Oleh:
NIM: 70900119007
(...........................................) (...........................................)
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya berupa kesempatan, kesehatan dan pengetahuan
sehingga laporan pendahuluan dengan judul “Vulnus Ictum’ ini bisa selesai pada
waktunya.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan laporan pendahuluan ini dari awal sampai
akhir.Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
A. Definisi ..................................................................................................... 4
B. Etiologi ...................................................................................................... 4
C. patofisiologi ............................................................................................. 4
D. Penyimpangan KDM .................................................................................5
E. Gambaran Klinis ...................................................................................... 6
F. Pemeriksaan Diagnostik ............................................................................ 6
G. Komplikasi ................................................................................................ 7
H. Penatalaksanaan………………………………………………………….7
I. Pencegahan ………………………………………………………………8
A. Pengkajian ................................................................................................ 9
B. Diagnosa Keperawatan ............................................................................. 10
C. Rencana Tindakan .................................................................................... 10
2. Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena
terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut.
Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan
pembuluh darah.
3. Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trau ma pada Jaringan
4. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi.
H. Penatalaksanaan
a) Penatalaksaanaan pada luka
1. Hemostasis
Meengontrol pendarahan akibat laserasi dengan cara menekan luka dengan
menggunakan balutan steril. setelah pendarahan reda, tempelkan sepotong
perban perekat atau kasa diatasluka laserasi sehingga memungkinkan tepi luka
menutup dan bekuan darah terbebtu
2. Pembersihan luka
3. Factor pertumbuhan (penggunaan obat)
4. Perlindungan (memberikan balutan steril atau bersih dn memobilisasi bagian
tubuh
5. Berikan profilaksis tetanus sesuai ketentuan, berdasarkan
kondisi luka dan status imunisasi pasien.
b) Penatalaksanaan pada pasien
1. Perhatikan kepatenan jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi.
2. Melengkapi pengkaJian survey primer dengan cara mengevaluasi
tingkat kesadaran pasien, ukuran, dan reaksi pupil.
3. Mengidentifikasi adanya luka lain yang mungki memerlukan
perawatan
4. Mengontrol pendarahan dengan cara penekanan langsung pada area
luka, elevasi.
5. Mengidentifikasi adanya syok hemoragik.
6. MengkaJi status imunisasi tetanus pada pasien.
7. Menilai kondisi hipotermia, terutama pada saat kulit kehilangan bagian
yang luas (Djuanda Adhi, 2011)
I. Pencegahan
1. Tindakan antiseptik, prinsipnya untuk mensucihamakan kulit.
untukmelakukan pencucian-pembersihan luka biasanya digunakan c.
airan atau larutan antiseptic, misalnya alkohol, halogen, yodium, oksidansia,
logam berat dan asam berat.
2. Pembersihan luka, tucuan dilakukannya pembersihan luka adalah
meningkatkan, memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka,
menghindari terjadinya infeksi, membuang jaringan nekrosis.
3. Pembalutan luka, luka bersih dan diyakini tidak mengalami
infeksi serta berumur kurang dari 8 jam boleh dijahit primer, sedangkan
luka yang terkontaminasi berat dan atau tidak berbatas tegas sebaiknya
dibiarkan sembuh per sekundam atau per tertiam
4. Penutupan luka, adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik
pada luka sehingga proses penyembuhan berlangsung optimal.
5. Pemberian antibiotic, prinsipnya pada luka bersih tidak perlu
diberikan antibiotik dan pada luka terkontaminasi atau kotor maka perlu
diberikan antibiotic.
konsep dasar asuhan keperawatan
A. Pengkajian
Asuhan keperawatan merupakan aspek legal bagi seorang perawat
dalam melakukan pendokumentasian asuhan kepera/atan kepada klien,
memberikan informasi secara benar dengan memperhatikan aspek legal etik
yang berlaku
1. Identitas (umur,pekerjaan,pendidikan)
2. Keluhan utama riwayat penyakit
3. Pemeriksaan fisik
Meliputi :
a) Inspeksi, palpasi,perkusi,asukultasi
b) TTV
4. Pemeriksaan lengkap
a) . A k t i f i t a s a t a u i s t i r a h a t
Gejala :merasa lemah, lelah.
Tanda :perubahan kesadaran, penurunan kekuatan tahanan
keterbatasaan rentang gerak, perubahan aktifitas
b) Sirkulasi
Gejala :perubahan tekanan darah atau normal.
Tanda : perubahan frekuensi jantung takikardi atau bradikardi
c) Integrtitas ego
Gejala : perubahan tingkah lku dan kepribadian
Tanda : ketakutan,cemas,gelisah
d) Eliminasi
Gejala : konstipasi, retensu urine
Tanda : belum buang air besar selama 2 hari
e) Neurosensori
Gejala : vertigo, tinnitus, kesemutan, nyeri
Tanda :sangat sensitive terhadap sentuhan,gerakan, pusing,nyeri pada
daerah cidera, kemerah-merahan
f) Nyeri
Gejala : nyeri pada daerah luka bila disentuh atau ditekan
Tanda : wajah meringis, respon menarik pada ragsangan nyeri yang
hebat, gelisah tidak bias tidur
g) Kulit
Gejala : nyeri, panas
Tanda : pada luka warna kemerahan, bau,edema
B. Diagnosa Keperawatan
1.Nyeri berhubungan dengan diskontunitas jaringan.
2.Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan ot ot.
3.Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan prim er
tubuh yang tidak adekuat.
C. Rencana Keperawatan
Diagnosa 1 : Nyeri berhubungan dengan diskontunitas jaringan
INTERVENSI RASIONAL
Manajemen Nyeri
1. Observasi
a. identifikasi lokasi, karakteristik, Untuk mengetahui karakteristisk
durasi, frekuensi, kualitas, nyeri
intensitas nyeri
b. identifikasi skala nyeri Mengetahui skala nyeri yang
c. identifikasi respon nyeri non verbal dirasakan pasien
d. identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan Mengetahui penyebab dan
nyeri mengatasi nyeri
2. Terapeutik
a. berikan tehnik nonfarmokologis Dapat mengurangi rasa nyeri
untuk mengurangi rasa nyeri (mis. yang dirasakan pasien
Tens, hipnosis, akupresur, terapi
musik, terapi pijat,aromaterapi,
tehnik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin)
b. kontrol lingkungan yang Untuk menghindarai lingkungan
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu yang dapat menyebabkan nyeri
ruangan,pencahayaan, kebisingan)
c. fasilitasi istirahat dan tidur Agar pasien bisa beristirahat dan
3. Edukasi memulihkan luka
a. jelaskan strategi meredakan nyeri Untuk mengetahui cara
meredakan nyeri
c. anjurkan menggunakan analgetik Untuk penyembuhan luka
secara tepat
d, ajarkan teknik nonfarmakologi Agar nyeri yang dirasakan pasien
untuk mengurangi rasa nyeri dapat berkurang
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgetik, Kolaborasi dengan dokter dan
jika perlu perawat dalam pemberian obat
analgetik
Djuanda Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi keenam. FKUI, 2011)
Ganong, 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC