Anda di halaman 1dari 11

Tatalaksana dan Diagnosis Banding Caput Succadaneum

Krisna Fernanda Suryaputra


102017103 / A8
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
Email : krisna.2017fk103@civitas .ukrida.ac.id
Abstrak
Trauma lahir merupakan salah satu penyebab kematian pada bayi baru lahir. Salah satu jenis
trauma lahir di kepala adalah caput succedaneum dimana terdapat kumpulan cairan edema di
antara lapisan kulit dan periosteum. Manifestasi klinis utamanya berupa benjolan di kepala yang
melewati garis sutura kranialis dan dapat tampak kemerahan. Caput succedaneum memiliki
kemiripan dengan subgleal hematoma dan cephalohematoma, namun caput succedaneum tidak
bersifat fatal dan dapat sembuh sendiri. Diperlukan observasi ketat dalam menangani kasus
tersebut agar tidak terjadi komplikasi lain.

Kata Kunci : benjolan, caput succedaneum, trauma lahir

Abstract

Birth injury is one of the cause of mortality in neonates. One type of birth injury on the head is
caput succedaneum in which there is an accumulation of edema fluid in between the cutaneous
tissue and periosteum. The main clinical manifestation is a swelling in the scalp that crosses the
facial suture lines and visibly red. Caput succedaneum has some similarities with subgleal
hematoma and cephalohematoma, however caput succedaneum is not fatal and self limited.
Strict observation is needed in handling this case so that there will be no other complications.

Key words: swelling, caput succedaneum, birth injury

1
Latar Belakang

Saat ini, trauma lahir masih menjadi salah satu penyebab kematian pada bayi baru lahir

walaupun sudah ada kemajuan di bidang pelayanan kesehatan obstetric. Trauma lahir adalah

trauma mekanik yang terjadi saat proses kelahiran. Bagian kepala dari bayi seringkali mudah

terkena trauma saat kelahiran sehingga menghasilkan bentuk yang tidak normal. Ada beberapa

faktor risiko yang berperan dalam kejadian trauma lahir antara lain faktor ibu yang berkaitan

dengan jalan lahir, faktor bayi yang berkaitan dengan besar dan posisi terhadap jalan lahir, dan

faktor luar seperti penggunaan alat bantu dalam proses melahirkan. Suatu penelitian menyatakan

insiden trauma lahir sebesar 6-8 kasus per 1000 kelahiran hidup dan kurang dari 2% kematian

bayi disebabkan karena trauma lahir. Walaupun angkanya yang tergolong kecil, trauma lahir

perlu mendapatkan perhatian karena dapat berakibat fatal ataupun menyebabkan cacat yang

berpengaruh dalam perkembangan hidupnya.1 Melalui tulisan ini, diharapkan pembaca dapat

memahami beberapa jenis trauma kelahiran terutama yang mengenai kepala serta tatalaksananya.

Skenario

Bayi dengan usia kehamilan 40 minggu lahir via vacuum dari seorang ibu yang menderita DM

gestational dengan berat badan lahir 4300 g.

Setelah lahir, bayi akrosianotik, menangis spontan, aktif, LDJ120x per menit, frekuensi nafas

50x per menit regular. Pada pemeriksaan fisik, bentuk kepala tidak simetris dan ditemukan

benjolan lunak dengan diameter ± 3cm yang melewati sutura kranialis. Saat kontrol lahir, bayi

berusia 7 hari, kedua orang tua kuatir dengan kondisi tersebut dan meminta penjelasan dokter.

Rumusan Masalah

2
Bayi berusia 7 hari dengan bentuk kepala tidak simetris dan adanya benjolan lunak

dengan diameter ± 3cm yang melewati sutura kranialis.

Penilaian APGAR Score

Penilaian APGAR skor merupakan metode cepat untuk mengevaluasi bayi baru lahir dan

atau responnya terhadap resusitasi. Penilaian APGAR skor dilakukan pada 1 menit pertama dan

5 menit pertama setelah kelahiran. APGAR skor menilai 5 parameter fisiologis pada bayi baru

lahir antara lain warna, laju denyut jantung, reflex, tonus otot, serta respirasi. Setiap komponen

yang dinilai memiliki nilai antara 0,1, atau 2. 2,3 (lihat tabel 1)

Tabel 1. Kriteria Penilaian APGAR Skor.3

Tanda 0 1 2
Frekuensi jantung Tidak ada < 100 kali/menit >100 kali/menit
Usaha bernapas Tidak ada Lambat Menangis kuat,
pernapasan baik
Tonus otot Lemah / tidak ada Ekstremitas fleksi Gerakan aktif,
sedikit menangis

Refleks Tidak bereaksi Meringis / Meringis / bersin /


menangis lemah batuk saat stimulasi
saat stimulasi
Warna kulit Seluruh tubuh Tubuh kemerahan, Seluruh tubuh dan
biru/pucat ekstremitas atas dan ekstremitas
bawah biru kemerahan

3
Pada komponen warna, bayi akan mendapat nilai 0 jika bayi tersebut biru/pucat. Jika bayi

berwarna pink disertai sianosis perifer, maka akan mendapat nilai 1. Jika seluruh tubuh bayi

berwarna pink, maka akan mendapat nilai 2. Penilaian perlu dilakukan dengan hati-hati terutama

pada bayi non kulit putih.2

Komponen laju denyut jantung dilakukan menggunakan stetoskop dan merupakan bagian

penting untuk menentukan apakah perlu dilakukan resusitasi atau tidak. Jika tidak terdengar

suara jantung, maka nilainya 0. Jika laju denyut jantung < 100x/menit, maka nilainya 1 dan jika

lajut denyut jantung >100x/menit, maka nilainya 2.2

Pada komponen reflex, bayi dinilai dari respon reflex atau eksperi wajah seperti

menyeringai (grimace) terhadap suatu stimulus. Jika tidak ada respon terhadap stimulasi, maka

nilainya adalah 0. Jika terdapat ekspresi wajah menyeringai/grimace atau adanya sedikit gerakan

terhadap stimulus, maka nilainya 1. Jika bayi menangis keras saat lahir, maka nilainya 2.2

Pada komponen tonus otot, jika bayi terlihat lemas tanpa aktivitas makan nilainya 0. Jika

bayi dapat melakukan beberapa gerakan fleksi, maka nilainya adalah 1. Jika bayi dalam keadaan

aktif, maka nilainya adalah 2.2

Pada komponen respirasi, jika bayi tidak bernafas maka nilainya 0. Jika pernafasan lemah

dan irregular, nilainya 1. Jika bayi menangis makan nilainya 2.2

Pada skenario, diketahui bayi akrosianotik, menangis spontan, aktif, LDJ 120x/menit, dan

frekuensi nafas 50x/menit. Maka nilai APGAR skor secara berurutan adalah 1, 2, 2, 2, 2.

Sehingga total nilai APGAR skornya adalah 9.

4
Penilaian Maturity Index

Skor Ballard adalah suatu sistem penghitungan untuk mengetahui usia gestasi bayi baru

lahir berdasarkan penilaian neuromuscular dan fisik. Terdapat beberapa kriteria dalam penilaian

yang nantinya diberikan skor untuk masing-masing kelompok. Total nilai akan ditambahkan dan

dapat menentukan usia gestasi.(lihat gambar 1) Idealnya, penilaia ini dilakukan saat usia bayi 2

minggu dan akan lebih akurat jika dinilai saat umur bayi 30-42 jam. Usia kehamilan yang cukup

adalah 37-42 minggu.4,5

Gambar 1: Penilaian Ballard.

5
Working Diagnosis

Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pada skenario, maka working

diagnosis yang diambil pada kasus ini adalah caput succedaneum.

Etiopatogenesis

Caput succedaneum merupakan kumpulan cairan edema diatas periostemum diantara

lapisan kulit kepala terluar dan jaringan subkutaneus. Ini terjadi karena adanya adanya tekanan

tinggi yang diberikan kepada kepala bayi saat proses melahirkan oleh dinding vagina dan uterus

saat berusaha melewati cervix. Tekanan ini menyebabkan infliltrasi cairan serosanguinous ke

atas periosteum dan dibawah dari kulit.6,7 (lihat gambar 2)

Gambar 2: Gambaran Dasar Trauma Lahir di Kepala.7

Epidemiologi

Prevalensi yang ditemukan adalah 1.8% sampai 33.6% dari kelahiran pervaginam

mengalami kejadian ini dengan faktor risiko umumnya adalah nuliparitas dan penggunaan alat

bantu persalinan vakum.8

6
Manifestasi Klinis

Caput succedaneum dideskripsikan sebagai benjolan lunak dengan bentuk irregular dan

melewati garis sutura kranialis. Karena pembengkakkan berada dibawah kulit, sering ditemukan

kemerahan atau ptekiae.7,9 (lihat gambar 3)

Gambar 3: Caput Succedaneum.4

Tatalaksana, Komplikasi, dan Prognosis

Pembengkakkan dapat menghilang sendiri kurang lebih 4-6 hari, sehingga tidak

diperlukan tatalaksana apapun. Namun, jika bengkak tidak menghilang atau jika menjadi lebih

besar atau adanya gejala neurologis, disarankan untuk melakukan pemeriksaan radiologi di

kepala. Beberapa komplikasi dapat terjadi antara lain luka pada kulit, alopecia, dan infeksi

sistemik, namun sangatlah jarang.2,7,9

Diagnosis Banding

7
Beberapa trauma kelahiran lain yang mirip dengan caput succedaneum antara lain

subgleal hematoma dan cephalohematoma.4,6,7,8,9(lihat tabel 2)

Tabel 2. Diagnosis Banding Caput Succedaneum.

Caput Succedaneum Subgleal Hematoma Cephalohematoma

Kumpulan cairan Kumpulan darah di ruangan Kumpulan darah dibawah

edema/seroanguinous di jaringan areola antara galea lapisan periosteum yang

antara lapisan kulit dan aponeurotica dan periosteum disebabkan oleh karena

periosteum yang dikarenakan pecahnya vena.

Dapat terjadi pada kelahiran Dapat terjadi pada kelahiran Dapat terjadi pada kelahiran

normal ataupun dengan normal ataupun dengan alat normal ataupun dengan alat

menggunakan alat bantu bantu vakum. bantu vakum atau forceps.

vakum.
Sangat jarang terjadi.

Benjolan lunak yang Benjolan berisi darah yang Benjolan tidak langsung

melewati garis sutura melewati garis sutura muncul pada saat kelahiran

kranialis. kranialis. dan baru berkembang

beberapa jam hingga hari


Kadang kemerahan atau Gejala klinis lainnya adalah
setelah melahirkan dan akan
disertai ptekiae. takikardi, hematocrit turun,
membaik 3-4 minggu.
dan OFC yang meningkat

pada 24-48 jam pertama Benjolan unilateral, biasanya

8
kehidupan. di daerah parietal.

Tidak ada perubahan warna

kulit.

Tidak melewati garis sutura

kranialis.

Tatalaksana hanya berupa Bersifat fatal Tatalaksana awal hanya

observasi. berupa observasi.


Tatalaksana awal bersifat

Prognosis baik. observasi ketat karena Dapat terjadi komplikasi

komplikasinya. antara lain kalsifikasi darah,

osteomyelitis, dan deformitas


Komplikasi yang sering
tulang.
terjadi adalah syok

hipovolemik dan dapat diatasi

dengan transfusi PRC atau

FFP.

9
Kesimpulan

Berdasarkan kasus dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bayi dalam skenario

mengalami trauma lahir di daerah kepala berupa caput succedaneum. Namun, tidak menutup

kemungkinan dapat berupa subgleal hematoma atau cephalohematoma. Pemeriksaan penunjang

lebih lanjut dan observasi yang ketat diperlukan dalam perawatan bayi tersebut.

10
Daftar Pustaka

1. Widiyati MMT, Wibowo SWT, Haksari EL. Faktor risiko trauma lahir. Sari Pediatri
2014;15(5):294-5.
2. Simon LV, Hashmi MF, Bragg BN. APGAR Score. [Updated 2020 Jan 25]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470569/
3. Marcdante KJ, Kliegman RM. Nelson essentials of pediatrics. 7 th edition. Philadelphia:
Elsevier; 2015.
4. Lissauer T, Fanaroff AA, Miall L, Fanaroff J. Neonatology at a glance. 3 rd edition.
Chichester: John Wiley & Sons; 2016.
5. Fox G, Hoque N, Watts T. Oxford handbook of neonatology. 2 nd edition. Oxford: Oxford
University Press; 2017.
6. Dumpa V, Kamity R. Birth Trauma. [Updated 2019 Dec 31]. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Diunduh dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539831/ . Diunduh pada 25 April 2020
7. Nicholson L. Caput succedaneum and cephalohematoma: the cs that leave bumps on the
head. Neonatal Network. 2007 Sep 1;26(5):277-81. Diakses di
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=11&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwj6tr6mi
4PpAhVHH7cAHRr5AcoQFjAKegQIBhAB&url=http%3A%2F
%2Fwww.academyofneonatalnursing.org%2FNNT
%2FNervous_Caput.pdf&usg=AOvVaw1Mf8Qyo8gJ1i5o6c_8ybRZ . Diakses pada
tanggal 25 April 2020.
8. Habert MJ, Pardo CA. Swaiman’s pediatric neurology: neonatal nervous system trauma.
Edisi ke-6. Philadephia: Elsevier; 2017.
9. Ojumah N, Ramdhan RC, Wilson C, Loukas M, Oskouian RJ, Tubbs RS. Neurological
Neonatal Birth Injuries: A Literature Review. Cureus. 2017;9(12):e1938. Published 2017
Dec 12. doi:10.7759/cureus.1938

11

Anda mungkin juga menyukai