Anda di halaman 1dari 3

WOC ASKEP ANAK DENGAN DHF EKA SARIMA HARDIANI

KOMPLIKASI (Hardinegoro,2006)
KOMPLIKASI (Hardinegoro,2006)
EKA SARIMA HARDIANI
MANIFESTASI KLINIS Gigitan (G3A020082)
G3A020075 1.1. Perdarahan
Perdarahan disebabkan
disebabkanadanya perubahan
adanya perubahan
vaskuler, penurunan jumlah trombosit
1. Demam tinggi mendadak dan nyamuk vaskuler, penurunan jumlah trombosit
2.Kegagalan sirkulasi
terus menerus 2-7 hari aides 2.3.
Kegagalan
Hepatomegalisirkulasi
2. Perdarahan pada kulit (petekie, 3.4.
Hepatomegali
af
ekimosis. epistaksis, Efusi pleura karena kebocoran plasma
hematemesis, hematuri, dan DHF adalah penyakit menular 4. Efusi pleura karena kebocoran plasma
melena) yang disebabkan oleh virus Kurang terpapar informasi Defisit pengetahuan
3. Pembesaran hati
4. Syok, ditandai dengan nadi Menginfasi dengue dan ditularkan melalui
lemah, tekanan darah menurun tubuh gigitan nyamuk aedes aegipty Menginfeksi ↓ Produksi Mengganggu
dan kulit yang teraba dingin dan
tulang trombosit proses pembekuan
lembab pada ujung hidung, jari
dan kaki, penderita gelisah darah
timbul sianosis disekitar mulut. ↑ permeabilitas Proses inflamasi Pelepasan
(Artawan,2016) membran mediator kimia Petekie,epitaksis

Kebocoran plasma Menekan


Kekurangan Aktifasi Resiko perdarahan
ekstravaskuler nerve ending
volume cairan interkulian 1
PENGKAJIAN
Peningkatan
Hipovolemia Sakit pada 1. Identitas pasien : < 15 tahun
prostaglandin 2. Keluhan utama : panas tinggi dan
paru hepar abdomen otot / sendi pasien lemah.
3. Riwayat penyakit sekarang :
↑ kerja termostat panas mendadak dengan disertai
Efusi pleura Pembesaran hati asites Nyeri akut menggigil
4. Riwayat penyakit yang pernah
↑ suhu tubuh diderita : serangan ulangan DHF
Bersihan jalan Mendesak rongga Mual 5. Riwayat gizi : mual, muntah,
muntah napsu makan menurun
nafas abdomen 6. Kondisi lingkungan :
Hipertermia lingkumgan yang kurang bersih
KLASIFIKASI Defisit ↓ nafsu makan
1. Derajat I : Demam mendadak 2-7 hari Nutrisi PENATALAKSANAAN
2. Derajat II : Derajat I dan disertai perdarahan 1. Medis
spontan pada kulit PEMERIKSAAN PENUNJANG  DHF tanpa rejatan
3. Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi 1. Uji rumple leed / tourniquet positif pasien ini perlu diberi banyak minum, yaitu 1,5 sampai
2. Darah, Adanya trombositopenia, hemokonsentrasi, masa 2 liter dalam 24 jam.
ringan yaitu nadi cepat dan lemah tekanan perdarahan memanjang,hiponatremia, hipoproteinemia.  DHF dengan renjatan (syok)
darah rendah, gelisah, sianosis mulut, 3. Air seni, mungkin ditemukan albuminuria ringan harus segera sipasang infus sebagai penganti cairan
hidung dan ujung jari. 4. Serologi : uji IgG Elisa dan uji IgM Elisa yang hilang akibat kebocoran plasma (Ringer Laktat).
4. Derajat IV : Syok hebat dengan tekanan 5. Isolasi virus 28 : fluorescence anti body techniquetest 2. Keperawatan
6. Identifikasi virus : fluorescence anti body tehniquetest  Kegagalan sirkulasi darah dengan pengawasan tanda
darah atau nadi tidak terdeteksi. 7. Radiology (Ryanka, 2015) vital
(Artawan,2016)  Resiko terjadi pendarahan dengan mencatat jumlah,
warna, waktu perdarahan / pemasangan ngt
(Pudjiadi,dkk, 2010)
INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx.Hipertermia (D.0130) Dx.Resiko perdarahan (D.0012) Dx. Defisit Nutrisi (D.0019) Dx.Nyeri Akut (D.0077) Dx.Defisit Pengetahuan (D.0111)
Termoregulasi membaik Tingkat perdarahan menurun Status nutrisi membaik (L.03030) Kontrol nyeri meningkat (L.08063) Tingkat pengetahuan meningkat (L.12111)
(L.14134) (L.02017) Manajemen Nutriri (I.03119) Manajemen Nyeri (I.08238) Edukasi Kesehatan (I.12383)
Manajemen Pencegahan Perdarahan Observasi : Observasi: Observasi :
Hipertermia (I.02067) 1. Identifikasi status nutrisi 1. Identifikasi skala nyeri 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
(I.15506) Observasi : 2. Monitor asupan dan keluarnya 2. Identifikasi lokasi, menerima informasi
Observasi : 1. Monitor tanda gejala perdarahan makanan karakteristik, durasi, frekuensi, 2. Identifikasi faktor faktor yang dapat
1. Monitor suhu tubuh 2. Monitor nilai Hb Ht sebelum 3. Monitor berat badan kualitas, intensitas nyeri. meningkatkan dan menurunkan
2. Monitor kadar dan sesudah kehilangan darah Terapeutik : 3. Identifikasi nyeri non ferbal motivasi perilaku hidup bersih dan
elektrolit Terapeutik : 1. Berikan makanan tinggi kalori Terapeutik : sehat
Terapeutik: 1. Pertahankan bedrest selama dan protein 1. Berikan teknik non farmakologis Terapeutik :
1. Sediakan lingkungan perdarahan 2. Berikan suplemen makanan jika untuk mengurangi rasa nyeri ( misal, 1. Sediakan materi dan media penkes
yang dinginkan Edukasi : perlu aromaterapi,terapi pijat,kompres hangat 2. Jadwalkan penkes sesuai kesepakatan
2. Berikan cairan oral 1. Anjurkan menggunakan kaos Edukasi : atau dingin, terapi bermain) 3. Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi: kaki saat ambulasi 1. Anjurkan membuat catatan 2. Fasilitasi istirahat dan tidur Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring 2. Anjurkan meningkatkan harian misal muntah Edukasi : 1. Jelaskan faktor risiko yang dapat
Kolaborasi: asupan makan dan vit K 2. Anjurkan diet yang tepat 1. Jelaskan penyebab, periode, dan mempengaruhi kesehatan
1. Kolaborasi pemberian Kolaborasi : Kolaborasi : pemicu nyeri. 2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan
cairan elektrolit intra 1. Kolaborasi pemberian obat 1. Kolaborasi dengan ahli gizi 2. Anjurkan memonitor nyeri secara sehat
vena, jika perlu pengontrol perdarahan, jika tentang target berat badan dan mandiri. 3. Ajarkan strategi yang dapat
Kolaborasi pemberian perlu pilihan makanan Kolaborasi : digunakan untuk meningkatkan
antipiretik 1. Pemberian analgetik jika perlu. perilaku hidup bersih dan sehat
DAFTAR PUSTAKA

Artawan. 2016. Karakteristik pasien anak dengan infeksi dengue di RSUP Sanglah tahun 2012-
2014. Denpasar Bali. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Vol 51; 158-162 ISSN 2540-
8313 URL:http.\\ojs.unud.co.id\index.php\eum Volume 51 Nomor 2mei 2016

Pudjiadi A.H., Badriul Hegar, Setyo Handryastuti, Nikmah Salamia I., Ellen P., Eva Devita.
2010. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia.h.176-90. Ryanka. 2015. Hubungan Karakteristik Pasien Demam Berdarah Dengue

(DBD) dengan Kejadian Dengue Syok Sindrom (DSS) pada Anak.Bandung : Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Bandung.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (1st ed.).
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Retrieved from
http://www.inna-ppni.or.id

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I). Jakarta.
Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: DewanPengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia. Retrieved from http://www.innappni.or.id

Anda mungkin juga menyukai