Disusun Oleh:
DYAH FANI HIDAYATI
20101440117024
AKADEMI KEPERAWATAN
KESDAM IV/DIPONEGORO
SEMARANG
2019
A. Judul/Topik
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN KECEMASAN
B. Konsep Teori
1. Pengertian
Kecemasan berasal dari bahasa Latin yaitu “agustus” yang berarti kaku
dan “ango, anci” yang berarti mencekik, atau dalam bahasa inggrisnya “anxiety”.
Masing-masing individu memiliki tingkat rasa cemas yang berbeda-beda apabila
berada pada situasi yang mengancam pada dirinya, tanpa kecemasan kita tentunya
akan sulit menghindari hal-hal yang mungkin berbahaya yang dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari.
Kecemasan sebagai sesuatu pengalaman subjektif mengenai ketegangan
mental, kesukaran dan tekanan yang menyertai konflik atau ancaman, menurut
Muchlas (dalam Ghufron & Risnawita, 2010)
Spielberger (dalam Arvi, 2009) mengatakan bahwa kecemasan terjadi
secara bertahap dan perlahan-lahan meningkat, dimana hal tersebut ditandai
dengan berkurangnya kemampuan individu untuk mengontrol dan menguasai
situasi yang dihadapinya. Spielberger juga mengemukakan bahwa kecemasan
merupakan suatu rangkaian proses kompleks yang berbeda pada masing-masing
individu.
Kecemasan merupakan keadaan emosional yang tidak menyenangkan
yang muncul karena adanya antisipasi terhadap situasi yang berbahaya atau
mengancam dan akibat-akibat yang ditimbulkannya di masa yang akan datang.
Cemas (ansietas) adalah sebuah emosi dan pengalaman subjektif dari
seseorang. Pengertian lain cemas adalah suatu keadaan yang membuat seseorang
tidak nyaman dan terbagi dalam beberapa tingkatan. Jadi, cemas berkaitan
dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. (Kususmawati, 2010)
Kecemasan merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir
disertai dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan yang berlebihan.
Kecemasan merupakan gejala yang umum tetapi non spesifik yang sering
merupakan suatu fungsi emosi (Sadock & Sadock, 2010)
Kejadian dalam hidup seperti menghadapi tuntutan, persaingan, serta
bencana dapat membawa dampak terhadap kesehatan fisik dan psikologis. Salah
satu contoh dampak psikologis adalah timbulnya kecemasan atau ansietas. (AH.
Yusuf,2015:89)
3. Tingkat Kecemasan
Adapun berikut merupakan tingkatan dalam kecemasan :
a. Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang
berbeda dan membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat
dan membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar,
menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan melindungi
diri sediri.
a. Respon Fisiologis
Sesekali nafas pendek
Nadi dan tekanan darah naik
Gejala ringan pada lambung
Muka berkerut dan bibir bergetar
Ketegangan otot ringan
Rileks atau sedikit gelisah
b. Respon Kognitif
Mampu menerima rangsang yang kompleks
Konsentrasi pada masalah
Menyelesaikan masalah secara efektif
Perasaan gagal sedikit
Waspada dan memperhatikan banyak hal
Terlihat tenang dan percaya diri
Tingkat pembelajaran optimal
c. Respon Perilaku dan Emosi
Tidak dapat duduk tenang
Tremor halus pada tangan
Suara kadang-kadang meninggi
Sedikit tidak sabar
Aktivitas menyendiri
b. Kecemasan Sedang
Kecemasan sedang merupakan perasaan yang mengganggu bahwa
sesuatu yang benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi.
a. Respon fisiologis
Ketegangan otot sedang
Tanda-tanda vital meningkat
Pupil dilatasi, mulai berkeringat
Sering mondar-mandir, memukulkan tangan
Suara berubah: suara bergetar, nada suara tinggi
Kewaspadaan dan ketegangan meningkat
Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyari
punggung
b. Respon kognitif
Lapang persepsi menurun
Tidak perhatian secara selektif
Fokus terhadap stimulus meningkat
Rentang perhatian menurun
Penyelesaian masalah menurun
Pembelajaran berlangsung dengan memfokuskan
c. Respon prilaku dan emosi
Tidak nyaman
Mudah tersinggung
Kepercayaan diri goyah
Tidak sadar
Gembira
c. Kecemasan Berat
Kecemasan berat yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada
ancaman, memperlihatkan respon takut dan distress.
a. Respon fisiologis
Ketegangan otot berat
Hiperventilasi
Kontak mata buruk
Pengeluaran keringat meningkat
Bicara cepat, nada suara tinggi
Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
Rahang menegang, menggetakkan gigi
Kebutuhan ruang gerak meningkat
Mondar-mandir, berteriak
Meremas tangan, genetar
b. Respon kognitif
Lapang persepsi terbatas
Proses berfikir terpecah-pecah
Sulit berfikir
Penyelesaian masalah buruk
Tidak mampu mempertimbangkan informasi
Hanya memerhatikan ancaman
Preokupasi dengan pikiran sendiri
Egosentris
c. Respon prilaku dan emosi
Sangat cemas
Agitasi
Takut
Bingung
Merasa tidak adekuat
Menarik diri
Penyangkalan
Ingin bebas
d. Panik
Individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena
kehilangan kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun
dengan perintah. (Prabowo, 2014)
Kecemasan merupakan suatu perubahan suasana hati, perubahan
didalam dirinya sendiri yang timbul dari dalam tanpa adanya rangsangan
dari luar. Membagi kecemasan menjadi tiga jenis kecemasan yaitu:
a. Kecemasan rasional
Merupakan suatu ketakuatan akiabat adanya objek yang memang
mengancam, misalnya ketika menunggu hasil ujian. Ketakuatan ini
dianggap sebagai suatu unsure poko normal dari mekanisme pertahanan
dasar kiat.
b. Kecemasan irrasional
Yang berarti bahawa mereka mengalami emosi ini dibawah
kedalam keadaan spesifik yang biasanya tidak dipandang mengancam.
c. Kecemasan fundamental
Merupakan suatu pertanyaan tentang siapa dirinya, untuk apa
hidupnya, dan akan kemanakah kelak hidupnya berlanjut. Kecemasan ini
disebut sebagai kecemasan eksistensial yang mempunyai peran
fundamental bagi kehidupan manusia (Mustamir Pedak, 2009:30).
b. Faktor prespitasi
Faktor prespitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor prespitasi kecemasan di
kelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:
a. Ancaman terhadap integritas kulitketegangan yang mengancam
integritas fisik yang meliputi: Sumber internal meliputi kegagalan
mekanisme fisisologis sistem imun,
regulasi suhu tubuh, perubhan biologis normal Sumber
eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri,
polusi lingkungan, kecelakaan, kekuranagan nutrisi,
tidakadekuatnya tempat tinggal
b. Anacaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan
eksternal Sumber internal kesulitan dalam berhubungan
interpersonal dirumah tempat
kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai
ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam
harga diri. Sumber eksternal orang yang dicinta berperan,
perubahan status pekerjaan tekanan kelompok social (Eko
prabowo, 2014: 124).
5. Mekanisme Koping
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme
koping yaitu sebagai berikut :
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas
Yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi
secara realistik tuntutan situasi stres, misalnya perilaku menyerang untuk
mengubah atau mengatasi hambatan pemnuhan kebutuhan. Menarik diri
untuk memindahkan darisumber stres. Kompromi untuk mengganti tujuan
atau mengorbankan kebutuhan personal.
b. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan
sedang, tetapi berlangsung tidak sadar, melibatkan penipuan diri, distorsi,
dan bersifat meladaptif. (AH.yusuf,2015:87-88)
2. Faktor Presipitasi.
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor
pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori :
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan
fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan
aktifitas hidup sehari- hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas,
harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
3. Perilaku.
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan
fisiologi dan perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau
mekanisme koping dalam upaya melawan kecemasan. Intensietas perilaku akan
meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat kecemasan.
Sistem Tubuh Respons
Kardiovaskuler • Palpitasi.
• Jantung berdebar.
• Tekanan darah meningkat dan denyut nadi
menurun.
• Rasa mau pingsan dan pada akhirnya
pingsan.
Pernafasan • Napas epat.
• Pernapasan dangkal.
• Rasa tertekan pada dada.
• Pembengkakan pada tenggorokan.
• Rasa tercekik.
• Terengah-engah.
Neuromuskular • Peningkatan reflek.
• Reaksi kejutan.
• Insomnia.
• Ketakutan.
• Gelisah.
• Wajah tegang.
• Kelemahan secara umum.
• Gerakan lambat.
• Gerakan yang janggal.
Gastrointestinal • Kehilangan nafsu makan.
• Menolak makan.
• Perasaan dangkal.
• Rasa tidak nyaman pada abdominal.
• Rasa terbakar pada jantung.
• Nausea.
• Diare.
Perkemihan • Tidak dapat menahan kencing.
• Sering kencing.
Kulit • Rasa terbakar pada mukosa.
• Berkeringat banyak pada telapak tangan.
• Gatal-gatal.
• Perasaan panas atau dingin pada kulit.
• Muka pucat dan bekeringat diseluruh tubuh.
4. Sumber Koping.
Individu dapat mengalami stress dan ansietas dengan menggerakkan
sumber koping tersebut di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal
ekonomok, kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial dan keyakinan
budaya dapat membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang
menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil.
5. Mekanisme Koping.
Ketika mengalami ansietas individu menggunakan berbagai mekanisme
koping untuk mencoba mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi ansietas
secara konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis.
Ansietas tingkat ringan sering ditanggulangi tanpa yang serius.
3. Diagnosa Keperawatan
a. Keruskan interaksi sosial berhubungan dengan cemas.
b. Gangguan alam perasaan: cemas berhubungan dengan koping individu
inefektif.
4. Perencanaan
Tujuan Intervensi
Tujuan umum : Cemas 1. Jadilah pendengar yang hangat dan
berkurang atau hilang responsif
Tujuan khusus: 2. Beri waktu yang cukup pada pasien
TUK 1 : untuk berespon
Pasien dapat menjalin dan 3. Beri dukungan pada pasien untuk
membina hubungan saing mengekspresikan perasaannya
percaya 4. Identifikasi pola perilaku pasien atau
pendekatan yang dapat menimbulkan
perasaan negatif
5. Bersama pasien mengenali perilaku
dan respon sehingga Effect Cor
Problem Causa 13 cepat belajar dan
berkembang
TUK 2 : 1. Bantu pasien untuk mengidentifikasi
Pasien dapat mengenali dan menguraikan perasaannya
ansietasnya 2. Hubungkan perilaku dan perasaannya
3. Validasi kesimpulan dan asumsi
terhadapa pasien
4. Gunakan pertanyaan terbuka untuk
mengalihkan dari topik yang
mengancam ke hal yang berkaitan
dengan konflik
5. Gunakan konsultasi untuk membantu
pasien mengungkapkan perasaannya
TUK 3 1. Bantu pasien menjelaskan situasi dan
Pasien dapat memperluas interaksi yang dapat segera
kesadarannya terhadap menimbulkan ansietas
perkembangan asietaas 2. Bersama pasien meninjau kembali
penilaian pasien terhadap stressor
yang drasakan mengacam dan
menimbulkan konflik
3. Kaitkan pengalaman yang baru
terjadi dengan pengalaman masa lalu
yang relevan
TUK 4 1. Gali cara pasien mengurangi ansietas
Pasien dapat menggunakan di masa lalu
mekanisme koping yang adaptif 2. Tunjukkan akibat mal adaptif dan
destruktif dari respon 14 koping yang
digunakan
3. Dorong pasien utnuk menggunakan
respon koping adaptfi yang
dimilikinya
4. Bantu pasien untuk menyusun
kembali tujuan hidup, memodifikasi
tujuan menggunakan sumber dan
koping yang baru
5. Latih pasien dengan menggunakan
ansietas sedang
6. Beri aktivitas fisik untuk
menyalurkan energinya
7. Libatkan pihak yang berkepentingan
sebagai suber dan dukungan sosial
dalam membantu pasien
menggunakan loping adaptif yang
baru
TUK 5 1. Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk
Pasien dapat menggunakan meningkatkan kontrol dan rasa
teknik relaksasi percaya diri
2. Dorong pasien untuk menggunakan
relaksasi dalam menurunkan tingkat
ansietas
5. Penatalaksanaan
Menurut Hawari (2009) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahan
dan terapi memrlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu
mencakup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan
psikoreligius.
Selengkapnya seperti pada uraian berikut.
a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara:
1. Makan makan yang bergizi dan seimbang
2. Tidur yang cukup
3. Cukup olahraga
4. Tidak merokok
5. Tidak meminum minuman keras
b. Terapi psikolofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memaki
obat obatan yang berhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter
(sinyal penghanatar saraf).
Disusunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang
sering di pakai adalah obat anticemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam,
klobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCL, meprobramate dan
alprazolam.
c. Terapi somatic.
Gejala atau keluhan fisik (somatic) sering dijumpai sebagai gejala ikutan
atau akibat dari kecemasan yang berkepanjangan. Untuk menghilangkan
keluhankeluhan somatic (fisik) itu dapat diberikan obat-oabatn yang
ditujukan pada organ pada tubuh yang bersangkutan.
d. Psikoterapi Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antar
lain:
1. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan
dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan
diberikan keyakinan serta percaya diri.
2. Psikoterapi reedukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi diri
bila diulang bahwa ketdak mampuan mengatasi kecemasan.
3. Psikoterapi rekontruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali
(rekontruksi) kepribadian yang teah menglami goncangan akibat stresor.
4. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berfikir secara rasonal, konsentrasi dan daya ingkat.
5. Psikoterapi psikodinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak
mampu menghadapi stresor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
6. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar
faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor krluarga
dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.
e. Terapi psikoreligius Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat
hubunganya dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi
berbagai problem kehidupan yang merupakan stresor psikososial.
6. Evaluasi
Pada umumnya pengamatan perawat berfokus pada perubahan
perilaku klien. Apakah klien menunjukan kesadaran dan pengertian
tentang dirinya sendiri melalui refleksi diri dan meningkatnya kemampuan
untuk membuat keputusan secara rasional.
Aspek yang perlu dievaluasi antara lain:
a. Keefektifan intervensi penaggulangan perilaku
b. Kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain secara wajar
c. Kemampuan untuk melakukan asuhan mandiri
d. Kemampuan untuk menggunakan kegiatan program sebagai
rekreasi dan proses belajar
e. Respon terhadap peraturan dan rutinitas
f. Status mental secara menyeluruh
Perawat perlu mengumpulkan data terkait dengan pencapaian
tujuan asuhan keperawatan untuk mengevaluasi apakah klien telah
mencapai kriteria hasil yang ditetapkan pada fase perencanaan.
7. Dokumentasi
Sebagai bukti telah dilakukan sebuah tindakan perawat memerlukan
pendokumentasian baik secara tertulis maupun berupa foto,video maupun audio.
D. Daftar Pustaka
http://www.asuhan-keperawatan.co.cc/2010/01/respon-cemas-dan-
gangguan-kecemasan_04.html
http://www.scribd.com/doc/34869031/STUDI-KASUS-Anak-Dengan-
Gangguan-Kecemasan