Anda di halaman 1dari 21

TUGAS INDIVIDU

KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA


ISOLASI SOSIAL

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa


Dosen pengampu : Ns. Tuti Anggarawati, M.Kep

Disusun Oleh:
DYAH FANI HIDAYATI
20101440117024

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV/DIPONEGORO


SEMARANG
2019
A. Judul/Topik
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

B. Konsep Teori
1. Pengertian
Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang
terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan
prilaku maladaktif dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan
sosial ( Depkes RI, 2013 ).
Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain disekitarnya. Klien mungkin merasa ditolak, tidak terima,
kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang
lain (Budi., Akemat., dkk. 2017 ).
Isolasi sosial juga merupakan kesepian yang dialami oleh individu
dan dirasakan saat didorong oleh keberadaan orang lain dan sebagai
pernyataan negative atau mengancam (Nanda-1,2012).

2. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala isolasi sosial, antara lain sebagai berikut :
a. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
b. Menghindar dari orang lain (menyendiri).
c. Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap
dengan klien lain/perawat.
d. Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk.
e. Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas.
f. Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan
percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
g. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari.
h. Posisi janin saat tidur.
(Budi Anna Keliat (2009).

3. Tingkat Isolasi Sosial


Adapun berikut merupakan tingkatan dalam isolasi sosial :
a. Respon Adaptive
Adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial
dan kebudayaan secara umum berlaku dimayarakat. Antara lain :
 Menyendiri
Respon seseorang untuk merenung apa yang telah
dilakukannya.
 Otonomi
Kemampuan individu untuk menentukan dan
menyampaikan ide-ide.
 Bekerja sama
Kondisi hubungan interpersonal individu saling memberi
dan menerima.
 Saling tergantung
Kondisi saling tergantung antara individu dengan orang
lain.

b. Respon Maladaptive
Adalah respon yang menimbulkan gangguan dengan berbagai
tingkat keparahan. Antara lain :
 Menarik diri
Keadaan seseorang kesulitan dalam membina hubungan
secara terbuka dengan orang lain.
 Manipulasi
Individu yang menganggap orang lain sebagai objek.
 Impulsif
Individu tidak mampu merencanakan sesuatu.
 Narkisisme
Terdapat harga diri yang rapuh, sikap egosentris,
pencemburuan, marah jika orang lain tidak mendukung.
 Tergantung
Seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri untuk
kemampuannya.
 Curiga
Seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri dengan
orang lain.

4. Faktor Predisposisi dan Presipitasi


Adapun faktor-faktornya, diantaranya :
a. Faktor Predisposisi
1. Faktor Perkembangan
Kemampuan seseorang untuk berhubungan sosial berkembang
sesuai dengan proses tumbuh kembang mulai dari usia bayi sampai
dewasa lanjut untuk dapat mengembangkan hubungan social yang
positif, diharapkan setiap tahap perkembangan dilalui dengan sukses.
Sistem keluarga yang terganggu dapat menunjang perkembangan
respon sosial maladaptif.
2. Faktor Biologis
Faktor genetic dapat berperan dalam respon social maladaptif.
3. Faktor Sosiokultural
Isolasi sosial merupakan factor utama dalam gangguan
berhubungan. Hal ini diakibatkan oleh norma yang tidak mendukung
pendekatan terhadap orang lain, tidak mempunyai anggota masyarakat
yang kurang produktif seperti lanjut usia, orang cacat dan penderita
penyakit kronis. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma,
perilaku dan system nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya
mayoritas.
4. Faktor dalam Keluarga
Pada komunikasi dalam keluarga dapat mengantar seseorang dalam
gangguan berhubungan, bila keluarga hanya menginformasikan hal-
hal yang negative dan mendorong anak mengembangkan harga diri
rendah. Adanya dua pesan yang bertentangan disampaikan pada saat
yang bersamaan, mengakibatkan anak menjadi enggan berkomunikasi
dengan orang lain.

b. Faktor Prespitasi
1. Stress sosiokultural
Stres dapat ditimbulkan oleh karena menurunnya stabilitas unit
keluarga dan berpisah dari orang yang berarti, misalnya karena dirawat
di rumah sakit.
2. Stress psikologi
Ansietas berat yang berekepanjangan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk
berpisah dengan orang dekat atau kegagalan orang lain untuk
memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan ansietas
tingkat tinggi.

5. Mekanisme Koping
Berikut ini adalah mekanisme koping yang dapat dilakukan, antara lain :
Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian antisocial
antara lain proyeksi, splitting dan merendahkan orang lain, koping yang
berhubungan dengan gangguan kepribadian ambang splitting, formasi
reaksi, proyeksi, isolasi, idealisasi orang lain, merendahkan orang lain dan
identifikasi proyeksi.
Individu yang mengalami respon social maladaktif menggunakan
berbagai mekanisme dalam upaya untuk mengatasi ansietas. Mekanisme
tersebut berkaitan dengan dua jenis masalah hubungan yang spesifik
(Gail,W Stuart 2006).

6. Faktor yang Mempengaruhi Isolasi Sosial


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi, diantaranya :
1. Faktor Perkembangan
Pada dasarnya kemampuan seseorang untuk berhubungan
sosial berkembang sesuai dengan proses tumbuh kembang mulai
dari usia bayi sampai dewasa lanjut untuk dapat mengembangkan
hubungan social yang positif, diharapkan setiap tahap
perkembangan dilalui dengan sukses. Sistem keluarga yang
terganggu dapat menunjang perkembangan respon sosial
maladaptif.

2. Faktor Biologis
Faktor genetic dapat berperan dalam respon social
maladaptif.

3. Faktor Sosiokultural
Isolasi sosial merupakan factor utama dalam gangguan
berhubungan. Hal ini diakibatkan oleh norma yang tidak
mendukung pendekatan terhadap orang lain, tidak mempunyai
anggota masyarakat yang kurang produktif seperti lanjut usia,
orang cacat dan penderita penyakit kronis. Isolasi dapat terjadi
karena mengadopsi norma, perilaku dan system nilai yang berbeda
dari yang dimiliki budaya mayoritas.

4. Faktor dalam Keluarga


Pada komunikasi dalam keluarga dapat mengantar
seseorang dalam gangguan berhubungan, bila keluarga hanya
menginformasikan hal- hal yang negative dan mendorong anak
mengembangkan harga diri rendah. Adanya dua pesan yang
bertentangan disampaikan pada saat yang bersamaan,
mengakibatkan anak menjadi enggan berkomunikasi dengan orang
lain.

5. Stress sosiokultural
Stres dapat ditimbulkan oleh karena menurunnya stabilitas
unit keluarga dan berpisah dari orang yang berarti, misalnya karena
dirawat di rumah sakit.

6. Stress psikologi
Ansietas berat yang berekepanjangan terjadi bersamaan
dengan keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan
untuk berpisah dengan orang dekat atau kegagalan orang lain untuk
memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan ansietas
tingkat tinggi.
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor
presipitasi, penilaian stressor , suberkoping yang dimiliki klien. Setiap
melakukan pengajian ,tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat isi
pengkajian meliputi:
1. Identitas Klien
Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan,
agama, tangggal MRS
2. Keluhan Utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang
lain) komunikasi kurang atau tidak ada , berdiam diri dikamar
,menolak interaksi dengan orang lain ,tidak melakukan kegiatan sehari
± hari , dependen.
3. Faktor Predisposisi
Meliputi Kehilangan , perpisahan , penolakan orang tua
,harapan orang tua yang tidak realistis ,kegagalan / frustasi berulang ,
tekanan dari kelompok sebaya; perubahan struktur sosial. Terjadi
trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan, dicerai
suami , putus sekolah ,PHK, perasaan malu karena sesuatu yang
terjadi ( korban perkosaan, dipenjara tiba ± tiba) perlakuan orang lain
yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri
yang berlangsung lama.
4. Aspek Fisik / Biologis
Meliputi hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu,
Pernapasan , TB, BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.
5. Aspek Psikososial meliputi :
a. Genogram yang menggambarkan tiga generasi.
b. Konsep diri:
1) Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang
berubah atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah
terjadi atau yang akan terjadi.Menolak penjelasan perubahan
tubuh , persepsi negatip tentang tubuh.Preokupasi dengan
bagia tubuh yang hilang , mengungkapkan keputus asaan,
mengungkapkan ketakutan.
2) Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan
keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.
3) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan
penyakit, proses menua, putus sekolah, PHK.
4) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya :
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
5) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah
terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial , merendahkan
martabat , mencederai diri, dan kurang percaya diri. Klien
mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubunga
social dengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok
yang diikuti dalam masyarakat.
6) Status Mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan
kontak mata , kurang dapat memulai pembicaraan , klien suka
menyendiri dan kurang mampu berhubungan dengan perawat.
7) Mekanisme Koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau
menceritakan nya pada orang orang lain( lebih sering
menggunakan koping menarik diri).
8) Aspek Medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy
farmakologi ECT, Psikomotor, therapy okupasional, TAK ,
dan rehabilitas.

2. Pohon Masalah
Resiko perubahan persepsi sensori : Halusinasi Effect

Isolasi Sosial : Menarik Diri Core Problem

Gangguan konsep diri : HDR Causa

3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul, antara lain :
a. Isolasi sosial menarik diri
b. Gangguan konsep diri: harga diri rendah.
c. Ketidakberdayaan
d. Koping individu tidak efektif
e. deficit perawatan diri
f. Risiko gangguan persepsi sensori : halusinasi
4. Perencanaan
Untuk membina hubungan saling percaya dengan klien isolasi social perlu
waktu yang tidak sebentar. Perawat harus konsisten bersikap terapeutik pada
klien. Selalu penuhi janji, kontak singkat tapi sering dan penuhi kebutuhan
dasarnya adalah upaya yang bisa di lakukan.

a. Tujuan umum
1. klien dapat berinteraksi dengan orang lain secara optimal
criteria hasil :
 klien dapat menunjukan ekspresi wajah bersahabat
 menunjukan rasa sayang
 ada kontak mata
 mau berjabat tangan
 mau menjawab salam
 mau menyebut nama
 mau berdampingan dengan perawat
 mau mengutarakan masalah yang dihadapi
Tindakan keperawatan :
 bina hubungan salinf percaya dengan prinsip terapeutik
 sapa klien dengan ramah
 tanyakan nama lengkap klien, dan nama panggilan yang
disukai
 jelaskan tujaun pertemuan
 tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya
 beri perhatian pada klien dan penuhi kebutuhan klien

2. klien mampu menyebutkan penyebab isolasi social atau tidak


berhubungan dengan orang lain
criteria hasil :
 klien dapat menyebutkan penyebab isolasi social atau tidak
berhubungan dengan orang lain berasal dari diri sendiri, orang
lain dan lingkungan.

Tindakan keperawatan

 kaji pengetahuan klien tentang perilaku isolasi social dan


tanda-tandanya.
 Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan penyebab
isolasi social atau tidak mau bergaul
 Diskusikan bersama klien tentang perilaku isolasi dan tanda-
tanda nya serta penyebab yang muncul
 Berikan reinforecement positif atau pujain terhadap
kemampuan klien dalam mengungkapkan perasaannya.

3. Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang


lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain (isolasi social)
Criteria hasil :
 Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan
orang lain.

Tindakan keperawatan :

 Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan


berhubungan dengan orang lain.
 Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.
 Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan
dengan orang lain.
 Berikan reinforcement positif atau pujian terhadap kemampuan
klien dalam mengungkapkan perasaan tentang keuntungan
berhubungan dengan orang lain.
4. klien dapat menjelakan perasaannya setelah berhubungan dengan
orang lain (social).

Criteria hasil :

 klien dapat menjelakan perasaannya setelah berhubungan


dengan orang lain untuk diri sendiri dan orang lain.

Tindakan keperawatan :

 dorong klien untuk mengungkapkan perasaan bila


berhubungan dengan orang lain.
 Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat
berhubungan dengan orang lain.
 Berikan reinforcement positif atau pujian terhadap kemampuan
klien dalam mengungkapkan perasaan tentang manfaat
berhubungan dengan orang lain.
 klien mendapat dukungan keluarga atau memanfaatkan system
pendukung yang ada di lingkungan dalam memperluas
hubungan social.

Criteria hasil :

 Keluarga dapat menjelaskan perasaanya


 Keluarga dapat menjelsakan cara merawatklien isolasi social
 Keluarga dapat mendemonstrasikan cara perawatan klien
isolasi social di rumah
 Keluarga dapat berpartisipasi dalam perawatan klien isolasi
social.
Tindakan keperawatan :
 Bina hubungan saling percaya denga keluarga (ucapkan salam,
perkenalkan diri, sampaikan tujuan, buat kontrak dan
eksplorasi perasaan).
 Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
 Perilaku isolasi social
 Akibat yang akan terjadi jika perilaku isolasi social tidak di
tanggapi
 Cara keluarga menghadapi klien isolasi social.
 Cara keluarga merawat klien isolasi social
 Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada
klien untuk melakukan hubungan dengan orang lain.
 Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian
menjenguk klien minimal satu minggu sekali.
 Berikan reinforcement positif atau pujian atas hal-hal yang
telah dicapai keluarga.

5. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.


Criteria hasil :
 Klien dapat menyebutkan manfaat, dosis, dan efek samping
obat.
 Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan
benar.
 Klien mendapat informasi tentang efek samping obat dan
akibat berhenti minum obat.
 Klien dapat menyebutkan prinsip lima benar penggunaan obat.
Tindakan keperaawatan :
 Diskusikan dengan klien tentang dosis, frekuensi serta manfaat
minum obat
 Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan merasakan
manfaatnya
 Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek
samping obat.
 Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi
dengan dokter
 Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip lima benar
 Berikan reinforcement positif atau pujian

5. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis

Isolasi sosial termasuk dalam kelompok penyakit skizofrenia tak


tergolongkan maka jenis penatalaksanaan medis yang bisa dilakukan
adalah :

 Psikofarmakologi

Farmakoterapi adalah pemberian terapi dengan menggunakan obat.


Obat yang digunakan untuk gangguan jiwa disebut dengan psikofarmaka =
psikoterapika = phrenotropika. Terapi gangguan jiwa dengan
menggunakan obat-obatan disebut dengan psikofarmakoterapi = medikasi
psikoterapi yaitu obat yang mempunyai efek terapeutik langsung pada
proses mental penderita karena kerjanya pada otak/sistem saraf pusat. Obat
yang bekerjanya secara efektif pada SSP dan mempunyai efek utama
terhadap aktifitas mental, serta mempunyai efek utama terhadp aktivitas
mental dan perilaku, digunakan untuk terapi gangguan psikiatri 1.
Psikofarmakakologi yang lazim digunakan pada gejala isolasi sosial adalah
obatobatan antipsikosis seperti:

1) Chlorpromazine
Indikasi digunakan untuk sindrom psikosis dengan gejala dominan
gaduh gelisah, hiperaktif, sulit tidur, kekacauan pikiran, perasaan, dan
perilaku. Mekanisme kerja memblokade dopamine pada pascasinaptik
neuron di otak terutama pada sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal.
Efek samping penggunaan Chlorpromazine injeksi sering menimbulkan
hipotensi ortostatik.

2) Haloperidol

Indikasi digunakan untuk sindrom psikosis dengan gejala dominan


apatis, menarik diri, perasaan tumpul, kehilangan minat dan inisiatif,
hipoaktif, waham, halusinasi.Mekanisme kerja memblokade dopamine
pada pascasinaptik neuron di otak terutama pada sistem limbik dan sistem
ekstrapiramidal. Efek samping sering menimbulkan gejala ekstrapiramidal.

3) Triflouperazine
Indikasi gangguan mental dan emosi ringan, kondisi
neurotik/psikosomatis, ansietas, mual dan muntah. Efek samping sedasi
dan inhibisi psikomotor.

 Therapy
1) Electro Convulsive Therapy (ECT)
Electro Convulsive Therapy (ECT) adalah suatu jenis pengobatan
dimana arus listrik digunakan pada otak dengan menggunakan 2 elektrode
yang ditempatkan dibagian temporal kepala (pelipis kiri dan kanan). Arus
tersebut menimbulkan kejang grand mall yang berlangsung 25-30 detik
dengan tujuan terapeutik. Respon bangkitan listriknya di otak
menyebabkan terjadinya perubahan faal dan biokimia dalam otak.

2) Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang relatif cukup lama dan merupakan
bagian penting dalam proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini
meliputi: memberikan rasa aman dan tenang, menciptakan lingkungan
yang terapeutik, bersifat empati, menerima klien apa adanya, memotivasi
klien untuk dapat mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap
ramah, sopan dan jujur kepada klien.

3) Terapi Okupasi
Suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang
dalam melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan
maksud untuk memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan harga diri
seseorang.

2. Tindakan Keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya
Untuk membina hubungan saling percaya pada klien isolasi sosial
kadang-kadang perlu waktu yang tidak singkat. Perawat harus konsisten
bersikap tarapeutik kepada psien. Selalu penuhi janji adalah salah satu
upaya yang bisa silakukan. Pendekatan yang konsisten akan membuahkan
hasil. Bila klien klien sudah percaya maka apapun akan diprogramkan.,
klien akan mengikutiya. Tindakan yang harus dilakukan untuk membina
hubungan saling percaya adalah:
 Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
 Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan
yang saudara sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilanklien.
 Menanyakan perasaan dan keluhan klien saat ini.
 Membuat kontrak asuhan: apa yang akan dilakukan bersama klien,
berapa lama akan dikerjakan, dan tempatnya di mana.
 Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh
untuk kepentingan informasi
 Setiap saat tunjukkan sikap empati kepada klien.
 Penuhi kebutuhan dasar klien saat berinteraksi.
b. Membantu klien menyadari perilaku isolasi sosial
Mungkin perilaku isolasi sosial yang dialami klien dianggap
sebagai perilaku yang normal. Agar klien mengetahui bahwa perilaku
tersebut perlu diatasi maka hal pertama yang dilakukan adalah
menyadarkan klien bahwa isolasi sosial merupakan masalah yang perlu
diatasi. Hal tersebut dapat digali dengan menanyakan:
 Pendapat klien tentang berinteraksi terhadap orang lain.
 Menanyakan apa yang menyebabkan klien tidak ingin eriteraksi
dengan orang lain.
 Diskusikan keuntungan bila klien memiliki banyak teman dan bergaul
akrab dengan mereka.
 Diskuskan kerugian bila klien hanya mengurung diri dan tidak bergaul
dengan orang lain.
 Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik klien.

c. Melatih klien cara-cara berinteraksi dengan orang lain secara


bertahap.
 Jelaskan kepada klien cara berinteraksi dengan orang lain.
 Berikan contoh cara bicara dengan orang lain.
 Beri kesempatan klien mempraktikkan cara berinteraksi dengan orang
lain yang dilakukan terhadap perawat.
 Mulailah bantu klien beriteraksi dengan satu orang teman atau
anggota keluarga.
 Bila klien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi
dengan dua, tiga, empat orang dan seterusnya.
 Beri pujian untuk setiap kemajuan berinteraksi yang telah dilakukan
oleh klien.
 Siap mendengarkan ekspresi perasaan klien setelah berinteraksi
dengan orang lain. Mungkin klien akan mengungkapkan keberhasilan
atau kegagalannya. Beri dorongan terus menerus agar klien tetap
semangat meningkatkan interaksinya.

d. Diskusikan dengan klien tentang kekurangan dan kelebihan yang


dimiliki.
e. Inventarisir kelebihan klien yang dapat dijadikan motivasi untuk
membangun kepercayaan diri klien dalam pergaulan.
f. Ajarkan kepada klien koping mekanisme yang kontruktif.
g. Libatkan klien dalam interaksi dan terapi kelompok secara bertahap.
h. Diskusikan terhadap keluarga pentingnya interaksi klien yang dimulai
dengan keluarga terdekat.
i. Eksplorasi keyakinan agama klien dalam menumbuhkan sikap
pentingnya sosialisasi dengan lingkungan sekitar.

6. Evaluasi
Pada umumnya pengamatan perawat berfokus pada perubahan perilaku
klien. Apakah klien menunjukan kesadaran dan pengertian tentang dirinya
sendiri melalui refleksi diri dan meningkatnya kemampuan untuk
membuat keputusan secara rasional.
Aspek yang perlu dievaluasi antara lain:
a. Keefektifan intervensi penaggulangan perilaku
b. Kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain secara wajar
c. Kemampuan untuk melakukan asuhan mandiri
d. Kemampuan untuk menggunakan kegiatan program sebagai
rekreasi dan proses belajar
e. Respon terhadap peraturan dan rutinitas
f. Status mental secara menyeluruh
Perawat perlu mengumpulkan data terkait dengan pencapaian tujuan
asuhan keperawatan untuk mengevaluasi apakah klien telah mencapai
kriteria hasil yang ditetapkan pada fase perencanaan.
7. Dokumentasi
Sebagai bukti telah dilakukan sebuah tindakan perawat memerlukan
pendokumentasian baik secara tertulis maupun berupa foto,video maupun
audio.
Daftar Pustaka

Keliat, Budi, Anna., Akemat., Helena, Novy.,Nurhaeni, Heni. 2017.


Keperawatan kesehatan jiwa komunitas: CMHN (Intermediate Course).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Keliat, Budi, Anna., Helena, Novy., Farida . 2013. Manajemen


keperawatan psikososial dan kader kesehatan jiwa: CMHN
(Intermediate Course). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Mukhipah, Damayanti., Iskadar. 2012. Asuhan keperawatan jiwa.


Bandung: PT Refika Aditama.

Trimeilia. 2011. Asuhan keperawatan klien isolasi sosial. Jakarta: CV.


Trans Info Media.

Yosep, Iyus. 2015. Keperawatan jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai