Anda di halaman 1dari 30

Neonatus Kurang Bulan Kecil Masa Kehamilan dan Berat Badan Lahir Rendah dengan

Respiratory Distress Syndrom


Natalie Deskla Pattiasina

102015017

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta

Alamat Korespondensi: Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510, Indonesia

Email: natalie.2015fk017@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Terdapat macam-macam faktor yang menyebabkan bayi lahir prematur. Kelahiran bayi
premature yaitu bawah dari 37 minggu mempunyai mempunyai risiko untuk menghadapi
komplikasi. Antara kompliksai yang bisa terjadi adalah respiratory distress syndrome (RDS).
Tujuan tinjauan pustaka ini adalah untuk memberikan informasi tentang kelahiran premature
dan respiratory distress syndrome. Peninjauan sistematis literatur telah dilakukan dengan
menggunakan kata-kata berikut: respiratory distress syndrome, premature, berat badan lahir
rendah (BBLR). Hasil penelitian menunjukkan bahawa bayi lahir prematur mempunyai risiko
yang tinggi untuk mengalami RDS.

Kata kunci: respiratory distress syndrome, premature, berat badan lahir rendah (BBLR).

Abstract

There are several factors that causes premature birth. Premature baby which is less than 37
weeks gestation have higher risk of postpartum complications. One the complication is
respirator distress syndrome (RDS). The purpose of this literature review is to provide
information about premature labor and respiratory distress syndrome. A systematic review of
the literature performed by using the following words: RDS, premature labor, low birth weight.
The results showed that premature baby have high risk of having RDS.

Key word: respiratory distress syndrome, premature labor, low birth weight.

1
Pendahuluan

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat
lahir kurang dari 2500 gram. Bayi lahir rendah mungkin prematur (kurang bulan), mungkin
juga cukup bulan. Pada tahun 1961, WHO mengganti istilah bayi prematur dengan Bayi Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) karena disadari tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari
2500 gram pada waktu lahir adalah bayi prematur.1
Bayi lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor yang
mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi
berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang
selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi.1
RDS (Respiratory Distress Syndrome) atau disebut juga Hyaline membrane disease
merupakan hasil dari ketidak-maturan dari paru-paru dimana terjadi gangguan pertukaran gas.
Berdasarkan perkiraan 30 % dari kematian neonatus diakibatkan oleh RDS atau komplikasi
yang dihasilkannya.

Pembahasan

Anamnesis

Perdarahan pervaginam merupakan tanda terjadinya suatu bahaya pada kehamilan, oleh
karena itu harus segara ditangani dengan melahirkan bayi. Setelah bayi berhasil dilahirkan
maka segera dilakukan anamnesis pada pasien. Anamnesis terdiri dari identitas pasien, keluhan
utama, keluhan penyerta, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, keadaan
lingkungan, keluarga, dan sosial.

Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan pada pasien, antara lain: 1. Menstruasi


pertama kali usia berapa, teratur atau tidak. 2. Sebelumnya sudah pernah hamil atau belum. 3.
Adakah riwayat aborsi atau perdarahan pada kehamilan sebelumnya. 4. Apakah pasien sedang
terinfeksi suatu penyakit. 5. Mengkonsumsi obat-obatan. 6. Ditanyakan juga mengenai
lingkungan sekitarnya apakah ada yang merokok atau apakah pasien tersebut merokok.7.
Adakah riwayat melahirkan prematur pada pasien teresebut. 8. Apakah dari vaginanya pernah
keluar sekret yang encer. 9. Sebelum pendarahan apakah pasien melakukan aktivitas yang berat
atau terantuk oleh benda yang keras. 10. Apakah selama hamil pasien merasakan nyeri pada
daerah perutnya. 2

2
Pemeriksaan fisik

Tampilan

Pertama-tama, tampilan umum bayi harus dievaluasi. Tanda-tanda seperti sianosis,


pelebaran cuping hidung, retraksi interkostal, dan mendengkur memberi kesan adanya penyakit
paru. Tali pusat, kuku dan kulit yang ternodai oleh mekonium, memberi kesan distress janin
dan kemungkinan pneumonia aspirasi. Tingkat aktivitas spontan, tonus otot pasif, kualitas
menangis, dan apnea merupakan tanda skrinning yang berguna untuk mengevaluasi keadaan
sistem saraf pada mulanya. 3

Keadaan umum

Keadaan umum dimulai dengan penilaian keadaan umum pasien yang mencakup 1.
Kesan keadaan sakit. 2. Kesadaran pasien. 3. Status gizi pasien. Dengan penilaian keadaan
umum maka dapat diperoleh kesan apakah pasien dalam keadaan akut yang memerlukan
perolongan segera atau pasien dalam keadaan relatif stabil sehingga dapat dilakukan anamnesis
secara lengkap baru dilakukan pertolongan.

Kesan keadaan sakit dinilai dengan melihat apakah pasien tampak tidak sakit, sakit
ringan, sakit sedang, atau sakit berat. Kesan tersebut diambil dengan penilaian penampakan
pasien secara keseluruhan. Kesan keadaan sakit tidak selalu identik dengan keparahan penyakit
yang diderita. Wajah pasien harus diperhatikan karena dari wajah tersebut dapat memberikan
informasi tentang keadaan klinis pasien. Selain itu, posisi pasien serta aktivitasnya harus dinilai
dengan baik. Apakah pasien datang berjalan, duduk, tiduran aktif, tiduran pasif, atau
mengambil posisi abnormal tertentu. Melalui posisi dan aktivitas tersebut dapat diketahui
kelainan atau keparahan penyakit yang diderita oleh pasien.

Kesadaran dapat diperiksa jika pasien dalam keadaan sadar. Penilaian kesadaran terdiri
dari 1. Komposmentis yaitu pasien sadar sepenuhnya dan memberi respon adekuat terhadap
semua stimulus yang diberikan. 2. Apatik yaitu pasien dalam keadaan sadar, tetapi acuh tak
acuh terhadap keadaan sekitarnya dan baru memberikan respon ketika diberikan stimulus. 3.
Somnolen yaitu pasien tampak mengantuk, selalu ingin tidur, tidak responsif terhadap stimulus
ringan tetapi masih memberikan respon terhadap stimulus yang agak keras tetapi kemudian
tertidur lagi. 4. Sopor yaitu pasien tidak memberikan respon ringan maupun sedang tetapi
masih memberikan sedikit respon terhadap stimulus yang kuat, reflek pupil terhadap cahaya
masih kuat.. 5. Koma yaitu pasien tidak dapat bereaksi terhadap stimulus apapun. 6. Delirium

3
yaitu kesadaran yang menurun secara kacau, biasanya disertai dengan disorientasi, iritatif, dan
salah persepsi terhadap rangsangan sensorik hingga sering terjadi halusinasi.3

Status gizi pasien secara klinis dilakukan terutama dengan inspeksi dan palpasi. Melalui
inspeksi dapat dinilai postur tubuh pasien. Selain status gizi, pasien juga harus diperiksa tanda-
tanda vital yang mencakup nadi, tekanan darah, pernafasan, dan suhu. Dalam melakukan
pemeriksaan terhadap nadi, pemeriksaan mencakup a. Frekuensi atau laju nadi. Penghitungan
nadi harus disertai dengan penghitungan laju jantung untuk menyingkirkan kemungkinan
terdapatnyaa pulsus defisit. Pada orang demam dengan kenaikan suhu badan 1°C diikuti oleh
kenaikan denyut nadi sebanyak 15-20x/menit. Akan tetapi, kenaikan denyut nadi tersebut
tergantung pada penyakit yang diderita oleh pasien. b. Irama nadi. Dalam keadaan normal,
irama nadi adalah teratur. Jika terjadi aritmia yaitu ketidakteraturan nadi, denyut nadi teraba
lebih cepat pada waktu inspirasi dan lebih lambat pada waktu ekspirasi. Akan tetapi, keadaan
tersebut merupakan keadaan normal yang menunjukkan adanya cadangan jantung. Dapat pula
dijumpai keadaan yang disebut sebagai ketidakteraturan yang teratur seperti nadi yanng teraba
sepasang-sepasang atau teraba sebagai kelompok tiga. c. Isi atau kualitas nadi. Dalam
pemeriksaan kualitas nadi dapat dijumpai adanya nadi yang teraba sangat kuat dan turun
dengan cepat akibat tekanan nadi yang besar. d. Ekualitas nadi. Dalam keadaan normal, isi nadi
teraba sama pada keempat ekstremitas. Melalui pemeriksaan tanda-tanda vital, dapat diketahui
kelainan-kelainan yang mungkin di derita oleh pasien.

Pengukuran tekanan darah yang dilakukan pada satu ekstremitas, yang umumnya
dipergunakan adalah lengan kanan atas untuk menghindari kesalahan akibat terdapatnya
koarktasio aorta sebelah proksimal dari arteri subklavia kiri yang menyebabkan tekanan darah
pada lengan kanan tinggi dan tempat lain rendah. Ketika melakukan pengukuran tekanan darah
hendaknya dicatat keadaan pasien ketika melakukan pemeriksaan karena keadaan tersebut
dapat mempengaruhi hasil dan penilaiannya. Pernafasan yang harus diperiksa pada pernafasan
pasien mencakup a. Laju pernafasan. b. Irama atau keteraturan. c. Kedalaman. d. Tipe atau pola
pernafasan.

Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan pada aksila, mulut pada bawah lidah, dan
rektum. Jika dari hasil pemeriksaan suhu tubuh di dapatkan hasil diatas normal yaitu diatas
37°C maka pasien harus ditangani dengan segera begitupun jika didapatkan hasil dibawah
37°C.3

4
APGAR Score

Apgar score merupakan suatu penilaian terhadap bayi pada satu menit pertama untuk
mengetahui keadaan bayi. Yang dinilai ialah warna kulit (appearance), frekuensi jantung
(pulse), reaksi rangsangan (grimace), tonus otot (activity), pernafasan (respiratory).4

Tabel 1. Skor APGAR pada bayi baru lahir

Tanda Vital 0 1 2

Denyut Jantung Tidak terdengar < 100/menit >100/menit

Pernapasan Hilang Lambat/ tidak Normal/ bayi


teratur/ lemah menangis

Tonus Otot Lemah/ tidak ada Lengan dan kaki Bergerak aktif dan
gerakan dalam posisi fleksi spontan
dengan sedikit gerak

Respon Refleks Tidak ada respon Wajah meringis saat Meringis, batuk,
terhadap stimulasi distimulasi menangis atau bersin
saat stimulasi

Warna Kulit Biru seluruh tubuh Badan merah muda, Seluruhnya merah
ekstermitas biru muda

Setiap penilaian diberi angka 0,1,2. Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui apakah bayi
tersebut bayi normal (virgorus baby = nilai apgar 7-10), asfiksi sedang ringan (nilai apgar 4-6)
atau bayi menderita asfiksi berat (nilai apgar 0-3). Jumlah skor rendah pada tes menit pertama
dapat menunjukkan bahwa bayi yang baru lahir ini membutuhkan perhatian medis lebih lanjut
tetapi belum tentu mengindikasikan akan terjadi masalah jangka panjang, khususnya jika
terdapat peningkatan skor pada tes menit kelima . Tujuan apgar adalah untuk menentukan
dengan cepat apakah bayi baru lahir tersebut membutuhkan penanganan medis segera.5

5
Tabel Klasifikasi Klinik Nilai APGAR Score.
No. Klasifikasi Nilai APGAR

1 Asfiksia Berat Nilai apgar = 0-3

Memerlukan resusitasi segera secara aktif dan


pemberian oksigen. Jika terjadi asidosis maka
diberikan Natrium Bikarbonat 7,5 % dengan
dosis 2,4 ml/kgBB dan cairan glukosa 40 % 1-
2 ml/kgBB diberikan via vena umbilikus.

2 Asfiksia Ringan-Sedang Nilai apgar = 4-6

Memerlukan resusitasi dan pemberian


oksigen sampai bayi bernafas normal kembali.

3 Bayi normal atau sedikit asfiksia Nilai apgar = 7-9

4 Bayi normal Apgar score = 10

Bayi tersebut lahir pada 33 minggu kehamilan. Ini termasuk dalam kelahiran premature.
Kehamilan normal bervariasi antara 37 minggu ke 40 minggu dan kelahiran lambat apabila
sudah melewati 41 minggu kehamilan.
Apabila bayi lahir premature, dokter harus meninai kematangan bayi yang baru lahir
dengan menilai kriteris-kriteria tertentu seperti penilaina neuromuscular dan penilaian fisik.
Dalam melakukan penilaian ini, dokter sering menggunakan ballard score.6

Maturity Index (Ballard Score)


Ballard score merupakan suatu versi sistem Dubowitz. Pada prosedur ini penggunaan
kriteria neurologis tidak tergantung pada keadaan bayi yang tenang dan beristirahat, sehingga
lebih dapat diandalkan selama beberapa jam pertama kehidupan. Penilaian menurut Ballard
adalah dengan menggabungkan hasil penilaian maturitas neuromuskuler dan maturitas fisik.
Kriteria pemeriksaan maturitas neuromuskuler diberi skor, demikian pula kriteria pemeriksaan
maturitas fisik. Jumlah skor pemeriksaan maturitas neuromuskuler dan maturitas fisik
digabungkan, kemudian dengan menggunakan tabel nilai kematangan dicari masa
gestasinya.4,5

6
Maturitas Fisik

Keterangan :
Kulit
Pematangan kulit janin melibatkan pengembangan struktur intrinsiknya bersamaan
dengan hilangnya bertahap lapisan pelindung, yang kaseosa vernix. Oleh karena itu,
mengental, mengering dan menjadi kusut dan / atau kulit, dan mungkin mengembangkan ruam
sebagai pematangan janin berlangsung. Fenomena ini dapat terjadi di berbagai langkah pada
janin individu tergantung di bagian atas kondisi ibu dan lingkungan intrauterin. Sebelum
pengembangan epidermis dengan perusahaan stratum korneum, kulit transparan dan mematuhi
agak ke jari pemeriksa. Kemudian menghaluskan, mengental dan menghasilkan pelumas,
dengan vernix, yang menghilang menjelang akhir kehamilan.
Pada jangka panjang dan pasca-panjang, janin dapat mengalihkan mekonium ke dalam
cairan ketuban. Hal ini dapat menambahkan efek untuk mempercepat proses pengeringan,
menyebabkan mengelupas, retak, dehidrasi, dan menanamkan sebuah perkamen, kemudian
kasar, penampilan untuk kulit. Untuk tujuan penilaian, alun-alun yang menggambarkan kulit
bayi yang paling dekat harus dipilih.

7
Lanugo
Lanugo adalah rambut halus menutupi tubuh janin. Dalam ketidakdewasaan ekstrim,
kulit tidak memiliki apapun lanugo. Hal ini mulai muncul di sekitar minggu 24 sampai 25 dan
biasanya berlimpah, terutama di bahu dan punggung atas, pada minggu 28 kehamilan.
Penipisan terjadi pertama di atas punggung bawah, mengenakan pergi sebagai kurva tubuh
janin maju ke posisinya matang, tertekuk. Daerah kebotakan muncul dan menjadi lebih besar
dari daerah lumbo-sakral. Pada sebagian besar janin kembali tanpa lanugo, yaitu, bagian
belakang adalah sebagian besar botak. Variabilitas dalam jumlah dan lokasi lanugo pada usia
kehamilan tertentu mungkin disebabkan sebagian ciri-ciri keluarga atau nasional dan untuk
pengaruh hormonal, metabolisme, dan gizi tertentu. Sebagai contoh, bayi dari ibu diabetes khas
memiliki lanugo berlimpah di pinnae mereka dan punggung atas sampai mendekati atau
melampaui penuh panjang kehamilan. Untuk tujuan penilaian, pemeriksa memilih alun-alun
yang paling dekat menggambarkan jumlah relatif lanugo pada daerah atas dan bawah dari
punggung bayi.

Garis Telapak Kaki


Bagian ini berhubungan dengan kaki besar lipatan di telapak kaki. Penampilan pertama
dari lipatan muncul di telapak anterior di bola kaki. ini mungkin berhubungan dengan fleksi
kaki di rahim, tetapi dikontribusikan oleh dehidrasi kulit. Bayi non-kulit putih asal telah
dilaporkan memiliki lipatan kaki sedikit pada saat lahir. Tidak ada penjelasan yang dikenal
untuk ini. Di sisi lain, percepatan dilaporkan jatuh tempo neuromuskuler pada bayi hitam
biasanya mengkompensasi ini, mengakibatkan pembatalan efek lipatan kaki tertunda. Oleh
karena itu, biasanya tidak ada over-atau di bawah-perkiraan usia kehamilan karena ras ketika
total skor dilakukan. Bayi sangat prematur dan sangat tidak dewasa tidak memiliki lipatan kaki
terdeteksi. Untuk lebih membantu menentukan usia kehamilan ini bayi, mengukur panjang kaki
atau tumit-jari jarak sangat membantu. Hal ini dilakukan dengan menempatkan kaki bayi pada
pita pengukur metrik dan mencatat jarak dari belakang tumit ke ujung jari kaki yang besar.
Untuk tumit-jari jarak kurang dari 40 mm, mencetak dua dikurangi (-2) diberikan; bagi mereka
antara 40 dan 50 mm, skor minus satu (-1).
Payudara
Tunas payudara terdiri dari jaringan payudara yang dirangsang untuk tumbuh dengan
estrogen ibu dan jaringan lemak yang tergantung pada status gizi janin. pemeriksa catatan
ukuran areola dan kehadiran atau tidak adanya stippling (diciptakan oleh papila berkembang

8
dari Montgomery). Pemeriksa kemudian palpates jaringan payudara di bawah kulit dengan
memegangnya dengan ibu jari dan telunjuk, memperkirakan diameter dalam milimeter, dan
memilih alun-alun yang sesuai pada lembar skor. Di bawah-dan over-gizi janin dapat
mempengaruhi variasi ukuran payudara pada usia kehamilan tertentu. Efek estrogen ibu dapat
menghasilkan ginekomastia neonatus pada kedua hari keempat kehidupan ekstrauterin.

Mata atau Telinga


Pinna dari telinga janin perubahan itu konfigurasi dan peningkatan konten tulang rawan
sebagai kemajuan pematangan. Penilaian meliputi palpasi untuk ketebalan tulang rawan,
kemudian melipat pinna maju ke arah wajah dan melepaskannya. Pemeriksa mencatat
kecepatan yang pinna dilipat terkunci kembali menjauh dari wajah ketika dirilis, kemudian
memilih alun-alun yang paling dekat menggambarkan tingkat perkembangan cartilagenous.
Pada bayi yang sangat prematur, pinnae mungkin tetap terlipat ketika dirilis. Pada bayi tersebut,
pemeriksa mencatat keadaan pembangunan kelopak mata sebagai indikator tambahan
pematangan janin. Pemeriksa tempat ibu jari dan telunjuk pada kelopak atas dan bawah, dengan
lembut memindahkan mereka terpisah untuk memisahkan mereka. Bayi yang sangat belum
dewasa akan memiliki kelopak mata menyatu erat, yaitu, pemeriksa tidak akan dapat
memisahkan fisura palpebra baik dengan traksi lembut. Bayi sedikit lebih dewasa akan
memiliki satu atau kedua kelopak mata menyatu tetapi satu atau keduanya akan sebagian
dipisahkan oleh traksi cahaya ujung jari pemeriksa. temuan ini akan memungkinkan pemeriksa
untuk memilih pada lembar skor dua dikurangi (-2) untuk sedikit menyatu, atau minus satu (-
1) untuk longgar atau kelopak mata sebagian menyatu. Pemeriksa tidak perlu heran
menemukan variasi yang luas dalam status kelopak mata fusi pada bayi individu pada usia
kehamilan tertentu, karena nilai kelopak mata un-fusi dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor
yang terkait dengan stres intrauterin dan humoral tertentu.

Genitalia Pria
Testis janin mulai turun mereka dari rongga peritoneum ke dalam kantong skrotum pada
sekitar minggu 30 kehamilan. Testis kiri kanan mendahului dan biasanya memasuki skrotum
pada minggu ke-32. Kedua testis biasanya teraba di atas untuk menurunkan kanal inguinalis
pada akhir minggu ke-33 untuk ke-34 kehamilan. Bersamaan, kulit skrotum mengental dan
mengembangkan rugae lebih dalam dan lebih banyak. Testis ditemukan di dalam zona rugated
dianggap turun. Dalam prematuritas ekstrim skrotum ini datar, halus dan muncul dibedakan
seksual. Pada jangka panjang untuk pasca-panjang, skrotum dapat menjadi terjumbai dan

9
benar-benar dapat menyentuh kasur ketika bayi terletak terlentang. Catatan: Dalam
kriptorkismus benar, skrotum pada sisi yang terkena tampak tidak berpenghuni, hipoplasia dan
dengan rugae terbelakang dibandingkan dengan sisi yang normal, atau, untuk kehamilan
tertentu, ketika bilateral. Dalam kasus seperti itu, sisi normal harus mencetak gol, atau jika
bilateral, skor yang serupa dengan yang diperoleh untuk kriteria kematangan lain harus
diberikan.

Genitalia Wanita
Untuk memeriksa bayi perempuan, pinggul harus hanya sebagian diculik, yaitu, sekitar
45° dari horizontal dengan bayi berbaring telentang. Penculikan berlebihan dapat
menyebabkan klitoris dan labia minora untuk tampil lebih menonjol, sedangkan adduksi dapat
menyebabkan labia majora untuk menutupi atas mereka. Dalam prematuritas ekstrim, labia dan
klitoris yang datar sangat menonjol dan mungkin menyerupai lingga laki-laki. Sebagai
pematangan berlangsung, klitoris menjadi kurang menonjol dan labia minora menjadi lebih
menonjol. Menjelang panjang, baik klitoris dan labia minora surut dan akhirnya diselimuti oleh
labia majora memperbesar. Labia mayora mengandung lemak dan ukuran mereka dipengaruhi
oleh nutrisi intrauterin. Lebih-gizi dapat menyebabkan labia majora besar di awal kehamilan,
sedangkan di bawah-gizi, seperti pada retardasi pertumbuhan intrauterin atau pasca-jatuh
tempo, dapat mengakibatkan labia majora kecil dengan klitoris relatif menonjol dan labia
minora larut kehamilan. Temuan ini harus dilaporkan seperti yang diamati, karena skor yang
lebih rendah pada item ini dalam kronis stres atau pertumbuhan janin terhambat dapat
diimbangi dengan skor lebih tinggi pada neuro-otot item tertentu.

10
Maturitas Neuromuskuler

Tabel 6. Skor Ballard - kematangan neuromuskular.

Keterangan :
Postur
Otot tubuh total tercermin dalam sikap yang disukai bayi saat istirahat dan ketahanan
untuk meregangkan kelompok otot individu. Sebagai pematangan berlangsung, janin
meningkat secara bertahap mengasumsikan nada fleksor pasif yang berlangsung dalam arah
sentripetal, dengan ekstremitas bawah sedikit di depan ekstremitas atas. Bayi prematur
terutama pameran dilawan nada ekstensor pasif, sedangkan istilah bayi mendekati
menunjukkan nada fleksor semakin kurang menentang pasif. Untuk mendapatkan item postur,
bayi ditempatkan terlentang (jika ditemukan rawan) dan pemeriksa menunggu sampai bayi
mengendap dalam posisi santai atau disukai. Jika bayi ditemukan telentang manipulasi, lembut
(fleksi jika diperpanjang, memperpanjang jika tertekuk) dari ekstremitas akan memungkinkan
bayi untuk mencari posisi dasar kenyamanan. Fleksi pinggul tanpa hasil penculikan di posisi
katak-kaki seperti yang digambarkan dalam postur persegi # 3. Fleksi hip diiringi penculikan

11
digambarkan oleh sudut lancip di pinggul di alun-alun postur # 4. Sosok yang paling dekat
menggambarkan postur disukai bayi dipilih.
Jendela pergelangan tangan
Pergelangan fleksibilitas dan / atau resistensi terhadap ekstensor peregangan
bertanggung jawab untuk sudut yang dihasilkan dari fleksi pada pergelangan tangan.
Pemeriksa meluruskan jari-jari bayi dan berlaku tekanan lembut pada dorsum tangan, dekat
jari-jari. Dari pra-sangat panjang untuk pasca-panjang, sudut yang dihasilkan antara telapak
tangan dan lengan bawah bayi diperkirakan; > 90°, 60°, 45°, 30°, dan 0°. Alun-alun yang tepat
pada lembar skor dipilih.

Gerakan lengan membalik


Manuver ini berfokus pada nada fleksor pasif otot bisep dengan mengukur sudut
mundur berikut perpanjangan sangat singkat dari ekstremitas atas. Dengan bayi berbaring
telentang, pemeriksa tempat satu tangan di bawah siku bayi untuk dukungan. Mengambil
tangan bayi, pemeriksa sebentar set siku dalam fleksi, maka sesaat meluas lengan sebelum
melepaskan tangan. Sudut mundur yang lengan mata air kembali ke fleksi dicatat, dan alun-
alun yang sesuai dipilih pada lembar skor. Bayi yang sangat prematur tidak akan menunjukkan
apapun mundur lengan. # 4 persegi dipilih hanya jika ada kontak antara kepalan bayi dan wajah.
Ini terlihat dalam jangka panjang dan bayi pasca. Perawatan harus diambil untuk tidak
memegang lengan dalam posisi diperpanjang untuk jangka waktu lama, karena hal ini
menyebabkan kelelahan fleksor dan menghasilkan skor yang palsu rendah karena untuk
mundur fleksor miskin.

Sudut popliteal
Manuver ini menilai pematangan nada fleksor pasif sendi lutut dengan pengujian untuk
ketahanan terhadap perpanjangan ekstremitas bawah. Dengan berbaring telentang bayi, dan
dengan popok kembali bergerak, paha ditempatkan lembut pada perut bayi dengan lutut
tertekuk penuh. Setelah bayi telah rileks dalam posisi ini, pemeriksa lembut menggenggam
kaki di sisi dengan satu tangan sementara mendukung sisi paha dengan lainnya. Perawatan
diambil tidak untuk mengerahkan tekanan pada paha belakang, karena hal ini dapat
mengganggu fungsi mereka. Kaki diperpanjang sampai resistensi pasti untuk ekstensi dihargai.
Pada beberapa bayi, kontraksi hamstring dapat digambarkan selama manuver ini. Pada titik ini
terbentuk pada sudut lutut oleh atas dan kaki bagian bawah diukur.

12
Catatan: a) Hal ini penting bahwa pemeriksa menunggu sampai bayi berhenti
menendang aktif sebelum memperpanjang kaki. b) Posisi terang akan mengganggu kehamilan
sungsang dengan ini manuver untuk 24 sampai 48 jam pertama usia karena kelelahan
berkepanjangan fleksor intrauterin. Tes harus diulang setelah pemulihan telah terjadi;
bergantian, skor yang sama dengan yang diperoleh untuk item lain dalam ujian dapat diberikan.

Scarf Sign (Tanda selendang)


Manuver ini tes nada pasif fleksor tentang korset bahu. Dengan bayi terlentang
berbaring, pemeriksa menyesuaikan kepala bayi untuk garis tengah dan mendukung tangan
bayi di dada bagian atas dengan satu tangan. ibu jari tangan lain pemeriksa ditempatkan pada
siku bayi.
Pemeriksa dorongan siku di dada, penebangan untuk fleksi pasif atau resistensi
terhadap perpanjangan otot fleksor bahu korset posterior. Titik pada dada yang siku bergerak
dengan mudah sebelum resistensi yang signifikan dicatat. Tengara mencatat dalam rangka
meningkatkan kematangan adalah: jilbab penuh di tingkat leher (-1); aksila kontralateral baris
(0); baris puting kontralateral (1); proses xyphoid (2); baris puting ipsilateral (3), dan aksila
ipsilateral baris (4).

Tumit ke Telinga
Manuver ini mengukur nada fleksor pasif tentang korset panggul dengan tes fleksi pasif
atau resistensi terhadap perpanjangan otot fleksor pinggul posterior. Bayi ditempatkan
terlentang dan tertekuk ekstremitas bawah dibawa untuk beristirahat di kasur bersama bagasi
bayi.
Pemeriksa mendukung paha bayi lateral samping tubuh dengan satu telapak tangan.
Sisi lain digunakan untuk menangkap kaki bayi di sisi dan tarik ke arah telinga ipsilateral.
Para menebang pemeriksa untuk ketahanan terhadap perpanjangan fleksor panggul korset
posterior dan catatan lokasi dari tumit mana resistensi yang signifikan adalah dihargai. Tengara
mencatat dalam rangka meningkatkan kematangan termasuk resistensi terasa ketika tumit pada
atau dekat: telinga (-1); hidung (0); dagu tingkat (1); baris puting (2); daerah pusar (3), dan
femoralis lipatan (4).
Hasil Pemeriksaan
Jumlah skor pemeriksaan maturitas neuromuskuler dan maturitas fisik digabungkan,
kemudian dengan menggunakan tabel nilai kematangan dicari masa gestasinya.4,5,6

13
Usia Kehamilan dengan Kurva Lubchenco
Kurva Lubchenco sampai saat sekarang ini masih digunakan oleh setiap praktisi dalam
merawat bayi baru lahir. Kurva Lubchenco adalah kurva pertumbuhan yang disajikan dalam
bentuk tabel. Definisi tentang bayi premature adalah setiap bayi baru lahir dengan berat lahir
< 2500 g. Definisi ini direkomendasikan oleh American Academy of Pediatrics dan World
Health Assembly. Dokter ahli pediatrics dihadapkan pada masalah hubungan antara usia
kehamilan dan pertumbuhan janin. Dengan Kurva Lubchenco diharapkan dapat menunjukkan
hubungan pertumbuhan janin dan usia kehamilan. Dari kurva Lubchenco dimungkinkan
definisi yang lebih tepat lahir prematur dan adopsi luas dari istilah kecil untuk usia kehamilan,
besar untuk usia kehamilan, kelambatan pertumbuhan intrauterin dan janin dysmaturity. Hal
ini juga membentuk dasar untuk memeriksa bayi dengan berat badan lahir lebih besar dari nilai
persentil lebih 90% atau berat badan lahir kurang dari persentil 10%, sehingga dapat diprediksi
masalah medis yang mungkin terjadi.7
Berdasarkan kurva tersebut, maka berat badan menurut usia kehamilan dapat
digolongkan sebagai berikut :
a. Kecil Masa Kehamilan (KMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB dibawah persentil ke-
10.
b. Sesuai Masa Kehamilan (SMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB diantara persentil ke-
10 dan ke-90.
c. Besar Masa Kehamilan (BMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB diatas persentil ke-90
pada kurva pertumbuhan jenin.

Gambar 1. Kurva Lubchenco.

14
Selain itu, antara pemeriksaan rutin ynag dilakukan pada bayi baru lahir adalah
pemerikassan refleks. Pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui kondisi persarafan pasien.
Kriteria fisik dan neurologis neonatus normal adalah:8,9
1. Cukup bulan : 37-42 minggu
2. Berat lahir : 2500-4000g (Sesuai Masa Kehamilan)
3. Panjang badan : 44-53 cm
4. Lingkar kepala : 31-36 cm
5. Skor APGAR: 7-10 cm
6. Tanpa kelainan bawaan/kelainan kongenital
7. Terdapat refleks-refleks fisiologis

 NKB ialah neonatus dengan masa gestasi kurang dari 37 minggu.


 KMK ialah neonatus yang berat lahirnya tidak sesuai dengan usia gestasi.
 BBLR ialah bayi baru lahir yang berat badannya pada saat kelahiran kurang dari 1.500
gram tanpa mengkaitkan dengan umur gestasi.

Klasifikasi :
1. Berdasarkan Berat Badan :8,9
- Low Birth Weight (LBW) dimana berat badannya 1500 - <2500g
- Very Low Birth Weight (VLBW) dimana berat badan bayi baru lahir 1000g-
<1500g
- Extremely Low Birth Weight (ELBW) dimana berat badan bayi baru lahir <1000g

2. Berdasarkan umur kehamilan :


- Bayi prematur murni
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat
badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk
masa kehamilan (NKB-SMK)
- Dismaturitas Kecil dibanding masa kehamilan (KMK)
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
gestasi itu. Terbagi atas :
 Bayi kurang bulan ialah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu

15
 Bayi cukup bulan ialah bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu sampai
42 minggu.
 Bayi lebih bulan ialah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang umumnya dilakukan dengan menggunakan USG pada minggu


ke-12. Akan tetapi penilaian ini juga diperlukan pada minggu ke-18 dan 20. Dalam melakukan
pemeriksaan USG ini dilakukan pengukuran diameter biparietalis, rasio lingkar kepala
terhadap abdoomen. Melalui pemeriksaan USG ini dapat diketahui pola retardasi pertumbuhan
janin, yaitu: 1. Pertumbuhan janin yang terus-menerus berada 2 simpang baku di bawah umur
kehamilan rata-rata. 2. Adanya kurva pertumbuhan janin yang normal pada suatu kehamilan
namin melambat secara mendadak atau mendatar. Melalui pemeriksaan USG dapat diketahui
kelainan-kelainan pertumbuhan janin.

USG real time dapat mengidentifikasi kelainan plasenta dan anomali janin seperti
hidrosefalus, anensefalus, spina bifida, atresia duodenum, dan sebagainya. Selain dengan
melakukan USG, pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi kelainan pada
janin adalah dengan amniosentesis. Pengambilan cairan amnion dengan tujuan untuk
mengetahui ada tidaknya kelainan genetik dilakukan pada minggu ke-16 dan 18. Cairan-cairan
amnion dapat langsung digunakan untuk menganalisis asam amino, enzim, dan kelainan
produk-produk metabolik.

Melalui pemeriksaan rongten, paru-paru memiliki kekhasan tetapi tidak patognomonis


meliputi granularitas parenkim retikular halus dan bronkogram udara yang seing menonjol
pada awal di lobus bawah kiri karena penumpangan bayangan jantung. Pada pemeriksaan awal
akan didapatkan hasil yang normal. Gambaran khas akan didapatkan pada 6-12 jam.

Indeks kimia maturitas janin yang paling baik adalah dengan penentuan kreatinin dan
lesitin cairan amnion yang menggambarkan maturitas ginjal dan paru-paru janin. Lesitin
dihasilkan di paru-paru oleh alveolus tipe 2 dan akhirnya mencapai cairan amnion melalui
aliran keluar trakea. Pada pertengahan trimester ke-3 kadarnya hampir sama dengan kadar
spingomielin, dan sesudahnya spingomielin tetap konstan dalam cairan amnion sedangkan
lesitin naik. Pada rata-rata minggu ke-35 rasio antara lesitin dan spingomielin adalah 2:1 dan
menunjukkan bahwa paru-paru janin sudah matang. Maturitas paru yang lebih awal terjadi jika
ada pemisahan plasenta prematur yang berat, ketuban pecah prematur, ketagihan narkotik, atau

16
penyakit hipertensi dan vaskular ginjal pada ibu. Penundaan maturasi paru dapat menandakan
adanya hidrops fetalis atau diabetes yang tidak disertai penyakit vaskuler. Rasio lesitin dan
spingomielin 2:1 atau lebih dapat menurunkan insiden terjainya penyakit membran hialin. Pada
kehamilan yang berisiko tinggi, dapat dilakukan penentuan fosfatidilkolin jenuh, benda-benda
osmofilik, atau kadar fosfatidilgliserol dalam cairan amnion.

Amniosentesis memliki resiko untuk terjadinya cedera langsung pada janin berupa
akibat pungsi plasenta dan perdarahan denan cedera sekunder pada janin, akibat stimulasi
kontraksi uterus dan persalinan prematur, amnionitis, dan sensitasi darah janin oleh ibu. Jika
amniosentesis dilakukan pada awal kehamilan maka resiko terkena pada janin akan semakin
besar.

Selain melakukan pemeriksaan-pemeriksaan tersebut, pemeriksaan laboratorium yang


dapat dilakukan meliputi pemeriksaan darah untuk hitung darah lengkap dengan hitung jenis,
elektrolit serum, dan glukosa. Nilai gas darah serta asam basa dapat membantu menegakkan
diagnosis klinis.10

a. Analisa gas darah (AGD):


 Dilakukan untuk menentukan adanya gagal napas akut yang ditandai dengan
PaCo2 > 50 mm Hg, PaO2 < 60 mmHg, atau saturasi oksigen arterial < 90%.
 Dilakukan pada BBL yang memerlukan suplementasi oksigen lebih dari 20
menit. Darah arterial lebih dipilih dianjurkan.
 Diambil berdasarkan indikasi klinis dengan mengambil sampel darah dari
arteri umbilikalis atau pungsi arteri
 Menggambarkan gambaran asidosis metabolik atau asidosis respiratorik dan
keadaan hipoksia
 Asidosis respiratorik terjadi karena atelektasis alveolar dan/atau
overdistensi saluran napas bawah
 Asidosis metabolik, biasanya diakibatkan asidosis laktat primer yang
merupakan hasil dari perfusi jaringan yang buruk dan metabolisme
anaerobik.
 Hipoksia terjadi akibat pirau dari kanan ke kiri melalui pembuluh darah
pulmonal, PDA dan/atau persisten foramen ovale
 Pulse oxymeter digunakan sebagai cara non invasip untuk memantau
saturasi oksigen yang dipertahankan pada 90-95%.

17
b. Elektrolit
 Kenaikan kadar serum bikarbonat mungkin karena kompensasi metabolik
dari hiperkapnea kronik
 Kadar glukosa darah untuk menentukan adanya keadaan hipoglikemia
 Kelainan elektrolit ini dapat juga diakibatkan oleh kondisi kehamilan tubuh;
hipokalemia, hipokalsemia dan hipofosfatemia dapat mengakibatkan
gangguan kontraksi otot
c. Pemeriksaan jumlah sel darah: polisetemia mungkin karena hipoksemia kronik.

Working diagnosis

Berdasarkan komplikasi yang timbul setelah kelahiran dimana bayi tersebut menanis lemah,
tampak kebiruan dengan bunyi mendengkur positif disertai pemeriksaan-pemeriksaan tertentu,
diambil diagnosa pasien yaitu NKB-KMK, BBLR dengan Respiratory distress syndrome
(RDS).

Respiratory distress syndrome

Respiratory distress syndrome atau sindrom distres pernafasan dikenal juga sebagai
penyakit membran hialin. Merupakan penyakit yang paling sering menyertai bayi prematur dan
bersifat sangat serius. Pada paru-paru terdapat surfaktan yang dapat menurunkan tegangan
permukaan antara gas inspirasi dan cairan yang melalui saluran nafas. Jika tidak terdapat
surfaktan maka paru-paru tidak dapat berkembang dan cenderung mengempis. Belum
matangnya struktur paru dan dinding dada akan memberikan masalah yang lebih serius kepada
bayi. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya ateletaksis yang mengganggu pertukaran udara.
Penderita RDS sering kali akan meningkatkan usaha bernafas yang jika tidak dapat
dipertahankan akan menyebabkan retensi karbon dioksida dan menimbulkan serangan paru.
RDS akan mengalami resolusi setelah 3-7 hari seiring dengan terbentuknya surfaktan.

Neonatus yang mengalami sindrom distress pernafasan, gejala yang ditimbulkan akan
bertambah berat jika kebutuhan oksigen meningkat. Hipotermi merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan terjadinya peningkatan kebutuhan terhadap oksigen, sehingga neonatus
prematur yang mengalami hipotermi akan memperberat sindrom distress pernafasan.

Pada bayi prematur, fungsi ginjal relatif buruk. Jika ditambah dengan kehilangan cairan
yang besar tetapi tidak terasa melalui permukaan kulit yang permeabilitasnya tinggi maka akan
mengakibatkan dehidrasi dan gangguan elektrolit. Dinding ventrikel lateral bayi terdapat

18
pembuluh-pembuluh kapiler yang rentan sehingga mudah terjadi perdarahan selama hipoksia
atau Respiratory distress syndrome. Pendarahan yang terjadi bisa lokal ataupun meluas.

Gangguan distress pernafasan yang dialami oleh neonatus prematur memiliki kesamaan
dengan takipnea bayi baru lahir sementara yang disebut sebagai sindrom kegawatan
pernapasan tipe 2. Takipnea ini dapat dialami oleh bayi preterm atau bayi cukup bulan pasca-
persalinan pervaginam atau operasi sesar. Jika terjadi sangat dini pada umumnya akan disertai
dengan retraksi atau mendengkur saat ekspirasi dan kadang-kadang sianosis yang dapat
disembuhkan dengan oksigen minimal. Penderita umumnya sembuh dengan cepat dalam 3 hari
meskipun terlihat menderita sakit berat dan memiliki perjalanan yang lama. Paru-paru
umumnya bersih tanpa ronki halus dan rongten dada menunjukan corak vaskular paru yang
jelas, garis-garis cairan dalam fisur, aerasi berlebihan, diafragma datar dan kadang-kadang ada
cairan pleura. Neonatus dengan takipnea tidak ditemukan adanya hipoksemia, hiperkapnia, dan
asidosis. Umumnya takipnea sulit dibedakan dengan penyakit membran hialin.10,11,12,13

Faktor risiko

Faktor risiko yang dominan adalah

 Prematuritas, karena surfaktan hanya dihasilkan pada akhir trimester kedua dan awal
timester ketiga

Faktor risiko lainnya adalah:

 Diabetes melitus maternal


 Sepsis
 Hipoksemia dan asidemia
 Hipotermia.14

Diagnosis banding

Neonatal Pneumonia

Pneumonia merupakan suatu proses inflamasi yang dapat bersifat local atau sistemik

pada parenkim paru. Kelainan patensi saluran napas serta ventilasi alveolar dan perfusi sering

terjadi karena berbagai mekanisme. Keadaan ini secara signifikan dapat mengubah pertukaran

19
gas dan metabolisme sel yang menyokong banyak jaringan dan organ dan berkontribusi

terhadap kualitas hidup seseorang.15

Pada neonatus, agen penyebab infkesi umumnya bakteri daripada virus. Infeksi ini

sering diperoleh pada saat proses persalinan, dapat berasal dari cairan ketuban atau jalan lahir,

tetapi juga dapat terjadi sebagai akibat dari intubasi dan ventilasi. Tanda-tanda klinis dan

radiografi pneumonia pada neonatal dapat non-spesifik. Kegagalan untuk mengobati

pneumonia pada neonatal dapat mengakibatkan kematian, karena itu semua neonatus

menunjukkan tanda-tanda distress pernapasan baik itu tanpa sebab non-infeksi yang jelas harus

dipertimbangkan untuk pemberian antibiotik secara rutin.15

Neonatus dengan gangguan pernapasan seperti salah satu dari gejala berikut seperti;

takipneu, bising, sulit bernapas, retraksi dinding dada, batuk, mendengus) yang memiliki hasil

kultur darah positif atau dua atau lebih hal berikut:3

a. Faktor predisposisi, Ibu demam (>38˚C), air ketuban berbau, air ketuban pecah (>24 jam)
b. Gejala klinis sepsis, seperti; malas makan, lethargy, refleks yang buruk, hipotermia atau

hipertermia, dan distensi abdomen

c. Radiograf sugestif pneumonia (nodular atau infiltrate patchy kasar, difus atau granularity,

air bronchogram, lobar atau konsolidasi segmental), perubahan radiologi tidak kembali

dalam waktu 48 jam

d. Layar sepsis Positif (salah satu dari berikut); Band >20% dari leukosit, hitung leukosit dari

kisaran referensi, peningkatan protein C reaktif, peningkatan sedimentasi eritrosit.

Organisme yang penyebab pneumoni bervariasi menurut kelompok umur. Neonatus sejak lahir

sampai usia 3 minggu, kelompok bakteri pathogen yang umum didapatkan ialah B streptokokus

dan bakteri gram negatif. Infeksi bakteri ini merupakan penularan yang bersumber dari ibu.

Streptococcus pneumoniae paling sering didapatkan pada bayi berumur 3 minggu sampai 3

bulan. Pada umur 3 bulan sampai umur prasekolah, virus dan Streptococcus pneumoniae yang

20
paling dominan menyebabkan pneumonia, sedangkan bakteri lain yang berpotensi termasuk

Mycoplasma pneumoniae, Haemophilus influenzae tipe B dan non-typeable strain,

Staphylococcus aureus, dan Moraxella catarrhalis.16

Transient Takipneu in Newborn (TTN)


Transient tachypnea of the newborn (TTN) disebut juga wet lungs atau respiratory distress
syndrome tipe II yang dapat didiagnosis beberapa jam setelah lahir. TTN tidak dapat
didiagnosis sebelum lahir. TTN dapat terjadi pada bayi prematur (paru-paru bayi prematur
belum cukup matang) ataupun bayi cukup bulan. Penyebab TTN lebih dikaitkan dengan
beberapa faktor risiko yang meningkatkan kejadian TTN pada bayi baru lahir. Faktor risiko
TTN pada bayi baru lahir di antaranya:
1.Lahir secara secar
2.Lahir dari ibu dengan diabetes
3.Lahir dari ibu dengan asma
4.Bayi kecil untuk usia kehamilan (small for gestational age)
Selama proses kelahiran melalui jalan lahir, terutama bayi cukup bulan, tekanan
sepanjang jalan lahir akan menekan cairan dari paru-paru untuk keluar. Perubahan hormon
selama persalinan juga berperan pada penyerapan cairan di paru-paru. Bayi yang kecil atau
prematur atau yang lahir melalui jalan lahir dengan durasi singkat atau dengan sesar tidak
mengalami penekanan yang normal terjadi dan perubahan hormonal seperti kelahiran normal,
sehingga mereka lebih berisiko mengalami penumpukan cairan di paru-paru saat mereka
menarik napas untuk pertama kali.17

Sepsis Neonatorum

Sepsis neonatorum adalah semua infeksi pada bayi pada 28 hari pertama sejak
dilahirkan. Infeksi dapat menyebar secara nenyeluruh atau terlokasi hanya pada satu organ saja
(seperti paru-paru dengan pneumonia). Infeksi pada sepsis bisa didapatkan pada saat sebelum
persalinan (intrauterine sepsis) atau setelah persalinan (extrauterine sepsis) dan dapat
disebabkan karena virus (herpes, rubella), bakteri (streptococcus B), dan fungi atau jamur
(candida) meskipun jarang ditemui.

21
Berdasarkan klasifikasinya, sepsis dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu:

a. Sepsis dini: Terjadi 7 hari pertama kehidupan, karakteristik sumber organisme pada
saluran genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya fulminan dengan angka mortalitas
tinggi.
b. Sepsis lanjutan/nosokomial: Terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat
dari lingkungan pasca lahir, karakteristik didapat dari kontak langsung atau tak
langsung dengan organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi,
sering mengalami komplikasi.17

Manifestasi klinis dari sepsis neonatorum adalah sebagai berikut:16,17

a. Umum : panas (hipertermi), malas minum, letargi, sklerema


b. Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali
c. Saluran nafas: apnoe, dispnue, takipnu, retraksi, nafas cuping hidung, merintih, sianosis
d. Sistem kardiovaskuler: pucat, sianosis, kulit lembab, hipotensi, takikardi, bradikardi
e. Sistem syaraf pusat: iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum, pernapasan
tidak teratur, ubun-ubun membonjol
f. Hematologi: Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdarahan.
g. Gejala sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak kuat
menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik. Gejala-gejala
lainnya dapat berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan perut
kembung.
h. Gejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan
penyebarannya:
- Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari
pusar.
- Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma, kejang,
opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-ubun.
- Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada
lengan atau tungkai yang terkena.
- Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan
sendi yang terkena teraba hangat.

22
- Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut dan
diare berdarah.

Epidemiologi
Prevalensi bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) diperkirakan 15% dari seluruh
kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara
berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR
didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada
bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan
mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak
jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan. Angka kejadian di Indonesia sangat
bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain.17

Etiologi5
1. Berat badan ibu rendah
2. Kehamilan usia muda (umur ibu <20th)
3. Pendarahan antepartum
4. Penyakit sistemik akut
5. Kelahiran prematur dengan induksi
6. Persalinan prematur sebelumnya
7. Inkomptensi serviks
8. Diabetes melitus
9. Tidak diketahui (sebagian besar).

Patofisiologi
Pada RDS terjadi atelektasis yang sangat progresif, yang disebabkan kurangnya zat
yang disebut surfaktan. Surfaktan adalah zat aktif yang diproduksi sel epitel saluran nafas
disebut sel pnemosit tipe II. Zat ini mulai dibentuk pada kehamilan 22-24 minggu dan
mencapai kadar maximun pada minggu ke 35. Zat ini terdiri dari fosfolipid (75%) dan protein
(10%). Peranan surfaktan ialah merendahkan tegangan permukaan alveolus sehingga tidak
terjadi kolaps dan mampu menahan sisa udara fungsional pada sisa akhir ekpirasi. Kolaps paru
ini akan menyebabkan terganggunya ventilasi sehingga terjadi hipoksia, retensi CO2 dan
asidosis. Hipoksia akan menyebabkan terjadinya oksigenasi jaringan menurun sehingga terjadi
metabolisme anerobik dengan penimbunan asam laktat asam organic yang menyebabkan

23
asidosis metabolik.
Selain itu, hipoksia juga menyebabkan kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus
alveolaris. Hal ini menyebabkan transudasi kedalam alveoli sehingga terbentuk fibrin dan
jaringan epitel yang nekrotik membentuk lapisan membrane hialin.
Asidosis dan atelektasis akan menyebabkan terganggunya jantung, penurunan aliran
darah keparu, dan mengakibatkan hambatan pembentukan surfaktan, yang menyebabkan
terjadinya atelektasis. Sel tipe II ini sangat sensitive dan berkurang pada bayi dengan asfiksia
pada periode perinatal, dan kematangannya dipacu dengan adanya stress intrauterine seperti
hipertensi, IUGR dan kehamilan kembar.4,8
Secara singkat patofisiologinya dapat digambarkan sbb :
Atelektasis → hipoksemia →asidosis → transudasi → penurunan aliran darah paru →
hambatan pembentukan zat surfaktan → atelekstasis. Hal ini berlangsung terus sampai terjadi
penyembuhan atau kematian.

Manifestasi klinis
Tanda klinis atau penampilan yang tampak sangat bervariasi, bergantung pada usia
kehamilan saat bayi dilahirkan. Makin prematur atau makin kecil umur kehamilan saat
dilahirkan makin besar pula perbedaannya dengan bayi yang lahir cukup bulan.5 Adapun tanda
dan gejala dari bayi prematur adalah:
1. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45cm, lingkar kepala
kurang dari 33 cm, lingkar dada kurang dari 30cm
2. Gerakan kurang aktif otot masih hipotonis
3. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
4. Kepala lebih besar dari badan rambut tipis dan halus
5. Tulang tulang tengkorak lunak, fontanela besar dan sutura besar
6. Telinga sedikit tulang rawannya dan berbentuk sederhana
7. Jaringan payudara tidak ada dan puting susu kecil
8. Pernapasan belum teratur dan sering mengalami serangan apneu
9. Kulit tipis dan transparan, lanugo (bulu halus) banyak terutama pada dahi dan pelipis
dahi dan lengan
10. Lemak subkutan kurang
11. Genetalia belum sempurna, pada wanita labia minora belum tertutup oleh labia mayora
12. Reflek menghisap dan menelan serta reflek batuk masih lemah
Bayi prematur mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan tubuh masih lemah,

24
kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum sempurna . Oleh karena
itu tindakan prefentif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga tidak terjadi persalinan dengan
prematuritas (BBLR).12,13

Komplikasi
Tidak semua bayi yang dilahirkan secara prematur akan mengalami komplikasi, namun
bila bayi dilahirkan terlalu dini dapat memicu gangguan kesehatan, baik jangka pendek
maupun jangka panjang. Umumnya, semakin prematur dan semakin rendah berat badan bayi
saat lahir, maka semakin besar risiko komplikasi yang akan dialaminya. Ada beberapa
komplikasi yang mungkin dialami oleh bayi prematur, antara lain:
1. Kadar oksigen rendah saat dilahirkan
2. Tidak mampu mengatur suhu tubuh
3. Sulit akan dan sulit naik berat badannya
4. Infeksi
5. Gangguan pernapasan
6. Gangguan persarafan
7. Gangguan saluran cerna
8. Sudden infant death syndrome (SIDS)
Berat badan bayi yang rendah saat lahir dan bayi yang dilahirkan prematur dapat
diperbolehkan pulang dari perawatan bila bayi sudah dapat bernapas tanpa alat bantu, sudah
dapat menyusu, mengalami kenaikan berat badan yang cukup dan memiliki suhu tubuh yang
stabil.8,9

Tata Laksana
Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Rendah
a) Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal :
1. Membersihkan jalan napas.
2. Memotong tali pusat dan perawatan tali pusat.
3. Membersihkan badan bayi dengan kapas baby oil.
4. Memberikan obat mata.
5. Membungkus bayi dengan kain hangat.
6. Pengkajian keadaan kesehatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah.

b) Medikamentosa

25
Pemberian vitamin K1 :
1. Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
2. Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10, dan
umur 4-6).

c) Diatetik
Pemberian nutrisi yang adekuat :
1. Apabila daya isap belum baik, bayi dicoba untuk menetek sedikit demi sedikit.
2. Apabila bayi belum bisa meneteki pemberian ASI.
3. Apabila bayi belum ada reflek mengisap dan menelan harus dipasang siang
penduga/sonde fooding.

Bayi prematur atau Bayi Baru Lahir Sangat Rendah mempunyai masalah menyusui karena
refleks menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan
pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan
memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara
ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel pada
puting. ASI merupakan pilihan utama :
(1) Apabila bayi mendapatkan ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cukup
dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap
paling kurang sehari sekali.
(2) Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari selama 3 hari
berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.15

d) Suportif
 Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara :
(1) Membungkus bayi dengan menggunakan selimut bayi yang dihangatkan terlebih
dahulu.
(2) Menidurkan bayi didalam inkubator buatan yaitu dapat dibuat dari keranjang yang
pinggirnya diberi penghangat dari buli-buli panas atau botol yang diisi air panas. Buli-
buli panas atau botol-botol ini disimpan dalam keadaan berdiri tutupnya ada di sebelah
atas agar tidak tumpah dan tidak mengakibatkan luka bakar pada bayi. Buli-buli panas
aatau botol ini pun harus dalam keadaan terbungkus, dapat menggunakan handuk atau
kain yang tebal. Bila air panasnya sudah dingin ganti airnya dengan air panas kembali.

26
 Suhu lingkungan bayi harus dijaga :
(1) Kamar dapat masuk sinar matahari.
(2) Jendela dan pintu dalam keadaan tertutup untuk mengurangi hilangnya panas dari
tubuh bayi melalui proses radiasi dan konveksi.
(3) Lampu sorot/ belajar yang jaraknya 30 cm
 Badan bayi harus dalam keadaan kering.
 Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi, seperti
kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator atau ruangan
hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk.
 Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin.
 Ukur suhu tubuh dengan berkala.
 Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah :
1) Jaga dan pantau patensi jalan nafas.
2) Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit.
 Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermi, kejang, gangguan
nafas, hiperbilirubinemia).
 Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya.
 Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu
berkunjungan setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.

e) Pemantauan (Monitoring)15
1) Pemantauan saat dirawat
a) Terapi
 Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan.
 Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu.
2) Tumbuh Kembang
a) Pantau berat badan bayi secara periodic.
b) Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk bayi
dengan berat lahir <1500).
c) Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori berat lahir) dan
telah berusia lebih dari 7 hari.

3) Pemantauan setelah pulang

27
a) Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan
mencegah/mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang
sebagai berikut:
(1) Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan
untuk memantau perkembangan pada bayi tersebut.
(2) Pertumbuhan; berat badan, panjang badan dan lingkar kepala.
(3) Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST).
(4) Awasi adanya kelainan bawaan.
(5) Mengajarkan ibu/orang tua cara: Membersihkan jalan napas dengan cara
membersihkan bagian hidung bayi dengan menggunakan cutton but yang
steril dan sebelum membersihkan tesebut ibu harus mencuci tangan dengan
bersih lalu membersihkan hidung bayi dengan lembut. Mempertahankan
suhu tubuh bayi dengan cara melindungi bayi tetap berada di ruangan yang
hangat dan dalam dekapan ibu dengan tehnik mother care, mencegah
terjadinya infeksi pada bayi pada saat pemberian asi atau pada saat
membersihkan jalan nafas.

4) Menjelaskan pada ibu (orang tua) : Pemberian ASI, Makanan bergizi bagi ibu dan Mengikuti
program KB segera mungkin

5) Observasi keadaan umum bayi selama 3 hari, apabila tidak ada perubahan atau keadaan
umum semakin menurun bayi harus dirujuk ke rumah sakit. Berikan penjelasan kepada
keluarga bahwa anaknya harus dirujuk ke rumah sakit.

Pencegahan
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mencegah bayi lahir dengan berat badan
rendah, diantaranya memperbaiki asupan nutrisi pada ibu hamil dan dengan kontrol antenatal
secara teratur.11,12

Prognosis
Prognosis bayi berat lahir rendah ini tergantung dari berat ringannya masalah perinatal
misalnya masa gestasi (makin muda masa gestasi/makin rendah berat bayi, makin tinggi angka
kematian), asfiksia/iskemia otak, sindroma gangguan pernapasan, perdarahan interafentrikuler,
displasia bronkopulmonal, retrolental fibroplasia, infeksi, gangguan metabolik (asidosis,

28
hipoglikemi, hiperbilirubinemia). Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi,
pendidikan orang tua dan perawatan pada saat kehamilan persalinan dan pos natal (pengaturan
suhun lingkungan, resusitasi, nutrisi, mencegah infeksi, mengatasi gangguan pernapasan,
asfiksia hiperbilirubinemia, hipoglikemia dan lain – lain).10

Kesimpulan
Sindrom gawat nafas neonatus merupakan suatu sindrom yang sering ditemukan pada
neonatus dan menjadi penyebab morbiditas utama pada bayi berat lahir rendah (BBLR).
Respiratory distress syndrome terjadi karena pematangan paru yang belum sempurna akibat
defisiensi surfaktan sehingga alveoli menjadi kolaps pada akhir ekspirasi, yang menyebabkan
gagal nafas pada neonatus.

Daftar Pustaka
1. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 3.
Jakarta : Fakultas Kedokteran Universtas Indonesia ; 2007. Hal. 1040-53.
2. Gleadle J. Anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2010.
Hal.155,191.
3. Behrman RE. Esensial pediatri nelson.Edisi 4. Jakarta: EGC, 2010.h. 223, 237.
4. Zorc, Joseph J. Schwartz’s clinical handbook of pediatrics. 4thed. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins; 2009.
5. Wahab AS, ed. Ilmu kesehatan anak nelson. Vol 2. Edisi 15. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC;2010.p.532-43.

6. Manuaba IB, Manuaba IA, Manuaba IF. Pengantar kuliah obstetri. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC;2007.h.422-5.
7. Aslim S, Perdana E, Samiadji R, et al. Sistem reproduksi. Jakarta: UKRIDA; 2016.
8. Rudolph CD, Rudolph AM, Lister G, First LR, Gerhson AA. Rudolph’s pediatrics.
22nded. New York: McGrawHill; 2011.
9. Toy EC, Yetman RJ, Girardet RG, Hormann MD, Lahoti SL, et all. Case files
pediatrics. 3rded. New York: McGrawHill; 2009.
10. Arvin Behrman Kliegman. Nelson ilmu kesehatan anak. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC. 2000: 561-600.

29
11. Meadow Roy, Newel Simon. Lecture notes pediatrika. Edisi ke-7. Jakarta: Erlangga.
2005: 69-74.
12. Benson Ralph C, Pernoll Martin L. Buku saku obstetri dan ginekologi. Edisi ke-9.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC. 2009: 343-5.
13. Lisaauer T and Avroy F. At a glance: neonatologi. Jakarta: Penerbit Erlangga,
2008.h.68-73
14. Editor. Kapita selekta kedokteran. Jilid 1. Edisi ke-3. Jakarta: Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran UI. 2001: 274-5
15. Nissen DM. Congenital and Neonatal Pneumonia. Pediatric Respiratory Reviews.

Australia: Elsevier. 2007. p195-203

16. Hardy M, Boynes S. Respiratory and cardiovascular pathology. Paediatric

Radiography. UK: Blackwell 2003. P105

17. Hidayat, Alimul A. Pengantar ilmu keperawatan anak 1. Jakarta : Penerbit Salemba
Medica. 2005.

30

Anda mungkin juga menyukai