Anda di halaman 1dari 11

TUGAS INDIVIDU

ANALISA VIDEO RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gadar
Dosen Pengampu Ns. Ainnur Rahmawati, M.Kep

DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD LUTHFI CHAKIM
20101440118051

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV / DIPONEGORO
SEMARANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Definisi
Resusitasi jantung paru (RJP) merupakan langkah pertolongan
medis untuk mengembalikan fungsi napas dan atau sirkulasi darah di
dalam tubuh yang terhenti. Resusitasi jantung paru bertujuan menjaga
darah dan oksigen tetap beredar ke seluruh tubuh.
RJP atau yang dalam bahasa Inggrisnya CPR, biasanya dilakukan
kepada orang-orang yang mengalami henti jantung serta tidak mampu
bernapas secara normal. Tandanya bisa terlihat dari tiba-tiba pingsan dan
tidak merespons ketika dipanggil. RJP perlu dilakukan pada mereka yang
tidak bernapas atau denyut nadinya terhenti setelah mengalami kecelakaan,
tenggelam, atau serangan jantung
Prosedur RJP dilakukan pada kondisi ketika pernapasan dan
detak jantung terhenti seperti pada kondisi serangan jantung atau
tenggelam. Pada kondisi tersebut, RJP diperlukan untuk tetap
mempertahankan jalannya sirkulasi aliran darah, terutama ke daerah
otak dan organ vital lain sembari menunggu bantuan medis tiba.

B. Tujuan
.Tujuan Bantuan Hidup Dasar (BHD) ialah oksigenasi darurat yang
diberikan secara efektif pada organ vital seperti otak dan jantung melalui
ventilasi buatan dan sirkulasi buatan sampai paru dan jantung dapat
menyediakan oksigen dengan kekuatan sendiri secara normal. Hal ini
adalah untuk mencegah berhentinya sirkulasi darah atau berhentinya
pernapasan. Resusitasi mencegah terjadinya berhentinya sirkulasi atau
berhentinya respirasi yang dapat menyebabkan kematian sel-sel akibat dari
kekurangan oksigen dan memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi
melalui kompresi dada (chest compression) dan ventilasi dari korban yang
mengalami henti jantung atau henti nafas.
C. INDIKASI MELAKUKAN RJP
Henti Nafas
Henti nafas primer (respiratory arrest) dapat disebabkan oleh banyak hal,
misalnya serangan stroke, keracunan obat, tenggelam,inhalasi asp/uap/gas,
obstruksi jalan nafas oleh benda asing, tesengat listrik, tersambar petir,
serangan infrak jantung, radang epiglottis, tercekik (suffocation), trauma
dan lain-lainnya.1 Henti nafas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada
dan aliran udara pernafasan dari korban dan ini merupakan kasus yang
harus dilakukan tindakan Bantuan Hidup Dasar (BHD). Pada awal henti
nafas, jantung masih berdenyut dan nadinya masih teraba, dimana oksigen
masih dapat masuk ke dalam darah untuk beberapa menit dan jantung
masih dapat mensirkulasikan darah ke otak dan organ-organ vital yang
lainnya. Dengan memberikan bantuan resusitasi, ia dapat membantu
menjalankan sirkulasi lebih baik dan mencegah kegagalan perfusi organ.
Henti Jantung
Henti jantung primer (cardiac arrest) adalah ketidaksanggupan curah
jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen keotak dan organ vital
lainnya secara mendadak dan dapat balik normal, jika dilakukan tindakan
yang tepat atau akan menyebabkan kematian atau kerusakan otak menetap
kalau tindakan tidak adekuat. Henti jantung yang terminal akibat usia
lanjut atau penyakit kronis tertentu tidak termasuk henti jantung atau
cardiac arrest.2 Sebagian besar henti jantung disebabkan oleh fibrilasi
ventrikel atau takikardi tanpa denyut, kemudian disusun oleh ventrikel
asistol dan terakhirnya oleh disosiasi elektro-mekanik. Dua jenis henti
jantung yang berakhir lebihsulit ditanggulangi kerana akibat gangguan
pacemaker jantung. Fibirilasi ventrikel terjadi karena koordinasi aktivitas
jantung menghilang.34 Henti jantung ditandai oleh denyut nadi besar yang
tidak teraba (karotis, femoralis, radialis) disertai kebiruan (sianosis),
pernafasan berhenti atau gasping, tidak terdapat dilatasi pupil karena
bereaksi terhadap rangsang cahaya dan pasien tidak sadar. Pengiriman
oxygen ke otak tergantung pada curah jantung, kadar hemoglobin (Hb),
saturasi Hb terhadap oxygen dan fungsi pernapasan. Iskemia melebihi 3-4
menit pada suhu normal akan menyebabkan kortek serebri rusak menetap,
walaupun setelah itu dapat membuat jantung berdenyut kembali
D. Kontraindikasi
Pada dasarnya, tidak ada kontraindikasi mutlak untuk melakukan resusitasi
jantung paru (RJP). Satu-satunya kontraindikasi melakukan RJP adalah
adanya instruksi do-not-resuscitate (DNR) atau terdapatnya hal yang
mengindikasikan seseorang tidak ingin diresusitasi saat terjadi henti
jantung.
Kontraindikasi relatif melakukan RJP adalah jika klinisi menilai bahwa
tindakan RJP hanya akan menjadi tindakan yang sia-sia (futile care) secara
medis, misalnya jika terdapat tanda-tanda kematian ireversibel, yaitu kaku
mayat, lebam mayat, dekapitasi, transeksi, dan dekomposisi. Selain itu,
resusitasi jantung paru juga dapat dipertimbangkan untuk tidak dilakukan
pada situasi di mana usaha melakukan RJP akan membuat penolong dalam
risiko cedera berat ataupun kematian, misalnya terpapar penyakit yang
infeksius.

E. Komplikasi

Komplikasi pada resusitasi jantung paru (RJP) dapat terjadi akibat kompresi
dada atau akibat ventilasi.

a.Komplikasi akibat Kompresi Dada


Komplikasi yang dapat terjadi akibat kompresi dada adalah fraktur iga
atau sternum. Studi post mortem yang dilakukan oleh Kaldrum, et al.
menunjukkan banyak komplikasi lain pada region toraks yang dapat
disebabkan oleh resusitasi jantung paru, yaitu pneumotoraks, hemotoraks,
kontusio paru, dan bahkan ruptur ventrikel kiri. Durasi resusitasi jantung
paru lebih dari 30 menit menjadi faktor risiko terjadinya komplikasi
tersebut. Selain komplikasi pada regio toraks, beberapa kasus
menunjukkan bahwa resusitasi jantung paru dapat menyebabkan
komplikasi berupa cedera hati dan limpa.
b.Komplikasi akibat Ventilasi
Pemberian ventilasi dengan intubasi menyebabkan pneumonia pada
beberap kasus. Sementara itu, ventilasi bantuan dengan metode noninvasif
dapat menyebabkan masuknya udara ke dalam lambung. Hal ini dapat
menyebabkan pasien muntah yang meningkatkan risiko terjadinya aspirasi.
Solusinya adalah dengan menggunakan alat bantu nafas yang invasif
sehingga udara tidak masuk ke esofagus.
BAB II
ISI

A. Tahapan-tahapan Melakukan Resusitasi Jantung Paru


Tahapan melakukan tindakan penyelamatan melalui RJP disingkat menjadi
C-A-B yang merupakan singkatan dari compression, airways, dan breathing.
Compression atau kompresi adalah tahap menekan dada, selanjutnya airways
adalah membuka jalur pernapasan, dan breathing adalah member bantuan
napas.
Di bawah ini adalah sedikit penjelasan mengenai tahapan CAB atau
kompresi, pembebasan jalur pernapasan, dan bantuan napas dari mulut
kemulut. Namun sebelum melakukan tahapan pertolongan RJP, pastikan area
tempat korban berada aman untuk dilakukan pertolongan, misalnya jika
berada di jalan, orang yang hendak ditolong bisa dipindahkan ke tepi jalan
untuk menghindari lalu lintas. Periksa juga apakah si korban sadar atau tidak
sadar (pingsan), kondisi tidak sadarlah yang memerlukan penanganan lebih
lanjut. Pastikan untuk menghubungi nomor-nomor berikut untuk meminta
pertolongan lebih lanjut, yaitu 118 untuk memanggil ambulans dan polisi di
nomor 112.
Kompresi
Tindakan ini dilakukan apabila tidak ditemukan denyut nadi atau detak
jantung pada orang yang tidak sadarkan diri. Melakukan pertolongan pertama
dengan teknik RJP dimulai dengan melakukan kompresi dada. Cukup dengan
meletakkan salah satu telapak tangan di bagian tengah dada korban kemudian
tangan yang lainnya ditaruh di atas tangan yang pertama. Kemudian eratkan
jari-jari kedua tangan dan lakukan penekanan dada sedalam 5-6 cm,
kemudian lepaskan. Ulangi pemberian tekanan di dada sebanyak 100-120 kali
tekanan tiap menit hingga pertolongan medis datang atau hingga korban
menunjukkan respons.
Membuka jalur napas
Tindakan RJP yang kedua adalah upaya membuka jalur pernapasan korban.
Hal ini biasanya dilakukan setelah menekan dada korban. Caranya dengan
mendongakkan kepala korban, lalu kedua tangan diletakkan di dahinya.
Setelah itu, angkat dagu orang tersebut dengan lembut untuk membuka dan
mengamankan saluran pernapasannya.
Memberi bantuan napas
Tahap selanjutnya dari RJP adalah memberikan napas bantuan dari mulut
kemulut. Hal ini bisa dilakukan dengan menjepit hidung korban, lalu
posisikan mulut kita tepat di mulut korban. Tiupkan napas kita kedalam
mulutnya dan periksa apakah dada korban sudah mengembang dan
mengempis seperti orang bernapas pada umumnya. Pada setiap 30 kali
kompresi dada, iringi dengan dua kali bantuan napas. Teknik pernapasan dari
mulut kemulut sebaiknya hanya dilakukan oleh mereka yang telah
mendapatkan pelatihan khusus.
Apabila Anda bukantenagakesehatan dan belumterlatih, lakukankompresi
dada dengantangansaja (Hands Only CPR) tanpapemberianbantuannapas.
Kompresi dada terusdilakukanhinggaperangkatgawatdarurat yang disebut
AED (Automated External Defibrillator) tiba dan siapdigunakan. Kompresi
dada juga dapatdihentikanuntukdialihkankepadaparamedisbilasudahtiba.
Selainitu, bila korban mulaimenunjukkanrespons dan bergerakspontan,
kompresi dada dapatdihentikan.
B. Catatankhusus
Setelah mendapatkan CPR atau RJP, korban harus secepatnya mendapatkan
bantuan medis lanjutan untuk memeriksa adanya komplikasi kerusakan organ.
Sekecil apapun upaya yang Anda lakukan membawa akan membawa
perubahan besar bagi nyawa seseorang
BAB III
ANALISA TINDAKAN

A. Manfaat tindakan secara patofisiologi


Terdapat dua teori penjelasan mengenai mekanisme fisiologi kerja resusitasi
jantung paru (RJP), yaitu teori pompa jantung dan teori pompa torakal.
1. Teori Pompa Jantung
Teori ini menyatakan bahwa saat terjadi kompresi dada, jantung akan ikut
terkompresi, sehingga terbentuk gradien tekanan intraventrikular yang akan
menutup katup atrioventrikular dan membuka kedua katup semilunar.
Akibatnya darah dialirkan ke arteri besar. Saat dekompresi dada, tekanan
pada ventrikel berkurang sehingga katup atrioventrikular terbuka dan menjadi
tahap pengisian ventrikel. Teori ini mendapat tentangan karena tekanan antar
masing-masing ruang jantung saat resusitasi adalah hampir sama.
2. Teori Pompa Torakal
Teori ini menyatakan bahwa aliran darah saat resusitasi jantung paru terjadi
karena peningkatan tekanan intratorakal menjadi lebih tinggi daripada
tekanan ekstratorakal.

B. Keuntungan melakukan RJP

Karena RJP yang dilakukan dengan benar dapat menyelamatkan nyawa


seseorang, maka kita wajib mengetahui bagaimana cara melakukannya.
Berikut ini adalah alasan-alasan penting kenapa kita perlu mempelajari teknik
resusitasi jantung paru.

1. Mungkin bisa menyelamatkan seseorang dari kerusakan otak


Salah satu keuntungan kita bisa melakukan RJP adalah mampu mengurangi
risiko korban mengalami kerusakan otak. Hal ini sangat mungkin terjadi
sebab tindakan pertolongan pertama dengan RJP dapat menjaga oksigen dan
darah tetap beredar di dalam tubuh korban. Pada kondisi ketika tubuh tidak
lagi dilalui suplai oksigen dan darah, maka kemungkinan terjadinya
kerusakan otak akan sangat tinggi.
2. Bisa menyelamatkan nyawa seseorang
Makin cepat sebuah pertolongan diberikan, maka makin besar kemungkinan
seseorang yang mengalami kecelakaan atau serangan jantung bisa
diselamatkan. Jika seseorang mengalami serangan jantung, maka fungsi
jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh akan terhenti. Jika RJP
dilakukan segera setelah kejadian, makin besar kemungkinan jantung bisa
kembali bekerja mengedarkan oksigen dan darah ke seluruh tubuh. Hal ini
tentu saja akan meningkatkan kemungkinan seseorang untuk terhindar dari
kematian.
3. Masih jarang orang yang bisa melakukan RJP
Jangan terkejut mendapati fakta bahwa lebih dari separuh pasien yang terkena
serangan jantung tidak mendapatkan pertolongan pertama berupa resusitasi
jantung paru. Alasan utamanya adalah banyak orang-orang yang belum
pernah mendapatkan pelatihan melakukan RJP. Padahal, upaya penyelamatan
dengan RJP mudah untuk dipelajari sekaligus diaplikasikan secara nyata.
4. Banyak kejadian serangan jantung di rumah
Salah satu alasan penting lainnya kenapa kita perlu memiliki bekal yang
cukup untuk melakukan RJP adalah untuk mengantisipasi orang di rumah
mengalami kondisi yang memerlukan RJP. Setidaknya 85 persen serangan
jantung terjadi di rumah. Hal tersebut bisa saja menimpa orang di sekitar kita
termasuk anggota keluarga. Dengan memiliki kemampuan melakukan
resusitasi jantung dan paru, kita bisa berperan dalam menyelamatkan nyawa
orang-orang yang kita cintai.
GAMBAR

1. DANGEROUS

2. RESSPONS

3. Shout Call EMS


4. CIRCULATION

5. AIRWAY

6. BREATHING
DAFTAR PUSTAKA

1. Andrew H. Travers, et al. Part 4: CPR Overview: 2010 American Heart


Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency
Cardiovascular Care. Circulation 2010;122;S676-S684
2. Alkatiri J. Resusitasi Kardio Pulmoner dalam Sudoyo W. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi IV. FKUI. Jakarta. 2007. Hal. 173-7.
3. John M. Field, Part 1: Executive Summary: 2010 American Heart Association
Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency
Cardiovascular Care. Circulation 2010;122;S640-S656.
4. . Latief S.A. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi Kedua. Penerbit FKUI.
Jakarta. 2007
5. Sayre MR. et al. Highlights of the 2010 American Heart Association
Guidelines for CPR and ECC. 7272 Greenville Avenue. Dallas, Texas 75231-
4596.. 90-1043.
6. https://www.alomedika.com/tindakan-medis/prosedur-kegawatdaruratan-
medis/resusitasi-jantung-paru/kontraindikasi
7. https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pengabdian_dir/09b5c1cf7ba2db097e7
5d1a8bb79d4df.pdf

Anda mungkin juga menyukai

  • LP SVT
    LP SVT
    Dokumen18 halaman
    LP SVT
    Muhammad Luthfi
    Belum ada peringkat
  • Analisa Syringe Pump - MuhLuthfi
    Analisa Syringe Pump - MuhLuthfi
    Dokumen10 halaman
    Analisa Syringe Pump - MuhLuthfi
    Muhammad Luthfi
    Belum ada peringkat
  • TAK DPD Mandi
    TAK DPD Mandi
    Dokumen11 halaman
    TAK DPD Mandi
    Muhammad Luthfi
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Hipotensi
    Bab 1 Hipotensi
    Dokumen2 halaman
    Bab 1 Hipotensi
    Muhammad Luthfi
    Belum ada peringkat
  • LP Intranatal - Luthfi
    LP Intranatal - Luthfi
    Dokumen19 halaman
    LP Intranatal - Luthfi
    Muhammad Luthfi
    Belum ada peringkat
  • LP Colik Renal
    LP Colik Renal
    Dokumen17 halaman
    LP Colik Renal
    Muhammad Luthfi
    Belum ada peringkat
  • LP STT Anak
    LP STT Anak
    Dokumen8 halaman
    LP STT Anak
    Muhammad Luthfi
    Belum ada peringkat
  • Askep SVT
    Askep SVT
    Dokumen11 halaman
    Askep SVT
    Muhammad Luthfi
    Belum ada peringkat
  • LP Fraktur
    LP Fraktur
    Dokumen11 halaman
    LP Fraktur
    Muhammad Luthfi
    Belum ada peringkat
  • Askep Anak STT
    Askep Anak STT
    Dokumen14 halaman
    Askep Anak STT
    Muhammad Luthfi
    Belum ada peringkat
  • LP Post Partum SC
    LP Post Partum SC
    Dokumen19 halaman
    LP Post Partum SC
    Muhammad Luthfi
    Belum ada peringkat
  • Askep Anak
    Askep Anak
    Dokumen11 halaman
    Askep Anak
    Muhammad Luthfi
    Belum ada peringkat
  • Askep Pneumonia
    Askep Pneumonia
    Dokumen10 halaman
    Askep Pneumonia
    Muhammad Luthfi
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Pembahasan
    BAB IV Pembahasan
    Dokumen4 halaman
    BAB IV Pembahasan
    Muhammad Luthfi
    Belum ada peringkat