Anda di halaman 1dari 22

TUGAS INDIVIDU

KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA


KECEMASAN

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa


Dosen pengampu : Ns. Tuti Anggarawati, M.Kep

Disusun Oleh:
DYAH FANI HIDAYATI
20101440117024

AKADEMI KEPERAWATAN
KESDAM IV/DIPONEGORO
SEMARANG
2019
A. Judul/Topik
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN KECEMASAN

B. Konsep Teori
1. Pengertian
Kecemasan berasal dari bahasa Latin yaitu “agustus” yang berarti kaku
dan “ango, anci” yang berarti mencekik, atau dalam bahasa inggrisnya “anxiety”.
Masing-masing individu memiliki tingkat rasa cemas yang berbeda-beda apabila
berada pada situasi yang mengancam pada dirinya, tanpa kecemasan kita tentunya
akan sulit menghindari hal-hal yang mungkin berbahaya yang dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari.
Kecemasan sebagai sesuatu pengalaman subjektif mengenai ketegangan
mental, kesukaran dan tekanan yang menyertai konflik atau ancaman, menurut
Muchlas (dalam Ghufron & Risnawita, 2010)
Spielberger (dalam Arvi, 2009) mengatakan bahwa kecemasan terjadi
secara bertahap dan perlahan-lahan meningkat, dimana hal tersebut ditandai
dengan berkurangnya kemampuan individu untuk mengontrol dan menguasai
situasi yang dihadapinya. Spielberger juga mengemukakan bahwa kecemasan
merupakan suatu rangkaian proses kompleks yang berbeda pada masing-masing
individu.
Kecemasan merupakan keadaan emosional yang tidak menyenangkan
yang muncul karena adanya antisipasi terhadap situasi yang berbahaya atau
mengancam dan akibat-akibat yang ditimbulkannya di masa yang akan datang.
Cemas (ansietas) adalah sebuah emosi dan pengalaman subjektif dari
seseorang. Pengertian lain cemas adalah suatu keadaan yang membuat seseorang
tidak nyaman dan terbagi dalam beberapa tingkatan. Jadi, cemas berkaitan
dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. (Kususmawati, 2010)
Kecemasan merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir
disertai dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan yang berlebihan.
Kecemasan merupakan gejala yang umum tetapi non spesifik yang sering
merupakan suatu fungsi emosi (Sadock & Sadock, 2010)
Kejadian dalam hidup seperti menghadapi tuntutan, persaingan, serta
bencana dapat membawa dampak terhadap kesehatan fisik dan psikologis. Salah
satu contoh dampak psikologis adalah timbulnya kecemasan atau ansietas. (AH.
Yusuf,2015:89)

2. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala ansietas, antara lain sebagai berikut :
a. Sulit mengendalikan rasa cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan
pikirannya sendiri, mudah tersinggung.
b. Otot-otot terasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut, mudah
marah, sulit berkonsentrasi atau mengosongkan pikiran.
c. Takut sendirian, takut pada keramaian, dan banyak orang
d. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan
e. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang,
pendengaran berdenging (tinitus), jantung berdebar-debar, sesak nafas,
gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala, mulut
kering, mual, tidak bisa tenang atau tetap diam, merasa kesulitan,
berkeringat, mati rasa atau kesemutan dan sebagainya (Eko prabowo,
2014: 124-125).

3. Tingkat Kecemasan
Adapun berikut merupakan tingkatan dalam kecemasan :
a. Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang
berbeda dan membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat
dan membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar,
menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan melindungi
diri sediri.
a. Respon Fisiologis
 Sesekali nafas pendek
 Nadi dan tekanan darah naik
 Gejala ringan pada lambung
 Muka berkerut dan bibir bergetar
 Ketegangan otot ringan
 Rileks atau sedikit gelisah
b. Respon Kognitif
 Mampu menerima rangsang yang kompleks
 Konsentrasi pada masalah
 Menyelesaikan masalah secara efektif
 Perasaan gagal sedikit
 Waspada dan memperhatikan banyak hal
 Terlihat tenang dan percaya diri
 Tingkat pembelajaran optimal
c. Respon Perilaku dan Emosi
 Tidak dapat duduk tenang
 Tremor halus pada tangan
 Suara kadang-kadang meninggi
 Sedikit tidak sabar
 Aktivitas menyendiri

b. Kecemasan Sedang
Kecemasan sedang merupakan perasaan yang mengganggu bahwa
sesuatu yang benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi.
a. Respon fisiologis
 Ketegangan otot sedang
 Tanda-tanda vital meningkat
 Pupil dilatasi, mulai berkeringat
 Sering mondar-mandir, memukulkan tangan
 Suara berubah: suara bergetar, nada suara tinggi
 Kewaspadaan dan ketegangan meningkat
 Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyari
punggung
b. Respon kognitif
 Lapang persepsi menurun
 Tidak perhatian secara selektif
 Fokus terhadap stimulus meningkat
 Rentang perhatian menurun
 Penyelesaian masalah menurun
 Pembelajaran berlangsung dengan memfokuskan
c. Respon prilaku dan emosi
 Tidak nyaman
 Mudah tersinggung
 Kepercayaan diri goyah
 Tidak sadar
 Gembira

c. Kecemasan Berat
Kecemasan berat yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada
ancaman, memperlihatkan respon takut dan distress.
a. Respon fisiologis
 Ketegangan otot berat
 Hiperventilasi
 Kontak mata buruk
 Pengeluaran keringat meningkat
 Bicara cepat, nada suara tinggi
 Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
 Rahang menegang, menggetakkan gigi
 Kebutuhan ruang gerak meningkat
 Mondar-mandir, berteriak
 Meremas tangan, genetar
b. Respon kognitif
 Lapang persepsi terbatas
 Proses berfikir terpecah-pecah
 Sulit berfikir
 Penyelesaian masalah buruk
 Tidak mampu mempertimbangkan informasi
 Hanya memerhatikan ancaman
 Preokupasi dengan pikiran sendiri
 Egosentris
c. Respon prilaku dan emosi
 Sangat cemas
 Agitasi
 Takut
 Bingung
 Merasa tidak adekuat
 Menarik diri
 Penyangkalan
 Ingin bebas

d. Panik
Individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena
kehilangan kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun
dengan perintah. (Prabowo, 2014)
Kecemasan merupakan suatu perubahan suasana hati, perubahan
didalam dirinya sendiri yang timbul dari dalam tanpa adanya rangsangan
dari luar. Membagi kecemasan menjadi tiga jenis kecemasan yaitu:
a. Kecemasan rasional
Merupakan suatu ketakuatan akiabat adanya objek yang memang
mengancam, misalnya ketika menunggu hasil ujian. Ketakuatan ini
dianggap sebagai suatu unsure poko normal dari mekanisme pertahanan
dasar kiat.
b. Kecemasan irrasional
Yang berarti bahawa mereka mengalami emosi ini dibawah
kedalam keadaan spesifik yang biasanya tidak dipandang mengancam.
c. Kecemasan fundamental
Merupakan suatu pertanyaan tentang siapa dirinya, untuk apa
hidupnya, dan akan kemanakah kelak hidupnya berlanjut. Kecemasan ini
disebut sebagai kecemasan eksistensial yang mempunyai peran
fundamental bagi kehidupan manusia (Mustamir Pedak, 2009:30).

4. Faktor Predisposisi dan Presipitasi


a. Faktor predisposisi
Predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan. Ketegangan dalam kehidupan
tersebut dapat berupa:
a. Peristiwa trumatik yang dapat memicu terjadinya kecemasan
berkaitan dengan krisis yang di alami individu baik krisis
perkembangan atau situasional.
b. Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan
dengan baik, id dan super ego atau antar
c. Konsep diri tergangggu akan menimbulkan ketidakmampuan
individu berpikir secara realitas sehinga akan menimbulkan
kecemasan.
d. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk
mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego.
e. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena
merupakan ancaman terhadap integritas fisik yang dapat
mempengaruhi konsep diri individu.
f. Pola mekanisme keluarga atau pola keluarga menangani stress
akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik
yang di alami karena pola mekanisme koping individu banyak di
pelajari dalam keluarga.
g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan
mempengaruhi respons individu dalam berespons terhadap
konflik dan mengatasi kecemasannya (Eko prabowo, 2014: 123-
124).

b. Faktor prespitasi
Faktor prespitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor prespitasi kecemasan di
kelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:
a. Ancaman terhadap integritas kulitketegangan yang mengancam
integritas fisik yang meliputi: Sumber internal meliputi kegagalan
mekanisme fisisologis sistem imun,
 regulasi suhu tubuh, perubhan biologis normal Sumber
eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri,
 polusi lingkungan, kecelakaan, kekuranagan nutrisi,
tidakadekuatnya tempat tinggal
b. Anacaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan
eksternal Sumber internal kesulitan dalam berhubungan
interpersonal dirumah tempat
 kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai
ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam
harga diri. Sumber eksternal orang yang dicinta berperan,
perubahan status pekerjaan tekanan kelompok social (Eko
prabowo, 2014: 124).
5. Mekanisme Koping
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme
koping yaitu sebagai berikut :
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas
Yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi
secara realistik tuntutan situasi stres, misalnya perilaku menyerang untuk
mengubah atau mengatasi hambatan pemnuhan kebutuhan. Menarik diri
untuk memindahkan darisumber stres. Kompromi untuk mengganti tujuan
atau mengorbankan kebutuhan personal.
b. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan
sedang, tetapi berlangsung tidak sadar, melibatkan penipuan diri, distorsi,
dan bersifat meladaptif. (AH.yusuf,2015:87-88)

6. Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan


Menurut (Savitri Ramaiah, 2013: 11) ada beberapa faktor yang
menunjukkan reaksi kecemasan, diantaranya yaitu:
a. Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berpikir
individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini di sebabkan
karena adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu
dengan keluarga, sahabat, ataupun rekan kerja. Sehingga individu
tersebut merasa tidak aman terhadap lingkungannya.
b. Emosi yang ditekan, kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu
menemukan jalan keluar untuk perasaannya sendiri dalam hubungan
personal ini, terutama jika dirinya menekan rasa marah atau frustasi
dalam jangka waktu yang sangat lama.
c. Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan
timbulnya kecemasan.

Menurut (Zakiah Daradjat dan Kholi Lur Romchman, 2010: 167)


mengemukakan beberapa penyebab dari kecemasan yaitu:
a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang
mengancam dirinya. Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut,
karena sumbernya terlihat jelas didaam pikiran.
b. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal
yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani.
c. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk.
Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak
berhubungan dengan apapun yang terkadang disertai dengan perasaan
takut yang mempengaruhi kesehatan kepribadian penderitanya.

C. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
1. Faktor Predisposisi.
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas :
a. Teori Psikoanalitik.
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen
kepribadian, ID dan superego. ID mewakili dorongan insting dan impuls primitif
seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan
dikendalikan oleh norma- norma budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi
menengahi hambatan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas
adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b. Teori Interpersonal.
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dari
hubungan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan,
trauma seperti perpisahan dan kehilangan sehingga menimbulkan kelemahan
spesifik. Orang dengan harga diri rendah mudah mengalami perkembangan
ansietas yang berat.
c. Teori Perilaku.
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Daftar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam
kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yng berlebihan lebih sering
menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya.
d. Kajian Keluarga.
Menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui
dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara
gangguan ansietas dengan depresi.
e. Kajian Biologis.
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus benzodiazepine.
Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas penghambat dalam
aminobutirik. Gamma neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran
utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana
halnya endorfin. Selain itu telah dibuktikan kesehatan umum seseorang
mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin
disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang
untuk mengatasi stressor.

2. Faktor Presipitasi.
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor
pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori :
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan
fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan
aktifitas hidup sehari- hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas,
harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.

3. Perilaku.
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan
fisiologi dan perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau
mekanisme koping dalam upaya melawan kecemasan. Intensietas perilaku akan
meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat kecemasan.
Sistem Tubuh Respons
Kardiovaskuler • Palpitasi.
• Jantung berdebar.
• Tekanan darah meningkat dan denyut nadi
menurun.
• Rasa mau pingsan dan pada akhirnya
pingsan.
Pernafasan • Napas epat.
• Pernapasan dangkal.
• Rasa tertekan pada dada.
• Pembengkakan pada tenggorokan.
• Rasa tercekik.
• Terengah-engah.
Neuromuskular • Peningkatan reflek.
• Reaksi kejutan.
• Insomnia.
• Ketakutan.
• Gelisah.
• Wajah tegang.
• Kelemahan secara umum.
• Gerakan lambat.
• Gerakan yang janggal.
Gastrointestinal • Kehilangan nafsu makan.
• Menolak makan.
• Perasaan dangkal.
• Rasa tidak nyaman pada abdominal.
• Rasa terbakar pada jantung.
• Nausea.
• Diare.
Perkemihan • Tidak dapat menahan kencing.
• Sering kencing.
Kulit • Rasa terbakar pada mukosa.
• Berkeringat banyak pada telapak tangan.
• Gatal-gatal.
• Perasaan panas atau dingin pada kulit.
• Muka pucat dan bekeringat diseluruh tubuh.

Tabel 1. Respon Fisiologis Terhadap Ansietas.


Sistem Respons
Perilaku • Gelisah.
• Ketegangan fisik.
• Tremor.
• Gugup.
• Bicara cepat.
• Tidak ada koordinasi.
• Kecenderungan untuk celaka.
• Menarik diri.
• Menghindar.
• Terhambat melakukan aktifitas.
Kognitif • Gangguan perhatian.
• Konsentrasi hilang.
• Pelupa.
• Salah tafsir.
• Adanya bloking pada pikiran.
• Menurunnya lahan persepsi.
• Kreatif dan produktif menurun.
• Bingung.
• Khawatir yang berlebihan.
• Hilang menilai objektifitas.
• Takut akan kehilangan kendali.
• Takut yang berlebihan.
Afektif • Mudah terganggu.
• Tidak sabar.
• Gelisah.
• Tegang.
• Nerveus.
• Ketakutan.
• Alarm.
• Tremor.
• Gugup.
• Gelisah.

Tabel 2. Respon Perilaku Kognitif.

4. Sumber Koping.
Individu dapat mengalami stress dan ansietas dengan menggerakkan
sumber koping tersebut di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal
ekonomok, kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial dan keyakinan
budaya dapat membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang
menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil.
5. Mekanisme Koping.
Ketika mengalami ansietas individu menggunakan berbagai mekanisme
koping untuk mencoba mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi ansietas
secara konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis.
Ansietas tingkat ringan sering ditanggulangi tanpa yang serius.

Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan 2 jenis mekanisme koping:


a. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan berorientasi
pada tindakan untuk memenuhi secara realitis tuntutan situasi stress.
b. Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang,
tetapi jika berlangsung pada tingkat sadar dan melibatkan penipuan diri dan
distorsi realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan respon maladaptif
terhadap stress.

Sebuah sumber menjelaskan bahwa Ada dua mekanisme koping yang


dikategorikan untuk mengatasi ansietas :
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas (Task Oriented Reaction).
Merupakan pemecahan masalah secara sadar digunakan untuk menanggulangi
ancaman stressor yang ada secara realistis, yaitu :
1) Perilaku menyerang (agresif).
Biasanya digunakan individu untuk mengatasi rintangan agar memenuhi
kebutuhan.
2) Perilaku menarik diri.
Digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik secara fisik maupun
secara psikologis.
3) Perilaku kompromi.
Digunakan untuk mengubah tujuan-tujuan yang akan dilakukan atau
mengorbankan kebutuhan personal untuk mencapai tujuan.
b. Mekanisme pertahanan ego (Ego Oriented Reaction).
Mekanisme pertahanan Ego membantu mengatasi ansietas ringan maupun
sedang yang digunakan untuk melindungi diri dan dilakukan secara tidak sadar
untuk mempertahankan ketidakseimbangan.
Adapun mekanisme pertahanan Ego adalah :
1) Kompensasi.
Adalah proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan
secara tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.
2) Penyangkalan (Denial).
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas
tersebut. Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan primitif.
3) Pemindahan (Displacemen).
Pengalihan emosi yag semula ditujukan pada seseorang/benda tertentu yang
biasanya netral atau kurang mengancam terhadap dirinya.
4) Disosiasi
Pemisahan dari setiap proses mental atau prilaku dari kesadaran atau
identitasnya.
5) Identifikasi (Identification).
Proses dimana seseorang mencoba menjadi orang yang ia kagumi dengan
mengambil/menirukan pikiran-pikiran,prilaku dan selera orang tersebut.
Intelektualisasi (Intelektualization).
6) Penggunaan logika dan alasan yang berlebihan untuk memghindari pengalaman
yang mengganggu perasaannya.
7) Introjeksi (Intrijection).
Mengikuti norma-norma dari luar sehingga ego tidak lagi terganggu oleh
ancaman dari luar (pembentukan superego)
8) Fiksasi.
Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek tertentu (emosi atau
tingkah laku atau pikiran)s ehingga perkembangan selanjutnya terhalang.
9) Proyeksi.
Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain
terutama keinginan. Perasaan emosional dan motivasi tidak dapat ditoleransi.
10) Rasionalisasi.
Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alasan yang
seolah-olah rasional,sehingga tidak menjatuhkan harga diri.
11) Reaksi formasi.
Bertingkah laku yang berlebihan yang langsung bertentangan dengan
keinginan-keinginan,perasaan yang sebenarnya.
12) Regressi.
Kembali ketingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku yang primitif),
contoh; bila keinginan terhambat menjadi marah, merusak, melempar barang,
meraung, dsb.
13) Represi.
Secara tidak sadar mengesampingkan pikiran, impuls, atau ingatan yang
menyakitkan atau bertentangan, merupakan pertahanan ego yang primer yang
cenderung diperkuat oleh mekanisme ego yang lainnya.
14) Acting Out.
Langsung mencetuskan perasaan bila keinginannya terhalang.
15) Sublimasi.
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat
untuk suatu dorongan yang mengalami halangan dalam penyalurannya secara
normal.
16) Supresi.
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi
sebetulnya merupakan analog represi yang disadari;pengesampingan yang
disengaja tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang;kadang-kadang dapat
mengarah pada represif berikutnya.
17) Undoing.
Tindakan/perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari
tindakan/perilaku atau komunikasi sebelumnya merupakan mekanisme
pertahanan primitif.
2. Pohon Masalah
Kerusakan interaksi sosial Effect

Gangguan suasana perasaan : cemas Core Problem

Koping individu inefektif Causa

3. Diagnosa Keperawatan
a. Keruskan interaksi sosial berhubungan dengan cemas.
b. Gangguan alam perasaan: cemas berhubungan dengan koping individu
inefektif.

4. Perencanaan
Tujuan Intervensi
Tujuan umum : Cemas 1. Jadilah pendengar yang hangat dan
berkurang atau hilang responsif
Tujuan khusus: 2. Beri waktu yang cukup pada pasien
TUK 1 : untuk berespon
Pasien dapat menjalin dan 3. Beri dukungan pada pasien untuk
membina hubungan saing mengekspresikan perasaannya
percaya 4. Identifikasi pola perilaku pasien atau
pendekatan yang dapat menimbulkan
perasaan negatif
5. Bersama pasien mengenali perilaku
dan respon sehingga Effect Cor
Problem Causa 13 cepat belajar dan
berkembang
TUK 2 : 1. Bantu pasien untuk mengidentifikasi
Pasien dapat mengenali dan menguraikan perasaannya
ansietasnya 2. Hubungkan perilaku dan perasaannya
3. Validasi kesimpulan dan asumsi
terhadapa pasien
4. Gunakan pertanyaan terbuka untuk
mengalihkan dari topik yang
mengancam ke hal yang berkaitan
dengan konflik
5. Gunakan konsultasi untuk membantu
pasien mengungkapkan perasaannya
TUK 3 1. Bantu pasien menjelaskan situasi dan
Pasien dapat memperluas interaksi yang dapat segera
kesadarannya terhadap menimbulkan ansietas
perkembangan asietaas 2. Bersama pasien meninjau kembali
penilaian pasien terhadap stressor
yang drasakan mengacam dan
menimbulkan konflik
3. Kaitkan pengalaman yang baru
terjadi dengan pengalaman masa lalu
yang relevan
TUK 4 1. Gali cara pasien mengurangi ansietas
Pasien dapat menggunakan di masa lalu
mekanisme koping yang adaptif 2. Tunjukkan akibat mal adaptif dan
destruktif dari respon 14 koping yang
digunakan
3. Dorong pasien utnuk menggunakan
respon koping adaptfi yang
dimilikinya
4. Bantu pasien untuk menyusun
kembali tujuan hidup, memodifikasi
tujuan menggunakan sumber dan
koping yang baru
5. Latih pasien dengan menggunakan
ansietas sedang
6. Beri aktivitas fisik untuk
menyalurkan energinya
7. Libatkan pihak yang berkepentingan
sebagai suber dan dukungan sosial
dalam membantu pasien
menggunakan loping adaptif yang
baru
TUK 5 1. Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk
Pasien dapat menggunakan meningkatkan kontrol dan rasa
teknik relaksasi percaya diri
2. Dorong pasien untuk menggunakan
relaksasi dalam menurunkan tingkat
ansietas

5. Penatalaksanaan
Menurut Hawari (2009) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahan
dan terapi memrlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu
mencakup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan
psikoreligius.
Selengkapnya seperti pada uraian berikut.
a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara:
1. Makan makan yang bergizi dan seimbang
2. Tidur yang cukup
3. Cukup olahraga
4. Tidak merokok
5. Tidak meminum minuman keras
b. Terapi psikolofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memaki
obat obatan yang berhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter
(sinyal penghanatar saraf).
Disusunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang
sering di pakai adalah obat anticemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam,
klobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCL, meprobramate dan
alprazolam.
c. Terapi somatic.
Gejala atau keluhan fisik (somatic) sering dijumpai sebagai gejala ikutan
atau akibat dari kecemasan yang berkepanjangan. Untuk menghilangkan
keluhankeluhan somatic (fisik) itu dapat diberikan obat-oabatn yang
ditujukan pada organ pada tubuh yang bersangkutan.
d. Psikoterapi Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antar
lain:
1. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan
dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan
diberikan keyakinan serta percaya diri.
2. Psikoterapi reedukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi diri
bila diulang bahwa ketdak mampuan mengatasi kecemasan.
3. Psikoterapi rekontruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali
(rekontruksi) kepribadian yang teah menglami goncangan akibat stresor.
4. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berfikir secara rasonal, konsentrasi dan daya ingkat.
5. Psikoterapi psikodinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak
mampu menghadapi stresor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
6. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar
faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor krluarga
dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.
e. Terapi psikoreligius Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat
hubunganya dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi
berbagai problem kehidupan yang merupakan stresor psikososial.

6. Evaluasi
Pada umumnya pengamatan perawat berfokus pada perubahan
perilaku klien. Apakah klien menunjukan kesadaran dan pengertian
tentang dirinya sendiri melalui refleksi diri dan meningkatnya kemampuan
untuk membuat keputusan secara rasional.
Aspek yang perlu dievaluasi antara lain:
a. Keefektifan intervensi penaggulangan perilaku
b. Kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain secara wajar
c. Kemampuan untuk melakukan asuhan mandiri
d. Kemampuan untuk menggunakan kegiatan program sebagai
rekreasi dan proses belajar
e. Respon terhadap peraturan dan rutinitas
f. Status mental secara menyeluruh
Perawat perlu mengumpulkan data terkait dengan pencapaian
tujuan asuhan keperawatan untuk mengevaluasi apakah klien telah
mencapai kriteria hasil yang ditetapkan pada fase perencanaan.

7. Dokumentasi
Sebagai bukti telah dilakukan sebuah tindakan perawat memerlukan
pendokumentasian baik secara tertulis maupun berupa foto,video maupun audio.
D. Daftar Pustaka

AH.Yusuf (2015). Buku Ajaran Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta


Selatan: Jagakarsa.

Kholil Lur Rochman. (2010). Kesehatan Mental. Purworkerto: Fajar


Medika.

Kususmawati, F. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba


Medika.

Mustamir Pedak. (2009). Metode Supernol Menaklukan Stress. Jakarta:


Himah Publishing House.

Prabowo, E. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.


Yogyakarta: Nuha Medika.

http://www.asuhan-keperawatan.co.cc/2010/01/respon-cemas-dan-
gangguan-kecemasan_04.html

http://www.scribd.com/doc/34869031/STUDI-KASUS-Anak-Dengan-
Gangguan-Kecemasan

Anda mungkin juga menyukai