dari ujung lidah.


G. Huruf Ro’ (‫)ر‬, tempat keluarnya dari ujung lidah tepat.
H. Huruf Dal (‫)د‬, Ta’ (‫ )ت‬dan Tho’ (‫)ط‬, tempat keluarnya dari ujung lidah yang sedikit

dijepit antara dua gigi seri atas dan bawah.


I. Huruf Shod (‫)ص‬, Sin (‫ )س‬dan Za’ (‫)ز‬, tempat keluarnya dari ujung lidah.
J. Huruf Dho’ (‫)ظ‬, Tsa’ (‫ )ث‬dan Dzal (‫)ذ‬, tempat keluarnya berasal dari ujung lidah dan

bertepatan dengan gigi seri atas.

4. As-Syafatain (Dua Bibir)

As-Syafatain adalah tempat keluarnya huruf hijaiyah yang terletak pada kedua bibir. As-

Syafatain dibagi menjadi 2 jenis, yaitu sebagai berikut.

A. Huruf Fa’ (‫)ف‬, tempat keluar hurufnya berasal dari bibir bawah yang bersinggungan
dengan ujung gigi seri atas

B. Huruf Mim (‫)م‬, Ba (‫)ب‬, dan Wawu (‫)و‬, tempat keluar hurufnya berasal dari pertemuan
bibir atas dan bibir bawah.

5. Al-Khaisyum (Saluran Hidung)

Al-Khaisyum adalah tempat keluarnya huruf hijaiyah melalui saluran hidung. Jika menutup
hidung saat melafalkan huruf tersebut, maka tidak bisa terdengar. Ada pun hurufnya yaitu
mim (‫ )م‬dan nun (‫)ن‬.

66
TAJWID DASAR

I. Hukum Nun Mati.


Hukum bacaan nun mati bertemu suatu huruf. Hukum inidibagi dalam
beberapa kategori :
1. Idzhar Halqi Idzhar Halqi merupakan salah satu cabang /bagian dari
Hukum Izhar yang terdapat dalam Ilmu Tajwid. Idzhar mempunyai

makna terang atau jelas. Disebut Izhar Halqi hal ini disebabkan oleh
makhraj dari huruf-huruf tersebut keluarnya dari dalam tenggorakan
(halq). Hukum Idzhar Halqi ini berlaku bila terdapat Nun Sukun ( ‫) ْن‬
ataupun juga tanwin (dhomah tanwin (‫)ـــ‬, kasroh tanwin (‫ )ــــ‬dan fathah

tanwin (‫)ــًـ‬/ sesudahnya bertemu dengan huruf-huruf = Alif (‫)ا‬, ‘Ain (‫)ع‬,
Ghain (‫)غ‬, Ha (‫)ح‬, Kha (‫)خ‬, Ha’ ( ‫ )ه‬dan Hamzah ( ‫ ) ء‬, akan tetapi nun
mati ( ‫ ) ْن‬ataupun juga tanwin ‫ ــــ‬,‫ ــــ‬,‫ ــًــ‬jarang sekali ketemu dengan
huruf hijaiyzah Hamzah ( ‫) ء‬, namun huruf Hamzah ini merupakan salah
satu bagian dari huruf Idzhar Halqi. Cara membaca Idzhar Halqi adalah

wajib terang/jelas, dan tidak boleh dengan berdengung. Contoh Idzhar


Halqi dalam Al Qur’an Untuk Huruf Alif ‫ب‬
َ َ‫ = َو ِمن ش ِ َّر غَا ِسق ِإذَا َوق‬waminng
syarri ghoosiqin idzaa waqoba Contoh di atas terdapat dalam Al Qur’an
surat Al ‘Falaq ayat yang ke-3, yaitu kasroh tanwin dan ketemu dengan

huruf alif (hamzah), cara membacanya yaitu terang /jelas yaitu qin (ghoo
siqin idzaa).
2. Idgham Bighunnah Hukum Idgham Bighunnah dan ini sering sekali
disebut dengan Idgham Ma’al Ghunnah yaitu suatu hukum tajwid yang
berlaku ketika ada Nun mati / nun disukun [‫ ] ْن‬atau tanwin ( ‫ ــــ‬,‫ ــــ‬,‫) ــًــ‬

yang bertemu dengan huruf Mim [‫]م‬, Nun [‫]ن‬, Waw [‫]و‬, dan huruf Ya [‫]ي‬
67
dan tidak dalam satu kata / kalimat atau harus secara terpisah. Bi berarti
dengan. Ghunnah berarti dengung dan Idgham maknanya adalah
meleburkan satu huruf yang berada di depan ke dalam huruf yang ada

sesudahnya, atau bisa dikatakan dengan bahaa Arab adalah di-tasydid-


kan. Cara membaca dari Idgham Bighunnah yaitu dengan cara
meleburkan ‫[ ْن‬nunt mati ] ataupun tanwin, baik itu dhommah tanwin
[‫]ــــ‬, kasroh tanwin [‫]ــــ‬, ataupun fathah tanwin [‫ ]ــًــ‬menjadi suara huruf

yang ada di depannya mim [‫]م‬, nun [‫]ن‬, waw[‫ ]و‬dan ya [‫]ي‬, atau dari
keempat huruf tersebut seolah-olah seperti diberi tanda tasydid, dan
diiring dengan menggunakan suara yang berdengung 1 Alif – 1 1/2 Alif
atau sekitar 2 sampai 3 harakat. Contoh Hukum Idgham Bighunnah
(Ma’al ghunnah) a. Contoh Nun [‫]ن‬
ْ Sukun dan Tanwin[ۚۚ ًۚ] bertemu Ya

[‫ ي[ ِل َم ْن َي َرى‬: Tulisan aslinya adalah liman yaraa, dan dibacanya adalah


limayyaraa ‫ب‬
ُ ‫ اَ ْن َيت ُ ْو‬: tulisan aslinya an yatuuba dan dibacanya adalah
ayyatuuba b. Contoh Nun [‫]ن‬
ْ Sukun dan Tanwin[ۚۚ ًۚ] bertemu waw [ [‫و‬

‫ ِم ْن َو َرائِ ِه ْم‬: Tulisan aslinya adalah man waraa ihim, dan dibacanya adalah

mawwaraa ihim c. Contoh Nun [‫]ن‬


ْ Sukun dan Tanwin[ۚۚ ًۚ] bertemu mim

[‫ م[ نَ ُك ْن َم َع ًك ْم‬: Tulisan aslinya adalah nakun ma‘akum, dan dibacanya adalah


nakumma‘akum.
3. Idgham bilaghunnah Hukum Idgham Bilaghunnah yaitu suatu hukum
tajwid yang terjadi ketika ada Nun Sukun ( ‫ ) ْن‬atau juga tanwin ( ,‫ ــــ‬,‫ــًــ‬

‫ ) ــــ‬yang ketemu dengan huruf hijaiyah lam ( ‫ ) ل‬atau huruf hijaiyah Ro (


‫) ر‬, dan dibaca dengan tidak menggunakan suara yang berdengung Bila
maknanya adalah dengan tidak [tanpa]. Ghunnah maknanya adalah
berdengung. Sementara itu Idgham maknanya adalah meleburkan /

68
menggabungkan satu huruf hijaiyah ke dalam huruf hijaiyah
sesudahnya, atau bisa dikatakan dengan istilah di-tasydid-kan. Cara
membacanya yaitu dengan cara meleburkan huruf hijaiyah ‫ ْن‬atau

tanwin [ ‫ ــــ‬,‫ ــــ‬,‫ ] ــًــ‬tersebut menjadi suara huruf hijaiyah sesudahnya


yaitu huruf lam / ‫ ل‬ataupun huruf ro / ‫ر‬, atau dengan cara lafaz yang
kedua huruf hijaiyah tersebut seakan-akan diberi tanda tasydid, dengan
tanpa dikuti dengan suara berdengung (ghunnah). Contoh bacaan

idgham Bilaghunnah untuk nun mati / tanwin bertemu huruf lam Ada
Nilai-Nilai Surah Al Ma’un ‫ ِم ْن َل ُد ْن ِك‬: Tulisan aslinya adalah min ladunka,
tetapi dibaca milladunka ‫ َل ِطيْف ِل َما‬: Tulisan aslinya adalah lathiifun limaa,
tetapi dibaca lathiifullimaa
4. Iqlab Iqlab yaitu salah satu dari hukum tajwid yang terjadi ketika ada

huruf Nun Sukun ( ‫ ) ْن‬ataupun juga tanwin ( ‫ ــــ‬,‫ ــــ‬,‫ ) ــًــ‬yang ketemu
dengan huruf hijaiyah Ba ( ‫ ) ب‬. Secara harfiah, Iqlab mempunyai arti
menggantikan atau mengubah sesuatu dari bentuk aslinya. Cara
membaca Iqlab yaitu dengan cara menggantikan / mengubah huruf ‫ْن‬

ataupun tanwin ‫ ــــ‬,‫ ــــ‬,‫ ــًــ‬jadi suara huruf mim sukun ( ‫) ْم‬, oleh
karenanya ketika nun mati ataupun tanwian akan bertemu dengan huruf
ba (‫ ب‬, maka bibir atas dan bibir bawah tersebut posisinya tertutup, dan
juga diiringi dengan suara dengung kurang lebih 2 harakat. Hukum Iqlab
di dalam Al-Quran, biasanya sudah ditandai dengan huruf mim kecil ( ‫م‬

) – dan huruf tersebut diletakkan di atas – antara ‫ ْن‬atau ‫ ــــ‬,‫ ــــ‬,‫ ــًــ‬dengan
huruf ‫ ب‬. Contoh Hukum Iqlab : ‫ َم ْن بِ َخ َل‬: mambakhila
5. Idzhar Wajib atau Mutlak Idzhar Wajib adalah merupakan salah satu
bagian dari Hukum Idzhar yang teradapat dalam ilmu tajwid. Bagian

69
ilmu idzhar yang lain adalah idzhar halqi. Cara membaca dari hukum
idzhar adalah terang / jelas dan tidak mendengung. Dalam Hukum
Idghom Bighunnah diterangkan bahwasannya apabila ada Nun Sukun (

‫ ) ْن‬dan dibelakangnya teradapat huruf ( ‫ ) ي ـ و ـ ن ـ م‬tetapi dalam satu


kata (biasanya tersambung), maka harus dibaca terang /jelas dan tidak
berdengung, dan ini disebut dengan Idzhar Wajib/Idzhar Mutlak. Dalam
Al Qur’an, idzhar wajib / mutlak ada 4 yaitu : 1. ‫ ُد ْن َيا‬: dunyaa 2. ‫ بُ ْنيَان‬:

bunyaanun 3. ‫ قِ ْن َوان‬: qinwaanun 4. ‫ص ْن َوان‬


ِ : sinwaanun
6. Idzhar Khalqi Idzhar Halqi merupakan salah satu cabang /bagian dari
Hukum Izhar yang terdapat dalam Ilmu Tajwid. Idzhar mempunyai
makna terang atau jelas. Disebut Izhar Halqi hal ini disebabkan oleh
makhraj dari huruf-huruf tersebut keluarnya dari dalam tenggorakan

(halq). Hukum Idzhar Halqi ini berlaku bila terdapat Nun Sukun ( ‫) ْن‬
ataupun juga tanwin (dhomah tanwin (‫)ـــ‬, kasroh tanwin (‫ )ــــ‬dan fathah
tanwin (‫)ــًـ‬/ sesudahnya bertemu dengan huruf-huruf = Alif (‫)ا‬, ‘Ain (‫)ع‬,
Ghain (‫)غ‬, Ha (‫)ح‬, Kha (‫)خ‬, Ha’ ( ‫ )ه‬dan Hamzah ( ‫ ) ء‬, akan tetapi nun

mati ( ‫ ) ْن‬ataupun juga tanwin ‫ ــــ‬,‫ ــــ‬,‫ ــًــ‬jarang sekali ketemu dengan
huruf hijaiyzah Hamzah ( ‫) ء‬, namun huruf Hamzah ini merupakan salah
satu bagian dari huruf Idzhar Halqi. Contoh Hukum Izhar Halqi : 1. Nun
mati (‫)ن‬
ْ atau tanwin (‫ ــــ‬,‫ ــــ‬,‫ )ـًــ‬bertemu dengan huruf Alif (‫)ا‬: Contohnya

:‫ي‬
َ ِ‫ = َم ْن اُ ْوت‬man uutiya
7. Ikhfa’ haqiqi Ikhfa’ Haqiqi bila dilihat berdasarkan asal hurufnya [harfiah
/etimologi] mempunyai arti menyembunyikan atau bisa juga berarti
menyamarkan. Ada Nilai-Nilai Surah Al Ma’un Di dalam ilmu tajwid.
apabila ada Nun disukun ( ‫ ) ْن‬dan juga tanwin ( ‫ ــــ‬,‫ ــــ‬,‫) ــًــ‬, baik itu

70
fathah tanwin, kasrah tanwin dan juga dhomah tanwin kemudian
dibelakangnya terdapat huruf hijaiyah yang berjumlah 15 (lima belas)
maka hukumnya adalah ikhfa’ haqiqi. Ikhfa Haqiqi maknanya adalah

menyamarkan /menyembunikan huruf Nun Sukun ( ‫ ) ْن‬ataupun juga


tanwin (fathah tanwin ( ‫)ــــ‬, kasrah tanwin ( ‫)ــــ‬, dhomah tanwin ‫ ) ــًــ‬masuk
ke dalam huruf hijaiyah yang berada di belakangnya (sesudahnya). Huruf
hijaiyah tersebut ada 15 huruf di bawah ini, yaitu : ‫ت – ث – د – ذ – ز – س‬

‫– ش – ص – ض – ط – ظ – ف – ق – ك‬. Ke-15 huruf hijiayiah di atas tersebut


tidak mengandung tasydid dan kita harus membacanya dengan
dengung [ghunnah]. Cara membaca ikhfa’ haqiqi yaitu dengan cara
mengeluarkan suara ‫ ْن‬atau ‫ ــــ‬,‫ ــــ‬,‫ ــًــ‬dari dalam rongga hidung sampai
dengan terlihat samar atau bisa juga menjadi suara “NG” atau “N” ,

sesudah itu disambut dengan dengung sepanjang 1 – 1 1/2 Alif atau bisa
kurang lebih 2 – 3 harakat, kemudian setelah itu barulah masuk untuk
membaca huruf sesudah nun mati ataupun tanwin tersebut. Sebagai
contoh :‫ ِمن دُونِ ِه َما‬: Minnnn . . duunihimaa atau Minnnngduunihimaa – ‫ت‬

‫ = ِم ْن تَحْ تِ َها‬Minngtahtihaa

II. Hukum Mim Mati


Hukum bacaan mim mati Selain itu, ada juga hukum bacaan yang
didasarkan pada pertemuan mim mati dengan huruf tertentu di antaranya

adalah sebagai berikut.


1. Idzhar Syafawi Idzhar Syafawi yaitu bagian dari ilmu tajwid yang terjadi
ketika huruf hijaiyah Mim Sukun ( ‫ ) ْم‬ketemu dengan seluruh huruf
hijaiyah, selain huruf hijaiyah Mim dan huruf hijaiyah Ba. Idzhar berarti

71
terang [jelas] atau tak berdengung. Syafawi berarti bibir; sebab huruf
hijaiyah Mim makhrajul hurufnya yaitu bertemunya bibir di bagian
bawah dan bibir di bagian atas. Dalam istilah yang ada di dalam ilmu

tajwid, Idzhar Syafawi yaitu melafalkan huruf-huruf hijiayah yang ketemu


dengan huruf Mim Sukun dengan terang dan jelas, dan ini tidak disertai
dengan berdengung [ghunnah]. Dan dalam Idzhar Syafawi bisa terjadi
dalam satu kalimat [kata], ataupun di luar kalimat [kata] yang terpisah.

Ada Nilai-Nilai Surah Al Ma’un Contoh Idzhar Syafawi َ‫ = هُ ْم نَائِ ُم ْون‬hum


naaaaaimuuna ‫ = قُ ْل نَ َع ْم َواَ ْنت ُ ْم‬qul na‘am wa antum
2. Ikhfa syafawi Ikhfa Syafawi yaitu suatu hukum tajwid yang terjadi ketika
ada huruf hijaiyah Mim Sukun ( ‫ ) ْم‬ketemu dengan huruf hijaiyah Ba (
‫ ) ب‬. Ikhfa’ berarti menyembunyikan atau menyamarkan. Syafawi berarti

bibir Disebut dengan Ikhfa Syafawi sebab makhraj dari huruf hijaiyah
Mim dan huruf hijaiyah Ba adalah pertemuan antara bibir bawah dan
bibir atas. Hukum Ikhfa Syafawi ini sangat berbeda dengan hukum
Idgham Bighunnah, Iqlab, atau Ghunnah Musyaddadah di huruf hijaiyah

Mim – di dalam Al-Quran Al Karim – khusus untuk hukum Ikhfa Syafawi


ini tak diberikan tanda tasydid ataupun tanda yang lain, sama halnya
seperti pada hukum Ikhfa Haqiqi. Akan tetapi, pada hukum Ikhfa Syafawi
ini tetaplah wajib dibaca dengan dengung sekitar 2 – 3 harakat atau 1
1/2 alif, sebab bila hukum Ikhfa Syafawi ini tidak didengungkan, maka

hukumnya akan berubah jadi hukum Izhar. Cara membaca dari hukum
Ikhfa Syafawi yaitu dengan membaca lebih dulu HURUF HIJIAYAH
sebelum mim sukun, setelah itu masuk ke dalam huruf Mim Sukun
dengan cara mengeluarkan irama dengungnya hukum dari ikhfa Syafawi

72
[yaitu dengan cara menahan huruf hijaiyah mim secara samar-samar];
“immng.. / ummmng.. / ammmng… ” sehingga ketika akan ketemu
dengan huruf hijaiyah ‫ ب‬maka bibir atas dan bibir bawah dalam posisi

yang tertutup. َ‫ = ِانَ ُه ْم بِ َدالِك‬innahummng bidzaalika ‫ارة‬


َ ‫= ت َْر ِم ْي ِه ْم بِ ِح َج‬
tarmiihimmmng bihijaarotin
3. Idgham Mitslain atau Idgham Mimi Idgham Mitslain atau Idgham Mimi
merupakan hukum tajwid yang terjadi khusus untuk huruf hijaiyah Mim

Sukun ( ‫ ) ْم‬ketemu dengan huruf hijaiyah Mim yang mempunyai harakat


[ ‫ ُم‬, ‫] َم ِم‬. Disebut dengan Mitslain sebab terjadinya sebiaj pertemuan dua
huruf hijaiyah yang makhraj dan juga sifatnya adalah sama persis
[identik], tetapi khusus bagi huruf hijaiyah Mim Sukun yang ketemu
huruf Mim yang mempunyai harakat. Dan selain dari huruf hijaiyah Mim

tersebut di atas, maka hukum yang berlaku bagi pertemuan 2 [dua]


huruf yang sama yaitu huruf sukun dan huruf berharakat yaitu Hukum
Mad Tamkin dan Hukum Idgham Mutamasilain. Dinamai dengan
Idgham sebab cara untuk membacanya yaitu dengan cara meleburkan

[menggabungkan] satu huruf hijaiyah ke dalam huruf hijaiyah


sesudahnya, atau istlah lainnya adalah dengan di-tasydid-kan. Hukum
dari Idgham Mitslain adalah dibaca dengan mendengung [makhraj
huruf hijaiyah mim-nya jelas dan mengalun] kurang lebih sekitar 2 – 3
harakat [1 Alif hingga 1 1/2 alif] Di dalam Al-Quran Al Kariim ayat yang

mengandung hukum Idgham Mitslain telah ada tanda tasydidnya.


Tasydid Idgham Mitslain merupakan Tasydid Hukum, yaitu sebuah tanda
tasydid yang ada dan diberikan sebab terjadinya suatu hukum peleburan
atau pertemuan. Contoh Idgham Mitslain atau Idgham Mimi َ‫= َل ُه ْم َمايَتَقُ ْون‬

73
lahummmmaa yattaquuna Ada Nilai-Nilai Surah Al Ma’un ‫= هُ ْم َما ِا ْنفَقُ ْوا‬
hummmmaa infaquu.
4. Qalqalah Qalqalah adalah hukum bacaan tajwid, apabila huruf ba (‫)ب‬,

jim (‫)ج‬, dal (‫)د‬, ta (‫)ط‬, dan qaf (‫ )ق‬atau dapat disingkat ‘baju di toko’
mendapat sukun di tengah kalimat atau wakaf di akhir kalimat.Cara
membaca Qalqalah adalah memantul. Hukum bacaan qalqalah terdiri
dari dua macam, yaitu qalqalah sugra dan kubra. Qalqalah Sugra adalah

setiap huruf qalqalah yang mendapat sukun di tengah kata. Qalqalah


Kubro adalah setiap huruf qalqalah yang berada di akhir kalimat karena
mendapat wakaf.

II. Hukum Mad

Macam-Macam Mad Beserta Penjelasannya, sebagai berikut :


1. Mad Thabi'i atau Mad Asli Mad Thobi’i yaitu merupakan satu dari bagian
[cabang] dari Hukum Mad. Secara bahasa [etimologi] Mad Thobi’i
mempunyai arti alami atau biasa, yaitu tidak lebih dan juga tidak kurang.

Dibaca dengan panjang 2 harakat atau 1 alif. Mad Thobi’i ini sering
disebut dengan istilah lain sebagai Mad Ashli, ini artinya adalah asal mula
[asal-muasal] suatu kejadian, dan ini adalah merupakan kunci utama
[dasar] di dalam belajar tentang hukum-hukum dari Mad Far’i. Hukum
Mad Thobi’i ini berlaku ketika: Huruf hijaiyah dengan harakat Fathah (

‫ ) ــــَــ‬ketemu dengan huruf hijaiyah Alif ( ‫ ;) ا‬huruf hijaiyah dengan


harakat Kasrah ( ‫ ) ـــــِـــ‬ketemu huruf hijaiyah Ya Sukun ( ‫ي‬
ْ ); dan huruf
hijaiyah dengan harakat Dhammah ( ‫ ) ـــــــُــــــ‬ketemu dengan huruf Waw
sukun ( ‫ ) ْو‬maka huruf-huruf itu dibaca dengan panjang 1 alif atau 2

74
harakat. Contoh Mad Thobi’i atau Mad Ashli Huruf Alif ‫ ]ا[ َحا ِميَة‬:
haamiyatun ‫سا ِلم‬
َ : saalimun Contoh Mad Thobi’i atau Mad Ashli Huruf
Waw Sukun ‫ش ُك ْور‬
َ [ ‫ = ] ْو‬syakuurun ‫غفُ ْور‬
َ = ghofuurun Contoh Mad Thobi’i

atau Mad Ashli Huruf Ya Sukun ‫صيْر‬


ِ ِ‫ي [ ب‬
ْ ] = bashiirun ‫ = َخبِيْر‬khobiirun.
2. Mad Far'i Mad Far'i secara bahasa artinya adalah cabang. Sedangkan
menurut istilah Mad Far'i adalah mad yang merupakan hukum
tambahan dari mad asli (sebagai hukum asalnya), yang disebabkan oleh

hamzah atau sukun. Nah, Mad Far'i ini terbagi menjadi beberapa
macam, diantaranya sebagai berikut:
A. Mad Jaiz Munfashil Mad Jaiz Munfashil merupakan satu dari 13
bagian dari Hukum Mad Far’i dalam ilmu tajwid. Secara etimologi Jaiz
Munfashil adalah : Jaiz berarti boleh dan Munfashil berarti terpisah

atau di luar kata Mad Jaiz Munfashil ini terjadi ketika ada huruf Mad
Thobi’i yaitu ( ‫ي ـــــــِــــــ ; ْو ـــــــُـــــــ‬
ْ ; ‫ ) ــــــَــــــ ا‬ketemu dengan huruf
hijaiyah Alif (‫ )ا‬yang mempunyai harakat Fathah, harakat Kasrah,
ataupun harakat Dhammah ( ُ‫ ) اَ – ِا – ا‬Cara membaca dari Mad Jaiz

Munfashil ini adalah boleh panjang 1 alif [2 harakat], 2 alif [4 harakat],


ataupun juga bisa 3 alif [6 harakat]. Begini contohnya: ‫َو َلأ ْنت ُ ْم ِب َما أُ ْن ِز َل‬
B. Mad Wajib Muttasil Mad Wajib atau Mad Muttashil, dan seringkali
disebut dengan Mad Wajib Muttashil adalah salah satu 13 bagian dari
Hukum Mad Far’i di dalam ilmu tajwid. Secara etimologi, mad wajib

mutthashil artinya adalah : Mad artinya adalah panjang bacaan. Wajib


berarti harus dan Mutthashil berarti bersambung. Hukum dari Mad
Wajib Muttashil yaitu hukum tajwid yang terjadi ketika huruf hijaiyah
Mad Thobi’i ( ‫ي ـــــــِــــــ ; ْو ـــــــُـــــــ‬
ْ ; ‫ ) ــــــَــــــ ا‬ketemu dengan huruf

75
hijaiyah Hamzah dengan harakat Fathah [Fathatain], dengan harakat
Kasrah [Kasratain], atau juga dengan harakat Dhammah
[Dhammatain] ( ‫ ء‬/ ‫ ء – ُء‬/ ‫ ًء – ِء‬/ ‫) َء‬. Dan inti utama dari Mad Wajib

Muttashil ini yaitu Huruf Mad Thobi’i bertemu Hamzah dan ini dalam
satu kata atau bersambung. Cara membaca atau panjangnya bacaan
dari Hukum Mad Wajib Muttashil ini adalah wajib 6 ketukan [harakat]
dan ini tidak bisa ditawar lagi. Di dalam kitab suci Al-Quran, tanda

dari Hukum Mad Muttashil adalah garis yang melengkung tebal dan
tanda ini mirip seperti gambar pedang, yang letaknya berada di atas
dari huruf Mad Thobi’i ataupun terletak di antara Huruf hijaiyah Mad
Thobi’i dan huruf hijaiyah Hamzah. Contohnya: 3 ‫ي َء‬
ْ ‫ ِج‬- ‫ َجآ َء‬- ‫س َوآء‬
َ .
C. Mad Lazim Harfi Mukhaffaf Mad Lazim Harfi Mukhaffaf merupakan

bagian dari 13 cabang hukum Mad Far’i ini terjadi pada huruf-huruf
hijaiyah tunggal di awal surah-surah di dalam kitab Al-Qur’an Al
Karim. Dan ini hanya dibaca dengan menyebutkan nama-nama huruf
hijaiyah-nya saja. Lazim berarti harus / wajib. Harfi berarti huruf; mad

ini terjadi sebab huruf hijaiyah [ bukanlah pada kata/kalimat].


Mukhaffaf berarti ringan di dalam cara mengucapkannya Cara
Membaca Mad Lazim Harfi Mukhaffaf Hukum Mad Lazim Harfi
Mukhaffaf yaitu suatu hukum tajwid yang dikhususkan untuk
kombinasi dari 14 huruf yang berada di 13 ‘Ayat pembuka’, pada 29
ۤ ‫ ۤال ۤ ّم‬,‫ۤال ۤ ّم‬
Surah di dalam kitab suci Alquran. Contohnya: ۚ‫ص‬
D. Mad Lazim Mutsaqqal Kilmi Mad Lazim Mutsaqqal Kilmi ini masih
termasuk ke dalam macam-macam mad. Mad ini terjadi jika ada Mad
Thabi’i bertemu dengan tasydid pada satu kata atau ayat. Cara

76
membaca mad ini adalah harus panjang selama tiga kali Mad Thabi’i

ّ ‫و َلالضَّآ ِّلينَ اَل‬.َ


atau sekitar enam harakat. Contohnya5 ُ‫صا َخة‬
E. Mad Layin Macam-macam mad selanjutnya adalah Mad Layyin. Mad

ini terjadi jika setelah huruf yang berharakat fatha wau sukun atau ya’
sukun. Cara membacanya adalah dengan membaca mad dengan
sekedar lunak dan lemas saja. Contohnya: ‫َريْب خ َْوف‬
F. Mad 'Aridh Lissukun Mad ‘Arid Lissukun dibaca jika terdapat waqaf

atau tempat pemberhentian membaca, sedangkan sebelum waqaf


tersebut terdapat Mad Thobi’i atau Mad Layin. Contohnya: َ‫صيْر خَا ِلد ُْون‬
ِ ‫َب‬
‫س ِميْع‬ ِ ‫وال َّن‬
َ ‫اس‬

77
MENULIS DAN MENYAMBUNG HURUF HIJAIYAH

1. Menulis huruf hijaiyah pada awal kata

a. Jika ada tanda Strip (_) sesudah huruf maka bisa disambung dengan huruf
selanjutnya
b. Jika tida ada tanda Strip (_) sesudah huruf berarti tidak bisa bersambung
dengan huruf selanjutnya

Huruf
Contoh Penulisan Di awal
Asli

ُ‫ا َ ْل َح ْـمد‬ ‫ا‬ ‫ا‬


Tidak bisa disambung dengan huruf selanjutnya

‫بـــِــ ْس ِم‬ ‫بـ‬ ‫ب‬


‫ـر ِم ْي ِه ْم‬ْ َ‫ت‬ ‫تـ‬ ‫ت‬
‫ث َ ْـوب‬ ‫ثــ‬ ‫ث‬
‫سـد‬ َ ‫َج‬ ‫جـ‬ ‫ج‬
‫سـد‬ َ ‫َح‬ ‫حـ‬ ‫ح‬
َ ‫َخ ِش‬
‫ي‬ ‫خـ‬ ‫خ‬
78
Huruf
Contoh Penulisan Di awal
Asli

‫ت‬ ْ ‫دُ َك‬ ‫د‬ ‫د‬


‫ب‬َ ‫ذَ َه‬ ‫ذ‬ ‫ذ‬
‫ـي‬
َ ‫ض‬ ِ ‫َر‬ ‫ر‬ ‫ر‬
‫زَ َمن‬ ‫ز‬ ‫ز‬
Tidak bisa disambung dengan huruf selanjutnya

‫سأ َ َل‬ َ ‫سـ‬ ‫س‬


‫ش َج َرة‬ َ ‫شـ‬ ‫ش‬
‫صدَ َر‬ َ ‫صـ‬ ‫ص‬
‫ض ِح َك‬ َ ‫ضـ‬ ‫ض‬
‫طبَـق‬ َ ‫طـ‬ ‫ط‬
79
‫‪Huruf‬‬
‫‪Contoh Penulisan‬‬ ‫‪Di awal‬‬
‫‪Asli‬‬

‫ظ َه َر‬ ‫َ‬ ‫ظـ‬ ‫ظ‬


‫عـيْـن‬ ‫َ‬ ‫عـ‬ ‫ع‬
‫ب‬
‫َض َ‬ ‫غ ِ‬ ‫غـ‬ ‫غ‬
‫ِف ْي َها‬ ‫فــ‬ ‫ف‬
‫قَ ِريْب‬ ‫قــ‬ ‫ق‬
‫ب‬ ‫َكت َ َ‬ ‫كـ‬ ‫ك‬
‫لَـ َهب‬ ‫لـ‬ ‫ل‬
‫َم ْس ِجد‬ ‫مـ‬ ‫م‬
‫نَ ْع ِق ُل‬ ‫نـ‬ ‫ن‬
‫ص َل‬ ‫َو َ‬ ‫و‬ ‫و‬
‫‪80‬‬
Huruf
Contoh Penulisan Di awal
Asli
Tidak bisa disambung dengan huruf selanjutnya

‫َهــذَا‬ ‫هــ‬ ‫هـ‬


‫ـن‬
َ ‫ع‬ َ َ‫ال‬ ‫ال‬ ‫ال‬
Tidak bisa disambung dengan huruf selanjutnya

َ ‫َء أ َ ْن‬
‫ت‬ ‫ء‬ ‫ء‬
Tidak bisa disambung dengan huruf selanjutnya

َ ‫يَ ْغ ِف‬
‫ـر‬ ‫يـ‬ ‫ي‬
2. Menulis huruf hijaiyah di tengah kata atau kalimat

a. Jika ada tanda Strip (_) di sebelumnya saja maka huruf bisa disambung
dengan huruf sebelumnya saja
b. Jika ada tanda Strip (_) di sesudahnya saja maka huruf bisa disambung
dengan huruf sesudahnya saja
c. Jika ada tanda Strip (_) di sebelum dan sesudahnya maka huruf bisa
disambung dengan huruf sebelum dan sesudah nya
d. Jika tidak ada tanda Strip (_) di sebelum dan sesudahnya maka huruf tidak
bisa disambung dengan huruf sebelum dan sesudah nya

81
‫‪Huruf‬‬
‫‪Contoh Penulisan‬‬ ‫‪Di tengah‬‬
‫‪Asli‬‬

‫يَشَا ُء‬ ‫ــا‬ ‫ا‬


‫‪Tidak Bisa disambung dengan huruf sesudahnya‬‬

‫نَـ ْعبُدُ‬ ‫ــبــ‬ ‫ب‬


‫نَـ ْست َ ِعـيـْ ُن‬ ‫ــتــ‬ ‫ت‬
‫َمـثَلُ ُه ْم‬ ‫ـــثــ‬ ‫ث‬
‫يَـ ْس ُجـدُ‬ ‫جـ‬ ‫ج‬
‫سد ُ‬ ‫ـح ُ‬‫يَ ْ‬ ‫ــحـ‬ ‫ح‬
‫ـخشَى‬ ‫يَ ْ‬ ‫ــخـ‬ ‫خ‬
‫فَقَدَ َر‬ ‫ــد‬ ‫د‬
‫ب‬ ‫يَ ْذ َه ُ‬ ‫ــذ‬ ‫ذ‬
‫‪82‬‬
‫‪Huruf‬‬
‫‪Contoh Penulisan‬‬ ‫‪Di tengah‬‬
‫‪Asli‬‬

‫ضى‬
‫ـر َ‬ ‫يَ ْ‬ ‫ــر‬ ‫ر‬
‫ِميْـزَ ان‬ ‫ـــز‬ ‫ز‬
‫‪Tidak Bisa disambung dengan huruf sesudahnya‬‬

‫يَ ْسأ َ ُل‬ ‫ــســ‬ ‫س‬


‫يَ ْش َهدُ‬ ‫ــشــ‬ ‫ش‬
‫صد ُُر‬ ‫يَ ْ‬ ‫ــصــ‬ ‫ص‬
‫ض َح ُك‬ ‫يَ ْ‬ ‫ــضــ‬ ‫ض‬
‫ـط ُ‬
‫ـق‬ ‫يَـ ْن ِ‬ ‫ــطـ‬ ‫ط‬
‫ظ َه ُر‬ ‫يَ ْ‬ ‫ــظــ‬ ‫ظ‬
‫يَــ ْن ِع ُق‬ ‫ــعــ‬ ‫ع‬
‫‪83‬‬
‫‪Huruf‬‬
‫‪Contoh Penulisan‬‬ ‫‪Di tengah‬‬
‫‪Asli‬‬

‫ب‬
‫ض ُ‬ ‫يَـ ْغ َ‬ ‫ــغــ‬ ‫غ‬
‫يَـ ْفـقَـهُ‬ ‫ــفــ‬ ‫ف‬
‫يَـ ْق َرأ ُ‬ ‫ــقــ‬ ‫ق‬
‫ب‬ ‫يَ ْكت ُ ُ‬ ‫ــكـ‬ ‫ك‬
‫ب‬ ‫يَ ْلعَ ُ‬ ‫ــلــ‬ ‫ل‬
‫ث‬‫يَ ْـم ُك ُ‬ ‫ــمــ‬ ‫م‬
‫َج َهنَ ُم‬ ‫ــنــ‬ ‫ن‬
‫ف‬ ‫س ْو َ‬ ‫فَ َ‬ ‫ــو‬ ‫و‬
‫‪Tidak Bisa disambung dengan huruf sesudahnya‬‬

‫يَ ْه ِدى‬ ‫ــهـ‬ ‫هـ‬


‫‪84‬‬
Huruf
Contoh Penulisan Di tengah
Asli

ُ ‫يُالَ ِع‬
‫ــن‬ ‫ــال‬ ‫ال‬
Tidak Bisa disambung dengan huruf sesudahnya

‫يَ ْست َ ْه ِـز ُء ْو َن‬ ‫ء‬ ‫ء‬


Tidak Bisa disambung dengan huruf sebelum dan
sesudahnya

‫ش ْيئًا‬
َ ‫ــيـ‬ ‫ي‬
3. Huruf Hijaiyah dan penulisan di akhir kata atau kalimat

a. Jika ada tanda Strip (_) sebelumnya maka huruf bisa disambung dengan
huruf sebelumnyanya
b. Jika tida ada tanda Strip (_) sebelumnya berarti huruf tidak bisa bersambung
dengan huruf sebelumnyanya

Huruf
Contoh Penulisan Di akhir
Asli

‫اَنَا‬ ‫ــا‬ ‫ا‬


ُ ‫ا َ ْلغَي‬
‫ْب‬ ‫ــب‬ ‫ب‬
85
‫‪Huruf‬‬
‫‪Contoh Penulisan‬‬ ‫‪Di akhir‬‬
‫‪Asli‬‬

‫ْت‬‫ا َ ْلبَي ُ‬ ‫ــت‬ ‫ت‬


‫َحـ ِدي ُ‬
‫ْث‬ ‫ــث‬ ‫ث‬
‫ث َ ْـلـج‬ ‫ــج‬ ‫ج‬
‫ا َ ْل َم ِس ْي ُح‬ ‫ــح‬ ‫ح‬
‫س ْخ‬ ‫نَ ْن َ‬ ‫ــخ‬ ‫خ‬
‫سـد‬ ‫َم َ‬ ‫ــد‬ ‫د‬
‫ــو َمـ ِئـذ‬ ‫يَ ْ‬ ‫ــذ‬ ‫ذ‬
‫تَـ ْن َه ُر‬ ‫ــر‬ ‫ر‬
‫نُ ْع ِج ُز‬ ‫ــز‬ ‫ز‬
‫ْس‬
‫ل َ‬ ‫ي‬ ‫َ‬ ‫ــس‬ ‫س‬
‫‪86‬‬
‫‪Huruf‬‬
‫‪Contoh Penulisan‬‬ ‫‪Di akhir‬‬
‫‪Asli‬‬

‫ش‬ ‫ِإ ْخ َ‬ ‫ــش‬ ‫ش‬


‫ص‬
‫ـخ ِل ُ‬ ‫يُ ْ‬ ‫ــص‬ ‫ص‬
‫ض‬
‫بَ ْع ُ‬ ‫ــض‬ ‫ض‬
‫ط‬‫سل َ َ‬ ‫َ‬ ‫ــط‬ ‫ط‬
‫ظ‬ ‫غل َ َ‬ ‫َ‬ ‫ــظ‬ ‫ظ‬
‫َمنَـ َع‬ ‫ــع‬ ‫ع‬
‫بَلَ َغ‬ ‫ــغ‬ ‫غ‬
‫ف‬‫س ُ‬ ‫يثو ُ‬ ‫ْ‬ ‫ــف‬ ‫ف‬
‫َخلَـقَ‬ ‫ــق‬ ‫ق‬
‫َملَ َك‬ ‫ــك‬ ‫ك‬
‫‪87‬‬
Huruf
Contoh Penulisan Di akhir
Asli

‫سل‬ َ ‫ع‬ َ ‫ــل‬ ‫ل‬


‫الر ِح ْي ُم‬َ ‫ــم‬ ‫م‬
‫الر ْحـ َم ُن‬ َ ‫ــن‬ ‫ن‬
‫ع ِجبُ ْو‬ َ ‫ــو‬ ‫و‬
ُ‫َمالَه‬ ‫ــه‬ ‫هـ‬
ً‫ِط ْفال‬ ‫ــال‬ ‫ال‬
‫يَشَا ُء‬ ‫ء‬ ‫ء‬
Tidak bisa bersambung dengan huruf sebelumnya

ِ ‫يَ ْست َ ْحي‬ ‫ــي‬ ‫ي‬

88
MATERI
SURAT AL –‘ASHR

Surah al-‘Ashr adalah surah yang ke-103 dari total 114 surah yang ada dalam Al-Qur’an.
Surah al-‘Ashr terdiri atas tiga ayat.
Surah al-‘Ashr diturunkan sebelum Rasulullah hijrah.

Oleh karena itu, surah tersebut tergolong Surah Makiyah.


Nama al-‘Ashr dalam Surah al-‘Ashr diambil dari lafal pada ayat pertama, yaitu ‫َو ۡال َعصۡ ِر‬
yang berarti waktu/masa atau waktu asar.

1. Lafaldz dan Terjemahan Surat Al-‘Ashr

‫الر ِح ْي ِِم‬ ِِ ‫الر ْح ٰم‬


َّ ِ‫ن‬ َّ ِ‫ّللا‬
ِِٰ ِ‫س ِِم‬
ْ ‫ِب‬
Dengan menyebut nama Allaah yang maha pengasih
lagi maha penyayang

ْ َ‫َوا ْلع‬
١ِ-ِ‫ص ِِر‬
1) Demi masa,

ِْ ‫انِلَ ِف‬
ْ ‫يِ ُخ‬
٢ِ-ِِ‫سر‬ َ ‫اْل ْن‬
َِ ‫س‬ ِ ْ ِ‫ِن‬
َِّ ‫ا‬
2) sungguh, manusia berada dalam kerugian,

ِ ‫ص ْوا ِب ْال َح‬


ۙ‫ق ە‬ َ ‫ت َوت َ َوا‬
ِ ‫ص ِل ٰح‬ َ ‫اِ َّال الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا َو‬
ّٰ ‫ع ِملُوا ال‬
٣ - ࣖ ‫صبْر‬ َّ ‫ص ْوا ِبال‬ َ ‫َوت َ َوا‬
3) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan
saling menasihati untuk kesabaran.

89
2. Sebab ( Asbabun Nuzul ) diturunkannya Surat Al-‘Ashr

Tahukah kamu apa sebab diturunkannya Surah al-‘Ashr ?

Mari kita pahami penjelasan berikut! Orang Arab pada zaman dahulu selalu
berkumpul pada waktu asar.
Mereka mengadakan perkumpulan dan biasanya membicarakan hal duniawi,

seperti memamerkan harta, bercanda, dan membicarakan orang lain.


Oleh karena itu, tidak jarang terjadi pertengkaran dan permusuhan. Atas alasan
tersebut, orang Arab menganggap bahwa waktu asar adalah waktu sial.

Oleh sebab itu, Allah menurunkan Surah al-‘Ashr kepada Nabi Muhammad saw.
Surah ini diturunkan untuk menjelaskan bahwa tidak ada yang namanya waktu
sial. Melalui surah ini, Allah Swt. menjelaskan bahwa manusia berada dalam

kerugian, kecuali orang yang memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dengan cara


beriman, beramal saleh, menasihati dalam kebenaran, dan menasihati dalam
kesabaran.

Demikianlah sebab diturunkannya Surah al-‘Ashr kepada Nabi Muhammad saw.


Dari situ kita dapat mengambil pelajaran agar tidak menjadi orang yang merugi.

3. Pesan Pokok Surat Al-‘Ashr


Setelah mengetahui terjemahan dan sebab turunnya Surah al-‘Ashr, tahukah
kamu pesan pokok yang terkandung di dalamnya?
Pesan-pesan pokok yang terkandung dalam Surah al-‘Ashr adalah sebagai
berikut.

1) Manusia akan merugi dalam hidupnya apabila ia tidak beriman dan beramal
saleh;
2) Hanya orang yang beriman dan beramal saleh serta orang yang saling
menasihati tentang kebenaran dan kesabaran lah yang beruntung;
3) Kita harus beriman dan beramal saleh serta kita harus saling menasihati untuk
berbuat baik;

90
SURAT AL- KAUTSAR

Surah al- Kautsar adalah surah yang ke-108 dari total 114 surah yang ada dalam Al-
Qur’an.
Surah al- Kautsar terdiri atas tiga ayat.

Surah al- Kautsar diturunkan sebelum Rasulullah hijrah.


Oleh karena itu, surah tersebut tergolong Surah Makiyah.
Nama al- Kautsar dalam Surah al- Kautsar diambil dari lafal pada ayat pertama, yaitu

‫ ا ْلك َْوث َ َر‬yang berarti Nikmat yang banyak.

1. Lafadz dan Terjemah Surat Al-Kautsar

‫الر ِح ْي ِِم‬ ِِ ‫الر ْح ٰم‬


َّ ِ‫ن‬ َّ ِ‫ّللا‬
ِِٰ ِ‫س ِِم‬
ْ ‫ِب‬
Dengan menyebut nama Allaah yang maha pengasih
lagi maha penyayang

١ِ-ِ‫ط ْي ٰنكَِِا ْلك َْوث َ َِر‬


َ ‫اِنَّاِِا َ ْع‬
1) Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad)
nikmat yang banyak.

َ َ‫ف‬
٢ِ-ِ‫ص ِِلِ ِل َر ِبكَِِ َوا ْن َح ِْر‬
2) Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu, dan
berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri
kepada Allah).

٣ِ-ِِࣖ‫ِنِشَا ِنئَكَِِ ُه َِوِ ْاْلَ ْبت َ ُِر‬


َِّ ‫ا‬
3) Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang
terputus (dari rahmat Allah).

91
2. Sebab ( Asbabun Nuzul ) diturunkannya Surat Al- Kautsar

Surah al-Kautsar diturunkan untuk menjawab tantangan kaum Kafir Quraisy yang
sangat membenci Nabi Muhammad saw, dan menyebut Al-Abtar yaitu yang tidak
mempunyai keturunan laki-laki.

Rasulullah baru saja kehilangan putranya yang bernama Abdullah atau Al-Qasim
di riwayat lain.
Maka Allaah berfirman bahwasanya orang yang membenci nabi Muhammad saw
dialah orang yang terputus.
Sebagai penyemangat Nabi Muhammad saw, yang kala itu bersedih.

3. Pesan Pokok Surat Al-Kautsar

Setelah mengetahui terjemahan dan sebab turunnya Surah al- Kautsar, tahukah
kamu pesan pokok yang terkandung di dalamnya?

Nama Al-Kaus|ar diambil dari ayat pertama yang berarti nikmat Allah yang
sangat banyak yang dianugerahkan kepada Nabi Muhammad saw.

1) Di dalamnya terdapat perintah untuk bersyukur atas nikmat Allah Swt. yang
sangat banyak yang diberikan kepada manusia.
2) Bersyukur dalam hal ini ialah dengan menjalankan Salat dan menyembelih
hewan kurban.
3) Kita harus memiliki sikap peduli terhadap sesama dengan menyembelih
hewan qurban.

92
SURAT AL- MA’UN

Surah al- Ma’un adalah surah yang ke-107 dari total 114 surah yang ada dalam Al-
Qur’an.
Surah al- Ma’un terdiri atas tujuh ayat.

Surah al- Ma’un diturunkan sebelum Rasulullah hijrah.


Oleh karena itu, surah tersebut tergolong Surah Makiyah.
Nama al- Ma’un dalam Surah al- Ma’un diambil dari lafal pada ayat terakhir (tujuh),

yaitu َ‫ ا ْل َماع ُْون‬yang berarti Barang yang Berguna.

1. Lafadz dan Terjemah Surat Al- Ma’un

‫الر ِح ْي ِِم‬ ِِ ‫الر ْح ٰم‬


َّ ِ‫ن‬ َّ ِ‫ّللا‬
ِِٰ ِ‫س ِِم‬
ْ ‫ِب‬
Dengan menyebut nama Allaah yang maha pengasih
lagi maha penyayang

ِ١ِ-ِ‫ن‬
ِِ ‫الد ْي‬
ِ ‫ِبِ ِب‬ ِْ ‫ا َ َر َء ْيتَِِالَّذ‬
ُِ ‫ِيِيُكَذ‬
1) Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?

ِْ ‫فَ ٰذ ِلكَِِالَّذ‬
ِ٢ِ-ِ‫ِيِيَدُعِِا ْليَتِ ْي َِم‬
2) Maka itulah orang yang menghardik anak yatim,

ِ٣ِ-ِ‫ن‬ ْ ‫امِا ْل ِم‬


ِِ ‫س ِك ْي‬ َ ِ‫َو َِْلِ َي ُحضِِع َٰلى‬
ِِ ‫ط َع‬
3) dan tidak mendorong memberi makan orang miskin.

َ ‫فَ َو ْيلِِ ِل ْل ُم‬


َِ ‫ص ِل ْي‬
ِ٤ِ-ِ‫ن‬
4) Maka celakalah orang yang salat,

َ ِ‫ص ََلتِ ِه ِْم‬


َِ ‫سا ُه ْو‬
ِ٥ِ-ِ‫ن‬ َ ِ‫َن‬ َِ ‫الَّ ِذ ْي‬
ِْ ‫نِ ُه ِْمِع‬
93
5) (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap salatnya,

َِ ‫نِ ُه ِْمِيُ َر ۤا ُء ْو‬


ِ٦ِ-ِ‫ن‬ َِ ‫الَّ ِذ ْي‬
6) yang berbuat ria,

َِ ‫نِا ْل َماع ُْو‬


ِ٧ِ-ِِࣖ‫ن‬ َِ ‫َويَ ْمنَعُ ْو‬
7) dan enggan (memberikan) bantuanِ.

2. Sebab ( Asbabun Nuzul ) diturunkannya Surat Al- Ma’un

Adapun sebab turun surah al-Mā’ūn ayat 1-3 di antaranya ada suatu riwayat
yang menyebutkan bahwa ada orang yang identitasnya diperselisihkan oleh

para perawi; Abu Sufyan, Abu Jahal, Al-Ash Ibn Walid atau orang lain, yang setiap
minggu menyembelih seekor unta. Suatu ketika ada anak yatim yang datang
meminta sedikit daging yang disembelih. Namun mereka menghardik dan
mengusir anak yatim tersebut.
Peristiwa di atas merupakan pelajaran yang sangat berarti agar kita memiliki
kepedulian terhadap orang yang membutuhkan. Kita harus menyadari bahwa
harta yang kita miliki merupakan titipan Allah yang harus dibelanjakan dengan
baik.
Dalam riwayat lain diceritakan dari Ibn Abbas bahwa pada masa Rasulullah ada

sekelompok orang munafik yang rajin mengerjakan ibadah salat. Namun


salatnya tidak diniatkan karena Allah Swt. tetapi karena ingin dilihat dan dipuji
orang lain. Ketika dilihat orang lain, mereka terlihat khusyuk mengerjakan salat,

tetapi ketika tidak dilihat orang lain, mereka salat seenaknya bahkan sering
menyepelekan dan meninggalkannya. Allah tidak suka dengan orang-orang
munafik seperti ini, maka diturunkanlah surat al-Mā’ūn ayat 4-7.

94
Peristiwa di atas menunjukkan bahwa beramal ibadah harus dilakukan dengan
tulus ikhlas semata-mata karena Allah Swt., tidak boleh ria yakni

memperlihatkan ibadah dan amal kebaikan dengan tujuan agar dilihat dan
dipuji orang lain. Amal ibadah yang dilakukan dengan ria tidak akan diterima
oleh Allah Swt.

3. Pesan Pokok Surat Al- Ma’un

Setelah mengetahui terjemahan dan sebab turunnya Surah al- Ma’un, tahukah
kamu pesan pokok yang terkandung di dalamnya?
Surah al-Mā’ūn diturunkan dengan tujuan untuk mengingatkan umat manusia

bahwa pengingkaran terhadap hari kebangkitan merupakan sumber segala


kejahatan karena mendorong untuk melakukan perbuatan yang buruk.
Surah al-Mā’ūn mengajarkan kepada kita tentang ciri-ciri orang yang

mendustakan agama. Hal ini disampaikan Allah agar kita selalu bersikap hati-hati,
sehingga kita tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang yang
mendustakan agama. Orang-orang yang mendustakan agama mempunyai ciri-

ciri sebagai berikut:

1) Suka menghardik anak yatim. Sikap yang benar terhadap anak yatim adalah
menyayangi dan mengasihinya.
2) Tidak mau memberi makan orang miskin. Orang miskin sangat membutuhkan
bantuan kita. Maka apabila kita diberi rezeki oleh Allah, sisihkanlah untuk
bersedekah kepada orang yang membutuhkan.
3) Orang yang lalai mendirikan salat. Maksudnya adalah orang yang tidak
bersungguh-sungguh dalam mengerjakan salatnya juga orang orang yang
pada saat salat hatinya berpaling dari Allah. Padahal salat adalah ibadah
yang wajib dikerjakan oleh umat Islam. Orang yang tidak salat akan berdosa.
4) Orang yang ria dalam salatnya. Ria artinya pamer atau ingin dipuji orang lain.
Orang yang melakukan salat dengan ria maka salatnya menjadi rusak. Salat
yang diterima hanyalah salat dengan niat karena Allah Swt.

95
5) Orang yang enggan memberi bantuan atau enggan menolong orang lain
dengan barang yang berguna. Orang yang masuk golongan ini disebut kikir.
Orang kikir merasa takut menjadi miskin, karena itu ia enggan memberikan
sebagian hartanya untuk membantu orang lain.
6) Setelah mempelajari surah al-Mā’ūn, kita harus memiliki semangat
kepedulian sosial, karena itu Allah sangat menyukai orang-orang yang
memiliki kepedulian sosial terhadap orang lain. Allah memberikan anugerah
ilmu dan harta, tetapi ilmu dan harta kita bukanlah semata untuk kita
melainkan harus dibagi kepada orang lain.+
7) Sebagai anak muslim, kalian tentu harus menghindari perilaku
mementingkan diri sendiri, tak acuh dan tidak peduli terhadap orang lain.
Sikap ini sangat merugikan diri sendiri juga orang lain. Orang lain akan
memperlakukan kita sebagaimana kita memperlakukan orang lain. Jika sering
menanam kebaikan, kita akan mendapatkan kebaikan itu.
8) Kepedulian sosial adalah perilaku empati dan simpati terhadap orang lain,
terutama orang-orang yang membutuhkan seperti fakir, miskin, duafa, orang
sakit, dan orang terkena musibah.

AKTIVITASKU

MEMBACA DAN MENULIS AL-QUR’AN

I. Membaca Al-Qur’an
1. Membaca Surat Al- Ashr, Al- Kautsar dan Al-Ma’un dengan benar hingga
Tartil.
2. Menghafal Surat Al- Ashr, Al- Kautsar dan Al- Ma’un hingga lancar
3. Melafalkan Surat Al- Ashr, Al- Kautsar dan Al- Ma’un dengan terjemahnya
dengan benar.
4. Mengamalkan Surat Al- Ashr, Al- Kautsar dan Al- Ma’un dalam Shalat.
II. Menulis dan Menyambung Huruf
1. Untuk Kelas 1 dan 2
a. Salinlah Huruf Hijaiyah yang ada di kolom “Huruf Asli” di tabel atas
b. Tulis Ulang dengan memberi Harakat Fathah dan tuliskan bunyinya
96
c. Tulis Ulang dengan memberi Harakat Kasrah dan tuliskan bunyinya
d. Tulis Ulang dengan memberi Harakat Dhammah dan tuliskan
bunyinya

2. Untuk Kelas 3 s/d 6


a. Sambung lah huruf hijaiyah di bawah ini

=‫ والعصر‬.

= ‫ الكوثر‬.

= ‫ الماعون‬.

Jika sudah berhasil salinlah ke dalam buku tulis atau kertas gambar hiasi dan
warnai, beri nama kumpulkan atau foto untuk dikirimkan kepada bapak ibu
guru di sekolah.

b. Pisahkan dan Tuliskan huruf apa saja yang terdapat pada kata atau
kalimat di bawah ini, salin ke buku tulis mu untuk dikumpulkan atau foto
untuk dikirimkan kepada bapak ibu guru di sekolah !

‫ان لَ ِف اى ُخ اس ۙر‬
َ ‫س‬ ِ ‫اِ َّن ا‬
َ ‫اال ان‬
…………………………………...
‫ص ِل ِل َر ِب َك َوا ْن َح ْر‬
َ َ‫ف‬
………………..………………….
‫م‬
ُ ْ
َ ‫فَ َويْل ِل‬
‫ص ِل ْي‬ ‫ل‬
……………………………………
97
c. Buatlah Kaligrafi sekemampuan kalian dengan memilih Lafadz Surat Al-
Ashr, Al- Kautsar dan Al- Ma’un, hias dan warnai seindah mungkin
kumpulkan atau kirim foto kepada bapak ibu guru di sekolah.

98
MATERI FANNIYYAH

99
Nadzom wudhu

100
Nadzom kanjeng Nabi
Nabi urang saréréa Kangjeng Nabi anu mulya Muhammad
jenenganana Arab Kurés nya bangsana
Ramana Gusti Abdullah Ibuna Siti Aminah
dibabarkeunna di Mekah wengi Senén taun Gajah
Robiul awal bulanna tanggal ka-dua belasna
April bulan maséhina tanggal kadua-puluhna
Ari bilangan taunna lima ratus cariosna tujuh
puluh panambihna sareng sahiji punjulna
Siti Aminah misaur waktos babarna kacatur ningal
cahaya mani ngempur di bumina hurung mancur
Parangina Kangjeng Nabi jatnika pinuh ku puji
pinter tur gedé kawani sabar nyaah ka sasami

Keur opat taun yuswana


diberesihan manahna nabi dibeulah dadana
malaikat nu meulahna
Jibril kadua réncangna Mikail jenenganana
ngeusikeun kana manahna elmu hikmah sapinuhna
Tuluy dada Kanjeng Nabi gancang dirapetkeun
deui sarta teu ngaraos nyeri dicap ku Hotami
Nabi
Rama Nabi kacaturkeun pupusna kacarioskeun
basa Nabi dibobotkeun dua sasih kaunggelkeun
Kagenep taun yuswana ditilar pupus ibuna
Nabi dirorok eyangna Abdul Mutalib asmana
Kersana Rabbul'alamin Kangjeng Nabi nu prihatin
yuswa dalapan taun yakin éyangna mulih ka batin

3
101
LEMBAR EVALUASI SHALATKU
Nama : …………………………………….. Beri tanda cheklis () jika
Kelas : …………………………………….. melaksanakan, dan tanda silang
Nama Sekolah : …………………………………….. (x) jika tidak melaksanakan

Shalat Wajib Shalat Sunat


No Hari/Tanggal
Maghrib Isya Subuh Dhuhur Asar Dhuha Tarawih

102
LEMBAR EVALUASI TADARUS
Nama : …………………………………….. Tulislah nama surat yang dibaca
Kelas : …………………………………….. dan dihafal pada kolom yang
Nama Sekolah : …………………………………….. disediakan

Membaca Al-Quran Menghafal Al-Quran Paraf Guru/Orangtua


No Hari/Tanggal
Ustadz/Ustadzah

103
LEMBAR EVALUASI KEGIATANKU
Nama : …………………………………….. Tulislah nama kegiatan seperti
Kelas : …………………………………….. menyimak penjelasan guru PAI,
Nama Sekolah : …………………………………….. mendengarkan/menyimak
Kegiatan : …………………………………….. ceramah, membaca buku, dll.
Kemudian rangkumannya pada
kolom yang disediakan
Hari/Tanggal : ……………………………………..

RANGKUMAN MATERI

Paraf Orangtua Paraf Guru

Catatan:
Lembar ini diperbanyak sesuai kebutuhan

104
Lembar Evaluasi Kegiatan Pesantren Ramadhan 1444H KKG PAI Kabupaten Bandung

No Jenis Kegiatan Tanggal Ramadhan Ket


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29

1 Sholat 5 Waktu
2 Sholat Tarawih
3 Sholat Duha
4 Aku Senang Berinfak
5 Membaca Al-Qur’an
6 Menghafal Al-Qur’an
7 Mengulang Hafalan Al-Qur’an
8 Merangkum Materi
9 Membaca Buku Islami
10 Menonton Film Islami
11 Berzikir
12 Olah Raga Ringan dan Berjemur
13 Membantu Orang tua
Membantu Menyiapkan Untuk
14
Berbuka
15 Aku Peduli Sesama
16 Aku Membayar Zakat

105

Anda mungkin juga menyukai