Anda di halaman 1dari 23

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Ca Mamae merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat berasal
dari epitel ductus maupun lobulusnya. (Kemenkes, 2017)
Ca mammae (Carcinoma mammae) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam
jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu,
jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara (Wijaya, 2013). Ca mammae
adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan
penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara (Karsono, 2006).
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus
tumbuh berlipat ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara.
Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau tidak terkontrol, sel-sel kanker bisa
menyebar (bermestastase) pada bagian-bagian tubuh lain dan nantinya dapat
mengakibatkan kematian. Metastase bias terjadi pada kelenjar getah bening ketiak
ataupun diatas tulang belikat. Seain itu sel-sel kanker bias bersarang di tulang, paru-
paru, hati, kulit, dan bawah kulit. Kanker payudara merupakan penyakit yang
disebabkan karena terjadinya pembelahan sel-sel tubuh secara tidak teratur sehingga
pertumbuhan sel tidak dapat di kendalikan dan akan tumbuh menjadi benjolan tumor
(kanker) sel (Brunner dan Suddarth, 2005 ).
Ca Mamae biasanya terdeteksi pada saat dilakukan pemeriksaan, sebelum gejala
berkembang, atau setelah wanita memperhatikan benjolan. Sebagian besar massa
terlihat saat terjadi benjolan di payudara dimana awalnya bersifat jinak dan terus
berkembang dan menyebar sehingga tidak terkendali. Analisi mikroskopis payudara
diperlukan untuk diagnosis definitis dan untuk mengetahui tingkat penyebaran (in situ
atau invasif) dan ciri jenis penyakitnya. Analisis mikroskopis jaringan didapat melalui
biopsi jarum atau bedah. Biopsi didasarkan pada klinis pasien individu faktor,
ketersediaan perangkat biopsi, dan sumber daya tertentu (American Cancer Soxiety,
2015).

B. KLASIFIKASI
Menurut Wijaya (2013) kanker payudara mempunyai 4 stadium, yaitu:
1. Stadium I
Tumor yang berdiameter kurang 2 cm tanpa keterlibatan limfonodus (LN) dan
tanpa penyebaran jauh. Tumor terbatas pada payudara dan tidak terfiksasi pada
kulit dan otot pektoralis.
2. Stadium II A
Tumor yang berdiameter kurang 2 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) dan
tanpa penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter kurang 5 cm tanpa
keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh.
Stadium II B
Tumor yang berdiameter kurang 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) dan
tanpa penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter lebih 5 cm tanpa
keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh.
3. Stadium III A
Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) tanpa
penyebaran jauh.
Stadium III B
Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) dan
terdapat penyebaran jauh berupa metastasis ke supraklavikula dengan
keterlibatan limfonodus (LN) supraklavikula atau metastasis ke infraklavikula
atau menginfiltrasi / menyebar ke kulit atau dinding toraks atau tumor dengan
edema pada tangan.
Stadium III C
Ukuran tumor bisa berapa saja dan terdapat metastasis kelenjar limfe
infraklavikular ipsilateral, atau bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis
kelenjar limfe mammaria interna dan metastase kelenjar limfe aksilar, atau
metastasis kelenjar limfe supraklavikular ipsilateral
4. Stadium IV
Tumor yang mengalami metastasis jauh, yaitu : tulang, paru-paru, liver atau
tulang rusuk.

C. ETIOLOGI
Kanker payudara terjadi karena adanya pertumbuhan abnormal sel
payudara.Organ-organ dan kelenjar dalam tubuh (termasuk payudara) terdiri dari
jaringan yang berisi sel-sel. Umumnya pertumbuhan sel normal mengalami pemisahan
dan mati ketika sel menua sehingga dapat digantikan sel-sel baru. Tetapi ketika sel-sel
lama tidak mati dan sel-sel baru terus tumbuh, jumlah sel-sel yang berlebihan bisa
berkembang tidak terkendali sehingga membentuk tumor (Anonim, 2008).
Menurut Smettzer & Bare (2002) tidak ada satupun penyebab spesifik dari
kanker payudara, sebaliknya serangkaian faktor genetik, hormonal, dan kemungkinan
kejadian penunjang dapat menyebabkan kanker ini. Bukti yang terus bermunculan
menunjukkan bahwa perubahan genetik berkaitan dengan kanker payudara, namun apa
yang menyebabkan perubahan genetik masih belum diketahui.
Faktor risiko yang berpengaruh terhadap kanker payudara wanita antara lain :
1. Usia
Sekitar 60% terjadi pada usia diatas 60 tahun. Resiko terbesar ditemukan pada
wanita berusia 75 tahun
2. Pernah Ca Mamae
Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif memiliki resiko
tertinggi menderita Ca Mamae. Setelah payudara yang terkena diangkat, maka
resiko terjadinya karsinoma pada payudara yang sehat meningkat sebesar 0,5-
1%/tahun
3. Riwayat keluarga menderita kanker payudara
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker, memiliki
resiko 3 kali lebih besar untuk menderita Ca Mamae
4. Faktor genetic dan hormonal
Telah ditemukan 2 varian gen yang tampaknya berperan terjadinya kanker
payudara, yaitu BRCA1 dan BRCA2. Jika seorang wanita memiliki salah satu dari
gen tersebut, maka kemungkinan menderita kanker payudara sangat besar
Menarche (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun, menopause setelah usia 55
tahun, kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau belum pernah hamil. Semakin
dini menarke, semakin besar resiko Ca Mamae. Resiko menderita Ca Mamae adalah
2-4 kali lebih besar pada wanita yang mengalami menarke sebelum usia 12 tahun
5. Pemakaian pil KB atau terapi sulih esterogen
Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko terjadinya Ca mammae, yang tergantung
kepada usia, lamanya pemakaian dan faktor lainnya. Belum diketahui berapa lama
efek pil akan tetap ada setelah pemakaian pil dihentikan. Terapi sulih estrogen yang
dijalani selama lebih dari 5 tahun tampaknya juga sedikit meningkatkan resiko Ca
mammae dan resikonya meningkat jika pemakaiannya lebih lama.
6. Obesitas pasca menopause
Obesitas sebagai faktor resiko Ca mammae masih diperdebatkan. Beberapa
penelitian menyebutkan obesitas sebagai faktor resiko Ca mammae kemungkinan
karena tingginya kadar estrogen pada wanita yang obes.
7. Pemakaian alkohol
Pemakaian alkoloh lebih dari 1-2 gelas/hari bisa meningkatkan resiko terjadinya Ca
mammae.
8. Bahan kimia
Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang menyerupai
estrogen (yang terdapat di dalam pestisida dan produk industry lainnya) mungkin
meningkatkan resiko terjadinya Ca Mamae
9. DES (dietstilbestrol)
Wanita yang mengkonsumsi DES untuk mencegah keguguran memiliki resiko
tinggi menderita Ca Mamae
10. Penyinaran
Pemaparan terhadap penyinaran (terutama penyinaran pada dada), pada masa
kanak-kanak bisa meningkatkan resiko terjadinya Ca Mamae
11. Faktor resiko lainnya
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kanker Rahim, ovarium dan kanker usus
besar serta adanya riwayat kanker dalam keluarga bisa meningkatkan resiko
terjadinya Ca Mamae (Buku Saku Dokter, 2014).

D. PATOFISIOLOGI
Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi antara lain
obesitas, radiasi, hyperplasia, optik, riwayat keluarga dengan mengkonsumsi zat-zat
karsinogen sehingga merangsang pertumbuhan epitel payudara dan dapat menyebabkan
kanker payudara. Karsinoma mamae berasal dari jaringan epitel dan paling sering
terjadi di sistem duktal, mula-mula terjadi hyperplasia sel-sel dengan perkembangan
sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi carcinoma insitu dan menginvasi
stroma. Carsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal
sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba (kira-kira berdiameter 1
cm). Pada ukuran itu kira-kira seperempat dari carcinoma mamae telah bermetastasis.
Carsinoma mamae bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya
dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah (Indonesian Cancer Foundation, 2012)
Ca Mamae tersebut menimbulkan metastase dapat ke organ yang dekat maupun
yang jauh antara lain limfogen yang menjalar ke kelenjar limfe aksilaris dan terjadi
benjola, dari sel epidermis penting mnejadi invasi timbul krusta pada organ pulmo
mengakibatkan ekspansi paru tidak optimal (Mansjoer, 2000).

E. MANIFESTASI KLINIK
Fase awal kanker payudara asimptomatik (tanpa ada tanda dan gejala). Tanda
awal yang paling umum terjadi adalah adanya benjolan atau penebalan pada payudara.
Kebanyakan 90 % ditemukan oleh wanita itu sendiri, akan tetapi di temukan secara
kebetulan, tidak dengan menggunakan pemeriksaan payudara sendiri (sadari), karena
itu yayasan kanker menekankan pentingnya melakukan sadari (Tasripiyah, 2012).
Tanda dan gejal lanjut dari kanker payudara meliputi kulit sekung (lesung),
retraksi atau deviasi putting susu, dan nyeri, nyeri tekan atau rabas khususnya berdarah,
dari putting. Kulit Peau d’ orange, kulit tebal dengan pori-pori yang menonjol sama
dengan kulit jeruk, dan atau ulserasi pada payudara keduanya merupakan tanda lanjut
dari penyakit (Tasripiyah, 2012).
Menurut Tasripiyah (2012) Tanda dan gejala ca mamae antara lain yaitu sebagai
berikut:
1. Ada benjolan yang keras di payudara
2. Bentuk puting berubah (bisa masuk kedalam atau terasa sakit terus-menerus),
mengeluarkan cairan / darah
3. Ada perubahan pada kulit payudara diantaranya berkerut, iritasi, seperti kulit
jeruk
4. Adanya benjolan-benjolan kecil
5. Ada luka dipayudara yang sulit sembuh
6. Payudara terasa panas, memerah dan bengkak
7. Terasa sakit / nyeri (bisa juga ini bukan sakit karena kanker, tapi tetap harus
diwaspadai)
8. Terasa sangat gatal didaerah sekitar putting.
Benjolan yang keras itu tidak bergerak (terfiksasi). dan biasanya pada awal-awalnya
tidak terasa sakit. Apabila benjolan itu kanker, awalnya biasanya hanya pada 1
payudara.

F. KOMPLIKASI
Menurut Wijaya (2013) komplikasi Ca Mammae yaitu:
1. Metastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe dan pembuluh darahkapiler
(penyebaran limfogen dan hematogen0, penyebarab hematogen dan limfogen dapat
mengenai hati, paru, pleura, tulang, sum-sum tulang ,otak ,syaraf.
2. Gangguan neuro varkuler
3. Faktor patologi
4. Fibrosis payudara
5. Kematian

G. PENATALAKSANAAN
Adanya beberapa cara pengobatan kanker payudara yang penerapannya
tergantung pada stadium klinik payudara. Pengobatan kanker payudara biasanya
meliputi pembedahan/operasi, radioterapi/penyinaran, kemoterapi, dan terapi
hormonal. Penatalaksanaan medis biasanya tidak dalam bentuk tunggal, tetapi dalam
beberapa kombinasi (Tasripiyah, 2012).
1. Pembedahan/operasi
Pembedahan dilakukan untuk mengangkat sebagian atau seluruh payudara yang
terserang kanker payudara. Pembedahan paling utama dilakukan pada kanker payudara
stadium I dan II. Pembedahan dapat bersifat kuratif (menyembuhkan) maupun paliatif
(menghilangkan gejala-gejala penyakit). Tindakan pembedahan atau operasi kanker
payudara dapat dilakukan dengan 3 cars yaitu:
a. Masektomi radikal (lumpektomi), yaitu operasi pengangkatan sebagian dari
payudara. Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian pemberian terapi. Biasanya
lumpektomi direkomendasikan pada penderita yang besar tumornya kurang dari 2 cm
dan letaknya di pinggir payudara.
b. Masektomi total (masetomi), yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja,
tetapi bukan kelenjer di ketiak.
c. Modified Mastektomi radikal, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara,
jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan
disekitar ketiak.
2. Radioterapi
Radiologi yaitu proses penyinaraan pada daerah yang terkena kanker dengan
menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang
masih terisisa di payudara setelah payudara.tindakan ini mempunyai efek kurang baik
seperti tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit disekitar payudara
menjadi hitam, serta Hb dan leukosit cendrung menurun sebagai akibat dari radiasi.
Pengobatan ini biasanya diberikan bersamaan dengan lumpektomi atau masektomi.
3. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair
atau kapsul atau melalui infuse yang bertujuan membunuh sel kanker. Sistem ini
diharapkan mencapai target pada pengobatan kanker yang kemungkinan telah
menyebar ke bagian tubuh lainnya. Dampak dari kemoterapi adalah pasien mengalami
mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada
saat kemoterapi.
4. Terapi hormonal
Pertumbuhan kanker payudara bergantung pada suplai hormone estrogen, oleh karena
itu tindakan mengurangi pembentukan hormone dapat menghambat laju perkembangan
sel kanker, terapi hormonal disebut juga dengan therapi anti estrogen karena system
kerjanya menghambat atau menghentikan kemampuan hormone estrogen yang ada
dalam menstimulus perkembangan kanker pada payudara.

H. PENGKAJIAN FOKUS
1. Demografi
a. Indentitas Klien
Nama, umur (usia lebih dari 50 tahun beresiko terkena Ca mamae), jenis
kelamin (jenis kelamin perempuan sangat beresiko terkena Ca mammae
dibandingkan dengan laki-laki), agama, pendidikan, alamat, No. RM,
pekerjaan, status perkawinan (wanita yang belum menikah memiliki resiko
untuk terkena Ca Mamae) tanggal MRS, tanggal pengkajian, dan sumber
informasi.
b. Inentitas Penanggung Jawab
1) Nama
2) Umur
3) Jenis kelamin
4) Pendidikan
5) Pekerjaan
6) Hubungan dengan pasien

2. Riwayat Kesehatan
- Diagnosa Medik : Ca Mamae
- Keluhan Utama : Terasa nyeri dan adanya benjolan pada payudara
a. Riwayat Penyakit Sekarang :
- Biasanya klien timbul benjolan pada payudara dan benjolan ini makin lama
makin mengeras
- Terasa nyeri pada payudara jika benjolan semakin membesar
- Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk
b. Riwayat Kesehatan Terdahulu :
Pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya seperti penyakit
payudara jinak, hyperplasisa tipikal, dan pernah mengalami sakit bagian dada
sehingga mendapatkan terapi penyinaran
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker, memiliki
resiko 3 kali lebih besar untuk menderita Ca mammae. Adanya keluarga yang
mengalami ca adanya keluarga yang mengalami ca mammae berpengaruh pada
kemungkinan klien mengalami ca mammae atau pun keluarga klien pernah
mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium dan kanker serviks
Genogram :
Ibunya menderita ca mamae, maka resiko besar untuk anak perempuannya
menderita ca mamae

3. Pemeriksaan Fisik
Tanda vital seperti tekanan darah, nadi, RR, dan suhu.
Pengkajian Fisik Head to toe
1) Kepala
Normal, kepala umumnya bulat dengan tonjolan frontal di bagian anterior
dan oksipital dibagian posterior.
2) Mata
Mata simetris kanan dan kiri. Konjungtiva anemis disebabkan oleh nutrisi
yang tidak adekuat
3) Telinga
Terlihat bersih dan tidak ada gangguan
4) Hidung
Biasanya hidung kurang bersih, nampak secret, adanya pernafasan cuping
hidung yang disebabkan oleh sesak nafas karena kanker sudah bermetastase
ke paru
5) Mulut
Mukosa bibir tampak pucat dan kurang bersih. Biasanya gusi klien mudah
terjadi perdarahan akibat rapuhnya pembuluh darah. Lidah terlihat tampak
pucat dan kurang bersih. Mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa
6) Leher
Biasanya terdapat pembesaran getah bening
7) Dada
Adanya kelainan kulit berupa Peu d’ orange (Nampak seperti kulit jeruk),
dumpling, ulserasi atau tanda-tanda radang
8) Mamae
a. Inspeksi : Terdapat benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus dan
berwarna merah, dan payudara mengerut seperti kulit jeruk
b. Palpasi : Terasa benjolan keras dan teraba pembengkakan dan teraba
pembesaran kelenjar getah bening diketiak
9) Abdomen
a. Inspeksi : Tidak ada pembesaran
b. Palpasi : Biasanya tidak terdapat bising usus
c. Perkusi : Biasanya hepar dan lien tidak teraba
d. Auskultasi : Tympani
10) Urogenital
Biasanya genitalia bersih dan tidak ada gangguan
11) Ekstremitas
Biasanya terjadi edema pada ekstremitas atas
12) Kulit dan kuku
Terjadi perubahan kelembapan kulit, dan turgor kulit tidak elastis

4. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Brunner dan Suddart (2005) Ada beberapa pemeriksaan penunjang.,
yaitu :
a. Biopsi payudara (jarum atau eksisi)
Biopsy ini memberikan diagnosa definitife terhadap massa dan berguna untuk
klasifikasi histologi pentahapan, dan selaksi terapi yang tepat.
b. Foto thoraks
Foto thorak dilakukan untuk mengkaji adanya metastase.
c. CT scan dan MRI
CT scan dan MRI teknik scan yang dapat mendeteksi penyakit payudara,
khususnya massa yang lebih besar, atau tumor kecil, payudara mengeras yang
sulit diperiksa dengan mammografi
d. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi dapat membantu dalam membedakan antara massa padat dan
kista dan pada wanita yang jaringan payudaranya keras; hasil komplemen dari
e. Mammografi.
Mammografi Mammografi memperlihatkan struktur internal payudara, dapat
untuk mendeteksi kanker yang tak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap
awal.

I. PATHWAY’S

Faktor predisposisi dan resiko tinggi


Hiperplasia pada sel mamae

Mensuplai Mendesak Mendesak sel Mendesak


nutrisi ke jaringan sekitar syaraf pembuluh
jaringan ca Menekan jaringan Interupsi sel syaraf darah
pada mamae
Hipermetabolis
ke jaringan nyeri Aliran darah
Peningkatan terhambat
konsistensi mamae
Suplai nutrisi
jaringan lain
Mamae hipoksia
membengkak Ukuran mamae
abnormal
BB turun
Bakteri
Massa tumor
Mamae patogen
Nutrisi kurang mendesak ke
dari kebutuhan jaringan luar asimetrik
tubuh Resiko
Perfusi jaringan infeksi
Gangguan
Infiltrasi terganggu body image
pleura
parietal
ulkus

Ekspansi paru
menurun Gangguan
integritas jaringan

Gangguan
pola nafas
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan Ca Mamae antara lain :
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya infiltrasi tumor
2. Cemas berhubungan dengan krisis situasi ditandai dengan peningkatan
ketegangan, gemetar dan gelisah
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient ke jaringan
4. Gangguan citra tubuh berhubungan perubahan pada bentuk tubuh karena proses
penyakit

K. INTERVENSI DAN RASIONAL


DIAGNOSIS PERENCANAAN INTERVENSI
KEPERAWATAN KEPERAWATAN
TUJUAN KRITERIA HASIL
(NIC)
(NOC)

Nyeri akut Setelah 1605 Kontrol nyeri 1400 Manajemen Nyeri


berhubungan dilakukan Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian
dengan adanya tindakan tindakan keperawatan nyeri komprehensif
infiltrasi tumor selama lebih selama lebih dari 1 yang meliputi lokasi,
dari 1 jam, jam klien dapat karakteristik,
nyeri pasien mengatasi nyerinya onset/durasi,
bisa ditandai dengan : frekuensi, kualitas,
berkurang 1. Dapat mengenali intensitas atau
kapan nyeri terjadi beratnya nyeri dan
2. Klien dapat faktor pencetus
menggunakan 2. Berikan informasi
tindakan mengenai nyeri
pengurangan nyeri 3. Ajarkan prinsip-
tanpa analgesic prinsip manajemen
3. Klien melaporkan nyeri
perubahan terhadap 4. Kurangi atau eliminasi
gejala nyeri pada faktor-faktor yang
professional dapat mencetuskan
kesehatan nyeri dan
meningkatkan nyeri
4. Klien mengenali 5. Gali bersama pasien
apa yang terkait faktor-faktor yang
dengan gejala nyeri dapat menurunkan dan
5. Klien melaporkan memperberat nyeri
nyeri yang 6. Kolaborasi dengan
terkontrol pasien, orang terdekat
dan tim kesehatan
lainnya untuk memilih
dan
mengimplementasikan
tindakan penurun
nyeri non
farmakologi, sesuai
kebutuhan
Cemas Setelah Kriteria hasil : 4020 Pengurangan
berhubungan dilakukan Kecemasan
1. Klien mampu
dengan krisis intervensi 1. Gunakan pendekatan
mengidentifikasi
situasi ditandai keperawatan yang menenangkan dan
dan
dengan selama 1x45 meyakinkan
mengungkapkan
peningkatan menit 2. Jelaskan semua
gejala cemas.
ketegangan, diharapkan prosedur termasuk sensasi
2. Mengidentifikasi,
gemetar dan gelisah cemas yang dirasakan yang
mengungkapkan,
berkurang. mungkin akan dialami
dan
3. Berikan informasi
menunjukkan
factual terkait diagnosis,
teknik
perawatan dan prognosi
mengontrol
4. Berada disisi klien
cemas.
untuk meningkatkan rasa
3. Vital sign dalam
aman dan mengurangi
batas normal.
ketakutan
4. Postur tubuh,
5. Dengarkan klien
ekspresi wajah,
bahasa tubuh
dan tingkat
aktivitas 6. Kontrol stimulus untuk
menunjukkan kebutuhan klien yang
berkurangnya tepat
kecemasan
Ketidakseimbangan Setelah 1004 Status nutrisi 1100 Manajemen nutrisi
nutrisi kurang dari dilakukan Setelah dilakukan 1. Tentukan status gizi
kebutuhan tubuh tindakan tindakan keperawatan pasien dan
berhubungan keperawatan 31-45 menit status kemampuannya
dengan selama 31- nutrisi klien normal memenuhi kebutuhan
ketidakmampuan 45 menit, ditandai dengan : gizi
mengabsorbsi maka klien 1. Tidak ada masalah 2. Tentukan jumlah
nutrient ke jaringan memiliki pada asupan gizi, kalori dan jenis nutrisi
berat badan makanan dan yang dibutuhkan
yang ideal cairan untuk memenuhi
sesuai tinggi 2. Tidak adanya persyaratan gizi
badan kekurangan energy 3. Monitor kalori dan
3. Normalnya rasio asupan makanan
antara berat badan 4. Monitor
dan tinggi badan kecenderungan
4. 1014 Nafsu makan terjadinya penurunan
Setelah dilakukan dan kenaikan berat
tindakan keperawatan badan
31-45 menit nafsu 1240 Peningkatan berat
makan klien badan
meningkat ditandai
1. Monitor mual muntah
dengan :
2. Dukung peningkatan
1. Adanya keinginan
asupan kalori
untuk makan
3. Instruksikan cara
2. Meningkatnya
meningkatkan asupan
intake makanan,
kalori
nutrisi dan cairan
4. Kenali apakah
3. Tidak
penurunan berat
terganggunya
badan yang dialami
rangsangan untuk pasien merupakan
makan tanda penyakit
1015 Fungsi terminal
gastrointestinal 5. Instruksikan pasien
Setelah dilakukan dan keluarga
tindakan keperawatan mengenai target yang
31-45 menit fungsi realistis terkait
gastrointestinal penyakit dan
kembali normal peningkatan berat
ditandai dengan : badannnya
1. Tidak
terganggunya
nafsu makan
2. Tidak adanya nyeri
abdomen
3. Tidak adanya
refluks lambung
dan peningkatan
peristaltic
4. Klien tidak
mengalami mual
muntah
5. Tidak adanya
penurunan berat
badan
Gangguan citra Setelah 1200 Citra Tubuh 5220. Peningkatan Citra
tubuh berhubungan dilakukan 1. Gambaran internal Tubuh
perubahan pada intervensi diri 1. Gunakan bimbingan
bentuk tubuh keperawatan 2. Kepuasaan dengan antisipatif menyiapkan
karena proses selama 1x45 penampilan tubuh pasien terkait dengan
penyakit menit 3. Kepuasaan dengan perubahan-perubahan
diharapkan fungsi tubuh citra tubuh
gangguan
citra tubuh 4. Penyesuaian 2. Bantu pasien untuk
dapat terhadap perubahan mendiskusikan
berkurang. tampilan fisik perubahan-perubahan
5. Penyesuaian disebabkan adanya
terhadap perubahan penyakit atau
fungsi tubuh pembedahan
3. Monitor frekuensi dari
pernyataan mengkritisi
diri
4. Bantu pasien
mengidentifikasi
tindakan-tindakan yang
meningkatkan
penampilan
5. Dorong klien
mengungkapkan
perasaannya
6. Berikan dukungan
emosi klien
7. Anjurkan keluarga
klien untuk selalu
mendampingi klien
Perencanaan merupakan bagian proses keperawatan yang mengidentifikasi
masalah/ kebutuhan pasien, tujuan/ hasil perawatan, dan intervensi
untuk mencapai hasil yang diharapkan dan menangani masalah/ kebutuhan pasien.
(Doenges, Moorhouse, & Burley, 2000).

Menurut Nurarif & Kusuma (2013); Geissler, Doenges & Moorhouse (1999); Wijaya & Putri
(2013) menjelaskan bahwa perencanaan yang dapat diberikan pada pasien
dengan cancer mammae adalah :

a. Diagnosa 1 nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor Tujuan :

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri


berkurang atau dapat mentolerir nyeri.

Kriteria hasil :

1. Klien mampu mengontrol rasa nyeri.


2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri.

3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri).

4. Menyatakan merasa nyaman setelah nyeri berkurang

Rasional
Intervensi
1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Informasi memberikan data
secara komprehensif, dasar untuk mengevaluasi
termasuk lokasi, kebutuhan/ keefektifan

karakteristik, durasi, intervensi.

frekuensi, maupun kualitas.

2. Berikan pengalihan seperti 2. Memungkinkan pasien untuk


reposisi dan aktivitas berpartisipasi secara aktif
menyenangkan seperti
dan meningkatkan rasa
mendengarkan music atau
control.
menonton TV.

3. Evaluasi keefektifan control


3. Evaluasi dilakukan setelah
nyeri.
mengajarkan teknik pengalihan,
sehingga

mengetahui kebutuhan klien.


4. Kolaborasi dalam
4. Nyeri adalah komplikasi sering
pemberian analgetik.
dari kanker, meskipun respons
individual berbeda. Saat
perubahan penyakit/
pengobatan terjadi, penilaian
dosis dan pemberian akan

diperlukan.

b. Diagnosa 2 Cemas berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh

Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan cemas
berkurang.

Kriteria hasil :

1. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas.

2. Mengidentifikasi, mengungkapkan, dan menunjukkan teknik


mengontrol cemas.

3. Vital sign dalam batas normal.


4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya kecemasan.

Intervensi Rasional

1. Gunakan pendekatan yang 1. Pasien yang cemas memerlukan


menenangkan. teman dan ketenangan dalam

mengungkapkan
kecemasannya.

2. Prosedur, dampak dan segala


2. Jelaskan semua prosedur dan yang berkaitan dengan terapi
apa yang dirasakan diberikan. Hal ini membuat

selama prosedur. pasien tahu mengenai


dampaknya, dan dapat
mengambil keputusan yang

tepat.

3. Memberikan kesempatan

3. Dorong pasienuntuk untuk memeriksa rasa takut realistis


serta kesalahan konsep
mengungkapkan perasaan,
tentang diagnosis.
ketakutan, persepsi.
4. Bantu pasien/ orang 4. Keterampilan koping sering

terdekat dalam mengenali dan rusak setelah diagnosis dan

mengklarifikasi rasa takut selama fase pengobatan yang

untuk memulai
berbeda. Dukungan dan
mengembangkan strategi
konseling sangat diperlukan
koping untuk menghadapi
untuk individu mengenal dan
rasa takut. menghadapi rasa takut.

5. Jelaskan semua prosedur dan 5. Memungkinkan pasien


apa yang dirasakan
membuat keputusan sesuai
selama prosedur. realita.

c. Diagnosa 3 resiko infeksi nosokomial berhubungan dengan lingkungan operasi


Tujuan :

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan infeksi


tidak terjadi.

Kriteria hasil :

1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi.


2. Jumlah leukosit berada pada batas normal.
3. Klien mampu mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam tindakan pencegahan
infeksi.

Intervensi Rasional

1. Bersihkan lingkungan 1. Lingkungan yang bersih

setelah dipakai pasien lain. meminimalkan jumlah

bakteri.
2. Cuci tangan sebelum 2. Lindungi pasien dari sumber-
melakukan tindakan. sumber infeksi,

Pengunjung juga dianjurkan seperti pengunjung dan staf


melakukan hal yang sama. yang mengalami ISK.
3. Monitor temperatur. 3. Peningkatan suhu terjadi karena
berbagai faktor, misalnya efek
samping

kemoterapi, proses penyakit,


4. Tingkatkan istirahat
atau infeksi.
adekuat/ periode latihan.
4. Membatasi keletihan,
mendorong gerakan yang cukup
5. Kolaborasi dalam
untuk mencegah
pemberian antibiotik.
komplikasi.

5. Diberikan secara profilaktik


pada pasien dengan

imunosupresi.

d. Diagnosa 4 Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan


berhubungan dengan kurangnya informasi.

Tujuan :

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan pasien


dapat mengetahui tentang penyakitnya.

Kriteria hasil :

1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,


prognosis dan program pengobatan.

2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara


benar.

3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan


perawat/ tim kesehatan lainnya.

Intervensi Rasional
1. Berikan penilaian tentang 1. Memvalidasi tingkat pemahaman
tingkat pengetahuan pasien saat ini, dan
tentang proses penyakit
memberikan dasar
yang spesifik. pengetahuan diamana pasien

membuat keputusan

berdasarkan informasi.

2. Jelaskan patofisiologi dari 2. Informasi akurat dan mendetil


penyakit dan hubungannya dapat membantu
dengan anatomi fisiologi menghilangkan ansietas dan
dengan cara yang tepat. mebmbuat keputusan.

3. Diskusikan perubahan gaya 3. Gaya hidup member pengaruh


hidup yang mungkin yang penting

diperlukan untuk mencegah dalam mencegah


komplikasi di masa yang akan
komplikasi.
datang.

4. Minta pasien untuk umpan 4. Kesalahan konsep tentang


balik verbal, dan perbaiki
kanker lebih mengganggu
kesalahan konsep tentang tipe
kanker dan pengobatan. dari kenyataan dan

mempengaruhi pengobatan.

e. Diagnosa 5 Kerusakan integritas Kulit berhubungan dengan pengangkatan bedah


kulit/ jaringan.

Tujuan :

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam waktu


penyembuhan kulit meningkat.

Kriteria hasil :

1. Perfusi jaringan baik.


2. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah
terjdinya cedera berulang.
3. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan
perawaatan alami.

Intervensi Rasional

1. Kaji balutan/ luka untuk 1. Penggunaan balutan


karakteristik drainase. Monitor tergantung luas pembedahan
jumlah edema, kemerahan,
dan penutupan luka. Drainase
dan nyeri pada insisi dan
terjadi ketika trauma prosedur
lengan, serta suhu.
dan manipulasi banyak

pembuluh darah dan limfatik

pada area tersebut. Pengenalan


dini terjadi ketika infeksi dapat
memampukan pengobatan

dengan cepat.

Tempatkan pada posisi 2. Membantu drainase cairan

2. semifowler. melalui gravitasi.


Jangan melakuka 3. Meningkatkan potensial

3. pengukuran TD, injeksi konstriksi , infeksi, dan


obat, atau memasukkan IV limfedema pada posisi yang
pada lengan ynag sakit.
sakit.
Anjurkan untuk memakai 4. Menurunkan tekanan pada
4. pakaian yang tidak sempit/ jaringan yang terkena, yang
ketat, perhiasan atau jam
dapat memperebaiki
tangan pada tangan yang
sirkulasi/ penyembuhan.
sakit.

f. Diagnosa 6 Gangguan gambaran tubuh berhubungan dengan mastektomi Tujuan


:

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 24 jam citra tubuh kembali


efektif.
Kriteria hasil :

1. Gambaran tubuh positif.


2. Mampu mengidentifikasi kekuatan personal.
3. Mendiskripsikan secara factual perubahan fungsi tubuh.
4. Mempertahankan interaksi sosial.

Intervensi Rasional

1. Kaji secara verbal dan 1. Dapat menyatakan


nonverbal respon klien bagaimana pandangan diri
terhadap tubuhnya. pasien pada perubahan.

2. Jelaskan tentang 2. Dapat menyatakan masalh


pengobatan, perawatan, penyakit sehingga membantu
kemajuan dan prognosis
dalam mengambil
penyakit. keputusan.
3. Dorong klien 3. Kehilangan bagian tubuh,
mengungkapkna perasaannya. menerima kehilanga hasrat
seksual sehingga pasien
membuat rencana untuk
4. Fasilitasi kontak dengan
masa depan.
individu lain dalam
4. Memberikan tempat untuk
kelompok keci. pertukaran masalah dan
perasaan dengan orang lain
yang mengalami pengalaman

yang sama dan

mengidentifikasi cara orang


terdekat dapat memudahkan
penyembuhan pasien.

g. Diagnosa 7 ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan hipermetabolisme pada jaringan Tujuan :

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selam 3 x 24 jam, diharapkan nutrisi


terpenuhi atau adekuat.
Kriteria hasil :

1. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.


2. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan.

3. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.

Intervensi Rasional

1. Pantau masukan makanan 1. Mengidentifikasi kekuatan/


seiap hari. defisiensi nutrisi.
2. Ukur tinggi badan, berat 2. Membantu dalam identifikasi
badan, dan ketebalan lipatan malnutrisi protein-kalori,
kulit trisep. khususnya bila berat badan dan
hasil antropometrik kurang dari
normal.

3. Ciptakan suasana makan yang 3. Membuat waktu makan lebih


menyenangkan, yang dapat
menyenangkan.
meningkatkan masukan.
4. Sering sebagai distress emosi,
4. Dorong komunikasi terbuka
khususnya untuk orang terdekat
mengenai masalah anoreksia.
yang menginginkan member
makan pasien dengan sering.
5. Memberikan rencana diet khusus
5. Kolaborsi denga ahli gizi untuk untuk memenuhi kebutuhan
menentukan jumlah kalori dan individu dan menurunkan
nutrisi yang dibutuhkan pasien. masalah berkenaan dengan
malnutrisi protein/ kalori dan
defisiensi mikronutrien.

DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. 2015. Breast cancer facts and figure 2015-2016. Diambil dari
https://www.cancer.org/content/dam/cancer-org/research/cancer-facts-and-
statistics/breast-cancer-facts-and-figures/breast-cancer-facts-and-figures-2015-
2016.pdf [diakses pada 8 januari 2018].
Buku saku dokter. 2017.Ca mammae atau Ca mammae. Diambil dari
https://bukusakudokter.org/2012/11/04/ca-mamae-kanker-payudara/ [Diakses pada 8
Januari 2018].
Kementerian Kesehatan RI. (2017). Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara.
http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKPayudara.pdf. [diakses tanggal 8 Januari
2018].
Adji, Suwandono. 2010. Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta: EGC.

Brunner & Suddarth. 2005. Keperawatan Medikal Bedah Vol 2. Jakarta : EGC

Karsono, bambang. 2006. Aspek Selular dan Molekular Kanker, Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid V Edisi II. Jakarta: Interna Publishing.

Kusuma, Wayan. 2011. Ca Mammae atau Kanker Payudara Skenario Kasus D (Online)
(http://sumber93.co.id/2015/05/ca-mammae-atau-kanker-payudara-
Cskenario.html).Diakses tanggal 26 Oktober 23.15.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius

Marilyan, Doenges E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman untuk perencanaan


dan pendokumentasian perawatyan px) Jakarta : EGC

Tasripiyah, Anis S., 2012. Hubungan Koping Dan Dukungan Sosial Dengan Body Image
Pasien Kanker Payudara Post Mastektomi Di Poli Bedah Onkologi Rshs Bandung.
Students E-Journals Vol. 1 No.1 Universitas Padjadjaran.

Wijaya, Andra S,. 2013. KMB 2, Keperawatan Medikal Bedah, Keperawatan Dewasa
Dilengkapi Contoh Askep.Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai