Anda di halaman 1dari 2

RELAWAN DEMOKRASI (RELASI) PEMILU TAHUN 2019 KPU

Muh Syahrul Ramli

Selalu ada nilai otentik dalam setiap diri manusia yang unik, begitulah
gambaran ketika saya harus mendeskripsikan pribadi penulis. Besar di lingkungan
sederhana di Kecamatan Palangga, sejak SD sudah berani tampil di depan umum dan
menorehkan prestasi. Lulus berstatus Mahasiswa dengan sederat aktivitas organisasi
tidak menjadi penghalang untuk menyelesaikan masa studi selama 3 tahun 8 bulan.
Keseimbangan tuntutan nilai akademis dan tanggungjawab organisatoris menjadi dua
hal yang berjalan beriringan dan berkesinambungan. Belajar kontekstual yang
diberikan oleh guru/dosen tidak cukup untuk mengasah nilai imajinatik dan potensi
kita. lingkungan dengan ide,tujuan, dan gagasan yang sama mengahruskan saya aktif
di dunia organisasi kemahasiswaan baik intra maupun ekstra. Di ranah internal kampus
Menjadi Sekretaris Umum di Himpunan Mahasiswa Keperawatan tahun 2016, Ketua
Umum HMJ Kep periode 2017, sednangkan ranah eksternal sebagai Koordinator
Wilayah VI Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Keperawatan (Wilayah
Sulawesi,Maluku,Papua ) tahun 2017 - sekarang, Anggota SAPMA PP-Kab.Gowa, dan
sebagai founding Literasi Anak Sehat dsb.

Pemilu tahun ini telah berhadapan dengan arus pemikiran masyarakat era
millennial. Diperkirakan dalam setiap pemilu, 30 persen dari total jumlah pemilih
adalah pemilih muda dengan usia 17 hingga 30 tahun. Demografi ini tentunya sangat
signifikan dan partisipasi mereka akan sangat berpengaruh dalam menentukan hasil
pemilu. Namun, sayangnya banyak pemuda saat ini yang acuh terhadap politik. Banyak
anak muda yang terdogma bahwa politik cenderung berstigma buruk, terlebih
banyaknya berita dari media yang menyebutkan banyaknya kasus penyelewengan
wewenang oleh oknum-oknum politik. Salah satu masalah dalam memilih itu
pemilihnya. Biasanya para remaja yang telah menginjak umur 17 tahun sudah dapat
menggunakan hak suaranya, namun mereka masih bingung siapa yang akan dipilihnya.
RELASI ( Relawan Demokrasi ) PEMILU adalah sebuah panggilan untuk
menghidupkan semangat demokrasi. Anak-anak muda tidak boleh lagi sebatas
menempatkan diri sebagai partisipan yang pasif, apalagi sekadar “tim hore-hore” yang
tugasnya selesai di acara perayaan lima tahunan.
Kegiatan kepemiluan yang penulis rasakan di lingkup Mahasiswa memberi
banyak edukasi tersendiri dalam proses demokrasi lingkup kampus bernama PEMILU
RAYA. Terlibat sebagai calon kandidat yang diusung dari Lembaga Internal jurusan
sebagai Calon Ketua Bem Fakultas. Dampak dari Pemilu Raya tersebut menjadi awal
mula para mahasiswa masuk dan terjun langsung dalam proses dan dinamika
demokrasi. Kendati proses tersebut masih terbilang kecil, tapi dari sinilah pelajaran
politik mahasiswa dimulai sehingga begitu terjun pada lingkungan massa yang lebih
luas setidaknya sudah ada bekal dan pemahaman yang didapatkan.

Rencana program kegiatan peningkatan partisipasi masyarakat dalam pemilu


2019 yang penulis ingin paparkan terfokus pada basis pemilih pemula. Para pemula
biasanya, tidak menggunakan hak suaranya saat pemilihan umum diselenggarakan,
lebih baik golput (golongan putih) menurut beberapa orang. Seperti saat pemilahan
osis di SMAN 11 Unggulan Pinrang, hampir seperdua suara batal dan tidak memilih.
Namun setelah pemenag di umumkan disinilah rasa menyesal muncul, itulah yang
dirasakan salah satu siswa yang golput. Penulis mempunyai program yaitu “
MILLENIAL SCHOOL KPU ”, mengedukasi dengan menghidupkan literasi
demokrasi yang tepat dengan mengacu pada kekuatan pemilih pemula millennial.
Pemanfaatan arus media dan teknologi adalah kunci untuk menggaet pemilih pemula.
Konsep dan ide ini sedikit berbeda sebagaimana program KPU Goes to school yang
sering dilaksanakan. Millenial School KPU bukan sekedar sosialisasi, tetapi
menggunakan pendekatan PBL/Problem Based Learning, suatu pendekatan yang
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa/i untuk belajar
tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah. Dengan
menggunakan pendekatan tersebut diharapkan generasi pemilih pemula sudah mampu
menganalisis realitas panggung demokrasi era sekarang sehingga pemilih pemula
dalam 15 tahun kedepan adalah pemimpin Negara.

Untuk mewujudkan pemula yang cerdas, diperlukan beberapa cara untuk


memecahkan masalah yang timbul akibat kurangnya informasi dan peran pemilih.
Beberpa permasalahan yang ditimbulkan sudah kami jabarkan pada halaman
sebelumnya. Dengan alternatif pemecahan tersebut diharapkan akan tercipta pemula
yang cerdas dan pemerintahan yang ideal.

Anda mungkin juga menyukai