PENDAHULUAN
Berdasarkan latar belakang diatas ada beberapa masalah yang dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1
7. Bagaimana hubungan antara manusia dengan kebudayaan?
8. Apa saja contoh hubungan antara manusia dengan kebudayaan?
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
“Dan Allah menumbuhkan kamu sebagai suatu tumbuhan dari tanah, dan kemudian Dia
akan mengembalikan kamu kepadanya, Dia akan mengeluarkan kamu lagi sebagai suatu
kelahiran baru. (QS Nuh, 71: 17-18).
﴾2﴿ ِعلَق
َ سانَ ِّمن ِّ َ﴾ َۡخلَق1﴿ ِ َا ِِّق َِرا ِّباس ِّم َر ِّب َك الذِّى َۡخلَق
َ اۡلن
Artinya:
“Bacalah dengan menyebut nama tuhan mu yang menciptakan, dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. (QS Al-Alaq : 1-2)
Manusia tersusun dari dua unsur, yakni tubuh kasar dan roh halus. Dengan
tubuhnya manusia dapat bergerak dan merasakan segala sesuatu.1
Menurut Dr.M.Utsman Najati: kata roh dalam al quran mempunyai berbagai arti.
Arti roh yang terdapat dalam ayat-ayat alquran yang menguraikan tentang penciptaan
Adam AS, ialah roh ciptaan Allah yang membuat manusia siap untuk mempunyai sifat-
sifat yang luhur dan mengikuti kebenaran. Ia adalah unsur tinggi yang di dalam nya
1
Sayid Sadiq, Akidah Islam, Pola Hidup Orang Beriman, (Bandung: CV Diponegoro, 1978),hlm.365.
3
terkandung kesiapan manusia untuk merealisasikan hal-hal yang paling luhur dan sifat-
sifat yang paling suci. Ialah yang membuat manusia siap untuk membumbung tinggi dalam
hidup, merencanakan garis-garis, metode yang harus diikutinya, dan menyempurnakan
kemanusiaan nya dengan kecenderungan pada sumber nilai dan pengetahuan yang
membuat nya menjadi manusia yang hakiki.2
Manusia adalah salah satu makhluk hidup yang diciptakan oleh Allah dan termasuk
ciptaan yang sempurna karena manusia memiliki akal pikiran, napsu, dll. Manusia
merupakan makhluk sosial. Karena ia tidak bisa menjalani seluruh kehidupannya seorang
diri. Ia membutuhkan orang lain untuk membantu proses kehidupannya dan juga untuk
mempertahankan keturunannya. Karena memiliki napsu, manusia cenderung tidak pernah
puas atas segala sesuatu yang sudah dimilikinya. Itu yang membuat pikiran manusia
semakin maju. Karena ia akan selalu berusaha untuk memenuhi keinginannya.
a. Makhluk ciptaan tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh
Tubuh adalah materi yang dapat dilihat, diraba, dirasa, wujudnya konkrit tetapi
tidak abadi. Jika manusia itu meninggal, tubuhnya hancur dan lenyap. Jiwa terdapat di
dalam tubuh,tidak dapat dilihat, tidak dapat dirasa, sifatnya abstrak tetapi abadi. Jika
manusia meninggal jiwa akan terlepas dan akan kembali ke asalnya yaitu Tuhan, dan
jiwa tidak mengalami kehancuran. Jiwa adalah roh yang ada di dalam tubuh manusia
sebagai penggerak dan sumber kehidupan.
b. Mahkluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna jika dibandingkan dengan makhluk
lainnya
Kesempurnaan terletak pada adab dan kebudayaannya, karena manusia
dilengkapi oleh akal, perasaan, dan kehendak yang terdapat di dalam jiwa manusia.
Dengan akal manusia mampu menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi. Adanya
nilai baik dan buruk, mengharuskan manusia mampu mempertimbangkan, menilai dan
berkehendak menciptakan kebenaran, keindahan, dan kebaikan atau sebaliknya.
Selanjutnya, dengan adanya perasaan, manusia mampu menciptakan kesenian. Daya
rasa dalam diri manusia itu ada dua macam, yaitu perasaan indrawi dan perasaan rohani.
Perasaan indrawi adalah rangsangan jasmani melalui pancaindra, tingkatnya rendah dan
2
DR.M. Utsman Najali, al-Quran dan Ilmu Jiwa, (Penerbit Pustaka: Bandung, 1985),hlm.243.
4
terdapat pada manusia atau binatang. Perasaan rohani adalah perasaan luhur yang
terdapat pada manusia, misalnya:
1. Perasaan intelektual
2. Perasaan estesis
3. Perasaan etis
4. Perasaan social
5. Perasaan diri
6. Perasaan religious
c. Makhluk biokultural, yaitu makhluk hayati yang budayawi
Manusia adalah produk dari saling tindak atau interaksi factor factor hayati dan
budayawi. Sebagai makhluk hayati, manusia dapat dipelajari dari segi-segi anatomi,
fisiologi atau faal, biokimia, psikobiologi, patologi, genetika, biodemografi, evolusi
biologisnya, dan sebagainya. Sebagai makhluk budayawi manusia dapat dipelajari dari
segi-segi kemasyarakatan, kekerabatan, psikologi social, kesenian, ekonomi, perkakas,
bahasa, dan sebagainya.
d. Makhluk ciptaan Tuhan yang terikat dengan lingkungan, mempunyai kualitas dan
martabat karena kemampuan bekerja dan berkarya.
Hidup manusia mempunyai tiga taraf, yaitu estetis, etis, dan religius. Dengan
kehidupan estetis manusia mampu menangkap dunia sekitarnya sebagai dunia yang
mengagumkan dan mengungkapkan kembali karya dalam lukisan, tarian, nyanyian
yang indah. Dengan etis, manusia meningkatkan kehidupan estetis ke dalam tingkatan
manusiawi dalam bentuk-bentuk keputusan bebas dan dipertanggungjawabkan. Dengan
kehidupan religious, manusia menghayati pertemuannya dengan Tuhan. Semakin dekat
seseorang dengan Tuhan, semakin dekat pula ia menuju kesempurnaan dan semakin
jauh ia dilepaskan dari rasa kekhawatiran. Semakin mendalam penghayatan terhadap
Tuhan semakin bermakna pula kehidupannya.
Menurut bahasa, kebudayaan adalah hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Kata
kebudayaan berasal dari kata sansekerta, budhayah ialah bentuk jamak dari buddhi yang
berarti budi atau akal. Adapun kata culture (Bahasa inggris) yang artinya sama dengan
kebudayaan, yang berasal dari kata latin colere yang berarti mengolah, mengerjakan,
5
terutama mengolah tanah atau bertani.3 Dengan demikian Kebudayaan adalah hasil karya
cipta (pengelolaan, pengerahan dan pengarahan terhadap alama oleh) manusia dengan
kekuatan jiwa (pikiran, kemauan, intuisi, imajinasi, dan fakultas-fakultas ruhaniah
lainnya) dan raganya yang menyatakan diri dalam berbagai kehidupan (hidup ruhaniah)
dan penghidupan (hidup lahiriah) manusia,sebagai jawaban atas segala tantangan, tuntutan
dan dorongan dari intern diri manusia, menuju arah terwujudnya kebahagiaan dan
kesejahteraan (sepiritual dan material) manusia, baik “individu” maupun “masyarakat”
ataupun “individu dan masyarakat”.
Kebudayaan suatu bangsa pada prinsip nya adalah realitas yang majemuk. Oleh
karena nya potret kemajemukan budaya suatu bangsa hampir di pastikan adanya. Hanya
bagi masyarakat yang tergolong kecil sajalah yang dapat berkembang tanpa memiliki
pluralitas budaya sama sekali. Dengan kata lain, banyak nya pola kehidupan yang tidak
memberi ruang kepada masyarakat nya untuk berkereasi dan berimajinasi subjektif
berdasarkan pengalaman kehidupan nya. Padahal masyarakat yang berbudaya adalah
masyarakat yang berangkat dari kemandirian subjektif itu, dan dari sana lah kemajemukan
atau apa yang di sebut dengan pluralitas menjadi suatu keniscayaan adanya.4 Beberapa
Definisi tentang kebudayaan oleh budayawan indonesia:
1. Soenarjo Kolopaking dalam perasaranya “kebudayaan atau culture ialah totalitet dari
pada milik dan hasil usaha (prestatie) manusia yang diciptakan oleh kekuatan jiwa nya
dan oleh proses saling mempengaruhi antara kekuatan-kekuatan jiwa tadi diantara jiwa
manusia yang satu dengan yang lain”.
2. M.Nasroen dalam definisinya kebudayaan adalah “hasil yang nyata dari pertumbuhan
dan perkembangan rohani dan kecerdasan suatu bangsa”.
3. Prijono, prasaran mengenai kebudayaan Nasional “secara formil kata kebudayaan itu
mungkin berasal dari budaya, jamak dari budi yang telah lazim kita pakai dalam
indonesia dan bahasa-bahasa daerah kita dalam bentuk budi. Jika demikian kebudayaan
dapat diartikan. “Segala hasil manusia atau hasil dari segala budi manusia”.
4. S.T Alisahbana kebudayaan adalah manifestasi dari suatu bangsa.
5. DR.M. Hatta kebudayaan adalah ciptaan hidup dari suatu bangsa.
3
Rohiman Notowidagdo, Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan Al-Quran dan Hadits, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada), hlm.24.
4
Roibin, Relasi Agama & Budaya Masyarakat Kontemporer, (Malang: UIN-Malang Press), hlm.5.
6
6. E.B. Tylor (Inggris), dalam buku yang berjudul: primitive culture, mendefinisikan
bahwa: kebudayaan adalah keseluruhan kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan
yang lain, serta kebiasaan yang di dapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
7. Prof. DR. Koentjaraningrat kebudayaan adalah keseluruhan manusia dari kelakuan dan
hasil kelakuan yang teratur oleh tata kelakuan yang harus di dapatnya dengan belajar
dan yang semua nya tersusun dalam kehidupan masyarakat.
8. Prof. M.M Djojodigoeno, dalam bukunya: asas-asas sosiologi (1958), menyatakan
bahwa kebudayaan atau budaya adalah daya dari budi, yang berupa cipta, karsa, dan
rasa.
Cipta : kerinduan manusia untuk mengetahui rahasia segala hal yang ada dalam
pengalamannya, yang meliputi pengalaman lahir dan batin. Hasil cipta berupa berbagai
ilmu pengetahuan.
Karsa : kerinduan manusia untuk menginsafi tentang hal sangkan paran. Dari mana
manusia sebelum lahir (sangkan) dan kemana manusia sesudah mati (paran). Hasilnya
berupa norma-norma keagamaan, kepercayaan. Timbullah bermacam-macam agama,
karena kesimpulan manusia pun bermacam-macam pula.
Rasa : kerinduan manusia akan keindahan, sehingga menimbulkan dorongan untuk
menikmati keindahan. Manusia merindukan keindahan dan menolak
keburukan/kejelekan. Buah perkembangan rasa ini terjelmah dalam bentuk berbagai
norma keindahan yang kemudian menghasilkan bermacam kesenian.5
2.4 Perubahan kebudayaan
Terjadinya perubahan kebudayaan di sebabkan beberapa hal:
1. Sebab-sebab yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri misalnya
adanya perubahan jumlah dan komposisi penduduk
2. Sebab-sebab perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup. Masyarakat
yang hidup nya terbuka, yang berada dalam jalur-jalur perhubungan dengan masyarakat
dan kebudayaan lain, cenderung untuk berurah secara lebih ketat.
Perubahan kebudayaan ialah perubahan yang terjadi didalam sistem ide yang
dimiliki bersama oleh para warga atau oleh sejumlah warga masyarakat yang
bersangkutan, antara lain aturan-aturan, norma-norma yang digunakan sebagai pegangan
dalam kehidupan, juga teknologi, selera, rasa keindahan(kesenian) dan bahasa.
5
Rohiman Notowidagdo, Op.Cit, hlm 25-27.
7
Salah satu bentuk proses perubahan sosial yang terwujud di dalam masyarakat
dengan kebudayaan primitif dengan kebudayaan yang kompleks(maju) adalah proses
imitasi, yang dilakukan generasi muda terhadap generasi yang lebih tua. Proses ini di
lakukan dengan belajar meniru yang belum tentu sempurna, bahkan tidak sempurna, dari
berbagai pola tinndakan generasi tua sehingga hasil nya berjalan lambat dan perubahan
nya baru terasa apabila sudah mencapai jangka waktu yang panjang.
Sedangkan perubahan di dalam masyarakat yang maju (kompleks) biasanya
terwujud melalui penemuan(discovery) dalam bentuk penciptaan baru (invention) dan
melalui proses difusi.
Discovery,merupakan jenis penemuan baru yang mengubah presepsi mengenai
hakikat suatu gejala mengenai hubungan dua gejala atau lebih.
Invention, adalah suatu pembuatan bentuk baru, yang berupa benda (pengetahuan)
yang dilakukan melalui proses penciptaan dan didasarkan atas pengkombinasi
pengetahuan-pengetahuan yang sudah ada mengenai benda atau gejala.
Difusi, adalah persebaran unsur-unsur kebudayaan dari suatu tempat ke tempat lain
di muka bumi, yang dibawa oleh kelompok-kelompok manusia yang bermigrasi.
Persebaran lain tanpa pindah nya kelompok-kelompok manusia, melainkan oleh individu
pembawa unsur kebudayaan tersebut ke tempat yang jauh. Misalnya penyebaran agama
islam oleh pedagang-pedagang muslim ke berbagai pelosok dunia. Bisa pula persebaran
unsur kebudayaan melalui pertemuan antar kelompok manusia.6
Manusia adalah makhluk yang paling sempurna bila di banding dengan makhluk
lain nya, mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk mengelola bumi. Oleh karena
itu manusia harus menguasai segala sesuatu yang berhubungan dengan kepemimpinan nya
di muka bumi di samping tanggung jawab dan etika moral harus dimiliki, menciptakan
nilai kebaikan, kebenaran, keadilan, dan tanggung jawab agar bermakna bagi
kemanusiaan. Selain itu manusia juga harus mendayagunakan akal budi untuk
menciptakan kebahagiaan bagi semua makhluk Tuhan.
6
Ibid, 53-55.
8
keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan
kebudayaan setelah kebudayaan tercipta maka kebudayaan mengatur kehidupan manusia
yang sesuai dengan nya.
Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat.
Masyarakat memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi dalam menjalani
kehidupan nya. Kebutuhan-kebutuhan masyarakat tersebut sebagian besar dipenuhi oleh
kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri. Karena kemampuan manusia
terbatas sehingga kemampuan kebudayaan yang merupakan hasil ciptaan nya juga terbatas
di dalam memenuhi segala kebutuhan.
Karsa masyarakat mewujudkan norma dan nilai-nilai sosial yang sangat perlu untuk
mengadakan tata tertib dalam pergaulan kemasyarakatan. Karsa merupakan daya upaya
manusia untuk melindungi diri terhadap kekuatan-kekuatan lain yang ada di dalam
masyarakat. Untuk menghadapi kekuatan-kekuatan yang buruk, manusia terpaksa
melindungi diri dengan cara menciptakan kaidah-kaidah yang pada hakikatnya merupakan
petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus bertindak dan berlaku di dalam
pergaulan hidup.
Fungsi kebudayaan adalah untuk mengatur manusia agar dapat mengerti bagaimana
seharusnya bertindak dan berbuat untuk menentukan sikap kalau akan berhubungan
dengan orang lain di dalam menjalankan hidupnya.
9
rumah. Kebiasaan menunjuk pada suatu gejala bahwa seseorang di dalam tindakan-
tindakan nya selalu ingin melakukan hal-hal yang teratur baginya.
“Dan dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian pendengaran, penglihatan dan
hati. (tetapi) sangat sedikit kamu yang bersyukur.” (QS Al-Mu’minun, 28:78)
Allah sendiri telah memberikan dorongan kepada manusia untuk memikirkan alam
semesta, mengadakan pengamatan terhadap berbagai gejala alam, merenungkan keindahan
ciptaan-Nya dan mengungkap hukum-hukum Nya di alam semesta ini. Seruan untuk
mengadakan tinjauan, pemikiran penelitian dan pembahasan ilmiah dapat di temukan
dalam berbagai tempat dalam al-qur’an :
ِّ ت َواْل َ ْر
ض َو َما ت ُ ْغنِّي اْلُيَاتُ َوالنُّذُ ُر َعن قَ ْوم ۡل ُ قُ ِّل ان
ِّ ظ ُِرواْ َماذَا ِفِّي الس َم َاوا
﴾١٠١﴿ َُيُؤْ ِّمنُون
10
Artinya:
Katakanlah : “ perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat
tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang
tidak beriman.” (QS Yunus, 10:101).
ض َِفت َ ُكونَ لَ َُه ْم قُلُوب ُيَ ِْع ِّقلُونَ ِّب ََها أ َ ْو آذَان ُيَ ْس َمِعُونَ بِّ ََها َِفِإِّن ََها َۡل تَ ِْع َمى ُ أَِفَلَ ْم ُيَس
ِّ ِّۡيِروا ِفِّي ْاْل َ ْر
﴾٤٦﴿ ُور ِّ صُد ُّ وب التِّي ِفِّي الُ ُار َولَ ِّكن تَ ِْع َمى ْالقُلُ ص َ ْاْل َ ْب
Artinya:
Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi agar mereka itu mempunyai hati yang
dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka
dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukalah mata itu yang buta, tetapi adalah hati
yang ada di dalam dada. (QS Al-Hajj, 22:46)
Dengan seruan Allah itu manusia sebagai khalifah di bumi, dengan akal budi dan
ilmu pengetahuan yang diajarkan Allah dan dari sesama manusia, manusia itu dituntut
untuk mampu menciptakan piranti kehidupannya, yaitu kebutuhan jasmani/fisik (sandang,
pangan, perumahan, peralatan teknologi) dan kebutuhan sosial (sarana ibadah, sarana
pendudukan, sarana pembangunan manusia indonesia seutuhnya, angkutan umum).
Dengan karunia Allah, dan akal budi serta cipta rasa dan karsa manusia mampu
menghasilkan kebudayaannya. Disini tampak jelas hubungan antara manusia dengan
kebudayaan, bahwa manusia sebagai penciptanya sesudah Tuhan, juga manusia sebagai
pemakai kebudayaan maupun sebagai pemelihara atau sebaliknya sebagai perusak nya.7
Menurut C.A van Peursen perkembangan kebudayaan manusia terjadi melalui tiga
tahapan, yaitu:
1. Tahap mitis, yaitu tahap kebudayaan dimana manusia pada saat itu merasa
kehidupannya dikepung oleh kekuatan-kekuatan gaib yang ada di sekitarnya, seperti
kekuasaan dewa-dewa dan kekuatan-kekuatan gaib di sekitarnya. Dalam menjalani
aktifitas sehari-hari manusia banyak memuja kekuatan-kekuatan ini. Semua kejadian
alam selalu di hubungkan dengan kekuatan-kekuatan gaib. Bahkan manusia bergantung
dan menyerahkan nasibnya pada kekuatan ini.
7
Ibid, 22-24.
11
2. Tahap ontologis, yaitu suatu tahap kebudayaan dimana manusia mulai beranjak dari
hal-hal yang baik, mitos-mitos dan dewa-dewa. Pada tahap ini manusia mulai merasa
penasaran. Ia tak puas lagi dengan menyerahkan nasib dan segala kejadian alam kepada
hal-hal yang gaib. Ia ingin meneliti dengan usaha dan akal pikiran nya atas semua hal
yang terjadi dalam kehidupan nya. Manusia mulai menemukan cara dan alasan yang
lebih realistis atas semua realitas yang ia hadapi.
3. Tahap fungsionil, yaitu suatu tahap kebudayaan dimana manusia sudah benar-benar
menjauhkan diri dari segala mitos dan kekuatan-kekuatan gaib. Pada tahap ini manusia
benar-benar menjadi subjek dari alam semesta. Ia tak lagi menyandarkan hidupnya pada
kekuatan gaib dan menyikapi segala kenyataan secara rasional. Manusia benar-benar
menggunakan secara maksimal kemampuan nya sendiri untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Tahap ketiga inilah yang disebut dengan tahap modern.8
8
Yusron Razak, dkk, Pendidikan Agama Untuk Perguruan Tinggi & Umum, (Jakarta: UHAMKA PRESS), hlm.7.
12
5. Kebudayaan berdasarkan profesi
Misalnya kepribadian seorang dokter berbeda dengan kepribadian seorang pengacara
dan itu semua berpengaruh pada suasana kekeluargaan dan cara mereka bergaul.
Contoh lain seorang militer mempunyai kepribadian yang sangat erat hubungan nya
dengan tugas-tugasnya keluarganya juga sudah biasa berpindah tempat tinggal.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi kebudayaan merupakan hasil ciptaan manusia yang didalamnya mengandung banyak
unsur-unsur dalam kehidupan dan selalu mengalami perubahan dan perkembangan dari
generasi ke generasi dan di tempat-tempat yang berbeda. Semua itu di pengaruhi oleh
perkembangan hidup manusia yang juga selalu berubah-ubah, karna manusia mempunyai
hubungan yang erat bahkan tidak bisa di pisahkan dengan kebudayaan. Manusia juga berhubungan
erat dengan kebudayaan yang ada pada lingkungan sekitarnya. Karena kebudayaan
tersebut merupakan cara beradaptasi untuk mengatur hubungan antar manusia.
3.2 Saran
Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya
dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya
makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga
makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para mahasiswa universitas pada
umumnya.
14
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran dan Terjemahnya. 2002. Departemen Agama RI. Jakarta: CV Darus Sunnah.
Notowidagdo, Rohiman. 2002. Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan Al-Quran dan Hadits.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Razak, Yusron. dkk. 2009. Pendidikan Agama Untuk Perguruan Tinggi & Umum. Jakarta:
UHAMKA PRESS.
Roibin. 2009. Relasi Agama & Budaya Masyarakat Kontemporer. Malang: UIN-Malang Press.
Sadiq, Sayid. 1978. Akidah Islam, Pola Hidup Manusia Beriman. Bandung: Penerbit
Diponegoro.
Utsman Najali, Dr. M. 1985. Al-Quran dan Ilmu Jiwa. Bandung: Penerbit Pustaka Salman ITB.
15
16