Anda di halaman 1dari 17

TUGAS INDIVIDU

KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA


DEFISIT PERAWATAN DIRI

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa


Dosen pengampu : Ns. Tuti Anggarawati, M.Kep

Disusun Oleh:
DYAH FANI HIDAYATI
20101440117024

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV/DIPONEGORO


SEMARANG
2019
A. Judul/Topik
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

B. Konsep Teori
1. Pengertian

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam


memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan
dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan
terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (
Depkes 2013). Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting)
(Nurjannah, 2014).
Menurut Poter. Perry (2015), Personal hygiene adalah suatu tindakan
untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan
fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak
mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan
Wartonah 2011 ). Defisit Perawatan Diri adalah suatu kondisi pada seseorang
yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas
perawatan diri secara mandiri.

2. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala defisit perawatan diri, antara lain sebagai berikut :
Menurut Depkes (2013: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan
diri adalah:
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor.
b. Rambut dan kulit kotor.
c. Kuku panjang dan kotor
d. Gigi kotor disertai mulut bau
e. penampilan tidak rapi

2. Psikologi
a. Malas, tidak ada inisiatif.
b. Menarik diri, isolasi diri.
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.

3. Sosial
a. Interaksi kurang.
b. Kegiatan kurang .
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
d. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok
gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

Data yang biasa ditemukan dalam deficit perawatan diri adalah :


1. Data subyektif
a. Pasien merasa lemah
b. Malas untuk beraktivitas
c. Merasa tidak berdaya.

2. Data obyektif
a. Rambut kotor, acak – acakan
b. Badan dan pakaian kotor dan bau
c. Mulut dan gigi bau.
d. Kulit kusam dan kotor
e. Kuku panjang dan tidak terawat
3. Tingkat Defisit Perawatan Diri
Adapun berikut merupakan tingkatan dalam defisit perawatan diri :
a. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan
untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.

b. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.


Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan
kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri

c. Kurang perawatan diri : Makan


Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan
untuk menunjukkan aktivitas makan.

d. Kurang perawatan diri : Toileting


Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan
untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri
(Nurjannah : 2014, 79 ).

4. Faktor Predisposisi dan Presipitasi


Adapun faktor-faktornya, diantaranya :
a. Faktor Predisposisi

1. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
2. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
3. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas
yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan
lingkungan termasuk perawatan diri.
4. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.

b. Faktor Prespitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah
kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang
mampu melakukan perawatan diri.

5. Mekanisme Koping
Adapun beberapa sumber koping diantaranya :
a. Regresi
b. Penyangkalan
c. Isolasi diri, menarik diri
d. Intelektualisasi
6. Faktor yang Mempengaruhi Defisit Perawatan Diri
Menurut Depkes (2013: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal
hygiene adalah:

1. Body Image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan


diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli dengan kebersihan dirinya.

2. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.

3. Status Sosial Ekonomi


Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.

4. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien
penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.

5. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.

6. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
7. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

C. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Hal yang perlu dikaji pada pengkajian pasien defisit perawatan diri :
1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri.
 Data subyektif
Klien mengatakan saya tidak mampu mandi, tidak bisa melakukan
apa-apa,
 Data obyektif
Klien terlihat lebih kurang memperhatikan kebersihan, halitosis,
badan bau, kulit kotor.

2. Isolasi Sosial
 Data subyektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-
apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
 Data obyektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri
hidup, Apatis, Ekspresi sedih, Komunikasi verbal kurang, Aktivitas
menurun, Posisi janin pada saat tidur, Menolak berhubungan,
Kurang memperhatikan kebersihan

3. Defisit Perawatan Diri


 Data subyektif
a. Pasien merasa lemah
b. Malas untuk beraktivitas
c. Merasa tidak berdaya.
 Data obyektif
a. Rambut kotor, acak – acakan
b. Badan dan pakaian kotor dan bau
c. Mulut dan gigi bau.
d. Kulit kusam dan kotor
e. Kuku panjang dan tidak terawat

2. Pohon Masalah
Menurunnya Motivasi Diri Effect

Defisit Perawatan Diri Core Problem

Isolasi Sosial : Menarik diri Causa

3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul, diantaranya :
 Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
 Isolasi Sosial
 Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan,
BAB/BAK
4. Perencanaan
a) Diagnosa keperawatan: penurunan kemampuan dan motivasi
merawat diri.
1. Tujuan Umum.
a. Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk
memperhatikan kebersihan diri.
2. Tujuan Khusus.
TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya
dengan perawat. Kriteria evaluasi
Dalam berinteraksi klien menunjukan tanda-tanda percaya pada
perawat:
a. Wajah cerah, tersenyum.
b. Mau berkenalan.
c. Ada kontak mata.
d. Menerima kehadiran perawat.
e. Bersedia menceritakan perasaannya.
Intervensi :
a. Berikan salam setiap berinteraksi.
b. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat
berkenalan.
c. Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.
d. Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.
e. Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.
f. Buat kontrak interaksi yang jelas.
g. Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.
h. Penuhi kebutuhandasar klien.
TUK II : klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan
diri.
Tindakan keperawatan untuk pasien kurang perawatan diri juga
ditujukan untuk keluarga sehingga keluarga mampu mengarahkan
pasien dalam melakukan perawatan diri.
1. Tindakan keperawatan untuk pasien.
a. Tujuan.
a) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
b) Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
c) Pasien mampu melakukan makan dengan baik
d) Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
2. Tindakan keperawatan
Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri Untuk
melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri Saudara dapat
melakukan tanapan tindakan yang meliputi:
a) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.
b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
d) Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan
diri

4. Kriteria evaluasi
Klien dapat menyebutkan kebersihan diri pada waktu 2 kali
pertemuan, mampu menyebutkan kembali kebersihan untuk
kesehatan seperti mencegah penyakit dan klien dapat meningkatkan
cara merawat diri.
Intervensi :
a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik.
b. Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan
cara menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda
bersih.
c. Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri.
d. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan
klien terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri.
e. Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan
memelihara kebersihan diri.
f. Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan
arti kebersihan diri.
g. Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi
2 kali pagi dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah
makan dan sebelum tidur), keramas dan menyisir rambut,
gunting kuku jika panjang.

TUK III : Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan


bantuan perawat.
2. Kriteria evaluasi.
Klien berusaha untuk memelihara kebersihan diri seperti mandi pakai
sabun dan disiram pakai air sampai bersih, mengganti pakaian bersih
sehari-hari dan merapikan penampilan.

Intervensi :
a. Motivasi klien untuk mandi.
b. Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk
mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar.
c. Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.
d. Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut.
e. Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas
perawatan kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar
mandi.
f. Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan
diri seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti, handuk dan
sandal.

TUK IV : Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri


secara mandiri.
1. Kriteria evaluasi
Setelah satu minggu klien dapat melakukan perawatan kebersihan
diri secara rutin dan teratur tanpa anjuran, seperti mandi pagi dan sore,
ganti baju setiap hari, penampilan bersih dan rapi.
Intervensi :
Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan
untuk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai
sandal.

TUK V : Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara


mandiri.
1. Kriteria evaluasi
Klien selalu tampak bersih dan rapi.
Intervensi :
Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri.

TUK VI : Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan


kebersihan diri.
1. Kriteria evaluasi
Keluarga selalu mengingatkan hal-hal yang berhubungan dengan
kebersihan diri, keluarga menyiapkan sarana untuk membantu klien
dalam menjaga kebersihan diri, dan keluarga membantu dan
membimbing klien dalam menjaga kebersihan diri.
Intervensi:
a. Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien
menjaga kebersihan diri.
b. Diskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang telah dilakukan
klien selama di RS dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang
telah dialami di RS.
c. Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi terhadap
kemajuan yang telah dialami di RS.
d. Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam
menjaga kebersihan diri klien.
e. Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga
kebersihan diri.
f. Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga
kebersihan diri.
g. Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan misalnya:
mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan lain-
lain.

5. Penatalaksanaan
Belum terdapat penatalaksanaan medis pada klien dengan masalah defisit
perawatan diri.

Penatalaksanaan Keperawatan pada Pasien :

1. Tujuan
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
b. Klien dapat mengenali defisit perawatan diri yang dialami klien
c. Klien dapat memahami defisit perawatan diri yang dialami dengan
keadaan dirinya
d. Klien dapat mengidentifikasi cara-cara mengatasi defisit perawatan
diri yang dialaminya
e. Klien dapat memanfaatkan factor pendukung
2. Tindakan
a. Membina hubungan saling pecercaya dengan klien
b. Berdiskusi mengenai kondisi klien saat ini (kondisi pikiran,
perasaan, fisik, sosial, dan spiritual sebelum/sesudah mengalami
peristiwa kehilangan serta hubungan antara kondisi saat ini dengan
defisit perawatan diri yang terjadi
c. Berdiskusi cara mengatasi defisit perawatan diri yang dialami.
1) Cara verbal (mengungkapkan perasaan)
2) Cara fisik (memberi kesempatan aktivitas fisik)
3) Cara sosial (sharing melaluiself help group)
4) Cara spiritual (berdoa, berserah diri)
d. Memberi informasi tentang sumber-sumber komunitas yang
bersedia untuk saling memberikan pengalaman dengan seksama
e. Membantu klien memasukkan kegiatan dalam jadwal harian
f. Kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa di layanan kesehatan
terdekat

Penatalaksanaan Keperawatan pada Keluarga :


1. Tujuan
a. Keluarga mengenal defisit perawatan diri
b. Keluarga memahami cara merawat klien defisit perawatan diri
c. Keluarga dapat mempraktikkan cara merawat klien defisit
perawatan diri
d. Berdiskusi dengan keluraga sumber-sumber bantuan yang tersedia
di masyarakat
2. Tindakan
a. Berdiskusi dengan keluarga tentang defisit perawatan diri oleh
klien
b. Berdiskusi dengan keluarga cara-cara mengatasi defisit perawatan
diri yang dialami oleh klien
c. Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat klien dengan
defisit perawatan diri
d. Berdiskusi dengan kelurga sumber-sumber bantuan yang dapt
dimanfaatkan oleh keluarga untuk mengatasi defisit perawatan diri
klien.

6. Evaluasi
 Evaluasi subyektif
 Perawat dapat menanyakan perasaan pasien setelah dilakukan
tindakan
 contoh
“ Bagaimana perasaan Mas setelah berdandan?
 Ëvaluasi Obyektif
 Perawat dapat meminta klien untuk mengulangi
tindakan/mereview hal yang telah disampaikan
 contoh
“ Coba Mas, sebutkan cara berdandan yang baik sekali lagi “..
Tujuannya dilakukan evaluasi untuk mengumpulkan data terkait
dengan pencapaian tujuan asuhan keperawatan untuk mengevaluasi apakah
klien telah mencapai kriteria hasil yang ditetapkan pada fase perencanaan.
Pada umumnya pengamatan perawat berfokus pada perubahan
perilaku klien. Apakah klien menunjukan kesadaran dan pengertian
tentang dirinya sendiri melalui refleksi diri dan meningkatnya kemampuan
untuk membuat keputusan secara rasional.
Aspek yang perlu dievaluasi antara lain:
a. Keefektifan intervensi penaggulangan perilaku
b. Kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain secara wajar
c. Kemampuan untuk melakukan asuhan mandiri
d. Kemampuan untuk menggunakan kegiatan program sebagai
rekreasi dan proses belajar
e. Respon terhadap peraturan dan rutinitas
f. Status mental secara menyeluruh
Perawat perlu mengumpulkan data terkait dengan pencapaian tujuan
asuhan keperawatan untuk mengevaluasi apakah klien telah mencapai
kriteria hasil yang ditetapkan pada fase perencanaan.

7. Dokumentasi
Sebagai bukti telah dilakukan sebuah tindakan perawat memerlukan
pendokumentasian baik secara tertulis maupun berupa foto,video maupun
audio.
Daftar Pustaka

Carpenito, Lynda Juall. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.


Jakarta : EGC.

Depkes. 2013. Standar Pedoman Perawatan jiwa.

Nurjanah, Intansari S.Kep. 2014. Pedoman Penanganan Pada Gangguan


Jiwa. Yogyakarta : Momedia

Perry, Potter. 2015 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Stuart, GW. 2012. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.

Tarwoto dan Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.

Townsend, Marry C. 2014. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada


Perawatan Psikiatri edisi 3. Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai