Anda di halaman 1dari 25

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

Disusun Oleh :
Fahmi Amrullah (20181660085)
Moch. Wasis Auda F (20181660088)
Ulfa Ferninda P (20181660111)
Jaenal Fanani (20181660112)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGSUS S1 KEPERAWATAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-
Nyalah sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah “Kesehatan Remaja” ini
tepat pada waktu yang telah ditentukan. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas yang
diberikan dosen mata kuliah Keperawatan Komunitas II.
Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan masukan dari semua
pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk dapat menyelesaikan makalah ini baik
itu secara langsung maupun tidak langsung.
Kami menyadari isi makalah ini masih jauh dari kategori sempurna, baik dari segi
kalimat, isi maupun dalam penyusunan. oleh karen itu, kritik dan saran yang membangun dari
dosen mata kuliah yang bersangkutan dan rekan-rekan semuanya, sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini dan makalah-makalah selanjutnya.

SURABAYA,21 APRIL 2019

PENULIS
DAFTAR ISI
Kata pengantar ......................................................................................... i
Daftar isi ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................
B. Rumusan Masalah ........................................................................
C. Tujuan penulisan ...........................................................................
D. Manfaat penulisan ........................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Masa remaja ................................................................
B. Penyakit Menular Seksual (PMS)..................................................
1) Pengertian PMS.......................................................................
2) Jenis-jenis PMS.......................................................................
3) Tanda atau Gejala PMS...........................................................
4) Penyebaran Penyakit Menular Seksual ...................................
5) Diagnosa dan Pengobatan PMS..............................................
6) Pencegahan PMS pada Remaja...............................................
v C.HIV/AIDS....................................................................................
1) Penularan HIV........................................................................
2) Kelompok Resiko Tinggi.........................................................
3) Perjalanan Infeksi HIV/AIDS.................................................
4) Gejala Klinis AIDS.................................................................
5) Cara Pencegahan HIV/AIDS..................................................
6) Cara mendeteksi HIV/AIDS...................................................
7) Mitos-mitos seputar HIV/AIDS di masyarakat......................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................
B. Saran .............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling berinteraksi
satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat yang sama. Komunitas adalah kelompok
dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah pemerintahan yang
sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial yang mempunyai
minat yang sama (Riyadi, 2007). Salah satu kelompok khusus dalam keperawatan komunitas
adalah kelompok remaja.

Masa remaja sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa terjadi
perubahan dalam hal fisik maupun psikis. Perubahan-perubahan tersebut dapat menyebabkan
kekacauan batin pada remaja. Hal ini menyebabkan remaja dalam kondisi rawan pada pengaruh
buruk lingkungan, apalagi diperberat dengan adanya globalisasi.

Dari proses perkembangan remaja yang begitu rawan dan penuh resiko, maka perlu
adanya pendidikan kesehatan di sekolah, terutama sekolah menengah pertama. Karena masa-
masa tersebut termasuk dalam kategori masa remaja tengah (usia 14-16 tahun) yang perlu
mendapat perhatian khusus dari berbagai pihak.

Kasus PMS dan HIV/AIDS cukup banyak terjadi di kalangan remaja, apabila remaja
tersebut telah aktif secara seksual (melakukan hubungan seksual) dengan orang yang beresiko
terkena penyakit tersebut. Terutama kasus HIV/AIDS seperti “fenomena gunging es” yang
nampak hanyalah permukaan belaka padahal kasus yang sesungguhnya justru jauh lebih besar.
Remaja sebagai generasi penerus bangsa haruslah dibekali pendidikan kesehatan sejak dini
terutama mengenai remaja dan permasalahannya,agar mereka tidak terjebak ke dalam hal-hal
yang dapat merusak diri mereka sendiri.

B. Rumusan Masalah

Dari analisa di atas maka perumusan masalah adalah “Apakah dengan penyuluhan dapat
meningkatkan pengetahuan remaja tentang PMS dan HIV/AIDS?”
C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum:

Meningkatkan pengetahuan remaja tentang PMS dan HIV/AIDS.

2. Tujuan Khusus:

a) Meningkatkan pengetahuan remaja tentang tanda atau gejala, bahaya yang


ditimbulkan, cara penularan dari PMS dan HIV/AIDS.

b) Meningkatkan pengetahuan remaja tentang upaya-upaya pencegahan dan


penanggulangan dari PMS dan HIV/AIDS.

D. Manfaat penulisan

1. Bagi Instansi

Memberikan informasi yang berguna dalam hal kebijaksanaan yang berkaitan dengan
remaja dan permasalahannya.

2. Bagi Mahasiswa

Sebagai bahan informasi tambahan mengenai pengetahuan PMS dan HIV/AIDS serta
permasalahannya.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Masa Remaja

Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa
dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir
belasan tahun atau awal dua puluhan tahun (Papalia dan Olds, 2001). Masa remaja dapat dibagi
menjadi menjadi masa remaja awal (usia dari 12 tahun sampai dengan usia 17 tahun) sedangkan
masa remaja akhir (usia dari 17 tahun hingga usia 20 tahun). Masa remaja awal dan akhir
dibedakan karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang
lebih mendekati masa dewasa (Hurlock, 1990).

Pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan- perubahan yang
berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan
dengan orangtua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses
pembentukan orientasi masa depan (Hurlock, 1990). Yang dimaksud dengan perkembangan
adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan. Perubahan itu dapat terjadi secara
kuantitatif, misalnya pertambahan tinggi atau berat tubuh; dan kualitatif, misalnya perubahan
cara berpikir secara konkret menjadi. Perkembangan dalam kehidupan manusia terjadi pada
aspek-aspek yang berbeda. Ada tiga aspek perkembangan, yaitu: perkembangan fisik,
perkembangan kognitif, dan perkembangan kepribadian dan sosial (Papalia dan Olds, 2001)

B. Penyakit Menular Seksual (PMS)

1. Pengertian PMS

Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan penyakit yang ditularkan melalui hubungan
seksual atau hubungan kelamin.

Kemungkinan seseorang tertular penyakit ini akan lebih besar bila melakukan hubungan
seksual dengan berganti-ganti pasangan.
2. Jenis-jenis PMS

Di Indonesia dapat ditemui berbagai jenis PMS, adapun yang perlu diketahui antara lain:

a) Syphilis (Raja Singa)

Kuman penyebabnya disebut Treponema Pallidum. Masa tanpa gejala berlangsung 3-4
minggu, kadang-kadang sampai 13 minggu. Kemudian timbul benjolan di sekitar alat kelamin.
Kadang-kadang disertai pusing-pusing dan nyeri tulang seperti flu, yang akan hilang sendiri
tanpa diobati. Ada bercak kemerahan pada tubuh sekitar 6-12 minggu setelah hubungan seks.
Gejala ini akan hilang dengan sendirinya dan seringkali penderita tidak memperhatikan hal ini.

Selama 2-3 tahun pertama penyakit ini tidak menunjukkan gejala apa-apa, atau disebut
masa laten. Setelah 5-10 tahun penyakit sifillis akan menyerang susunan syaraf otak, pembuluh
darah dan jantung. Pada perempuan hamil sifillis dapat ditularkan kepada bayi yang
dikandungnya dan bisa lahir dengan kerusakan kulit, hati, limpa dan teterbelakangan mental.

b) Gonore/GO (Kencing Nanah)

Kuman penyebabnya adalah Neisseria Gonorrhoe. Ada masa tenggang selama 2-10 hari
setelah kuman masuk ke dalam tubuh melalui hubungan seks.

Tanda-tanda penyakitnya adalah nyeri, merah, bengkak dan bernanah. Gejala pada laki-
laki adalah rasa sakit pada saat kencing,keluarnya nanah kental kuning kehijauan, ujung penis
tampak merah dan agak bengkak. Pada perempuan, 60% kasus tidak menunjukkan gejala.
Namun ada juga rasa sakit pada saat kencing dan terdapat keputihan kental berwarna
kekuningan.

Akibat penyakit GO, pada laki-laki dan perempuan, seringkali berupa kemandulan. Pada
perempuan bisa juga terjadi radang panggul, dan dapat diturunkan kepada bayi yang baru lahir
berupa infeksi pada mata yang dapat menyebabkan kebutaan.

c) Herpes Genitalis

Penyakit yang disebabkan oleh virus Herpes Simplex dengan masa tenggang 4-7 hari
sesudah virus masuk ke dalam tubuh melalui hubungan seks.
Gejala dan tanda-tandanya adalah:

1. Bintil-bintil berair (berkelompok seperti anggur) yang sangat nyeri pada sekitar
alat kelamin
2. Kemudian pecah dan meninggalkan luka yang kering mengerak, lalu hilang
sendiri
3. Gejala kambuh lagi seperti di atas namun tidak senyeri tahap awal bila ada factor
pencetus (stress, haid, minuman/makanan berakohol) dan biasanya menetap
hilang timbul seumur hidup
4. Pada perempuan, seringkali menjadi kanker mulut rahim beberapa tahun
kemudian. Penyakit ini belum ada obat yang benar-benar mujarab tetapi
pengobatan antivirus bisa mengurangi rasa sakit dan lamanya episode penyakit.

d) Klamidia

Penyakit ini disebabkan oleh Chlamydia Trachomatis. Masa tanpa gejala berlangsung 7-
21 hari. Gejalanya adalah timbul peradangan pada alat reproduksi laki-laki dan perempuan.

Pada perempuan, gejalanya bisa berupa :

1. Keluarnya cairan dari alat kelamin atau “keputihan encer” berwarna putih
kekuningan
2. Rasa nyeri di rongga panggul
3. Perdarahan setelah hubungan seksual
a. Pada laki-laki gejalanya adalah:
4. Rasa nyeri saat kencing
5. Keluar cairan bening dari saluran kencing
6. Bila ada infeksi lebih lanjut, cairan semakin sering keluar dan bercampur darah
7. Tidak jarang pula, gejala tidak muncul sama sekali, padahal proses infeksi sedang
berlangsung.
Oleh karena itu penderita tidak sadar sedang menjadi pembawa IMS dan
menularkannya kepada pasangannya melalui hubungan seksual.

Akibat terkena Klamidia pada perempuan adalah cacatnya saluran telur dan
kemandulan, radang saluran kencing, robeknya saluran ketuban sehingga terjadi
kelahiran bayi sebelum waktunya (prematur). Sementara pada laki-laki akibatnya adalah
rusaknya saluran air mani dan mengakibatkan kemandulan, serta radang saluran kencing.
Pada bayi, 60%-70% terkena penyakit mata atau saluran pernafasan (pneumonia).

e) Trikomoniasis Vaginalis

Trikomoniasis adalah IMS yang disebabkan oleh parasit Trikomonas Vaginalis.

Gejala dan tanda-tandanya adalah:

1. Cairan vagina encer, berwarna kuning kehijauan, berbusa dan berbau busuk
2. Vulva agak bengkak, kemerahan, gatal dan terasa tidak nyaman
3. Nyeri saat berhubungan seksual atau saat kencing

f) Kandidiasis Vagina

Kandidiasis vagina merupakan keputihan yang disebabkan oleh jamur Candida


Albicans. Pada keadaan normal, jamur ini terdapat di kulit maupun di dalam liang
kemaluan perempuan. Tetapi pada keadaan tertentu jamur ini meluas sedemikian rupa
sehingga menimbulkan keputihan.

Gejalanya berupa keputihan berwarna putih susu, bergumpal, disertai rasa gatal
panas dan kemerahan pada kelamin dan di sekitarnya.

Penyakit ini tidak selalu tergolong IMS, tetapi pasangan seksual dari perempuan
yang terinfeksi jamur ini dapat mengeluh gatal dengan gejala bintik-bintik kemerahan di
kulit kelamin.

g) Kutil Kelamin

Penyebanya adalah Human Papiloma Virus (HPV) dengan gejala yang khas yaitu
terdapat satu atau beberapa kutil di sekitar kemaluan.
Pada perempuan, dapat mengenai kulit di daerah kelamin sampai dubur, selaput
lender bagian dalam liang kemaluan sampai leher rahim. Bila perempuan hamil, kutil
dapat tumbuh sampai besar sekali. Kutil kelamin kadang-kadang bisa mengakibatkan
kanker leher rahim atau kanker kulit di sekitar kelamin.

Pada laki-laki mengenai alat kelamin dan saluran kencing bagian dalam. Kadang-
kadang kutil tidak terlihat sehingga tidak di sadari. Biasanya laki-laki baru menyadari
setelah ia menulari pasangannya.

Sampai sekarang belum ada obat yang dapat secara tuntas menyembuhkan kutil
kelamin. Pengobatan hanya sampai pada tahap menghilangkan kutilya saja.

3. Tanda atau Gejala PMS

Tanda atau gejala PMS bisa dilihat atau tergantung dari jenis penyakitnya. Secara
umum yang dapat dirasakan adalah:

a) Ada cairan yang keluar dari penis, vagina, atau dubur


b) Terasa perih atau panas sewaktu buang air kecil dan ketika melakukan hubungan
seks
c) Nyeri di perut bagian bawah (wanita), buah pelir (laki-laki)
d) Melepuh, lecet, kutil, ruam dan/atau pembengkakan di sekitar kelamin dan/atau
mulut
e) Demam, pusing, nyeri otot, pembengkakan kelenjar

4. Penyebaran Penyakit Menular Seksual

Penyakit Menular Seksual dapat menyebar luas karena :

a) Sering berganti pasangan


b) Memiliki lebih dari pasangan seksual
c) Berhubungan seksual dengan pasangan seksual yang tidak dikenal (WTS, PTS,
dan pelanggannya)
d) Tetap melakukan hubungan seksual meskipun telah menderita PMS
e) Berhubungan seksual dengan penderita PMS
f) Tidak menggunakan alat pelindung bila berhubungan seksual dengan penderita
PMS
g) Remaja, baik laki-laki maupun perempuan dapat tertular PMS apabila remaja
tersebut “terjebak” dalam pengaruh buruk lingkungan (pergaulan bebas atau “seks
bebas”) dan melakukan hubungan seksual dengan orang-orang yang beresiko
terkena PMS seperti WTS dan langganannya atau orang yang pernah
berhubungan dengan WTS.

5. Diagnosa dan Pengobatan PMS

Kendala yang dihadapi dalam diagnosis PMS yang tepat adalah keterbatasan
tenaga pemeriksaan laboratorium, keterbatasan pengadaan peralatan dan biaya
operasional, keterbatasan sensitivitas pemeriksaan, dan keterbatasan jangkauan
laboratorium yang hanya untuk beberapa PMS saja, sementara etiologi PMS sangat
banyak serta banyaknya infeksi ganda.

Untuk mengatasi hal-hal tersebut, bagi negara berkembang WHO telah


memperkenalkan dan menganjurkan penggunaan pendekatan sindrom untuk
mendiagnosa PMS.

Pendekatan sindrom PMS adalah penatalaksanaan kasus PMS berdasarkan gejala


klinis yang ditemukan dan dilanjutkan dengan pengobatan yang tepat guna terhadap
penyebab utama gejala klinis tersebut walaupun tanpa dukungan pemeriksaan
laboratorium. Pendekatan sindrom terhadap keluarnya cairan abnormal dari alat kelamin
dan terjadinya luka pada alat genital pria maupun perempuan telah terbukti menghasikan
tingkat penyembuhan yang tinggi dan “Cost Effective”

6. Pencegahan PMS pada Remaja

PMS pada remaja dapat dicegah dengan:

a) Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah


b) Banyak melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, seperti: olah raga, menari,
menyanyi, main music, dll
c) Meningkatkan iman dan taqwa
C. HIV/AIDS

1. LATAR BELAKANG

Sejarah dari HIV /AIDS adalah menginfeksi semua golongan dan paling mendominan
adalah pekerja seks yang enggan mengunakan kondom saat berhubungan seksual. Kemudian
biasanya menggunakan jarum suntik, homoseksual dan heteroseksual, bisa juga dari tranfusi
darah. HIV adalah human immunodefisiensi virus biasanya yang diserang adalah sistem
kekebalan tubuh pada manusia yang sedang turun dan AIDS adalah Acquired Immune
Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul
karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Orang yang terkena
virus biasanya rentan sakit atau infeksi oprtunistik penyakit ini memang sulit untuk di
sembuhkan secara total hanya saja bisa di tanggulangi dengan mengikuti proses dari pengobatan
secara benar maka itu akan menambah massa kelangsungan hidup.

Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia. Bahkan menurut
UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta jiwa sejak
pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat AIDS sebagai salah satu epidemik paling
menghancurkan pada sejarah. Dan Indonesia masih menjadi peringkat tertinggi pada era 2000
atas penyakit HIV / AIDS.

2. PENGERTIAN HIV /AIDS

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. Penyakit ini
kumpulan gejala akibat menurunnya system kekebalan tubuh yang terjadi karena seseoarang
terinfeksi virus HIV. HV sendiri adalah singkatan dari Human Immuno Virus.orang yang
terinfeksi oleh virus ini tidak dapat mengatasi serbuan infeksi penyakit lain karena system
kekebalan tubuhnya menurun terus secara drastis.

1. Penularan HIV

HIV terdapat pada seluruh cairan tubuh manusia, tetapi yang bisa menularkan
hanya yang terdapat pada sperma (air mani), darah, dan cairan vagina.

Cara-cara penularannya adalah sebagai berikut:


a) Berganti-ganti pasangan seksual, atau berhubungan dengan orang yang positif
terinfeksi virus HIV
b) Pemakai jarum suntik bekas orang yang terinfeksi virus HIV
c) Menerima transfusi darah yang tercemar HIV
d) Ibu hamil yang terinfeksi virus HIV akan menularkannya ke bayi dalam
kandungannya

2. Kelompok Resiko Tinggi

a) Mereka yang melakukan hubungan seks yang tidak aman, termasuk tanpa
pemakaian kondom
b) Mereka yang berganti-ganti pasangan seksual
c) Mereka yang ganti-ganti jarum suntik atau alat-alat lain yang kontak dengan
cairan tubuh dengan orang lain
d) Mereka yang memperoleh transfusi darah yang tidak di tes HIV
e) Ibu hamil yang terinfeksi virus HIV akan menularkannya ke bayi dalam
kandungannya

3. Perjalanan Infeksi HIV/AIDS

Masa inkubasi HIV atau masa laten, sangat tergantung pada daya tahan tubuh
masing-masing orang, rata-rata 5-10 tahun. Selama masa ini orang tidak memperlihatkan
gejala-gejala, walaupun jumlah HIV semakin bertambah dan semakin rusak fungsi
kekebalan tubuh. Pada waktu system kekebalan tubuh sudah dalam keadaan parah,
ODHA (orang dengan HIV/AIDS) akan mulai menampakkan gejala-gejala AIDS.

a) Masa jendela (window period)

Infeksi dimulai dengan masuknya HIV dan diikuti dengan perubahan serologic.
Ketika antibody terhadap virus tersebut dari negative berubah menjadi positif. Rentang
waktu sejak HIV masuk ke dalam tubuh sampai tes antibody terhadap HIV menjadi
positif. Lama window period antara 1-3 bulan, bahkan ada yang berlangsung 6 bulan.
Pada masa jendela, sekitar 50-90% orang yang terinfeksi HIV menunjukkan
sindrom retroviral akut berupa demam pembesaran kelenjar, pembesaran hati atau ginjal,
nyeri tenggorok, nyeri otot, dsb seperti pada infeksi virus lain.

b) Masa tanpa gejala (asimptomatik)

Asimptomatik berarti di dalam tubuh terdapat HIV tetapi tubuh tidak


menunjukkan gejala-gejala. Keadaan ini pada umumnya bila tanpa pengobatan,
perjalanan penyakit dari infeksi HIV sampai AIDS dapat berlangsung rata-rata 5-10
tahun

c) Pembesaran Kelenjar Limfe

Masa ini ditandai dengan pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata,
tidak hanya pada satu tempat yang berlangsung lebih dari 1 bulan

4. Cara pengobatan HIV/ AIDS:

1) Samapai saat ini masih belum ada yang bisa menyembuh kan HIV/ AIDS
2) Obat yang sekarang dipaki adalah ARV yang di gunaka untuk terapi menghambat
perkembang biakan virus dalam tubuh
3) Terapi ARV ini akan memberikan kesempatan pasien untuk hidup lebih produktif

a) Manfaat dari pemberian ARV

a. Memulihkan dan memelihara fungsi kekebalan tubuh


b. Meningkatkan jumlah CD4 dalam tubuh
c. Membuat tubuh menjadi mampu melawan infeksi
d. Mengurangi terjadinya infeksi oppotunistik
e. Menghentikan perjalana HIV
f. Menurunkan morbiditas dan mortaliats terhadap HIV
g. Mencegah atau mengurangi penulran terhadap bayi
h. Mencegah penulran dari orang sat uke orang yang satunya

b) Pemeriksaan penunjang

a. Serologi
b. Tes anti body serum
c. Test blood western
d. Sel T limfosit
e. Sel T4 HELPER
f. T8

c) HIV/ AIDS dipandang oleh sudut pandang salah satunya dari segi budaya adalah:

1. Penyakit yang berhubungan erat dengan maslah seksual


2. Pandangan masyarakat Indonesia terhadap isu isu seksual yang dianggap tabuh
untuk dibicarakan
3. Minim informasi mengenai penyakit terkait maslaha seksual termasuk HIV /AIDS
4. Pengecilan ODHA

d) Dan pencegahan HIV /AIDS

1. Abtinence: bagi pasangan yang belum menikah di anjurkan tidak melakukan


hubungan seksual sebelum danay pernikahan
2. Be faithfull: saling setia pada satu pasangan yang tidak terinfeksi virus HIV
3. Condom: menggunakan condom setiap klai berhubungan seks dengan lawan jenis
yang beresiko HIV (PSK)
4. Don’t’ inject: tidak menggunakan jarum suntik secara bergantian dan jarum suntik
yang tidak steril
5. Save equipment: menghindari segala pemakaian alat dan bahan yang tidak steril
untuk digunakan secra bergantian

Gejala klinis pada orang dewasa ialah jika di dapat 2 dari 3 gejala utama dan 1dalam 5
gejala minor.

Gejala utamanya:

a) Demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan

b) Diare kronis lebih dari 1 bulan berulang maupun terus-menerus

c) Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam 3 bulan


Gejala minornya adalah:

1) Batuk kronis selama lebih dari 1 bulan

2) Infeksi pada mulut dan tenggorokan, yang disebabkan oleh jamur Candida Albicans

3) Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di seluruh tubuh

4) Munculnya Herpes Zoster berulang

5) Bercak-bercak gatal di seluruh tubuh

5. Cara Pencegahan HIV/AIDS

a. Abstinensia, tidak melakukan hubungan seksual di luar nikah


b. Terikat hanya dalam hubungan seksual yang sah (suami-istri), dan setia
c. Menggunakan kondom, terutama kelompok resiko tinggi seperti pekerja
seks komersial
d. Sedapat mungkin menghindari transfusi darah yang belum di skrining
e. Menggunakan alat-alat medis dan non-medis yang terjamin steril

6) Cara mendeteksi HIV/AIDS

Dengan melakukan tes-tes darah sesuai tahapan perkembangan penyakitnya.


Untuk mendeteksi adanya antibody terhadap virus HIV, yang berarti ada virus HIV
dalam tubuh, dilakukan tes darah dengan cara elisa sebanyak 2 kali.

Kemudian bila hasilnya positif, dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan cara
“Western Blot atau Immunofluoresensi”

7) Mitos-mitos seputar HIV/AIDS di masyarakat

a. Interaksi sosial dengan penderita HIV/AIDS akan membuat kita tertular


penyakitnya.
b. Bersalaman, menggunakan WC yang sama, tinggal serumah,
menggunakan sprei yang sama dengan menderita HIV/AIDS dapat
membuat kita tertular
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA REMAJA DENGAN HIV
1.1 Pengkajian
Asuhan Keperawatan komunitas adalah suatu kerangka kerja untuk memecahkan masalah
kesehatan yang ada di masyarakat secara sistematis dan rasional yang didasarkan pada kebutuhan
dan masalah masyarakat. Model community as partner terdapat dua komponen utama yaitu roda
pengkajian komunitas dan proses keperawatan. Roda pengkajian komunitas terdiri(1) inti
komunitas (the community core), (2) subsistem komunitas (the community subsystems), dan (3)
persepsi (perception). Model ini lebih berfokus pada perawatan kesehatan masyarakat yang
merupakan praktek, keilmuan, dan metodenya melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi penuh
dalam meningkatkan kesehatannya.
1. Data inti
a. Demografi
Variabel yang dapat dikaji adalah jumlah remaja laki laki ataupun perempuan yang menderita
HIV. Data diperoleh melalui. Puskesmas atau kelurahan berupa laporan tahunan atau rekapitulasi
jumlah kunjungan pasien yang berobat.
b. Statistik vital
Data statistik vital yang dapat dikaji adalah jumlah angka kesakitan dan angka kematian
remaja yang menderita HIV. Angka kesakitan dan kematian tersebut diperoleh dari penelusuran data
sekunder baik dari Puskesmas atau Kelurahan.
c. Karakteristik penduduk
Variabel karakteristik penduduk meliputi :
a. Fisik : jenis keluhan yang dialami oleh penderita HIV seperti kesulitan untuk makan karena nafsu
makan yang turun, kesulitan untuk tidur
b. Psikologis : efek psikologis terhadap remaja dengan HIV dan keluarganya yang cenderung
dikucilkan dan dijauhi berdampak pada psikologis remaja yang dapat kehilangan masa remajanya
c. Sosial : sikap masyarakat yang mempunyai stigma negatif terhadap remaja dg HIV yang
menganggap HIV adalah penyakit karena perilaku yang buruk. Selain itu penderita sering
mendapat diskriminasi perilaku karena HIV bagi mereka adalah penyakit yang mematikan dan
menular.
d. Perilaku :
e. Remaja dengan HIV berperilaku cenderung mengurung diri karena malu akan dikucilkan
2. Sub sistem
a. Lingkungan fisik
Lingkungan fisik yang kurang bersih akan menambah dampak buruk terhadap penurunan
daya tahan tubuh sehingga rentan terkena penyakit, yang mana pada penderita HIV keadaan imun
atau daya tahan tubuh menurun.
b. Sistem kesehatan
Jauhnya akses kesehatan seperti puskesmas pada satu daerah mengakibatan sulitnya untuk
deteksi dini pads remaja dengan HIV. Selain itu remaja yg sudah terkena HIV menjadi lebih sulit
dalam memeriksaakan diri mereka secara berkala ke pelayanan kesehatan terdekat.
c. Ekonomi
Tidak selalu remaja dengan HIV mempunyai keluarga dari ekonomi yang rendah. Karena
banyak faktor yang menyebabkan mereka terkena HIV selain menjadi pekerja seks komersial pada
remaja, dan karena pergaulan bebas.
d. Keamanan dan transportasi
Wilayah tersebut memiliki mobil yang disediakan oleh pemberi bantuan untuk
dimaanfaatkan oleh masyarakat dalam hal memfasilitasi masyarakat untuk mempermudah akses
mendapatkan layanan kesehatan.
Variabel keamanan meliputi jenis dan tipe pelayanan keamanan yang ada, tingkat
kenyamanan dan keamanan penduduk serta jenis dan tipe gangguan keamanan yang ada.
a. Kebijakan dan pemerintahan
Jenis kebijakan yang sedang diberlakukan, kegiatan promosi kesehatan yang sudah dilakukan,
kebijakan terhadap kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan, serta adanya partisipasi
masyarakat.
b. Komunikasi
Komunikasi meliputi jenis dan tipe komunikasi yang digunakan penduduk, khususnya
komunikasi formal dan informal yang digunakan dalam keluarga. Jenis bahasa yang digunakan
terutama dalam penyampaian informasi kesehatan gizi, daya dukung keluarga terhadap remaja
dengan HIV.
c. Pendidikan
Pendidikan sebagai sub sistem meliputi tingkat pengetahuan penduduk tentang pengertian
tentang penyakit menular HIV pada remaja, cara pencegahan, dan penanganan pada HIV remaja
yang mana penting untuk disosialisasikan agar mereka tidak hidup untuk dikucilkan dan dijauhi
karena berdampak pada mental remaha dan bagaimanapun juga mereka masih mempunyai masa
depan yang panjang.
d. Rekreasi
Yang perlu dikaji adalah jenis dan tipe sarana rekreasi yang ada, tingkat partisipasi atau
kemanfaatan dari sarana rekreasi serta jaminan keamanan dari sarana rekreasi yang ada.
3. Persepsi
Persepsi masyarakat dan keluarga terhadap suatu penyakit menular seperti HIV masih minim.
Yang mana mereka masih beranggapan bahwa penyakit HIV merupakan penyakit karena hubungan seks
yang tidak wajar seperti bergonta ganti pasangan, seks bebas dan pergaulan bebas. Sehingga perlu dan
wajar bagi penderita HIV untuk dikucilkan.

1.2 Analisa Data


Analisa data dilakukan setelah dilakukan pengumpulan data melalui kegiatan wawancara dan
pemeriksaan fisik. Analisa data dilakukan dengan memilih data-data yang ada sehingga dapat
dirumuskan menjadi suatu diagnosa keperawatan. Analisa data adalah kemampuan untuk mengaitkan
data dan menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki, sehingga dapat diketahui
kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh remaja dengan HIV. Tujuan analisa data:
a. Menetapkan kebutuhan remaja dengan HIV
b. Menetapkan kekuatan yang dibutuhkan remaja dengan HIV
c. Mengidentifikasi pola respon remaja dengan HIV
d. Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan.

Perumusan masalah berdasarkan analisa data yang dapat menemukan masalah kesehatan dan
keperawatan yang dihadapi oleh kelompok khusus balita. Masalah yang sudah ditemukan tersebut
perawat dapat menyusun rencana asuhan keperawatan yang selanjutnya dapat diteruskan dengan
intervensi. Masalah yang ditemukan terkadang tidak dapat di selesaikan sekaligus sehingga diperlukan
prioritas masalah. Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan hierarki Maslow yaitu:
a. Keadaan yang mengancam kehidupan
b. Keadaaan yang mengancam kesehatan
c. Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan
1.2 Diagnosa Keperawatan

1. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan: kelemahan, kelelahan, efek samping


pengobatan, demam, malnutrisi, gangguan pertukaran gas (sekunder terhadap infeksi paru
atau keganasan).
2. Kecemasan berhubungan dengan: prognosis yang tidak jelas, persepsi tentang efek
penyakit dan pengobatan terhadap gaya hidup.
3. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan: penyakit kronis, alopesia, penurunan
berat badan, dan gangguan seksual.
4. Ketegangan peran pemberi perawatan (aktual atau risiko) berhubungan dengan:
keparahan penyakit penerima perawatan, tahap penyakit yang tidak dapat diprediksi atau
ketidakstabilan dalam perawatan kesehatan penerima perawatan, durasi perawatan yang
diperlukan, lingkungan fisik yang tidak adekuat untuk menyediakan perawatan,
kurangnya waktu santai dan rekreasi bagi pemberi perawatan, kompleksitas dan jumlah
tugas perawatan.
5. Koping keluarga: tidak mampu berhubungan dengan informasi atau pemahaman yang
tidak adekuat atau tidak tepat keluarga atau teman dekat, penyakit kronis, perasaan yang
tidak terselesaikan secara kronis.
6. Koping tidak efektif berhubungan dengan: kerentanan individu dalam situasi krisis
(misalnya penyakit terminal).
7. Kurangnya aktifitas pengalihan berhubungan dengan: sering atau lamanya pengobatan
medis, perawatan di rumah sakit dalam waktu yang lama, bed rest yang lama.
8. Takut berhubungan dengan: ketidakberdayaan, ancaman yang nyata terhadap
kesejahteraan diri sendiri, kemungkinan terkucil, kemungkinan kematian.
9. Perubahan pemeliharaan rumah berhubungan dengan: sistem pendukung yang tidak
adekuat, kurang pengetahuan, kurang akrab dengan sumber-sumber komunitas.
10. Keputusasaan berhubungan dengan: perubahan kondisi fisik, prognosis yang buruk.
11. Pengelolaan pengobatan tidak efektif berhubungan dengan: komplektitas bahan-bahan
pengobatan, kurang pengetahuan tentang penyakit; obat; dan sumber komunitas, depresi,
sakit, atau malaise.
12. Kurang perawatan diri (sebutkan secara spesifik) berhubungan dengan: penurunan
kekuatan dan ketahanan, intoleransi aktifitas, kebingungan akut/kronik.
13. Harga diri rendah (kronik, situasional) berhubungan dengan penyakit kronis, krisis
situasional.
14. Isolasi sosial berhubungan dengan stigma, ketakutan orang lain terhadap penyebaran
infeksi, ketakutan diri sendiri terhadap penyebaran HIV, moral budaya dan agama,
penampilan fisik, gangguan harga diri dan gambaran diri.
15. Distres spiritual berhubungan dengan: tantangan sistem keyakinan dan nilai, tes
keyakinan spiritual.
16. Risiko kekerasan yang diarahkan pada diri sendiri faktor rsiiko: ide bunuh diri,
keputusasaan.

Intervensi

Isolasi sosial berhubungan dengan stigma, ketakutan orang lain terhadap penyebaran infeksi,
ketakutan diri sendiri terhadap penyebaran HIV, moral budaya dan agama, penampilan fisik,
gangguan harga diri dan gambaran diri.

Intervensi :

1. Pasien dianjurkan untuk mengekspresikan perasaan terisolasi, kesepiannya, dan perawat


harus menetramkannya dengan menjelaskan bahwa semua perasaan ini merupakan hal
yang lazim serta normal.
2. Berikan informasi tentang cara melindungi diri sendiri dan orang lain dapat membantu
pasien agar tidak menghindari kontak sosial.
3. Menjelaskan kepada pasien, keluarga dan sahabatnya bahwa penyakit AIDS tidak
ditularkan melalui kontak biasa. Pendidikan bagi petugas kesehatan untuk mongering
faktor-faktor yang membuat pasien merasa terisolasi
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Masa remaja sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa terjadi
perubahan dalam hal fisik maupun psikis. Perubahan-perubahan tersebut dapat
menyebabkan kekacauan batin pada remaja. Hal ini menyebabkan remaja dalam kondisi
rawan pada pengaruh buruk lingkungan, apalagi diperberat dengan adanya globalisasi.
Kasus PMS dan HIV/AIDS cukup banyak terjadi di kalangan remaja, apabila remaja
tersebut telah aktif secara seksual (melakukan hubungan seksual) dengan orang yang
beresiko terkena penyakit tersebut. Perlu adanya screening yang cukup kompleks dalam
menyelesaikan kasus remaja dengan HIV
4.2 Saran
a. Bagi Perawat
Perawat sebagai care giver diharapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan kepada
remaja dengan HIV dan keluarga dalam bentuk promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitative.
b. Bagi Keluarga
Keluarga dan masyarakat pemegang peran penting dalam menentukan kondisi mental remaja
dengan HIV. Remaja dengan HIV yang masih butuh sosialiasasi dalam hidupnya
sebaiknya perlu diperhatikan lebih oleh masyarakat agar mereka merasa diterima oleh
lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Abednego, H.M., 1996, Beberapa Pandangan dan Harapan Pemerintah terhadap LSM Peduli
AIDS, Program Book, Abstrak, Pertemuan Nasional Pencegahan & Penatalaksanaan
HIV/AIDS,Jakarta

Ahmad, M., Gaash, B., Kasur, R., and Bashir, S., 2003, Knowledge, Attitude and Belief on
HIV/AIDS Among The Female Senior Secondary Students in Srinagar District of Kashmir,
Health and Population, 26 (3): 101-109.

Anonim, 2006, Pedoman Pelayanan Kefarmasian untuk ODHA, Direktorat Bina Farmasi Klinik
dan Komunitas Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes RI, Jakarta

Asdie, A.H., 2005, Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Volume 4, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

Darmasih, R., 2009, Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seks Pranikah pada

Remaja SMA di Surakarta, Skripsi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah


Surakarta, Surakarta.

Davey, P., 2008, Infeksi HIV dan AIDS,. At a Glance Medicine, Erlangga, Jakarta, 288-289.

Nursalam dan Kurniawati, N.D., 2008, Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS,
Salemba Medika, Jakarta.

Parker, E., and O’Connor, F. M. L., 2001, Health Promotion Principles and Practice in the
Australian Context, (2nd ed), Allen and Unwin, Australia.

Price, S.A., and Wilson, L.M., 2006, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi
6, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Rachimhadhi, T., Anthony, R. L., dan Hendarmin, M. L. S., 1992, Sindrom AIDS:
Penanggulangan Penyebarannya dalam Praktek Dokter Gigi, EGC, Jakarta.

Richardson, D., 2002, Perempuan dan AIDS, diterjemahkan oleh Zendrato, J., Lestari, F. W., dan
Kurniasih, S. K.,Media Presindo, Yogyakarta.
Rubenstein, D., Wayne, D., dan Bradley, J., 2008, Kedokteran Klinis, Penerbit Erlangga, Jakarta,
389-391.

Sardjito, R., 1994, “Human Immunodeficiency Virus”, Buku Ajar: Mikrobiologi Kedokteran,
Ed. Rev, Binarupa Aksara, Jakarta.

Suharti Ajik, 2000, Pengembangan Model Pelayanan Kesehatan dalam Pencegahan Infeksi
HIV/AIDS pada Pekerja Remaja, Pusat Penelitian dan Pengembangan Pelayanan dan Teknologi
Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Surabaya

Anda mungkin juga menyukai