Anda di halaman 1dari 11

a.

Judul
“Budaya Tato pada Masyarakat Suku Mentawai”
b. Latar belakang
Keanekaragaman budaya dari Sabang sampai Merauke merupakan asset
Nusantara yang tak ternilai harganya, sehingga harus dilestarikan. Sayangnya,
masih banyak anak bangsa yang tidak mengetahui ragam budaya daerah lain di
Indonesia, salah satunya budaya tato di Mentawai, Sumatra Barat. Di Indonesia,
jenis tato tertua adalah tato yang dimiliki oleh suku Mentawai, dan tato tersebut
biasanya hanya berbentuk huruf. Di kalangan pelaku kriminal, tato adalah
penanda. Mereka memanfaatkan tato untuk menunjukkan identitas kelompok.
Tapi, ada juga tato yang memiliki sejarah sebagai alat ritual. Fungsi tatto dalam
suku mentawai adalah :
1. Jati diri, status sosial dan profesi
Seorang pemburu memiliki tantto bergambarkan hewan buruan seperti
babi, rusa, kera, burung, buaya. Sedangkan seorang dukun memiliki tantto
yang bergambarkan binatang sibalu-balu dan lain-lain.
2. Simbol keseimbangan alam
Orang suku mentawai sangat menghormati alam karena mereka hidup
tergantung kepada alam. Hal ini dideskripsikan dengan bentuk tatto yang
bergambarkan pohon, matahari, hewan, batu dan sebagainya.
3. Keindahan
Suku mentawai merupakan masyarakat yang memiliki sitra seni tinggi
maka tidak heran bila mereka menjadikan tatto sebagai media untuk
mengekspresikan keindahan. Berbagai macam gambar menghiasi tubuh
mereka sesuai kreativitas seperti pedang, daun, dan sebagainya.
4. Pakaian abadi
Mereka mentatto hingga sekujur tubuh mereka konon agar kelak setelah
meninggal mereka saling mengenali leluhur mereka.
c. Permasalahan (data atau fenomena)
d. Hubungan judul dengan permasalahan
Proses pembuatan tato dilakukan dengan alat yang tradisional. Motif tatto
merupakan simbol khusus atau identitas budaya. Tubuh yang akan ditatto terlebih
dahulu digambar motif dengan menggunakan lidi. Motif garis – garis yang
merupakan motif khas tato mentawai tidak boleh sembarang dotorehkan
melainkan mengikuti rumusan jarak tertentu. Motif yang sudah selesai digambar
kemudian ditusuk dengan jarum bertangkai kayu. Jarumnya biasa terbuat dari
tulang hewan atau kayu yang diruncingkan. Jarum kemudian dipukul pelan
dengan kayu agar zat pewarna masuk ke lapisan kulit. Zat pewarna tato terbuat
dari tebu dan arang tempurung kelapa.
Pembuatan tato dimulai dari telapak tangan, tangan, kaki lalu tubuh. Tato suku
Mentawai disebut titi, sedangkan yang membuat tato disebut sipatiti atau sipaniti.
Biasanya sipatiti diberikan seekor babi atau ayam sebagai balas jasa atas apa yang
mereka kerjakan.
Sebelum melakukan pembuatan tato harus dilakukan upacara dan pantangan
(punen) yang dipimpin oleh sikerei. Tuan rumah harus menyembelih babi atau
ayam.

KESENIAN SUKU MENTAWAI

http://eprints.walisongo.ac.id/3933/3/104211030_Bab2.pdf
http://triadeviayumi.blogspot.co.id/2012/11/kesenian-suku-mentawai-kesenian-
dalam.html

https://www.academia.edu/3804945/TATO_DALAM_SEBUAH_GENERASI

https://books.google.co.id/books?id=3cdPCwAAQBAJ&pg=PA26&lpg=PA26&d
q=jurnal+tato+suku+mentawai&source=bl&ots=T1aNxcrfNu&sig=o60TdC36KT
TZo3EQI4LBz48-
dgk&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiC6LXE793LAhUFmJQKHePMAwEQ6AEI
HzAB#v=onepage&q=mentawai&f=false

http://bejobakteri.blogspot.co.id/2013/03/makalah-kebudayaan-tato-
mentawai.html

http://sitinurlaelakh.blogspot.co.id/2015/11/budaya-tato-pada-masyarakat-
suku.html

http://benuoye.blogspot.co.id/2010/04/makalah-suku-mentawai.html

Proses Dan Ritual Tato Mentawai

a. Teknis pembuatan tato mentawai

Proses pembuatan tato pun tidak boleh sembarangan melainkan mengikuti


sejumlah prosedur adat yang mereka percayai dan memakan waktu yang lama.
Tahap persiapannya saja bisa sampai berbulan-bulan. Sejumlah upacara dan
pantangan (punen) harus dilewati atau dilakukan sebelum proses tato dilakukan.
Melewati tahapan tersebut pun bukanlah hal yang mudah, sekalipun bagi orang
suku Mentawai sendiri

Sebelum ditemukan logam dan jarum besi, pembuatan tato di mentawai


mempunyai kemiripan dengan penatoan di daerah Polynesia. Alat pahat terbuat
dari tulang binatang, cangkang, kerang mutiara, ataupun gigi hiu. Peralatan tato
terdiri dari satu buah jarum, kayu kcil yang halus untuk pemukul, dan batok
kelapa. Sebelum ditato, tubuh akan disketsa sesuai dengan ganbar yang
diinginkan. Kemudian, sketsa tersebut akan ditusuk dengan jarum yang berasal
dari duri yang diberi tangkai kayu. Tangkai kayu ini dipukul pelan-pelan dengan
kayu pemukul untuk memasukkan zat warna kedalam lapisan kulit. Pewarna yang
dipakai adalah campuran daun pisang, arang tempurung kelapa dicampur dengan
air tebu.

Langkah pertama adalah membuat garis gambar dikulit dengan jelaga dari asap
lampu. Cara memperoleh jelaga adalah dengan menyulut lampu, kemudian di atas
api lampu tersebut dtutupi dengan bato kelapa sehingga batok kelapa bagian
dalam berwarna hitam. Jelaga tersebut kemudian dilumuri dengan jelaga
kemudian diletakkan kekulit agar tertera.

Langkah kedua adalah membuat formula dengan cara mencampur jelaga yang ada
di batok kelapa dengan air tebu, kemudian ditempelkan dijarum. Jarum yang
sudah dilekatkan formula kemudian ditancapkan sedikit demi sedikit ke kulit.
Kemudian, jarum dipukul-pukul dengan alat yang berbentuk kayu kecil. Jarum
dengan peganganya digenggam dengan tangan kanan, sedangkan pemukul dengan
tangan kiri. Arah jarum mengikuti garis gambar yang telah tertera pada kulit.
Pemukulan dilakukan secara perlahan agar jarum dapat masuk ke dalam kulit
hingga berdarah. Permukaan kulit sering menjadi berdarah dan berwarna
kebiruan. Memang sangat menyakitkan, namun karena diadakan dalam suatu
upaya ritual dan penuh magis (dalam punen patiti), pembuatan tato tersebut
tidaklah terlalu menyakitkan bagi anak-anak yang ditato. Namun demikian,
biasanya selesai pembuatan tato, orang yang ditato akan mengalami demam
selama beberapa hari.

B. Ritual tato mentawai

Proses pembuatan tato mentawai melewati proses ritual , dan memakan waktu
yang cukup lama, karena bagian dari kepercayaan Arat Sabulungan (kepercayaan
kepada roh-roh). Sebelum melaksanakan ritual mentato, dilaksanakan sebuah
upacara adat yang disebut “PunenKepa”, yang bertujuan untuk menyingkirkan
pengaruh jahat dan ancaman akan adanya pertumpahan darah terhadap kampung
yang mereka huni.

Acara puncak punen adalah dengan melakukan perjalanan ke Pulau Siberut


sebagai asal orang Mentawai, acara itu disebut‘Bulepak’, ke sana naik sampan
sampai 40 orang, jika sudah kembali dengan selamat menempuh ombak yang
besar dari Siberut dengan membawa manik-manik khas Siberut, maka semua
warga suku sudah boleh menato diri.Membuat tato di Mentawai dilakukan tiga
tahap. Tahap pertama pada saat seseorang berusia 11-12 tahun, dilakukan
pentatoan dibagian pangkal lengan. Tahap kedua usia 18-19 tahun dengan menato
bagian paha. Tahap ketiga setelahdewasa.Anak laki-laki yang menginjak usia 11-
12 tahun atau sudah akilbalik dipanggilkan dukun (Sikerei) oleh orangtuanya dan
kepala suku (Rimata), mereka merundingkan waktu pelaksanaan mentato, jika
sudah disepakati hari dan bulan, baru dipanggilkan si pembuat tato (Sipatiti),
sipatiti harus seorang lelaki dan tidak boleh perempuan.

Arat sebulungan dipakai dalam setiap upacara kelahiran, perkawinan, pengobatan,


pindah rumah dan pentatoan. Ketika anak lelaki memasuki akil balig pada usia
11-12 tahun, orang tua memanggil sikerei dan rimata atau kepala suku kemudian
akan berunding menentukan hari dan bulan pelaksanaan penatoan. Setelah itu
akan dipilih seorang sipaiti atau seniman tato. Sipaitisebuah jabatan berdasarkan
pengangkatan masyarakat, seperti dukun, melinkan profesi, dan hanya boleh
dijalankan oleh laki-laki. Keahliannya harus dibayar dengan seekor babi.

Sebelum penatoan akan dilakukan punen enegat atau upacara inisiasi yang
dipimpin oleh sikerei, diputurukat atau galeri milik sipaiti. Setelah itu tubuh anak
yang akan ditato itu mulai digambar dengan lidi. Sketsa diatas tubuh itu kemudian
ditusuk dengan jarum bertangkai kayu. Tangkai kayu ini dipukul pelan-pelan
dengan kayu pemukul untuk memasukkan zat warna kedalam lapisan kulit.
Pentatoan awal atau paypay sakoyuan itu dilakukan dibagian pangkal lengan.
Ketika seorang anak menginjak dewasa, tatonya akan dilanjutkan dengan pola
durukat didada, titik takep ditangan, titi rere pada paha dan kaki titi puso diatas
perut kemudian titi teytey pada pinggang dan punggung. Pada akirnya seluruh
tubuh orang mentawai akan dipenuhi oleh tato.

Pembuatan tato sendiri melewati proses ritual, karena bagian dari kepercayaan
erat Sabulungan (kepercayaan kepada roh-roh). Bahan-bahan dan alat yang
digunakan didapat dari alam sekitarnya. Hanya jarum yang digunakan untuk
perajah yang merupakan besi dari luar. Sebelum ada jarum, alat pentatoan yang
dipakai adalah sejenis kayu karai, tumbuhan asli Mentawai, yang bagian ujungnya
diruncingkan. Tubuh bocah yang akan ditato itu lalu mulai digambar dengan lidi.
Sketsa di atas tubuh itu kemudian ditusuk dengan jarum bertangkai kayu yang
dipukul pelan-pelan dengan kayu pemukul untuk memasukkan zat pewarna ke
dalam lapisan kulit. Pewarna yang dipakai adalah campuran daun pisang dan
arang tempurung kelapa. Janji Gagak Borneo merupakan tahap penatoan awal,
dilakukan di bagian pangkal lengan. Ketika usianya menginjak dewasa, tatonya
dilanjutkan dengan pola durukat didada, titi takep di tangan, titi rere pada paha
dan kaki, titi puso di atas perut, kemudian titi teytey pada pinggang dan
punggung. Proses pembuatan tato memakan waktu dan diulang-ulang. Tentu saja
menimbulkan rasa sakit dan bahkan menyebabkan demam. Ditemukan juga
bahwa tato pada masyarakat Mentawai berhubungan erat dengan budaya dongson
di Vietnam.

Diduga, dari sinilah orang Mentawai berasal. Dari negeri moyang itu, mereka
berlayar ke Samudra Pasifik dan Selandia Baru. Akibatnya, motif serupa ditemui
juga pada beberapa suku di Hawaii, Kepulauan Marquesas, suku Rapa Nui di
Kepulauan Easter, serta suku Maori di Selandia Baru. Di Indonesia, tato orang
mentawai lebih demokratis dibandingkan pada masyarakat dayak yang lebih
cenderung menunjukkan status kekayaan seseorang makin bertato, makin kaya.
Dalam keyakinan masyarakat Dayak, contohnya bagi Dayak Iban dan Dayak
Kayan, tato adalah wujud penghormatan kepada leluhur. Kepimimpinan yang
jelas, tercermin dalam sistem religi, semua upacara-upacara tradisional mereka
yang beragam, dipimpin oleh seorang Kerei atau Sikere (dukun, tokoh spritual).
Agama asli orang Mentawai, Arat Sabulungan, percaya bahwa segala sesuatu
punya roh masing-masing yang sama sekali terpisah dari raganya dan bebas
berkeliaran di alam luas. Kekuatan terselubung dalam suatu benda yang bisa
mengganggu manusia, mereka sebut ’bajao’. Karenanya harus diadakan upacara
“pulaijat” (pembersihan uma) di waktu tertentu (selama 1 minggu, bahkan lebih).
Selama itu mereka terkena aturan punen (ritual pelarangan mengerjakan tabu yang
berkaitan dengan pulaijat).

Prosesi tato dimulai dengan “Punen Enegat’ atau upacara inisiasi yang dipimpin
oleh seorang sikerei, bertempat di “Putukurat” yaitu tempat khusus penatoan milik
Sipatiti. Tubuh anak laki-laki yang akan ditato itu mulai digambar dengan lidi,
setelah sketsa gambar selesai, jarum yang terbuat dari kayu kerei ditusuk-tusukan
kebagian kulit yang akan ditato secara berulang-ulang sesuai dengan sketsa, lalu
pewarna akan masuk ke lapisan kulit dan akan terserap permanen di kulit, dan
proses mentato selesai.

Tato Mentawai, seperti juga tato tradisional lainnya, diwariskan dengan pola-pola
dan motif yang sama secara turun temurun. Sehingga tidak akan ada
perkembangan maupun perubahan, karena setiap tato sudah memiliki arti, makna
dan aturan-aturannya tersendiri.

Motif – motif dan design tato Mentawai tidak diciptakan untuk ditorehkan pada
tubuh secara tunggal atau berdiri sendiri, melainkan didesign lengkap untuk
seluruh bagian tubuh yaitu dada, punggung, sisirusuk, perut, lengan tangan,
pinggul, pantat, paha, betis, kaki, leherdan wajah.Keseluruhan motif dan design
terdiri dari garis-garis geometricalsederhana yang melintang diberbagai bagian
tubuh dan berakhirdengan garis-garis kurva pada kedua belah pipi wajah.

Motif tato suku Mentawai antara lain :

• Pohon, gunung, matahari, hewan, batu merupakan wujud penghormatan suku


Mentawai terhadap alam

• Babi, rusa, kera, burung, buaya, melambangkan seseorang pemburu binatang,


sesuai dengan hewan apa yang diburu.
• Alat perang dan daun beraneka motif merupakan hasil kreatifitas mereka sendiri.
Elemen utama dari design keseluruhan adalah garis sentral yang mengarah ke
dagu, kemudian menuju kebagian atas area rambut kemaluan, garis ini kadang
terputus dan mengarah menuju pundak danbahu yang bercabang kebagian tubuh
atas lainnya. Terlihat jelas pada bagian dada yang menyimbolkan bunga pohon
sagu.Elemen garis pada kaki bermakna batang pohon utama, garisputus – putus
yang panjang pada lengan turun kebawah menuju pergelangan tangan
melambangkan cabang – cabang pohon.

Motif tato Mentawai dibedakan menurut kampung dan klan. Garis-garis yang
terdapat pada motif tato Mentawai juga memiliki rumusan jarak tertentu, yang
biasanya dibedakan dengan jarak satu jari, dua jari, tiga jari, dan seterusnya.
Dalam bahasa Mentawai, tato disebut dengan Titi. Pembuat tato di Mentawai
dikenal dengan sebutan Sipatiti atau Sipaniti, yang berbeda dengan Sikerei, atau
dukun adat Mentawai. Sikerei merupakan orang yang sangat dihormati karena ia
merupakan pemuka adat, dukun, tabib, sekaligus tetua di sana. Sedangkan
Sipatiti/Sipaniti merupakan sebuah profesi semacam tattoo artist yang dihargai
dengan cara dibayar. Biasanya setiap satu sesi atau satu pertemuan,
Sipatiti/Sipaniti dibayar dengan satu babi atau beberapa ekor ayam.

Tidak semua orang Mentawai memiliki keahlian mentato. Profesi Sipatiti/Sipaniti,


meski tidak diangkat secara adat, tetapi mereka dipercaya oleh masyarakat
Mentawai dan hanya dijalani oleh orang-orang tertentu yang memiliki keahlian
dasar mengenai tato. Makna-makna yang terdapat dalam simbol tattoo Mentawai
sangat dipengaruhi oleh kepercayaan animisme, dan juga terkait dengan
kebudayaan Neolitikum, yang hingga kini masih dipraktekkan oleh sebagian
masyarakat Mentawai.’

Fungsi Kebudayaan Tato Bagi Masyarakat Mentawai

Tato Mentawai luar biasa dan unik, memenuhi seluruh tubuh dari kepala
sampaikaki, dan sarat dengan simbol dan makna. Bagi orang Mentawai, tato
merupakan roh kehidupan. Menurut Ady Rosa, yang pada 1992 menelusuri pusat
kebudayaan Mentawaidi Pulau Siberut, ada sedikitnya empat kedudukan atau
fungsi tato pada suku Mentawai.

1. Fungsi Sosial

Tato memiliki fungsi untuk menunjukkan jati diri dan perbedaan status sosial atau
profesi. Misalnya, tato dukun atau sikerei berbeda dengan tato ahliberburu. Ahli
berburu dikenal lewat gambar binatang tangkapannya, seperti babi,rusa, kera,
burung, atau buaya. Sikerei diketahui dari tato bintang sibalu-balu dibadannya

2. Fungsi Kosmologis

Bagi masyarakat Mentawai, tato juga memiliki fungsi sebagai simbol


keseimbangan alam. Bagi suku Mentawai, benda-benda seperti batu, hewan,
dantumbuhan harus diabadikan di atas tubuh. Mereka menganggap semua benda
itumemiliki jiwa.

3. Fungsi Estetis

Fungsi tato yang lain adalah keindahan atau memiliki fungsi estetis.
Selainmentato tubuh mereka dengan simbol-simbol tertentu, masyarakat
Mentawai jugaboleh mentato tubuh sesuai dengan kreativitasnya. Suku Mentawai
pun bolehmenorehkan tato pada orang di luar suku Mentawai, sebagai bentuk
seni.

4. Fungsi Religius

Kedudukan atau fungsi tato yang menjadi dasar adalah fungsi religius,yang
berhubungan dengan kepercayaan suku Mentawai, yaitu Arat Sabulungan.Istilah
Arat Sabulungan berasal dari kata sa atau sekumpulan, dan bulung atau daun. Arat
Sabulungan diartikan sebagai sekumpulan daun yang dirangkai dalamlingkaran
yang terbuat dari pucuk enau atau rumbia, yang diyakini memiliki tenaga gaib
kere atau ketse. Inilah yang kemudian dipakai sebagai media pemujaan terhadap
Tai Kabagat Koat atau Dewa Laut, Tai Ka-leleu atau rohhutan dan gunung, dan
Tai Ka Manua atau roh awang-awang.
Tetapi dewasa ini kebiasaan pembuatan tato pada orang mentawai mulai
berangsur-angsur hilang, terutama pada anak-anak muda mentawai. Untuk
menunjukkan jati diri sebagai anak mentawai, mereka hanya menato sebagian
kecil tubuh. Sehingga diperkampungan mentawai yang lebih maju, seperti pulau
sipagai dan sipora, dua pulau besar dikepulauan mentawai, kita tidak lagi bisa
menemukan tradisi ini. Peralihan Ini disebabkan karena modernisasi yang mulai
berkembang di kepulauan mentawai. Mungkin tradisi ini akan hilang jika tidak
segera ditangani dengan konsep pelestarian adat dan budaya yang jelas.

Kini seni tato Mentawai terancam punah; hanya sebagian kecil saja suku
Mentawai yang masih menato tubuh mereka. Padahal pada zaman dahulu, tato
merupakan seni rajah tubuh yang populer dan “dikenakan” baik bagi bagi laki-laki
maupun perempuan Mentawai. Beberapa suku Mentawai yang masih
mempraktekkan seni tato tubuh dapat ditemui di pedalaman Pulau Siberut, seperti
di Desa Madobak, Ugai, dan Matotonan.

Ancaman punahnya seni tato ini diakibatkan oleh beberapa faktor. Selain karena
perkembangan zaman dan masuknya ajaran agama ke kelompok Suku Mentawai
yang dulunya animisme, tato Mentawai pernah pula melewati masa pemusnahan
lewat peratuhan pemerintah sekitar tahun 1980. Ratusan motif tato khas Mentawai
yang pernah dilukiskan di tubuh penduduk asli Mentawai pun tidak sempat
terdokumentasikan.

Tradisi tato bagi laki-laki ini perlahan tenggelam sejalan dengan larangan
mengayau.Setelah ada pelarangan itu, Mentawai karena sejak tahun 1950,
pemerintah melarang suku Mentawai melanjutkan tradisi mentato ini karena
dianggap sebagai suatu kepercayaan animisme dan mewajibkan masyarakat
Mentawai memilih dan memeluk 5 agama yang ada di Indonesia

BAB III

KESIMPULAN
Dapat disimpulkan seni rakyat adalah keindahan sebuah grup, identitas, dan
berharga. Ciri khas manusia adalah kemampuannya menciptakan simbol yang
mempunyai makna tertentu, maka manusia disebut animal simbolicum (Earnest
Cassiers, 1994).

Simbol merupakan salah satu bahasa nonverbal karena menggunakan lambang


berupa benda, lukisan, binatang, sebagai contoh adalah tato. Tato adalah salah
satu simbol mengekspresikan kebudayaan dan merupakan seni yang dapat dilihat.
Melalui tato, beberapa suku di dunia dapat mengekspresikan apa yang mereka
harapkan dalam hidup. Itu berarti tato menjadi salah satu alat yang dipergunakan
masyarakat untuk mengungkapkan suara hati mereka dan menyampaikan ide.
Tato juga dapat menjadi suatu simbol untuk mengidentifikasikan bahasa di dalam
suatu kelompok masyarakat tertentu karena tato dapat mengartikan sesuatu. Tato
yang terdapat dalam perseorangan maupun suku-suku tertentu mempunyai makna
dan fungsi yang berbeda, simbol yang digunakan untuk membuat tato biasanya
sangat sederhana dan diambil dari kebudayaan asli mereka

Anda mungkin juga menyukai