Anda di halaman 1dari 83

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN NY.

S
DENGAN CORONA VIRUS (COVID-19) DI RUANG PERAWATAN MONIKA
RUMAH SAKIT SUAKA INSAN BANJARMASIN

DISUSUN OLEH :
AREMIA VANESHA 113063J120076
ESTER ELIZABETH KARTINI 113063J120079
FANDI JUMAEDY 113063J120081
FLORIDA OKTAVIA UTAMI 113063J120083
I GUSTI NGURAH KASDIANA PUTRA 113063J120085
IRFAN KURNIADI 113063J120089
KIRANA MARIA SELLA 113063J120091
MARIA E KA NISFIDA 113063J120092
NOVALIANA 113063J120096
POCAY 113063J120098
RESTI JULIAWATI 113063J120099
YOHANA VETRINELA 113063J120107
YOSEPHA TANONO 113063J120108
YOSUA KRISMON 113063J120109

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN
BANJARMASIN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Asuhan
Keperawatan Seminar Besar Ny. S dengan Corona Virus (Covid-19) di Ruang
Perawatan Monika Rumah Sakit Suaka Insan Banjarmasin.
Dalam penyusunan laporan ini kami banyak mendapat bimbingan dan arahan
dari berbagai pihak. Dan pada kesempatan kali ini, kami menghaturkan terima kasih
kepada Preseptor Akademik dan Preseptor Lahan, teman-teman dan semua pihak
yang telah membantu kami dalam menyelesaikan laporan ini.
Kami menyadari penulisan laporan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karenanya kami memohon maaf apabila dalam penulisan laporan ini masih banyak
kekurangan. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi
kesempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini bisa memberikan manfaat serta menambah pengetahuan
dan wawasan, baik penulis maupun kepada para pembaca.

Banjarmasin, September 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................................ii
Daftar Isi....................................................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang.....................................................................................................................1
B. Tujuan..................................................................................................................................3
C. Manfaat................................................................................................................................4
BAB II Tujuan Pustaka
A. Anatomi dan Fisiologi..........................................................................................................6
B. Definisi Covid-19...............................................................................................................14
C. Etiologi...............................................................................................................................14
D. Manifestasi Klinis..............................................................................................................15
E. Epidemiologi......................................................................................................................16
F. Patofisiologi.......................................................................................................................17
G. Komplikasi.........................................................................................................................23
H. Manajemen Kolaborasi......................................................................................................25
BAB III Studi Kasus
A. Pengkajian..........................................................................................................................34
B. Diagnosa.............................................................................................................................36
C. Perencanaan.......................................................................................................................36
D. Evaluasi..............................................................................................................................44
BAB IV Pembahasan
A. Pengkajian.....................................................................................................................45
B. Pemeriksaan Penunjang................................................................................................57
C. Terapi/Pengobatan........................................................................................................60
D. Analisa Data .................................................................................................................64
E. Rencana asuhan keperawatan .......................................................................................69

BAB V Penutup
A. Kesimpulan ...................................................................................................................77
B. Saran .............................................................................................................................77
DAFTAR PUSTAKA

iii
LAMPIRAN

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kasus pneumonia misterius pertama kali dilaporkan di Wuhan,
Provinsi Hubei mulai muncul pada Desember 2019. Sumber penularan kasus
ini masih belum diketahui pasti, tetapi kasus pertama dikaitkan dengan pasar
ikan di Wuhan. Tanggal 18 Desember hingga 29 Desember 2019, terdapat
lima klien yang dirawat dengan Acute Respiratory Distress Syndrome
(ARDS). Sejak 31 Desember 2019 hingga 3 Januari 2020 kasus ini meningkat
pesat, ditandai dengan dilaporkannya sebanyak 44 kasus. Tidak sampai satu
bulan, penyakit ini telah menyebar di berbagai provinsi lain di China,
Thailand, Jepang, dan Korea Selatan. Sampel yang diteliti menunjukkan
etiologi coronavirus baru (WHO, 2020).
Awalnya, penyakit ini dinamakan sementara sebagai 2019 Novel
Corona Virus (2019-nCoV), kemudian WHO mengumumkan nama baru pada
11 Februari 2020 yaitu Coronavirus Disease (COVID-19) yang disebabkan
oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2).
Virus ini dapat ditularkan dari manusia ke manusia dan telah menyebar secara
luas di China dan lebih dari 190 negara dan teritori lainnya. Pada 12 Maret
2020, WHO mengumumkan COVID-19 sebagai pandemik. Hingga tanggal 29
Maret 2020, terdapat 634.835 kasus dan 33.106 jumlah kematian di seluruh
dunia. Sementara di Indonesia sudah ditetapkan 1.528 kasus dengan positif
COVID-19 dan 136 kasus kematian (WHO, 2020).
Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan
penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan
penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang
serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom
Pernafasan Akut Berat/Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Coronavirus jenis baru yang ditemukan pada manusia sejak kejadian luar biasa

1
muncul di Wuhan Cina, pada Desember 2019, kemudian diberi nama Severe
Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV2), dan
menyebabkan penyakit Coronavirus Disease-2019 (COVID-19).
Virus corona adalah keluarga besar virus yang dapat menyebabkan
penyakit pada hewan atau manusia. Pada manusia corona diketahui
menyebabkan infeksi pernafasan mulai dari flu biasa hingga penyakit yang
lebih parah seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS), dan Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS). Virus corona COVID-19 menyebar
orang ke orang melalui tetesan kecil dari hidung atau mulut yang menyebar
ketika seseorang batuk atau menghembuskan nafas. Tetesan ini kemudian
jatuh ke benda yang disentuh oleh orang lain. Orang tersebut kemudian
menyentuh mata, hidung, atau mulut (WHO, 2020). Gejala COVID-19 yang
paling umum adalah demam, kelelahan, dan batuk kering. Beberapa klien
mungkin mengalami sakit dan nyeri, hidung tersumbat, pilek, sakit
tenggorokan atau diare. Gejala-gejala ini bersifat ringan dan terjadi secara
bertahap (Huang, et.al, 2020).
Banyak istilah yang muncul di Indonesia dan menimbulkan
kebingungan pada sebagian klien. Istilah itu di antaranya orang dalam
pemantauan ( ODP), klien dengan pengawasan (PDP), dan suspek. PDP
adalah mereka yang memiliki gejala panas badan dan gangguan saluran
pernapasan. Gangguan saluran pernapasan itu bisa ringan atau berat, serta
pernah berkunjung ke atau tinggal di daerah yang diketahui merupakan daerah
penularan Covid-19. Tidak hanya itu, PDP ini juga memiliki indikasi atau
diketahui pernah berkontak dengan langsung dengan kasus yang terkonfirmasi
atau probabel Covid-19.
Penelitian yang dilakukan oleh Adityo Susilo (2020), mendapatkan
kesimpulan bahwa COVID-19 adalah penyakit baru yang telah menjadi
pandemi. Penyakit ini harus diwaspadai karena penularan yang relatif cepat,
memiliki tingkat mortalitas yang tidak dapat diabaikan, dan belum adanya
terapi definitif. Penyebaran penyakit ini telah memberikan dampak luas secara
sosial dan ekonomi. Masih banyak kontroversi seputar penyakit ini, termasuk

2
dalam aspek penegakkan diagnosis, tata laksana, hingga pencegahan. Oleh
karena itu, perlu dilakukan telaah terhadap studi-studi terkait COVID-19 yang
telah banyak dipublikasikan sejak awal 2020 lalu sampai dengan akhir Maret
2020.
World Health Organization menyatakan bahwa sebagian besar
perkiraan masa inkubasi Covid-19, yakni selama 1-14 hari atau rata-rata
sekitar 5 hari. Sementara, menurut Centers for Disease Control and
Prevention (CDC), masa inkubasi Covid-19 atau SARS-Cov-2 terjadi selama
2-14 hari setelah terpapar virus. Sebuah hasil riset lain mengemukakan bahwa
sebanyak 97 persen orang yang terpapar virus corona menunjukkan gejala
penyakit dalam waktu 11,5 hari, dengan masa inkubasi Covid-19 sekitar 5
hari. Masa inkubasi virus Covid-19 di dalam tubuh manusia tergolong
bervariasi antara orang yang satu dengan orang lainnya. Maka dari itu, orang
yang terinfeksi virus corona ada yang tidak langsung menunjukkan gejala apa
pun dan ada pula yang mengalami gejala coronavirus ringan.
Sampai saat ini, belum ada obat khusus yang disarankan untuk
mencegah atau mengobati penyakit yang disebabkan virus corona baru
(COVID-19). Mereka yang terinfeksi virus harus menerima perawatan yang
tepat untuk meredakan dan mengobati gejala, dan mereka yang sakit serius
harus dibawa ke rumah sakit. Kasus COVID-19 masih terus mengalami
peningkatan hingga sekarang, oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas
kasus ini.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menerapkan Asuhan Keperawatan yang berkualitas kepada klien Ny. S
dengan COVID-19 melalui proses keperawatan secara komprehensif.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian data-data yang berubungan dengan
COVID-19.

3
b. Dapat mengidentifikasi dasar tentang penyakit COVID-19,
menganalisa tentang data yang diperoleh.
c. Dapat membuat diagnosa keperawatan berdasarkan data yang muncul.
d. Dapat memproritaskan masalah kesehatan yang muncup pada klien
COVID-19.
e. Dapat menentukan rencana dan melaksanakan rencana keperawatan
yang dapat dilakukan pada klien dengan COVID-19.
f. Dapat mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah diberikan pada
klien dengan COVID-19.

C. Manfaat
1. Bagi Klien Dan Keluarga
Bagi klien, agar klien merasa nyaman mendapat pelayanan
keperawatan yang berkualitas dan optimal sesuai standar Asuhan
Keperawatan dan teori perawatan pada klien COVID-19 dan untuk
meningkatkan pengetahuan klien.
Bagi keluarga, selain mendapatkan bantuan dalam perawatan klien,
keluarga juga mendapatkan pengetahuan dengan melibatkan secara
langsung saat perawatan dirumah.
2. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat mempelajari secara rinci tentang penyakit dan
penatalaksanaan klien COVID-19 dengan teori yang dipelajari yang
tentunya berguna dimasa mendatang.
3. Bagi perawat profesional yang bertugas di pelayanan keperawatan
Dapat berbagi ilmu dan keterampilannya guna membimbing
mahasiswa agar dengan mudah bisa memberikan pelayanan yang sesuai
dengan standar keperawatan.
4. Bagi profesi-profesi terkait :
a. Bagi dokter, diharapkan dalam memberikan medikasi dengan cepat dan
tepat.

4
b. Bagi laboratory technical, dapat membatu dokter dalam menegakan
diagnosa yang tepat berdasarkan hasil analisa pemeriksaan terkait
dengan proses penyakit COVID-19.
c. Bagi idietition, diharapakan dapat menentukan jumlah dan jenis nutrisi
yang diperlukan untuk klien dengan COVID-19.
d. Bagi pharmacist, diharapkan dapat menentukan obat-obatan yang tepat
untuk klien COVID-19.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi


1. Anatomi Paru

Gambar 1.1
Sumber : https://www.wattpad.com/321938245-anatomi-fisiologi-1-sistem-
pernafasan-respirasi

a. Rongga Hidung (Cavum Nasalis)


Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis).
Rongga hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar
minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera).
Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat
saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal
yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara.
Juga terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang
berfungsi menghangatkan udara yang masuk.

6
b. Faring (Tenggorokan)
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan
percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernafasan (nasofarings) pada bagian
depan dan saluran pencernaan (orofarings) pada bagian atas.

c. Laring
Terdapat pita suara / flika vokalis, bisa menutup dan membuka
saluran nafas, serta melebar dan menyempit. Fungsi laring ini membantu
dalam proses mengejan, membuka dan menutup saluran nafas secara
intermitten pada waktu batuk. Pada saat akan batuk, flika vokalis
menutup, saat batuk membuka, sehingga benda asing keluar. Secara
reflektoris menutup saluran napas pada saat menghirup udara yang tidak
dikehendaki.

d. Tenggorokan (Trakea)
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak
sebagian di leher dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding
tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada
bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-
benda asing yang masuk ke saluran pernafasan.
e. Cabang-cabang Tenggorokan (Bronkhus)
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus
kanan dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan
trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada
bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari
lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang- cabang lagi menjadi
bronkiolus.

f. Bronkhiolus
Bronkiolus tidak mempunyi tulang rawan, tetapi rongganya masih
mempunyai silia dan di bagian ujung mempunyai epitelium berbentuk kubus

7
bersilia. Pada bagian distal kemungkinan tidak bersilia. Bronkiolus berakhir
pada gugus kantung udara (alveolus).

g. Aleolus
Alveolus adalah struktur anatomi yang memiliki bentuk berongga.
Terdapat pada parenkim paru-paru, yang merupakan ujung dari saluran
pernapasan, di mana kedua sisi merupakan tempat pertukaran udara dengan
darah (Peate & Nair, 2018).

2. Fisiologi Paru
Sistem pernapasan berperan dalam menjamin ketersediaan oksigen
untuk kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh dan pertukaran gas. Proses
oksigenasi dimulai dari pengambilan oksigen di atmosfer, kemudian oksigen
masuk melalui organ pernapasan bagian atas seperti hidung atau mulut,
faring, laring, dan selanjutnya masuk ke organ pernapasan bagian bawah
seperti trakea, bronkus utama, bronkus sekunder, bronkus tersier (segmental),
terminal bronkiolus, dan selanjutnya masuk ke alveoli. Organ pernapasan atas
berfungsi sebagai pertukaran gas, proteksi terhadap benda asing yang masuk
ke pernapasan bagian bawah, menghangatkan, filtrasi dan melembabkan gas.
Sementara fungsi organ pernapasan bawah berperan juga sebagai proses
difusi gas (Peate & Nair, 2018).
a. Respirasi
Respirasi adalah proses pertukaran gas oksigen dan
karbondioksida baik yang terjadi di paru-paru maupun di jaringan
(Tarwoto & Wartonah, 2016).
1) Respirasi Eksternal
Respirasi eksternal merupakan proses pertukaran gas oksigen
dan karbondioksida di paru-paru dan kapiler pulmonal dengan
lingkungan luar. Pertukaran gas ini terjadi karena adanya perbedaan
tekanan dan konsentrasi antara udara lingkungan dengan di paru-

8
paru. Konsentrasi gas di atmosfer terdiri atas nitrogen 78,62 %,
oksigen 20,84 %, karbon dioksida 0,04 %, dan air 0,5 %. Ekspirasi
eksternal melibatkan kegiatan-kegiatan berikut :
a) Pertukaran udara dari luar atau atmosfer dengan udara alveoli
melalui aksi mekanik yang disebut ventilasi.
b) Pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dengan
kapiler pulmonal melalui proses difusi.
c) Pengangkutan oksigen dan karbon dioksida oleh darah dari paru-
paru ke seluruh tubuh dan sebaliknya.
d) Pertukaran oksigen dan karbon dioksida darah dalam pembuluh
kapiler jaringan dengan sel-sel jaringan melalui proses difusi.
2) Respirasi Internal
Respirasi internal merupakan proses pemanfaatan oksigen
dalam sel yang terjadi di mitokondria untuk metabolisme dan
produksi karbon dioksida. Tekanan parsial oksigen (pO 2) di jaringan
selalu lebih rendah dari darah arteri sistemik dengan perbandingan 40
mmHg dan 104 mmHg.
3) Mekanisme Pernapasan
Pernapasan atau ventilasi pulmonal merupakan proses
pemindahan udara dari dan ke paru-paru. Proses bernapas terdiri dari
dua fase yaitu inspirasi (periode ketika aliran udara luar masuk ke
paru-paru) dan ekspirasi (periode ketika udara meninggalkan paru-
paru ke luar atmosfer). Tekanan yang berperan dalam proses
bernapas adalah tekanan atmosfer, tekanan intrapulmonal atau
intraalveoli, dan tekanan intrapleura.
a) Tekanan atmosfer, yaitu tekanan udara luar yang besarnya 760
mmHg.
b) Tekanan intra pulmonal atau intraalveoli, yaitu tekanan yang
terjadi dalam alveoli paru-paru. Saat inspirasi tekanan
intrapulmonal 759 mmHg dan saat ekspirasi 761 mmHg.

9
Tekanan intrapulmonal akan meningkat ketika bernapas
maksimum yang pada saat inspirasi -30 mmHg dan ekspirasi
+100 mmHg.
c) Tekanan intra pleura, yaitu tekanan yang terjadi pada rongga
pleura 4 mmHg atau sekitar 756 mmHg.
4) Otot-Otot Pernapasan
a) Otot pernapasan saat inspirasi :
(1) Otot diafragma, memegang peranan besar yaitu 75 %
dalam proses pernapasan normal.
(2) Kontraksi otot-otot interkosta eksterna, memegang
peranan sekitar 25 % dari volume udar masuk ke paru
pada pernapasan normal.
(3) Otot aksesori (interkosta interna, sternokleidomastoideus,
seratus anterior, pektoris minor, torasikus tranversus,
oblikus eksternal dan internal, rektus abdominus
memegang peranan penting dalm peningkatan kecepatan
dan jumlah pergerakan iga.
b) Otot-Otot Eskpirasi
(1) Otot interkosta interna dan transversus untuk menurunkan
iga dan rongga toraks.
(2) Otot intra abdominals, membantu otot interkosta internal
untuk ekspirasi dengan menekan abdomen dan
mengangkat difragma.
5) Pertukaran dan Transpor Gas Pernapasan
Udara yang kita butuhkan dari atmosfer agar dapat
dimanfaatkan oleh tubuh membutuhkan proses yang kompleks,
meliputi proses ventilasi, perfusi, difusi ke kapiler, dan transportasi.
a) Ventilasi
Ventilasi merupakan pergerakan udara yang masuk dan keluar dari
paru-paru. Ada 3 kekuatan yang berperan dalam ventilasi yaitu :

10
(1) Compliance yaitu kemampuan untuk meregang paru-paru
dan dinding dada.
(2) Tekanan surfaktan, disebabkan oleh adanya cairan pada
lapisan alveolus yang dihasilkan oleh sel tipe II. Pada
bayi prematur surfaktan berkurang dan dapat
menyebabkan infant respiratory distress syndrome.
(3) Otot-otot pernapasan.
b) Difusi
Difusi merupakan proses pertukaran oksigen dan karbon
dioksida dari alveolus ke kapiler pulmonal melalu membran, dari
area dengan konsentrasi tinggi ke area dengan konsentrasi
rendah. Faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi adalah :
(1) Perbedaan tekanan pada membran.
(2) Besarnya area membran.
(3) Keadaan tipis tebalnya membran.
(4) Koefisien difusi
c) Perfusi paru
Perfusi paru merupakan pergerakan aliran darah melalui
sirkulasi pulmonal. Kekuatan utama distribusi perfusi paru-paru
adalah gravitasi, tekanan arteri pulmonal dan tekanan alveolus.
Pada orang dewasa yang normal, sehat dan salam keadaan
istirahat, ventilasi alveolar sekitar 4,0 liter/menit dan perfusinya
sekitar 5,0 liter/menit. Dengan demikian rasio ventilasi dan
perfusi adalah :

Ventilasi (V ) 4.0liter /menit


= 0,8
Perfusi ( Q ) 5.0 liter /menit

(1) Volume paru : volume udara yang masuk dan keluar paru-
paru dalam seklai bernapas disebut volume tidal yang
besarnya sekitar 500 ml atau 5 – 10 ml/kg BB. Volume

11
cadangan inspirasi (VCI) yaitu jumlah udara yang dapat
dihirup sekuat-kuatnya setelah inspirasi normal, jumlahnya
sekitar 3.000 ml. volume cadanagn ekspirasi (VCE)
merupakan jumlah udara yang dapat dikeluarkan sekuat-
kuatnya setelah ekspirasi normal, besarnya sekitar 1.100 ml.
Volume residu (VR) merupakan volume udraa yang masih
dpat terisisa setelah ekspirasi kuat, besarnya sekitar 1.200 ml.
Besarnya total volume pertukaran udara antara sistem
pernapasan dengan udara luar atau atmosfer selama 1 menit
disebut ventilasi pulmonal. Sekitar 150 ml dari volume tidal
terperangkap dalam ruang mati (ruang rugi) dan dikeluarkan
kembali pada saat ekspirasi. Volume udara yang masuk ke
alveoli setiap menit disebut ventilasi alveolar dan besarnya
dirumuskan :

Jumlah pernapasan per menit x (volume tidal-ruang


mati)

(2) Kapasitas paru: kapasitas vital (KV) adalah total jumlah


udara maksimum yang dapat dikeluarkan dengan kuat
setelah inspirasi maksimum, jumlahnya penambahan volume
tidal (VT), volume cadangan inspirasi (VCI) dan volume
cadangan ekspirasi (VCE) = 500 ml + 3.000 ml + 1.100 ml =
4.600 ml. Kapasitas inspirasi (KI) merupakan total jumlah
volume tidal (VT) dan volume cadangan inspirasi (VCI),
jumlahnya sekitar 3.500 ml. Kapasitas residual fungsional
(KRF) merupakan jumlah udara sisa setelah ekspirasi
normal, besarnya jumlah volume residual (VR) dengan
volume cadangan ekspirasi (VCE) sekitar 2.300 ml.
Kapasitas total paru (KTP) merupakan jumlah total udara

12
yang dapat ditampung dalam paru-paru, besarnya sama
dengan kapasitas vital (KV) ditambah dengan volume
residual (VR) sekitar 5.800 ml.

6) Pengaturan Pernapasan
a) Pengendalian pernapasan oleh sistem persarafan
(1) Korteks serebri: berperan dalam pengaturan pernapasan
yang bersifat volunter sehingga memungkinkan kita
dapat mengatur napas dan menahan napas, misalnya
pada saat bicara atau makan.
(2) Medulla oblongata: berperan dalam pernapasan otomatis
dan spontan.
(3) Pons : terdapat 2 pusat pernapasan yaitu pusat apneutik
(mengoordinasi transisi antara inspirasi dan ekspirasi
dengan cara mengirimkan rangsangan impuls pada area
inspirasi dan menghambat ekspirasi) dan pusat
pneumotaksis (menghambat aktivitas neuron inspirasi
sehingga inspirasi dihentikan dan ekspirasi pun terjadi)
yang berfungsi sebagai membatasi durasi inspirasi.
Usia Frekuensi Pernapasan
/menit
BBL dan Bayi 30-60
1-5 tahun 20-30
6-10 tahun 18-26
10- dewasa 12-20
60 tahun keatas 16-25
Tabel 1.1 Frekuensi Pernapasan Berdasarkan Usia
7) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fungsi Pernapasan
a) Posisi tubuh
b) Lingkungan

13
c) Polusi udara
d) Zat allergen
e) Gaya hidup dan kebiasaan
f) Nutrisi
g) Peningkatan aktivitas tubuh
h) Gangguan pergerakan paru
i) Obstruksi saluran pernapasan (Tarwoto & Wartonah, 2016).

B. Definisi COVID
COVID-19 adalah peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh
Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Sindrom gejala
klinis yang muncul beragam, dari mulai tidak berkomplikasi (ringan) sampai
syok septik (berat). Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang
menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan (WHO, 2020).
COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus severe acute
respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2). COVID-19 dapat
menyebabkan gangguan sistem pernapasan, mulai dari gejala yang ringan seperti
flu, hingga infeksi paru-paru, seperti pneumonia (Kemenkes, 2020).
Jadi, Coronavirus adalah suatu kelompok virus yang dapat menyebabkan
penyakit pada hewan atau manusia. Beberapa jenis coronavirus diketahui
menyebabkan infeksi saluran nafas pada manusia mulai dari batuk pilek hingga
yang lebih serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS).

C. Etiologi
Etiologi coronavirus disease 2019 (COVID-19) adalah virus dengan
nama spesies severe acute respiratory syndrome virus corona 2, yang disingkat
SARS-CoV-2. Virologi SARS-CoV-2 merupakan virus yang mengandung
genom single-stranded RNA yang positif. Morfologi virus corona mempunyai
proyeksi permukaan (spikes) glikoprotein yang menunjukkan gambaran seperti

14
menggunakan mahkota dan berukuran 80-160 nM dengan polaritas positif 27-32
kb. Struktur protein utama SARS-CoV-2 adalah protein nukleokapsid (N),
protein matriks (M), glikoprotein spike (S), protein envelope (E) selubung, dan
protein aksesoris lainnya.
Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia).
Beberapa coronavirus yang dikenal beredar pada hewan namun belum terbukti
menginfeksi manusia. WHO melaporkan bahwa penularan dari manusia ke manusia
terbatas (pada kontak erat dan petugas kesehatan) telah dikonfirmasi di China
maupun negara lain. Berdasarkan kejadian MERS dan SARS sebelumnya, penularan
manusia ke manusia terjadi melalui droplet, kontak dan benda yang terkontaminasi,
maka penularan COVID-19 diperkirakan sama.
Penularan ini terjadi umumnya melalui droplet dan kontak dengan virus
kemudian virus dapat masuk ke dalam mukosa yang terbuka. Suatu analisis
mencoba mengukur laju penularan berdasarkan masa inkubasi, gejala dan durasi
antara gejala dengan pasien yang diisolasi. Analisis tersebut mendapatkan hasil
penularan dari 1 pasien ke sekitar 3 orang di sekitarnya, tetapi kemungkinan
penularan di masa inkubasi menyebabkan masa kontak pasien ke orang sekitar
lebih lama sehingga risiko jumlah kontak tertular dari 1 pasien mungkin dapat
lebih besar (Burhan & dkk, 2020).

D. Manifestasi Klinis
Gejala penyakit infeksi virus corona bervariasi dari yang ringan tanpa
gejala hingga yang parah seperti timbul sesak, gagal nafas dan kematian. Gejala
yang timbul bisa demam, batuk, rasa lelah, nyeri otot, flu sampai diare. Kriteria
klinis menurut Center for Disease Control USA:
1. Demam atau tanda infeksi saluran napas bagian bawah disertai riwayat
pernah kontak dengan pasien Covid-19 (yang dikonfirmasi dengan
laboratorium) dalam 14 hari terakhir.
2. Demam atau tanda infeksi saluran napas bagian bawah disertai riwayat baru
datang dari Provinsi Hubei Cina dalam 14 hari terakhir.

15
3. Demam atau tanda infeksi saluran napas bagian bawah hingga perlu rawat
inap di rumah sakit disertai riwayat datang dari daratan Cina dalam 14 hari
terakhir (Tandra, 2020).

E. Epidemiologi
Sejak kasus pertama di Wuhan, terjadi peningkatan kasus COVID-19 di
China setiap hari dan memuncak diantara akhir Januari hingga awal Februari
2020. Awalnya kebanyakan laporan datang dari Hubei dan provinsi di sekitar,
kemudian bertambah hingga ke provinsi-provinsi lain dan seluruh China.
Tanggal 30 Januari 2020, telah terdapat 7.736 kasus terkonfirmasi
COVID-19 di China, dan 86 kasus lain dilaporkan dari berbagai negara seperti
Taiwan, Thailand, Vietnam, Malaysia, Nepal, Sri Lanka, Kamboja, Jepang,
Singapura, Arab Saudi, Korea Selatan, Filipina, India, Australia, Kanada,
Finlandia, Prancis, dan Jerman. COVID-19 pertama dilaporkan di Indonesia pada
tanggal 2 Maret 2020 sejumlah dua kasus.
Data 31 Maret 2020 menunjukkan kasus yang terkonfirmasi berjumlah
1.528 kasus dan 136 kasus kematian. Tingkat mortalitas COVID-19 di Indonesia
sebesar 8,9%, angka ini merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara. Per 30
Maret 2020, terdapat 693.224 kasus dan 33.106 kematian di seluruh dunia. Eropa
dan Amerika Utara telah menjadi pusat pandemi COVID-19, dengan kasus dan
kematian sudah melampaui China. Amerika Serikat menduduki peringkat
pertama dengan kasus COVID-19 terbanyak dengan penambahan kasus baru
sebanyak 19.332 kasus pada tanggal 30 Maret 2020 disusul oleh Spanyol dengan
6.549 kasus baru. Italia memiliki tingkat mortalitas paling tinggi di dunia, yaitu
11,3%.
Awalnya kasus terbanyak terdapat di Cina, namun saat ini kasus
terbanyak terdapat di Italia dengan 86.498 kasus, diikut oleh Amerika dengan
85.228 kasus dan Cina 82.230 kasus. Virus ini telah menyebar hingga ke 199
negara. Kematian akibat virus ini telah mencapai 26.494 kasus. Tingkat kematian

16
akibat penyakit ini mencapai 4-5% dengan kematian terbanyak terjadi pada
kelompok usia di atas 65 tahun.
Berdasarkan data yang ada umur pasien yang terinfeksi COVID-19 mulai
dari usia 30 hari hingga 89 tahun. Menurut laporan 138 kasus di Kota Wuhan,
didapatkan rentang usia 37–78 tahun dengan rerata 56 tahun (42-68 tahun) tetapi
pasien rawat ICU lebih tua (median 66 tahun (57-78 tahun) dibandingkan rawat
non-ICU (37-62 tahun) dan 54,3% laki-laki. Laporan 13 pasien terkonfirmasi
COVID-19 di luar Kota Wuhan menunjukkan umur lebih muda dengan median
34 tahun (34-48 tahun) dan 77% laki laki (WHO, 2020).
Indonesia melaporkan kasus pertama pada 2 Maret 2020, yang diduga
tertular dari orang asing yang berkunjung ke Indonesia. Kasus di Indonesia pun
terus bertambah, hingga tanggal 29 Maret 2020 telah terdapat 1.115 kasus
dengan kematian mencapai 102 jiwa. Tingkat kematian Indonesia 9%, termasuk
angka kematian tertinggi (Kemenkes RI, 2020).
Pada 9 April, pandemi sudah menyebar ke 34 provinsi dengan Jawa Timur,
DKI Jakarta, dan Sulawesi Selatan sebagai provinsi paling terpapar. Terkait
persebaran, lima provinsi dengan penambahan kasus Covid-19 terbanyak dalam
sehari. Jawa Timur mencatat jumlah terbanyak dengan 409 kasus baru. Kemudian,
DKI Jakarta mencatat 378 kasus baru. Berikutnya, Sulawesi Selatan dengan 180
kasus baru; Jawa Tengah dengan 100 kasus baru, serta Sumatera Utara dengan 87
kasus baru. Adapun jumlah Pasien Dalam Pengawasan (PDP) di Indonesia pada
bulan juli sebanyak 13.499 kasus. Sementara Orang Dalam Pemantauan (ODP)
sebanyak 33.504 kasus.
Jumlah pasien yang positif terjangkit virus corona atau Covid-19 di
Kalimantan Selatan kini mencapai 4.218 orang yang tercatat pada Senin 13 Juli
2020. Terhitung pada bulan Juli 2020 kasus positif COVID-19 di Kota
Banjarmasin sebanyak 1.739.

F. Patofisiologi
1. Narasi

17
Patogenesis SARS-CoV-2 masih belum banyak diketahui, tetapi
diduga tidak jauh berbeda dengan SARSCoV yang sudah lebih banyak
diketahui.30 Pada manusia, SARS-CoV-2 terutama menginfeksi sel-sel pada
saluran napas yang melapisi alveoli. SARS-CoV-2 akan berikatan dengan
reseptor-reseptor dan membuat jalan masuk ke dalam sel. Glikoprotein yang
terdapat pada envelope spike virus akan berikatan dengan reseptor selular
berupa ACE2 pada SARS-CoV-2. Di dalam sel, SARS-CoV-2 melakukan
duplikasi materi genetik dan mensintesis protein-protein yang dibutuhkan,
kemudian membentuk virion baru yang muncul di permukaan sel.
Sama dengan SARS-CoV, pada SARS-CoV-2 diduga setelah virus
masuk ke dalam sel, genom RNA virus akan dikeluarkan ke sitoplasma sel
dan ditranslasikan menjadi dua poliprotein dan protein struktural.
Selanjutnya, genom virus akan mulai untuk bereplikasi. Glikoprotein pada
selubung virus yang baru terbentuk masuk ke dalam membran retikulum
endoplasma atau Golgi sel. Terjadi pembentukan nukleokapsid yang
tersusun dari genom RNA dan protein nukleokapsid. Partikel virus akan
tumbuh ke dalam retikulum endoplasma dan Golgi sel. Pada tahap akhir,
vesikel yang mengandung partikel virus akan bergabung dengan membran
plasma untuk melepaskan komponen virus yang baru.
Pada SARS-CoV, Protein S dilaporkan sebagai determinan yang
signifikan dalam masuknya virus ke dalam sel pejamu. Telah diketahui
bahwa masuknya SARS-CoV ke dalam sel dimulai dengan fusi antara
membran virus dengan plasma membran dari sel. Pada proses ini, protein
S2’ berperan penting dalam proses pembelahan proteolitik yang memediasi
terjadinya proses fusi membran. Selain fusi membran, terdapat juga
clathrindependent dan clathrin-independent endocytosis yang memediasi
masuknya SARS-CoV ke dalam sel pejamu.
Faktor virus dan pejamu memiliki peran dalam infeksi SARS-CoV.
Efek sitopatik virus dan kemampuannya mengalahkan respons imun
menentukan keparahan infeksi. Disregulasi sistem imun kemudian berperan

18
dalam kerusakan jaringan pada infeksi SARS-CoV-2. Respons imun yang
tidak adekuat menyebabkan replikasi virus dan kerusakan jaringan. Di sisi
lain, respons imun yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan jaringan.
Respons imun yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 juga belum
sepenuhnya dapat dipahami, namun dapat dipelajari dari mekanisme yang
ditemukan pada SARS-CoV dan MERS-CoV. Ketika virus masuk ke dalam
sel, antigen virus akan dipresentasikan ke antigen presentation cells (APC).
Presentasi antigen virus terutama bergantung pada molekul major
histocompatibility complex (MHC) kelas I. Namun, MHC kelas II juga turut
berkontribusi.30 Presentasi antigen selanjutnya menstimulasi respons
imunitas humoral dan selular tubuh yang dimediasi oleh sel T dan sel B yang
spesifik terhadap virus
Pada respons imun humoral terbentuk IgM dan IgG terhadap SARS-
CoV. IgM terhadap SAR-CoV hilang pada akhir minggu ke-12 dan IgG
dapat bertahan jangka panjang. Hasil penelitian terhadap pasien yang telah
sembuh dari SARS menujukkan setelah 4 tahun dapat ditemukan sel T
CD4+ dan CD8+ memori yang spesifik terhadap SARS-CoV, tetapi
jumlahnya menurun secara bertahap tanpa adanya antigen. Virus memiliki
mekanisme untuk menghindari respons imun pejamu. SARS-CoV dapat
menginduksi produksi vesikel membran ganda yang tidak memiliki pattern
recognition receptors (PRRs) dan bereplikasi dalam vesikel tersebut
sehingga tidak dapat dikenali oleh pejamu. Jalur IFN-I juga diinhibisi oleh
SARS-CoV dan MERS-CoV. Presentasi antigen juga terhambat pada infeksi
akibat MERS-CoV.
Patofisiologi COVID-19 diawali dengan interaksi protein spike virus
dengan sel manusia. Setelah memasuki sel, encoding genome akan terjadi
dan memfasilitasi ekspresi gen yang mambantu adaptasi severe acute
respiratory syndrome virus corona 2 pada inang. Rekombinasi, pertukaran
gen, insersi gen, atau delesi, akan menyebabkan perubahan genom yang
menyebabkan outbreak di kemudian hari. severe acute respiratory syndrome

19
virus corona 2 (SARS-CoV-2) menggunakan reseptor angiotensin
converting enzyme 2 (ACE2), yang ditemukan pada traktus respiratori
bawah manusia dan enterosit usus kecil sebagai reseptor masuk.
Glikoprotein spike (S) virus melekat pada reseptor ACE2 pada pernukaan sel
manusia.
Subunit S1 memiliki fungsi sebagai pengatur receptor binding
domain (RBD). Sedangkan subunit S2 memiliki fungsi dalam fusi membran
antara sel virus dan sel inang. Setelah terjadi fusi membran, RNA virus akan
dikeluarkan dalam sitoplasma sel inang. RNA virus akan mentranslasikan
poliprotein pp1a dan pp1ab dan membentuk kompleks replikasi-transkripsi
(RTC). Selanjutnya, RTC akan mereplikasi dan menyintesis subgenomik
RNA yang mengodekan pembentukan protein struktural dan tambahan.
Gabungan retikulum endoplasma, badan golgi, genomik RNA, protein
nukleokapsid, dan glikoprotein envelope akan membentuk badan partikel
virus. Virion kemudian akan berfusi ke membran plasma dan dikeluarkan
dari sel-sel yang terinfeksi melalui eksositosis. Virus-virus yang dikeluarkan
kemudian akan menginfeksi sel ginjal, hati, intestinal, dan limfosit T, dan
traktus respiratori bawah, yang kemudian menyebakan gejala pada pasien.
Penyakit ini dapat menyebar ke manusia selanjutnya melalui tetesan
kecil (droplet) dari hidung atau mulut pada saat batuk atau bersin. Droplet
tersebut kemudian jatuh pada benda di sekitarnya. Kemudian jika ada orang
lain menyentuh benda yang sudah terkontaminasi dengan droplet tersebut,
lalu orang itu menyentuh mata, hidung atau mulut (segitiga wajah), maka
orang itu dapat terinfeksi COVID-19. Atau bisa juga seseorang terinfeksi
COVID-19 ketika tanpa sengaja menghirup droplet dari penderita. Inilah
sebabnya mengapa kita penting untuk menjaga jarak hingga kurang lebih
satu meter dari orang yang sakit. Sampai saat ini, para ahli masih terus
melakukan penyelidikan untuk menentukan sumber virus, jenis paparan, dan
cara penularannya.

20
Manifestasi klinis pasien COVID-19 memiliki spektrum yang luas,
mulai dari tanpa gejala (asimtomatik), gejala ringan, pneumonia, pneumonia
berat, ARDS, sepsis, hingga syok sepsis. Sekitar 80% kasus tergolong ringan
atau sedang, 13,8% mengalami sakit berat, dan sebanyak 6,1% pasien jatuh
ke dalam keadaan kritis.
Berapa besar proporsi infeksi asimtomatik belum diketahui. Viremia
dan viral load yang tinggi dari swab nasofaring pada pasien yang
asimptomatik telah dilaporkan. Gejala ringan didefinisikan sebagai pasien
dengan infeksi akut saluran napas atas tanpa komplikasi, bisa disertai dengan
demam, fatigue, batuk (dengan atau tanpa sputum), anoreksia, malaise, nyeri
tenggorokan, kongesti nasal, atau sakit kepala. Pasien tidak membutuhkan
suplementasi oksigen.
Pada beberapa kasus pasien juga mengeluhkan diare dan muntah.
Pasien COVID-19 dengan pneumonia berat ditandai dengan demam,
ditambah salah satu dari gejala: (1) frekuensi pernapasan >30x/menit (2)
distres pernapasan berat, atau (3) saturasi oksigen 93% tanpa bantuan
oksigen. Pada pasien geriatri dapat muncul gejala-gejala yang atipikal.
Sebagian besar pasien yang terinfeksi SARS-CoV-2 menunjukkan
gejala-gejala pada sistem pernapasan seperti demam, batuk, bersin, dan
sesak napas. Gejala tersering adalah demam, batuk kering, dan fatigue.
Gejala lain yang dapat ditemukan adalah batuk produktif, sesak napas,
sakit tenggorokan, nyeri kepala, mialgia/artralgia, menggigil, mual/muntah,
kongesti nasal, diare, nyeri abdomen, hemoptisis, dan kongesti konjungtiva.
Lebih dari 40% demam pada pasien COVID-19 memiliki suhu puncak
antara 38,1-39°C, sementara 34% mengalami demam suhu lebih dari 39°C.
Perjalanan penyakit dimulai dengan masa inkubasi yang lamanya sekitar 3-
14 hari (median 5 hari).
Pada masa ini leukosit dan limfosit masih normal atau sedikit
menurun dan pasien tidak bergejala. Pada fase berikutnya (gejala awal),
virus menyebar melalui aliran darah, diduga terutama pada jaringan yang

21
mengekspresi ACE2 seperti paru-paru, saluran cerna dan jantung. Gejala
pada fase ini umumnya ringan. Serangan kedua terjadi empat hingga tujuh
hari setelah timbul gejala awal. Pada saat ini pasien masih demam dan mulai
sesak, lesi di paru memburuk, limfosit menurun. Penanda inflamasi mulai
meningkat dan mulai terjadi hiperkoagulasi. Jika tidak teratasi, fase
selanjutnya inflamasi makin tak terkontrol, terjadi badai sitokin yang
mengakibatkan ARDS, sepsis, dan komplikasi lainnya menunjukkan
perjalanan penyakit pada pasien COVID-19 yang berat dan onset terjadinya
gejala dari beberapa laporan (Susilo & dkk, 2020).
2. Pathway Kasus
(Lampiran)

22
G. Komplikasi
Komplikasi utama pada pasien COVID-19 adalah ARDS, tetapi Yang,
dkk.145 menunjukkan data dari 52 pasien kritis bahwa komplikasi tidak terbatas
ARDS, melainkan juga komplikasi lain seperti gangguan ginjal akut (29%), jejas
kardiak (23%), disfungsi hati (29%), dan pneumotoraks (2%). Komplikasi lain
yang telah dilaporkan adalah syok sepsis, koagulasi intravaskular diseminata
(KID), rabdomiolisis, hingga pneumomediastinum.
1. Pneumonia
Pneumonia akan menyebabkan kantung udara yang ada di paru-paru
meradang dan membuat Anda sulit bernapas. Pada sebuah riset pada pasien
positif Covid-19 yang kondisinya parah, terlihat bahwa paru-parunya terisi
oleh cairan, nanah, dan sisa-sisa atau kotoran sel.
Hal ini menghambat oksigen yang seharusnya diantarkan ke seluruh
tubuh. Padahal, oksigen sangat dibutuhkan agar berbagai organ di tubuh bisa
menjalankan fungsinya. Jika tidak ada oksigen, maka organ tersebut akan
rusak.
2. Gagal Napas Akut
Saat mengalami gagal napas, tubuh tidak bisa menerima cukup
oksigen dan tidak dapat membuang cukup banyak karbon dioksida. Kondisi
gagal napas akut terjadi pada kurang lebih 8% pasien yang positif Covid-19
dan merupakan penyebab utama kematian pada penderita infeksi virus
corona.
3. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
ARDS adalah salah satu komplikasi corona yang cukup umum terjadi.
Menurut beberapa penelitian yang dilakukan di Tiongkok, sekitar 15% - 33%
pasien mengalaminya. ARDS akan membuat paru-paru rusak parah karena
penyakit ini membuat paru-paru terisi oleh cairan. Akibatnya, oksigen akan
susah masuk, sehingga menyebabkan penderitanya kesulitan bernapas hingga
perlu bantuan ventilator atau alat bantu napas.

23
4. Kerusakan Hati Akut
Meski virus corona menyebabkan infeksi di saluran pernapasan, tapi
komplikasinya bisa menjalar hingga ke organ hati. Orang dengan infeksi corona
yang parah berisiko paling besar mengalami kerusakan hati.
5. Kerusakan jantung
Covid-19 disebut bisa menyebabkan komplikasi yang berkaitan
dengan jantung. Gangguan jantung yang berisiko muncul antara lain aritmia
atau kelainan irama jantung, dan miokarditis atau peradangan pada otot
jantung.
6. Infeksi Sekunder
Infeksi sekunder adalah infeksi kedua yang terjadi setelah infeksi awal
dan tidak berhubungan dengan penyakit yang awalnya diderita. Misalnya,
Covid-19 adalah infeksi yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2. Lalu,
penderitanya kemudian mengalami infeksi lain yang disebabkan oleh bakteri
staphylococcus atau streptococcus. Pada pasien Covid-19, komplikasi ini jarang
terjadi, tapi masih berpotensi untuk muncul. Sebagian ada yang ringan dan bisa
sembuh. Namun, sebagian lagi mengalami infeksi sekunder yang parah hingga
menyebabkan kematian.
7. Gagal Ginjal Akut
Komplikasi corona yang satu ini jarang terjadi. Namun saat muncul,
komplikasi tersebut bisa sangat berbahaya. Jika fungsi ginjal sampai
terganggu, maka dokter mungkin saja melakukan proses cuci darah hingga
kondisi ini sembuh.
Namun terkadang, kondisi ini tidak bisa disembuhkan dan membuat
penderitanya terkena gagal ginjal kronis dan butuh perawatan jangka
panjang.
8. Syok Septik
Syok septik terjadi ketika respons tubuh terhadap infeksi malah salah
sasaran. Jadi, bukannya menghancurkan virus penyebab penyakit, zat-zat kimia

24
yang dibuat tubuh justru menghancurkan organ yang sehat. Jika proses ini tidak
segera berhenti, tekanan darah akan turun drastis hingga pada tahap yang
berbahaya dan menyebabkan kematian.
9. Disseminated intravascular coagulation (DIC)
Penyakit ini akan membuat proses pembekuan darah terganggu.
Sehingga, tubuh akan membentuk gumpalan-gumpalan darah yang tidak
pada tempatnya. Hal ini bisa menyebabkan perdarahan pada organ dalam
atau gagal organ vital (gagal ginjal, gagal hati, gagal jantung, dan lainnya).
Di Tiongkok, penyakit ini umum dialami oleh pasien yang meninggal akibat
infeksi Covid-19.
10. Rhabdomyolisis
Penyakit ini sebenarnya sangat jarang terjadi. Namun, para dokter dan
peneliti menilai penyakit ini perlu dimonitor pada pasien-pasien berisiko
tinggi yang positif Covid-19.
Pada rhabdomyolisis, jaringan otot akan rusak dan mati. Hal ini
menyebabkan protein dalam sel yang disebut myoglobin menjadi tumpah
memenuhi aliran darah. Jika ginjal tidak bisa menyaring myoglobin dengan
baik, maka akan terjadi kerusakan fungsi di tubuh dan mengakibatkan
kematian (Burhan & dkk, 2020).

H. Manajemen Kolaborasi
1. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Hematologi Lengkap dengan sampel darah untuk melihat
angka Leukosit (sel darah putih) dan hitung jenis (Diff Count) sel
Limfosit. Pada pasien dengan penyakit COVID-19, angka Leukosit
biasanya normal atau turun dan angka hitung jenis sel Limfosit biasanya
turun.
b. Pemeriksaan Rapid Test Antibodi untuk melihat adanya Antibodi
terhadap virus SARS-CoV2. Pengambilan sampel untuk pemeriksaan
Antibodi Ig M dan Ig G SARS Cov2 adalah dengan mengambil sampel

25
darah pasien. Pengambilan sampel darah dapat melalui darah kapiler
(ujung jari) maupun dari darah vena (misal darah di bagian lengan). Jika
di dalam tubuh terdapat infeksi virus, maka tubuh akan membentuk
antibodi IgM dan IgG terhadap virus SARS-Cov2 dan atibodi tersebut
akan terdeteksi pada pemeriksaan terhadap sampel darah pasien.
Pembentukan antibodi Ig M dan Ig G terhadap infeksi virus memerlukan
waktu. Ig M akan terdeteksi 3-7 hari setelah infeksi dan Ig G akan
terdeteksi setelah 8-10 hari setelah infeksi. Dikarenakan hal tersebut,
Dokter yang melakukan pemeriksaan akan mencocokkan gejala klinis
yang dialami pasien dengan hasil Rapid Test dan akan memberikan
informasi lebih lanjut terhadap hasil test.
c. Pemeriksaan PCR Test dengan sampel swab tenggorokan untuk
mendeteksi adanya virus SARS-CoV2. Pemeriksaan ini memiliki
tingkat akurasi yang lebih tinggi untuk mendiagnosis kondisi terpapar
Covid-19. Sebab, sekali virus Corona menginfeksi tubuh, maka virus
akan terdeteksi melalui swab yang diambil dari bagian belakang hidung
dan tenggorokan. Sampel swab tersebut akan diperiksa menggunakan
metode PCR (Polymerase Chain Reaction).
d. Pemeriksaan Rontgen Dada atau Thorax untuk mendeteksi adanya
infiltrat atau cairan di paru-paru serta mendeteksi adanya perselubungan
yang menandakan adanya peradangan di paru-paru akibat infeksi dari
virus.
e. Pemeriksaan CT Scan Dada atau Thorax untuk mendeteksi adanya
gambaran ground glass opacity di paru-paru yang merupakan gambaran
khas pada pasien yang terinfeksi virus Corona di dalam paru-paru.
2. Medikasi
Hingga hari ini, belum ada vaksin atau obat khusus untuk COVID-
19. Salah satu upaya yang sedang dikembangkan adalah pembuatan vaksin
guna membuat imunitas dan mencegah transmisi. Saat ini, sedang
berlangsung 2 uji klinis fase I vaksin COVID-19. Studi pertama dari

26
National Institute of Health (NIH) menggunakan mRNA-1273 dengan dosis
25, 100, dan 250 µg. Studi kedua berasal dari China menggunakan
adenovirus type 5 vector dengan dosis ringan, sedang dan tinggi., tetapi
untuk kasus PDP (Pasien dalam Pengawasan) obat yang dapat diberikan
meliputi Vitamin C, 3 x 1 tablet, serta obat-obat simtomatis seperti
Azitromisin 500 mg/24 jam/oral (untuk 3 hari) kalau tidak ada bisa pakai
Levofloxacin 750 mg/24 jam (5 hari) sambil menunggu hasil swab,
Simtomatis (Parasetamol dan lain-lain).
3. Pembedahan
Dilakukan Transplantasi Paru-Paru
4. Treatment
Terapi suportif awal dan evaluasi
1. Berikan suplementasi oksigen secepatnya pada pasen dengan infeksi
pernafasan akut yang berat, gagal nafas, hipoksemia atau syok. Target
SpO2 ≥90% pada pasien dewasa Titrasi naik pemberian oksigen sampai
target saturasi oksigen diatas tercapai. Pada ruangan dimana pasien
dengan infeksi pernafasan akut yang berat dirawat, harus selalu tersedia
oksimetri, sistem oksigenasi yang lengkap dan bersifat sekali pakai
(nasal kanul, masker simple, dan masker dengan reservoir). Gunakan
kewaspadaan kontak ketika menyentuh alat penghantar oksigen pada
pasien dengan COVID-19.
2. Pemberian cairan diberikan secara konservatif jika tidak ditemukan
tanda syok. Pemberian cairan harus dilakukan secara hati-hati karena
dapat memperburuk oksigenasi jika terjadi overhidrasi
3. Pemberian antibiotik empiris ditujukan untuk semua patogen yang
mungkin menjadi etiologi SARI. Antibiotik harus segera diberikan
dalam 1 jam pertama pada pasen dengan sepsis. Terapi antibiotik
empiris didasarkan pada diagnosa klinis (pneumonia komunitas,
nosokomial atau sepsis), dengan mempertimbangkan epidemilogi
lokal dan data lokal kepekaan terhadap antibiotik. Terapi empiris

27
mencakup pemberian neuraminidase inhibitor untuk influenza jika
terdapat kecurigaan klinis. Deeskalasi terapi empirik harus dilakukan
dan berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologis dan pertimbangan
klinis. Pemberian antibotik bukan ditujukan untuk COVID-19
4. Seluruh individu yang memenuhi kriteria suspek atau pernah
berkontak dengan pasien yang positif COVID-19 harus segera
berobat ke fasilitas kesehatan. WHO juga sudah membuat instrumen
penilaian risiko bagi petugas kesehatan yang menangani pasien
COVID-19 sebagai panduan rekomendasi tindakan lanjutan. Bagi
kelompok risiko tinggi, direkomendasikan pemberhentian seluruh
aktivitas yang berhubungan dengan pasien selama 14 hari,
pemeriksaan infeksi SARS-CoV-2 dan isolasi. Pada kelompok risiko
rendah, dihimbau melaksanakan pemantuan mandiri setiap harinya
terhadap suhu dan gejala pernapasan selama 14 hari dan mencari
bantuan jika keluhan memberat. Pada tingkat masyarakat, usaha
mitigasi meliputi pembatasan berpergian dan kumpul massa pada
acara besar (social distancing). Sedangkan pada pasien dengan
penyakit penyerta seperti diabetes mellitus, paru-paru, jantung dan
penyakit kronis lainnya diwajibkan untuk menjalani isolasi di rumah
sakit.
5. Pantau dengan ketat pasien dengan infeksi pernafasan akut yang berat
dan jika terjadi perburukan klinis yang progresif segera lakukan
tintervensi terapi suportif jika dibutuhkan.
5. Diet
Oleh karena vaksin penyakit itu hingga saat ini belum di temukan
,obat antiviral juga sedang dalam pengujian, maka terapi yang diberikan
pada pasien adalah mengurangi gejala dan meningkatkan daya tahan tubuh
dimana salah satunya dengan cara diet. Cara diet yang diberikan kepada
pasien positif COVID-19 adalah dengan memberikan menu makanan tinggi

28
protein dan tinggi kalori serta tinggi energi yang bisa meningkatkan daya
tahan tubuh.
6. Aktivitas
Aktifitas yang boleh dan tidak boleh dilakukan, pembatasan aktifitas,
tirah baring, dll. Pasien dengan infeksi ringan boleh tidak dirawat di rumah
sakit, tetapi pasien harus diajarkan langkah pencegahan transmisi virus,
menjaga jarak. Isolasi di rumah dapat dikerjakan sampai pasien
mendapatkan hasil tes virologi negatif dua kali berturut-turut dengan interval
pengambilan sampel minimal 24 jam. Bila tidak memungkinkan, maka
pasien diisolasi hingga dua minggu setelah gejala hilang.
7. Perawatan di Rumah (Home Care)
Pasien dengan infeksi ringan boleh tidak dirawat di rumah sakit, tetapi
pasien harus diajarkan langkah pencegahan transmisi virus. Isolasi di rumah
dapat dikerjakan sampai pasien mendapatkan hasil tes virologi negatif dua
kali berturut-turut dengan interval pengambilan sampel minimal 24 jam. Bila
tidak memungkinkan, maka pasien diisolasi hingga dua minggu setelah
gejala hilang.
Beberapa pertimbangan indikasi rawat di rumah antara lain: pasien
dapat dimonitor atau ada keluarga yang dapat merawat; tidak ada komorbid
seperti jantung, paru, ginjal, atau gangguan sistem imun; tidak ada faktor
yang meningkatkan risiko mengalami komplikasi; atau fasilitas rawat inap
tidak tersedia atau tidak adekuat.
Selama di rumah, pasien harus ditempatkan di ruangan yang memiliki
jendela yang dapat dibuka dan terpisah dengan ruangan lainnya. Pasien
sebaiknya memakai masker bedah dan diganti setiap hari, menerapkan etika
batuk, melakukan cuci tangan dengan langkah yang benar, dan
menggunakan tisu sekali pakai saat batuk/bersin. Penjaga rawat
menggunakan masker bedah bila berada dalam satu ruangan dengan pasien
dan menggunakan sarung tangan medis bila harus berkontak dengan sekret,
urin, dan feses pasien. Pasien harus disediakan alat makan tersendiri yang

29
setiap pakai dicuci dengan sabun dan air mengalir. Lingkungan pasien
seperti kamar dan kamar mandi dapat dibersihkan dengan sabun dan
detergen biasa, kemudian dilakukan desinfeksi dengan sodium hipoklorit
0,1%.
8. Manajemen Isolasi
1. Identifikasi pasien-pasien yang membutuhkan isolasi.
2. Tempatkan satu pasien untuk satu kamar.
3. Sediakan seluruh kebutuhan harian dan pemeriksaan sederhana di kamar
pasien.
4. Dekontaminasi alat-alat kesehatan sesegera mungkin setelah digunakan.
5. Lakukan kebersihan tangan pada 5 moment.
6. Pasang alat proteksi diri sesuai SPO (mis. sarung tangan, masker N95,
gown coverall, apron).
7. Lepaskan alat proteksi diri segera setelah kontak dengan pasien.
8. Minimalkan kontak dengan pasien, sesuai kebutuhan\
9. Anjurkan isolasi mandiri di rumah selama 14 hari (pada pasien tanpa
gejala dan dengan gejala ringan) atau isolasi di RS Darurat Covid (pada
pasien gejala sedang), atau isolasi di RS rujukan (pada pasien gejala
berat/kritis).
9. Pendidikan Kesehatan
1. Cuci Tangan
Rekomendasi WHO dalam menghadapi wabah COVID-19
adalah melakukan proteksi dasar, yang terdiri dari cuci tangan secara rutin
dengan alkohol atau sabun dan air, menjaga jarak dengan seseorang yang
memiliki gejala batuk atau bersin, melakukan etika batuk atau bersin, dan
berobat ketika memiliki keluhan yang sesuai kategori suspek.
Rekomendasi jarak yang harus dijaga adalah satu meter.
Pasien rawat inap dengan kecurigaan COVID-19 juga harus
diberi jarak minimal satu meter dari pasien lainnya, diberikan masker
bedah, diajarkan etika batuk/bersin, dan diajarkan cuci tangan. Perilaku

30
cuci tangan harus diterapkan oleh seluruh petugas kesehatan pada lima
waktu, yaitu sebelum menyentuh pasien, sebelum melakukan prosedur,
setelah terpajan cairan tubuh, setelah menyentuh pasien dan setelah
menyentuh lingkungan pasien. Air sering disebut sebagai pelarut
universal, namun mencuci tangan dengan air saja tidak cukup untuk
menghilangkan coronavirus karena virus tersebut merupakan virus RNA
dengan selubung lipid bilayer.
Sabun mampu mengangkat dan mengurai senyawa hidrofobik
seperti lemak atau minyak. Selain menggunakan air dan sabun, etanol 62-
71% dapat mengurangi infektivitas virus. Oleh karena itu, membersihkan
tangan dapat dilakukan dengan hand rub berbasis alkohol atau sabun dan
air. Berbasis alkohol lebih dipilih ketika secara kasat mata tangan tidak
kotor sedangkan sabun dipilih ketika tangan tampak kotor.
Hindari menyentuh wajah terutama bagian wajah, hidung atau
mulut dengan permukaan tangan. Ketika tangan terkontaminasi dengan
virus, menyentuh wajah dapat menjadi portal masuk. Terakhir, pastikan
menggunakan tisu satu kali pakai ketika bersin atau batuk untuk
menghindari penyebaran droplet.
2. Alat Pelindung Diri
SARS-CoV-2 menular terutama melalui droplet. Alat
pelindung diri (APD) merupakan salah satu metode efektif pencegahan
penularan selama penggunannya rasional. Komponen APD terdiri atas
sarung tangan, masker wajah, kacamata pelindung atau face shield, dan
gaun nonsteril lengan panjang. Alat pelindung diri akan efektif jika
didukung dengan kontrol administratif dan kontrol lingkungan dan teknik.
Penggunaan APD secara rasional dinilai berdasarkan risiko pajanan
dan dinamika transmisi dari patogen. Pada kondisi berinteraksi dengan
pasien tanpa gejala pernapasan, tidak diperlukan APD. Jika pasien memiliki
gejala pernapasan, jaga jarak minimal satu meter dan pasien dipakaikan
masker. Tenaga medis disarankan menggunakan APD lengkap. Alat seperti

31
stetoskop, thermometer, dan spigmomanometer sebaiknya disediakan khusus
untuk satu pasien. Bila akan digunakan untuk pasien lain, bersihkan dan
desinfeksi dengan alcohol 70%. World Health Organization tidak
merekomendasikan penggunaan APD pada masyarakat umum yang tidak ada
gejala demam, batuk, atau sesak.

3. Mempersiapkan Daya Tahan Tubuh


Terdapat beragam upaya dari berbagai literatur yang dapat
memperbaiki daya tahan tubuh terhadap infeksi saluran napas. Beberapa
di antaranya adalah berhenti merokok dan konsumsi alkohol,
memperbaiki kualitas tidur, serta konsumsi suplemen. Berhenti merokok
dapat menurunkan risiko infeksi saluran napas atas dan bawah. Merokok
menurunkan fungsi proteksi epitel saluran napas, makrofag alveolus, sel
dendritik, sel NK, dan sistem imun adaptif. Merokok juga dapat
meningkatkan virulensi mikroba dan resistensi antibiotika.
Suatu meta-analisis dan telaah sistematik menunjukkan bahwa
konsumsi alkohol berhubungan dengan peningkatan risiko pneumonia
komunitas. ARDS juga berhubungan dengan konsumsi alkohol yang
berat. Konsumsi alkohol dapat menurunkan fungsi neutrofil, limfosit, silia
saluran napas, dan makrofag alveolus.
Kurang tidur juga dapat berdampak terhadap imunitas. Gangguan
tidur berhubungan dengan peningkatan kerentanan terhadap infeksi yang
ditandai dengan gangguan proliferasi mitogenik limfosit, penurunan
ekspresi HLA-DR, upregulasi CD14+, dan variasi sel limfosit T CD4+
dan CD8+.
Salah satu suplemen yang didapatkan bermanfaat yaitu vitamin D.
Suatu meta-analisis dan telaah sistematik menunjukkan bahwa
suplementasi vitamin D dapat secara aman memproteksi terhadap infeksi
saluran napas akut. Efek proteksi tersebut lebih besar pada orang dengan

32
kadar 25-OH vitamin D kurang dari 25 nmol/L dan yang mengonsumsi
harian atau mingguan tanpa dosis bolus.
Suplementasi probiotik juga dapat memengaruhi respons imun.
Suatu review Cochrane mendapatkan pemberian probiotik lebih baik dari
plasebo dalam menurunkan episode infeksi saluran napas atas akut, durasi
episode infeksi, pengunaan anitbiotika dan absensi sekolah. Namun
kualitas bukti masih rendah. Terdapat penelitian yang memiliki
heterogenitas besar, besar sampel kecil dan kualitas metode kurang baik.
Defisiensi seng juga berhubungan dengan penurunan respons imun. Suatu
meta-analisis tentang suplementasi seng pada anak menunjukkan bahwa
suplementasi rutin seng dapat menurunkan kejadian infeksi saluran napas
bawah akut.
10. Pendidikan Kesehatan Bagi Keluarga
Anggota keluarga disarankan tinggal di ruangan yang berbeda. Bila
tidak memungkinkan, jaga jarak setidaknya satu meter. Bagi anggota keluarga
yang berkontak erat dengan pasien sebaiknya memeriksakan diri ke
FKTP/Rumah Sakit. Anggota keluarga senanitasa pakai masker. Jaga jarak
minimal 1meter dari pasien. Senantiasa mencuci tangan,Jangan sentuh daerah
wajah kalau tidak yakin tangan bersih ingat senantiasa membuka jendela
rumah agar sirkulasi udara tertukar dan Bersihkan sesering mungkin daerah yg
mungkin tersentuh pasien misalnya gagang pintu.

33
BAB III
STUDI KASUS

A. Pengkajian
Digunakan untuk pasien gangguan pernafasan, petugas menggunakan APD
lengkap dan jaga jarak 1 meter, pasien menggunakan masker. Anamnesis
menggunakan formulir skrining covid. Adapun pengkajian fokus covid-19 di
IGD, antara lain :
1. Identitas klien
Merupakan biodata klien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku bangsa/ras, pendidikan, Bahasa yang dipakai, pekerjaan, penghasilan dan
alamat.
2. Keluhan utama
Demam / riwayat demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan, sesak atau kesulitan
bernapas.

Gejala Ringan Gejala Sedang Gejala Berat


 Demam > 380 C  Demam > 380 C  Deman > 380 C
 Batuk  Sesak napas, batuk menetap
 Nyeri menetap dan sakit  Ada infeksi saluran
tenggorokan tenggorokan nafas dengan tanda-
 Hidung tersebut  Pada anak : batuk tanda
dan takipnue  Peningkatan

34
 Anak dengan frekuensi napas
pneumonia ringan (30x/menit) hingga
mengalami batuk sesak nafas batuk
atau kesulitan  Penurunan kesadaran
bernafas + napas  Dalam pemeriksaan
sesak lanjut, ditemukan
 Frekuensi napas : < saturasi oksigen <
2 bulan ≥ 60x/menit, 90% udara luar
2-11 bulan ≥  Dalam pemeriksaan
50x/menit, 1-5 tahun darah : leukopenia,
≥ 40x/menit dan peningkatan monosit
tidak ada pneumia dan peningkatan
berat limfosit atipik

a. Riwayat
1) Riwayat perjalanan atau tinggal di luar negeri dalam waktu 14 hari
sebelum timbul gejala
a) Riwayat perjalanan atau tinggal di area transmisi local di
Indonesia dalam waktu 14 hari sebelum timbul gejala
b) Memiliki riwayat paparan kontak dengan kasus konfirmasi atau
probable COVID-19
(1) Kasus probable adalah pasien dalam pengawasan yang
diperiksa untuk COVID-19 tetapi inkonklusi (tidak dapat
disimpulkan)
(2) Kasus konfirmasi adalah seseorang terinfeksi COVID-19
dengan hasil pemeriksaan laboratorium positif
(3) Termasuk kontak erat adalah

35
a. Petugas kesehatan yang memeriksa,
merawat, mengatur dan membersihkan
ruangan di tempat perawatan kusus tanpa
menggunakan APD sesuai standar
b. Orang yang berada dalam suatu ruangan
yang sama dengan kasus (termasuk tempat
kerja, keas, rumah, acara besar) dalam waktu
2 hari sebelum kasus timbul gejala dan
hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala
c. Orang yang berpergian bersama (radius 1
meter) dengan segala jenis alat
angkut/kendaraan dalam 2 hari sebelum
kasus timbul gejala dan hingga 14 hari
setelah kasus timbul gejala

B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data penilaian, diagnosis keperawatan utama untuk pasien dengan
COVID-19 adalah :
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b/d hipersekresi jalan napas, proses
infeksi ditandai dengan sesak napas, sekret, batuk tidak efektif
2. Gangguan Ventilasi Spontan b/d gangguan metabolisme,
kelemahan/keletihan otot pernapasan ditandai dengan volume tidal
menurun
3. Risiko Syok d/d hipoksia, sepsis, sindrom respons inflamasi sistemik
4. Gangguan Sirkulasi Spontan b/d penurunan fungsi ventrikel

C. Perencanaan
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b/d hipersekresi jalan napas, proses
infeksi ditandai dengan sesak napas, sekret, batuk tidak efektif
Tujuan dan Intervensi Rasional

36
Kriteria Hasil
Setalah dilakukan 1. Monitor pola 1. Mengidentifikasi
tindakan napas terjadinya
keperawatan (frekuensi, hipoksia melalui
dalam waktu 1x kedalaman, anda peningkatan
30 menit usaha napas) frekuensi,
diharapkan bersih kedalaman dan
jalan napas usaha napas
meningkat
dengan kriteria 2. Monitor secret 2. Tanda infeksi
hasil : (jumlah, warns, berupa secter
1. Batuk efektif bau, tampak keruh dan
meningkat konsistensi) berbau. Secret
2. Sputum kental dapat
menurun meningkat
3. Wheezing
3. Menilai
menurun
3. Monitor kemampuan
4. Dispnea
kemampuan mengeluarkan
menurun
batuk efektif secret dan
mempertahankan
jalan napas tetap
paten

4. Meningkat
4. Posisikan semi- ekskursi
fowler diafragma dan
ekspansi paru

5. Meningkatkan
ekspektorasi pada
5. Berikan minum

37
hangat jalan napas

6. Mengeluarkan
6. Lakukan secret jika batuk
penghisapkan tidak efektif
lender kurang
dari 15 detik

7. Meningkatkan
7. Anjurkan aktivitas silia
asupan cairan
2000 ml/ hari 8. Emfasikitasi
jika tidak pengeluaran
kontraindikasi secret
8. Ajarkan teknik
9. Menghilangkan
batuk efektif
spasme brokus,
menurunkan

9. Kolaborasi viskositas secret,

bronkoilator memperbaiki

dan atau ventilasi dan

mukoliti memudahkan
pembuangan
sekret

2. Gangguan Ventilasi Spontan b/d gangguan metabolisme,


kelemahan/keletihan otot pernapasan ditandai dengan volume tidal menurun

Tujuan dan Kriteria


Intervensi Rasional
Hasil
Setelah dilakukan 1. Identifikassi adanya 1. Karena kelelahan
tindakan keperawatan kelelahan otot bantu otot bantu nafas

38
keperawatan dalam nafas dapat menurunkan
25-48 jam diharapkan kemampuan batuk
ventilasi spontas efektif serta
meningkat dengan menurunkan
kriteria hasil : kepatenan jalan
1. Volume tidak napas
meningkat
2. Dispnea menurun 2. Monitor status
3. PaO2> 80 mmHg respirasi dan 2. Menilai status
4. PaCO2 35-45 oksigenasi oksigenasi
mmHg
3. Monitor adanya
aritmia 3. Aritma dapat terjadi
akibat hipoksemias
dan asidosis
4. Pertahankan
kapatenan jalan 4. Menjamin ventilasi
napas adekuat

5. Berikan pososo
semi fowler 5. Menignkatkan
ekspansi diafragma
dan ekspansi paru
6. Berikan posisi
pronasi pada pasien 6. Mengoptimalkan
sadar pada perfusi paru pada
gangguan paru anterior paru yanh
biasanya

7. Gunakan bag valve


mask, jika perlu 7. Memperbaikan

39
ventilasi dengan
memberikan nafas
buatan pada pasien
yang tidak mampu
bernafas spontan

8. Kolaborasi tindakan
intubasi dan 8. Mempertahankan
ventilasi mekanik, ventilasi dan
jika perlu organisasi adekuat
serta mencegah
kondisi mengancam
nyawa

3. Risiko Syok d/d hipoksia, sepsis, sindrom respons inflamasi sistemik

Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Hasil
Setelah dilakukan 1. Monitor status 1. Mengidentifikasi
tindakan keperawatan kardiopulmonal penurunan volume
dalam waktu 8 jam (frekuensi dan sistemik
diharapkan tingkat kekuatan nadi,
syok menurun dengan frekuensi napas,
kriteria hasil: tekanan darah, dan
1. Output urine > 0,5 MAP)
mL/Kg/Jam
2. Akral hangat 2. Monitor status 2. Mendeteksi
3. Pucat oksigenasi perubahan
4. TDS >90% mmHg oksigenasi dan
5. MAP >65 mmHg gangguan asam
basa

40
3. Monitor status 3. Mengetahui
cairan (masukan keadekuatan
dan haluaran, volume cairan
turgor kulit, CRT) sistemik dan
4. Monitor tingkat kebutuhan cairan
kesadaran 4. Mendeteksi adanya
penurunan
kesadaran
5. Berikan oksigen
5. Mempertahankan
saturasi oksigen
>90%
6. Pasang jalur
intravena 6. Sebagai akses untuk
mengoreksi atau
mencegah deficit
cairan
7. Pasang kateter
urine (jika ada 7. Menilai perfusi
indikasi) ginjal dan produksi
urine
8. Batasi resusitasi
cairan terutama 8. Resusitasi agresif
pada klien dengan dapat memperburuk
edema paru oksigenasi

9. Kolaborasi
pemebrian 9. Mengoptimalkan
kristaloid 30 perfusi jaringan dan
mL/Kg BB jika mengeroksi deficit

41
terjadi syok cairan

10. Kolaborasi
10. Jika sepsis dicurigai
pemberian
infeksi bakteri
antibiotic dalam
waktu 1 jam

4. Gangguan sirkulasi spontan berhubungan dengan penurunan fungsi ventrikel

Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Hasil
Setelah dilakukan 1. Amankan 1. Sebagai proteksi diri
tindakan keperawatan lingkungan (pasang
dalam 60 menit APD lengkap dan
diharapkan sirkulasi batasi personil
spontan meningkat resusitasi)
dengan kriteria :
1. Tingkat kesadaran 2. Panggil bantuan 2. Agar pertolongan

meningkat jika pasien tidak cepat dilakukan


2. HR: 60-100X/menit sadar dan aktifkan
3. TDS : >90mmHg code blue
4. ETO : 35-45mmHg
3. Lakukan resusitasi 3. Membantu jantung
5. EKG: normal
jantung paru jika untuk memompa
perlu darah keseluruh
tubuh

4. Pastikan jalan 4. Mencegah

nafas terjadinya
terbuka dan penutupan jalan

42
berikan nafas
bantuan nafas, jika
perlu

5. Pasang monitor
5. Memantau aktivitas
jantung
jantung

6. Minimalkan
6. Agar tindakan
interupsi pada saat
menjadi lebih
kompresi dan
maksimal
defibrilasi

7. Siapkan intubasi
7. Sebagai persiapan
saat pasien mulai
sadar

8. Akhiri rindakan
8. Agar cepat dalam
jika ada tanda
melakukan tindakan
tanda sirkulasi
selanjutnya
spontan

9. Kolaborasi
9. Tindakan yang
pemberian
paling
defibrilasi jika
efektif untuk
perlu
menghentikan
ventrikel fibrilasi

10. Kolaborasi
10. Obat ini digunakan
pemberian
unruk mengobati

43
epinefrin atau reaksi alergi yang
adrenalin dapat
membahayakan
shock anafiilatik
11. Kolaborasi
pemberian 11. Obat ini diberikan
amiodaron untuk mengatasi
beberapa jenis
aritmia serius
12. Lakukan perawatan
post cardiac arrest 12. Merupakan protocol
dalam tindakan

D. Evaluasi
Tujuan keperawatan terpenuhi sebagaimana dibuktikan oleh :
1. Bersihan jalan napas meningkat : Batuk efektif meningkat, Sputum
menurun, Wheezing menurun.
2. Ventilasi spontan meningkat : volume tidal meningkat, dispnea menurun,
PaO2> 80mmHg, PaCO2 35-45 mmHg, gelisah menurun
3. Syok menurun dengan : Output urine >0,5 mL/Kg/Jam, akral hangat,
pucat menurun, TDS > 90%mmHg, MAP >65 mmHg, CVP 2-12mmHg,
(+3 jika terpasang ventilasi tekanan positif
4. Sirkulasi spontan meningkat dengan : tingkat kesadaran meningkat, HR:
60-100X/menit, TDS: >90mmHg, ETO : 35-45mmHg, EKG: norma.
5. Kriteria pulang dari rumah sakit
WHO merekomendasikan pasien dapat dipulangkan ketika klinis
sudah membaik dan terdapat hasil tes virologi yang negative duakali
berturut-turut. Kedua tes ini minimal dengan interval 24 jam

44
BAB IV
PEMBAHASAN

A. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Ny.S Jenis kelamin : P
No.RM : 237xxx
Usia : 54 thn
Tgl.MRS : 19/09/2020
Tgl.Pengkajian : 21/09/2020
Alamat : JL.Manunggal No.xx Rt.xx Rw.xx
Status Pernikahan : Kawin
Agama : Islam
Suku : Banjar
Pendidikan terakhir :-
Pekerjaan :-
Lama Bekerja :-
Sumber Informasi : Autoanamnessa
Kontak Keluarga Dekat : -

B. KELUHAN SAAT PENGKAJIAN


Keluhan : Keluarga mengatakan kurang lebih 3 hari nafas sesak, mencret 2x,
badan panas naik turun, nafsu makan berkurang, badan lemas, ada batuk
berdahak.
Keluhan Utama : Sesak nafas dan batuk berdahak.

C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Sabtu, 19 September 2020, klien mengeluh kurang lebih sudah 3 hari mengalami
sesak nafas, badan demam, nafsu makan berkurang, ada batuk berdahak, mencret
2x. Kondisi klien semakin menurun dan mengalami kelemahan. Akhirnya
keluarga memutuskan untuk menghubungi ambulance untuk membawa klien ke

45
IGD RS.Suaka Insan. Sekitar pukul 20.50 WITA klien masuk ke IGD dengan
keluhan 3 hari mengalami sesak nafas, badan demam, nafsu makan berkurang,
ada batuk berdahak, dan hari ini ada mencret sudah 2x. Dari hasil pengkajian
Bp=160/100mmHg, SpO2= 87%, R=40x/menit, P=123x/menit, T=370c. Saat
klien sudah berada dirawat inap, klien saat ini di pasang infus futrolit 12 tpm,
injeksi novomix, pemeriksaan darah lengkap dan rapid test.

D. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


1. Penyakit yang pernah dialami :
Keluarga mengatakan klien pernah mengalami penyakit Diabetes Mellitus
dan Hipertensi
2. RIWAYAT :
a) Kecelakaan : Tidak terkaji
b) Operasi : Tidak terkaji
c) Alergi Obat : Tidak terkaji
d) Alergi makanan : Tidak terkaji
e) Alergi lain-lain : Tidak terkaji
f) Merokok : Tidak terkaji
g) Alkohol : Tidak terkaji
h) Kopi : Tidak terkaji
i) Lain-lain : Tidak terkaji
j) Obat-obatan yang pernah digunakan: Tidak terkaji

46
E. RIWAYAT KELUARGA
Genogram :

Keterangan :
: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Garis Perkawinan

: Garis Keturunan

: Tinggal Serumah

47
F. POLA AKTIFITAS
NO AKTIVITAS SMRS (SKOR) MRS (SKOR)
1 Makan/Minum 0 2
2 Mandi 0 2
3 Berpakaian/berdandan 0 2
4 Toileting 0 3
5 Berpindah 0 2
6 Berjalan 0 2
7 Naik tangga 0 2
Ket :
0 = mandiri
1 = alat bantu
2 = dibantu orang lain
3 = dibantu orang lain dan alat
4 = tidak mampu
Alat bantu : tongkat/splint/brace/kursi roda/pispot/walker/kacamata/dan lain-
lain:

G. POLA NUTRISI-METABOLIK
NO Keterangan SMRS MRS
1 Jenis makanan/diet Nasi dan lauk Bubur
2 Frekuensi 3 x sehari 3 x sehari
Teratur Teratur tetapi makanan
tidak dihabiskan
3 Porsi yang dihabiskan Habis Tidak Habis
4 Komposisi Menu
5 Pantangan Tidak boleh makan makanan Tidak boleh makan
manis makanan manis
6 Nafsu makan Normal/ meningkat/ turun Normal/ meningkat/ turun
7 Fluktuasi BB 6 bln terakhir
8 Sukar menelan Tidak Tidak

9 Riw.penyembuhan luka N / cepat sembuh/ lama N / cepat sembuh/ lama


sembuh sembuh

H. POLA ELIMINASI
NO SMRS MRS
Buang Air Besar (BAB) :

48
1 Frekuensi ………………………..x/hari/ …………………………..x/hari/
minggu/bln minggu/bln
2 Warna Kuning / coklat / hitam / ……………… Kuning / coklat / hitam /
…………………
3 Kesulitan Ya / tidak Ya / tidak
BAB Ket : Ket :
Upaya Mengatasi:

4 Buang Air Kecil


(BAK):

5 Frekuensi ………………………..x/har …………………………..x/hari/


i/ minggu/bln minggu/bln
6 Jumlah
7 Warna Kuning / coklat / hitam / Kuning / coklat / hitam /
……………… …………………
8 Kesulitan BAK Ya / tidak Ya / tidak
Ket : Ket :

Upaya Mengatasi

I. POLA TIDUR-ISTIRAHAT
NO Kegiatan SMRS MRS
1 Tidur siang Jam Jam
……………….s/d………………… ……………….s/d………………
……. ……….
Nyaman / tidak nyaman setelah tidur Nyaman / tidak nyaman setelah
tidur
2 Tidur malam Jam Jam
……………….s/d………………… ……………….s/d………………
……. ……….
Nyaman / tidak nyaman setelah tidur Nyaman / tidak nyaman setelah
tidur
3 Kebiasaan Ada / tidak ada, Ada / tidak ada,
sebelum tidur Ket : Ket :
4 Kesulitan tidur Ada / tidak ada, Ada / tidak ada,
Ket : Ket :
Upaya mengatasi:

49
J. POLA KEBERSIHAN DIRI
NO Keterangan SMRS MRS
1 Mandi 2 x/hari /mgg /bln 1 x/hari /mgg /bln
Sabun : Ya Sabun : Ya
2 Handuk Ya Ya
Pribadi Pribadi
3 Keramas 3 x / minggu Tidak terkaji
Shampoo : Ya Shampoo : ya / tidak
4 Gosok gigi 1 x/hari 1 x/hari / mgg / bln
Pasta gigi : Ya Pasta gigi : Ya
Sikat gigi : Pribadi Sikat gigi : Pribadi
5 Kesulitan Tidak ada Ya / tidak
Ket :
Upaya
Mengatasi

K. POLA TOLERANSI-KOPING STRESS


1. Pengambil keputusan : sendiri ( ) / dibantu orang lain (√ ) sebutkan: keluarga
(suami).
2. Masalah utama terkait dengan perawatan di RS / penyakit : biaya /
perawatan diri / lain-lain: Tidak terkaji
3. Hal yang biasa dilakukan jika mengalami stress/ masalah : Tidak terkaji
4. Harapan setelah menjalani perawatan : Agar bisa beraktivitas seperti
biasanya.
5. Perubahan yang dirasakan setelah sakit : Tidak terkaji

L. POLA PERAN HUBUNGAN


1. Peran dalam keluarga : istri/ibu
2. Sistem pendukung : suami / istri / anak / tetangga / teman / saudara / tidak
ada / lainnya, sebutkan: keluarga
3. Masalah peran/ hubungan dengan keluarga selama perawatan di RS : tidak
terkaji
4. Upaya untuk mengatasi : Tidak terkaji

50
M. POLA KOMUNIKASI
1. Bahasa utama : Klien mengatakan bahasa utama adalah Indonesia dan banjar
2. Bicara : Normal
3. Afek : Afek yang sesuai
4. Tempat tinggal : Rumah pribadi

N. POLA SEKSUALITAS
1. Masalah hubungan seksual selama sakit : Tidak terkaji
2. Upaya mengatasi : Tidak terkaji

O. POLA NILAI & KEPERCAYAAN


1. Apakah Tuhan, agama penting untuk anda : Klien mengatakan Tuhan dan
agama itu penting
2. Kegiatan agama yang dilakukan selama di RS : Klien mengatakan kegiatan
agama yang dilakukan adalah sholat

P. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum :
a) Kesadaran : Compos Mentis/ Sadar penuh
b) GCS : E= 4, V=5, M=6, Total : 15
c) Jenis Perawatan : Partial Care
d) TTV
- TD : 160/100 mmHg
- Nadi : 123 x/mnt
0
- Suhu : 37 C
- Pernafasan : 40 x/m
2. HEAD TO TOE
a) Kepala
Keluhan : Tidak terkaji

51
Inspeksi : Tidak terkaji
Distribusi rambut : Rata
Warna kulit kepala : Normal
Kebersihan kulit kepala : Bersih
Palpasi : massa abnormal : Tidak ada
Krepitasi : Tidak ada
Nyeri tekan : Tidak ada
b) Mata
Visus : Normal
Inspeksi : Normal
Konjunctiva = anemis
Palpebra = Normal
Perdarahan = Tidak ada
Pupil = Reflek cahaya (+)
Tanda peradangan : Tidak ada
Fungsi penglihatan : baik
Penggunaan alat bantu : tidak ada
c) Hidung
Inspeksi : Bentuk simetris warna : normal
Perdarahan : Tidak ada
Palpasi : Nyeri tekan : Tidak ada
Pergerakan Cuping Hidung : +

d) Mulut & Tenggorokan


Inspeksi :
Warna bibir : pucat
Mukosa bibir : lembab
Mukosa dalam : Normal
Gigi : utuh
Gusi : normal

52
Lidah : normal / bersih
Lidah: Bersih
Pembengkakan tonsil : Tidak ada
Sakit tenggorok : Tidak ada
Gangguan bicara : Tidak ada
e) Telinga
Inspeksi :
Bentuk : Simetris.
Warna: Normal
Posisi : Sejajar
Perdarahan : Tidak ada
Serumen : Tidak ada
Aroma : tidak berbau
Palpasi :Nyeri : Tidak ada
Gg pendengaran : Tidak ada ; Alat bantu dengar : Tidak ada
Tes rinne : Tidak dilakukan
f) Leher
Inspeksi/ Palpasi : Normal
Kekakuan : Tidak ada
JVD : Tidak ada
Deviasi trakea : Tidak ada
Pembesaran kelj. Tyroid : Tidak ada
Pembesaran kelj.limfe : Tidak ada
Nyeri : Tidak ada
g) Dada/ Thorax
Inspeksi :
Bentuk dada : Normal
Warna kulit dada : Normal
Kondisi kulit dada : Normal
Ekspansi/ pergerakan dinding dada : Simestris

53
Tanda peradangan : Tidak ada
Otot bantu nafas : retraksi intercostal : +
Retraksi suprasternal : Tidak ada
Palpasi :
Massa abnormal : Tidak ada
Krepitasi : Tidak ada
Nyeri tekan : +
Letak ictus cordis : ICS 5 mid Klavikula (normal)
Taktil fremitus : tidak terkaji
Auskultasi:
JANTUNG
Aortic : tidak terkaji Tricuspidal : tidak terkaji.
Pulmonal : tidak terkaji Mitral : tidak terkaji
BJ : Normal S1/S2 Regular
BJ abnormal : - / + , murmur / gallop / lainnya : Tidak ada
PARU :
Suara nafas : Abnormal,
Jenis suara nafas normal yang ditemukan:
Ronchi : +
Perkusi :
JANTUNG
Batas jantung : Normal
PARU : Sonor
h) Payudara dan axila
Inspeksi :
Ukuran & bentuk : simetris
Putting susu : tidak terkaji
Kondisi kulit : bersih
Palpasi :
Edema : tidak ada

54
Massa abnormal : tidak ada
Nyeri : tidak ada
i) Abdomen
Inspeksi :
Bentuk : normal
Bayangan vena abnormal (caput medussae) : tidak ada
Kondisi kulit : normal
Palpasi :
Penegangan dinding abdomen : Tidak ada
Edema : Tidak ada
Nyeri tekan : Tidak
Massa abnormal : tidak ada
Auskultasi:
Bising usus : tidak terkaji
Perkusi :tidak terkaji
j) Genetalia
Inspeksi & Palpasi (wanita) :
Perineum : bersih
Labia mayora : simetris
Labia minora : simetris
Orificium urethra : tidak terkaji
Canal inguinal : normal
Inspeksi & Palpasi (pria) :
Kondisi kulit :
Penis :
Orificium uretra :
Skrotum :
Canal inguinal:
k) Rectum
Inspeksi :
Kondisi kulit sekitar anal :
Hemoroid :

55
Palpasi (rectal tusse):
Massa abnormal : tidak terkaji ; Nodul : tidak terkaji ; Nyeri : tidak terkaji ;
Pembesaran prostat : tidak terkaji
l) Ektremitas
Kontraktur :
eformitas:
Edema :
Nyeri / nyeri tekan :
Kekuatan otot :
Reflek : Bisep :- Trisep :
Patella : - Achiles :
Plantar (babinski ) :
m) Kulit dan kuku
Kulit : Warna :
Tekstur :
Jaringan parut :
Turgor:
Kuku :
Warna : ………Cappilary Refill Time (CRT) : .......................................Detik
Bentuk : normal / jari tabuh / lainnya .......................................................

PEMERIKSAAN PENUNJANG

PEMERIKSAAN HASIL NILAI SATUAN


RUJUKUKAN
DARAH LENGKAP
Hemoglobin 14,5 12-14 g/dl
Hematokrit 43,5 37-43 %
Leukosit 9.200 4.000-10.000 /ul
Trombosit 257.000 150.000-400.000 /ul
Eritrosit 5.010.000 3.500.000-4.500.000 Juta/ul

56
High
MCV 81.1 81-99 Fl
MCH 29.0 28-33 Pg
MCHC 35.7 32-36 g/Dl
Laju endapan darah 1 jam 35 0-10 Mm/jam
High

DIFF COUNT
Basofil 0 0.0-1.0 %
Eosinofil 0 1-3 %
Stab Cell 2 2-6 %
Segmen 74 50-70 %
Limfosit 18 20-35 %
Monosit 6 2-6 %

DARAH LENGKAP
Neutrofit limposit ration 4,11 <3,14
(NRL)
Absolute limposit count 1.656 >1.500 /ul
(ALC)

HEMOSTATIS
APTT 30.3 27.0-42.0 detik
PPT 13.6 11.0-18.0 Detik
INR 1.01

KIMIA DARAH
Glukosa Darah Sewaktu 371 <180 mg/Dl
High
Ureum 26 15-39 Mg/Dl

IMUNO SEROLOGI
COVID
COVID 19 IgM 0.1 (Non <0.9 COI
Reaktif)
COVID 19 IgG 26.8 (Reaktif ) <0.9 COI

PARAMETER
ANTIBODI ANTI SARS- POSITIF
CVID-2

57
PEMERIKSAAN RADIOLOGI

Tanggal : 19 September 2020


Nama Pasien : Ny.s
Umur / JK : 54 tahun / Perempuan
Pemeriksaan : Thorax AP
Hasil : Probable covid19.

58
59
TERAPI/ PENGOBATAN
NAMA OBAT DOSIS KEGUNAAN EFEK SAMPING
Infus NSS 1000 cc (Intravena) Digunakan untuk mengobati dehidrasi 1. Detak jantung cepat
isotonik ekstraseluler, depresi natrium 2. Demam
dan juga dapat digunakan sebagai 3. Gatal-gatal
pelarut sediaan injeksi. 4. Nyeri sendi
5. Kulit kemerahan
Injeksi novomix 2x/6 melalui Intravena Digunakan untuk mengurangi tingkat 1. Penurunan kadar glukosa
gula darah tinggi darah dibawah normal
( hipoglikimia).
2. Reaksi alergi berat yang
terjadi secara tiba-tiba dan
dapat menyebabkan
kematian (reaksi
anafilaksis).
Curvit 3x1 capcul Merupakan suplemen yang Belum dilaporkan adanya
mengandung ekstrak temulawak untuk efeksamping
membantu meningkatkan nafsu
makan, dan memenuhi kebutuhan
vitamin untuk meningkatkan respon
sistem kekebalan tubuh.

60
Hepamax 3x1 Digunakan untuk memelihara Belum dilaporkan adanya
kesehatan hati efeksamping
Levocin 750mg/24 jam Digunakan untuk mengobati infeksi 2. Sakit kepala
bakteri seperti infeksi saluran kemih, 3. Anemia
pnemonia, bronchitis, infeksi kulit, 4. Mual
jaringan lemak, dan infeksi prostat. 5. Rasa tidak nyaman pada
abdomen
Infus futrolit 12tpm Sediaan infus yang digunakan untuk 1. Demam
membantu mengatasi kebutuhan 2. Penggumpalan darah pada
karbohidrat, cairan, dan elektolit. pembuluh vena
3. Peradangan pada
pembuluh darah vena
(flebitis) yang meluas dari
tempat injeksi
4. Kebocoran obat atau
cairan dari vena atau
jaringan ekstravasasi.
Sanmol 1fls/8jam Digunakan untuk meringankan rasa 1. Kerusakan organ hati
sakit pada keadaan sakit kepala, sakit 2. Mualmuntah
gigi, dan menurunkan demam. 3. Sakit kepala
4. Pusing

61
5. Sembelit
6. Ruam kulit
7. Perdarahan
Dexametason 1 amp/hari (10 hari) Obat anti peradangan 1. Nafsu makan
yang digunakan pada meningkat
penyakit dan kondisi 2. BB bertambah
tertentu seperti alergi, 3. Gangguan tidur
penyakit autoimun 4. Pusing
Pumpicel 1 vial /12 jam Obat yang digunakan untuk mengobati Gangguan salur pencernaan
penyakit akibat peningkatan asam (nyeri perut, diare, konstipasi,
lambung serta menjaga dinding kembung, mual muntah, dan
lambung dari kerusakan. mulut kering.
Sancoidan 500g/12jam Obat yang digunkan untuk membantu Belum ada efeksamping yang
memelihara kesehatan dan membantu dilaporkan. Jika terjadi efek
meningkatkan daya tahan tubuh samping yang tidak diinginkan
maka hentikan pemberian dan
segera hubungi dokter.
Respar 1200mg dalam Nacl Untuk mengobati keracunan atau 1. Sakit kepala
overdosis paracetamol, baik disengaja 2. Mual muntah
maupun tidak disengaja 3. Kelemahan
4. Peradangan

62
Infus sanmol 1 fls/8jam Digunakan untuk meringankan rasa 1. Kerusakan organ hati
sakit pada keadaan sakit kepala, sakit 2. Mual muntah
gigi, dan menurunkan demam. 3. Sakit kepala
4. Pusing
5. Sembelit
6. Ruam kulit
7. Perdarahan

63
ANALISA DATA
Analisa Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS : Kerusakan difusi, Gangguan pertukaran gas
Klien mengatakan nafas makrofag, infiltrasi sel
sesak T

DO : Leaky
- Klien tampak sesak Fluid/berakumulasi
- Terdapat penggunaan otot (Cairan,sekret,eksudat)
bantu nafas + pergerakan
cuping hidung (+) , ronchi Spasme alveoli
(+) , konjungtiva anemis
(+) Gg.Pertukaran Gas
- TTV: BP: 160/100mmHg
T: 370C
N:
123x/menit
R: 40x/menit
SPO2: 87%

64
DS: Vasodilatasi pembuluh Ketidakefektifan pola nafas
 Klien mengatakan darah
sesak
DO: Suplai O2 menurun
 Pernafasan
menggunakan cuping Frekuensi pernafasan
hidung meningkat
 Klien tanpak sesak
SPO2 : 87% Sesak nafas
TD: 160/100mmHg
R : 40 x/menit Ketidakefektifan pola
N: 123 x/menit nafas
T: 37oC

DS : Merusak lapisan epitel Ketidakefektifan bersihan


Klien mengatakan batuk dan lapisan mukosa jalan nafas
berdahak saluran pernafasan atas

65
DO : Reaksi mukus
 Terdengar suara nafas meningkat
tambahan (Ronchi)
 Klien terdengar batuk Ketidakefektifan
 Sianosis bersihan jalan nafas
 Perubahan pola nafas
 Perubahan frekuensi
nafas
 Klien tampak gelisah
SPO2 : 87%
TD: 160/100mmHg
R : 40 x/menit
N: 123 x/menit
T: 37oC

DS: Merangsang Ketidakeimbangan nutrisi


Klien mengatakan nafsu melanocotin kurang dari kebutuhan

66
makan berkurang dihipotalamus tubuh
DO:
 Klien tampak tidak Anoreksia
menghabiskan
makanan Nafsu makan menurun
 GDS = 371 mg/dL
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Resiko infeksi pajanan Dengan faktor resiko Resiko infeksi
patogen covid-19 penyebaran infeksi
( Covid-19 )

Diagnosa Keperawatan

67
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan proses difusi ditandai dengan klien mengatakan nafas sesak, klien tampak
sesak, terdapat penggunaan otot bantu nafas, pernafasan menggunakan cuping hidung, terdapat suara nafas tambahan yaitu
ronchi, konjungtiva tampak anemis. TTV: BP: 160/100mmHg; T: 370; N: 123x/menit; R: 40x/menit; SPO2: 87%
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penumpukan sekret dan keletihan otot pernafasan ditandai dengan klien
mengatakan sesak, pernafasan menggunakan cuping hidung, klien tanpak sesak. TTV : TD: 160/100mmHg; R : 40 x/menit;
N: 123 x/menit; T: 37oC; SPO2 : 87%
3. Ketidaefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi yang tertahan ditandai dengan klien mengatakan batuk
berdahak, terdengar suara nafas tambahan (ronchi), klien terdengar batuk, sianosis, perubahan pola nafas, perubahan
frekuensi nafas, klien tampak gelisah. TTV : TD: 160/100mmHg; R : 40 x/menit; N: 123 x/menit; T: 37oC; SPO2 : 87%
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan diet kurang ditandai dengan klien
mengatakan nafsu makan berkurang, klien tampak tidak menghabiskan makanan. GDS = 371 mg/dL
5. Resiko infeksi pajanan patogen covid-19 dengan faktor resiko Dengan faktor resiko penyebaran infeksi ( Covid-19 )

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

68
No Diagnosa Perencanaan

Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional

Hasil

1 Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji tanda-tanda vital 1. Untuk mengetahui keadaan umum klien

pertukaran gas keperawatan selama 1 x klien 2. Agar oksigen yang diberikan terpenuhi

berhubungan 30 menit dan selama 2. Kaji saturasi Oksigen 3. Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan

dengan proses perawatan diharapkan klien kesulitan dalam bernafas klien.

difusi. (SDKI Gangguan Pertukaran 3. Monitor status 4. Pertahankan kepatenan jalan nafas pada klien

PPNI, 2017) Gas dapat teratasi pernafasan klien Dan observasi adanya suara nafas tambahan

dengan kriteria hasil : 4. Berikan klien 5. Memudahkan dan mempertahankan oksigen

a) Klien melakukan posisi pada klien.

mengungkapkan semifowler/fowler 6. Untuk mengetahui hasil dari perkembangan

sesaknya 5. Pertahankan terapi hasil test

69
berkurang oksigen 15 liter

b) Frekuensi menggunakan NRM

pernapasan pada klien (kondisi

dalam batas pasien hipoksia maka dia

normal mendapat oksigen NRM

c) Tidak dispnea 15L)

saat istirahat 6. Kolaborasi dengan

d) Tidak adanya laboratorium dalam

sianosis (kulit AGD dan SWAB Test

tidak kebiruan).

e) Tidak ada tanda-

tanda hipoksia

f) Saturasi

Oksigen dan

AGD dalam

70
batas normal
2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Monitor tanda-tanda vital 1. Mengetahui keadaan umum, status pernafasan
pola nafas keperawatan selama 1 x
dan saturasi oksigen klien dan SPO2 dalam darah klien agar dapat
berhubungan 24 jam diharapkan
bersihan jalan nafas 2. Monitor kecepatan, ritme, memberikan tindaka terapi selanjutnya.
dengan
efektif dengan kriteria
penumpukan kedalaman dan usaha 2. Mengetahui keadekuatan pernapasan klien
hasil :
sekret dan
a. Klien tidak pasien bernapas 3. Melihat apakah ada salah satu obstruksi di
keletihan otot
mengatakan sesak
3. Catat pergerakan dinding salah satu bronkus atau adanya gangguan
pernafasan b. Frekuensi nafas
(NANDA, dalam batas dada, simetris atau tidak, ventilasi
2018-2020) normal menggunakan otot bantu 4. Posisi powler/ semifowler dapat memberikan
c. SPO2 dalam batas
normal
pernapasan rasa nyaman kepada klien dan meningkatkan

4. Berikan klien untuk dorongan pada diagfragma sehingga

mengubah posisi menjadi meningkatnya ekspansi dada dan ventilasi paru

fowler/ semifowler Mempercepat dalam pemenuhan oksigen dalam

5. Kolaborasi dalam

pemberian terapi oksigen

71
3. Ketidaefektifan Setelah dilakukan 1. Kaji Tanda-tanda vital 1. Untuk mengetahui keadaan umum klien

bersihan jalan tindakan keperawatan 2. Kolaborasi dengan 2. Pemberian terapi resfar untuk mempermudah

nafas selama 1 x 24 jam atau dokter untuk pemberian atau mengencerkan dahak

berhubungan selama masa perawatan terapi resfar

dengan sekresi diharapkan 3. Tindakan suction,

yang tertahan ketidaefektifan bersihan fisioterapi dada,

(NANDA, jalan nafas dapat nebulizer, batuk efektif

2018-2020). teratasi dengan kriteria (berdasarkan kondisi di

hasil : lahan tindakan tersebut

b. Tidak terdapat suara dihindari untuk

nafas tambahan dilakukan karena

(Ronchi) beresiko tinggi)

c. Klien tidak batuk

d. Tidak terjadi

72
syanosis

e. Klien tidak gelisah

4 Ketidakseimban Setelah dilakukan 1. Kaji bising usus lalu 1. Bunyi usus mungkin menurun.
4. gan nutrisi
tindakan keperawatan observasi dan palpasi 2. Untuk memantau gula darah agar tidak
kurang dari
selama 1 x 24 jam atau distensi abdomen. terjadinya peningkatan kadar gula darah
kebutuhan tubuh
berhubungan selama masa perawatan 2. Monitor Gula Darah pada klien.
dengan asupan
diharapkan resiko Sewaktu (GDS) 3. Tindakan ini dapat meningkatkan masukan
diet kurang
ketidakseimbangan 3. Anjurkan klien untuk meskipun nafsu makan lambat untuk
(NANDA,
2018-2020) nutrisi tidak terjadi makan makanan sedikit kembali.

dengan kriteria hasil : tapi sering. 4. Agar klien mendapatkan nutrisi yang lebih

a) Klien tidak lemas 4. Kolaborasi dengan ahli baik untuk meningkatkan mafsu makannya.

b) Konjungtiva tidak gizi dalm pemenuhan 5. Pemberian terapi furtolit dan curvit untuk

anemis nutrisi pada klien mengatasi kebutuhan nutrisi, terapi novomix

c) Nafsu makan pasien 5. Kolaborasi dengan untuk mengatasi gula darah.

73
meningkat dokter pemberian terapi

furtolit, curvit, dan

novomix.
5. 5 Risiko infeksi Setelah dilakukan 1. Kaji pengetahuan klien 1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan

dengan faktor tindakan keperawatan dan keluarga tentang klien dan keluarga.

risiko selama 1 x 24 jam atau penyakit yang diderita 2. Agar pasien dan keluarga mengetahui dan

penyebaran selama masa perawatan 2. Berikan edukasi klien dan memahami tentang bahaya penyakit yang

infeksi (Covid- diharapkan resiko keluarga tentang penyakit diderita pasien.

19) (NANDA, infeksi tidak terjadi dan cara penularannya 3. Untuk mencegah terjadinya kontaminasi

2018-2020) dengan kriteria hasil : 3. Ajarkan dan anjurkan virus

a) Klien dan keluarga klien untuk cuci tangan 4. Untuk mencegah terjadinya penularan virus

mengetahui tentang dan selalu menggunakan 5. Untuk mencegah penularan penyakit

penyakit dan cara APD seperti masker dan terhadap tenaga medis

penularannya sarung tangan 6. Terapi obat untuk mengatasi infeksi

b) Klien dan keluarga 4. Anjurkan untuk

74
mengetahui cara membatasi pengunjung

pencegahan atau tidak boleh

penularan penyakit dikunjungi sama sekali

5. Kolaborasi dengan

instansi terhadap

pemenuhan APD untuk

tenaga medis.

6. Kolaborasi dengan dokter

pemberian obat levocin

75
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Corona virus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan
penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan
penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius
seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernafasan
Akut Berat/Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Masalah keperawatan
yang muncul dalam laporan ini adalah :
4. Gangguan pertukaran gas
5. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
6. Resiko infeksi

B. Saran
1. Bagi Instansi Rumah Sakit
Laporan ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan acuan yang
diperlukan dalam meningkatkan pelaksanaan praktek pelayanan keperawatan
khususnya pada pasien dengan Covid-19.
2. Bagi Instansi Akademik
Laporan ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan referensi
dalam kegiatan proses belajar mengajar tentang asuhan keperawatan pasien
dengan Covid-19 yang dapat digunakan sebagai acuan bagi praktek
mahasiswa keperawatan.
3. Bagi Keluarga
Laporan ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk memperoleh
pengetahuan tentang penatalaksaan Covid-19 dan cara pencegahannya.
4. Bagi Pembaca
Laporan ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk menambah
wawasan serta pengetahuan tentang Covid-19

76
DAFTAR PUSTAKA

Adityo, dkk. (2020). Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini.


http://jurnalpenyakitdalam.ui.ac.id/index.php/jpdi/article/view/415, diakses
pada: 30 September 2020, pukul: 12.35 wita.
Burhan, Erlina, dkk. (2020). Pneumonia Covid-19 Diagnosis & Penatalaksanaan di
Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
Grant & Massey, (2016). Jenis Model Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
KEMENKES RI. (2020) . Protokol Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Covid-
19).https://covid19.go.id/storage/app/media/Protokol/REV05_Pedoman_P2_C
OVID-19_13_Juli_2020.pdf , diakses pada : 31 September 2020, pukul 12.50
wita.
Marqui & Huston, (2015). Jenis Model Asuhan keperawatan. Jakarta : EGC
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC, Edisi Revisi Jilid 3. Yogyakarta:
Penerbit Mediaction.
Nursalam, 2016.Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Edisi 3. Salemba Medika : Jakarta
Peate, I., & Nair, M. (2018). At a Glance Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Tandra, D. d. (2020). Virus Corona Baru Covid-19. Yogyakarta: Rapha Publishing.
Tandra, hans Dr. (2020). Virus Corona Baru COVID-19 Kenali, Cegah, Lindungi
Diri Sendiri & Orang lain. Yogyakarta: Rapha Publishing.
Tarwoto, & Wartonah. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
79

Anda mungkin juga menyukai