Anda di halaman 1dari 11

Persona, Jurnal Psikologi Indonesia

September 2016, Vol. 5, No. 03, hal 204 - 214

Efektivitas Problem Solving Training untuk Menurunkan Stres Perawatan pada


Family Caregiver Pasien Paliatif

Nindia Pratitis
nindiapratitis@yahoo.com
Fakultas Psikologi
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Abstract. This research was aimed to evaluate effectiveness of problem solving training to reduce
caregiving stress among family of palliative care patient. This research used quantitative approach
with pre-experimental method. This research was conducted on three family member of palliative
care patients At puskesmas in Surabaya. The researcher carried out caregiving stress scale and
interview as data collecting techniques. Data were analyzed by SPSS 18.0 for windows with Paired
Sample T-Test statistic technique. Result showed that problem solving training can reduce
caregiving stress among family of palliative care patients. although in a small number of
significance (p>0.05). These results indicate that there are several factors that influence these
results include the emergence of other issues in the intervention.

Keywords : problem solving training, caregiving stress, family of palliative care patients

Intisari. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur efektivitas problem solving training untuk
mengurangi stres perawatan pada keluarga pasien perawatan paliatif. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen yaitu pre eksperimental. Penelitian ini dilakukan
pada tiga anggota keluarga pasien perawatan paliatif di salah satu puskesmas di Surabaya.
Penggalian data dilakukan dengan dengan skala stres perawatan dan wawancara. Data yang
diperoleh dianalisis menggunakan SPSS 18.0 for windows dengan teknik statistik Paired Sample T-
Test. Hasil analisa data menunjukkan bahwa problem solving training bisa menurunkan stres
perawatan pada keluarga pasien perawatan paliatif. meskipun dengan hasil yang kurang signifikan
(p > 0.05). Hasil ini mengindikasikan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hasil
tersebut yaitu kemunculan isu lain dalam intervensi.

Kata kunci : problem solving training, stres perawatan, keluarga pasien perawatan paliatif.

PENDAHULUAN 812/Menkes/SK/VII/2007 jumlah pasien


Perawatan paliatif bertujuan dengan penyakit yang belum dapat
memperbaiki kualitas hidup pasien dan disembuhkan baik pada dewasa dan anak
keluarga yang menghadapi masalah seperti penyakit kanker, penyakit degeneratif,
berhubungan dengan penyakit yang dapat penyakit paru obstruktif kronis, cystic
mengancam jiwa. Menurut WHO, perawatan fibrosis, stroke, Parkinson, gagal jantung/
paliatif dapat meningkatkan kualitas hidup heart failure, penyakit genetika dan penyakit
pasien dan keluarga mereka dalam menghadapi infeksi seperti HIV/ AIDS terus meningkat
masalah terkait dengan penyakit yang setiap tahunnya (KEPMENKES RI NOMOR:
mengancam nyawa, melalui pencegahan dan 812, 2007). Pasien tersebut memerlukan
pengurangan penderitaan dengan cara perawatan paliatif, disamping kegiatan
identifikasi dini, pemeriksaan yang baik, terapi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
rasa sakit dan masalah lainnya yaitu masalah Tujuan utama perawatan paliatif adalah untuk
fisik, psikososial, dan spritual (Rasjidi, 2010). menciptakan kenyamanan pasien dan
Berdasarkan Keputusan Menteri memberikan dukungan serta perawatan pada
Kesehatan RI Nomor : pasien di fase terakhir dari penyakit yang

204
Efektivitas Problem Solving Training untuk Menurunkan Stres Perawatan pada Family Caregiver Pasien Paliatif
Nindia Pratitis

dialami pasien sehingga pasien sebisa mungkin tugas sosial lain seperti berinteraksi dengan
merasa nyaman (Twycross, 1995). profesional medis, rapat kebutuhan dengan
Membantu meringankan simptom anggota keluarga lain, berinteraksi dengan ahli-
secara optimal dan mengurangi penderitaan ahli lainnya, mengelola finansial, dan tugas-
pasien terkait munculnya isu distres psikologis tugas lainnya (Doris, 2007).
membutuhkan peran klinisi perawatan paliatif. Family caregiver memegang peranan
Distres psikologis pada pasien dengan penyakit penting dalam memelihara kesejahteraan
medis serius dapat dipahami dalam berbagai pasien di rumah. Family caregiver berperan
kontinum, ketika beberapa individu mengalami ketika pasien tidak bisa berkomunikasi atau
respon seperti takut, sedih, dan berduka sebagai menyampaikan apa yang dirasakan, family
respon terhadap penyakit mereka, beberapa caregiver akan mewakili atau menggantikan
pasien lain juga mungkin mengembangkan dalam melaporkan gejala yang dirasakan oleh
kondisi klinis yang signifikan (Kelly & pasien dan membuat keputusan medis (Doris,
McClement, 2006). 2007). Sepanjang perjalanan penyakit kronis,
Perawatan paliatif tidak hanya diperkirakan sekitar 55 % kebutuhan perawatan
memberikan dampak terhadap pasien pasien kronis disediakan oleh family caregiver
perawatan paliatif namun juga pada keluarga (Njiboer, 1998 dalam Macaraeg & Smith,
pasien paliatif. Keluarga pasien paliatif 2013). Family caregiver bertugas untuk
bertindak sebagai family caregiver atau melakukan perawatan atau caregiving. Menurut
terkadang disebut juga dengan informal Pearlin (dalam Shewcuk & Elliot, 2012) family
caregiver. Family caregiver memberikan caregiver memulai peran dalam karir yang
perawatan yang dilakukan di rumah dan tidak didefinisikan dengan tugas-tugas yang
profesional sehingga perawatan tersebut tidak mengikat mereka dan hubungan yang mereka
perlu melakukan pembayaran seperti halnya miliki dengan pasien.
formal caregiver yang perawatannya dilakukan Family caregiver memiliki
oleh tenaga profesional seperti tenaga medis di kecenderungan untuk mengalami stres
rumah sakit, psikiater, maupun pusat perawatan perawatan. Menurut Pearlin (dalam Shewcuk &
lainnya yang memerlukan pembayaran Elliot, 2012) proses perawatan tidak dijelaskan
(Barrow, 1996). sebagai situasi yang menimbulkan stres
Family caregiver seperti juga pasien meskipun perawatan itu sendiri juga
paliatif, menghadapi stresor dan perubahan berhubungan dengan berbagai hasil. Stres
peran secara langsung maupun tidak langsung. perawatan yang dialami oleh family caregiver
Family caregiver pasien perawatan paliatif berhubungan dengan karakteristik pasien
menghadapi banyak tantangan potensial dalam perawatan paliatif, sifat dasar caregiver, dan
merawat pasien perawatan paliatif. Family variabel pelayanan kesehatan (Hirdes,
caregiver harus memberikan perawatan kepada Freeman, Smith & Stolee, 2011) Konsekuensi
pasien mencakup pemberian obat, perawatan perawatan terhadap kesehatan mental
luka dan balutan, bantuan pada saat di toilet, berhubungan dengan beban, dimana family
mandi, mencuci, menyiapkan makanan, caregiver harus menempatan kebutuhan
mencari obat alternatif, membantu dalam pasien diatas kebutuhan family caregiver.
proses mobilitas, dan memberikan dukungan Perbedaan dibuat antara beban objektif yaitu
emosional kepada pasien. Pada saat yang mencakup dampak negatif pada rumah tangga
sama family caregiver juga harus bekerja dikarenakan perawatan, dan beban subjektif
untuk diri mereka sendiri, mencakup yaitu penilaian personal dari situasi perawatan
menghadapi dan melakukan koping dan konsekuensinya terhadap family caregiver
terhadap keadaan emosional mereka sendiri, (Hoenig & Hamilton, 1966 dalam Myers,
mengatasi ketidakpastian, berjuang dalam 2003). Family caregiver memiliki tingkat stres
menerima penyakit dan kompensasi terhadap yang berbeda meskipun tugas yang diberikan
waktu personal. Family caregiver juga harus mungkin sama. Sebuah studi yang dilakukan
menunjukkan kemampuan interpersonal dan terhadap 26 keluarga dari pasien kronis di

205
Efektivitas Problem Solving Training untuk Menurunkan Stres Perawatan pada Family Caregiver Pasien Paliatif
Nindia Pratitis

Hongkong menunjukkan hasil bahwa para (2012) menunjukkan bahwa stres yang dialami
keluarga seringkali merasa lelah sepanjang oleh family caregiver menyebabkan
waktu, cemas, dan mudah terganggu atau permasalahan psikologis yang berdampak
tersinggung (Doris, 2007). Vitaliano, dkk kepada kesehatan fisik, penurunan fungsi imun,
(1997 dalam Myers 2003) menyebutkan bahwa dan kesejahteraan finansial pada family
perawatan menimbulkan konsekuensi pada caregiver tersebut.
family caregiver yaitufamily caregiver Stres perawatan terjadi ketika individu
dilaporkan memiliki sistem imun yang lebih tidak memiliki kemampuan penyelesaian
buruk, respon vaksin yang lebih buruk, dan masalah yang baik terhadap stressor yang
kejadian infeksi saluran pernafasan yang lebih dihadapi. Idealnya, intervensi yang efektif bagi
banyak. family caregiver mengalamatkan pengalaman
Johansson, dkk. (2004) melakukan permasalahan yang dialami individu dan
penelitian mengenai stres, kelelahan, beban membantu mereka lebih aktif dan ahli dalam
perawatan, dan kualitas hidup yang dimiliki memanajemen diri mereka sendiri dan untuk
oleh family caregiver pasien perawatan paliatif. beroperasi secara kompeten sebagai ekstensi
Penelitian itu menunjukkan hasil bahwa para formal sistem perawatan kesehatan (Wagner,
family caregiver dari pasien paliatif mengalami Austin, & Von Korff, 1996 dalam Shewcuk &
kelelahan, kecemasan, dan merasa memiliki Elliott, 2012). Intervensi yang menjanjikan
beban dalam merawat pasien paliatif. bagi family caregiver menekankan pada
Penelitian yang dilakukan oleh Valeberg dan pendekatan penyelesaian masalah untuk
Grov (2013) menunjukkan bahwa para family mengidentifikasi permasalahan unik yang
caregiver dari pasien paliatif memiliki skor dialami keluarga (dan pasien perawatan
yang tinggi pada skala yang mengukur paliatif) dan bisa diimplementasikan dalam
kelelahan. Hasil penelitian menunjukkan komunitas dan seting rumah (Houts, Nezu,
bahwa stres yang dialami oleh family caregiver Nezu, & Bucher, 1996).
lebih tinggi ketika pasien penyakit kronis yang Problem solving training adalah
dirawat mengalami masalah tidur. Usia pasien intervensi psikososial, pada umumnya
perawatan paliatif juga mempengaruhi stres dianggap dibawah payung intervensi kognitif
yang dialami family caregiver. Semakin muda perilaku, untuk meningkatkan kemampuan
usia pasien, semakin tinggi tingkat stres yang seseorang dalam mengatasi stresor minor
dialami oleh family caregiver. Faktor gender (problem sehari-hari yang kronis) maupun
juga mempengaruhi kemungkinan stres yang mayor (kejadian traumatik) secara efektif
dialami oleh keluarga yang bertindak sebagai dengan tujuan untuk mengurangi permasalahan
family caregiver. Family caregiver perempuan kesehatan mental dan kesehatan fisik (Nezu,
memiliki kecenderungan mengalami stres yang Nezu & Zurilla, 2013). Tujuan umum problem
lebih tinggi daripada family caregiver laki-laki. solving training adalah untuk membantu
Hasil penelitian juga menunjukkan individu mengidentifikasi penyebab stres yang
bahwa para family caregiver memiliki kualitas menyebabkan munculnya emosi negatif,
hidup yang rendah. Penelitian lain memahami, dan mengatur emosi negatif,
menyebutkan bahwa para family caregiver memiliki harapan bahwa individu dapat
yang tinggal bersama pasien dan merawat menyelesaikan masalah, lebih menerima
pasien tersebut memiliki tingkat stres yang masalah yang tidak mampu diselesaikan,
tinggi. Stres yang dialami oleh family caregiver lebih terencana dan sistematis dalam
bergantung pada beban yang ditanggung oleh menyelesaikan masalah, tidak menghindari
family caregiver tersebut. Semakin tinggi masalah, dan berlatih untuk tidak mencari jalan
beban dan tanggung jawab yang dimiliki oleh pintas dalam menyelesaikan masalah yang
family caregiver maka semakin tinggi pula dihadapi (D’Zurilla &Nezu, 2007 dalam
tingkat stres yang dialami oleh family caregiver Dobson, 2010).
tersebut (Macaraeg & Smith, 2013). Penelitian Kurylo, Elliott, dan Shewcuk (2001)
yang dilakukan oleh Northouse dan kolega menyebutkan bahwa problem solving training

206
Efektivitas Problem Solving Training untuk Menurunkan Stres Perawatan pada Family Caregiver Pasien Paliatif
Nindia Pratitis

untuk family caregiver pada dasarnya meliputi jadwal pertemuan setiap hari selasa. Pada saat
lima komponen umum yang diadaptasi dari jadwal poli paliatif, penulis beberapa kali
model asli problem solving D’Zurilla dan mengobrol dengan family caregiver yang
Goldfriend (1971). Kelima komponen yang datang ke puskesmas untuk mewakili pasien
juga merupakan versi singkat dari langkah- mengambil obat atau menyampaikan keluhan.
langkah problem solving training antara lain Keadaan kesehatan pasien yang tidak
fakta/mendefinisikan permasalahan, memungkinkan menyebabkan pasien tidak bisa
optimisme/orientasi, kreativitas/menciptakan datang dan harus diwakili oleh family
alternatif, pemahaman/pembuatan keputusan, caregiver. Penulis juga mengetahui bahwa
serta pemecahan/implementasi dan verifikasi. tugas perawatan yang dilakukan oleh
Berbagai penelitian telah dilakukan beberapa family caregiver cukup berat.
untuk mengevaluasi efektivitas problem Family caregiver harus mewakili pasien untuk
solving training. Secara keseluruhan problem ke rumah sakit atau puskesmas, menyampaikan
solving training efektif dalam membantu keadaan yang dirasakan pasien, melakukan
individu yang mengalami permasalahan berbagai perawatan kepada pasien di rumah,
kesehatan fisik maupun mental seperti depresi, dan lain-lain. Beberapa family caregiver
kecemasan, distres, penyalahgunaan obat, terkadang mengalami kesulitan dalam
kanker, penyakit jantung, diabetes, stroke, luka membagi waktu untuk merawat karena mereka
otak traumatik, sakit punggung, dan post juga harus bekerja di luar rumah. Family
traumatic stress disorder. Problem solving caregiver juga seringkali merasa sedih dan
training kemudian dievaluasi secara empiris putus asa apabila keadaan pasien mengalami
sebagai strategi tambahan yang bertujuan penurunan kesehatan namun family caregiver
untuk meningkatkan kepatuhan seseorang tersebut merasa tidak boleh memperlihatkan
terhadap bentuk lain dari perawatan medis atau kesedihan dan putus asa yang dirasakan supaya
psikologis, sebagai sarana meningkatkan tidak membuat keadaan pasien paliatif semakin
kehidupan caregiver maupun meningkatkan down.
kemampuan untuk merawat orang yang Berbagai macam dampak buruk dari
dicintai, dan sebagai komponen perawatan stres yang bisa dialami oleh family caregiver
umum dari terapi pernikahan dan pasangan pasien paliatif itulah yang mendorong penulis
(Nezu, Nezu & Zurilla, 2013). tertarik untuk melakukan penelitian dengan
Kemampuan penyelesaian masalah menggunakan intervensi berupa problem
sangat dibutuhkan oleh family caregiver solving training yang bertujuan untuk
karena beban dan tanggung jawab keluarga menurunkan stres perawatan yang dialami
seringkali menimbulkan stres perawatan yang family caregiver pasien perawatan paliatif.
dapat menyebabkan permasalahan fisik Pada penelitian ini, family caregiver yang akan
maupun mental bagi keluarga dari pasien menjadi subjek penelitian merupakan salah satu
paliatif maupun pasien paliatif yang harus anggota keluarga pasien yang memegang
dirawat. Stres yang dialami oleh family peranan utama dalam merawat pasien
caregiver pasien paliatif dapat paliatif. Penulis tidak menentukan
mempengaruhi kesehatan family caregiver hubungan antara family caregiver dengan
pasien paliatif itu sendiri yaitu sistem imun pasien paliatif baik itu merupakan pasangan,
yang rendah, hormon stres yang tinggi, dan anak, orang tua, saudara, atau hubungan
tingkat angka kematian yang tinggi (Sarafino, lainnya karena yang diutamakan dalam
1998). penelitian ini adalah family caregiver
Ketertarikan penulis terhadap stres merupakan anggota keluarga pasien paliatif
perawatan pada family caregiver pasien paliatif yang memiliki peranan terbesar dalam merawat
berawal dari pengalaman penulis pada saat pasien paliatif.
melakukan Praktek Kerja Profesi Psikologi
(PKPP) di Puskesmas Rangkah. Puskesmas
Rangkah memiliki poli paliatif yang memiliki

207
Efektivitas Problem Solving Training untuk Menurunkan Stres Perawatan pada Family Caregiver Pasien Paliatif
Nindia Pratitis

METODE dapat berkomunikasi serta mengikuti


Populasi yang digunakan dalam penelitian percakapan
ini memiliki beberapa karakteristik, antara lain 4. Keluarga pasien paliatif bersedia menjadi
(1) Keluarga dari pasien perawatan paliatif, (2) subjek penelitian dan mengikuti proses
Memegang peranan utama dalam proses intervensi problem solving training. Hal
perawatan pasien. Teknik sampling yang itu ditandai dengan keluarga pasien
digunakan dalam penelitian ini adalah non perawatan paliatif bersedia mengisi lembar
probability sampling, yaitu teknik yang tidak inform consent yang diberikan oleh penulis
memberikan peluang yang sama bagi setiap Peneliti memilih metode kuisioner untuk
anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota memperoleh data yang dibutuhan dan sesuai
sampel. Teknik penentuan anggota sampel dengan tujuan penelitian. Alat ukur untuk
dilakukan dengan menggunakan teknik mengukur tingkat stres perawatan pada
purposive sampling, yaitu teknik sampling penelitian ini adalah alat ukur stres perawatan
yang karakteristiknya sudah ditentukan dan yang dikembangkan berdasarkan teori stres
diketahui terlebih dahulu berdasarkan ciri Pearlin (1990). Skala stres perawatan
dan sifat populasinya (Winarsunu, 2006). merupakan alat ukur utama, sedangkan
Pada penelitian ini karakteristik sampel telah wawancara merupakan alat pengumpul data
ditentukan, yaitu : tambahan. Adapun rincian dari teknik
1. Keluarga pasien perawatan paliatif yang pengumpulan data adalah sebagai berikut:
memiliki peranan utama dalam merawat Skala stres perawatan dikembangkan oleh
pasien penulis berdasarkan teori stres Pearlin dan
2. Keluarga pasien perawatan paliatif kolega (1990). Penyusunan skala yang
memiliki kategori nilai stres perawatan disesuaikan dengan tujuan penelitian
yang tergolong sedang sampai dengan membutuhkan bantuan professional judgement
tinggi berdasarkan skala yang digunakan untuk menilai apakah item-item dalam skala
3. Keluarga pasien perawatan paliatif mampu telah mencakup seluruh kawasan isi objek
diajak berkomunikasi dan memahami yang akan diukur atau sejauh mana isi tes
percakapan. Menurut Anderson (2008), mencerminkan ciri atribut yang akan diukur.
subjek yang digunakan dalam penelitian di Validitas kuesioner ini diuji secara
bawah payung terapi kognitif perilaku internal dengan menggunakan penilaian ahli
adalah pasien atau non pasien yang mampu (professional judgment) dan uji coba alat ukur.
untuk diajak berpartisipasi, mampu dan

Tabel 1. Blueprint Skala Stres Perawatan Setelah Uji Coba Alat Ukur
No Dimensi Nomor Item Jumlah
1 Status kognitif 1,2,3 3
2 Perilaku problematis 4 1
3 Kelebihan beban (overload) 5,6,7 3
4 Kehilangan relasi 8,9,10 3
5 Konflik keluarga 11,12,13 3
6 Konflik pekerjaan-perawatan 14,15,16 3
7 Tekanan ekonomi 17,18,19 3
8 Tahanan peran 20,21,22 3
9 Kehilangan diri 23,24 2
10 Kompetensi perawatan 25,26 2
11 Keuntungan pribadi 27 1
12 Manajemen situasi 28 1
13 Manajemen makna 29 1
14 Manajemen distres 30 1
15 Dukungan ekspresif 31 1
Total 31

208
Efektivitas Problem Solving Training untuk Menurunkan Stres Perawatan pada Family Caregiver Pasien Paliatif
Nindia Pratitis

Keluarga pasien perawatan paliatif pengobatan alternatif untuk mengobati


yang memegang peranan sebagai caregiver penyakit yang dialami. Hal itu disebabkan oleh
dalam penelitian ini berjenis kelamin berbagai macam alasan antaralain perasaan
perempuan dan berusia dewasa yang berkisar takut terhadap pengobatan medis,
antara 36 tahun sampai dengan 50 tahun. Dua permasalahan biaya, perasaan putus asa
dari tiga orang yang menjadi subjek dalam terhadap kesembuhan penyakit, dan lain-lain
penelitian ini merupakan anak kandung dari Subjek K merawat pasien paliatif
pasien perawatan paliatif, sedangkan 1 orang selama 2 tahun belakangan ini. Perawatan yang
subjek merupakan ibu kandung dari pasien. dilakukan oleh subjek K terhadap pasien adalah
Tingkat pendidikan subjek berbeda-beda, dua menyiapkan obat, memberikan semangat
subjek memiliki pendidikan terakhir SMP, dan kepada pasien untuk segera sembuh, dan turut
satu subjek berpendidikan terakhir SMA. membantu dalam hal biaya pengobatan subjek.
Karakteristik pasien perawatan paliatif Subjek EM sudah merawat pasien selama 4
dalam penelitian ini berbeda-beda. Dua dari tahun. Perawatan yang dilakukan subjek EM
tiga pasien perawatan paliatif berjenis kelamin terhadap pasien yaitu mengantar saat pasien
perempuan dan 1 orang subjek berjenis kontrol ke rumah sakit, mengganti perban,
kelamin laki-laki. Usia pasien perawatan membantu biaya pengobatan, dan menemani
paliatif bervariasi berkisar antara 12 tahun pasien ketika dirawat di rumah sakit. Subjek F
sampai dengan 77 tahun. Penyakit yang dialami memiliki waktu merawat lebih panjang dan
pasien perawatan paliatif juga bervariasi. Dua jenis perawatan yang diberikanpun lebih
dari tiga pasien perawatan paliatif mendapat banyak jika dibandingkan dengan subjek K dan
diagnosis kanker dimana satu diantaranya subjek EM. Subjek F sudah merawat pasien
merupakan kanker payudara sedangkan satu selama 12 tahun atau sejak pasien lahir.
yang lain mengalami kanker mata. Satu Perawatan yang dilakukan oleh subjek F antara
pasien perawatan yang lain bukan merupakan lain merawat luka pasien, menyiapkan
pasien kanker, namun mendapatkan diagnosis makanan dan menyuapi pasien saat pasien
meningokel sejak dari awal lahir. Sebagian ingin makan, memandikan pasien,
besar dari pasien perawatan paliatif tidak menggendong pasien, dan membiayai biaya
memeriksakan penyakit yang dialami ke dokter pengobatan.
secara intensif. Mayoritas pasien lebih memilih

Tabel 2. Intensitas Perawatan


Lama Merawat dan Perawatan yang Diberikan
No. Nama Lama Perawatan Perawatan yang Diberikan
Menyiapkan obat, memberikan semangat, dan
1. K 2 tahun
membantu biaya pengobatan
Mengantar kontrol penyakit, mengganti perban,
2. EM 4 tahun menemani saat pasien di rumah sakit, dan membantu
biaya pengobatan
Merawat luka, menyiapkan makanan, memandikan,
3. F 12 tahun
menggendong, dan membiayai pengobatan

HASIL dan PEMBAHASAN penelitian. Hasil pre test dan post test masing-
Masing-masing subjek pada penelitian masing subjek dapat dilihat pada tabel berikut
ini diminta untuk mengisi skala stres perawatan ini:
pada awal (pre test) dan akhir (post test) proses

Tabel 3. Hasil Pre Test, Post Test dan Gain Scores


Hasil Pre Test, Post Test, dan Gain Scores
No Nama Pre Test Post Test Gain Scores

209
Efektivitas Problem Solving Training untuk Menurunkan Stres Perawatan pada Family Caregiver Pasien Paliatif
Nindia Pratitis

1. K 80 58 22
2. EM 95 82 13
3. F 89 85 4

Data pada tabel diatas menunjukkan adanya pada grafik data menunjukkan adanya
perubahan skor dari pre test dan post test. perubahan skor skala stres pengetahuan.
Besarnya perubahan antara skor pre test dan Adapun grafik data skor skala stres
post test bisa dilihat pada kolom gain scores. pengetahuan pre-post test adalah sebagai
Data juga disajikan dalam bentuk grafik. Garis berikut:

Grafik 1. Pre Test dan Post Test Stres Perawatan

Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui skor stres perawatan. Berikut ini adalah analisis
bahwa semua subjek baik subjek K, subjek deskriptif masing-masing subjek penelitian :
EM, maupun subjek F mengalami penurunan

1. Subjek K
Grafik 2. Pre Test dan Post Test Subjek K

Subjek K mengalami penurunan skor stres stres perawatan yang sama dengan pada saat
perawatan cukup signifikan. Pada saat pretest, pretest. Skor posttest yang didapatkan oleh
subjek mendapatkan skor skala stres perawatan subjek adalah 58. Subjek K mengalami
80. Enam belas hari setelah proses pemberian penurunan skor stres perawatan sebanyak 22
intervensi, subjek K kembali mengisi skala poin.

210
Efektivitas Problem Solving Training untuk Menurunkan Stres Perawatan pada Family Caregiver Pasien Paliatif
Nindia Pratitis

2. Subjek EM
Grafik 3. Pre Test dan Post Test Subjek EM

Pada saat pre test, subjek EM mendapatkan oleh penulis 14 hari setelah proses intervensi
skor 95. Skor tersebut mengalami penurunan dilakukan. Subjek EM mengalami penurunan
menjadi 82 pada saat post test yang diberikan skor stres perawatan sebanyak 13 poin.

3. Subjek F
Grafik 4. Pre Test dan Post Test Subjek F

Sama seperti subjek K dan subjek EM, skala stres perawatan pada subjek F sebagai
subjek F juga mengalami penurunan pada post test. Skor post test yang didapatkan
skor post test. Saat pre test, subjek F oleh subjek F adalah 85.Subjek F mengalami
mendapatkan skor 89. Lima belas hari setelah penurunan skor sebanyak 5 poin jika
proses intervensi, penulis kembali memberikan dibandingkan dengan skor pretest.

KESIMPULAN dan SARAN nilai skor. Penurunan skor yang dialami


Berdasarkan hasil analisis data masing-masing subjek berbeda antar satu
sebagaimana yang telah diuraikan pada bab subjek dengan subjek lainnya. Hal itu
sebelumnya, maka kesimpulan yang diperoleh dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yaitu
dari penelitian ini adalah bahwa problem karakteristik pasien perawatan paliatif,
solving training dapat menurunkan stres karakteristik keluarga pasien perawatan
perawatan pada ketiga subjek dalam penelitian paliatif, dan dukungan sosial yang berbeda.
ini yang merupakan family caregiver pasien Saran bagi family caregiver pasien
perawatan paliatif. Hal itu dapat diketahui dari paliatif yaitu supaya mereka dapat saling
perbedaan initial baseline dan final baseline berkomunikasi dengan anggota keluarga pasien
yang dilihat dari hasil skor pre test dan post test perawatan paliatif yang lain agar dapat
skala stres perawatan dimana terjadi penurunan membentuk support group, saling bertukar

211
Efektivitas Problem Solving Training untuk Menurunkan Stres Perawatan pada Family Caregiver Pasien Paliatif
Nindia Pratitis

informasi, dan untuk saling memberikan caregiver pasien perawatan paliatif diharapkan
dukungan sosial kepada sesama keluarga dapat senantiasa mendukung pasien selama
pasien perawatan paliatif. Selain itu Family proses perawatan penyakit.

DAFTAR PUSTAKA Chusairi, A. (2003). Health seeking behavior


Akechi, T., Hirai, K., Motooka, H., para pasien poli perawatan paliatif studi
Shiozaki, M., Chen, J., Momino, K., eksploratif terhadap lima pasien poli
Okuyama, T., & Furukawa, T.A. perawatan paliatif RSUD. Dr. Soetomo
(2008). Problem solving therapy for Surabaya. Surabaya: Fakultas Psikologi
psychological distress in japanese Universitas Airlangga.
cancer patients: Preliminary clinical Dobson, K.S. (2010). Handbook of Cognitive
experience from psychiatric Behavioral Therapies (3rd ed.).New
consultations. Jpn J Clin Oncol, 38, York: The Guilford Press.
867-870. Dorris. (2007). Care for the family in palliative
Alexopoulos, G.S., Raue, P., Arean, P. (2003). care. HKSPM Newsletter. Hal 26.
Probelm solving therapy versus D’Zurilla, T.J. (1971). Problem solving and
supportivetherapy in geriatric major behavior modification. Journal of
depression with executive Abnormal Psychology, 78, 107-126.
dysfunction. American Journal of Elliott, T., Berry, J.W., & Grant, J.S. (2009).
Geriatric Psychiatry, 11, 46-52. Problem-solving training for family
American Psychological Association. (2013). caregivers of women with disabilities:
Individual Interventions. APA (on- A randomized clinical trial. Behaviour
line). Diakses pada tanggal Research and Therapy, 47, 548-558.
23 Oktober 2014 dari Gerkensmeyer, J.E., Johnson, C.S., &
http://www.apa.org/pi/about/publicatio Perkins, S.M. (2013). Problem
ns/caregivers/practice- solving intervention for caregivers of
settings/intervention/individual.aspx. children with mental health problems.
Anderson, T., Watson, M., Davidson, E. Archieves of Psychiatric Nursing, 27,
(2008). The Use of Cognitive 112-120.
Behavioural Therapy Techniques for Glozman, J.M. (2004). Qualitu of life of
Anxiety and Depression in Hospice caregivers. Neuropsychology Review,
Patients: A Feasibility Study I. 4,183-196.
Palliative Medicine. 22: 814-821. Hadi, S. (2000). Metode Penelitian. Jakarta :
Azwar, S. (2004). Metode Penelitian. Rineke Cipta.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Haug, M.R., Ford, A.B., Stange, K.C.,
Barrow, G.M. (1996). Aging, the individual Noelker, L.S., & Gaines, A.D. (1999).
and society (6th edition). Amerika: Effects of giving care on caregiver’s health.
West Publishing Company. Research on Aging. 21 (4), 515-538.
Cameron, J.I., Shin, J.L., Williams, D., & Hirdes, J.P., Freeman, S., Smith, T.F., &
Stewart, D.E. (2004). A brief problem Stolee, P. (2012). Predictors of
solving intervention for family caregiver distress among palliative
caregivers to individuals with advanced home care clients in Ontario: Evidence
cancer. Journals of Psychosomatic based on the interRAI palliative care.
Research, 57, 137-143. Palliative and Supportive Care, 10,
Chang, E.C., D’Zurilla, T.J., & Sanna, L.J. 155-163.
(2004). Social problem solving: Housts, P.S., Nezu, A.M., Nezu, C.M., &
Theory, research and training. Bucher, J.A. (1996). The prepared
Washington, D.C.: American family caregiver: A problem solving
Psychological Association. approach to family caregiver education.

212
Efektivitas Problem Solving Training untuk Menurunkan Stres Perawatan pada Family Caregiver Pasien Paliatif
Nindia Pratitis

Patient Education Counseling, 27, 63- Comparison of individual, group, and


73. combined intervention formats in a
Jackson, S.L. (2009). Research, methods randomized controlled trial for
and statistic : A critical thinking facilitating goal attaintment and
approach 3rd edition. California : improving psychosocial function
Wadsworth. following acquired brain injury. J.
Johansson, F.G., Lachica, E.M., Dikcon, Rehabil Med, 40, 81-88.
J.M.F, & Kennedy, M.J. (2004). Pearlin, L.I., Mullan, J.T., Semple, S., & Skaff,
Oncology Nursing Forum, 31, 1161-1169. M.M. (1990). Caregiving and the stress
Kelly, B., McClement, S., & Chochinov, process: An overview of concepts and
H.M.L. (2006). Measurement of their measures. The Gerontologist,
psychological distress in palliative care. 30(5), 583-594.
Palliative Medicine, 20, 779-789. Phamuti, G.A., & Hartanto, M. (2013). Buku
KEPMENKES RI NOMOR: 812/ panduan paliatif: Untuk relawan dan
MENKES/SK/VII/2007. Tentang petugas medis. Surabaya: Puskesmas
kebijakan perawatan paliatif. Menteri Rangkah.
Kesehatan Republik Indonesia. Pinquart, M. & Sorenson, S. (2003).
Kerlinger, F. N. (2004). Asas-asas Associations of stressor and uplifts of
Penelitian Behavioral. Yogyakarta: caregiving with caregiver burden and
GajahMada University Press. depressive mood. The Journal of
Kurylo, M.F., Elliott, T.R., & Shewcuk, R.M. Gerontology,58, 112-128.
(2001). Focus on the family caregiver: Rasjidi, I. (2010). Perawatan paliatif
A problem solving training supportif dan bebas nyeri pada
intervention. Journal of counseling & kanker.Jakarta: Sagung Seto.
development, 79, 275-281. Sarafino, E.P. (1998). Health Psychology
Macaraeg, J.C. & Smith, S.T. (2013). Biopsychosocial Interaction (3rd
Psychological distress and help seeking edition). United States of America:
attitudes of cancer caregivers on Guam. John Willey & Sons. Inc.
Pacific Asia Inquiry, (4), 121-13 Singarimbun, M., & Effendi, S. (1991).
McMillan, S.C. (2005). Interventions to Metode Penelitian Survei. Jakarta:
facilitate family caregiving at the emd LP3ES.
of life. Journal of Palliative Medicine, Shewchuk, R. & Elliott, T.R. (2012). Family
8, 132-139. caregiving in chronic disease and
Myers, J.E. (2003). Coping With Caregiving disability: Implications for
Stress: A Wellness-Oriented, rehabilitation psychology. Handbook
Strengths-Based Approach for Family of Rehabilitation Psychology.
Counselors. The family journal Vol.11, Washington, D.C.: American
No. 2, 153-161. Psychological Association Press.
Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Bogor Suryabrata, S. (1990). Metodologi Penelitian.
Selatan : Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta: Rajawali.
Nezu, A.M., & Nezu, C.M., & D’Zurilla, T.J. Suryadinata, P.I. (2013). Efektivitas problem
(2013). Problem solving therapy.New solving therapy untuk mereduksi stres
York: Springer Publishing Company. emosional pada pasien kanker yang
Northouse, L., Williams, A.L., Given, B., & menjalani kemoterapi. Tesis. Program
McCorkle, R. (2012). Psychosocial Studi Magister Profesi Psikologi
care for family caregivers of patiens Fakultas Psikologi Universitas
with cancer. Journal of Clinical Airlangga Surabaya (tidak diterbitkan).
Oncology, (30), 1227-1234. Sugiyono. (2011). Metode penelitian
Ownsworth, T., Fleming, J., Shum, D., kuantitatif, kualitatif dan R&D.
Kuipers, P., & Strong, J. (2008). Bandung: Alfabeta.

213
Efektivitas Problem Solving Training untuk Menurunkan Stres Perawatan pada Family Caregiver Pasien Paliatif
Nindia Pratitis

Twycross, R. (1995). Introducing palliative Winarsunu, T. (2006). Statistik dalam


care. New York: Radcliffe Penelitian Psikologi dan Pendidikan
MedicalPress. (edisi revisi). Malang: UMM Press.
Valeberg, B.T & Grov, E.K. (2013). Zainuddin, M. (2000). Metodologi Penelitian
Symptoms in the cancer patient – of (tidak diterbitkan). Surabaya: Fakultas
importance for their caregivers quality Psikologi Universitas Airlangga.
of life and mental health. European Zechmeister, J.S., Zeichmeister, E.B.,
Journal of Oncology Nursing, (17), 46- Shaughnessy, J.J. (2012). Research
51. methods in psychology. New York :
McGraw Hill Companies.

214

Anda mungkin juga menyukai