Disusun Oleh:
DYAH FANI HIDAYATI
20101440117024
B. Konsep Teori
1. Pengertian
2. Psikologi
a. Malas, tidak ada inisiatif.
b. Menarik diri, isolasi diri.
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Sosial
a. Interaksi kurang.
b. Kegiatan kurang .
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
d. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok
gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
2. Data obyektif
a. Rambut kotor, acak – acakan
b. Badan dan pakaian kotor dan bau
c. Mulut dan gigi bau.
d. Kulit kusam dan kotor
e. Kuku panjang dan tidak terawat
3. Tingkat Defisit Perawatan Diri
Adapun berikut merupakan tingkatan dalam defisit perawatan diri :
a. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan
untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
1. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
2. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
3. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas
yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan
lingkungan termasuk perawatan diri.
4. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
b. Faktor Prespitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah
kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang
mampu melakukan perawatan diri.
5. Mekanisme Koping
Adapun beberapa sumber koping diantaranya :
a. Regresi
b. Penyangkalan
c. Isolasi diri, menarik diri
d. Intelektualisasi
6. Faktor yang Mempengaruhi Defisit Perawatan Diri
Menurut Depkes (2013: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal
hygiene adalah:
1. Body Image
2. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
4. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien
penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
6. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
7. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
2. Isolasi Sosial
Data subyektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-
apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
Data obyektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri
hidup, Apatis, Ekspresi sedih, Komunikasi verbal kurang, Aktivitas
menurun, Posisi janin pada saat tidur, Menolak berhubungan,
Kurang memperhatikan kebersihan
2. Pohon Masalah
Menurunnya Motivasi Diri Effect
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul, diantaranya :
Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
Isolasi Sosial
Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan,
BAB/BAK
4. Perencanaan
a) Diagnosa keperawatan: penurunan kemampuan dan motivasi
merawat diri.
1. Tujuan Umum.
a. Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk
memperhatikan kebersihan diri.
2. Tujuan Khusus.
TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya
dengan perawat. Kriteria evaluasi
Dalam berinteraksi klien menunjukan tanda-tanda percaya pada
perawat:
a. Wajah cerah, tersenyum.
b. Mau berkenalan.
c. Ada kontak mata.
d. Menerima kehadiran perawat.
e. Bersedia menceritakan perasaannya.
Intervensi :
a. Berikan salam setiap berinteraksi.
b. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat
berkenalan.
c. Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.
d. Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.
e. Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.
f. Buat kontrak interaksi yang jelas.
g. Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.
h. Penuhi kebutuhandasar klien.
TUK II : klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan
diri.
Tindakan keperawatan untuk pasien kurang perawatan diri juga
ditujukan untuk keluarga sehingga keluarga mampu mengarahkan
pasien dalam melakukan perawatan diri.
1. Tindakan keperawatan untuk pasien.
a. Tujuan.
a) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
b) Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
c) Pasien mampu melakukan makan dengan baik
d) Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
2. Tindakan keperawatan
Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri Untuk
melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri Saudara dapat
melakukan tanapan tindakan yang meliputi:
a) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.
b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
d) Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan
diri
4. Kriteria evaluasi
Klien dapat menyebutkan kebersihan diri pada waktu 2 kali
pertemuan, mampu menyebutkan kembali kebersihan untuk
kesehatan seperti mencegah penyakit dan klien dapat meningkatkan
cara merawat diri.
Intervensi :
a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik.
b. Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan
cara menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda
bersih.
c. Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri.
d. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan
klien terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri.
e. Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan
memelihara kebersihan diri.
f. Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan
arti kebersihan diri.
g. Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi
2 kali pagi dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah
makan dan sebelum tidur), keramas dan menyisir rambut,
gunting kuku jika panjang.
Intervensi :
a. Motivasi klien untuk mandi.
b. Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk
mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar.
c. Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.
d. Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut.
e. Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas
perawatan kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar
mandi.
f. Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan
diri seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti, handuk dan
sandal.
5. Penatalaksanaan
Belum terdapat penatalaksanaan medis pada klien dengan masalah defisit
perawatan diri.
1. Tujuan
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
b. Klien dapat mengenali defisit perawatan diri yang dialami klien
c. Klien dapat memahami defisit perawatan diri yang dialami dengan
keadaan dirinya
d. Klien dapat mengidentifikasi cara-cara mengatasi defisit perawatan
diri yang dialaminya
e. Klien dapat memanfaatkan factor pendukung
2. Tindakan
a. Membina hubungan saling pecercaya dengan klien
b. Berdiskusi mengenai kondisi klien saat ini (kondisi pikiran,
perasaan, fisik, sosial, dan spiritual sebelum/sesudah mengalami
peristiwa kehilangan serta hubungan antara kondisi saat ini dengan
defisit perawatan diri yang terjadi
c. Berdiskusi cara mengatasi defisit perawatan diri yang dialami.
1) Cara verbal (mengungkapkan perasaan)
2) Cara fisik (memberi kesempatan aktivitas fisik)
3) Cara sosial (sharing melaluiself help group)
4) Cara spiritual (berdoa, berserah diri)
d. Memberi informasi tentang sumber-sumber komunitas yang
bersedia untuk saling memberikan pengalaman dengan seksama
e. Membantu klien memasukkan kegiatan dalam jadwal harian
f. Kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa di layanan kesehatan
terdekat
6. Evaluasi
Evaluasi subyektif
Perawat dapat menanyakan perasaan pasien setelah dilakukan
tindakan
contoh
“ Bagaimana perasaan Mas setelah berdandan?
Ëvaluasi Obyektif
Perawat dapat meminta klien untuk mengulangi
tindakan/mereview hal yang telah disampaikan
contoh
“ Coba Mas, sebutkan cara berdandan yang baik sekali lagi “..
Tujuannya dilakukan evaluasi untuk mengumpulkan data terkait
dengan pencapaian tujuan asuhan keperawatan untuk mengevaluasi apakah
klien telah mencapai kriteria hasil yang ditetapkan pada fase perencanaan.
Pada umumnya pengamatan perawat berfokus pada perubahan
perilaku klien. Apakah klien menunjukan kesadaran dan pengertian
tentang dirinya sendiri melalui refleksi diri dan meningkatnya kemampuan
untuk membuat keputusan secara rasional.
Aspek yang perlu dievaluasi antara lain:
a. Keefektifan intervensi penaggulangan perilaku
b. Kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain secara wajar
c. Kemampuan untuk melakukan asuhan mandiri
d. Kemampuan untuk menggunakan kegiatan program sebagai
rekreasi dan proses belajar
e. Respon terhadap peraturan dan rutinitas
f. Status mental secara menyeluruh
Perawat perlu mengumpulkan data terkait dengan pencapaian tujuan
asuhan keperawatan untuk mengevaluasi apakah klien telah mencapai
kriteria hasil yang ditetapkan pada fase perencanaan.
7. Dokumentasi
Sebagai bukti telah dilakukan sebuah tindakan perawat memerlukan
pendokumentasian baik secara tertulis maupun berupa foto,video maupun
audio.
Daftar Pustaka
Stuart, GW. 2012. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.