Anda di halaman 1dari 80

KONSEP PENYAKIT DAN

PENATALAKSANAAN MEDIK

Paulus Subiyanto
Tim Pengajar KMB II
REVIEW ANFIS SISTEM PENCERNAAN
• Brain-Gut Axis (sumbu otak-usus) adalah sistem komunikasi kompleks
antara otak dan sistem pencernaan yang melibatkan interaksi antara
sistem saraf pusat dan perifer, sistem endokrin, dan sistem kekebalan
tubuh. Sumbu otak-usus ini terdiri dari dua arah komunikasi yaitu sinyal dari
otak ke usus dan sebaliknya dari usus ke otak.
• Komunikasi otak-usus ini terjadi melalui serangkaian jalur biokimia yang
kompleks, seperti hormon, neuropeptida, neurotransmiter, dan sinyal
inflamasi. Sistem saraf parasimpatis dan sistem saraf simpatis juga berperan
penting dalam mengatur fungsi usus.
• Sumbu otak-usus ini memiliki peran penting dalam mengatur fungsi usus,
termasuk motilitas, sekresi enzim, penyerapan nutrisi, dan peradangan.
Selain itu, sumbu otak-usus juga telah terbukti terlibat dalam kondisi medis
seperti sindrom iritasi usus, gangguan mood, dan gangguan makan.
• Ketika terjadi gangguan pada sumbu otak-usus hal ini dapat mempengaruhi
kesehatan pencernaan dan kesejahteraan umum individu.
PENATALAKSANAAN MEDIK
• Simtomatik (Mengatasi gejala)
• Etiologi (berdasarkan penyebab)
• Pembedahan (akibat gangguan struktur dan
fungsi)
• HEPATITIS, SIROSIS
HEPATIS, ASCITES, CA
HEPAR
Metabolisme Bilirubin --> Joundice
ASCITES
PENATALAKSANAAN MEDIK HEPATITIS
• Hepatitis Virus
• a. Hepatitis A
• Vaksin hepatitis A direkomendasikan untuk mencegah infeksi virus hepatitis A. Pasien dengan hepatitis
A biasanya tidak memerlukan pengobatan khusus, dan penyakitnya bisa sembuh sendiri dalam waktu
2-6 minggu.

• b. Hepatitis B
• Vaksin hepatitis B diberikan untuk mencegah infeksi virus hepatitis B. Terapi antiviral dapat diberikan
kepada pasien dengan hepatitis B kronis, terutama jika virus tetap ada dalam darah selama lebih dari 6
bulan.

• c. Hepatitis C
• Terapi antivirus langsung (DAA) adalah standar perawatan untuk pasien dengan hepatitis C kronis, dan
dapat menyembuhkan infeksi virus dalam waktu 8-12 minggu. Terapi ini memiliki tingkat kesembuhan
yang tinggi dan sedikit efek samping.
• Hepatitis Non-virus
• a. Hepatitis alkoholik
• Penghentian konsumsi alkohol adalah langkah penting dalam pengobatan hepatitis alkoholik. Kortikosteroid dan
pentoksifilin dapat membantu mengurangi inflamasi hati pada pasien dengan hepatitis alkoholik akut yang berat.

• b. Hepatitis autoimun
• Kortikosteroid dan obat imunosupresif lainnya dapat membantu mengontrol sistem kekebalan tubuh yang
berlebihan pada pasien dengan hepatitis autoimun.

• c. Hepatitis obat
• Penghentian penggunaan obat yang memicu hepatitis adalah langkah pertama dalam pengobatan hepatitis obat.
Jika gejala hepatitis berat, terapi kortikosteroid dan imunosupresif dapat membantu mengurangi inflamasi hati.

• Pencegahan Umum
• a. Hindari konsumsi alkohol berlebihan
• b. Hindari berbagi jarum suntik atau peralatan medis lainnya
• c. Pastikan makanan dan air bersih dan aman
• d. Gunakan kondom untuk melindungi diri dari infeksi seksual.
Penatalaksanaan Medik Sirosis Hepatis
• Bertujuan untuk mengurangi gejala, mencegah komplikasi, dan memperlambat kemajuan
penyakit. Berikut adalah beberapa penatalaksanaan medik pada pasien dengan sirosis
hepatis:

• Pengobatan penyebab
• Jika sirosis disebabkan oleh hepatitis virus, maka terapi antivirus dapat membantu
mengontrol infeksi dan mencegah kemajuan penyakit. Jika sirosis disebabkan oleh
konsumsi alkohol berlebihan, maka pasien harus berhenti minum alkohol dan memulai
program pemulihan alkohol.

• Obat-obatan
• Beberapa obat dapat digunakan untuk mengurangi gejala yang disebabkan oleh sirosis
hepatis. Contohnya, diuretik dapat membantu mengurangi retensi cairan dan bengkak pada
kaki dan perut. Beta-blocker dan nitrates dapat digunakan untuk mengurangi tekanan darah
portal pada pasien dengan hipertensi portal. Obat-obatan lainnya, seperti laktulosa dan
rifaksimin, dapat membantu mengurangi risiko encephalopathy hepatis.
• Gizi dan suplemen
• Pasien dengan sirosis hepatis seringkali mengalami penurunan
berat badan dan kekurangan nutrisi. Pemberian suplemen vitamin
dan mineral, seperti vitamin B kompleks dan seng, dapat
membantu memperbaiki status nutrisi pasien.

• Transplantasi hati
• Transplantasi hati adalah opsi terapi yang efektif untuk pasien
dengan sirosis hepatis stadium lanjut atau komplikasi. Pasien
yang menjalani transplantasi hati memiliki tingkat kelangsungan
hidup yang lebih tinggi daripada pasien yang tidak menjalani
transplantasi hati.
Penatalaksanaan Medik
• Penatalaksanaan medik untuk GERD tergantung pada tingkat keparahan dan
frekuensi gejala, dan tujuannya adalah untuk mengurangi asam lambung
yang naik ke kerongkongan dan mengurangi iritasi dan inflamasi. Berikut
adalah beberapa penatalaksanaan medik GERD berdasarkan bukti ilmiah
terbaru:

• Proton pump inhibitor (PPI)


• PPI adalah kelompok obat yang paling sering direkomendasikan untuk
pengobatan GERD. PPI bekerja dengan menghambat pompa proton dalam
sel-sel parietal di dinding lambung, sehingga mengurangi produksi asam
lambung. Beberapa contoh PPI yang tersedia di pasaran adalah omeprazole,
lansoprazole, dan esomeprazole. Penggunaan PPI dalam jangka panjang
terkait dengan risiko efek samping tertentu, seperti infeksi saluran
pencernaan dan kekurangan nutrisi tertentu.
• H2 blocker
• H2 blocker adalah kelompok obat yang juga digunakan untuk mengurangi produksi asam
lambung. H2 blocker bekerja dengan menghambat reseptor H2 di sel-sel parietal, sehingga
mengurangi produksi asam lambung. Beberapa contoh H2 blocker yang tersedia di pasaran
adalah ranitidine dan famotidine.
• Antasida
• Antasida adalah obat yang bekerja dengan mengurangi keasaman lambung. Antasida
mengandung senyawa yang dapat menetralkan asam lambung. Obat ini biasanya
direkomendasikan untuk pengobatan gejala GERD yang ringan atau untuk pasien yang tidak
toleran terhadap PPI atau H2 blocker.
• Prokinetik
• Prokinetik adalah obat yang membantu meningkatkan kontraksi otot lambung dan usus.
Prokinetik membantu mengurangi kelebihan asam lambung yang naik ke kerongkongan.
Beberapa contoh prokinetik yang tersedia di pasaran adalah metoclopramide dan
domperidone.
Beberapa penatalaksanaan non-farmakologi terbaik
dan terkini untuk GERD antara lain:
• Diet dan gaya hidup
• Makan makanan sehat dengan porsi kecil dan frekuensi yang sering dapat
membantu mengurangi gejala GERD. Pasien disarankan untuk menghindari
makanan pedas, asam, berlemak, dan beralkohol, serta menjaga berat
badan yang sehat, menghindari makan sebelum tidur, dan mengangkat
kepala tempat tidur dengan bantal atau blok kayu.
• Terapi perilaku kognitif
• Terapi perilaku kognitif (CBT) telah terbukti efektif dalam mengurangi gejala
GERD. CBT dapat membantu pasien memperbaiki keseimbangan psikologis
mereka dan mengurangi kecemasan, stres, dan depresi yang dapat
memperburuk gejala GERD.
• Teknik relaksasi
• Teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, dan pernapasan dalam dapat
membantu mengurangi stres dan kecemasan, yang merupakan faktor risiko
untuk GERD. Teknik-teknik ini juga dapat membantu mengurangi ketegangan
otot dan meningkatkan sirkulasi darah.
• Akupunktur
• Akupunktur dapat membantu mengurangi gejala GERD dengan merangsang
titik-titik tertentu di tubuh untuk meredakan ketegangan otot dan
meningkatkan sirkulasi darah. Namun, penelitian masih perlu dilakukan untuk
menentukan efektivitas akupunktur dalam pengobatan GERD.
• Penting untuk diingat bahwa penatalaksanaan non-farmakologi tidak dapat
menggantikan pengobatan medis, tetapi dapat membantu mengurangi gejala
GERD secara efektif.
• KONSTIPASI DAN
INKOTINESIA
Penatalaksanaan Medik
• Penatalaksanaan medik terbaru dan terbaik untuk konstipasi tergantung
pada penyebab dan faktor risiko yang mendasarinya. Berikut adalah
beberapa penatalaksanaan medik untuk konstipasi berdasarkan bukti ilmiah
terbaru:
• Laksatif osmotik
• Laksatif osmotik adalah jenis laksatif yang membantu mengatasi konstipasi
dengan menambahkan cairan ke tinja sehingga memudahkan
pengeluarannya. Beberapa contoh laksatif osmotik termasuk polietilen glikol
dan laktulosa.
• Laksatif stimulan
• Laksatif stimulan membantu merangsang kontraksi otot usus untuk
mempercepat gerakan tinja. Beberapa contoh laksatif stimulan termasuk
bisakodil dan senna.
• Agonis reseptor opioid
• Agonis reseptor opioid adalah obat yang menstimulasi reseptor opioid tertentu dalam usus,
sehingga meningkatkan gerakan usus dan mempercepat buang air besar. Obat ini
direkomendasikan untuk pasien dengan konstipasi kronis yang tidak merespons terhadap
laksatif konvensional. Contoh agonis reseptor opioid termasuk naloxegol dan
methylnaltrexone.

• Inhibitor reuptake serotonin


• Inhibitor reuptake serotonin adalah obat yang meningkatkan kadar serotonin dalam usus,
sehingga meningkatkan gerakan usus dan mempercepat buang air besar. Contoh inhibitor
reuptake serotonin termasuk lubiprostone dan linaclotide.

• Selain penatalaksanaan medik, pasien dengan konstipasi juga harus mengubah pola makan
dan gaya hidup mereka, seperti meningkatkan asupan serat dan cairan, berolahraga secara
teratur, dan menghindari kebiasaan menahan buang air besar.
HERNIA
• HEMOROID
• Penatalaksanaan medik untuk hemoroid tergantung pada tingkat keparahan
hemoroid. Hemoroid ringan biasanya dapat diatasi dengan perubahan gaya
hidup dan obat-obatan over-the-counter. Namun, untuk hemoroid yang lebih
parah, mungkin memerlukan intervensi medis yang lebih agresif. Berikut ini
adalah beberapa penatalaksanaan medik terbaik dan terkini untuk hemoroid:

• Obat topikal
• Obat topikal seperti krim, salep, atau gel dapat membantu mengurangi gejala
seperti rasa gatal dan perih, dan membantu meringankan peradangan pada
hemoroid. Obat topikal ini biasanya mengandung zat yang meredakan
peradangan dan meredakan nyeri, seperti kortikosteroid, anestesi, atau
supositoria.
• Obat oral
• Obat oral seperti analgesik atau anti-inflamasi dapat membantu
meredakan nyeri dan peradangan pada hemoroid. Namun,
penggunaan obat oral harus hati-hati dan disesuaikan dengan
rekomendasi dokter, karena obat ini dapat memiliki efek samping.

• Skleroterapi
• Skleroterapi adalah prosedur di mana dokter menyuntikkan bahan
kimia ke dalam hemoroid untuk menyebabkan pengurangan
ukuran dan menghilangkan gejala. Prosedur ini biasanya
digunakan untuk mengobati hemoroid ringan hingga sedang.
• Ligasi elastik
• Ligasi elastik adalah prosedur di mana dokter memasang cincin
elastis di pangkal hemoroid untuk memotong aliran darah ke
hemoroid dan menyebabkan hemoroid menyusut dan
menghilang. Prosedur ini biasanya digunakan untuk mengobati
hemoroid sedang hingga berat.

• Hemoroidektomi
• Hemoroidektomi adalah prosedur operasi yang dilakukan untuk
menghilangkan hemoroid yang lebih besar atau parah. Prosedur
ini biasanya digunakan untuk mengobati hemoroid berat yang
tidak dapat diatasi dengan metode non-bedah.
Berikut adalah beberapa penatalaksanaan non-
farmakologi yang bisa dilakukan:
• Menjaga pola makan sehat
• Mengonsumsi makanan yang kaya serat seperti buah-buahan, sayuran, biji-
bijian, dan kacang-kacangan dapat membantu meningkatkan kesehatan
pencernaan dan mencegah sembelit yang dapat memperburuk hemoroid.
Selain itu, hindari makanan pedas dan berlemak, serta minuman berkafein
atau beralkohol.

• Olahraga teratur
• Olahraga teratur dapat membantu memperbaiki kesehatan pencernaan dan
mengurangi tekanan pada vena di area anus dan rektum. Pilihlah olahraga
yang tidak memberikan tekanan pada daerah anus seperti berjalan,
berenang, atau yoga.
• Hindari mengejan terlalu kuat saat buang air besar
• Mengejan terlalu kuat saat buang air besar dapat meningkatkan
tekanan pada vena di daerah anus dan memperburuk hemoroid.
Cobalah untuk tidak mengejan terlalu kuat dan hindari duduk
terlalu lama di toilet.

• Menjaga kebersihan area anus


• Membersihkan area anus dengan lembut setelah buang air besar
dapat membantu mencegah infeksi dan iritasi yang dapat
memperburuk gejala hemoroid. Gunakan air hangat dan tisu
lembut untuk membersihkan area anus, dan hindari penggunaan
tisu yang kasar atau membersihkan area anus terlalu keras.
• Hindari duduk terlalu lama
• Duduk terlalu lama dapat meningkatkan tekanan pada
vena di daerah anus dan memperburuk gejala hemoroid.
Cobalah untuk berdiri atau berjalan setiap beberapa jam
agar aliran darah ke daerah anus tetap lancar.

• Penatalaksanaan non-farmakologi ini tidak hanya


membantu mengurangi gejala hemoroid, tetapi juga dapat
membantu mencegah terjadinya hemoroid atau
mencegah hemoroid yang sudah ada semakin parah
• DIARE,
GASTROENTERITIS
Pencegahan GE
• Pencegahan gastroenteritis tergantung pada penyebabnya,
namun terdapat beberapa tindakan pencegahan yang dapat
dilakukan untuk mengurangi risiko terkena gastroenteritis. Berikut
adalah beberapa tindakan pencegahan berdasarkan bukti ilmiah
terbaik dan terkini:

• Mencuci tangan yang baik dan benar: Mencuci tangan dengan


sabun dan air mengalir selama 20 detik sebelum makan, setelah
menggunakan toilet, dan setelah kontak dengan orang yang sakit
dapat membantu mencegah penyebaran gastroenteritis.
• Menghindari makanan yang tidak aman: Makanan yang tidak
matang atau terkontaminasi dapat menyebabkan gastroenteritis.
Pastikan untuk memasak makanan sampai matang dan menjaga
kebersihan dapur.
• Menghindari minum air yang tidak aman: Air yang terkontaminasi
juga dapat menyebabkan gastroenteritis. Pastikan untuk minum
air yang aman, seperti air mineral atau air yang telah dimasak.
• Meningkatkan kekebalan tubuh: Meningkatkan kekebalan tubuh
dengan mengonsumsi makanan yang sehat, berolahraga secara
teratur, dan mendapatkan cukup istirahat dapat membantu
mencegah gastroenteritis.
• Vaksinasi: Beberapa vaksin dapat membantu mencegah
gastroenteritis, seperti vaksin rotavirus dan vaksin hepatitis A.
• Menjaga kebersihan dan sanitasi: Menjaga kebersihan dan
sanitasi yang baik di lingkungan sekitar dapat membantu
mencegah penyebaran gastroenteritis.
• Penting untuk diingat bahwa tindakan pencegahan ini harus
dilakukan secara teratur dan konsisten untuk membantu
mencegah gastroenteritis. Jika seseorang sudah terkena
gastroenteritis, maka tindakan pencegahan seperti isolasi dan
pengobatan dapat membantu mencegah penyebaran infeksi ke
orang lain.
Penatalaksanaan medis terbaru dan terkini untuk
pasien dengan gastritis dapat meliputi:

• Terapi eradikasi Helicobacter pylori: Jika gastritis disebabkan oleh infeksi


bakteri Helicobacter pylori, terapi eradikasi harus dilakukan. Terapi ini
biasanya melibatkan kombinasi antibiotik dan inhibitor pompa proton selama
7-14 hari.

• Penggunaan inhibitor pompa proton (PPI): PPI dapat membantu mengurangi


produksi asam lambung dan meredakan gejala gastritis. Penggunaan PPI
harus diawasi dan dikonsultasikan dengan dokter karena penggunaan jangka
panjang dapat meningkatkan risiko efek samping tertentu.
• Diet yang sehat dan seimbang: Makanan tertentu dapat
memicu gastritis dan memperburuk gejalanya. Diet sehat
dan seimbang dapat membantu mencegah gastritis dan
mempercepat pemulihan.

• Penghindaran obat-obatan yang merusak lambung:


Beberapa obat-obatan tertentu dapat merusak lapisan
pelindung lambung dan memicu gastritis. Jika
memungkinkan, hindari penggunaan obat-obatan tersebut
dan konsultasikan dengan dokter jika obat-obatan harus
tetap digunakan.
• Terapi antiinflamasi: Jika gastritis disebabkan oleh penggunaan
obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), terapi antiinflamasi yang
lebih aman seperti penggunaan COX-2 inhibitor atau pilihan terapi
alternatif lainnya dapat dipertimbangkan.

• Pengobatan simtomatik: Penggunaan obat antasida atau obat


lainnya yang meredakan gejala seperti mual, muntah, dan nyeri
dapat dipertimbangkan.

• Penting untuk diingat bahwa penatalaksanaan gastritis harus


disesuaikan dengan penyebabnya dan kondisi medis pasien
Penatalaksanaan Medik :
• Ulkus peptikum adalah luka pada lambung atau usus
halus yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti
infeksi bakteri Helicobacter pylori, penggunaan obat
antiinflamasi nonsteroid (NSAID), dan faktor gaya
hidup tertentu. Penatalaksanaan medik terbaik dan
terkini untuk ulkus peptikum dapat meliputi:
• Terapi eradikasi Helicobacter pylori: Jika ulkus peptikum
disebabkan oleh infeksi bakteri Helicobacter pylori, terapi
eradikasi harus dilakukan. Terapi ini biasanya melibatkan
kombinasi antibiotik dan inhibitor pompa proton selama 7-
14 hari.
• Penggunaan inhibitor pompa proton (PPI): PPI dapat
membantu mengurangi produksi asam lambung dan
mempercepat penyembuhan luka pada lambung atau
usus halus. Penggunaan PPI harus diawasi dan
dikonsultasikan dengan dokter karena penggunaan
jangka panjang dapat meningkatkan risiko efek samping
tertentu.
• Penghindaran obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID): Jika
ulkus peptikum disebabkan oleh penggunaan NSAID,
penghindaran penggunaan NSAID dan penggunaan
pilihan obat alternatif yang lebih aman dapat
dipertimbangkan.
• Diet yang sehat dan seimbang: Makanan tertentu dapat memicu
ulkus peptikum dan memperburuk gejala. Diet sehat dan
seimbang dapat membantu mencegah ulkus peptikum dan
mempercepat pemulihan.
• Pengobatan simtomatik: Penggunaan obat antasida atau obat
lainnya yang meredakan gejala seperti mual, muntah, dan nyeri
dapat dipertimbangkan.
• Terapi endoskopi: Pada kasus yang parah, terapi endoskopi
seperti pengangkatan jaringan yang meradang atau pemasangan
stent dapat dipertimbangkan.
• Penting untuk diingat bahwa penatalaksanaan ulkus peptikum
harus disesuaikan dengan penyebabnya dan kondisi medis
pasien.
• KOLESISTITIS
• KOLESTASIS
• KOLELITIASIS
• Penatalaksanaan medik terbaik dan terkini untuk kolelitiasis dapat
meliputi:

• Pengobatan simtomatik: Obat penghilang rasa sakit seperti


analgesik dan antispasmodik dapat membantu meredakan gejala
nyeri dan ketidaknyamanan yang disebabkan oleh batu empedu.

• Terapi obat untuk menghancurkan batu empedu: Terapi obat-


obatan seperti asam ursodeoksikolat (ursodiol) dan
chenodeoxycholic acid (CDCA) dapat digunakan untuk
menghancurkan batu empedu kecil pada beberapa pasien,
terutama pada pasien yang tidak dapat menjalani operasi.
• Kolesistektomi: Operasi pengangkatan kantung empedu
(kolesistektomi) biasanya merupakan pengobatan utama
untuk pasien dengan kolelitiasis. Jenis kolesistektomi
yang paling umum adalah kolesistektomi laparoskopik, di
mana kantung empedu diangkat melalui beberapa
sayatan kecil di perut.

• Endoskopi: Pada beberapa kasus, batu empedu dapat


dikeluarkan melalui endoskopi dengan melakukan
papilosfincterotomi endoskopik.
• Perawatan pasca-operasi: Setelah kolesistektomi, pasien
perlu menjalani perawatan pasca-operasi yang mencakup
pengobatan untuk nyeri dan infeksi. Pasien juga perlu
mengubah diet dan gaya hidup mereka untuk mencegah
terbentuknya batu empedu baru.

• Pilihan pengobatan tergantung pada ukuran, jumlah, dan


lokasi batu empedu, serta kondisi medis pasien.
PENCEGAHAN

• Beberapa langkah pencegahan kolelitiasis yang terbaik


dan terkini berdasarkan evidence-based adalah sebagai
berikut:

• Menerapkan diet sehat: Diet yang sehat dapat membantu


mengurangi risiko terkena kolelitiasis. Dianjurkan untuk
memperbanyak konsumsi buah-buahan, sayuran, biji-
bijian, kacang-kacangan, dan sumber protein rendah
lemak seperti ikan dan ayam. Selain itu, perlu membatasi
asupan lemak jenuh, gula, dan makanan olahan.
• Menghindari obesitas: Obesitas dapat meningkatkan risiko
terkena kolelitiasis. Menjaga berat badan yang sehat melalui pola
makan yang seimbang dan olahraga teratur dapat membantu
mengurangi risiko terkena kondisi ini.

• Menjaga kesehatan tubuh secara umum: Merokok dan konsumsi


alkohol yang berlebihan juga dapat meningkatkan risiko terkena
kolelitiasis. Oleh karena itu, disarankan untuk menjaga kesehatan
tubuh secara umum dengan tidak merokok, menghindari
konsumsi alkohol yang berlebihan, dan mengelola stres dengan
baik.
• Menjaga berat badan yang stabil: Perubahan berat badan
yang ekstrem dapat meningkatkan risiko terkena
kolelitiasis. Oleh karena itu, disarankan untuk menjaga
berat badan secara stabil dan menghindari diet yang
ekstrem.

• Berolahraga secara teratur: Olahraga secara teratur


dapat membantu meningkatkan kesehatan tubuh secara
umum dan mengurangi risiko terkena kolelitiasis.
• Menghindari terjadinya stagnasi empedu: Stagnasi
empedu dapat menyebabkan terbentuknya batu empedu.
Oleh karena itu, disarankan untuk menghindari pola
makan yang menyebabkan stagnasi empedu seperti diet
tinggi lemak dan karbohidrat, dan memperbanyak
konsumsi makanan yang mengandung serat.

• Pencegahan kolelitiasis terbaik dan terkini tergantung


pada faktor risiko masing-masing individu.
• CARCINOMA
COLORECTAL
• Beberapa bukti ilmiah terbaru dan terkini untuk mencegah
kanker kolorektal (cancer colorectal) adalah sebagai
berikut:

• Menerapkan pola makan yang sehat: Beberapa studi


menunjukkan bahwa pola makan yang sehat, seperti
mengonsumsi makanan tinggi serat, rendah lemak dan
kolesterol, serta banyak buah dan sayur, dapat
membantu mencegah kanker kolorektal. Selain itu,
mengurangi konsumsi daging merah dan olahan juga
dapat membantu mengurangi risiko kanker kolorektal.
• Aktivitas fisik teratur: Aktivitas fisik teratur dapat
membantu mencegah kanker kolorektal. Berolahraga
secara teratur dapat membantu menjaga berat badan
yang sehat, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, dan
meningkatkan kesehatan usus.

• Menjaga berat badan yang sehat: Beberapa studi


menunjukkan bahwa obesitas dan kelebihan berat badan
dapat meningkatkan risiko terkena kanker kolorektal.
Oleh karena itu, menjaga berat badan yang sehat dapat
membantu mencegah kanker kolorektal.
• Menghindari merokok dan konsumsi alkohol yang berlebihan:
Merokok dan konsumsi alkohol yang berlebihan juga dapat
meningkatkan risiko terkena kanker kolorektal. Oleh karena itu,
menghindari merokok dan konsumsi alkohol yang berlebihan
dapat membantu mencegah kanker kolorektal.

• Skrining secara teratur: Skrining kanker kolorektal dapat


membantu mendeteksi kanker kolorektal pada tahap awal,
sehingga dapat diobati dengan lebih efektif. Metode skrining yang
umum termasuk kolonoskopi, sigmoidoskopi, dan tes feses okult
darah.

Anda mungkin juga menyukai