Anda di halaman 1dari 76

GANGGUAN DALAM KEHAMILAN

(PEB, HIPEREMESIS, MOLAHIDATIDOSA)

TIM MATERNITAS
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Melakukan asuhan keperawatan pada wanita dalam masa
childbearing hamil dalam kondisi beresiko dan masalah-
masalah yang berhubungan dengan gangguan sistem
reproduksi dengan penekanan pada upaya preventif dan
promotif yang menggunakan pendekatan proses
keperawatan serta memperhatikan aspek legal dan etis di
tatanan klinik maupun komunitas
JENIS-JENIS GANGGUAN PADA MASA KEHAMILAN

HYPEREMESIS
MOLAHIDATIDOSA
GRAVIDARUM

HYPERTENSIVE
PEB
DISORDERS
HIPEREMESIS

TIM KEPERAWATAN MATERNITAS


Contoh Kasus
Seorang perempuan (25 tahun) baru saja menikah 3
bulan yang lalu mengunjungi poli kebidanan
dengan keluhan muntah-muntah selama dua hari
dan tidak bisa mengkonsumsi makanan atau
cairan. Perempuan tersebut stress karena takut
jika nanti bayinya mati karena kekurangan
makanan. Hasil pemeriksaan fisik kedua mata
cekung, turgor kulit buruk, mukosa oralnya
kering. Tanda-tanda vital menunjukan
peningkatan nadi 98x/menit, hasil laboratorium
peningkatan nilai hematokrit, BUN, dan berat
jenis urin.
HIPERMESES GRAVIDARUM
• PENGERTIAN • PENYEBAB
Mual muntah • Pasti belum diketahui
berlebihan • Predisposisi ;
sehingga terjadi primigravida, mola
kehilangan berat hidatidosa dan
badan dan kehamilan ganda.
gangguan
keseimbangan • Peningkatan HCG
elektrolit • Psikologik
HASIL PENGKAJIAN YANG DITEMUKAN

 Muntah berkepanjangan , sering dan parah


 Kehilangan berat badan, urine mengandung aseton
dan ketosis
 Tanda dan gejala dehedrasi
 Turgor kulit tidak elastis
 Malaise/kelemahan
 Tekanan darah rendah
HIPEREMESIS
• PATOFISIOLOGI • GRADE
Penyebab mual • Tingkat 1, lemah,napsu makan↓,
muntah  BB↓,nyeri epigastrium, nadi↑,turgor
kulit berkurang,TD sistolik↓, lidah
dehidrasi  kering, mata cekung.
elektrolit • Tingkat 2, apatis, nadi cepat dan kecil,
berkurang, lidah kering dan kotor, mata sedikit

hemokonsentrasi,
ikterik, kadang suhu sedikit ↑, oliguria,
aseton tercium dalam hawa pernafasan.
aseton darah • Tingkat 3,KU lebih lemah lagi, muntah-
meningkat  muntah berhenti, kesadaran menurun
kerusakan liver dari somnolen sampai koma, nadi lebih
cepat, TD lebih turun. Komplikasi fatal
ensefalopati Wernicke : nystagmus,
diplopia, perubahan mental.Ikterik
PENANGANAN
• TUJUAN TREATMEN • PENANGANAN DI RS
• Terkadang diperlukan terapi
 Menurunkan rasa mual psikologik
dan muntah • Berikan rehidrasi parenteral
glukosa 5% dalam NaCl sebanyak
 Mengganti kehilangan 2-3 liter/24 jam
cairan dan elektrolit • Antasida jika ada keluhan gastritis
dan kontrol asam lambung
 Memenuhi kebutuhan • Jika kesadaran baik pasien tidak
nurtrisi mengatasi perlu dipuasakan
kehilangan berat badan • Isolasi di kamar yang
,cerah,tenang, peredaran udara
lancar, batasi pengunjung
Lanjutan

• Non farmakologi
 Diit : makan dalam porsi kecil dan sering,
asupan protein dan karbohidrat

 Herbal : jahe umumnya direkomendasikan


sebagai pilihan herbal untuk melawan mual
dan muntah kehamilan, jahe dianggap bekerja
sebagai antagonis pada reseptor serotonergik

 Hipnosis dan akupuntur


Lanjutan...
• PENGOBATAN • PENCEGAHAN
Sedativa : Phenobarbital • Edukasi tentang kehamilan
Antihistamin: Meclizine • Makan porsi kecil tapi sering
(Antivert), • Bangun pagi : makan
Dimenhydinate ditempat tidur dengan roti
(Dramamine), atau biskuit dengan teh
Diphenhydramine hangat.
(Benedryl), Doxylamine • Makanan berminyak dan
(unisom) berbau dihindari, diusahakan
Ondansentron tinggi glukosa
Vitamin: Pyridoxine • Defekasi teratur
(Vitamin B6) • Minimalkan stressor
Tindakan keperawatan yang dilakukan
 Kaji faktor yang berkontribusi terhadap mual
muntah
 Kurangi atau hiangkan faktor yang berkontribusi
terhadap mual muntag seperti menghilangkan bau
 Berikan dukungan emosional
 Berikan tindakan kenyamanan seperti kebersihan
mulut yang baik
 Pemberian terapi cairan, antiemetik sesuai dengan
program dokter
 Periksa berat badan
 Pantau intake dan output cairan
 Pantau mual muntah
Diagnosa Keperawatan

 Nausea (D.0076)
 Risiko ketidakseimbangan cairan/elektrolit (D. 0036 dan
D.0037)
 Risiko defisit nutrisi (D. 0032)
 Risiko cedera pada janin (D.0138)
MOLAHIDATIDOSA
TIM KEPERAWATAN MATERNITAS
MOLAHIDATIDOSA
TUJUAN:
MAHASISWA MAMPU MEMAHAMI :
– Pengertian molahidatidosa
– Etiologi molahidatidosa
– Epidemiologi molahidatidosa
– Tanda dan gejala molahidatidosa
– Penanganan molahidatidosa
MOLAHIDATIDOSA

PENGERTIAN:
 Penyakit yang berasal dari
proliferasi sel-sel tropoblast
abnormal baik
sitopropoblast maupun
sissitiotopoblast
 Suatu kehamilan yang
berkembang tidak normal,
dijumpai villi choralis yang
menggembung dan berisi
cairan jernih sehingga
terlihat seperti buah anggur
Klasifikasi Mola HIdatidosa

• Mola Hidatidosa
Mola Hidatidosa lengkap (klasik)
parsial (inkomplet)
– Tidak ditemukan janin dan
amnion, vili korealis diubah – Perubahan
menjadi masa gelembung- hidatodosa bersifat
gelembung bening yang lokal serta belum
besarnya berbeda-beda begitu jauh dan
masih terdapat janin
– Tidak ada pembuluh darah
atau sedikitnya
dalam villi yang bengkak
kantong amnion
MOLAHIDATIDOSA

• mutasi genetik
(buruknya kualitas
sperma atau gangguan
pada sel telur)
Etiologi • kekurangan vitamin A
• darah tinggi
• faktor gizi yang kurang
baik.
Ibu hamil anggur (mola hidatidosa)
dengan uterus dengan gelembung
gelembung mola
Gelembung-gelembung mola
PATOFISIOLOGI
Beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan
patogenesis dari penyakit troboblas :
– Teori missed abortion
• Embrio mati pada kehamilan 3-5 minggu, terjadi
gangguan peredaran darah, penimbunan cairan
masenkim dari vili, terbentuklah gelembung-gelembung
– Teori neoplasma dari Park
• Sel-sel troboblas adalah abnormal dan memiliki fungsi
yang abnormal dimana terjadi reabsorbsi cairan yang
berlebihan ke dalam villi sehigga timbul gelembung
Lanjutan...

Studi dari Hertig


– Studi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa
mola hidatidosa semata-mata akibat akumulasi
cairan yang menyertai degenerasi asal atau tidak
adanya embrio komplit pada minggu ke tiga dan
ke lima. adanya sirkulasi maternal yang terus
menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan
trofoblas berproliferasi dan melakukan fungsinya
selama pembentukan cairan
EPIDEMIOLOGI

Insiden
negara Umur ibu Paritas
tinggi di • Pada • Tinggi RAS
usia pada (dipengar
asia Sosek
uhi ras
ekstrim grande rendah
AS: <23 >40 multi dan
1:1200 th genetik)

1:100
EPIDEMIOLOGI

Interval
kehamilan
Gol darah Kawin Abortus
pendek
ABO keluarga terdahulu
meningkat
kan resiko
GAMBARAN KLINIS/CARA DIAGNOSA

AWAL LANJUTAN
 Tidak beda dengan  Pembesaran uterus lebih besar dari
usia kehamilan
kehamilan biasa  Perdarahan pervaginal
 Gestosis/ toxemia sebelum 24 mg
kehamilan
 Tirotoksikosis (pada hipertiroid)
 Nyeri perut bagian bawah
 Hiperemesis gravidarum
 Tidak ada djj
 Expulsi jaringan mola
 Emboli tropoblast
 Theca lutein
MOLAHIDATIDOSA

Alat bantu diagnosa Diferensial diagnosa


 USG (badai salju)  Abortus iminens
 Serum beta hCG tinggi  Miss abortion
 Kehamilan normal dengan
 Foto thorax coin lession mioma/neoplasma
 PA  Gemmeli
 Percobaan sonde  Hidramion
 Kelainan jantung dalam
kehamilan (KJDK)
 Placenta previa
Diagnosis yang paling tepat

Bila telah keluarnya gelembung mola. namun, bila kita


menunggu sampai gelembung mola keluar biasanya
sudah terlambat karena pengeluaran gelembung umunya
disertai perdarahan yang banyak dan keadaan umum
pasien menurun. Terbaik ialah bila dapat mendiagnosis
mola sebelum keluar
LANJUTAN...

 Pada trimester I gambaran tidak spesifik, sehingga sulit


dibedakan dari kehamilan anembrionik, missed abortion,
abortus inkompletus, atau mioma uteri.
 Pada trimester II gambaran lebih spesifik, cavum uteri
berisi masa ekogenik bercampur bagian-bagian anekoik
vesikular berdiameter antara 5-10 mm. Gambaran
tersebut dapat dibayangkan seperti gambaran sarang
lebah ( honey comb ) atau badai salju (snow storm)
MOLAHIDATIDOSA

Penanganan Pengawasan dan tindak lanjut

 Perbaikan KU  Setiap minggu (bulan pertama)


 Setiap 2 minggu (3 bulan
 Evakuasi jaringan mola berikutnya)
Kuret  Setiap bulan (6 bulan berikutnya)
 Setiap 2 bulan (6 bulan
Histerotomi berikutnya
 Setiap 3 bulan (1 tahun
Histerektomi berikutnya)
 Pemberian sitostatika
MOLAHIDATIDOSA

Setiap kontrol diperiksa: Kontrasepsi


• Anamnese keluhan • Selama dalam
• Gejala klinis ada/tidak pengawasan dianjurkan
tidak hamil
• Pemeriksaan ginekologis
• kontrasepsi yang bisa
• Kadar beta hCG
dipilih kontap/suntik/pil
• Foto thorax (k/p)
• IUD tidak dianjurkan
karena resiko perforasi
Komplikasi

 preeklampsia /eklampsia
 tirotoksikosis
 Emboli paru-paru akut berakhibat kematian
 Kasus mola dengan kista lutein
 Mola hidatid!sa memiliki resiko tinggi untuk terjadi
keganasan (koriokarsinoma)
PROGNOSA

Prognosa tergantung pada:  Mola hidatidosa


– Cepatnya diagnosa merupakan penyebab
ditegakkan
kematian maternal
– Penanganan yang cepat
dan tepat – Perdarahan
– Ada/tidaknya – Perforasi
komplikasi – Infeksi, sepsis
– Kadar beta hCG – Choriocrcinoma lbh
– Ada tidaknya metretise tinggi
APLIKASI 3 S PADA PASIEN MOLAHIDATIDOSA
Ibu hamil G1P0A0AH0, merasa hamil 12 minggu, mengeluh
sejak hamil muda merasa mual, muntah >5 kali sehari terutama
di pagi hari, badan lemas, tangan kaki terasa dingin. Sudah 3
hari ini keluar darah pervaginam warna merah segar dan
seperti ada gelembung-gelembung putih. Ibu merasa gelisah,
tidak tenang dan menangis terus pada saat diinfokan tidak ada
janin dan tidak terdengar DJJ. Dari hasil pemeriksaan,TFU 27
cm. Sudah 3 hari tidak bisa BAB, BAK 3 kali sehari sedikit-
sedikit, makan hanya bisa masuk 2 sendok, minum +
3gelas/hari. DJJ tidak terdengar, hasil USG tidak tampak ada
janin. Tensi 90/60 mmHg, Suhu 37C, Nadi 88 kali/menit
KATAGORI DAN SUB KATAGORI
FISIOLOGIS
– Respirasi
– Sirkulasi: Tensi 90/60 mmHg, Nadi 88 X/menit
– Nutrisi dan cairan: mual, muntah >5 kali sehari
terutama di pagi hari, badan lemas, tangan kaki
terasa dingin. Sudah 3 hari ini keluar darah
pervaginam warna merah segar dan seperti ada
gelembung-gelembung putih.
– Eliminasi: BAK 3 kali sehari, 3 hari tidak bisa BAB
Psikologis
– Integritas ego: Ibu merasa gelisah, tidak tenang
dan menangis terus pada saat diinfokan tidak ada
janin dan tidak terdengar DJJ
– Nyeri dan kenyamanan: mual, muntah
DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan
cairan yang masif, perdarahan, kekurangan intake
cairan dibuktikan dengan (tanda dan gejala).
(D.0023)
• Resiko Hipovolemi dibuktikan dengan kehilangan
cairan yang aktif (D.0034)
• Nausea berhubungan dengan kehamilan
dibuktikan dengan tanda dan gejala (D.0076)
• Berduka berhubungan dengan kehilangan bayinya
dibuktikan dengan tanda dan gejala (D.0081)
TAUTAN SDKI - SLKI
Hipovolemi
Luaran Utama Status Nutrisi
Luaran tambahan Integritas kulit dan
jaringan
Keseimbangan asam basa
Keseimbangan cairan
Status nutrisi
Tingkat perdarahan
Keseimbangan elektrolit
SLKI

Status nutrisi membaik setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama 4 jam dengan kriteria hasil:
– Frekuensi makan membaik (5)
– Nafsu makan membaik (5)
– Membaran mukosa cukup membaik (4)
Hipovolemia TAUTAN SDKI-SIKI
Intervensi Utama Manajemen Manajemen syok
Hipovolemia hipovolemik
Intervensi pendukung Dukungan kepatuhan Manajemen perdarahan
program pengobatan antepartum
Manajemen syok Manajemen perdarahan
pervaginam
Manajemen cairan Manajemen elektrolit

Manjemen
hemodinamik
MANAJEMEN HIPOVOLEMIA
OBSERVASI
– Periksa tanda dan gejala hipovolemia (nadi meningkat,, nadi lemah,
tekanan darah menurun, turgor kulit menurun, membran mukosa
kering, volume urine menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah
– Monitor intake dan output cairan
TERAUPETIK
– Hitung kebutuhan cairan
– Berikan asupan cairan oral
EDUKASI
– Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral >1500 ml
KOLABORASI
– Kolaborasi pembaerian cairan IV isotonis (NaCl,RL)
PRE EKLAMSIA

TIM MATERNITAS
KLASIFIKASI HIPERTENSI
DALAM KEHAMILAN
 Preeklamsia - eklamsia
 Hipertensi kronis : Hipertensi yang terjadi
sebelum kehamilan atau sebelum UK 20 minggu
 Superimposed preeklamsia : Kondisi hipertensi
yang memberat setelah kehamilan 20 minggu
disertai tanda tanda preeklamsia
 Hipertensi gestational : hipertensi yang terjadi
sesudah usia kehamilan 20 minggu tanpa disertai
tanda-tanda preeklamsia

44
KLASIFIKASI PREEKLAMSIA YANG BARU

JANGAN ANGGAP
RINGAN
PREEKLAMSIA

Preeklamsia dan preeklamsia berat


Diagnosis preeklamsia tidak
tergantung pada proteinuria
PREEKLAMPSIA

 Preeklamsia adalah gangguan kehamilan yang berhubungan dengan


hipertensi onset baru, yang paling sering terjadi setelah 20 minggu
kehamilan, disertai dengan proteinuria, hipertensi, dan tanda atau
gejala lain namun preeklamsia dapat muncul pada beberapa wanita
tanpa adanya proteinuria.

 Tekanan darah sistolik 140 mm Hg atau lebih atau tekanan darah


diastolik 90 mm Hg atau lebih pada dua kali setidaknya 15 menit
terpisah setelah 20minggu kehamilan pada wanita dengan riwayat
sebelumnya tekanan darah normal

 Tekanan darah sistolik 160 mm Hg atau lebih atau tekanan darah


diastolik 110 mm Hg atau lebih.(Hipertensi parah dapat dikonfirmasi
dalam interval pendek (menit) untuk memfasilitasi tepat waktu terapi
antihipertensi). ACOG. (2020)
TD > 140/90 mmHg yang timbul pertama kali pada saat kehamilan
Tanpa diikuti proteinuria
Disebut juga Transient hypertension, jika:
- tidak timbul preeklampsia, TD kembali normal 12 mggu postpartum
Tekanan darah >140/90 mmhg yang timbul setelah umur
kehamilan 20 mgg pada wanita yang sebelumnya
mempunyai tekanan darah yang normal, disertai dengan
proteinuria
Tidak harus disertai udema
Proteinuria : ≥300mg/24jam atau ≥dipstik +1
PE disertai kejang dan atau koma
Kejang terjadi sebelum, selama dan postpartum, terjadi 48 jam/10 hr
post partum, berulang
Setiap kejang pada wanita hamil, fikirkan eklamsia, kecuali ada
penyebab kejang lain
DD : epilepsi, Gangguan otak : meningitis, ensefalitis

47
PE superimposed : timbulnya
proteinuria pada wanita dengan
riwayat hipertensi kronis
sebelumnya
Hipertensi khronis sebab apapun merupakan predisposisi
PE-E superimposed
persistent blood pressures >140/90 mm Hg diagnosed
before pregnancy or before 20 weeks’ gestation.
Hipertensi khronis:
- timbul sebelum hamil, timbul sebelum hamil 20 minggu,
- menetap sampai 12 mgg post partum

48
PREEKLAMSIA BERAT : Jika ada salah satu dari

Tekanan darah
>160/110 mmHg Proteinuria>+1

Serum kreatinin Peningakatan


>1,1 mg/dl enzim hati >2 kali

Trombosit
<100.000
Edema paru

Nyeri kepala, gangguan


penglihatan dan nyeri
epigastrium
PREEKLAMSIA RINGAN

Disebut Preeklamsia Ringan apabila


- TD diastolik 90-110mmHg
- Proteinuria sampai ++
- Tidak ada tanda-tanda lain dari PEB
PER dapat dengan cepat
meningkat menjadi PEB,
dengan risiko kejang
• Definisi Preeklamsia - Terbaru
• Definisi Preeklamsia -
Terdahulu • Preeklamsia tanpa gejala berat
(definisi terbaru)
Preeklamsia (ringan) – Tekanan darah > 140/90
– Tekanan darah > 140/90 mmHg mmHg
– Proteinuria > 0,3 g/24 jam – Proteinuria > 300 mg/ 24 jam
ATAU dipstick 1+ ATAU rasio
Preeklamsia Berat protein/kreatinin > 0,3
– Tekanan darah > 160/110 • Tidak adanya proteinuria
mmHg dengan :
– Proteinuria > 5 g/24 jam – Platelet < 100.000
– Sindroma HELLP – Kreatinin > 1,1
– Gejala Sistem Saraf Pusat – Peningkatan Tes Fungsi Hati
– Gejala Sistem Saraf Pusat

51
Patogenesis Preeklamsia

 Gangguan repons immune dan infasi trofoblasthipoksia


trofoblast  meningkatnya zat toksik: radikal bebas,
cytocine, enzima proteolitik  kerusakan endotel.
 Kerusakan endotel  prostacyclin (vasodilator) dan nitric
oxide turun. Endotilin (vasocontrictor) naik
 Jika diikuti vasokonstriksi  agegasi platelet 
thromboxane dan serotonin (vasokonstriktor) naik.
 Dalam mikrosirkulasi akan terbentuk thrombin 
microangiopathy, thrombocytopenia dan hemolisis.
 Permeabilitas dinding pemb darah turun  edema  vol
plasma turun (hemokonsentrasi)
 Akibat dari semua diatas maka hemodinamik ibu terganggu,
yang ditandai dengan penurunan volume plasma,
peningkatan peripheral vascular resistance dan tekanan
darah sebagai mekanisme kompensasi akan meningkat

52
Pengukuran tekanan darah
– Posisi duduk dengan
lengan setinggi jantung
– Uukuran cuff sesuai
– Sfigmomanometer air
raksa akurat
– Bunyi Korotkoff I dan IV
direkam
– Konfirmasi TD dalam 
4 jam kecuali bila
sangat tinggi

53
Insidensi
– 10% dari seluruh kehamilan terkomplikasi oleh
hipertensi
• Sepertiganya mengalami proteinuria
– mayoritas preeklampsia pada pasien nullipara
• peningkatan risiko mortalitas pada gravida lebih tua
• peningkatan risiko pada kehamilan pertama dengan pasangan
baru
• peningkatan risiko dengan hipertensi yang telah ada
sebelumnya, penyakit ginjal, diabetes mellitus
– preeklampsia merupakan salah satu penyebab utama
mortalitas ibu langsung

54
Faktor predisposisi
• Paritas : nullipara
• Genetik
• Umur < 20 th, >35 th
• Riwayat/hipertensi khronis
• Riwayat penyakit ginjal
• Gemelli
• Penyakit kollagen
• Obesitas
55
Hellp syndrome

 Hellp syndrome : hemolysis (H), Elevated liver enzym


(EL), Low platelets (LP
 Laboratoris
- Trombosit : <100.000
- SGOT > 72 IU/L
- Bilirubin > 1,2mg/dl
- LDH > 600 IU/mL

61
Organ yang terpengaruh

 Ginjal: proteinuria, hiperurecimia, hipokalsiuria, ureum


dan kreatinin
 Hepar: SGOT, SGPT, nyeri epigastrium
 Susunan syaraf pusat: pusing, perdarahan
 Jantung: gagal ventrikel kiri
 Paru: edema paru
 Janin & plasenta: hipoksia, JTL, solusio plasenta

62
Obat-obatan
 Prinsip Tx PEB:
1) mencegah kejang
2) kontrol TD
3) terminasi kehamilan
 Obat-obatan:
-MgSO4 mencegah/menghilangkan kejang
-Antihipertensi: jika khawatir perdarahan otak
-Diuretika: jika ada edema paru
 Pencegahan:
- diit rendah garam tidak terbukti mencegah preeklamsi
- aspirin, antioksidan, calcium, minyak ikan
- NAC

63
Perawatan pasien PEB

 Perawatan pasien PEB ideal dilakukan di unit pelayanan


tertier, untuk penanganan ibu dan bayi yang optimal
 Pasang infus dengan jarum besar, ukur keseimbangan
cairan, jangan sampai terjadi overload cairan
 Pasang kateter urin untuk memantau urin output dan
proteinuria
 Observasi tanda-tanda vital, refleks dan Djj setiap jam
 Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru
 Oksigenasi
 Jika tekanan diastolik lbh dari 110 mmHg berikan
antihipertensi
 Jangan tinggalkan pasien sendirian…!

65
Profilaksis Kejang
– Sulit diprediksi siapa yang akan mengalami kejang
• Tidak berhubungan langsung dengan derajat hipertensi atau
proteinuria
– ‘Jumlah yang harus diterapi’ banyak untuk mencegah
kejang
– MgSO4 merupakan agen pilihan bila profilaksis kejang
diindikasikan

66
Penanganan Kejang
 Jika ibu tidak sadar atau kejang, MINTALAH
PERTOLONGAN, segera mobilisasi seluruh tenaga yang
ada dan siapkan fasilitas tindakan gawat darurat
 Lakukan penilaian keadaan umum, termasuk tanda vital
(nadi, tekanan darah, dan pernafasan) sambil mencari
tahu riwayat penyakit dahulu dari pasien atau keluarga
 Jika pasien tidak bernafas atau pernafasan dangkal
- periksa dan bebaskan jalan nafas
- Jika tidak bernafas mulai ventilasi dengan masker
dan balon
- Jika pasien bernafas beri oksigen 4-6 l/menit
melalui masker atau kanul nasal

67
Penanganan kejang
Jika pasien kejang
- baringkan pada sisi kiri, untuk mengurangi kemungkinan
aspirasi muntahan
- bebaskan jalan nafas, berikan oksigen
- hindari jatuhnya pasien dari tempat tidur
- lakukan pengawasan ketat
- Jika diagnosis eklamsia berikan magnesium sulfat
- Jika penyebab kejang belum diketahui, tangani sebagai
eklamsia sambil mencari penyebab lain
Jika pasien tidak sadar/koma
- bebaskan jalan nafas
- baringkan pada sisi kiri
- ukur suhu
- periksa apakah ada kaku tengkuk

68
Cara pemberian MGSO4
Syarat pembarian : MgSO 4 tersedia 20% dan 40%
1. RR > 16 x/menit
2. Ada refleks patella
3. Jumlah urin minimal 0,5 ml/kg BB/jam

Dosis awal :
4 g larutan MgSO4 (10 ml larutan MgSO4 40%) dan dilarutkan dengan 10
ml aquades , berikan secara berlahan IV selama 20 menit
Jika sulit berikan IM dibokong kanan-kiri 8gr MgSO4

Dosis rumatan :
6 g MgSO4 (15ml larutan MgSO4 40%) dalam 500 ml Ringer
Laktan/Ringer Asetat, secara IV 28 tetes/menit 6 jam, dan
diulang 24 jam setelah persalinan bila kejang

69
Magnesium Sulfat – Overdosis
◦ standar obstetri namun tidak digunakan pada keadaan lain
◦ superior terhadap fenitoin untuk profilaksis
◦ superior terhadap fenitoin atau diazepam dalam mencegah rekurensi

– observasi efek samping


• lemas, paralisis pernapasan, somnolen
• Perasaan panas, double vision, blured speech
• Hilangnya reflek tendon
• Depresi nafas, henti nafas
• Cardiac arrest, pada konsentrasi yang sangat tinggi
– risiko tinggi terutama pada pasien dengan oliguria atau mendapat penyekat kanal
Ca2+

ANTIDOT
– hentikan infus magnesium
– Kalsium glukonas 10% 10 mL IV selama 3 menit

70
Persalinan- Pengobatan

– Persalinan disaat tepat meminimalkan morbiditas


ibu dan morbiditas serta mortalitas neonatal, mis
:35 minggu
– mengoptimalkan status ibu sebelum intervensi
persalinan
– Tunda persalinan untuk mendapatkan maturitas
janin dan lakukan rujukan hanya jika kondisi ibu
dan janin memungkinkan
– Hipertensi gestasional merupakan penyakit
progresif, manajemen konservatif potensial
berbahaya bila ada penyakit yang berat atau
dugaan gawat janin
72
PERSALINAN
 Terminasi kehamilan dilakukan dengan
memperhatikan kondisi ibu dan janin.
Indikasi terminasi bisa oleh karena faktor
ibu (misal eklamsi, Hellp syndrome,
udema paru) dan atau faktor janin (misal
fetal distress)
 Pilihan cara persalinan tergantung oleh
kematangan servik, faktor kondisi ibu
dan janin  vaginal atau SC
 Pada PER induksi persalinan dilakukan
setelah 37 minggu
73
Tatalaksana Peri dan Postpartum
 Jangan berikan ergometrin pada ibu dengan
preeklamsia, eklampsia atau hipertensi
 jangan turunkan TD terlalu rendah karena
berisiko gawat janin
 jangan berikan cairan berlebih -1500-2000
ml/hari
 analgesi epidural lebih dipilih bila tidak ada
koagulopati atau jumlah platelet yang rendah
 pendekatan multispesialisasi
 post-partum pasien harus dimonitor

74
Prosedur rujukan
 Perawatan pasien preeklamsia membutuhkan
rumah sakit dengan fasilitas laboratorium,
perawatan perinatal yang baik, fasilitas ICU dan
Ruang operasi
 Stabilkan kondisi ibu sebelum pasien dirujuk,
dengan pemberian antihipertensi bila T
≥160/110, pemberian oksigen, pemberian SM
 Pasang infus kristaloid untuk tujuan pemberian
obat-obatan, perhatikan tetesan infus
 Ibu dirujuk disertai oleh tenaga kesehatan
dengan membawa peralatan dan obat-obatan
untuk persiapan terjadinya kejang dijalan

75
76

Anda mungkin juga menyukai