Anda di halaman 1dari 9

KEDOKTERAN

GANGGUAN IMUNODEFISIENSI PRIMER (PID)

Pratiwi Dyah Kusumo


Universitas Kristen Indonesia

ABSTRACT
Primary Immunodeficiency Disease (PID) is rare disorder in adult NS most often serious forms are detected during infancy or
childhood. Recently the incidents of PID are increasing, that we have to be aware especially to the children. The objective of this
writing is to discuss the Primary immunodeficiency disorder (PIDs) which are broadly classified as disorders of adaptive immunity
(i.e.,T-cell, B-cell or combined immunodeficiencies) or of innate immunity (e.g. phagocyte and complement disorders) and usually
attacts the children. The method used library research and the data are analized descriptively. It can be concluded that: (1) Although
the clinical manifestations of PIDs are highly variable, most disorders involve at least an increased susceptibility to infection. (2) The
failure to thrive; poor response to prolonged use of antibiotics; persistent thrush or skin abscesses; or a family history of PID (3) The
application of mutation analysis is becoming an integral part of the complete evaluation of patients with primary immunodefiency (4)
PIDs should be suspected in patients with: recurrent sinus or ear infections or pneumonias within a 1 year period.

PENDAHULUAN sinus dan paru-paru). Oleh karena itu, mungkin tidak


Gangguan immunodefisiensi primer (PID) merujuk terdeteksi dalam diagnosis awal perawatan. Diagnosis
beragam gangguan yang ditandai dengan berkurangnya yang akurat dan tepat waktu dari gangguan ini
atau tidak adanya salah satu atau lebih komponen dari membutuhkan indeks kecurigaan yang tinggi dan
sistem kekebalan tubuh. Gangguan tersebut dapat pengujian khusus. Oleh karena itu, konsultasi dengan
bersifat kronis dan biasanya merupakan gangguan yang imunolog klinis yang berpengalaman dalam evaluasi
cukup penting. IPD menyebabkan pasien tidak dapat dan pengelolaan immunodefisiensi menjadi sangat
merespon secara adekuat infeksi yang ada sehingga penting, karena diagnosis dini dan pengobatan sangat
respon terhadap gangguan infeksi tidak adekuat. Lebih penting untuk mencegah penyakit yang signifikan terkait
dari 130 gangguan IPD yang berbeda telah diidentifikasi morbiditas dan meningkatkan kesehatan pasien
hingga saat ini, dan dengan adanya penemuan baru (McCusker,2011:1)
yang terus-menerus didapatkan perkembangan Tujuan penulisan ini untuk membahas gangguan
identifikasi lainnya. PID kebanyakan merupakan hasil imunodefisiensi yang terjadi khususnya pada anak-anak
dari cacat bawaan dalam pengembangan sistem dan pada umumnya gejalanya tidak disadari sebagai
kekebalan tubuh dan/atau fungsi. Penting untuk dicatat hal yang patut diperhatikan karena gejala tersebut
bahwa PID berbeda dari immunodefisiensi sekunder nampak seperti penyakit biasa (seperti influenza). Metode
yang mungkin timbul dari penyebab lain, seperti infeksi yang digunakan adalah kajian kepustakaan dan dianalisis
virus atau bakteri, malnutrisi atau pengobatan dengan secara deskriptif.
menggunakan obat yang menginduksi imunosupresi.
Estimasi prevalensi gangguan IPD (selain gangguan PEMBAHASAN
imunodefisensi IgA) di Amerika Serikat adalah sekitar Klasifikasi Primar Immunodeficiency Disorder (PID)
1:1200 kelahiran hidup. Defisiensi IgA adalah PID yang PID secara luas diklasifikasikan menurut komponen
paling umum, terjadi pada sekitar 1:300 hingga 1:500 dari sistem kekebalan tubuh yang terutama terganggu.
orang. Presentasi klinis PID sangat bervariasi, namun Gangguan sistem imunitas tersebut dapat dibedakan
gangguan yang paling banyak adalah gangguan yang atas gangguan sistem imun adaptif (Defisiensi sel T,
melibatkan peningkatan kerentanan terhadap infeksi. Defisiensi se B dan Kombinasi defisiensi sel T serta sel
Bahkan, PID dapat nampak sebagai infeksi "rutin" (telinga, B) dan gangguan sistem imun alami (gangguan fagositik

WIDYA 14 Tahun 29 Nomor 324 September - Oktober 2012


KEDOKTERAN
dan gangguan komplemen)(McCusker,2011:2). Tabel 1. Severe combined immunodeficiencies
Gangguan Kekebalan Sistem Imunitas Adaptif Disease Functional desficiees Mechanism of defect

Sel T dan sel B adalah sel utama dari sistem A. Defects in cytokine signaling

X-linked SCID Marked decrease in T Cytokine receptor common g


kekebalan adaptif tubuh. Sel B memediasi produksi cells;normal or increased B cells; chain mutations; defective
reduced serum lg T cell development in the
antibodi dan oleh karena itu memainkan peran utama absence of IL-7 derived signals
dalam antibodi-mediated (humoral) imunitas. Di sisi lain, Autosomal Marked decrease in T Mutations in IL-2 Ra chian,
recessive forms cells;normal or increased B IL-Ra chain JAK3
sel T mengatur respon sel yang dimediasi sistem imun. cells; reduced serum lg

Cacat yang terjadi pada setiap pengembangan, B. Defects in nucleotide salvage pathways
ADA deficiency Progressive decrease in T.B ADA deficiency leading to
diferensiasi dan pematangan sel T mengarah pada and NK cells; reduced serum accumulation of toxic
lg metabolities in lymphocytes
gangguan immunodefisiensi sel T, sedangkan cacat yang
PNP deficiency Progressive decrease in T.B PNP deficiency leading to
berkaitan dengan sel B mengarah pada pengembagan and NK cells; reduced serum accumulation of toxic
lg metabolities in lymphocytes
sel B dan/atau gangguan hasil pematangan sel B
C. Defects in V(D) J recombination
(defisiensi antibodi), karena produksi antibodi sel B yang RAG1or RAG2 Decreased T and B cells; Cleavege defect during V(D)J
deficieny* reduced serum lg; absence or recombination; mutations in
diperantarai sel B membutuhkan fungsi sel T. Oleh deficiency of T and B cells RAG1 or RAG2
karenanya gabungan gangguan sel T dan sel B akan ARTEMIS Decreased T and B cells; Failure to resolve hairpins
deficieny* reduced serum lg; absence or during V(D)J recombinations
menyebabkan gangguan immunodefisiensi sel B dan deficiency of T and B cells in ARTEMIS

sel T(Combined Immunodeficiensies/ CIDs) D. Defective thymus development


Defective Decreased T cells; normal or Decreased T cells; normal or
(McCusker,2011:2,Abbas,2006:465). pre-TCR reduced B cell; reduced serum reduced B cell; reduced serum
checkpoint lg lg
Severe Combined Immunodeficiency (SCID) Decreased T cells; normal or Decreased T cells; normal or
DiGeorge
reduced B cell; reduced serum reduced B cell; reduced serum
Gangguan yang terjadi pada rangkaian proses syndrome
lg lg
perkembangan sel limfosit T yang dapat / tidak akan E. Other defects
Reticular Decreased T,B and myeloid cells Mutation not identified
berdampak pada pematangan sel B sebagaimana terlihat dysgenesis
pada gambar 1 di bawah ini: Abbreviations: ADA, adenoiine dearminase: CRAC, calcium release activated channel;
PNP, purine nucleoside phosphorylase
*Hypomorphic mutations in RAG genes and in ARTEMIS can contribute to Omenn syndrome

Penyakit ini dikarakteristikan dengan defisiensi dari


sel B maupun sel T atau hanya sel T. Kasus ini dampak
pada sistem humoral terjadi karenan tidak adanya bantuan
dari sel T. Anak-anak dengan SCID biasanya memiliki
infeksi selama satu tahun masa kehidupannya dan akan
terus berulang kecuali bila mereka diterapi. Proses
perkembangan sel T dan sel B dari hematopoietic stem
cell hingga limfosit kompetent fungsional yang matang
melibatkan progenitor lymphosit awal, penataulang
(rearragement) lokus yang mengkoding satu rantai dari
reseptor antigen diikuti dengan seleksi sel yang telah
Gambar 1. Tahap
Tahap dan
dan Faktor
Faktoryang
yangdiperlukan
diperlukandalam
dalam
Maturasi Sel B dan Sel T dibuat dalam tatanan produksi penataan titik antigen
Maturasi Sel B dan Sel T
reseptor, ekspresi pada kedua rantai dari reseptor antigen
Gangguan ini dapat berdampak secara langsung dan seleksi spesifikasi sel yang dibutuhkan. Gangguan
pada sistem imun humoral maupun imunitas yang dari setiap tahap ini akan berdampak pada bentuk SCID
dimediasi oleh sel T disebut Severe combined (Abbas,2007:467-470,Delves, 2006;318)
immunodeficiency (SCID) dengan beragam faktor Defisiensi Antibodi
penyebab dan dampaknya seperti terlihat pada Pada saat kegagalan perkembangan sel T atau
tabel 1 berikut ini: perkembangan sel T dan sel B berkontribusi pada fenotipe

WIDYA 15 Tahun 29 Nomor 324 September - Oktober 2012


KEDOKTERAN
SCID, maka kegagalan perkembangan sel B dan lanjutan tabel
fungsinya akan berdampak pada gangguan abnormalitas Selective lgG2 Increased susceptibility to Small subset have delection in
deficiency bacterial infections lgH g 2 locus
sintesis antibodi. Pada salah satu dampak yaitu sindrom Combined Hypogammaglobulinemia; Multations in ICOS and
Variabel normal or decreased B cell TACH some patients
hyper IgM, defisiensi antibodi juga berkorelasi dengan Immunodeficie numbers
ncy (CVID)
gangguan pada aktivasi makrofag dan Antigen Precenting ICF syndrome Hypogammaglobulinemia; Multations in DNMT3B
occasional mild T cell defects
Cell (APC) yang akan berpengaruh pada attenuated
C. Hyper-lgM syndromes
cell-mediated immunity seperti gambar 2 berikut: X-linked Defect in T helper cell- mediated Multation in CD40L
B cell, macrophage and dendritic
cell activation; defects in somatic
mutation, clas switching, and
germinal center formation;
defective cell- mediated immunity.
Autosomal Defect in T helper cell- mediated Multations in CD40, NEMO
recessive with B cell, macrophage and dendritic
cell mediated cell activation; defects in somatic
immune mutation, clas switching, and
defects germinal center formation;
defective cell- mediated immunity.

Autosomal Defect in somatic mutation and Multations in AID,UNG


recessive with isotype switching
antibody
defect only

Abbreviations: AID, Activation-induced cytidine deaminase; DNMT3B,DNA methyl trasferase


3B; ICOS, indducible costimulator; NEMO, NFKB essential modulator; TACI. transmembrane
activator and calcium modulator and cyclophilin ligand inhibitor; UNG,uracil N-glycosylase.
Gambar 2. Imunodefisiensi Gangguan Signaling Reseptor Antigen Sumber: Abbas, 2007:470-472, Delves, 2006;315-316
Limfosit Sel B dan Sel T
Manifestasi klinis dari kegagalan pematangan Gangguan Aktivasi dan Fungsi Sel T
antibody akan berdampak pada beberapa gangguan; di Abnormalitas kongenital dalam aktivasi sel lymfosit
antaranya adalah Agammaglobulinemias, T semakin meningkat dengan pemahaman kita tentang
Hypogammaglobulinemias dan Hyper-IgM syndrome. proses molekular yang mempengaruhi pematangan sel
Agammaglobulinemias atau yang biasa disebut Bruton’s limfosit T. Gangguan tersebut meliputi kegagalan dalam
agammaglobulinemias dikarakteristikkan dengan tidak ekspresi MHC, kegagalan dalam signaling sel T dan
adanya gamma globulin pada darah. Disebabkan mutasi familial seshemophagocytic lymphohistiocyto. Kegagalan
atau delesi yang mengkoding enzym Bruton Tyrosine dalam ekspresi MHC dapat disebabkan oleh kegagalan
Kinase (Btk). Hypogammaglobulinemias erat kaitannya dalam respon IFN-l mutasi beberapa faktor seperti
dengan gangguan atau mutasi yang mengatur metylasi RFX5, CIITA dan lain sebagainya. Kegagalan dalam
DNA. Hyper-IgM syndrome terjadi karena adanya signaling sel T disebabkan adanya mutasi pada gen
kesalahan dalam switching sel B menjadi isotype IgG yang mengkode berbagai protein sel T, dimana akan
atau IgA. Gambaran lengkap tentang defisiensi antibody mempengaruhi ekspresi CD4+ atau CD 8+. Sebagai
dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini: contoh defisiensi ZAP-70 akan menurunkan jumlah CD8+
Tabel 2. Antibody Deficiencies tetapi tidak mempengaruhi ekspresi CD4+ 2,3 seperti
Disease Functional desficiees Mechanism of defect lihat tabel 3 di bawah ini.
A. Agammaglobulinemias Tabel 3. Gangguan pada aktivasi sel T
X-linked Desrease in all serum lg isotpes; Pre-B receptor checkpoint Disease Functional desficiees Mechanism of defect
reduced B cell numbers defect; Btk mutation
Autosomal Desrease in serum lg isotpes; Pre-B receptor checkpoint A. Defects in MHC expression
recessive forms reduced B cell numbers defect; mutations in lg M heave
chain (m ),surrogate light chairs Bare lymphocyte Defectife MHC class ll expression Defects in transcription factors
(l ) loga, BLNK syndrome and deficiency in CD4+T cells; regulaing MHC class II gene
defective call- mediated immunity, expression, including
B. Hypogammaglobulinemias/isotype defects and T-dependent humoral CIITA,RFXANK,RFX5, and
immune responses RFXAP
Selective lg A Desreased lgA; may be Multitations in TACI in some
deficiency associated wih inscreased patients MHC class I Marked decrease in T Mutations in TAP1, TAP2,
susceptibility to bacterial deficiency cells;normal or increased B and tapasin
infections and protozoa such as cells; reduced serum lg
Giardia lambia

bersambung ke halaman

WIDYA 16 Tahun 29 Nomor 324 September - Oktober 2012


KEDOKTERAN
lanjutan tabel 3. pencernaan yang sering dengan gejala sistemik seperti
B. Defective T cell signaling demam, penurunan berat badan, dan gagal tumbuh.
Proximal TCR Defects in cell-mediated immunity Multations in CD3 genes, CD45
signaling and T-dependent humoral Kemajuan terbaru dalam biologi molekuler telah
defects immunity
Wiskott-Aldrich Defective T cell ativation, TCR dependent action-
mengidentifikasi lebih dari 120 gen yang berbeda, dengan
syndrome leukocyle mobility cytoskeletal rearrangements are
defective because of mutations
bentuk kelainan mencapai lebih dari 150 berbagai bentuk
in WASP
PID. Oleh karena komplikasi serius yang berhubungan
C. Familial hemophagocytic lymphohistiocytoses
X-linked Uncontrolied EBV induced B cell Multations in SAP
dengan PID dan pengembangan alat diagnostik beberapa
lymphoprolife proliferation, uncontrolied
macrophage and CTL activation
tahun terakhir ini, dokter telah berusaha untuk menentukan
rative
defective NK cell and CTL
syndrome
function
tingkat kejadian PID melalui pengumpulan data klinis
Perforin Uncontrolied macrophage and Multations in perforin untuk meningkatkan tingkat diagnosis dan pengobatan.
deficiencies CTL activation defective NK cell
and CTL function Namun, masih banyak subyek yang tidak dilaporkan atau
Granuie fusion Uncontrolied macrophage CTL Defective cyntotoxic granule
defects activation defective NK cell and exocytosis mutations in
tidak terdiagnosis. Kebanyakan penelitian telah dilakukan
CTL function RAB27A, MNC 13-4 (and in pada populasi Eropa dan Amerika Utara, ada beberapa
LYST in Chediak-Higastri
syndrome-see Table 20-2) studi yang telah meneliti kejadian PID antara berbagai
Abbreviations: LYST,lysomal trafficking regulator proein; SAP,SLAM-associated proein;
TAP, transpoter associaed with antigen processing; WASP, Wiskott-Aldrich syndrome ras dan kelompok etnis. Data registry yang diterbitkan
proein.
telah menunjukkan variasi baik ras dan geografis dalam
Sumber: Abbas, 2007:472-474, Delves, 2006;316-318
prevalensi dan pola PID. Dalam tahun 10 lalu, data PID
Gangguan Kekebalan Sistem Imun Bawaan dari Timur Tengah dan Amerika Latin telah diterbitkan.
Respon imun bawaan merupakan garis pertahanan Di Asia, prevalensi PID telah sebagian besar tidak
pertama terhadap organisme yang berpotensi menyerang diketahui. (McCusker,2011;3)
pertahanan tubuh. Pengenalan yang baik terhadap 1. Gangguan Defisiensi Sel T dan Combined
ancaman dan induksi gangguan dari kaskade inflamasi Immunodefisiensi Disorder (CID)
merupakan langkah-langkah penting dalam mengeliminir Manifestasi klinis dari gangguan sel T (seluler) dan
organisme patogena dari sistem. Kegagalan sistem CIDs akan bervariasi tergantung pada cacat tertentu
bawaan untuk mengidentifikasi patogen akan berdampak yang mendasari dalam respon imun adaptif. Oleh karena
menunda induksi respon imun dan dapat memperburuk itu, kecurigaan klinisi menjadi hal yang penting untuk
hasil infeksi. Banyak sel dan protein yang terlibat dalam diagnosis dengan tepat waktu gangguan yang terjadi.
respon imun bawaan termasuk diantaranya fagosit Pasien dengan gangguan spesifik sel T kemungkinan
(neutrofil dan makrofag), sel dendritik dan protein akan mengalami lymphopenic (limfosit berada dalam
komplemen. Fagosit terutama bertanggung jawab untuk tingkat abnormal rendah) dan neutropenia (neutrofil
proses fagositosis, sebuah proses di mana sel menelan berada dalam tingkat abnormal rendah). Dalam bentuk
dan menghilangkan patogen yang menyerang tubuh. yang paling parah CID (juga dikenal sebagai
Protein komplemen berfungsi untuk mengidentifikasi immunodeficiency gabungan yang parah [Severe
dan mengopsonisasi (mantel) antigen asing membuat combined immunodeficiencyes / SCID]) dimana terjadi
mereka rentan terhadap fagositosis. Cacat dalam kekurangan sel T fungsional dan fungsi kekebalan tubuh.
pengembangan dan fungsi dari setiap unsur-unsur Gangguan ini jarang terjadi dan umumnya
kekebalan bawaan dapat menyebabkan PIDs (Primary dikategorikan ke dalam ada tidak adanya sel T; dengan
Immnunodeficiency Disorder). (McCusker,2011;2) kehadiran sel B (T-, B +), atau tidak adanya kedua T dan
Presentasi Klinis Gangguan IPD sel B (T-, B-). Jumlah sel natural killer (NK cells) juga
Penyakit gangguan immunodefisiensi primer (PID) informatif untuk menentukan fenotip genetik SCID.
adalah kelompok gangguan genetik heterogen yang Meskipun demikian, jumlah normal sel T tidak
mempengaruhi komponen yang berbeda dari sistem mengecualikan kemungkinan cacat sel T dan pada pasien
kekebalan tubuh bawaan dan adaptif. Manifestasi kardinal dengan presentasi klinis immunodefisiensi yang konsisten,
PID termasuk infeksi saluran pernapasan dan maka penyelidikan lebih lanjut dari fungsi sel T menjadi

WIDYA 17 Tahun 29 Nomor 324 September - Oktober 2012


KEDOKTERAN
hal yang menjamin akuransi yang tepat diagnosis Kinase (Btk), yang bertanggung jawab untuk menengahi
immunodifiensi. Pasien dengan SCID biasanya dalam pengembangan dan pematangan sel B. Kelainan ini
tahun pertama kehidupan mengalami diare kronis dan ditandai dengan pengurangan tingkat sirkulasi B-sel dan
gagal tumbuh, berat, infeksi berulang dengan patogen serum IgG, IgA dan IgM. Laki-laki yang terkena biasanya
oportunistik (misalnya Candida albicans [sariawan], menderita infeksi berulang sinopulmonary dan tidak
Pneumocystis jiroveci, atau cytomegalovirus) serta ruam adanya kelenjar getah bening serta amandel. CVID
kulit. Beberapa pasien mungkin juga mengalami cacat adalah gangguan heterogen yang ditandai dengan
neurologis. SCID adalah kondisi darurat pediatrik karena pengurangan konsentrasi serum IgG, rendahnya
infeksi sering menyebabkan kematian dimana konsentrasi IgA dan/atau IgM dan rendah atau tidak
transplantasi sumsum tulang (BMT) dapat bersifat kuratif. adanya tanggapan imunisasi. Gangguan ini
Lainnya CIDS kurang parah yang tidak khas mempengaruhi pria dan wanita, dan biasanya memiliki
menyebabkan kematian dini termasuk Wiskott-Aldrich harapan usia hidup lebih lama daripada gangguan
syndrome, sindrom DiGeorge, ataksia-telangiectasia kekurangan lainnya (yaitu > 10 tahun). Hal ini terkait
dan penyakit X-linked limfoproliferatif. Pasien dengan dengan infeksi sinopulmonary berulang, penyakit
gangguan ini, di masa kanak-kanak mengalami infeksi autoimun dan granulomatosa, komplikasi gastrointestinal
berulang dan temuan klinis yang bervariasi tergantung dan meningkatnya resiko keganasan (misalnya, limfoma
pada sindrom tertentu. Autoimunitas dan disregulasi dan karsinoma lambung). Beberapa pasien mungkin
kekebalan tubuh juga sering dikaitkan dengan komplikasi juga menderita bronkiektasis (pelebaran ireversibel
CIDs. (McCusker,2011; 3, Ballow, 2009:14)......................... bagian dari bronkus akibat kerusakan dinding saluran
2. Gangguan Defisiensi Sel B napas), yang merupakan penyebab umum dari morbiditas
Gangguan defisiensi sel B (defisensi antibodi) dan mortalitas pada pasien ini. Gangguan kekurangan
adalah jenis yang paling umum dari immunodefisiensi, antibodi yang ringan, seperti kekurangan IgA selektif,
terhitung sekitar 50% dari seluruh diagnosis PID. berhubungan dengan rendahnya variabel serum tingkat
Defisiensi ini terdiri dari sekelompok gangguan heteregon kelas imunoglobulin atau subclass dan, dalam beberapa
yang ditandai dengan peningkatan kerentanan terhadap kasus gangguan dalam pembentukan antibodi spesifik.
infeksi saluran pernapasan, terutama oleh Streptococcus IgA, ditandai dengan tingkat rendah atau tidak ada serum
pneumoniae dan Haemophilus influenzae. Pasien IgA dibandingkan tingkat normal IgG dan IgM. Hanya
biasanya secara berulang dan sering parah menderita sekitar sepertiga dari pasien sangat rentan terhadap
infeksi sinopulmonary seperti otitis media, sinusitis, dan infeksi. Gambaran korelasi umur diagnosa dan resiko
pneumonia. Diare, kelelahan, manifestasi autoimun kumulatif sebagaimana terlihat pada gambar 3 berikut:
(terutama sitopenia autoimun), dan gangguan
-
pendengaran sensorineural. Pasien dengan defisiensi 1.0
-
0.9
humoral sering memiliki kondisi berkurang atau tidak -
0.8
ada kadar imunoglobulin serum, tetapi juga dapat -
Cumulative risk

0.7
menunjukkan jumlah normal atau meningkatnya kadar 0.6
-

imunoglobulin serum dengan fungsi abnormal. 0.5 -


0.4 -
Lebih dari 20 gangguan kekurangan antibodi telah 0.3 -
ditetapkan sampai saat ini, bagaimanapun, masih banyak 0.2 -
gangguan yang belum terdefinisi. Gangguan khas yang 0.1 -
0
termasuk dalam kategori ini meliputi: 0 5 10 15 20
agammaglobulinemia X-linked (XLA, juga dikenal sebagai Age at diagnosis (years)
agammaglobulinemia Bruton's), Common Variable
Gambar 3.
Immunodeficiencies (CVID), dan selektif defisiensi IgA. Korelasi umur diagnosis dan resiko kumulatif pasien XLA
XLA adalah hasil dari mutasi pada gen Bruton Tirosin Sumber: McCusker,2011:3, Ballow,2009:15.

WIDYA 18 Tahun 29 Nomor 324 September - Oktober 2012


KEDOKTERAN
3. Gangguan Imunodefisiensi Bawaan Insidens IPD
Pasien dengan gangguan imunodefisiensi bawaan Penyakit immunodefisiensi primer (PID) adalah
dapat terjadi pada usia berapa pun, seringkali dengan gangguan yang jarang terjadi pada orang dewasa. Paling
kondisi sulit memberantas infeksi. Tanda-tanda yang sering, kondisi serius terdeteksi selama masa bayi atau
khas dari gejala gangguan fagosit adalah piogenik yang kanak-kanak. Namun, bentuk ringan dari PID tidak dapat
parah, bakteri dan infeksi jamur pada kulit, saluran didiagnosis sampai di kemudian hari, dan beberapa jenis
pernapasan, dan organ internal, serta luka yang immunodefisiensi humoral mungkin terjadi di masa
menyakitkan sekitar mulut. Granulomatosa penyakit dewasa. Sebuah studi retrospektif dilakukan pada 55
kronis (CGD) adalah cacat fagosit umum. Hiper-IgE pasien dewasa yang didiagnosis sebagai PID antara
syndrome merupakan gangguan fagosit ditandai dengan Januari 1998 dan Januari 2009 di sebuah pusat medis
infeksi Staficoccus pada kulit, tulang dan paru-paru, tunggal tersier di Korea. Kekurangan subclass IgG adalah
kelainan tulang dan tingkat IgE yang tinggi. Baru-baru fenotipe yang paling umum (67%, 37/55), diikuti oleh
ini ditemukan hasil dari mutasi pada transduser sinyal defisiensi IgG (20%, 11/55), IgM defisiensi (7%, 4/55),
dan aktivator transkripsi 3 (STAT3) yang mempengaruhi Common Variabel Immunodeficiency (2%, 1 / 55), dan
sel fagositik Staphylococcus serta fungsi osteoklas yang X-linked agammaglobulinemia (2%, 1/55). IgG3 dan
terlibat dalam remodeling tulang. IgG4 adalah subclass yang paling terkena dampak.
Dari semua PID, kekurangan komplemen memiliki Infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah
presentasi kurang dari 1% dari kasus diidentifikasi. Pasien (76%) adalah gejala yang paling sering diamati, diikuti
dengan gangguan ini cenderung menderita dengan oleh infeksi situs beberapa (11%), infeksi saluran kemih,
penyakit autoimun sistemik yang menyerupai lupus dan kolitis. Asma bronkial, rhinitis, dan beberapa penyakit
eritematosus atau dengan infeksi berat atau berulang autoimun adalah penyakit yang umum terkait. IgG dan
dengan organisme encapsulated. (McCusker,2011:3-4). defisiensi IgG subclass harus dipertimbangkan pada
pasien dewasa dengan kondisi infeksi saluran
Analisis Genetik IPD pernapasan atas dan bawah yang berulang, terutama
Penerapan analisis mutasi menjadi bagian integral pada mereka dengan alergi pernapasan atau penyakit
dari evaluasi lengkap pasien dengan immunodefisiensi autoimun.
primer dan dengan demikian dokter yang merawat pasien 2%
2%
harus mengembangkan pemahaman yang lebih baik dari
2% 7%
utilitas dan tantangan dari teknologi laboratorium. Sebuah
laporan lengkap dari laboratorium klinis menyediakan 20%
pengujian mutasi harus mencakup analisis identifikasi
berbagai mutasi dan juga identifikasi adanya Single
Nucleotide Polymorphism (SNP) dan temuan titik identik 67%
mutasi. Hal ini penting untuk memastikan bahwa setiap
perubahan urutan diidentifikasi karena akan memiliki
Total lgG deficiency lgG subcilass deficiency
dampak dasar penentuan kekebalan genetik pasien.
Selective lgA deficiency Selective lgM deficiency
Studi kasus yang disajikan mengidentifikasi situasi di Common variabel immunodeficiency X-linked agammaglobulinemia

mana evaluasi awal dapat menyebabkan kesimpulan Gambar 4. Distribusi Primary Immunodeficiency Disorder
false-negatif atau positif. Sebagai bagian dari evaluasi Pasien Dewasa di Korea
Sumber: Kim,2010:825-826.
genetik, seorang konselor genetik sangat penting untuk
membantu memastikan pasien memahami yang terbaik Diagnosis IPD
diagnosis dan memberi kebutuhan informasi genetik Diagnosis dini IPD sangat penting untuk mencegah
termasuk dampak pada diri mereka sendiri dan keluarga penyakit yang signifikan terkait morbiditas, dan bahkan
mereka (Hsu,2009:8). kematian. Namun, sebuah survei nasional PID di Amerika

WIDYA 19 Tahun 29 Nomor 324 September - Oktober 2012


KEDOKTERAN
Serikat menemukan bahwa lebih dari 40% pasien dengan Meskipun tabel 5 ini tidak memberikan daftar lengkap
gangguan ini tidak didiagnosis sampai dewasa (Gambar dari semua tanda-tanda dan gejala PID, pasien yang
5A), meskipun bahwa banyak fakta melaporkan kondisi memenuhi salah satu kriteria harus dirujuk segera ke
kesehatan yang serius atau kronis sebelum diagnosis, imunolog klinis untuk evaluasi lebih lanjut. Ahli imunolog
seperti sinusitis , bronchitis, dan pneumonia (lGambar akan memberikan evaluasi menyeluruh kekebalan yang
5B). Pentingnya diagnosis dan penanganan yang cepat sering dimulai dengan Complete Blood Count (CBC)
dan penatalaksana PID lebih lanjut ditinjau dari tingkat dan hapusan darah. Tes ini digunakan untuk
rawat inap pra-dan pasca diagnosis. Meskipun 70% mengevaluasi keberadaan limfopenia, limfosit abnormal
dilaporkan dirawat di rumah sakit sebelum diagnosis atau tidak biasa serta sel fagositik, dan juga kelainan
(Gambar 5C), hampir setengah (48%) melaporkan tidak terkait hematologi lain yang mungkin menunjukkan PID.
ada rawat inap sejak diagnosis (Gambar 5D) . Limfopenia signifikan, misalnya, mungkin merupakan
A. Age at time of diagnosis of PID B. Conditions before diagnosis
indikasi pertama dari Immunodefisiensi T-sel
30 80 (seluler). Alat diagnostik lain yang penting meliputi
70
25

20
60
50
tes proliferasi limfosit dan flow cytometry yang
% 40
% 15

10
30
20
memungkinkan untuk penghitungan sel B, sel
10
5 0 T, dan sel NK, serta evaluasi penanda limfosit,
0
Ar a
D tis

tis
et itis

r
C s
en is
ia
on is

so s

ce
e

iti
io
ti

ps
t

on

ti

gi
rth
si

al thri
eh

at
rp

an
O

<1 1to 5 6to 11 12to17 18to39 40to 64 65 -


varibialitas sel T dan reseptor adhesi yang
in
nu

Se
im

ep
ia
Si

H
ab
Br

M
Pn

N= 2,651
M

N= 2,807

D. Frequency of hospitalzations since diagnosis


mungkin terkait dengan cacat kekebalan spesifik.
C. Frequency of hospitalzations before diagnosis
x x
30
Analisis standard aliran cytometry berada pada
30
25
level abnormal pada sebagian besar kasus SCID
Frequency (%)

25
Frequency (%)

20 20

15 15
dan dalam beberapa kasus CID.
10 10

5 5 Pengobatan dan Terapi PID


0 0
None 1 2 to 5 6 to 10 11 to 10 21 -
None 1 2 to 5 6 to 10 11 to 10
Number of hospitalizations
21 -
Number of hospitalizations Pengobatan atau terapi penggantian
N= 2708 N= 2707

Figure 1 Results the Immune Deficiency Foundation (DF) national survey of PIDs (11)
Immunoglobulin (Ig) pertama kali digunakan
Gambar 5. Korelasi antara kecepatan diagnosis IPD dan pada tahun 1950 untuk pengobatan PID yang
masa perawatan ditandai dengan kekurangan antibodi dominan. Sejak
Sumber: McCusker,2011:4-5.
itu, kemajuan luar biasa telah dibuat dalam memahami
Berdasarkan data diagram di atas, diagnosis PID perbaikan klinis dengan penggantian Ig, serta dalam
harus dicurigai pada anak-anak dan orang dewasa yang memahami variasi genotipik dan fenotipik yang banyak
memiliki pneumonia berulang dan atau telinga, sinus mempengaruhi penurunan kekebalan alami atau buatan.
dan infeksi kulit. 10 tanda Immunodefisensi yang perlu Pengobatan PID bersifat kompleks dan umumnya
diwaspadai seperti yang tercantum pada tabel 4 di melibatkan strategi pendukung yang baik , sebagai
bawah ini: contoh terapi sebaiknya dikoordinasi oleh imunolog
Tabel 4. The Jeffrey Modell Foundations’ dengan keahlian dalam menangani gangguan ini.
10 tanda gejala gangguan sistem Imunitas Manfaat imunoglobulin (Ig) pengganti kekurangan antibodi
1. 8 gangguan infeksi telinga dalam jangka waktu satu tahun (Antibody Deficiencies/AD) tidak perlu dipertanyakan
2. 2 infeksi sinus yang serius dalam jangka waktu satu tahun lagi. Banyak dari kelainan kongenital terjadi pada awal
3. 2 bulan penggunaan antibiotika dengan efek yang sangat
kecil kehidupan dan oleh karenanya terapi ini sering diterapkan
4. 2 pneumonia dalam jangka waktu satu tahun
5. Kegagalan pertumbuhan normal bayi (berat badan dan tumbuh
pertama kali pada anak muda. Bagi banyak anak, infus
kembang) imunoglobulin akan tetap menjadi kebutuhan di masa
6. Kekambuhan abses pada kulit atau organ
7. Infeksi jamur yang persistent pada mulut atau kulit mendatang.Tidak ada terapi lain telah menunjukkan
8. Kebutuhan intravenous antibiotik untuk mengobati infeksi manfaat yang sama sebagaimana terapi Ig dalam
9. 2 infeksi dengan jangkauan lokasi yang cukup dalam
10. Riwayat keluaga terjadinya IPD mengurangi jumlah dan keparahan dari komplikasi infeksi
pada pasien anak dengan AD. Konsensus antara

WIDYA 20 Tahun 29 Nomor 324 September - Oktober 2012


KEDOKTERAN
immunologists pediatrik adalah bahwa bila Immunoglobulin (IVIG). Manfaat IVIG pada pasien muda
dikombinasikan dengan pemantauan klinis yang intensif, harus seimbang terhadap kemungkinan terganggunya
tepat waktu dan terapi pengganti Ig yang tepat, pada pematangan normal dari sistem kekebalan tubuh, karena
akhirnya bisa memperpanjang harapan hidup pasien setidaknya dalam vitro, IVIG menekan baik sel T dan
muda untuk mendekati harapan hidup dari populasi tanggapan sel B. Bagi mereka yang mendapat perlakuan
umum. Pemikiran mengenai efektivitas aplikasi dari terapi IVIG, re-evaluasi periodik fungsi kekebalan tubuh
terapi Ig terus berkembang, kekurangan efektifitas obat mereka sangat penting untuk diperhatikan. (Gracia-
ini dan peningkatan biaya terapi telah ditangani secara Lionert,2008:1-3).
komprehensif. Indikasi pertama dan terpenting dari Terapi Gen pada Primary Immunodeficiensies (PIDs)
pengganti Ig adalah untuk mengurangi infeksi pada Primary immunodeficiencies (PIDs) memiliki lebih
pasien dengan hypogammaglobulinemia dan tanggapan dari 300 kelainan genetik yang secara fundamental
gangguan antibodi. Penyakit prototipikal dalam kelompok berdampak pada perkembangan dan fungsi dari sistem
ini adalah agammaglobulinemias: X-linked (XLA) atau kekebalan tubuh. Kebanyakan dari PID merupakan
resesif autosomal (ARA). Diagnosis kondisi ini biasanya gangguan monogenic yang sangat jarang terjadi, tetapi
dibuat pada tahun kedua atau ketiga kehidupan pada spektrum dari PIDs secara konstan berkembang dengan
anak dengan riwayat infeksi berulang, penurunan identifikasi syndrom imunodefisiensi baru melalui
immunoglobulin yang signifikan dan jumlah sel B yang teknologi sekuensing dari generasi ke generasi dan
sangat rendah atau tidak ada. Pada pasien muda peningkatan kepekaan para klinisi. Pasien pada
perlakuan awal terapi Ig dapat menyelamatkan jiwa. umumnya datang dengan keluhan utama kerentanan
Hypogammaglobulinemia ditandai tiga isotypes terhadap infeksi terhadap organisme yang tidak umum
sel B yang menunjukkan diagnosis Common Variabel dan mungkin dapat berkembang pada penyakit
Immunodeficiency (CVI) sedangkan penurunan IgG dan autoimmunity atau autoinflammatory dan keganasan
IgA serta kondisi IgM kisaran normal hingga terjadi lymphoreticular.Terapi supprtif sangat efektif untuk
peningkatan sebagai ciri dari sindrom Hyper IgM (HIGM). berbagai kondisi dan tentunya terapi yang sesungguhnya
Anak-anak dengan CVI atau HIGM memiliki gangguan diperlukan untuk diperlukan mencegah morbidity kronik
parah pada respon antibodi dan seperti pasien dan kematian awal. Transplantasi Allogeneic
agammaglobulinemic, biasanya menderita infeksi hematopoietic stem cell (HSC) telah sangat terbukti
berulang sinopulmonary yang dapat terbantu dengan merupakan optional tindakan kuratif untuk PIDs yang
infus Ig biasa. Immunoglobulin pengganti juga disrbabkan oleh kerusakan gen intrinsik hematopoietic.
diindikasikan pada bayi dengan Severe Combined Meskipun berasosiasi secara langsung dengan
Immunodeficiency Disorder (SCID) dilakukan pada masa morbidity dan mortality pada khemotherapy dan graft-
menunggu sebelum adanya transplantasi dimana fungsi versus-host, protokol yang baru menggunakan regimen
sel-sel B tidak dikembalikan dengan adanya transplantasi. yang intensif dan alternatif stem cells seperti umbilical
Hypogammaglobulinemia Transient masa bayi cord blood (dengan adanya fleksibilitas kecocokan HLA)
( T H I ) a d a l a h p e n y e b a b pa l i n g u m u m d a r i telah terbukti meningkatkan keamanan dan efikasi terapi.
hypogammaglobulinemia gejala pada anak-anak di Meskipun demikian,ada begitu banyak jumlah donor
bawah usia dua. Diagnosis ini hanya dapat dibuat dalam untuk sejumlah besar pasien dengan kecocokan donor
retrospeksi dimana tingkat immunoglobulin anak tidak tersedia dengan mencukupi dan untuk mereka
mencapai usia yang sesuai standard yang ada. Beberapa prosedur autologous yang berbasis pada perbaikan
dari anak-anak awalnya didiagnosis dengan THI akan genetik dari hematopoietic stem dan sel progenitor
mengembangkan cacat lebih permanen. Kebanyakan menjadi pilihan yang sangat menjanjikan. Secara
pasien dengan THI mendapatkan terapi dengan mengejutkan, terapi gen mungkin juga akan membuktikan
manajemen antibiotik yang tepat tetapi beberapa mungkin lebih visible dan ekonomis sebab asosiasi biaya jaminan
memerlukan dukungan jangka pendek Intravenous kesehatan dibandingkan dengan terapi konvensional

WIDYA 21 Tahun 29 Nomor 324 September - Oktober 2012


KEDOKTERAN

nampaknya secara signifikan nampak lebih rendah. Di 3.Terapi gen dapat menjadi salah satu alternatif terapi
sisi lain, merupakan hal yang sulit untuk menyediakan yang cukup efektif. Disamping itu diagnosa dan
model bisnis untuk komersialisasi terapi gen, khususnya kepekaan terhadap kecenderungan kelemahan infeksi
sejak PID yang serius secara individual sangat jarang berulang khususnnya pada usia anak, akan menjadi
terjadi. salah satu faktor preventif yang patut ditekankan.
Kesepakatan yang lebih baik telah dibuat dalam
teknologi gen transfer sekitar 2o tahun yang lalu dengan Saran-saran
adanya perkembangan teknologi vector retroviral yang Perlunya pemahaman dan edukasi yang lebih
akan mungkin lebih aman dan lebih efektif dalam transfer mendalam dalam masayarakat khususnya dalam
dan ekpresi gen. Kondisi kultur Stem cell dan protokol mengenali gejala yang terkait defisiensi imunitas primer
transduksi juga telah dikembangkan untuk meningkatkan khususnya pada anak usia di bawah sepuluh tahun.
viabilitas sel dan efisiensi transfer gen selama prosedur
DAFTAR PUSATAKA
eks vivo (Rivat,2012;668). Abbas, AK., Andrew, HL., Shiv P. Cellular and molecular immunology.
Saunder Elsevier, Philadelphia.2007
Ballow, M., L Notarangels., B Grimbacher, C Cunningham., M
PENUTUP Stein., M Helbert. et all Immunodeficiencies. Clinical &
experimental immunology.2009.
Kesimpulan Delves, J.P. Seamus,J.M.,Dennis, R.B.,Ivan,M.R. Essential
1. Primary Immunodeficiencies Disorder (PID) dapat Immunology. Blackwell Pusblishing. Australia. 2006
Gracia-Lionert M,Sean M.,Taiai C. Immunoglobulin replacement
terjadi pada sel B dan sel T. Kegagalan atau gangguan therapy in childern. Immunol allergy Clin. 2008.
ini terjadi karena adanya kegagalan ekspresi faktor yang Hsu, AP., Thomas AF., Julie EN. Mutation analysisin primary
immunodeficiency disease: Case study. Allergy clinical
mempengaruhi proses pematangan sel B atau sel T immunol.2009.
Kim, Joo-Hee, Park, Han-Jung, Chol, Gill-Soon, Kim, Jeong-Eun,
dan/atau keduanya.
Ya, Young-Min, Nahm, Dong-Ho, Park,Hae-Sim.
2. Gangguan Imunodefisiensi Primer akan berdampak Immunoglobulin G subclass deficiency is the major
phenotype Of primary immunodeficiency in a Korean adult
pada kurang adekuatnya sel tubuh membentuk cohort. J Korean Med Sci.2010.
pertahanan untuk mengikat patogen. Kegagalan ini McCusker, C., Richard W. Primary Immunodeficiency. Allergy,
Asthma & clinical immunology. 2011.
pada umumnya disebabkan oleh karena mutasi gen atau Rivat C., Giorgia S., H Bobby G., Adrian, JT., Gene therapy for
faktor biokimia lain seperti enzym. primary immunodeficiencies.Human Gene Therapy. 2012.

PENGENALAN BERBAGAI JENIS

GANGGUAN KESEHATAN

DAPAT MENINGKATKAN

KEWASPADAAN
WIDYA 22 Tahun 29 Nomor 324 September - Oktober 2012

Anda mungkin juga menyukai