Anda di halaman 1dari 11

IDENTITAS BUDAYA

“Makna Tato Suku Dayak”


Artikel ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Studi Budaya

Disusun oleh :
Ary Dwi Febrianto 08220239
Atik Rosikhoh 08220284
Aristantia S.W 08220292
Desy Ika S.L 08220272
Endrip Wahyutama 08220136
Elya Ardani 08220305
Faisal Renaldi PEY 08220285
Faustine C.F. 08220352
Kiki Komaria E. 08220364
Priyuda Anangga D. 08220230
Rudi Hendra P. 08220238
Stivani Erdha A. 08220235
Yeti Ikawati 08220294

Ikom VI B

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2011
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tato seni menghias tubuh yang saat ini berkembang pesat, teryata memiliki sejarah
yang panjang. Kata “tato” berasal dari kata Tahitian / tatu.yang memiliki arti :
menandakan sesuatu. Rajah atau Tato adalah suatu tanda yang dibuat dengan
memasukkan pigmen kedalam kulit. Dalam istilah teknis, rajah adalah implantasi pigmen
micro. Rapat dapat dibuat terhadap kulit manusia atau hewan. Rajah pada manusia adalah
suatu bentuk modifikasi tubuh, sementara pada hewan umumnya digunakan sebagai
identifikasi.

Rajah merupakan praktik yang ditemukan hampir disemua tempat dengan fungsi
sesuai dengan adat setempat. Rajah dahulu sering dipakai oleh kalangan suku-suku
terasing disuatu wilayah di dunia sebagai penandaan wilayah, derajat, pangkat, bahkan
menandakan kesehatan seseorang. Rajah digunakan secara luas oleh orang-orang
Polinesia, Filipina, Kalimantan, Afrika, Amerika utara, Amerika selatan, Mesoamerika,
Eropa, Jepang, Kamboja serta Tiongkok. Walaupun pada beberapa kalangan rajah
dianggap tabu, seni rajah tetap menjadi yang populer di dunia.

Membuat tato dapat diartikan melukis / menghias tubuh dengan cara menusuk-
nusukkan jarum atau sejenisnya dengan gambar / motif / pola tertentu pada bagian lengan,
telapak tangan, betis, paha, punggung, bibir atau tempat-tempat lain pada tubuh manusia
yang tidak mengeluarkan darah (dalam jumlah besar) kemudian memberikan warna atau
tinta pada bekas tusukan.

Keberadaan marajah tubuh didalam kebudayaan dunia sudah sangat lama ada dan
dapat dijumpai di sudut dunia. Menurut sejarah, ternyata rajah tubuh sudah dilakukan
sejak 12000 tahun SM, sebagai ritual bagi suku-suku kuno seperti maori, inca, ainu,
Polynesians, dll.Tato ditemukan untuk pertama kalinya pada sebuah mumi yang terdapat
di mesir. Dan konon hal itu dianggap yang menjadikan tato kemudian menyebar ke suku-
suku di dunia. Termasuk salah satunya suku Indian di Amerika serikat dan Polinesa di
Asia. Lalu berkembang ke seluruh suku-suku dunia dan salah satunya suku dayak di
Kalimantan.

Tato dibuat sebagai suatu symbol atau penanda, dapat memberikan suatu kebanggan
tersendiri bagi si empunya dan symbol keberanian dari I pemilik tato. Sejak masa pertama
tato dibuat juga memiliki tujuan demikian. Tato dipercaya sebagai symbol
keberuntungan, status social, kecantikan, kedewasaan, dan harga diri.

Suku maori di New Zaeland membuat tato berbentuk ukiran-ukiran spiral pada wajah
dan pantat. Tato ditorehkan di wajah perempuan sebagai ritus untuk menandai tahapan
baru dalam kehidupan mereka. Hampir sama seperti di atas, orang-orang suku Nuer di
sudah memakai tato untuk menandai ritus inisiasi pada anak laki-laki. Orang-orang Indian
melukis tubuh dan mengukir kulit mereka untuk menambah kulit kecantikan atau
menunjukkan status sosial tertentu.

Di Indonesia orang-orang mentawai dikepulauan Mentawai, suku dayak di


Kalimantan, dan suku sumba di NTB, sudah mengenal tato sejak jaman dulu. Bahkan
bagi suku dayak, seseorang yang berhasil “memenggal kepala” musuhnya, dia mendapat
tato ditangannya. Begitu juga bagu suku mentawai, tatonya tidak dibuat sembarangan.
Sebelum pembuatan tato dilaksanakan, ada Panen Enegaf alias upacara inisiasi yang
dilakukan di puturkaf uma (galeri rumah tradisional suku mentawai). Upacara ini
dipimpin oleh sikerei (dukun). Setelah upacara ini selesai, barulah proses tato-nya
dilaksanakan.

Pada tradisi orang Dayak, tato adalah ritual tradisional yang terhubung dengan
peribadatan, kesenian dan juga pengayauan. Ia melekat di tubuh secara permanen
sehingga ia menjadi ikatan pertalian, penanda yang tidak terpisahkan hingga kematian,
selain itu juga berfungsi menunjukkan status social pemakai maupun kelompok tertentu.
Gambar dan motif tertentu pada tato yang dikenakan orang Dayak ada yang dipercaya
penggunanya merupakan cara untuk menangkal pengaruh jahat dan membawa
keselamatan.
Dalam bukunya Dragon and Hornbill, Bernard Sellato mengungkapkan bahwa selain
Dayak Tunjung dan Dayak Daratan hampir semua kelompok suku Dayak di Kalimantan
mengenal tato sebagai penanda dan identitas kelompoknya. Terutama yang mengemuka
di Kalimantan Barat adalah kaum lelaki Iban, Kayan, dan Taman. Pada orang Dayak
Kayan dan Knyah, wanita mengenakan lebih banyak tato pada tangan dan kakinya untuk
mempercantik diri.

B. Rumusan Masalah

1. Untuk mengetahui makna tato pada suku Dayak

2. Mengidentifikasi ciri-ciri dari tato tersebut


BAB II

PEMBAHASAN

Tato bagi masyarakat Dayak merupakan bagian dari tradisi, religi, status sosial
seseorang dalam masyarakat, serta bisa pula sebagai bentuk penghargaan suku terhadap
kemampuan seseorang. Karena itu, tato tidak bisa dibuat sembarangan. Ada aturan-aturan
tertentu dalam pembuatan tato atau parung, baik pilihan gambarnya, struktur sosial orang
yang ditato maupun penempatan tatonya. Bahkan yang membuat tato itupun bukan
sembarang orang.

Meski demikian, secara religi tato memiliki makna sama dalam masyarakat Dayak,
yakni sebagai “obor” dalam perjalanan seseorang dalam menuju alam keabadian, setelah
kematian. Karena itu, semakin banyak tato, “obor” akan semakin terang dan jalan menuju
alam keabadian semakin lapang. Meski demikian, tetap saja pembuatan tato tidak bisa dibuat
sebanyak-banyaknya secara sembarangan, karena harus mematuhi aturan-aturan adat.

Setiap subsuku Dayak memiliki aturan yang berbeda dalam pembuatan tato. Bahkan
ada pula subsuku Dayak yang tidak mengenal tradisi tato, seperti masyarakat Dayak Meratus
di Kalimantan Selatan (subsuku Dayak manyan). Bagi suku Dayak yang bermukim
perbatasan Kalimantan dan Serawak Malaysia, misalnya, tato di sekitar jari tangan
menunjukkan orang tersebut suku yang suka menolong seperti ahli pengobatan. Semakin
banyak tato di tangannya, menunjukkan orang itu semakin banyak menolong dan semakin
ahli dalam pengobatan.

Bagi masyarakat Dayak Kenyah dan Dayak Kayan di Kalimantan Timur, banyaknya
tato menggambarkan orang tersebut sudah sering mengembara. Karena biasanya setiap
perkampungan Dayak yang mentradisikan tato memiliki jenis motif tato tersendiri bahkan
memiliki penempatan tato tersendiri di bagian tubuh mereka yang merupakan ciri khas suku
mereka. Sehingga bagi mereka banyaknya tato menandakan pemiliknya sudah mengunjungi
banyak kampung. Jangan bayangkan kampung tersebut hanya berjarak beberapa kilometer.
Di Kalimantan, jarak antarkampung bisa ratusan bahkan ribuan kilometer dan harus ditempuh
menggunakan perahu menyusuri sungai lebih dari satu bulan. Karena itu, penghargaan pada
perantau diberikan dalam bentuk tato.
Tato bisa pula diberikan kepada bangsawan. Di kalangan masyarakat Dayak Kenyah,
motif yang lazim untuk kalangan bangsawan (paren) adalah burung enggang (anggang) yakni
burung endemik Kalimantan yang dikeramatkan. Bagi mereka burung enggang merupakan
rajanya segala burung yang melambangkan sosok yang gagah perkasa, penuh wibawa,
keagungan, dan kejayaan. Sehingga tato motif jenis ini biasanya diperuntukan hanya untuk
orang-orang tertentu saja. Adapun bagi Dayak Iban, kepala suku beserta keturunanya ditato
dengan motif “dunia atas” atau sesuatu yang hidup di angkasa. Selain motifnya terpilih, cara
pengerjaan tato untuk kaum bangsawan biasanya lebih halus dan detail dibandingkan tato
untuk golongan menengah (panyen).

Menurut Sellato, motif yang dikenakan kaum pria Dayak pada umumnya merupakan
lambang kejantanan, keberhasilan dalam perang, dan identifikasi dalam pertempuran. Motif
tato yang sering di gunakan merupakan cara untuk menangkal pengaruh jahat, penyembuhan
penyakit, dan mempunyai makna religius, serta merupakan lambang alam semesta yang
saling melengkapi. Seorang lelaki dewasa Dayak Iban yang telah berpengalaman dalam
Mengayau, ataupun perantau dan berbagai kelebihan individu segera mengenakan lambang-
lambang yang menunjukkan keperkasaannya. Ini adalah kebanggaan, prestise dan sebuah fase
yang didambakan kaum lelaki saat itu.

Bagi subsuku lainnya, pemberian tato dikaitkan dengan tradisi menganyau atau
memenggal kepala musuh dalam suatu peperangan. Tradisi ini sudah puluhan tahun tidak
dilakukan lagi, namun dulunya semakin banyak mengayau, motif tatonya pun semakin khas
dan istimewa. Tato untuk sang pemberani di medan perang ini, biasanya di tempatkan di
pundak kanan. Namun pada subsuku lainnya, ditempatkan di lengan kiri jika keberaniannya
“biasa” dan di lengan kanan jika keberanian dan keperkasaannya di medan pertempuran
sangat luar biasa. Pemberian tato yang dikaitkan dengan mengayau ini, dulunya sebagai
bentuk penghargaan dan penghormatan suku kepada orang-orang yang perkasa dan banyak
berjasa.

Tato atau parung atau betik tidak hanya dilakukan bagi kaum laki-laki, tetapi juga
kaum perempuan. Untuk laki – laki, tato bisa dibuat di bagian manapun pada tubuhnya,
sedangkan pada perempuan biasanya hanya pada kaki dan tangan. Jika pada laki-laki
pemberian tato dikaitkan dengan penghargaan atau penghormatan, pada perempuan
pembuatan tato lebih bermotif religius.
“Pembuatan tato pada tangan dan kaki dipercaya bisa terhindar dari pengaruh roh -roh
jahat atau selalu berada dalam lindungan Yang Maha Kuasa. Pada subsuku tertentu,
pembuatan tato juga terkait dengan harga diri perempuan, sehingga dikenal dengan istilah
“tedak kayaan”, yang berarti perempuan tidak bertato dianggap lebih rendah derajatnya
dibanding dengan yang bertato. Meski demikian, pandangan seperti ini hanya berlaku
disebagian kecil subsuku Dayak.

Pada suku Dayak Kayan, ada tiga macam tato yang biasanya disandang perempuan,
antara lain tedak kassa, yakni meliputi seluruh kaki dan dipakai setelah dewasa. Tedak usuu,
tato yang dibuat pada seluruh tangan. Dan tedak hapii adalah tato yang dibuat di seluruh
paha.

Sementara di suku Dayak Kenyah, pembuatan tato pada perempuan dimulai pada
umur 16 tahun atau setelah menstruasi pertama. Untuk pembuatan tato bagi perempuan,
dilakukan dengan upacara adat disebuah rumah khusus. Prosesi penatoan dengan ritualnya
kadangkala membutuhkan waktu hingga enam tahun. Ketika penatoan telah usai biasanya
diadakan perayaan demi menghindari dan meniadakan sesuatu hal buruk yang mengancam.
Jika perempuan tersebut tidak mendapat restu dari tetua adat, ia harus bersusah payah
memohon restu dari Ma kulit (koelit), perempuan yang ahli menato.

Selama pembuatan tato, semua pria tidak boleh keluar rumah. Selain itu seluruh
keluarga juga diwajibkan menjalani berbagai pantangan untuk menghindari bencana bagi
wanita yang sedang ditato maupun keluarganya.

Motif tato yang sering dipakai bagi perempuan lebih terbatas seperti gambar paku
hitam yang berada di sekitar ruas jari disebut song irang atau tunas bambu. Adapun yang
melintang dibelakan buku jari disebut ikor. tato di pergelangan tangan bergambar wajah
macan disebut silong lejau. Adapula tato yang dibuat di bagian paha. Bagi perempuan Dayak
memiliki tato dibagian paha status sosialnya sangat tinggi dan biasanya dilengkapi gelang di
bagian bawah betis. Motif tato di bagian paha biasanya juga menyerupai silong lejau.
Perbedaanya dengan tato di bagian tangan, ada garis melintang pada betis yang dinamakan
nang klinge.
Tato sangat jarang ditemukan di bagian lutut. Meski demikian ada juga tato di bagia
lutut pada lelaki dan perempuan yang biasanya dibuat pada bagian akhir pembuatan tato
dibadan. Tato yang dibuat di atas lutut dan melingkar hingga ke betis menyerupai ular,
sebenarnya anjing jadi – jadian atau disebut tuang buvong asu.

Baik tato pada lelaki atau perempuan, secara tradisional dibuat menggunakan duri
buah jeruk yang panjang dan lambat – laun kemudian menggunakan beberapa buah jarum
sekaligus. Yang tidak berubah adalah bahan pembuatan tato yang biasanya menggunakan
jelaga dari periuk yang berwarna hitam.“Karena itu, tato yang dibuat warna-warni, ada hijau
kuning dan merah, pastilah bukan tato tradisional yang mengandung makna filosofis yang
tinggi.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

• Pada dasarnya pembuatan tato pada suku Dayak di Kalimantan tidak dapat di buat
sembarangan. Ada aturan-aturan tertentu dalam pembuatan tato, baik pilihan
gambarnya, struktur social orang yang di tato maupun penempatan tatonya.

• Tato pada suku dayak merupakan salah satu contoh suatu karya seni yang dapat
menjadi identitas seseorang. Tidak hanya identitas bagi dirinya namun juga identitas
bagi suku sekaligus budaya nya. Dari lukisan lukisan tubuhnya, mereka secara tidak
langsung menceritakan siapa dirinya, siapa keturunannya, apa pangkatnya, dll.

Saran

Tato pada suku Dayak merupakan salah satu kebudayaan peninggalan bangsa
Indonesia yang memiliki nilai historis yang tinggi. Jangan sampai seni merias tubuh
tradisional ini punah oleh perkembangan zaman yang semakin mendesak kebudayaan
Indonesia. Serta kita sebagai generasi penerus bangsa hendaknya menjaga dan melestarikan
budaya tato ini, jangan sampai di akui oleh Negara lain.

Selain itu tato yang digunakan oleh suku Dayak merupakan tato yang bernilai
religious karena setiap tato mempunyai nilai filosofi tersendiri, tidak seperti tato yang
kebanyakan orang – orang gunakan. Mereka hanya menggunakan tato untuk kebutuhan
‘tren / life style’, jadi mari kita pelihara dan pertahankan identitas lokal ini menjadi identitas
nasional.
DAFTAR PUSTAKA

Pujileksono, Sugeng. 2006. Petualangan Antropologi: Sebuah Pengantar Ilmu Antropologi.


Malang: UMM Press

http://etnikprogresif.blogspot.com/2010/09/tato-dan-eksistensi-budaya-dayak.html diakses
tanggal 13 Maret 2011

WordPress.com

Id.wikipedia.org
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai