Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam adalah suhu tubuh di atas batas normal, biasanya dapat disebabkan oleh kelainan
dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakitpenyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi. (Guyton, Arthur C. 1990 ; 647). Menurut Wibowo. H
(1995 ; 12) demam adalah suhu tubuh di atas 37,2 OC.
Suhu dapat diartikan sebagai keseimbangan antara panas yang diproduksi dengan panas
yang hilang oleh tubuh. Kulit merupakan organ tubuh yang bertanggung jawab untuk
memelihara suhu tubuh agar tetap normal dengan mekanisme tertentu.
Sejak lama demam merupakan suatu pertanda adanya gangguan kesehatan terutama pada
anak-anak sekitar 10-15 % (Ngastiyah, 2005; 165). Tidak jarang demam yang terjadi tidak
diketahui penyebabnya. Pada tahun 1985-1989 dari 199 kasus demam yang disebabkan karena
infeksi 22,5% dan non infeksi 7%, penyakit vaskuler kolagen 21,5% (Wibowo, H. 1995: 103).
Data yang diperoleh dari Rekam Medik Rumah Sakit RK Charitas, pada tahun 2008
penderita demam dengan usia 45-65 tahun sebanyak 58 orang yang terdiri dari penderita lakilaki sebanyak 24 orang dan perempuan sebanyak 34 orang.
Secara normal, panas diproduksi tubuh melalui proses metabolisme, aktivitas otot dan
sekresi kelenjar. Produksi panas dapat meningkat atau menurun, dipengaruhi oleh suatu sebab
seperti karena suatu penyakit. Suhu tubuh yang terlalu ekstrim baik panas maupun dingin dapat
menyebabkan kematian. Oleh karena itu perawat perlu membantu klien apabila mekanisme
homeostasis tubuh untuk mengontrol suhu tubuhnya tidak mampu menanggulangi perubahan
suhu tubuh tersebut secara efektif (Asmadi, 2008; 155)
Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang
demam (Febris), maka penulis mengambil kasus Asuhan Keperawatan pada Klien Tn.Y dengan
Gangguan Sistem Imunologi : Febris

di Pavilyun Lukas II

Rumah Sakit RK Charitas

Palembang.

A. Tujuan
1.

Untuk mengetahui penyebab infesi puerperalis

2.

Melakukan pemecahan masalah dengan metode PDCA pada infeksi puerperalis di Rumah Sakit

BAB 2
LANDASAN TEORI
PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN
MENGGUNAKAN SIKLUS PDCA
1. PENILAIAN MUTU
Mutu Pelayanan Kesehatan adalah penampilan yang pantas dan sesuai (yang berhubungan
dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil
kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan untuk
menghasilkan dampak (Roemer dalam Amirudin, 2007). Mutu merupakan kepatuhan terhadap
standar yang telah ditetapkan (Saifudin, 2006).
Dimensi mutu pelayanan kebidanan adalah :

Kompetensi Teknis (Technical competence)


Akses terhadap pelayanan(Access to service)
Efektivitas (Effectiveness)
Efisiensi (Efficiency)
Kontinuitas (Continuity)
Keamanan (Safety)
Hubungan antar manusia (Interpersonal relations)
Kenyamanan (Amenities

Mutu pelayanan kebidanan dapat diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan penilaian.
Dalam praktiknya melakukan penilaian tidaklah mudah, karena mutu dalam pelayanan
kebidanan bersifat multidimensional. Artinya setiap orang dapat berbeda persepsi penilaiannya
tergantung dari dimensi penilaian yang dipakai.

Robert dan Prevost (dalam Saifudin, 2006) menyatakan perbedaan dimensi penilaian yaitu :

a. Bagi pemakai jasa pelayanan, mutu terkait dengan dimensi ketanggapan petugas
memenuhi kebutuhan klien, kelancaran komunikasi, keprihatinan dan keramahtamahan
petugas terhadap klien.
b. Bagi penyelengara pelayanan, mutu terkait dengan dimensi kesesuaian pelayanan dengan
perkembangan ilmu dan teknologi, serta otonomi profesi sesuai dengan kebutuhan klien
c. Bagi penyandang dana, nutu terkait dengan dimensi efisiensi pemakaian dana, kewajaran
pembiayaan dan kemampuan menekan beban biaya.
Untuk mengatasi adanya perbedaan dimensi ini disepakati bahwa penilaian mutu
berpedoman pada hakekat dasar untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan (health
needs and demannds) klien pengguna pelayanan yang apabila berhasil akan menghasilkan
kepuasan (client satisfaction) terhadap pelayanan kebidanan yang diselenggarakan. Maka mutu
pelayanan kebidanan menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan rasa
puas pada klien. Makin sempurna kepuasan, maka semakin sempurna pelayanan yang dilakukan.
Berkaitan dengan kepuasan, terdapat masalah pokok yang ditemukan yaitu kepuasan
bersifat subjektif. Tiap orang memiliki tingkat kepuasan yang berbeda. Sekalipun pelayanan
kebidanan telah memuasakan klien, tetapi masih banyak ditemukan pelayanan yang tidak sesuai
dengan standar profesi dan kode etik. Untuk mengatasi masalah ini dilakukan pembatasan, yaitu:
a. Pembatasan pada derajat kepuasan pasien
Pengukuran kepuasan dilakukan tidak secara individual, tetapi yang dipakai adalah kepuasan
rata-rata. Pelayanan kebidanan bermutu apabila dapat memuaskan rata-rata klien
b. Pembatasan pada upayan yang dilakukan
Pelayanan kebidanan yang menimbulkan kepuasan harus memenuhi kode etik dan standar
pelayanan kebidanan.
Mutu pelayanan kebidanan merujuk pada tingkat kesempurnaan yang dapat memuaskan
dengan tingkat rata-rata klien serta penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar
profesi kebidanan.
Menurut Amiruddun (2007) dalam pelakukan penilaian mutu ada tiga pendekatan
penilaian mutu, yaitu :
1) Struktur

Struktur meliputi sarana fisik perlengkapan dan peralatan, organisasi dan manajemen,
keuangan, sumber daya manusia lainnya di fasilitas kesehatan.
Struktur = input
Baik tidaknya struktur sebagai input dapat diukur dari :
o

Jumlah, besarnya input

Mutu struktur atau mutu input

Besarnya anggaran atau biaya

Kewajaran

2) Proses
Proses merupakan semua kegiatan yang dilaksanakan secara profesional oleh tenaga
kesehatan (dokter, perawat dan tenaga profesi lain) dan interaksinya dengan klien
Proses mencakup diagnosa, rencana pengobatan, indikasi tindakan, prosedur dan
penanganan kasus.
Baik tidaknya proses dapat diukur dari :
Relevan tidaknya proses itu bagi klien
Fleksibilitas dan efektifitas
Mutu proses itu sendiri sesuai dengan standar pelayananyang semestinya
Kewajaran, tidak kurang dan tidak berlebihan

3) Outcomes
Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional terhadap
klien
Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif maupun negatif.
Outcome jangka pendek adalah hasil dari segala suatu tindakan tertentu atau prosedur
tertentu.
Outcome jangka panjang adalah status kesehatan dan kemampuan fungsional klien
2. SIKLUS PDCA
Konsep siklus PDCA pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart pada tahun 1930
yang disebut dengan Shewhart cycle.PDCA, singkatan bahasa Inggris dari 'Plan, Do, Check,
Act' ('Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindak lanjuti'), adalah suatu proses pemecahan masalah
empat langkah interatif yang umum digunakan dalam pengendalian kualitas. Selanjutnya konsep

ini dikembangkan oleh Dr. Walter Edwards Deming yang kemudian dikenal dengan The
Deming Wheel(Tjitro, 2009)
Metode ini dipopulerkan oleh W. Edwards Deming, yang sering dianggap sebagai bapak
pengendalian kualitas modern sehingga sering juga disebut dengan siklus Deming. Deming
sendiri selalu merujuk metode ini sebagai siklus Shewhart, dari nama Walter A. Shewhart, yang
sering dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas statistis. Siklus PDCA berguna sebagai pola
kerja dalam perbaikan suatu proses atau system sehaingga mutu pelayanan kesehatan.
PDCA merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan kerja, pelaksanaan
kerja,pengawan kerja dan perbaikan kerja yang dilakukan terus menerus dan berkesinambungan
mutu pelayanan. Siklus PDCA digunakan dalam pelayanan kesehatan untuk penyelesaian
masalah dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan.

Siklus PDCA terdiri dari empat tahapan, yaitu:


1. Perencanaan ( Plan )
Tahapan pertama adalah membuat suatu perencanaan. Perencanaan merupakan suatu upaya
menjabarkan cara penyelesaian masalah yang ditetapkan ke dalam unsur-unsur rencana yang
lengkap serta saling terkait dan terpadu sehingga dapat dipakaisebagai pedoman dalam
melaksanaan cara penyelesaian masalah. Hasil akhir yang dicapai dari perencanaan adalah
tersusunnya rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang akan diselenggarakan. Rencana kerja
penyelesaian masalah mutu yang baik mengandung setidak-tidaknya tujuh unsur rencana yaitu:
a. Judul rencana kerja (topic),
b. Pernyataan tentang macam dan besarnya masalah mutu yang dihadapi (problem
statement),
c. Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, lengkap dengan target yang ingin dicapai
(goal, objective, and target),
d. Kegiatan yang akan dilakukan (activities),
e. Organisasi dan susunan personalia pelaksana (organization and personnels)
f. Biaya yang diperlukan (budget),
g. Tolak ukur keberhasilan yang dipergunakan (milestone).
2. Pelaksanaan ( Do )
Tahapan kedua yang dilakukan ialah melaksanakan rencana yang telah disusun. Jika pelaksanaan
rencana tersebut membutuhkan keterlibatan staf lain di luar anggota tim, perlu terlebih dahulu

diselenggarakan orientasi, sehingga staf pelaksana tersebut dapat memahami dengan lengkap
rencana yang akan dilaksanakan.
Pada tahap ini diperlukan suatu kerjasama dari para anggota dan pimpinan manajerial. Untuk
dapat mencapai kerjasama yang baik, diperlukan keterampilan pokok manajerial, yaitu :
a. Keterampilan komunikasi (communication) untuk menimbulkan pengertian staf terhadap
cara pentelesaian mutu yang akan dilaksanakan
b. Keterampilan motivasi (motivation) untuk mendorong staf bersedia menyelesaikan cara
penyelesaian masalah mutu yang telah direncanakan
c. Keterampilan kepemimpinan (leadershif) untuk mengkordinasikan kegiatan cara
penyelesaian masalah mutu yang dilaksanakan
d. Keterampilan pengarahan (directing) untuk mengarahkan kegiatan yang dilaksanakan.
3. Pemeriksaan ( Check )
Tahapan ketiga yang dilakukan ialah secara berkala memeriksa kemajuan dan hasil yang dicapai
dan pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan. Tujuan dari pemeriksaan untuk mengetahui :
a. Sampai seberapa jauh pelaksanaan cara penyelesaian masalahnya telah sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan
b. Bagian mana kegiatan yang berjalan baik dan bagaian mana yang belum berjalan dengan
baik
c. Apakah sumberdaya yang dibutuhkan masih cukup tersedia
d. Apakah cara penyelesaian masalah yang sedang dilakukan memerlukan perbaikan atau
Untuk dapat memeriksa pelaksanaan cara penyelesaian masalah, ada dua alat bantu yang sering
dipergunakan yakni
a. Lembaran pemeriksaan (check list)
Lembar pemeriksaan adalah suatu formulir yang digunakan untuk mencatat secara periodik
setiap penyimpangan yang terjadi. Langkah pembuatan lembar pemeriksan adalah:
Tetapkan jenis penyimpangan yang diamati
Tetapkan jangka waktu pengamatan
Lakukan perhitungan penyimpangan
b. Peta kontrol (control diagram)
Peta kontrol adalahsuatu peta / grafik yang mengambarkan besarnya penyimpangan yang terjadi
dalam kurun waktu tertentu. Peta kontrok dibuat bedasarkan lembar pemeriksaan. Langkahlangkah yang dilakukan dalam pembuatan peta kontrol adalah :

Tetapkan garis penyimpangan minimum dan maksimum


Tentukan prosentase penyimpangan
Buat grafik penyimpangan
Nilai grafik

4. Perbaikan (Action)
Tahapan keempat yang dilakukan adalah melaksanaan perbaikan rencana kerja. Lakukanlah
penyempurnaan rencana kerja atau bila perlu mempertimbangkan pemilihan dengan cara
penyelesaian masalah lain. Untuk selanjutnya rencana kerja yang telah diperbaiki tersebut
dilaksanakan kembali. Jangan lupa untuk memantau kemajuan serta hasil yang dicapai. Untuk
kemudian tergantung dari kemajuan serta hasil tersebut, laksanakan tindakan yang sesuai.
KASUS FEBRIS PADA ANAK PRA SEKOLAH
1. PENGERTIAN FEBRIS
Menurut Suriadi (2001), demam adalah meningkatnya temperatur suhu tubuh secara abnormal.
Febris/ demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas variasi sirkardian yang normal sebagai akibat
dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus anterior (Isselbacher,
1999).
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 380 C atau lebih.Ada juga yang
yang mengambil batasan lebih dari 37,80C.Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 400C disebut
demam tinggi (hiperpireksia)(Julia, 2000).
Demam adalah kenaikan suhu tubuh karena adanya perubahan pusat termoregulasi hipotalamus
(Berhman, 1999). Seseorang mengalami demam bila suhu tubuhnya diatas 37,8C (suhu oral atau
aksila) atau suhu rektal (Donna L. Wong, 2003).

2. KLASIFIKASI FEBRIS
a. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali
ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila
demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
b. Demam remiten

Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Penyebab
suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang
dicatat demam septik.
c. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam
seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam
diantara dua serangan demam disebut kuartana.
d.

Demam kontinyu

Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus
menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
e.

Demam siklik

Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode bebas
demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe demam
intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan
segera dengan suatu sebab yang jelas seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing,
malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang
jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya
merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis lainnya.
Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap infeksi bakterial.

3. ETIOLOGI
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat berhubungan
dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun penyakit lain. (Julia,
2000).Menurut Guyton (1990) demam dapat disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri atau
zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak
atau dehidrasi.
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau
reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya:
perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam
diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan
pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium.serta
penunjang lain secara tepat dan holistik.

Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam, lama demam,
tinggi demam serta keluhan dan gejala lian yang menyertai demam.
Demam belum terdiagnosa adalah suatu keadaan dimana seorang pasien mengalami demam terus
menerus selama 3 minggu dan suhu badan diatas 38,3 derajat celcius dan tetap belum didapat
penyebabnya walaupun telah diteliti selama satu minggu secara intensif dengan menggunakan
sarana laboratorium dan penunjang medis lainnya.

4. MANIFESTASI KLINIS
tanda dan gejala demam antara lain :
1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8 C 40 C)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan
Banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri punggung, anoreksia dan somlolen.
Batasan mayornya yaitu suhu tubuh lebih tinggi dari 37,5 C-40C, kulit hangat, takichardi,
sedangkan batasan karakteristik minor yang muncul yaitu kulit kemerahan, peningkatan
kedalaman pernapasan, menggigil/merinding perasaan hangat dan dingin, nyeri dan sakit yang
spesifik atau umum (misal: sakit kepala verigo), keletihan, kelemahan, dan berkeringat
(Isselbacher. 1999, Carpenito. 2000).

5. PATOFISIOLOGI
Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point, tetapi ada peningkatan suhu
tubuh karena pembentukan panas berlebihan tetapi tidak disertai peningkatan set point(Julia,
2000).Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak terhadap infeksi
atau zatasing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat asing masuk ke tubuh
akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat
penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen
eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik

terhadap benda asing (non infeksi).Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima
(reseptor) yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus.
Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan
peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu
tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar
keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan
pengeluaran panas.Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini
akanmerangsang aktivitas tentara tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk memerangi zat
asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam amino yang berperan
dalam pembentukan antibodi atau sistem kekebalan tubuh. (Sinarty, 2003).
Sedangkan sifat-sifat demam dapatberupa menggigil atau krisis/flush.
Menggigil.Bila pengaturan termostat dengan mendadak diubah dari tingkat normal ke nilai yang
lebih tinggi dari normal sebagai akibat dari kerusakan jaringan,zat pirogen atau dehidrasi. Suhu
tubuh biasanya memerlukan beberapa jam untuk mencapai suhu baru.Krisis/flush.Bila faktor
yang menyebabkan suhu tinggi dengan mendadak disingkirkan, termostat hipotalamus dengan
mendadak berada pada nilai rendah, mungkin malahan kembali ke tingkat normal.(Guyton,
1999).
6. PENATALAKSANAAN
1. Secara Fisik
Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6 jam. Perhatikan
apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau mengigau.Perhatikan pula apakah mata anak
cenderung melirik ke atas atau apakah anak mengalami kejang-kejang. Demam yang disertai
kejang yang terlalu lama akan berbahaya bagi perkembangan otak, karena oksigen tidak mampu
mencapai otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel-sel otak. Dalam
keadaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi berupa rusaknya fungsi intelektual tertentu.
a. Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
b. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
c. Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke otak yang akan
berakibat rusaknya sel sel otak.
d. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak banyaknyaMinuman yang diberikan dapat
berupa air putih, susu (anak diare menyesuaikan), air buah atau air teh. Tujuannnya adalah agar
cairan tubuh yang menguap akibat naiknya suhu tubuh memperoleh gantinya.
e. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang

f. Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya untuk menurunkan suhu
tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya suhu tubuh dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena
panas tubuh digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres. Jangan menggunakan air es
karena justru akan membuat pembuluh darah menyempit dan panas tidak dapat keluar.
Menggunakan alkohol dapat menyebabkan iritasi dan intoksikasi (keracunan).
g. Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat suam-suam kuku. Kompres air
hangat atau suam-suam kuku maka suhu di luar terasa hangat dan tubuh akan
menginterpretasikan bahwa suhu diluar cukup panas. Dengan demikian tubuh akan menurunkan
kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh lagi. Di samping
itu lingkungan luar yang hangat akan membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar atau
mengalami vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulit terbuka sehingga akan
mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.
2. Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di hipotalamus.
Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat
enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal yang
mana diperintah memproduksi panas diatas normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada
lagi. Petunjuk pemberian antipiretik:

a. Bayi 6 12 bulan : 1 sendok the sirup parasetamol


b. Anak 1 6 tahun : parasetamol 500 mg atau 1 1 sendokteh sirup parasetamol
c. Anak 6 12 tahun : 1 tablet parasetamol 5oo mg atau 2 sendok the sirup parasetamol.
Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan dengan air atau teh manis.
Obat penurun panas in diberikan 3 kali sehari.Gunakan sendok takaran obat dengan ukuran 5 ml
setiap sendoknya.
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan demam dan sangat
berguna khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak dengan kelainan kardiopulmonal kronis
kelainan metabolik, penyakit neurologis dan pada anak yang berisiko kejang demam.Obat-obat
anti inflamasi, analgetik dan antipiretik terdiri dari golongan yang bermacam-macam dan sering
berbeda dalam susunan kimianya tetapi mempunyai kesamaan dalam efek pengobatannya.
Tujuannya menurunkan set point hipotalamus melalui pencegahan pembentukan prostaglandin
dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase. Asetaminofen merupakan derivat para
-aminofenol yang bekerja menekan pembentukan prostaglandin yang disintesis dalam susunan
saraf pusat. Dosis terapeutik antara 10-15 mgr/kgBB/kali tiap 4 jam maksimal 5 kali sehari.
Dosis maksimal 90 mgr/kbBB/hari Pada umumnya dosis ini dapat d itoleransi dengan baik.Dosis

besar jangka lama dapat menyebabkan intoksikasi dan kerusakkan hepar.Pemberiannya dapat
secara per oral maupun rektal.Turunan asam propionat seperti ibuprofen juga bekerja meneka n
pembentukan prostaglandin.Obat ini bersifat antipiretik, analgetik dan antiinflamasi.Efek
samping yang timbul berupa mual, perut kembung dan perdarahan, tetapi lebih jarang
dibandingkan aspirin.Efek samping hematologis yang berat meliputi agranulositosis dan anemia
aplastik.Efek terhadap ginjal berupa gagal ginjal akut (terutama bila dikombinasikan dengan
asetaminopen).Dosis terapeutik yaitu 5-10 mgr/kgBB/kali tiap 6 sampai 8 jam.Metamizole
(antalgin) bekerja menekan pembentukkan prostaglandin.Mempunyai efek antipiretik, analgetik
da n antiinflamasi. Efek samping pemberiannya berupa agranulositosis, anemia aplast ik dan
perdara han saluran cerna. Dosis terap eutik 10 mgr/kgBB/kali tiap 6 -8 jam dan tidak dianjurkan
unt uk anak kurang dari 6 bulan.Pemberiannya secara per oral, intramuskular atau intravena.
Asam mefenamat suatu obat gol ongan fenamat.Khasiat analgetiknya lebih kuat dibandingkan
sebagai antipiretik.Efek sampingnya berupa dispepsia dan anemia hemolitik.Dosis pemberiannya
20 mgr/kgBB/hari dibagi 3 dosis. Pemberiannya secara per oral dan tidak boleh diberikan anak
usia kurang dari 6 bulan.

7. KOMPLIKASI
1. Dehidrasi : demam penguapan cairan tubuh
2. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi pada anak usia 6
bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama demam dan umumnya sebentar, tidak
berulang. Kejang demam ini juga tidak membahayakan otak.

Anda mungkin juga menyukai