Anda di halaman 1dari 18

TERANCAM PUNAHNYA

KEBUDAYAAN TITI
SUKU MENTAWAI
Nama Anggota

Kelompok 1

04 14 19
Atika Sri Aeni Ghadis Tiranita Najmillah Shania F

21 23
Nathaniela Tsany D Petriana Jihan P
Titi Suku Mentawai

Titi(Tato) Mentawai merupakan tradisi


seni lukis tubuh bagi suku terasing di kepulauan
Mentawai. Keberadaannya terbilang sangat unik
dan luar biasa, karena penggunanya memenuhi
seluruh tubuh, mulai dari kepala hingga ujung
kaki. Bagi orang suku Mentawai, tato merupakan
busana abadi yang dapat dibawa mati. Tato ini
juga berfungsi sebagai alat komunikasi, yaitu
untuk menunjukkan jati diri dan untuk perbedaan
status sosial dalam masyarakat. Menurut catatan
peneliti tato Ady Rosa, tato Mentawai adalah
identitas yang membedakan antara klan satu
dengan lainnya
Orang-orang Mentawai juga percaya, tato merupakan
pancaran roh dari kehidupan mereka.Tentu, ragam motif yang
dilukis pada tubuh tak sembarang. Tato di Mentawai disebut
sebagai titi atau tiktik, yakni identitas. Nah, selayaknya
identitas, pada tato yang tertera tergambar mulai dari tanah
asal, status sosial, hingga seberapa hebat seorang pemburu.
Sebelum tato dilakukan, diadakan Upacara pertama
dipimpin oleh Sikerei di Puturukat (galeri milik sipatiti).
Tubuh sesorang yang akan ditattoo terlebih dulu digambar
dengan tongkat. Sketsa pada tubuh kemudian ditusuk
menggunakan jarum kayu dan dipukul perlahan-lahan dengan
tongkat kayu untuk memasukkan pewarna ke dalam lapisan
kulit. Pewarna yang digunakan adalah campuran daun pisang
dan arang tempurung kelapa.
5 Hal Menarik Seputar Tato Suku
Mentawai

1. Tatto Mentawai dinobatkan sebagai seni tatto tertua di


dunia
Tato yang dibuat oleh masyaralat Kepulauan Mentawai ini
dinobatkan sebagai tato yang memiliki umur paling tua di dunia.
Keberadaan seni lukis di atas kulit ini lahir lebih dulu dibandingkan
dengan tato Mesir yang baru dimulai 1300 SM. Suku Mentawai sudah
mulai mentato tubuh mereka sejak kedatangannya ke pantai barat
Sumatera pada Zaman Logam, 1500 SM – 500 SM. Mereka bangsa Proto
Melayu yang berasal dari daratan Asia (Indocina). Menurut para peneliti
“tato” di Indonesia, Tattoo Mentawai adalah yang tertua di dunia yang
lebih dikenal dengan sebutan Titi. Bagi masyarakat Mentawai yang
mendiami kepulauan Mentawai di dekat Sumatera, tato merupakan roh
kehidupan.
02. Tatto memiliki fungsi sebagai lambang
keseimbangan alam
Berdasarkan tradisi Mentawai, tattoo juga memiliki fungsi
sebagai simbol keseimbangan alam. Dalam tradisi orang Mentawai,
objek seperti batu, hewan, dan tumbuhan harus diabadikan di tubuh
mereka. Mereka menganggap semua hal memiliki jiwa. Fungsi lain
dari tattoo adalah seni, orang Mentawai menato tubuh mereka
sesuai dengan kreativitasnya.

03. Membuat tato Mentawai harus melalui tiga tahap


Membuat tattoo di Mentawai tidak semudah membuat
tato di studio tattoo pada umumnya. Suku Mentawai melalukakn
tiga tahap dalam pembuatannya. Tahap pertama pada saat
seseorang berusia 11-12 tahun, dilakukan pentatoan di bagian
pangkal lengan. Tahap kedua usia 18-19 tahun dengan menato
bagian paha. Tahap ketiga setelah dewasa.Proses pembuatan tato
memakan waktu dan diulang-ulang. Dan dipastikan akan
menimbulkan rasa sakit bahkan menyebabkan efek demam.
04. Bahan dan alat diperoleh dari alam

Pembuatan tato pada Suku Mentawai tidak


menggunakan mesin, alata yang digunakan masih tradisional
yang menggunakan bahan-bahan alami, seperti kayu karai
yang diruncingkan ujungnya serta pewarna yang terbuat dari
campuran daun pisang dan arang tempurung kelapa. Pigmen
karbon alami dari serpihan-serpihan dari jelaga yang bisa
didapatkan dari kayu ataupun bambu yang terbakar ataupun
jelaga dari tungku pembakaran masakan (yang menggunakan
kayu bakar tentu saja) yang dicampur dengan air perasan
batang tebu. Kedua bahan tersebut dicampur dalam
tempurung kelapa sebagai mangkok tinta tattoo yang
kemudian dibawa ke seorang Sikerei (shaman/dukun adat)
untuk memimpin ritual tattoo.
05. “Sipatiti” (artis tattoo) dibayar dengan seekor babi
Sipatiti adalah sebutan untuk sang pembua tattoo atau lebih modernnya tattoo artist. Kalau di kota-kota besar
sang pembuat tattoo dibayar menggunakan uang. Khusus untuk di Mentawai, Sipatiti hanya dibayar menggunakan
seekor babi.

Sipatiti

Namun dibalik semua keunikan yang telah dipaparkan diatas,ternyata kebudayaan suku Mentawai mulai
tersisihkan dengan adanya perubahaan zaman,pola pikir masyarakat,dll.
PERMASALAHAN YANG DIHADAPI MENGAPA TRADISI SUKU MENTAWAI
MULAI HILANG

1. Faktor masuknya agama


Seiring perkembangan zaman,agama mulai masuk ke kehidupan suku Mentawai,masyarakat setempat pun mulai memeluk
agama yang tersebar di Indonesia.Perlahan lahan suku Mentawai meninggalkan tradisi titi tersebut.
2.Meningkatnya pendidikan masyarakat
Dengan meningkatnya ilmu pengetahuan masyarakat terhadap suatu kemajuan,nasyarakat suku Mentawai pun mulai
menyadari akan ketertinggalannya terhadap kemajuan zaman. Pola piker masyarakat pun berubah.sehingga masyarakat khususnya
anak-anak muda Mentawai tidak kembali lagi ke masa lalu.
3.Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan
Semakin majunya zaman,tentunya pengetahuan dan pandangan masyarakat terhadap budaya aslinya juga berbeda. Contohnya
disini adalah dalam bidang kesehatan,penggunaan jarum yang digunakan untuk membuat tato dengan cara bersamaan sangat
berbahaya,karena penggunaan jarum yang sama dapat menimbulkan berbagai penyakit,misalnya adalah HIV.
4.Pengaruh budaya luar
Masuknya budaya luar dengan cepat dapat menimbulkan masyarakat suku Mentawai lebih menyukai budaya luar ketimbang
budaya mereka sendiri. Di era seperti ini kebudayaan luar masuk akan sangat mudah,apalagi kaum muda sudah tidak lagi melestarikan
budaya titi tersebut,hanyalah masyarakat yag sepuh yang masih menggunakan tato tersebut.
Perubahan yang Dilakukan Supaya Tetap Eksis

Di era modern seperti ini tentu banyak tradisi yang mulai ditinggalkan oleh masyarakat, padahal kita sebagai
warga Indonesia yang memiliki beranekaragam tradisi tentu harus melestarikan dan menjaganya supaya tidak
tertelan zaman. Seperti halnya tradisi Tato Mentawai yang tentunya sudah ada sejak dulu, namun karena bagi warga
Indonesia bertato masih menjadi hal yang pro dan kontra maka kita harus tetap menjaga tradisi tersebut tanpa harus
melanggar aturan (hal positif), lalu upaya yang bisa kita lakukan untuk menjaga keeksisan tradisi Tato Mentawai
sebagai berikut :
1. Berkreasi Menggunakan Tato Temporer
Bertato mungkin saat ini masih dianggap tabu dan
dinilai kontra. Padahal seperti yang kita ketahui tato
merupakan seni oleh karena itu tato ini tak hanya memiliki
hal negatif tetapi juga ada hal posotif yaitu dengan
mejnjadikan orang berinovasi dan kreatif dengan seni tato.
Kita dapat menggunakan tato temporer yang tentunya tidak
permanen dan dapat menjadi upaya ikut serta dalam menjaga
tradisi Tato Mentawai.
2. Membuat Museum Tradisi Tato Mentawai
Masyarakat tentu tidak asing dengan adanya tato, namun
ada pula masyarakat yang belum tau akan adanya tradisi Tato
Mentawai, oleh karena itu dengan dibuatnya museum Tato
Mentawai diharapkan membuat masyarakata Indonesia tahu
akan tradisi Tato Mentawai ini. Selain menjadi jembatan
mengenalkan tradisi, museum ini pun dapat menjadi sumber
pendapatan , dengan orang berkunjung tentu akan ada biaya
oprasional.
3. Membuat Inovasi Fashion Tato
Sebuah goresan indah di tangan tentu tidak asing dilihat
sekarang ini. Sekarang ini mungkin kita tidak asing dengan kata
henna, walapun bukan berasal dari Indonesia tetapi kita dapat
menggunakannya dengan mengagabungkan antara henna
dengan Tato Suku Mentawai, jika di acara besar tentu hal ini
dapat menjadi penambah kecantikan tampilan dan tentunya
hiasan tersebut tidak permanen. Dengan hal tersebut pun dapat
menjadi jembartan dalam melestarikan tradisi Tato Mentawai
4. Berkreasi Make Up Tato
Di masa sekarang ini tentunya make up menjadi hal
populer, oleh karena itu kita dapat memanfaatkanya juga
menjadi jembatan dalam upaya menjaga tradisi Tato Mentawai.
Kita dapat berkreasi menggunakan make up untuk menghiasi
wajah dengan corak atau motif dari tato mentawai
TANGGAPAN BERBAGAI PIHAK MENGENAI TRADISI TITI
MENTAWAI

Saat ini, tradisi Titi (tattoo Mentawai) sudah jarang dilakukan oleh pemuda pemudi Mentawai,
tetapi masih ada beberapa yang melakukan tradisi Titi tapi motif tattoo nya tidak selengkap para tetua
maupun sikerei.
Seiring dengan berjalannya waktu, tradisi tattoo Mentawai mulai menggunakan peralatan yang
lebih modern dari sebelumnya yang menggunakan kayu diruncingkan kini diganti dengan jarum.
Walaupun menggunakan peralatan yang modern, motif tattoo Mentawai masih sama yang diwariskan
dari nenek moyang.
Di zaman sekarang ini, tattoo Mentawai sedang berkejaran dengan waktu, maka itu ada sebuah
Komunitas Tatto Mentawai yang bernama Sitasimatoi yang mendata dan menyimpan bentuk tattoo
Mentawai dari para tokoh adat atau orang orang tua yang bertatto.
Motif tattoo Mentawai sendiri memiliki daya tarik yang menarik sehingga dapat dikembangkan
pada kain maupun dalam bentuk ukiran, tidak hanya di kulit manusia. Hal itu juga menguntungkan
secara ekonomi bila kreativitas dari motif tattoo Mentawai dapat dikembangkan dengan baik.
Keadaan Tradisi Titi Mentawai
di Zaman Modern

Akibat adanya perubahan yang terjadi seiring dengan zaman, tradisi- tradisi lama cenderung
ditinggalkan. Begitu pula dengan tradisi mentato di daerah Mentawai atau biasa disebut tradisi Titi yang
sudah jarang ditemukan. Hal ini disebabkan karena adanya paham kepercayaan agama yang masuk di
masyarakat Mentawai. Akibat adanya kepercayaan agama ini banyak anak muda yang tidak lagi mentato
badan mereka. Selain itu, tradisi ini juga membutuhkan biaya yang mahal dan juga menyakitkan sehingga
terkadang harus berpikir ulang untuk mentato tubuh mereka. Walaupun sudah mulai jarang ditemukan, tetapi
masih banyak orang- orang mentato tubuh mereka khususnya di daerah Simatalu, kampung nenek moyang
orang Mentawai.
Dengan realitas demikian, membuat pemerintah melakukan upaya pelestarian terhadap tradisi titi
Mentawai ini dengan menjadikan tradisi sebagai budaya nasional Indonesia. Tradisi Titi Mentawai dimasukan
ke dalam Warisan Budaya Tak benda (WBTb) yang ditetapkan pada 2016 oleh Kepala bidang Kebudayan Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Mentawai yaitu Laurensis Saruruk.
Selain dari pemerintah, kita sebagai generasi muda modern juga dapat melakukan upaya pelestarian dengan :
1. Menjaga dan merawat tradisi titi Mentawai.
2. Menyebarluaskan kepada generasi muda tentang traidisi titi Mentawai.
3. Menjadikan pembelajaran muatan lokal terkait kearifan budaya lokal daerah.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai