Anda di halaman 1dari 21

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Caring merupakan peristiwa faktual dan universal tentang cara berpikir,
bersikap dan berperasaan dalam interaksi dan hubungannya dengan orang lain.
Sebagai mahasiswa keperawatan yang mendalami konsep caring, maka
seharusnya dilakukan upaya dalam melindungi serta meningkatkan pengabdian
diri kepada sesama. Implementasi dari konsep caring keperawatan, sebagai
mahasiswa yang tentunya memiliki keluarga dapat diaplikasikan dalam ruang
lingkup tersebut.
Mahasiswa yang berperan sebagai anggota keluarga memiliki kewajiban
untuk mengayomi anggota keluarga yang lain. Untuk itulah caring dalam
hubungan antara mahasiswa dengan keluarganya sangatlah diperlukan. Caring
disini berfokus pada bagaimana cara mahasiswa yang mempunyai kepedulian
untuk dapat memahami, menghargai dan menghormati pola tingkah laku anggota
keluarga guna menghindari berbagai konflik untuk terciptanya keharmonisan
dalam sebuah hubungan kekeluargaan. Apabila keharmonisan tersebut dapat
diciptakan, maka akan timbulah suatu rasa kenyamanan dan keamanan dalam
kehidupan keluarga. Sehingga berbagai kesalahpahaman di masyarakat yang
awalnya timbul dari permasalahan keluarga dapat dihindarkan. Berdasarkan latar
belakang masalah tersebut, penulis mengangkat salah satu aplikasi konsep caring
dengan hubungan antara mahasiswa dengan keluarga.
1.2. Rumusan Masalah
Masalah yang akan di bahas dalam makalah ini, terangkum dalam tiga
pertanyaan berikut:
1. Bagaimana konsep caring dalam keperawatan ?
2. Bagaimana konsep keluarga dan hubungannya dalam keperawatan ?
3. Bagaimana penerapan konsep caring dalam hubungannya antara
mahasiswa dengan keluarga ?

1.3. Ruang Lingkup Masalah


Dalam makalah ini akan di bahas tentang topik Konsep Caring
Keperawatan oleh Mahasiswa kepada Keluarga yang penulis batasi dalam ruang
lingkup konsep caring keperawatan, konsep keluarga, serta caring mahasiswa
dengan keluarga.
1.4. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini, antara lain :
1. Mahasiswa mampu mengatahui konsep caring dalam keperawatan.
2. Mahasiswa mampu mengetahui konsep keluarga dan hubungannya dalam
keperawatan.
3. Mahasiswa mampu mengatahui penerapan konsep

caring dalam

hubungannya antara mahasiswa dengan keluarga.


1.5. Metode Penulisan
1.5.1.

Jenis Penulisan
Dalam penulisan makalah dilakukan dengan cara studi pustaka

dengan mencari berbagai sumber referensi tentang konsep caring dan


konsep keluarga serta aplikasinya.
1.5.2.

Teknik Pengumpulan Data


Pencarian data atau informasi didapat melalui teknik Library

Research yang diperoleh dari hasil mencari di website dan membaca buku
yang berhubungan dengan caring.
1.5.3.

Jenis Sumber Data


Sumber data dalam penulisan makalah ini adalah sumber data

sekunder. Sumber data sekunder merupakan hasil yang diperoleh melalui


membaca buku yang bersangkutan dan mencari hal yang berhubungan
dengan caring dari mahasiswa kepada keluarganya di website. Jenis data

yang digunakan adalah data kualitatif yaitu data-data yang tidak berupa
angka seperti penerapan secara langsung caring dari mahasiswa kepada
keluarganya.

BAB II
ISI

2.1. Konsep Caring


2.1.A.

Pengertian Caring Secara Umum


Profesi perawat tidak bisa terlepas dengan konsep caring dalam

pelaksanaanya, lalu apakah kita mengetahui maksud dari caring itu sendiri?
Dalam arti singkat, semua orang tahu bahwa caring seperti memberikan atau
mendapat care dari atau kepada orang lain. Namun, pada tingkat lain, caring
dapat memiliki arti yang lebih kompleks dan mendalam.
Milton Mayeroff (1972), dalam analisis tentang makna caring
dalam hubungan manusia, menggambarkan caring sebagai suatu proses
yang memberikan kesempatan pada seseorang (baik pemberi asuhan
maupun penerima asuhan) untuk pertumbuhan pribadi. Aspek utama caring
dalam analisis, meliputi pengetahuan, pergantian irama (belajar dari
pengalaman), kesabaran, kejujuran, rasa percaya, kerendahan hati, harapan,
dan keberanian. Secara umum bahwa caring dapat memengaruhi kehidupan
seseorang dalam cara bermakna dan memicu eksistensi yang lebih
memuaskan. Analisis Mayeroff meruapakan makna yang paling umum dan
tidak dibatasi pada caring di lingkungan keperawatan kesehatan.
Beberapa penulis mengartikan caring dalam keperawatan sebagai
sebuah bentuk cinta. Analisis caring secara konseptual dari pandangan
berbeda diperkirakan sebagai sebuah bentuk cinta (Ray, 1981a).
Sementara analisis teologis Campbell (1984a) tentang asuhan professional
mengharuskan agar caring diibaratkan sebagai bentuk cinta sedang,
menunjukkan bahwa hubungan caring secara professional terikat kuat oleh
konvensi dan undang-undang.
2.1.B.

Persepsi Klien tentang Caring


Mengapa perawat harus care? Terdapat tiga aspek penting yang

mendasari keharusan perawat untuk care terhadap orang lain, antara lain

aspek kontrak, aspek etika, dan aspek spiritual terhadap orang yang sakit
atau tidak. Berikut merupakan petunjuk tentang caring oleh Fry (1988);

Caring harus dilihat sebagai puncak atau nilai tertinggi untuk

membimbing tindakan seseorang.


Caring harus dipertimbangkan sebagai sesuatu yang bernilai

universal.
Caring harus dipertimbangkan secara jelas karena perilaku tertentu

(empati, dukungan, perlindungan, dan lain-lain) diutamakan.


Caring harus berkenaan dengan orang lain-harus berpikir untuk
menyejahterakan orang lain dan bukan menyejeterahkan diri
sendiri.
Caring sangatlah dibutuhkan dan menjadi dasar dalam ilmu

keperawatan. Identifikasi perilaku caring dalam diri seorang perawat sangat


diharapkan oleh klien atau pasien dalam pengasuhan mereka. Seperti
Williams (1997) katakan juga bahwa klien akan selalu menghargai
efektivitas perawat dalam menjalankan tugas, tetapi jelasnya juga pasien
menghargai asuhan dari perawat (caring).
Mempelajari persepsi (pemahaman)

klien

terhadap

caring

keperawatan sangatlah penting karena perawatan kesehatan menempatkan


tekanan yang lebih terhadap kepuasaan klien atau pasien. Berikut beberapa
perbandingan penelitian yang dilakukan oleh Riemen (1986), Attree (2001),
dan Mayer

(1986) dengan mengembangan

topik perilaku

caring

keperawatan;
Riemen (1986)
Persepsi klien wanita
Persepsi klien pria
Berespon terhadap keunikan klien
Hadir secara fisik sehingga klien
atau pasien
merasa dihargai
Memahami dan mendukung
Kembali ke klien tanpa diminta
perhatian klien
terlebih dahulu
Membuat klien merasa nyaman,
Hadir secara fisik didepan klien
relaks dan nyaman
Memiliki sikap dan menunjukkan
Hadir untuk memberi kenyamanan
perilaku yang membuat klien merasa dan memenuhi kebutuhan klien
dihargai sebagai manusia
sebelum diminta
Menggunakan suara dan sikap
Kembali ke klien tanpa diminta
yang baik, halus, lembut dan
terlebih dahulu
menyenangkan.
Menunjukkan perhatian yang

memberi kenyamanan dan


merelaksasi klien
Menggunakan suara yang halus dan
lembut
Memberikan perasaan nyaman bagi
klien
Attree (2001)
Persepsi klien dewasa yang dirawat
Kehadirannya menentramkan hati

Memberi infromasi yang jelas


Mendemonstrasikan
pengetahuan
dan keterampilan kesehatan yang
profesional
Mampu mengangani rasa nyeri atau
sakit
Memberikan waktu yang lebih
banyak dari yang dibutuhkan
Mengenali kualitas dan kebutuhan
individual
2.1.C.

Mayer (1986)
Persepsi
klien
kanker
dan
keluarganya
Mengetahui
bagaimana
memberikan
enjeksi
dan
pengelolaan peralatan
Membawa
keceriaan
dalam
bersikap
Mendorong
klien
untuk
menghubungi perawat bila klien
mempunyai masalah
Mendahulukan
atau
mengutamakan kepentingan klien
Mengantisipasi
pengalaman
pertama adalah hal yang terberat

Beberapa Teori Caring


Ada beberapa teori caring menurut ahli. Pertama, menurut Benner

dan Wrubel (1989), caring berarti bahwa seseorang, kejadian, rencana, dan
segala

sesuatu

mencerminkan

yang
apa

berhubungan
yang

dengan

berhubungan

banyak

dengan

orang.

individu.

Caring
Hal

ini

menggambarkan hubungan yang luas, dari cinta orang tua sampai hubungan
pertemanan, dari kepedulian teman kerja sampai kepedulian terhadap
binatang peliharaan, untuk merawat dan melayani pasien.
Kedua, teori Watson tentang caring (1979,1988) adalah model
holistik keperawatan yang menyebabkan bahwa tujuan caring adalah untuk
mendukung proses penyembuhan secara total. Menurut Watson, caring
dapat bersifat spiritual. Caring dapat menjaga manusia melalui teknologi,

sistem pelayanan kesehatan berorientasi pengobatan (Watson, 2006). Ada 10


faktor carative, proses caring yang membantu seseorang mencapai
kesehatan atau meninggal dengan tenang (Watson, 1985, p.7) :
1.

Membentuk sistem nilai altruistic : Menggunakan kebaikan dan


kasih sayang untuk memperluas diri, menggunakan sikap
membuka diri untuk mempromosikan persetujuan terapi dengan
klien.

2.

Menciptakan kepercayaan dan harapan. Contohnya, menciptakan


suatu hubungan dengan klien yang menawarkan maksud dan
petunjuk saat mencari arti dari suatu penyakit.

3.

Meningkatkan rasa sensitive terhadap diri sendiri dan sesama.


Misalnya, belajar menerima keberadaan diri sendiri dan orang lain.
Perawat yang caring berkembang menjadi perawat perwujudan
diri.

4.

Membangun pertolongan kepercayaan, hubungan caring manusia.


Contohnya, belajar membangun dan mendukung pertolongan,
kepercayaan, hubungan caring yang asli, melalui komunikasi yang
efektif dengan klien.

5.

Mempromosikan dan mengungkapkan perasaan positif dan negatif.


Misalnya, mendukung dan menerima perasaan kliendengan
menunjukkan kesiapan mengambil resiko dalam berbagi dengan
sesama.

6.

Menggunakan proses caring yang kreatif dalam penyelesaian


masalah. Contohnya, menerapkan proses keperawatan secara
sistematis, membuat keputusan pemecah masalah secara ilmiah
dalam menyelenggarakan pelayanan berfokus klien.

7.

Mempromosikan transpersonal belajar-mengajar. Belajar bersama


saat mengajarkan klien mendapatkan keterampilan perawatan diri.
Klien mempunyai tanggung jawab untuk belajar.

8.

Menyediakan dukungan, perlindungan, dan perbaikan suasana


mental, fisik, sosial, dan spiritual. Misalnya, membuat pemulihan
suasana

pada

semua

tingakatan,

fisik,

maupun

nonfisik.

Meningkatkan

kebersamaan,

keindahan,

kenyamanan,

kepercayaan, dan kedamaian.


9.

Mendapatkan kebutuhan manusia. Contohnya, membantu klien


mendapatkan kebutuhan dasar dengan caring yang disengaja dan
disadari.

10.

Mengizinkan adanya kekuatan-kekuatan fenomena yang bersifat


spiritual.

Misalnya,

mengizinkan

kekuatan

spiritual

untuk

memberikan pengertian yang lebih baik tentang diri perawat dan


klien.
Ketiga, Kristen Swanson mendefinisikan caring sebagai suatu cara
pemeliharaan berhubungan dengan menghargai orang lain, disertai perasaan
memiliki dan tanggung jawab. Teori Swanson (1991) berguna dalam
memberikan petunjuk bagaimana membagun strategi caring yang berguna
dan efektif. Swanson membuat teori caring yang menggambarkan caring
berisi lima proses atau kategori.
1.

Mengetahui: berusaha mengerti kejadian yang berarti dalam

2.

kehidupan sesorang.
Melakukan bersama: hadir secara emosional, yaitu berada di sana,
menunjukkan kemampuan, berbagi perasaan dan tidak mudah

3.

marah.
Melakukan: untuk sebisa mungkin melakukan kepada orang lain

4.

seperti melakukannya terhadap diri sendiri.


Kemampuan: memudahkan jalan seseorang dalam menjalani
transisi kehidupan (seperti kelahiran kematian) atau kejadian yang

5.

tidak terduga.
Mengatasi kepercayaan:

menaruh

kepercayaan

terhadap

kemampuan seseorang dalam menjalani hidup atau transisi dan


menghadapi masa depan.
Keempat, Marriner dan Tomey (1994) menyatakan bahwa caring
merupakan pengetahuan kemanusiaan, inti dari praktik keperawatan yang
bersifat etik dan filosofikal. Caring adalah cara yang memiliki makna dan
memotivasi tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang
bertujuan memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil
meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien (Caruth et all, 1999).

Sikap caring diberikan melalui kejujuran, kepercayaan, dan niat


baik. Caring menolong klien meningkatkan perubahan positif dalam aspek
psikologis, fisik, spiritual, dan sosial. Bersikap caring untuk klien dan
bekerja sama dengan klien dari berbagai lingkungan merupakan esensi
keperawatan. Dalam memberikan asuhan, perawat menggunakan keahlian,
kata-kata yang lemah lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu berada
disamping klien, dan bersikap caring sebagai media pemberi asuhan
(Curuth, stele. Moffet, Rehmeyer, Cooper, dan Burroughs, 1999).
Kelima, Milton Mayeroff memandang caring sebagai suatu proses
yang berorientasi pada tujuan membantu orang lain bertumbuh dan
mengaktualisasikan diri. Mayehoff memperkenalkan sifat-sifat caring,
seperti sabar, jujur, dan rendah hati.
Keenam, Sobel mendefinisikan caring sebagai suatu rasa peduli,
hormat, dan menghargai orang lain. Artinya memberi perhatian dan
mempelajari kesukaan-kesukaan seseorang bagaimana seseorang berpikir,
bertindak, dan berperasaan. Caring sebagai suatu moral imperative (bentuk
moral) sehingga perawat harus terdiri dari orang-orang yang bermoral baik
dan memiliki kepedulian terhadap kesehatan pasien, yang mempertahankan
martabat dan menghargai pasien sebagai seorang manusia, bukan melakukan
tindakan amoral pada saat melakukan tugas pendampingan perawatan.
Ketujuh, Madeleine Leininger (1978) menggambarkan konsep
caring sebagai esensi dan pusat, yang menyatukan dan membedakan
keperawatan dari disiplin ilmu kesehatan lainnya. Caring juga sebuah
kebutuhan penting manusia untuk kesehatan dan kelangsungan hidup
manusia.
2.1.D.

Perilaku Caring dalam Praktik Keperawatan


Praktik keperawatan yang harus dilaksanakan oleh perawat

profesional meliputi kehadiran perawat, pemberian sentuhan, serta


mendengarkan dan memahami pasien atau klien. Perawat diharapkan
mengetahui kultur pasiennya sebelum diadakannya tindakan caring.
Kehadiran perawat ditengah pasien akan memberikan kenyamanan dan

10

ketenangan kepada pasien, misalnya disaat pasien menunggu hasil tes dari
dokter, melalui kehadiran, kontak mata serta bahasa tubuh yang baik pasien
akan merasa nyaman didekat perawat dan disaat itu pula kita harus
mendengarkan pasien berbicara, kita tidak boleh memberikan nasihatnasihat kepada pasien biarkanlah pasien mengutarakan apa yang ia ingin
katakan.
2.1.E.

Perbedaan Caring dan Curing


Secara sederhana caring diartikan sebagai peduli, sedangkan

curing dapat diartikan sebagai mengobati. Watson (1979), Leininger (1984)


dan Benner (1982) menempatkan caring sebagai dasar dalam praktik
keperawatan. Diperkirakan pelayanan kesehatan adalah caring, sedangkan
pelayanan kesehatan adalah curing.
Lydra Hall mengemukakan bahwa care merupakan komponen
penting yang berasal dari naluri seorang ibu. Sedangkan cure merupakan
dasar dari ilmu patologi dan terupeutik.
Dalam UU No. 23 tahun 1992 menyebutkan bahwa penyembuhan
penyakit dilakukan oleh tenaga dokter dan perawat melalui kegiatan
pengobatan dan keperawatan berdasarkan ilmu keperawatan. Berdasarkan
pernyataan tersebut didapat sebuah kesimpulan bahwa caring merupakan
tugas utama seorang perawat dan tugas sekunder bagi dokter. Sedangkan
curing merupakan tugas utama seorang dokter dan tugas sekunder seorang
perawat.
Perbedaan antar curing dan caring dapat dilihat berdasarkan tujuan
masing-masing. Teori Watson tentang caring (1979,1988) adalah model
holistik keperawatan yang menyebutkan bahwa tujuan caring adalah untuk
mendorong proses penyembuhan secara total (Hoover, 2002). Selain
bertujuan untuk mendukung proses penyembuhan atau pengobatan caring
memiliki tujuan berupa pemenuhan kebutuhan dasar klien (berupa
kebutuhan fisik dan psikis).

11

Tujuan dari penerapan curing adalah mengupayakan proses


penyembuhan bagi klien. Proses penyembuhan klien dilakukan dengan
menyingkirkan penyebab penyakit yang menggerogoti penyakit.
Namun dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada klien
curing dan caring seharusnya diterapkan bersama demi tercapainya
pelayanan kesehatan yang optimal. Hal ini dipertegas oleh Julia (1995)
bahwa dalam memberikan asuhan keperawatan secara total kepada klien,
maka curing dan caring harus dipadukan.

2.2. Konsep Keluarga


2.2.A.

Pengertian Keluarga secara Umum dan Teoritis


Definisi keluarga berbeda-beda, tergantung kepada teoritis

pendefinisi yaitu dengan menggunakan penjelasan yang penulis cari untuk


menghubungkan keluarga. Banyak ahli menguraikan pengertian keluarga
sesuai dengan perkembangan sosial masyarakat. Berikut akan dikemukakan
beberapa pengertian keluarga :
1)

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari


suami-isteri, atau suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya,
atau ibu dan anaknya. (UU No.10 tahun 1992)

2)

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas


kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal
disuatu

tempat

dibawah

satu

atap

dan

keadaan

saling

ketergantungan (Departemen Kesehatan, 1988).


3)

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup


bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu
mempunyai peran masing masing yang merupakan bagian dari
keluarga (Friedman, 1998).

4)

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai


hubungan darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam
kehidupan yang terus menerus, yang tinggal dalam satu atap,

12

mempunyai ikatan emosional dan mempunyai kewajiban antara


satu orang dengan lainnya (Johnsons, 1992).
Jadi secara umum, keluarga merupakan unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan anggota keluarga lainnya
yang tinggal bersama dalam satu rumah tangga karena pertalian darah dan
ikatan perkawinan atau adopsi satu dengan lainnya, dan saling bergantung
serta berinteraksi dengan yang lainnya.
2.2.B.

Tahap Perkembangan Keluarga


Menurut

Friedman

(1998),

tahap

perkembangan

keluarga

berdasarkan siklus kehidupan keluarga terbagi atas 8 tahap :


1)

Keluarga baru (beginning family), yaitu perkawinan dari sepasang


insan yang menandakan bermulanya keluarga baru. Keluarga pada
tahap ini mempunyai tugas perkembangan, yaitu membina
hubungan dan kepuasan bersama, menetapkan tujuan bersama,
membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
dan merencanakan anak atau KB.

2)

Keluarga sedang mengasuh anak (child bearing family), yaitu


dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30
bulan. Mempunyai tugas perkembangan seperti persiapan bayi,
membagi peran dan tanggungjawab, adaptasi pola hubungan
seksual, pengetahuan tentang kehamilan, persalinan dan menjadi
orang tua.

3)

Keluarga dengan usia anak pra sekolah, yaitu kelurga dengan anak
pertama yang berumur 30 bulan sampai dengan 6 tahun.
Mempunyai

tugas

perkembangan,

yaitu

membagi

waktu,

pengaturan keuangan, merencanakan kelahiran yang berikutnya


dan membagi tanggungjawab dengan anggota keluarga yang lain.
4)

Keluarga dengan anak usia sekolah, yaitu dengan anak pertama


berusia 13 tahun. Adapun tugas perkembangan keluarga ini, yaitu
menyediakan

aktivitas

untuk

anak,

pengaturan

keuangan,

13

kerjasama

dalam

menyelesaikan

masalah,

memperhatikan

kepuasan anggota keluarga dan sistem komunikasi keluarga.


5)

Keluarga dengan anak remaja, yaitu dengan usia anak pertama 13


tahun sampai dengan 20 tahun. Tugas pekembangan keluarga ini
adalah menyediakan fasilitas kebutuhan keluarga yang berbeda,
menyertakan

keluarga

dalam

bertanggungjawab

dan

mempertahankan filosofi hidup.


6)

Keluarga dengan anak dewasa, yaitu keluarga dengan anak


pertama, meninggalkan rumah dengan tugas perkembangan
keluarga, yaitu menata kembali sumber dan fasilitas, penataan
tanggungjawab antar anak, mempertahankan komunikasi terbuka,
melepaskan anak dan mendapatkan menantu.

7)

Keluarga usia pertengahan, yaitu dimulai ketika anak terakhir


meninggalakan rumah dan berakhir pada saat pensiun. Adapaun
tugas perkembangan, yaitu mempertahankan suasana yang
menyenangkan, bertanggungjawab pada semua tugas rumah
tangga, membina keakraban dengan pasangan, mempertahankan
kontak dengan anak dan berpartisipasi dalam aktivitas sosial.

8)

Keluarga usia lanjut, tahap terakhir siklus kehidupan keluarga


dimulai dari salah satu pasangan memasuki masa pensiun, terus
berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dunia. Adapun
tugas perkembangan keluarga ini, yaitu menghadapi pensiun,
saling rawat, memberi arti hidup, mempertahankan kontak dengan
anak, cucu dan masyarakat.

2.2.C.

Jenis atau Tipe Keluarga


Setiap anggota keluarga memiliki peran dan fungsi masing-masing

yang di koordinasikan oleh kepala keluarga, mempunyai keunikan masingmasing serta nilai dan norma hidup yang didasari sistem kebudayaan dan
mempunyai hak otonomi dalam mengatur keluarganya. Pembagian
pembagian tipe keluarga menurut Sri Setyowati (2007)
1.

Keluarga tradisional

14

Keluarga inti (Nuclear Family), adalah keluarga yang ada


karena adanya ikatan pernikan dan terdiri dari ayah, ibu, dan

anak-anak.
Pasangan inti (Dyad), adalah keluarga yang terdiri dari suami

dan istri saja.


Single Parent, adalah rumah tanga yang terdiri dari satu orang
tua ayah atau ibu dengan anak, yang disebabkan bisa karena

perceraian atau kematian.


Single Adult, adalah rumah tangga hanya terdiri dari seorang
dewasa seperti seorang yang telah dewasa kemudian tinggal

2.

kost untuk kuliah atau berkerja.


Keluarga non-tradisional
The Unmarriedteenage mater, adalah keluarga yang terdiri dari

orang dengan anak dari hubungan tanpa menikah.


The Stepparent Family, adalah keluarga dengan orang tua tiri.
Commune Family, adalah beberapa pasangan keluarga (dengan
anaknya) yang tidak ada hubungan saudara hidup bersama
dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama atau

membesarkan anak bersama.


The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family, adalah
keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti pasangan

tanpa melalui pernikahan.


Gay and Lesbian Family, adalah pasangan yang mempunyai

sex hidup bersama sebagaimana suami istri.


Cohiniting Couple, adalah orang dewasa yang hidup bersama

diluar ikatan perkawinan .


Group Network Family, adalah keluarga inti yang dibatasi atau
nilai-nilai, hidup bersama atau berdekatan satu sama lainnya
dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama,

pelayanan dan tanggung jawab membesarkan anaknya.


Foster Family atau keluarga asuh, adalah keluarga yang
menerima anak tidak ada hubungan keluarga dalam waktu
sementara,

pada

saat

orang

tua

anak

tersebut

perlu

mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga


aslinya

15

Homeless Family, adalah keluarga yang tidak mempunyai


perlindungan yang permanent karena krisis personal yang

dihubungkan dengan keadaan ekonmi atau masalah kesehatan


Gang, adalah kelurga yang destruktif dari orang-orang muda
yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai
perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan criminal
dalam kehidupannya.

2.2.D.

Struktur dan Fungsi Keluarga

Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah:


1.

Patrilineal: adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara


dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui
garis keturunan dari ayah.

2.

Matrilineal: adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak


saudara sedarah dalam beberapa generasi di mana hubungan itu
disusun melalui garis keturunan dari ibu.

3.

Patrilokal: adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama


keluarga sedarah suami.

4.

Matrilokal: adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama


keluarga darah.

5.

Keluarga kawinan: adalah keluarga yang terbentuk dari pernikahan


antara keluarga atau pernikahan yang tidak melewati silsilah atau
garis keturunan dari keluarganya sendiri.

Menurut M.Friedmen (1998) terdapat lima fungsi keluarga, yaitu:


1)

Fungsi afektif, berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial,


anggota keluarga memberikan hal yang positif dan menjalankan
peran dengan baik penuh kasih sayang.

2)

Fungsi sosialisasi, untuk melatih anak dan mengembangkan


kemampuannya untu berhubungan dengan orang lain diluar rumah,
karena keluarga tempat individu belajar bersosialisasi dengan

16

berinteraksi antara anggota keluarga , dan anggota keluarga belajar


disiplin, norma-norma budaya, dan prilaku dalam hubungan.
3)

Fungsi reproduksi, untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan


menambah sumber daya manusia.

4)

Fungsi ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti


makan, minum, pakaian, tempat tinggal.

5)

Fungsi perawatan keluarga, keluarga selain menyediakan makanan,


minuman, pakaian, dna tempat tinggal. Keluarga akan memberikan
perilindungan dan asuhan kesehatan perawatan.

2.2.E.

Konsep Keperawatan Keluarga


Salah satu aspek yang penting dalam keperawatan adalah keluarga.

Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat merupakan klien


keperawatan atau si penerima asuhan keperawatan. Keluarga berperan dalam
menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota keluarga yang sakit.
Keberhasilan keperawatan di rumah sakit dapat menjadi sia-sia jika tidak
dilanjutkan oleh keluarga. Secara empiris dapat dikatakan bahwa kesehatan
anggota keluarga dan kualitas kehidupan keluarga menjadi sangat
berhubungan atau signifikan.
Keluarga menempati posisi diantara individu dan masyarakat,
sehingga dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga,
perawat mendapat dua keuntungan sekaligus. Keuntungan pertama adalah
memenuhi kebutuhan individu, dan keuntungan yang kedua adalah
memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam pemberian pelayanan kesehatan
perawat harus memperhatikan nilai-nilai dan budaya keluarga sehingga
dapat menerima.
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan
masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau
kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan
sebagai saran atau penyalur.
Alasan keluarga sebagai unit pelayanan :

17

1.

Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga


yang menyangkut kehidupan masyarakat.

2.

Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,


mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam
kelompoknya.

3.

Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan


apabila salah satu angota keluarga mempunyai masalah kesehatan
akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya.

4.

Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu


(pasien), keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan
dalam memelihara kesehatan para anggotanya.

5.

Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk


berbagai upaya kesehatan masyarakat.
Dalam keperawatan keluarga terdapat tiga pendekatan yang

dilakukan, yaitu keluarga sebagai konteks, keluarga sebagai klien dan


keluarga sebagai sistem.
1.

Keluarga sebagai konteks


Fokus utama berada pada kesehatan dan perkembangan anggota
yang berada pada lingkungan khusus yaitu keluarga klien. Lakukan
pengkajian sejauh mana keluarga menyediakan kebutuhan dasar
individu tersebut. Kebutuhan ini bervariasi tergantung tingkat serta
situasi perkembangan individu tersebut. Serta harusnya ada
pertimbangan kemampuan keluarga untuk menyediakan dukungan

2.

material maupun psikologis.


Keluarga sebagai klien
Fokus utama berada pada pelayanan berada pada proses keluarga
dan hubungannya. Pola pengkajiannya terletak pada pola keluarga
dan karakteristik individual untuk memperoleh konsistensi

3.

pencapaian dan pemeliharaan kesehatan keluarga dan individual.


Keluarga sebagai sistem
Fokus utama keluarga sebagai sistem, menggunakan unsur
keluarga sebagai konteks dan keluarga sebagai klien yang menjadi
satu kesatuan antara satu sama lainnya.

18

2.3. Aplikasi konsep caring dalam hubungannya antara mahasiswa dengan


keluarga
a.
Memberi pemahaman terhadap keluarga tentang penyakit yang
dialami. Pada umumnya, orangtua masih percaya kepada mitos
kesehatan non-medis. Seperti jamu dan obat-obatan herbal tanpa
pengawasan dokter. Sebagai mahasiswa keperawatan, apabila ada
keluarga yang mengonsumsi jamu atau obat-obatan herbal sebaiknya
digunakan sesuai aturan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
b.

diinginkan.
Menanyakan hal-hal kecil kepada sesama anggota keluarga.

c.

Contohnya menanyakan kabar, bercakap-cakap setelah makan malam.


Melakukan suatu tindakan yang dapat memberikan perasaan senang.
Contohnya membantu pekerjaan orangtua, membuatkan makanan,

d.

membantu adik dalam mengerjakan tugas.


Memantau dan menindaklanjuti kondisi kesehatan anggota keluarga.
Contohnya bila terdapat anggota keluarga yang sakit, sebaiknya
diberikan pertolongan pertama selanjutnya dibawa menuju rumah
sakit/klinik terdekat

BAB III
PENUTUP

19

3.1. Kesimpulan
Caring secara umum berarti tentang cara berpikir, bersikap dan berperasaan
dalam interaksi dan hubungannya dengan sesama dan ketiga hal tersebut
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya.
Terdapat tiga aspek penting yang mendasari keharusan perawat untuk caring
terhadap orang lain, antara lain aspek kontrak, aspek etika, dan aspek spiritual
terhadap orang yang sakit atau tidak. Caring sangatlah dibutuhkan dan menjadi
dasar dalam ilmu keperawatan.
Identifikasi perilaku caring dalam diri seorang perawat sangat diharapkan
oleh klien atau pasien dalam pengasuhan mereka. Konsep caring dapat pula
diimplementasikan

dalam

kehidupan

sehari-hari

selain

dalam

praktek

keperawatan. Konsep caring keperawatan dapat direalisasikan dalam ruang


lingkup keluarga.
Pengertian dari keluarga sendiri, yaitu merupakan unit terkecil dalam
masyarakat yang meliputi orang yang terikat dalam suatu perkawinan, kelahiran
ataupun adopsi. Sementara, menurut Potter & Perry (2009), keluarga didefinisikan
secara biologis, hukum, atau sebagai jaringan sosial dengan ikatan dan ideologi
yang dibangun secara pribadi. Di dalam keluarga inti, terdapat ayah, ibu, dan
anak. Dan anak dapat digolongkan menjadi dua, yaitu kakak dan adik.
Penerapan konsep caring dalam hubungannya antara mahasiswa sebagai
kakak dengan individu yang memiliki usia pra-sekolah atau dalam hal ini
merupakan contoh dari adik mahasiswa sendiri memiliki karakteristik umum,
yaitu dengan adanya perkembangan moral yang masih berorientasi pada hukuman
dan perintah. Karena orientasi yang masih labil itulah mahasiswa sebagai kakak
wajib memberikan sentuhan caring kepada adiknya. Salah satu contoh dari
penerapan caring kepada adik, yaitu dengan memberikan pemahaman atau
informasi tentang hal yang benar dan tepat untuk dilakukan tanpa melukai
perasaan adik.
3.2. Saran

20

Adanya konsep caring antara mahasiswa sebagai kakak dengan individu


yang lebih muda usianya memberikan peranan penting dalam penguatan tali
hubungan keduanya. Untuk itulah mahasiswa sebagai kakak bertugas untuk
memiliki rasa peduli, hormat, menghargai, dan memahami tingkah polah adik.
Serta kakak harus memberi perhatian lebih dan mengajari tentang mana yang
benar dan salah dengan mengarah pada ajaran nila-nilai kebenaran yang
terkandung dalam masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin. 2010. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: Peneribit Buku


Kedokteran EGC, 11-14
Asmadi, Ns., S.Kp. 2005. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Efendi, Ferry., & Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktik dalam Keperawtan. Jakarta: Salemba Medika, 181-184
Friedman, MM. 1998. Keperawatan Keluarga; Teori dan Praktik. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

21

Morrison, Paul & Burnard, Philip. 2002. Caring and Communication : The
Interpersonal Relationship in Nursing 2nd edition. Terjemahan Widyawati,
S.Kp, M.Kes & Ns. Eny Meiliya, S.Kep. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Nasrul, Effendy, Drs. 1997. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Nursalam, Dr., M.Nurs (Hons.). & Effendi, Ferry, Ns., S.Kp. Pendidikan Dalam
Keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Petersen M., F Cohe J., Parsons V. 2004. Family-Centered Care: Do we Practice
What We Preach?. JOGNN July/Agustus 2004
Potter, P.A. & Perry, A.G. 2005. Fundamentals of Nursing: Concepts, Process,
and Practice 6th Edition. St. Louis, MI: Elsevier Mosby.

Anda mungkin juga menyukai