Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS JURNAL

1. Judul Artikel
“The Effectiveness of Psycho Education towards Depression, Anxiety and Stress
Level of Patients with Pulmonary Tuberculosis”
“Psikoedukasi menurunkan Tingkat Depresi, Stres dan Kecemasan pada Pasien
Tuberkulosis Paru”
2. Kata Kunci (Keywords)
intervensi, psikoedukasi, tuberculosis paru
3. Penulis
Suryani, Efri Widianti, Taty Hernawati, Aat Sriati
4. Instansi Terkait
Fakultas Keperawatan UNPAD, Jalan Raya Jatinagor KM 21, Jatinanor, Sumedang
5. ISSN & DOI
p-ISSN 1858-3598
e-ISSN 2502 5791
DOI: http://dx.doi.org/10.20473/jn.V11I12016.128-133
6. Nama Jurnal dan Tahun Terbit
Jurnal Ners
Tahun terbit 2016
Volume: 11 No: 1: Hal: 128-133
7. Tujuan Penelitian
Mengetahui efektifitas intervensi psikoedukasi dalam mengatasi masalah
psikososial berupa depresi, cemas dan stress pada penderita TB Paru.

8. Format Isi Artikel

1
P Orang dewasa yang menderita TB Paru

I Intervensi Psikoedukasi (Psycho Education Intervention)

C Pengarahan kesehatan biasa (usual care)

O Masalah Psikososial (Depresi, Ansietas dan Tingkat stres)

9. Telaah Step 1 (Fokus Penelitian)


Problems Tuberkulosis (TB) saat ini menjadi masalah
kesehatan masyarakat global tetapi dapat juga dipahami
sebagai masalah kesehatan bagi individu si penderitanya.
Hal ini disebabkan karena, penyakit ini tidak hanya diderita
secara fisik tetapi juga secara psikologis dan sosial dan
kedepannya akan menghadapi konsekuensi buruk yang
parah terhadap psikososial pasien. Ketakutan terhadap
penyebaran penyakit, ketidakberdayaan dan stigma sosial
yang terkait dengan penyakit TB, adalah semua penyebab
yang dapat yang menurunkan harga diri, stress dan akhirnya
menimbulkan depresi (Hussain, Malik & Hussain, 2016).
Dampak psikososial ini sangat besar pengaruhnya
terhadap kepatuhan berobat dan prognosa penyakit
penderitanya. Dampak psikososial antara lain adalah adanya
masalah emosional berhubungan dengan penyakitnya seperti
merasa bosan, kurang motivasi, sampai kepada gangguan
jiwa yang cukup serius seperti depresi berat. Masalah
psikososial lainnya adalah adanya stigma di masyarakat,
merasa takut akan penyakitnya yang tidak dapat
disembuhkan, merasa dikucilkan dan tidak percaya diri, serta
masalah ekonomi. Bagi penderita yang mengalami depresi

2
dan putus asa terhadap penyakitnya, mereka tidak mau
minum obat, resikonya adalah penderita tidak sembuh dan
tentu akan menularkan penyakit mereka pada orang lain
disekitarnya (Suryani dkk, 2016).
Sebuah Studi kualitatif menemukan bahwa
pendidikan psikologis dan dukungan emosional diperlukan
bagi pasien TB. Bukti telah menunjukkan bahwa dukungan
sosial berhubungan positif dengan perilaku pencarian
kesehatan, kepatuhan pengobatan dan hasil kesehatan yang
lebih baik dan dapat bertindak sebagai pencegah stress dan
depresi untuk kesejahteraan psikososial pasien (Xuhui dkk,
2018).
Kesan positif seorang pasien terhadap dirinya sendiri
dapat secara langsung mempengaruhi keluhan dan perilaku
yang terkait penyakit yang diderita. Semakin tinggi harga
diri dan kondisi psikologis yang baik dan terkontrol semakin
termotivasi pasien untuk terlibat dalam perilaku perawatan
diri yang akhirnya mengurangi gejala dan meningkatkan
sikap dan partisipasi pasien dalam proses penyembuhannya.
Untuk meningkatkan harga diri pasien dan memperbaiki
kondisi psikologisnya dibutuhkan waktu dan upaya yang
lebih yang dapat dilakukan seperti psikoedukasi (Hussain,
Malik & Hussain, 2016). Psikoedukasi adalah pendidikan
kesehatan pada pasien baik yang mengalami penyakit fisik
maupun gangguan jiwa yang bertujuan untuk mengatasi
masalah psikologis yang dialami mereka (Suryani dkk,
2016).
Intervention Intervensi Psikoedukasi (Psycho Education Intervention)
Comparison Pengarahan kesehatan biasa (usual care)

3
Intervention
Outcome Hasil analisis menggunakan uji t menunjukkan tidak
terdapat perbedaan tingkat stress penderita TB paru sebelum
diberikan terapi psikoedukasi pada kelompok interverensi
dan kelompok kontrol. Kemudian ketika penderita TB paru
diberikan terapi psikoedukasi dapat kita lihat bahwa terdapat
perbedaan tingkat stress penderita TB paru yang diberikan
terapi psikoedukasi (kelompok intervensi) dengan penderita
TB paru yang tidak diberikan terapi psikoedukasi (kelompok
kontrol), dapat kita lihat pada hasil perbandingan T hitung
dengan T tabel juga selain itu dapat kita lihat dari nilai mean
tingkat stress penderita TB paru setelah diberikan terapi
psikoedukasi (kelompok intervensi) sebesar 27.05405405
sedangkan nilai mean penderita TB paru yang tidak
diberikan terapi psikoedukasi = 47.72972973, semakin kecil
nilai mean tingkat stress penderita TB paru maka semakin
baik untuk kondisi psikologis penderita TB paru (Suryani
dkk, 2016)..
Time Semua pasien yang datang berobat ke Puskesmas Garuda
maupun Babakan Sari pada April hingga September (Suryani
dkk, 2016)..
10. Telaah Step 2 (Validitas)
Recruitment 1. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi
experimental (pretest and posttest design with
control group) (Suryani dkk, 2016)..
2. Penentuan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian
ini menggunakan teknik nonprobability
sampling dengan metode consecutive sampling

4
yaitu teknik sampling dimana setiap responden
yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan
sampel dimasukkan dalam penelitian sampai
jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi atau
sampai waktu yang telah ditentukan (Suryani
dkk, 2016).
Setelah 5 bulan penelitian (April–
September) diperoleh sampel sebanyak 52
orang dari Puskesmas Garuda dan 22 orang dari
Puskesmas Babakan Sari. Jadi total sampel
berjumlah 74 orang, yang terbagi menjadi 2
kategori, 37 orang kelompok intervensi dan 37
orang kelompok kontrol (Suryani dkk, 2016).
3. Kriteria Inklusi-Eksklusi:
a. Kriteria inklusi: Adapun kriteria khusus
dalam pemilihan sampel ini antara lain:
sedang menderita Tuberkulosis Paru,
termasuk kategori usia dewasa, masih dalam
proses pengobatan ke Puskesmas, dan bisa
membaca dan menulis (Suryani dkk, 2016).
b. Kriteria Eksklusi: Tidak ada dalam penelitian
Maintenance Intervensi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Intervensi Psikoedukasi (Psycho Education
Intervention), prosesnya dijabarkan di bawah ini:

1. Psikoedukasi aktif: dilakukan yaitu dengan


konseling, terkait penyakit yang dialaminya.
Penderita TB yang datang ke Puskesmas yang
masuk kedalam kelompok intervensi diberikan
konseling tentang masalah psikososial yang

5
mereka hadapi.
2. Psikoedukasi pasif: pemberian booklet kepada
responden setelah diberikan konseling, dengan
tujuan agar responden bisa mempelajari kembali
apa yang sudah didiskusikan. Booklet berisi cara–
cara untuk mengatasi masalah psikososial yang
biasa dialami penderita TB.
Catatan: Penggunaan kedua pendekatan
psikoedukasi ini dilakukan karena kebanyakan
informasi kesehatan yang diterima oleh seorang
pasien bisa terlupakan dalam beberapa menit
setelah mereka mendapatkan informasi (Suryani
dkk, 2016).
Masalah psikososial yang dimaksud meliputi:
5 aspek kebutuhan psikososial yang tidak
terpenuhi antara lain kebutuhan akan tenaga
profesional kesehatan, kebutuhan emosional dan
spiritual, kebutuhan informasi, kebutuhan
dukungan jaringan dan kebutuhan praktis
(Suryani dkk, 2016).

Measurement 1. Alat Pengumpul Data/Instrumen


Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan kuesioner Depression Anxiety
Stress Scale (DASS). Pengumpulan data
dilakukan 2 kali, pertama sebelum dilakukan
psikoedukasi. Pengumpulan data kedua dilakukan
1 minggu setelah dilakukan intervensi (Suryani
dkk, 2016).

6
2. Uji Statistik yang Digunakan
Analisis yang digunakan untuk pengujian skor
DASS pretest pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol menggunakan uji T Test karena
data terdistribusi normal. Selanjutnya untuk
pengujian beda antara skor DASS pre dan posttest
pada kelompok intervensi menggunakan uji t
berpasangan, hal tersebut dikarenakan data yang
dikumpulkan adalah data numerik dan dilakukan
pada kelompok yang sama dengan menghitung
pre dan post test nya (berpasangan) (Suryani dkk,
2016).
3. Hasil Pengukuran DASS
1. Uji Beda Antara Kelompok Intervensi Dan
Kelompok Kontrol (PRE)
Kriteria: Tolak H0 jika T hitung > T table. Nilai
T hitung yaitu t stat = -0.022840948 < t tabel
diatas yaitu = 2.028093987 maka H0 diterima,
artinya tidak ada perbedaan tingkat stress
penderita TB paru pada kelompok intervensi
dan kontrol sebelum diberikan terapi
psikoedukasi (Suryani dkk, 2016).
2. Nilai Mean
Nilai mean tingkat stress penderita TB paru
setelah diberikan terapi psikoedukasi
(kelompok intervensi) sebesar 27.05405405
sedangkan nilai mean penderita TB paru yang
tidak diberikan terapi psikoedukasi =
47.72972973, semakin kecil nilai mean tingkat
stress penderita TB paru maka semakin baik

7
untuk kondisi psikologis penderita TB paru.
Jadi, pemberian terapi psikoedukasi
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
tingkat depresi, cemas dan stress pada
penderita TB paru sehingga pemberian terapi
psikoedukasi sangat berguna dan baik untuk
diterapkan kepada penderita TB paru untuk
mengurangi tingkat depresi, cemas dan stress
penderita (Suryani dkk, 2016).

8
11. Telaah Step 3 (Aplikabilitas)
a. Adanya Sumber Daya Manusia
Aplikasi intervensi ini sangat memungkinkan untuk dilakukan dalam pelayanan
pasien TB di Infection Center (IC) RSWS. Program psikoedukasi dapat diprogramkan
bagi pasien rawat inap maupun rawat jalan. Perawat dapat menjadi konselor bagi pasien
dengan TB. Tenaga perawat yang banyak dan kompeten di IC dapat menjadi SDM dalam
pengaplikasian psikoedukasi ini, atau bahkan pasikoedukasi telah di aplikasikan di IC
RSWS namun dalam bentuk atau konsep yang berbeda.
b. Biaya
Pemberian intervensi jika ditinjau dari segi biaya juga sangat memungkinkan.
Karena hanya membutuhkan perawat itu sendiri dalam memberikan intervensi
psikoedukasi.
c. Kebijakan
Intervensi psikoedukasi sesuai dan memenuhi syarat sesuai kebijakan RS, dan
tidak ada peraturan khusus yang membatasi hal ini. Penerapan intervensi psikoedukasi
memerlukan SOP yang jelas agar dapat di aplikasikan dalam pelayanan.
d. Hasil
Pemberian terapi psikoedukasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
tingkat depresi, cemas dan stress pada penderita TB paru dibandingkan dengan kelompo
kontrol yang diberikan pengarahan kesehatan biasa. Sehingga dapat disimpulkan
pemberian terapi psikoedukasi sangat berguna dan baik untuk diterapkan kepada
penderita TB paru untuk mengurangi tingkat depresi, cemas dan stress penderita.
e. Tahapan Intervensi Psikoedukasi (Rujukan Referensi Lain)
Penelitian yang dilakukan oleh Hussain, Malik & Hussain (2015) di Palestina
menyebutkan Intervensi Psikoedukasi mencakup kelompok intervensi diberikan sesi
konseling individu dengan pendidikan mengenai pengobatan mereka. Dalam sesi
konseling individu, mengatasi harga diri, stres dan strategi mengatasi kecemasan di
diajarkan kepada pasien. Minimal tiga sesi konseling dilakukan dengan kelompok
intervensi. Selama fase intensif (awal 2 bulan pengobatan) dari pengobatan, kelompok
intervensi memiliki satu sesi konseling individu dan kemudian di lanjutan (tersisa empat
hingga enam bulan dari periode pengobatan) mereka memiliki.
1) Sesi pertama membahas bahaya dari ketidakpatuhan
2) Sesi kedua membahas efek samping rejimen pengobatan dan masalah stigma s
3) Sesi ketiga pasien dan keluarga mereka berbagi kisah sukses mereka dengan peserta
lain.

9
Penelitian lain yang dilakukan oleh Xuhui dkk (2018) di China menyebutkan
intervensi psikoedukasi meliputi:
1) Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan terdiri dari pengetahuan dasar tentang TB (termasuk rute
penularan, kebijakan perawatan, terapi rejimen), keterampilan mengatasi psikologis
(termasuk pengobatan efek samping, komunikasi yang efektif, peningkatan
kepercayaan diri), diet yang tepat(termasuk diet ringan, rendah garam dan lemak)
diet, diet protein tinggi) dan gaya hidup sehat (termasuk merokok dan berhenti
minum, latihan fisik teratur). Brosur Kesehatan TB juga diberikan kepada pasien.
Edukasi dilakukan sekitar 30 menit per pasien.
2) Psikoterapi
Untuk menghilangkan masalah kesehatan mental pasien, Setiap sesi psikoterapi
berlangsung sekitar 30 menit per pasien. Intervensi dukungan keluarga dan
masyarakat. Secara bersamaan, anggota keluarga dan teman-teman pasien diundang
untuk menghadiri psiko-edukasi lokakarya untuk menerima pengetahuan dasar
tentang TB dan mendorong mereka untuk mengekspresikan tekanan emosional
mereka. Selain itu, mereka berbagi pengalaman dengan pasien dan anggota keluarga
mereka tentang cara mengatasi masalah dan meningkatkan perawatan diri.

12. Kelebihan dan Kekurangan Artikel


Kelebihan :
-
Kekurangan :
1. Tidak ada SOP yang jelas
2. Hasil uji yang telah dilakukan tidak ditampilkan dengan jelas (uji beda pre dan post
pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol). Memang ada bukti perbedaan dari
segi persentase namun tidak ditampilkan dalam bentuk uji statistik.
3. Tidak memaparkan kriteria eksklusi penelitian
4. Penyajian tabel kurang menarik dan tidak lengkap
5. Lama pemberian intervensi (durasi pelaksanaan psikoedukasi) tidak dipaparkan sama
sekali.
6. Kriteria usia sebagai syarat responden penelitian masih ambigu karena hanya
dituliskan responden kategori dewasa (tidak jelas rentang usianya)
7. Tidak menampilkan rekomendasi penelitian, bagi peneliti selanjutnya yang tertarik
dengan konsep penelitian ini

10
11
DAFTAR PUSTAKA

Hussain, Malik & Hussain. (2015). A Randomized Controlled Intervention Trial: Effect of
Counselling on Treatment Adherence and Self-Esteem of Women Patients Receiving
Tuberculosis Treatment. Open Medicine Journal. 3 (1). DOI:
10.2174/1874220301603010027.
Suryani dkk. (2016). Psikoedukasi Menurunkan Tingkat Depresi, Stres dan Kecemasan pada
Pasien Tuberkulosis Paru. Jurnal Ners. 11 (1).
http://dx.doi.org/10.20473/jn.V11I12016.128-133.
Xuhui dkk. (2018). Effectiveness of comprehensive social support interventions among
elderly patients with tuberculosis in communities in China: a communitybased trial.
Journal Epidemiology Community Health. 1 (1). doi:10.1136/jech-2017-209458.

Departemen KMB

12
Jurnal Sistem Respirasi

ANALISIS JURNAL
Psikoedukasi menurunkan Tingkat Depresi, Stres dan Kecemasan pada
Pasien Tuberkulosis Paru

OLEH:
KELOMPOK 4

Anis Astari, S.Kep


Krisdayanti, S.Kep
Mutmainnah Sari, S.Kep
Muh Syahrul Ramli, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2019

13

Anda mungkin juga menyukai