Anda di halaman 1dari 31

RESUME

BIOKIMIA PADA SISTEM MUSKULOSKELETAL

Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Muskuloskeletal


Dosen Pembimbing: Ns. Dwiyanti Pusbasari, M.Kep.

Oleh:
Ady Hidayatullah
213.C.0023

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARDIKA CIREBON
2014/2015
SISTEM MUSKULOSKELETAL

Otot rangka dan tulang menunjang dan menggerakan tubuh. Tulang


melindungi organ internal dan digerakan oleh otot. Otot bertanggung jawab
menimbulkan tonus vaskular, kontraksi usus, fungsi genitourinari, dan denyut
jantung. Sebagian fungsi otot secara relatif tidak bergantung pada stimulasi saraf
atau hormon, sedangkan otot lainnya hanya aktif sebagai respons terhadap
stimulasi saraf, penyakit atau cedera otot dan tulang menyebabkan pergerakan
menjadi sulit atau menimbulkan nyeri. Kehidupan menjadi mustahil apabila otot
jantung atau pernafasan rusak.

A. BIOKIMIA OTOT

Otot merupakan Transduser (mesin) biokimia yang utama mengubah


Energi potensi ( kimiawi) menjadi energi kinetik (mekanis). Terdapat tiga
jenis otot : rangka, jantung, polos. Proses dasar kontraksi pada ketiga jenis
otot tersebut serupa, namun terdapat perbedaan yang sangat penting.

Protein Yang Terdapat di Otot

a) Aktin
Aktin terbenuk dari monomer G-aktin. Pada kekuatan fisiologik
dan dengan adanya Mg2+, G-aktin melakukan polimerisasi nonkovalen
hingga terbentuk filamens heliks-ganda tak-larut yang dinamakan F-
aktin.
b) Miosin
Merupakan Heksamer asimetrik, dan mempunyai ekor fibrosa
yang terdiri atas 2 heiks yang saling terpilin.
Molekul Heksamer terdiri atas :

1. Satu pasang rantai-berat (heavy-chain)


2. pasang rantai-ringan (Light-chain)

c) Tropomiosin
Tropomiosin merupakan molekul fibrosa yang terdiri atas dua
buah rantai, alfa, dan beta, yang melekat pada F-aktin dalam alur antar-
filamen.
d) Troponin
Terdapat 3 buah komponen Troponin :

1. Troponin C : terikat dengan kompleks F-aktin-tropomiosin.


2. Tropomiosin I : mencegah pengikatan kaput miosin dengan tempat
pelekatan F-aktin melalui pengguliran tropomiosin ke dalam posisi
tempat melekatnya kaput miosin pada F-aktin.
3. Troponin T : mengikat tropomiosin dan troponin lain

Didalam sel otot terdapat organel sub sel retikulum


Sarkoplasmik. Didalam Retikulum Sarkoplasmik terdapat
Kalsekuestrin. Kalsekuestrin merupakan “POOL” Ca2+ pada keadaan
otot istirahat. Ketika terjadi rangsangan, Kalsekuestrin melepaskan Ca2+
kemudian diikat oleh Troponin C lalu berkontraksi. Pada relaksasi Ca2+
kembali diikat Kalsekuestrin dalam Retikulum Sarkoplasmik.

e) Mioglobin
Merupakan Suatu protein monometrik dan menyimpan oksigen
sebagai cadangan untuk menghadapi kekurangan oksigen.
Hidrolisis ATP menggerakkan pengikatan dan pelepasan aktin
dan miosin dalam 5 macam reaksi.
Kaput S-1 miosin menghidrolisis ATP menjadi ADP + Pi. Kalau
kontraksi otot distimulasi, (lewat kejadian Ca2+ tropinin, tropomiosin,
dan aktin) maka aktin terjangkau dan miosin akan menemukannya serta
membentuk kompleks seperti yang di tunjukkan. Pembentukan kompleks
tadi meningkatkan Pi dan di ikuti oleh pelepasan ADP disertai dengan
perubahan bentuk. Molekul ATP yang lain terikat pada Kaput S-1 dengan
membentuk kompleks aktin-miosin-ATP. Kompleks miosin-ATP
mempunyai afinitas yang rendah terhadap aktin, dan aktin akan
dilepaskan. Pada tahap terkhir ini kunci relaksasi tergantung pada
pengikatan ATP dan kompleks aktin miosin.
Aktin larut dalam 0,6 N larutan KCl. Aktin itu akan berikatan
dengan Ca dalam bentuk Ca aktinat. Aktin dalah protein dengan BM
70.000, dengan myosin (miosin), aktin membentuk aktomiosin. Miosin
terdapat dalam otot dalam bentuk magnesiummiosinat, BM-nya kira-kira
450.000.
Protein lain lain yang dijumpai pada otot adalah pigmen
respiratoria mioglobin. Fungsinya seperti Hb darah. Kemampuan
spesifiknya adalah menerima O2 dari darah, menyimpannya, dan
akhirnya melepaskannya untuk dipergunakan dalam metabolisme aerobik
otot rangka. Struktur molekulnya berbeda jauh dengan Hb dan
mempunyai afinitas mengikat O2 yang lebih besar daripada Hb.

1. Otot Rangka
Otot rangka mengandung air 75%, protein (terutama globulin)
20%, karbohidrat 1%, lemak, enzim, dan berbagai garam anorganik (Na,
K, Mg, Ca) 4%. Miofibril mengandung paling sedikit 4 macam globulin
yakni : aktin, miosin, tropomiosin, dan troponin (paramiosin). Berbagai
protein tersebut di atas tidak diketemukan dalam jaringan non muskuler
Otot rangka dihubungkan ke tulang melalui tendon. Tendon
menggerakan tulang dengan kontraksi otot rangka, yang dikontrol oleh
neuron motorik bawah dari medula spinalis. Satu neuron motorik dapat
mempersarafi beberapa serabut otot. Neuron motorik dan seluruh serabut
otot yang dipersarafinya disebut unit motorik. Secara umum, otot yang
memiliki kontrol halus hanya memiliki sedikit serabut otot yang
dipersarafi oleh neuron motorik tunggal. Otot yang tidak memerlukan
kontrol halus (yaitu otot yang menunjang punggung) terdiri atas banyak
serabut otot per neuron motorik.
Sel otot rangka adalah sel yang sangat berdiferensiasi yang tumbuh
selama embriogenesis dan setelah itu dalam kehidupan di bawah kontrol
faktor pertumbuhan, hormon, dan stimulus fisik. Selama embriogenesis,
sel otot rangka mengalami hiperplasia (peningkatan jumlah sel) dan
hipertrofi (peningkatan ukuran sel). Setelah embriogenesis, sel otot
rangka terus mengalami hipertrofi sebagai respons terhadap stimulus
tertentu, termasuk olahraga, namun tidak lagi mengalami hiperplasia.
Miostatin protein, yang juga dikenal sebagai “faktor pertumbuhan dan
diferensiasi-8”, diidentifikasikan memiliki peran penting dalam
pengaturan pertumbuhan otot rangka sebelum dan setelah kelahiran,
dengan membatasi pertumbuhan dan reproduksi serabut sel otot.

a) Struktur Otot Rangka


Setiap otot rangka tersusun dari banyak sel otot, yang sebut
serabut otot. Otot tertentu dapat memiliki beberapa ratus adat
beberapa ribu serabut. Semakin banyak serabut otot yang ada pada
otot, semakin besar keluaran petensial otot tersebut.
Otot rangka disebut otot serabut otot serabut lintang karena
adanya garis lintang yang dapat dilihat di seluruh otot melalui
mikroskop cahaya. Garis lintang tersebut menggambarkan subunit
dari setiap serabut otot: miofibril. Satu sel otot dibentuk dari banyak
miofibril. Miofibril terdiri atas subunit yang lebih kecil yang disebut
miofilamen: miofilamen adalah unit fungsional sel otot. Unit ini
terdiri atas protein kontraktil yang tebal dan tipis, yang berkelompok
bersama menjadi pola berulang, yang disebut sarkomer.
1) Sarkomer

Setiap sarkomer mengandung filamen tebal dan tipis.


Filamen tebal terletak di daerah sentral sarkomer, dan terdiri atas
beberapa ratus salinan protein kontraktil miosin. Fillamen tipis
melekat ke bagian tepi sarkomer dan terdiri atas protein aktin,
tropomiosin, dan troponin.
Daerah sarkomer yang hanya terdapat filamen tebal
disebut zona H. Daerah yang hanya terdapat filamen tipis disebut
zona I. Pita A adalah bagian tempat filamen tipis dan tebal
bertumpang-tindih. Garis z adalah tepi sarkomer, tempat aktin
melekat. Setiap sarkomer terentang dari garis Z ke garis Z
berikutnya.
2) Jembatan Silang
Setiap molekul miosin terdiri atas enam rantai peptida dua
rantai barat yang berpilin bersama untuk membentuk sebuah ekor
panjang dengan dua kepala grobular, dan rantai ringan yang
bergabung, dua rantai membentuk satu kepala, dengan kepala
miosin. Kepala tersebut membentuk tonjolan kecil yang
terbentang dari filamen miosin. Tonjolan ini disebut jembatan
silang (cross-bridge). Ketika otot relaksasi, jembatan silang
miosin tidak melekat sarkomer. Selama keadaan relaksasi ini,
molekul adenosin trifosfat (ATP) berikatan dengan miosin dan
terpecah menjadi ADP dan fosfat energi-tinggi (P). ADP dan P
tetap berikatan dengan miosin, tanpa melepaskan energi yang
dihasilkan oleh pemecahan ATP.

b) Kontraksi Otot
Kontraksi otot terjadi apabila jembatan silang miosin
berikatan dengan tempat spesifik diprotein aktin. Apabila hal ini
terjadi, energi yang disimpan di kepala miosin dari pemecahan
molekul ATP sebelumnya, dilepaskan. Energi yang dilepaskan,
digunakan untuk mengayunkan jembatan silang sehingga filamen
aktin dan miosin bergeser satu sama lain. Hal ini memendekan dan
menyebabkan kontraksi otot. Dengan berayunnya jembatan silang,
sisa ADP dan P dilepaskan dari miosin.
Selama kontraksi otot, panjang filamen aktin dan miosin
tidak berubah, tetapi pita I dan zona H memendek. Setiap kontraksi
otot melibatkan beberapa siklus berulang pergeseran filamen untuk
menimbulkan tegangan yaang diperlukan otot untuk bekerja.

Tabel Komposisi Sarkomer dan Perubahan Selama Kontraksi


Daerah Filamen Komposisi Kondisi Saat Kontraksi

Zona H Tebal Miosin Memendek


Zona I Tipis Aktin, trponin, Memendek
tropomiosin
Pita A Tebal dan tipis Miosin, aktin, troponin, Tidak ada perubahan
bertumpang tindih tropomiosin
Garis Z Tepi sarkomer Pelekatan aktin Tidak ada perubahan

1) Penggabungan Eksitasi-Kontraksi
Dengan mempertimbangkan bahwa miosin dan aktin
siap berikatan, dan energi tersedia untuk dilepaskan guna
mengayunkan jembatan silang, pertanyaannya menjadi : Apa
yang mencegah kontraksi otot rangka terjadi setiap waktu?
Jawaban sederhanyanya adalah bahwa mioksin dan aktin tidak
dapat selalu berikatan satu sama lain sehingga jembatan silang
tidak dapat selalu berayun. Kontraksi otot rangka hanya terjadi
sebagai respons terhadap stimulasi saraf dan pelepasan kalsium
intrasel-selanjutnya.
Apabila potensial aksi disampaikan oleh neuron
motorik ke serabut otot rangka, neuron melepaskan asetilkolin
(ACh) ke dalam taut neuromuskular. ACh berdifusi ke daerah
khusus sel otot, yang disebut end plate. End plate sel otot
dipusatkan pada reseptor untuk ACh. ACh berikatan dengan
reseptor sehingga terjadi pembukaan saluran natrium yang
terdapat di sel otot. Dengan membukannya saluran ini, ion
natrium menyerbu masuk ke dalam sel sehingga terjadi
depolarisasi sel (menyebabkan bagian dalam sel bermuatan
positif) dan mencetuskan potensial aksi. Potensial aksi
disalurkan ke seluruh serabut otot sehingga terjadi proses
depolarisasi serabut. Depolarisasi menyebar ke serabut otot
melalui tubulus kecil, yang disebut tubulus transversus (T),
yang berjalan di sepanjang taut antara pita A dan I.
Apabila bagian dalam sel menjadi positif, ion kalsium
dilepaskan dari kantong intrasel kalsium (yang disebut kantung
lateral) yang terletak berdekatan dengan tubulus T. Kantong
lateral adalah evaginasi kompartemen penyimpanan kalsium
intrasel yang besar.: retikulum sarkoplasma (sarkoplasmic
reticulum, SR). Kadar kalsium intrasel yang tinggi yang
dilepaskan dari SE mencetuskan kontraksi otot.

2) Peran Kalsium Intrasel dalam Mencetuskan Kontraksi Otot.


Ketika serabut otot rangka berada dalam keadaan
istirahat, kepala miosin dihambat untuk berikatan dengan
molekul aktin karena adanya dua protein lain pada filamen
tipis : tropomiosin dan troponin. Tanpa adanya miosin yang
berikatan dengan aktin, energi dari ATP tidak dapat
dilepaskan, jembatan silang tidak dapat berayun, dan otot tidak
dapat berkontraksi. Peningkatan kalsium intrasel mengubah
interaksi protein ini dan menyebabkan kontraksi.
Pada keadaaan istirahat, tropomiosin melekat pada
molekul aktin dengan cara sedemikian rupa sehingga
menghambat peningkatan jembatan silang miosin disuatu
tempat di aktin. Trponin melekat pada molekul akin dan
tropomiosin. Trponin juga memiliki tempat pengikatan untuk
kalsium. Ketika konsentrasi kalsium di bagian dalam sel
meningkat, kalsium berikatan dengan trponin sehingga
menyebabkan posisi trponin pada molekul trpomiosin
bergeser. Hal ini menyebabkan posisi tropomiosin pada katin
bergeser sehingga membuka tempat pengikatan untuk miosin.
Saat tempat pengikatan pada aktin terbuka, kepala miosin
segera berikatan dengan aktin dan melepaskan energi yang
disimpannya, dan jembatan silang berayun. Filamen bergeser
satu sama lain dan otot berkontraksi. Semakin banyak jumlah
jembatan silang yang berhubungan dan terayun pada satu
waktu, semakin besar tegangan yang dihasilkan oleh otot.
Setelah setiap ayunan jembatan silang, molekul ATP
yang baru berikatan dengan molekul miosin (ADP dan P lama
telah dilepaskan). Hal ini menyebabkan jambatan silang miosin
terpisah dari aktin dan serabut mengalami relaksasi. Saat
mengalami relaksasi, molekul ATP baru terpecah, dan
energinya kembali disimpan dalam kepala miosin. Apabila
kalsium intrasel tetap tinggi, jembatan silang miosin akan
kembali mengikat aktin, dan energi ini akan dilepaskan
sehingga menimbulkan kontraksi kedua. Penggabungan-
eksitasi kontraksi terjadi apabila kadar kalsium intrasel
meningkat dari konsentrasi molar istirahat sebesar kurang dari
10-2 sampai sekitar 10-5. Selama potensial aksi yang lazim,
konsentrasi kalsium sekitar 2x-10-1 molar: konsentrasi ini
adalah sekitar 10 kali kadar diperlukan untuk konsentrasi otot
secara maksimal.

c) Penjumlahan Serabut Otot


Setiap denyut kalsium berlangsung sekitar 1/20 detik dan
menghasilkan apa yang disebut sebagai kedutan otot tunggal
(singgle muscle twitch). Penjumlahan terjadi apabila kalsium
dipertahankan dalam kompartemen intrasel oleh stimulasi saraf
berulang pada otot. Penjumlahan berarti masing-masing kedutan
dijumlahkan sehingga menyebabkan peningkatan kekuatan
kontraksi. Apabila stimulasi diperpanjang, tiap kedutan menyatu
sampai kekuatan kontraksi maksimum. Pada titik ini, otot dikatakan
telah mencapai tetani, yang ditandai oleh kontraksi halus yang
berkelanjutan.

d) Penjumlahan Otot Keseluruhan: Penjumlahan Serabut


Multipel
Jumlah total tegangan yang dihasilkan oleh seluruh otot
adalah hasil penjumlahan tegangan yang dihasilkan oleh setiap
serabut otot. Peningkatan jumlah serabut yang distimulasi untuk
berkontraksi akan meningkatkan jumlah serabut yang dihasilkan
oleh seluruh otot. Hal ini disebut penjumlahan serabut multiple.
Penjumlahan serabut multiple terjadi apabila unit motorik
tambahan diaktivasi sehingga menyebabkan kontraksi lebih banyak
serabut otot.

e) Relaksasi Otot
Serabut otot mengalami relaksasi ketika kalsium dipompa
keluar dari sitoplasma kembali kedalam reticulum sarkoplasma.
Pemompaan kalsium adalah proses aktif yang terjadi di membrane
reticulum sarkoplasma. Proses ini menggunakan energy yang
berasal dari pemecahan molekul ATP yang berbeda. Ketika kadar
kalsium turun sampai sekitar 10-7 molar, troponin kembali ke
posisisnya semula pada molekul tropomiosin, dan tropomiosin
kembali menghambat peningkatan aktin dan myosin, yang
menyebabkan kontraksi otot berlaku.

f) Metabolisme Otot dan Keletihan Otot


Kontraksi otot bergantung pada produksi ATP dari salah
satu dari tiga sumber. (1) kreatinin fosfat (creatinine phosphate,
CP) yang disimpan di otot, (2) fosforilasi oksidatif bahan makanan
yang disimpan di atau dikirim ke otot, dan (3) glikolisis anaerob.
Keletihan otot terjadi apabila penggunaan ATP di otot menjadi
berlebihan.
Ketika otot pertama kali mulai berkontraksi, otot mulai
menggunakan simpanan CP-nya untuk mendorong kontraksi. CP
mengandung molekul fosfat energy-tinggi yang dipindahkan ke
ADP untuk menghasilkan ATP:
CP + ADP = C + ATP
Sumber ATP ini mudah diakses, tetapi dibatasi oleh jumlah
CP yang terdapat di sel pada permulaan kontraksi. Setelah beberapa
detik, otot mulai mengandalkan sebagian besar fosforilasi oksidatif.
Sumber energy untuk fosforilasi oksidatif adalah glikogen yang
disimpan di otot dan setelah itu, glukosa dan asam lemak yang
dikirimkan ke otot dalam suplai darah. Sumbar energy ini tersedia
selama 30 menit atau lebih bergantung pada intensitas kontraksi.
Apabila aintensitas olahraga sangat tinggi, atau durasinya sangat
lama. Otot mulai semakin mengandalkan glikolisis anaerob.
Glikolisis anaerob menghasilkan ATP dalam jumlah terbatas dari
metabolism glikogen otot dan glukosa darah yang bersirkulasi. Otot
yang mengggunakan glikolisis anaerob untuk sebagian besar
produksi ATP-nya dengan cepat mengalami keletihan. Keletihan
otot dapat diperkirakan secara eksperimental akibat deplesi
glikogen yang disimpan di otot. Asam laktat adalah produk
sampingan glikolisis anaerob dan dapat tertimbun di otot dan darah
pada kontraksi otot yang intens atau berkepanjangan sehingga
menimbulkan keletihan. Asam laktak juga dapat menimbulkan
nyeri otot yang terasa satu atau dua hari setelah olahraga yang
intens.
g) Hubungan Panjang-Tegangan

Panjang otot serabut otot menentukan jumlah maksimum


tegangan yang dapat dihasilkannya. Panjang serabut otot
mempengaruhi pembentukan tegangan akibat peregangan
sarkomer. Apabila sarkomer diregangkan melebihi panjang
optimum, sebagian jembatan silang myosin akan terlalu jauh
berhubungan dengan tempat aktin sehingga tidaka akan berayun.
Hal ini akan mengurangi tegangan total. Sebaliknya, apabila
sarkomer kurang teregang secara optimal, jembatan silang akan
menyatu terlalu dekat untuk dapat berayun secara bebas sehingga
membatasi pergeseran filament dan kembali mengurangi tegangan
total. Pada otot rangka yang normal, panjang otot saat istirahat akan
menghasilkan jumlah tegangan maksimum.

h) Kontraksi Isometrik

Kontraksi isometric adalah kontraksi ketika terjadi ayunan


jembatan silang dan terbentuk tegangan tanpa pemendekan otot.
Kontraksi isometric terjadi ketika individu mencoba mengangkat
beban yang memerlukan tegangan yang lebih bear daripada
tegangan yang dapat dihasilkan oleh otot. Tidak ada kerja mekanis
yang dilakukan. Tehangan terbentuk, tetapi otot tidak memendek.

i) Kontraksi Isotonik

Kontraksi isotonic terjadi saat otot memendek karena


mengangkat beban yang konstan. Kerja tejadi untuk mengangkat
beban tersebut. Salah satu contoh kontraksi isotonic adalah ketika
seorang atlet angkat berat mengangkat barbel. Sebagian besar
kontraksi otot mencangkup periode isotonic dan isometric.

j) Elemen Elastik Serial


Biasanya terdapat penundaan antara eksitasi otot dan
kontraksi isotonic. Penundaan tersebut terjadi karena komponen
elastic otot dan kontraksi isotonic. Penundaan tersebut terjadi
karena komponen elastic otot, termasuk tendon dan perlekatan
sarkomer, harus memendek sebelum otot itu sendiri memendek.
Komponen elastic otot disebut elemen elastic serial. Apabila terjadi
kontraksi otot kedua sebelum elemen elastic serial mengalami
relaksasi, tidak terjadi, penundaan dan tegangan otot dapat
ditingkatkan segera. Konsep elemen elastic serial ini dapat lebih
mudah dipahami dengan membayangkan per yang dihubungkan ke
suatu benda. Sebelum benda dapat dingkat dengan menarik per, per
tersebut mula-mula harus diregangkan. Hal ini menunda
pengangkatan tersebut.

k) Serabut Kedut- Cepat dan Serabut Kedut- Lambat

Otot yang berbeda berisi jenis otot yang berbeda,


bergantung pada rentang pekerjaan yang dilakukan. Otot yang
harus berfungsi secara kontinu, seperti otot system pernapasan,
harus memiliki daya tahan yang lama dan banyak suplai oksigen.
Otot yang lain berfungsi secara singkat dan intens dan kemudian
mengalami relaksasi, otot ini harus dapat menghasilkan letupan
singkat energy tinggi. Biasanya otot akan berisi campuran jenis
serabut, dengan satu jenis serabut mendominasi, namun tidaksecara
eksklusif. Dua bagian utama serabut otot adalah serabut kedut-
cepat dan serabut kedut-lambat.
Serabut kedut-cepat (fast-twich fiber) melepaskan kalsium
dengan cepat dari reticulum sarkoplasma, dan dengan cepat
memecah ATP menjadi ADP pada kepala myosin. Hal ini
menyebabkan laju ayunan jembatan silang menjadi cepat. Serabut
kedut-cepat dapat bergantung terutama pada fosforilasi oksidatif
atau glikolisis anaerob untuk energy, bergantung pada jenis kerja
yang biasanya dilakukan.
Serabut kedut cepat-cepat yang sering menghasilkan energi
dalam jumlah besar untuk ;etupan cepat tegangan memiliki banyak
simpanan enzi, glikolitik dan menghasilkan banyak ATP dari
glikolosis anaerob. Serabut kedut-cepat biasanya adalah serabut
besar. Serabut ini kurang memerlukan vaskularisasi: karena kurang
mengandalkan fosforilasi oksidatif: oleh karena itu, serabut ini
tampak berwarna putih. Serabut ini disebut serabut glikolitik-cepat.
Serabut glikolisis-cepat ini cepat letih dan dominan pada otot atlet
angkat berat dan pelari cepat jarak dekat.
Serabut kedut-cepat yang mengandalkan sebagian besar
fosforilasi oksidatif, yang disebut serabut glikolitik-cepat, memiliki
vaskularisasi yang baik dan mengandung banyak simpanan protein
otot mioglobin. Mioglobin bergabung di otot dengan oksigen, yang
berfungsi sebagai tempat penyimpanan oksigen. Serabut oksidatif-
cepat kurang cepat letih dan dominan pada otot pelari jaraj jauh.
Serabut kedut-lambat (slow-twitch fiber) merupakan
serabut berukuran kecil, sangat tervaskularisasi, dan terutama
bergantung pada fosforilasi oksidatif untuk produksi ATP. Otot
dengan serabut kedut-lambat tampak aneh karena vaskularisasinya
yang tinggi dan adanya protein mioglobin. Serabut oksidatif-lambat
memiliki daya tahan lama dan dominan pada otot yang diperlukan
untuk membentuk tegangan selama periode yang lama, misalnya
otot punggung.

l. Refleks Regang

Banyak otot rangka memiliki serabut otot khusus yang


bekerja sebagai reseptor regang, yang disebut serabut gelendong.
Serabut gelendong otot adalah serabut yang di bungkus oleh ujung
saraf aferen, yang meningkatkan kecepatan pencetusan potensial
aksinya ketika otot teregang. Impuls disalurkan ke medula spinalis
melalui neuron aferen. Di medula spinalis, neuron aferen secara
langsung bersinaps dengan neuron motorik yang mempersarafi otot
(refleks monosinaptik) atau bersinaps dengan interneuron, yang
kemudian menstimulasi neuron motorik (refleks multisinaptik).
Aktivasi neuron motorik menyebabkan otot berkontraksi sehingga
menghilangkan regangan pada gelendong otot dan mengembalikan
kecepatan pencetusan potensial aksi saraf menjadi normal. Proses
ini disebut refleks regang. Hal yang sebaliknya terjadi apabila
regangan pada gelendong mendadak berkurang (yang disebut
refleks regang negatif). Hasil kedua jenis refleks regang tersebut
adalah dipertahankannya otot pada panjang istirahat. Gerakan otot
volunter melibatkan kontraksi serabut otot biasa dan serabut
gelendong otot secara bersamaan. Kontraksi ini memungkinkan
gerakan menjadi lancar. Neuron aferen yang mempersarafi serabut
gelendong otot disebut neuron gama.

2. Otot Jantung
Kontraksi otot jantung sama dengan kontraksi otot rangka, dengan
perbedaan sebagai berikut:
a) Sel jantung dapat berkontraksi secara spontan; yaitu kontraksi tanpa
stimulasi saraf. Stimulasi saraf dapat meningkatkan atau menurunkan
kecepatan kontraksi jantung.
b) Serabut otot jantung dihubungkan satu sama lain melalui daerah
dengan resistensi rendah, yang disebut diskus interkalatus. Diskus
interkalatus memungkinkan terjadinya depolarisasi, yang dimulai pada
satu serabut otot jantung, untuk menyebar ke serabut di sekitarnya
dengan cepat sehingga memastikan kontraksi semua serabut otot
jantung secara bersamaan pada satu waktu. Kontraksi secara
bersamaan diperlukan untuk mempertahankan curah jantung dan
tekanan darah.
c) Terdapat dua sumber kalsium yang terlibat dalam menghasilkan
kontraksi sel otot jantung. Pada otot jantung, seperti pada otot rangka,
ion kalsium dilepaskan ke intrasel dari retikulum sarkoplasma, namun
ion kalsium juga masuk ke sel dari cairan ekstrasel melalui saluran
natrium-kalsium yang ada di tubulus T. Saluran ini juga peka voltase,
namun lambat untuk terbuka sehingga memperlama durasi potensial
aksi jantung. Dengan demikian, kekuatan kontraksi jantung sangat
bergantung pada kadar kalsium ekstrasel. Sebaliknya, kontraksi otot
rangka tidak bergantung kalsium ekstrasel.
d) Karena adanya saluran kalsium yang lambat, kontraksi sel otot jantung
berlangsung sekitar 10 kali lebih lama daripada kontraksi otot rangka.
Akibatnya, otot jantung tidak mampu mencetuskan potensial aksi
secara cepat dan tidak mampu mencetuskan atau tetani. Apabila otot
jantung berada dalam status kontraksi menetap, jantung tidak akan
dapat terisi darah.
e) Dalam keadaan istirahat, sel otot jantung mengalami sedikit regangan
daripada yang diperlukan untuk menghasilkan tegangan maksimum,
yang memungkinkan jantung meningkatkan tegangan ketika
mengalami regangan selama peningkatan pengisian jantung (misal,
selama olahraga)

3. Otot Polos

Kontraksi otot polos dan kontraksi otot rangka memiliki beberapa


kesamaan dan beberapa perbedaan penting. Kontraksi otot polos tidak
sama pada semua otot polos. Beberapa karakteristik kontraksi otot polos
adalah:
a) Otot polos dipersarafi dan distimulasi oleh saraf simpatis dan
parasimpatis sistem saraf otonom. Saraf ini tidak mempersarafi otot
polos di end plate spesifik, namun bercabang melingkupi sel otot dan
secara difus melepaskan zat transmiter di atas serabut.
b) Sebagian otot polos berfungsi sebagai suatu unit yang terdiri atas
jutaan serabut. Serabut ini berkontraksi sebagai respons terhadap
potensial aksi yang dihasilkan dari regangan mekanis, pelepasan
mediator kimia lokal, atau stimulasi saraf atau hormonal. Pencetusan
potensial aksi secara spontan dapat juga terjadi. Pada otot polos jenis
ini, disebut otot polos unit-tunggal. Otot polos jenis ini dijumpai di
usus, di seluruh saluran genitourinari, dan banyak pembuluh darah.
c) Sebagian serabut otot polos berkontraksi secara individual dan hanya
sebagai respons terhadap stimulasi saraf. Serabut ini biasanya
dipersarafi oleh satu neuron yang melepaskan ACH atau norepinefrin.
Serabut ini mengalami depolarisasi dan berkontraksi, namun biasanya
tidak mencetuskan potensial aksi. Otot polos jenis ini disebut otot
polos multi-unit. Otot polos jenis ini dijumpai pada otot mata dan
otot yang mengelilingi folikel rambut. Ketika berkontraksi, otot ini
menyebabkan rambut berdiri pada kulit.
d) Walaupun otot polos memiliki aktin dan miosin, dan memecahkan
ATP untuk menghasilkan tegangan, filamen tipis pada serabut otot
polos tidak memiliki troponin. Ketika kadar kalsium intrasel
meningkat pada serabut otot polos, kalsium berikatan dengan suatu
protein yang disebut kalmodulin, yang menyebabkan fosforilasi
memungkinkan kepala miosin berikatan dengan aktin dan
memecahkan ATP.
e) Sarkomer otot polos tidak memperlihatkan gambaran serabut lintang
di bawah mikroskopis, namun polanya lebih difus dan kurang teratur
sehingga memungkinkan otot berkontraksi dalam rentang panjang
yang berbeda-beda. Pada serabut otot polos terdapat lebih banyak
molekul aktin daripada molekul miosin walaupun pembentukan
tegangan maksimalnya sama.
f) Pada otot polos, sebagian besar kalsium masuk dari cairan ekstrasel
melalui saluran kalsium peka-voltase. Sebagian kalsium kader kalsium
intrasel-selalu cukup untuk mempertahankan tingkat rendah hubungan
jembatan silang. Hal ini menimbulkan tonus otot istirahat pada otot
ini.
g) Kecepatan siklus jembatan silang dan kontraksi otot lebih lambat pada
otot polos dibandingkan dengan otot rangka, kemungkinan besar
karena kepala miosin memiliki lebih sedikit ATPase. Dengan
demikian, diperlukan waktu lebih lama untuk memecahkan ATP
sehingga memperlama waktu miosin untuk berlekatan dengan aktin.
Waktu pelekatan yang lebih lama menyebabkan peningkatan
pembentukan tegangan. Kecepatan pompa kalsium yang lambat di
otot polos juga memperlama kontraksi.
h) Mekanisme latch pada otot polos memungkinkan kontraksi otot
dipertahankan dalam periode waktu yang lama pada fraksi
pengeluaran energi oto rangka. Mekanisme ini mungkin berkaitan
dengan lama waktu miosin tetap berlekatan dengan aktin.

I. OTOT MENGUBAH ENERGI KIMIA MENJADI ENERGI MEKANIS

Otot adalah transducer (mesin) biokimia utama yang mengubah


energi potensial (kimiawi) menjadi energi kinetik (mekanis). Otot,
jaringan tunggal terbesar di tubuh manusia membentuk sekitar 25%
massa tubuh saat lahir, lebih dari 40% pada orang dewasa muda dan
sedikit lebih kecil 30% pada usia lanjut.
Otot lurik terdiri dari sel-sel serabut otot multinukleus yang di
kelilingi oleh membran plasma yang dapat tereksitasi oleh listrik,yaitu
sarkolema. Sel serabut individual yang panjangnya dapat menyamai
panjang keseluruhan otot, mengandung berkas banyak miofibril yang
tersusun sejajar yang terbenam dalam cairan intrasel yang di sebut
sarkoplasma. Di dalam cairan ini terdapat glikogen,senyawa berenergi
tinggi, ATP dan fosfokreatin, serta enzim-enzim glikolilsis.
Miofibril otot rangka mengandung filamen tebal dan tipis. Filamen
tebal mengandung miosin. Filamin tipis mengandung aktin, tropomiosin,
dan kompleks troponin (troponin T,I, dan C). Model jembata-silang
filamen geser adalah dasar dari pandangan terkini tentang kontraksi otot.
Dasar dari model-model ini adalah bahwa filamen-filamen yang saling
tumpang tindih bergeser satu sama lain sewaktu otot berkontraksi dan
jembatan silang antara miosin dan aktin menghasilkan dan
mempertahankan ketegangan otot.

II. AKTIN DAN MIOSIN MERUPAKAN PROTEIN UTAMA OTOT

Monomer G aktin membentuk 25% protein otot berdasarkan berat.


Pada kekuatan ionik fisiologis dan dengan keberadaan Mg2+,G aktin
mengalami polimerisasi secara nonkovalen untuk membentuk filamen
heliks ganda tak larut yang disebut F aktin. Serabut F aktin memiliki
tebal 6-7nm dan memiliki puncak dan struktur berulang setiap 35,5.
Miosin adalah suatu famili protein,dengan paling sedikit 12 kelas
yang telah berhasil diidentifikasi dalam genom manusia. Miosin I adalah
suatu spesies monomer yang berikatan dengan membran sel. Miosin I
dapat berfungsi sebagai penghubung antara mikrofilamen dan membran
sel di lokasi tertentu. Miosin membentuk 55% protein otot berdasarkan
berat dan membentuk filamen tebal. Mision II adalah heksamer asimetris
dengan massa molekol sekitar 460kDa.
Miosin merupakan protein otot yang paling besar jumlahnya yang
terdiri atas 6 sub-unit; yaitu 2 rantai berat dan 4 rantai ringan. Terdiri atas
bagian globular dan bagian fibrosa. Bagian globular mengandung enzim
ATPase .
Bagaimana hidrolisis ATP menghasilkan gerakan yang dapat
terlihat kasat mata? Kontraksi otot pada hakikatnya terdiri dari perlekatan
dan pembebasan siklik kepala S-1 miosin ke filamen F-aktin. Proses ini
juga dapat disebut sebagai siklus penyusun dan perombakan jembatan
silang. Perlekatan aksin pada miosin juga diikuti perubahan konformasi
yang sangat penting di kepala S-1 dan bergantung pada nukleotida mana
yang tersedia (ADP atau ATP). Perubahan ini menghasilkan power
stroke (kayuhan bertenaga), yang mendorong pergerakan filamen aktin
melewati filamen miosin. Energi unutk power stroke pada akhirnay
dipasok oleh ATP yang dihidrolisis menjadi ADP dan P1. Namun,
kayuhan bertenaga itu sendiri terjadi karena perubahan konformasi di
kepala miosim pada saat ADP meninggalkannya.
ATP ATPase ADP + P1 + energi
Selain itu, bagian globular juga dapat berinteraksi dengan
aktin. Apabila miosin direaksikan dengan tripsin akan putus menjadi
HMM dan LMM. HMM apabila direaksiakan dengan PAPAIN akan
putus menjadi HMMS-1 dan HMMS-2. Miosin HMM dan HMMS-1
memiliki aktivitas ATP-ase dan masih dapat berinteraksi dengan aktin.
Apabila terjadi rangsangan, aktin G aktin F.
Kemudian tropomiosim dan ketiga troponim berinteraksi dengan aktin F.
Interaksi aktin F, trompomiosin dan troponin kemudian berinterksi
dengan miosin Ca3+ kontraksi. Di dalam sel otot terdapat organel subsel
retikulum sarkoplasmik. Di dalam retikulum sarkoplasmik terdapat
protein kalsequestrin. Kalsequestrin merupakan ‘pool’ Ca2+ pada
keadaan otot istirahat. Ketika terjadi rangsangan, kalsequestrin
melepaskan Ca2+, kemudian Ca2+ diikat oleh troponin C sehingga
terjadi kontraksi. Pada relaksasi, Ca2+ kembali diikat oleh kalsequestrin
dalam retikulum sarkoplasmik.
Nitrogen oksida adalah regulator otot polos vaskular. Hambatan
pembentukannya dari arginin menyebebkan peningkatan mendadak
tekanan darah yang menunjukkan bahwa regulasi tekanan darah salah
satu dari banyak fungsinya.
III. DUA TIPE SERABUT OTOT

Otot rangka berfungsi dalam kondisi aerob (istirahat) maupun


anaerob (misalnya lari cepat), jadi baik glikolisis aerob maupun anaerob
bekerja, bergantung pada kondisi. Otot rangka mengandung mioglobulin
untuk menyimpan oksigen.

Secara fungsional, otot rangka dibedakan atas dua tipe yaitu; (tipe
1) otot merah/ aerob dan (tipe2) otot putih/ anaerob. Contoh dari otot tipe
I adalah pelari maraton dimana sumber energi dari geerakan ototnya
adalah glikolisis aerobik, siklis asam sitrat, dan oksidasi asam lemak
sangat penting pada fase-fase terakhir. Contoh dari tipe otot II adalah
pelari sprint dimana sember energi dari gerakan ototnya adalah ATP,
kreatinin kinase dan glikolisis anaerobik. Berikut adalah penjelasan lebih
rinci;

Sumber Energi pada Otot Putih

1) ATP ATPase ADP + P1 + energi


ATP dalam otot hanya terdapat untuk kontraksi otot selama 1 detik,
2) Kreatinfosfat + ADP kreatin kinase kreatin + ATP
Hal ini hanya berlangsung 4 detik,
3) 2 ADP Adenilat Kinase AMP + ATP
Glikolisis anaerobik
Glikogen Glikolisis anaerobik 2 laktat +3 ATP

Sumber Energi pada Otot Merah


1) Glikolisis aerobik
Glikogen piruvat CO2 + H2O + 39 ATP
Pada maraton glikogen hepar habis dalam waktu 18 menit
2) Glikogen otot melalui glikolisisaerobik habis dalam waktu 70 menit
3) Oksidasi β asam lemak (tahan sampai 4000 menit).
B. BIOKIMIA TULANG

1. Struktur Tulang
Tulang matur terdiri dari 30 % materi organik (hidup) dan 70 %
deposit garam. Materi organik disebut matriks, dan terdiri atas lebih dari
90 % serabut kolagen dan kurang dari 10 % proteoglikogen (protein plus
polisakarida). Deposit garam terutama adalah kalsium dan fosfat, dengan
sedikit natrium, kalium karbonat, dan ion magnesium. Garam menutupi
matriks dan berikatan dengan serabut kolagen melalui proteoglikan.
Matriks organik menyebabkan tulang memiliki kekuatan tensil (resistensi
terhadap tarikan yang meregangkan). Garam tulang menyebabkan tulang
memiliki kekuatan kompresi (kemampuan menahan kompresi).
Tulang selalu berada dalam keadaan “Dynamic Equilibrium”
atau “peristiwa tukar ganti”. Peristiwa ini terlaksana karena ada dua jenis
sel , yaitu :
Osteoblas : - Deposisi tulang (Mineralisasi)
- Sintesis matriks baru
Osteoklas : - Resorpsii tulang (Demineralisasi)
- Menghancurkan matriks lama

2. Kalsium Tukar

Sebagian besar kalsium di tulang tidak mengalami kristalisasi.


Gram nonkristal ini dianggap sebagai kalsium tukar, yaitu dapat
dipindahkan dengan cepat antara tulang, cairan interstisial, dan darah.

3. Kandungan Kalsium Dalam Tulang


Terdapat kelenjar paratiroid, yaitu :
a) Hormon PTH (Paratiroid Hormon)
Fungsinya :
- Memacu Osteoklas pada tulang
- Menghambat Osteoblast pada tulang
- Memicu pelepasan kalsium (Ca2+) dari tulang ke plasma.
- Meningkatkan reabsorpsi kalsium (Ca2+) ke ginjal.
b) Sel parafolikuler (Sel C) menghasilkan Calsitonin
Fungsinya :
- Menurunkan kadar Ca2+ dalam plasma dengan cara penghambatan
osteoklas (menurunkan laju pelepasan Ca2+ dari tulang
- Memacu eksresi Ca2+ melalui ginjal.

4. Pembentukan Tulang
Pembentukan tulang berlangsung secara terus-menerus dan
dapat berupa pemanjangan dan penebalan tulang. Kecepatan
pembentukan tulang berubah selama hidup. Pembentukan tulang
ditentukan oleh stimulasi hormonal, faktor makanan, dan banyaknya stres
yang dibebankan pada tulang, dan terjadi akibat aktivitas sel
pembentukan tulang, osteoblas.
Osteoblas dijumpai pada permukaan luar dan bagian dalam
tulang osteoblas berespons terhadap berbagai sinyal kimia untuk
menghasilkan matriks organik. Ketika pertama kali dibentuk, matriks
organik disebut osteoid. Dalam beberapa hari, garam kalsium mulai
mengendap pada osteoid, dan disebut osteosit atau sel tulang sejati.
Ketika tulang terbentuk, osteosit di matriks membentuk tonjolan ke
setiap tulang yang lain sehingga membentuk sistem kanal mikroskopik
(kanalikuli) di tulang.
Aktivitas osteoblas dipengaruhi oleh diet stimulasi hormonal,
dan, olahraga. Faktor ini berinteraksi dan bersifat dinamis sehingga
menyebabkan kecepatan pembentukan tulang yang berbeda sepanjang
hidup.
a) Olahraga dan Aktivasi Osteoblas
Aktivitas osteoblas distimulasi oleh olahraga dan menahan
beban, akibat arus listrik yang dihasilkan ketika stres mengenai
tulang. Fraktur tulang secara dramatis menstimulasi aktivitas
osteoblas, namun mekanisme pastinya belum jelas.
b) Stimulasi Hormonal dan Aktivasi Osteoblas
Estrogen, testosteron, dan hormon pertumbuhan
meningkatkan aktivitas osteoblas dan pertumbuhan tulang.
Pertumbuhan tulang di percepat selama pubertas akibat melonjaknya
kadar hormon tersebut. Estrogen dan testosteron akhirnya
menyebabkan tulang panjang berhenti tumbuh dengan menstimulasi
penutupan lempeng epifisis (ujung pertumbuhan tulang). Ketika
kadar estrogen turun setelah menopause, aktivitas osteoblas
berkurang. Defisiensi hormon pertumbuhan mengganggu
pembentukan tulang.
c) Diet dan Aktivitas Osteblas
Diet yang adekuat selama masa kanak-kanak dan remaja
sangat penting untuk pertumbuhan tulang yang maksimal. Defisiensi
ion kalsium selama masa remaja akan menghasilkan tulang yang
kurang padat pada masa selanjutnya dalam kehidupan. Sebagian
besar kalsium yang terdapat dalam tulang seumur hidup individu
dideposit sebelum usia 20 tahun.
d) Kontrol Vitamin D pada Aktivitas Osteoblas
Vitamin D menstimulasi klasifikasi tulang secara langsung
dengan bekerja pada osteoblas, dan secara tidak langsung dengan
menstimulasi absorpsi kalsium di usus. Peningkatan absorpsi
kalsium meningkatkan konsentrasi kalsium darah, yang mendorong
klasifikasi tulang. Dengan demikian, vitamin D sangat penting untuk
memastikan absorpsi kalsium yang adekuat di usus. Akan tetapi,
vitamin D dalam jumlah yang sangat besar dapat meningkatkan
kadar kalsium serum. Vitamin D dalam jumlah besar tanpa kalsium
yang adekuat dalam makanan, sebenarnya dapat meningkatkan
resorpsi tulang.
5. Penguraian Tulang
Penguraian tulang yang disebut resorpsi, terjadi secara
bersamaan dengan pembentukan tulang dan juga terus berlangsung
seumur hidup. Resorpsi tulang terjadi akibat aktivitas sel yang disebut
osteoklas. Osteoklas adalah sel fagosit besar multinukleus yang berasal
dari monosit (sel drah putih)yang terdapat ditulang. Osteoklas
menyekresi berbagai asam dan enzim yang mencerna tulang dan
memudahkan fagositosisnya. Osteoklas juga menyekresi berbagai sitokin
yang lebih lanjut menstimulasi resorpsi. Osteoklas biasanya hanya
terdapat pada satu bagian kecil tulang pada satu waktu, dan memfagosit
tulang sedikit demi sedikit, setelah selesai disuatu daerah, osteoklas
menghilang dan osteoblas muncul. Osteoblas mulai mengisi daerah yang
kosong tersebut dengan tulang baru. Proses ini menmungkinkan tulang
tua yang telah melemah diganti dengan tulang baru yang lebih kuat.
Factor yang mengontrol aktivitas osteoklas adalah hormone
paratiroid dan kalsitonin
a) Hormone paratiroid dan aktivitas osteoklas
Aktivitas osteoklas terutama dikontrol oleh hormone
paratiroid, yang dilepaskan oleh kelenjar paratiroid yang terletak
tepat dibelakang kelenjar tiroid. Pelepasan hormone paratiroid
meningkat sebagai respon terhadap penurunan kadar kalsium serum.
Hormone paratiroid meningkatkan aktivitas osteoklas dan
menstimulasi penguraian tulang sehingga membebaskan kalsium
kedalam darah. Peningkatan kalsium serum bekerja dengan cara
umpan balik negative untuk menurunkan pelepasan hormone
paratiroid lebih lanjut. Terdapat hipotesis bahwa estrogen
mengurangi resorpsi tulang dengan hambat efek hormon paratiroid
pada okteosklas: mekanisme ini tidak diketahui.
b) Efek Lain Hormon Paratiroid
Hormin paratiroid meningkatkan kalsium serung dengan
menurunkan ekskresi kalsium oleh ginjal. Hormon paratiroid uga
meningkatkan ekskresi ion fosfat oleh ginjal sehingga menurunkan
kadar fosfat darah. Aktivasi vitamin D di ginjal bergantung pada
hormon paratiroid.
c) Kalsitonin dan Aktivitas Okteoklas
Kalsitonin adalah hormon yang disekresi oleh kelenjar
tiroid sebagai respons terhadap kalsium serum yang tinggi.
Kalsitonin memiliki efek yang lemah dalam menghambat aktivitas
dan pembentukan okteoklas. Efek ini meningkatkan kalsifikasi
tulang sehingga menurunkan kadar kalsium serum.

6. Remodelling
Keseimbangan antara aktivitas osteoblas dan okteoklas
menyebabkan tulang terus-menerus diperbarui atau mengalami
remodeling. Pada anak dan remaja, aktivitas osteoblas melebihi aktivitas
okteoklas sehingga menyebabkan penebalan dan pemajangan skelet.
Aktivitas osteoblas juga melebihi aktivitas osteoklas pada tulang yang
pulih dari fraktur. Pada dewasa muda, aktivitas osteoblas dan aktivitas
okteoklas biasanya seimbang sehingga jumlah total massa tulang
konstan. Pada usia pertengahan, aktivitas okteoklas melebihi aktivitas
osteoblas dan densitas tulang mulai berkurang. Aktivitas osteoklas juga
meningkat pada tulang yang mengalami imobilisasi. Pada usia dekade
ketujuh atau kedelapan, dominasi aktivitas osteoklas dapat menyebabkan
tulang menjadi rapuh sehingga mudah patah. Aktivias osteoklas dikontrol
oleh beberapa faktor fisik dan hormon.

7. Jenis Tulang
Tulang diklasifikasikan sebagai panjang, pendek, pipih, atau tidak
beraturan. Tulang panjang ditemukan di ekstremitas, sedangkan tulang
pendek dijumpai di pergelangan kaki dan pergelangan tangan. Tulang
pipih ditemukan di tengkorak dan selubung iga. Tulang tidak beraturan
mencakup vertebra, tulang wajah, dan rahang.
Tulang panjang terdiri atas batang tebal panjang, yang disebut
diafisis, dan dua ujung, yang disebut epifisis. Di sebelah proksimal dari
setiap epifisis terdapat metafisis. Di antara epifisis dan metafisis terdapat
kartilago yang tumbuh, yang disebut lempeng epifisis atau lempeng
pertumbuhan. Tulang panjang tumbuh dengan cara mengakumulasi
kartilago di lempeng pertumbuhan. Tulang panjang tumbuhn dengan cara
mengakumulasi kartilago di lempeng epifisis. Kartilago digantikan oleh
osteoblas, dan tulang memanjang. Pada akhir usia remaja, kartilago
habis, lempeng epifisis berfusi, dan tulang berhenti tumbuh. Hormon
pertumbuhan, estrogen, dan terstosterom menstimulasi pertumbuhan
tulang panjang. Estrogen, bersama dengan testosteron, menstimulasi fusi
lempeng epifisis. Batang tulang panjang memiliki rongga di sepanjang
kanalis meduralis, yang berisi sumsum tulang.

8. Sumsum Tulang
Sumsung tulang terdiri atas sel yang berperan dalam
pembentukan sel darah (sumsum merah) dan sel lemak (sumsum kuning).
Sumsum ditemukan pada tulang panjang dan tulang pipih tidak
beraturan. Biopsi sumsum tulang dilakukan pada tulang pipih.

9. Metabolisme Dalam Tulang


a) Vitamin D

Vitamin D berperan dalam meningkatkan absorpsi Ca2+ dan


Po43- (Fosfat) melalui usus. Akibatnya Ca2+ dan Po43- dalam darah
meningkat sampai batas tertentu sehingga terbentuk garam Ca3
(Po4)2 yang mengendap ditulang. Vitamin D memasukkan kalsium
ke tulang dari darah.
b) Vitamin C
Vitamin C penting untuk sintesis kolagen pada tulang dan
pembuluh darah.
c) Vitamin A
Vitamin A penting untuk regenerasi sel-sel .

C. BIOKIMIA SENDI

Sendi adalah daerah tubuh tempat dua tulang menyatu atau tempat
pertemuan antara dua bagian atau objek yang berbeda. Sendi memungkinkan
beban pasif (tulang) bergerak. Otot melekat pada 2 tulang yang terhubung
oleh sendi. Beberapa komponen penunjang sendi, terdiri atas;
1) Tulang rawan hialin (kartilago hialin) adalah jaringan tulang rawan yang
menutupi kedua ujung tulang. Berguna untuk menjaga benturan Terdiri
atas substansi rawan ; kondroitin sulfat, sedikit protein, dan sedikit
Ca2+. Rawan sendi ini dibuat oleh kondroblast/ kondrosit.
2) Kantung sendi (bursa articularis) di antara kedua rawan sendi.
Kantung ini berisi cairan sendi. Dalam cairan sendi terlarut glikosamino
glikan, terutama asam hialuraonat. Oleh karena sifat fisikokimia
glikosamino glikan pada cairan sendi ini membuat pergerakan tulang
halus tanpa gesekan.
3) Ligamen (ligamentum) adalah jaringan pengikat yang mengikat luar
ujung tulang yang saling membentuk persendian. Ligamentum juga
berfungsi mencegah dislokasi.
4) Cairan sinovial adalah cairan pelumas pada kapsula sendi

Otot yang melekat pada 2 tulang terhubung oleh sendi. Sendi dapat
bergerak bebas, yang disebut sendi diartrodial, atau dapat tidak bergerak,
yang disebut sendi sinartrodial.
Pada sendi diartrodial, dua ujung tulang tidak tersambung secara
langsung, namun menyatu dalam kapsul sendi fibrosa yang mengelilingi dan
menopang sendi. Terdapat dua lapisan kapsul sendi: lapisan luar dan lapisan
membran dalam yang disebut sinovium atau membran sinovial. Membran
sinovial menyekresi cairan licin, yang disebut cairan sinovial, yang melunasi
sendi. Membran sinovial juga menutupi tendon yang menghubungkan tulang
dengan otot, dan ligamen yang menghubungkan tulang satu sama lain.
Terdapat suplai vaskular yang berkembang dengan baik pada sinovium, yang
dapat rusak dan trauma sendi sehingga menyebabkan pembengkakan, memar,
dan nyeri di sekitar sendi. Pada beberapa sendi, membran sinovial
membentuk kantung yang tertutup diluar sendi, yang disebut bursa. Bursa
dijumpai pada daerah tempat tulang menyatu secara fisik, atau dijumpai pada
daerah tempat tulang menyati secara fisik, atau ketika tendon melewati
tulang. Bursa juga dapat mengalami inflamasi, kondisi yang disebut bursitis.
Sebagian besar sendi pada tubuh adalah sendi diartrodial, termasuk sendi
sakroiliaka, sendi interfalangeal, sendi panggul dan lutut, dan sendi bahu dan
siku. Meskipun semua sendi diartrodial dianggap dapat bergerak, sebagian
sendi ini lebih banyak bergerak dibandingkan sendi yang lain (yaitu sendi
sakroiliaka hampir terfiksasi, sedangkan sendi bahu dapat bergerak dalam
beberapa arah yang berbeda).
Pada sinartrosis, tulang menyatu dengan jaringan penyambung,
kartilago, ligamen, atau tulang lain, dengan demikian, posisinya sangat
terfiksasi. Contoh sinartrosis adalah sendi tulang tengkorak, iga, dan diskus
intervertebralis.
a) Rawan Sendi
Rawan sendi terdiri dari substansi rawan: kondrotin sulfat,
sedikit protein dan sedikit Ca2+. Dibuat oleh kondroblas atau kondrosit.
b) Membran dan cairan sinovium
Dalam cairan sendi terlarut glikosaminoglikan, terutama asam
hialuronat.Sel sinovium akan mensintesis asam hialuronat sebagai zat
tambahan plasma dalam membentuk cairan sendi. Cairan sinovium
berwarna kuning pucat, jernih dan kental. Biasanya jumlah cairan ini
sedikit berkisar antara 1-4 ml dan lebih sedikit lagi pada sendi-sendi
kecil.
c) Ligamentum dan kapsul sendi
Berperan dalam stabilisasi sendi.Secara umum strukturnya
merupakan gelendong kolagen (bersama-sama elastin merupakan protein
terbanyak yaitu 90%) dan diantaranya dapat dijumpai fibrosit.
d) Meniskus
Meniskus (lempeng firbokartilago) dijumpai pada sendi tertentu
seperti sendi lutut, sternoklavikular, radioulnar distal, dan
akromioklavikular
e) Lubrikasi sendi
Terdapat dua sistim lubrikasi yaitu sistim hidrostatik yang
berperan pada tekanan besar dan boundary system yang berperan pada
tekanan rendah
Daftar Pustaka

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku : Patofisiologi Edisi 3. Jakarta : EGC


K.Murray, Robbert, et all. 2009. Biokimia Harper. Jakarta : EGC
Sherwood, Lauralee. 2007. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai