Disusun Oleh:
Eka Sarima Hardiani
NIM : G3A020075
Pembimbing :
Ns. Dera Alfiyanti, M.Kep
A. PENDAHULUAN
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia selama 47 tahun terakhir. Peningkatan kasus DBD sudah terjadi sejak tahun
1968 sampai tahun 2019. Penyakit ini menunjukan kecenderungan meningkat baik jumlah
kasus maupun luas wilayah yang terjangkit, secara sporadis selalu terjadi Kejadian Luar
Biasa (KLB) setiap tahun. Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) merupakan penyakit akut
yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes Aegypti
dan Aedes Albopictus. DBD dapat menyerang orang dewasa maupun anak-anak di bawah
15 tahun. Soegijanto dalam Padila (2013), DHF (Dengue HemorragicFever) adalah
penyakit demam akut yang disebabkan oleh empat serotype virus Dengue dan ditandai
dengan empat gejala klinis utama yaitu demam tinggi, manifestasi perdarahan,
hepatomegali dan tanda kegagalan sirkulasi sampai timbul renjatan (sindrom renjatan
Dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan kematian.
Didapatkan bahwa masyakat maupun anak – anak memiliki pengetahuan yang kurang
tentang pencegahan DBD. Sebagian besar kurang mengetahui cara pencegahan penyakit
demam berdarah, tidak mengetahui bahwa penyakit DBD adalah penyakit menular,
beranggapan bahwa penyakit DBD dapat dicegah dengan imunisasi, tidak mengetahui ciri-
ciri nyamuk Aedes aegepty, tidak mengetahui bahwa Nyamuk Aedes aegypti berkembang
biak di air tergenang yang bersih, tidak mengetahui bahwa Kegiatan 3M adalah menguras,
menutup dan mengubur.
Salah satu cara untuk menurunkan angka penderita DBD adalah dengan meningkatkan
pengetahuan. Berkaitan dengan usaha meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
pencegahan penyakit DBD salah satunya dengan menggunakan pendidikan kesehatan.
Menurut Joint Commision On Health Education yang sebagaimana dikutip oleh Fitriani
(2011) pendidikan kesehatan adalah kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk
meningkatkan kemampuan orang dan membuat keputusan yang tepat sehubungan dengan
pemeliharaan yang tepat. Pendidikan kesehatan adalah segala upaya yang direncanakan
untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga
mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Adnani, 2011).
Media pendidikan kesehatan sangat berperan penting karena media tersebut akan
mempermudah penerimaan pesan kesehatan bagi masyarakat. Berbagai media atau alat
bantu pendidikan, media leaflet adalah media yang umum dan sering digunakan oleh
petugas kesehatan saat melakukan pendidikan kesehatan karena selain bentuknya
lembaran yang dilipat dan mudah dibawa tapi juga memuat banyak informasi berupa
kalimat maupun gambar.
B. Tujuan Instruksional
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilaksanakan kegiatan penyuluhan kesehatan, diharapkan keluarga mampu
memahami tentang penyakit DHF dan pencegahannya.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilaksanakan kegiatan penyuluhan, diharapkan keluarga mampu :
a. Menjelaskan pengertian DHF
b. Menjelaskan penyebab DHF
c. Menyebutkan gejala-gejala DHF
d. Menyebutkan cara pencegahan DHF
e. Menjelaskan cara perawatan dan pengobatan DHF
D. Media Penyuluhan
Media yang digunakan dalam penyuluhan adalah leaflet
E. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab
F. Kegiatan Penyuluhan
Lampiran - lampiran
DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)
B. Etiologi
Penyebab DHf adalah : “virus dengue” yang tergolong arbovirus yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk Aedes Aegyti.
Perawatan di rumah :
1. Tirah baring atau istirahat.
2. Makan makanan lunak.
3. Dianjurkan untuk minum 1,5-2 liter dalam 24 jam berupa susu, teh manis, sirup dan
beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi
penderita DHF.
4. Cepat dibawa ke dokter atau rumah sakit terdekat.
Perwatan di rumah sakit :
1. Tirah baring atau istirahat dan diet makan lunak.
2. Dianjurkan untuk minum 1,5-2 liter dalam 24 jam berupa susu, teh manis, sirup dan
beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi
penderita DHF.
3. Antibiotic dapat diberikan bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.
4. Periksa hemoglobin, hematocrit, dan trombosit tiap hari.
5. Monitor tanda-tanda vital seperti nadi, tekanan darah, suhu, respirasi dan monitoring
pendarahan.
6. Bila timbul kejang segera lapor dokter atau perawat.
7. Untuk hipereksia dapat diberikan kompres di kepala, ketiak dan inguinal.
8. Pasien DHF perlu di observasi teliti terhadap penemuan dini tanda renjatan, yaitu
keadaan umum memburuk, hati makin membesar, masa pendarahan memanjang karena
trombositopenia, dan hematocrit meninggi pada pemeriksaan berkala.
DAFTAR PUSTAKA
Fogging Ekasarima21
Ekasaria21@gmail.com