Anda di halaman 1dari 19

1

MAKALAH

BATASAN DAN INDIKATOR PEMANTAUAN WILAYAH


SETEMPAT KESEHATAN IBU DAN ANAK (PWS KIA)

OLEH
KELOMPOK I

RINI MELATI SUKARNI NIM A1B1 19171

NURUL ISMAWATI NIM A1B119022

FITRI AMALIAH. K NIM A1B1 19272

FITRIANI NIM A1B119324

SASTRA RIA NIM A1B1 19092

SITI HARNINGSIH SAFITRI NIM A1B1 19093

FITRIA ADIR NIM A1B119170

NINA KARNINA NIM A1B119172

JURUSAN DIV KEBIDANAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

2020
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, nikmat, taufik, dan hidayah sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dengan lancar.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang
membangun untuk lebih menyempurnakan makalah kami berikutnya.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah memberikan
manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, orang lain yang ingin mengambil serta
menyempurnakan lagi makalah yang berjudul “Batasan dan Indikator Pemantauan
Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) Tujuan Program KIA“
sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.

Makassar, 16 April 2020

Penulis

ii
3

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar.................................................................................ii
Daftar Isi..........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................5
C. Tujuan Penulisan.......................................................................5
D. Manfaat Penulisan ....................................................................6
BAB II PEMBAHASAN
A. Batasan PWS KIA.....................................................................7
B. Indikator PWS KIA...................................................................8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................18
B. Saran........................................................................................18
Daftar Pustaka.................................................................................19

iii
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA)
adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA untuk
memantau cakupan pelayanan KIA di suatu wilayah (puskesmas/kecamatan)
secara terus-menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat
terhadap desa yang cakupan pelayanan KIA-nya masih rendah (Syafrudin,
2009).
Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, ibu dengna komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi
baru lahir, bayi baru lahir dengna komplikasi, bayi dan balita. Kegiatan PWS
KIA terdiri dari pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data serta
penyebarluasan informasi ke penyelenggara program dan pihak/instansi terkait
tindak lanjut (Karwati dkk, 2011).
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) telah dilaksanakan di Indonesia
sejak tahun 1985. Pada saat itu pimpinan puskesmas maupun pemegang
program di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota belum mempunyai alat pantau
yang dapat memberikan data yang cepat sehingga pimpinan dapat
memberikan respon atau tindakan yang cepat dalam wilayah kerjanya. PWS
dimulai dengan program Imunisasi yang dalam perjalanannya, berkembang
menjadi PWS-PWS lain seperti PWS-Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA)
dan PWS Gizi (Depkes RI, 2010).
Data terakhir dari SDKI 2012, terjadi peningkatan AKI sebesar 359
per 100.000 kelahiran hidup. Ini berarti kesehatan ibu justrumengalami
kemunduran selama 15 tahun. Pada tahun 2007, AKI di Indonesia sebenarnya
telah mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup. Bila melihat target MDGs
2015 untuk AKI, target Indonesia adalah menurunkan AKI mencapai 102 per
100.000 kelahiran hidup. Dengan posisi 359 per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 2012 maka akan sangat sulit bagi pemerintah untuk mencapai
5

target penurunan AKI sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun
2015.
Dengan PWS KIA diharapkan cakupan pelayanan dapat ditingkatkan
dengan menjangkau seluruh sasaran di suatu wilayah kerja. Dengan
terjangkaunya seluruh sasaran maka diharapkan seluruh kasus dengan faktor
risiko atau komplikasi dapat ditemukan sedini mungkin agar dapat
memperoleh penangan yang memadai. Penyajian PWS KIA juga dapat
dipakai sebagai alat advokasi, informasi dan komunikasi kepada sector
terkait, khususnya aparat setempat yang berperan dalam pendataan dan
penggerakan sasaran. Dengan demikian PWS KIA juga dapat digunakan
untuk memecahkan masalah teknis dna non teknis. Pelaksanaan PWS KIA
akan lebih bermakna bila ditindaklanjuti dengan upaya perbaikan dalam
pelaksanaan pelayanan KIA, intensifikasi manajemen program, pergerakan
sasaran dan sumber daya yang idperlukan dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan KIA. Hasil analisis PWS KIA di tingkat puskesmas dan
kabupaten/kota dapat digunakan untuk menentukan puskesmas dan
desa/kelurahan yang rawan. Demikian pula hasil analisis PWS KIA di tingkat
propinsi dapat digunakan untuk menentukan kabupaten/kota yang rawan
(Karwati dkk, 2011). Berdasarkan hal ini, maka penulis tertarik untuk
membuat makalah tentang Batasan dan Indikator Pemantauan Wilayah
Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana batasan dalam Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu
dan Anak (PWS KIA).
2. Apa Indikator Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak
(PWS KIA)

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui batasan dalam Pemantauan Wilayah Setempat
Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA).
6

2. Untuk mengetahui Indikator Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan


Ibu dan Anak (PWS KIA).

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai penambah ilmu pengetahuan tentang batasan dan
indikator Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS
KIA) sehingga dapat belajar bagaimana melakukan pemantaun dengan
baik sehingga mencakup seluruh sasaran guna mencegah ataupun
mengatasi angka kematian dan kesakitan ibu dan bayi yang dapat terjadi.
2. Bagi Institusi
Menambah sumber belajar melalui referensi yang diperoleh dari
berbagai media informasi untuk meningkatkan ilmu pengetahuan
mahasiswi Universitas Megarezky.
7

BAB II

PEMBAHASAN

A. Batasan Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS


KIA)
1. Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal adalah : pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan
untuk ibu selama masa kehamilannya, yang dilaksanakan sesuai dengan
standar pelayanan antenatal yang telah ditetapkan.
2. Penjaringan (Deteksi) Dini Kehamilan Berisiko
Kegiatan ini bertujuan untuk menemukan ibu hamil berisiko/komplikasi,
yang dapat dilakukan oleh kader, dukun bayi dan tenaga kesehatan.
3. Kunjungan Ibu Hamil
Yang dimaksud kunjungan ibu hamil disini adalah kontak ibu hamil
dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai
standar yang ditetapkan. Istilah “kunjungan” disini tidak mengandung
arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas pelayanan, tetapi setiap
kontak tenaga kesehatan (di posyandu, pondok bersalin desa, kunjungan
rumah) dengan ibu hamil untuk memberikan pelayanan antenatal sesuai
standar dapat dianggap sebagai kunjungan ibu hamil.
4. Kunjungan Baru Ibu Hamil (K1)
Adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali masa kehamilan.
5. Kunjungan Ibu Hamil (K 4)
Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat (atau
lebih), untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang
ditetapkan, dengan syarat :
a. Minimal satu kali kontak pada triwulan I.
b. Minimal satu kali kontak pada triwulan II
c. Minimal dua kali kontak pada triwulan III
8

6. Kunjungan Neonatal (KN)


Adalah kontak neonatal dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan
pelayanan dan pemeriksaan kesehatan neonatal, baik didalam maupun
diluar gedung puskesmas (termasuk bidan di desa, polindes, dan
kunjungan rumah) dengan ketentuan :

a) Kunjungan pertama (KN 1) : 6 – 48 jam


b) Kunjungan kedua (KN 2) : 3 – 7 hari
c) Kunjungan ketiga (KN 3) : 8 – 28 hari
d) KN Lengkap apabila telah dipenuhi KN 1, KN 2, dan KN 3
7. Kunjungan Ibu Nifas.
Adalah kontak ibu nifas dengan tenaga kesehatan minimal 3 kali untuk
mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan ibu nifas, baik
didalam maupun diluar gedung puskesmas (termasuk bidan di desa,
polindes, dan kunjungan rumah) dengan ketentuan :
a) Kunjungan pertama (KF 1) : 6 – 3 hari
b) Kunjungan kedua (KF 2) : 4 – 28 hari
c) Kunjungan ketiga (KF 3) : 29 – 42 hari
8. Sasaran Ibu Hamil
Sasaran ibu hamil adalah jumlah ibu hamil di suatu wilayah dalam kurun
waktu satu tahun.
9. Ibu Hamil Berisiko
Adalah ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan risiko tinggi.

B. Indikator Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak


(PWS KIA)
1. Akses pelayanan antenatal (cakupan K1)
Adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan
antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada waktu
tertentu. Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan
9

pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam menggerakkan


masyarakat.
Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :

Jumlah ibuhamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal


olehtenaga kesehatan disuatu wilayahkerja pada kurun waktu tertentu
x 100 %
Jumlah sasaranibuhamil di suatu wilayah kerja dalam 1tahun

Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun dapat diperoleh melalui


proyeksi, dihitung berdasarkan perkiraan jumlah ibu hamil dengan
menggunakan rumus:

1,10 X angka kelahiran kasar ( CBR ) X jumlah penduduk

Angka kelahiran kasar (CBR) yang digunakan adalah angka


terakhir CBR kabupaten/kota yang diperoleh dari kantor perwakilan
Badan Pusat Statistik (BPS) di kabupaten/kota. Bila angka CBR
kabupaten/kota tidak ada maka dapat diguanakan angka terakhir CBR
provinsi. CBR provinsi dapat diperoleh juga dari buku Data Penduduk
Sasaran Program Pembangunan Kesehatan 2007-2011 (Pusat Data
Depkes RI, tahun 2007).
Contoh :
Untuk menghitung perkiraan jumlah ibu hamil di desa/kelurahan X di
kabupaten Y yang mempunyai penduduk sebanyak 2000 jiwa dan angka
CBR terakhir kabupaten Y 27,0/1000 penduduk, maka :
1,10 X 0,027 X 2000=59,4
Jadi, sasaran ibu hamil di desa atau kelurahan X adalah 59 orang.

2. Cakupan pelayan ibu hamil (cakupan K4)


Adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan
antenatal sesuai dengan standar, paling sedikit empat kali dengan
distribusi waktu 1 kali pada trimester ke-1, 1 kali pada trimester ke-2 dan
10

2 kali pada trimester ke-3 disuatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan
antenatal secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati
waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan tingkat perlindungan ibu
hamil disuatu wilayah, disamping menggambarkan kemampuan
manajemen ataupun kelangsungan program KIA.
Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :

Jumlah ibuhamil yang mendapatkan pelayanan antenatal minimal4 kali


sesuai standar olehtenaga kesehatan disuatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu
x 100 %
Jumlah sasaranibu hamil disuatu wilayah kerja dalam1 tahun

Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun dapat diperoleh melalui


proyeksi, dihitung berdasarkan perkiraan jumlah ibu hamil dengan
menggunakan rumus:

1,10 X angka kelahiran kasar ( CBR ) X jumlah penduduk

3. Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan


Adalah cakupan ibu bersalin yang mendapatkan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan,
disuatu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini
dapat diperkirakan proporsi persalinan yang ditangani oleh tenaga
kesehatan dan ini menggambarkan kemampuan manajemen program KIA
dalam pertolongan persalinan sesuai standar.
Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :

Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan kompeten


disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
x 100 %
Jumlah sasaran ibu bersalin disuatu wilayah kerja dalam1 tahun
11

Jumlah sasaran ibu bersalin dalam 1 tahun dapat diperoleh melalui


proyeksi, dihitung berdasarkan perkiraan jumlah ibu hamil dengan
menggunakan rumus :

1,05 X angka kelahiran kasar ( CBR ) X jumlah penduduk

Contoh :
Untuk menghitung perkiraan jumlah ibu bersalin di desa/kelurahan X di
kabupaten Y yang mempunyai penduduk sebanyak 2000 penduduk dan
angka CBR terakhir di kabupaten Y 27,1/1000 penduduk maka :
Jumlah Ibu Bersalin=1,05 X 0,027 X 2000=56,7=sasaranibu bersalin

4. Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan (KF 1)


Adalah cakupan pelayanan kepada ibu nifas pada masa 6 jam
sampai dengan 3 hari pasca bersalin disuatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan
nifas secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu
yang ditetapkan), yang menggambarkan jangkauan dan kualitas
kemampuan manajemen maupun kelangsungan program KIA.
Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :

Jumlah ibunifas yang telah memperoleh 3 kali pelayanan nifas sesuai


standar olehtenaga kesehatan
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
x 100 %
Jumlah sasaranibu nifas di suatu wilayahkerja dalam 1tahun

Jumlah sasaranibu nifas=Jumlah sasaran ibubersalin

5. Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan (KF 2)


Adalah cakupan pelayanan kepada ibu nifas pada 4 hari sampai
dengan 3 hari sampai 28 hari pasca bersalin disuatu wilayah kerja pada
12

kurun waktu tertentu. Rumus yang dipakai untuk perhitungannya sama


dengan rumus cakupan KF 1.

6. Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan (KF 3)


Adalah cakupan pelayanan kepada ibu nifas pada 29 hari sampai
dengan 42 pasca bersalin disuatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu. Rumus yang dipakai untuk perhitungannya sama dengan rumus
cakupan KF 1 dan KF 2.

7. Cakupan pelayanan neonatus pertama (KN 1)


Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai
standar pada 6-48 jam setelah lahir disuatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui akses/jangkauan
pelayanan kesehatan neonatal.
Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :

Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan


sesuai standar pada 6−48 jam setelah lahir
disuatu wilayahkerja pada kurun waktu tertentu
x 100 %
Jumlah sasaran bayi di suatuwilayah kerja dalam1 tahun

Jumlah sasaran ibu bersalin dalam 1 tahun dapat diperoleh melalui


proyeksi, dihitung berdasarkan perkiraan jumlah ibu hamil dengan
menggunakan rumus:

Angka kelahiran kasar ( CBR ) X jumlah penduduk


Contoh :
Untuk menghitung jumlah perkiraan bayi disuatu desa Z di kota Y
provinsi X yang mempunyai penduduk sebanyak 1500 jiwa dan angka
CBR terakhir di kota Y 24,8/1000 penduduk, maka :
Jumlahbayi =0,0248 x 1500=37,2=sasaran bayi di kota Z
13

8. Cakupan pelayanan neonatus kedua (KN 2)


Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai
standar pada 3 – 7 hari setelah lahir disuatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu. Rumus yang dipakai untuk perhitungannya sama dengan
KN 1

9. Cakupan pelayanan neonates ketiga (KN 3)


Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai
standar pada 8 – 28 hari setelah lahir disuatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu. Rumus yang dipakai untuk perhitungannya sama dengan
KN 1 maupun KN 2.

10. Cakupan pelayanan kesehatan neonatus 0-28 hari (KN LENGKAP)


Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai
standar paling sedikit 3 kali dengan distribusi waktu 1 kali pada 6-48
jam, 1 kali pada hari ke-3 sampai hari ke-7 dan 1 kali pada hari 8 sampai
28 hari setelah lahir disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui efektifitas dan kualitas pelayanan
kesehatan neonatal.
Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :

Jumlah neonatus yang telah memperoleh3 kali pelayanan kunjungan


neonatal sesuai standar olehtenaga kesehatan disuatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu
x 100 %
Jumlah sasaranbayi di su atu wilayah kerjadalam 1 tahun

Jumlah sasaran ibu bersalin dalam 1 tahun dapat diperoleh melalui


proyeksi, dihitung berdasarkan perkiraan jumlah ibu hamil dengan
menggunakan rumus :
14

Angka kelahiran kasar ( CBR ) X jumlah penduduk

11. Deteksi faktor risiko dan komplikasi oleh masyrakat


Adalah cakupan ibu hamil dengan faktor risiko atau komplikasi
yang ditemukan oleh kader atau dukun bayi atau masyarakat serta dirujuk
ke tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Masyarakat disini, bisa keluarga ataupun ibu hamil, bersalin, dan nifas itu
sendiri. Indikator ini menggambarkan peran serta dan keterlibatan
masyarakat dalam mendukung upaya peningkatan kesehatan ibu hamil,
bersalin dan nifas.
Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :

Jumlah ibu hamil yang berisiko yang ditemukankader


atau dukun bayiatau masyarakat
di suatuwilayah kerja pada kurun wkatu tertentu
x 100 %
20 % X Jumlah sasaranibu Hamil
di suatu wilayah kerjadalam 1 tahun
12. Deteksi faktor risiko dan komplikasi oleh tenaga kesehatan
Adalah cakupan ibu hamil dengan faktor risiko atau komplikasi
yang ditemukan oleh bidan atau nakes lainnya.
Rumus :
jumlah ibuhamil dengan faktor risiko
ataukomplikasi yang ditemukanoleh nakes
x 100 %
20 % X Jumlah sasaranibu Hamil
di suatu wilayah kerjadalam 1 tahun
13. Cakupan penanganan komplikasi obstetri (PK)
Adalah cakupan ibu dengan komplikasi kebidanan disuatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani secara definitif
sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat
pelayanan dasar dan rujukan. Penanganan definitive adalah
penanganan/pemberian tindakan terakhir untuk menyelesaikan
permasalahan setiap kasus komplikasi kebidanan.
15

Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :

Jumlah komplikasi kebidanan yang mendapatkan penanganan


definitif di suatu wilayah kerja pada kurun wkatu tertentu
x 100 %
20 % X Jumlah sasaranibu Hamil
di suatu wilayah kerja dalam 1tahun

14. Cakupan penanganan komplikasi neonatus


Adalah cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani
secara definitive oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan
dasar dan rujukan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Penanganan definitif adalah pemberian tindakan akhir pada setiap kasus
komplikasi neonatus yang pelaporannya dihitung 1 kali pada masa
neonatal. Kasus komplikasi yang ditangani adalah seluruh kasus yang
ditangani tanpa melihat hasilnya hidup atau mati.
Indikator ini menunjukkan sarana pelayanan kesehatan dalam
menaganani kasus-kasus kegawatdaruratan neonatal yang kemudian
ditindak lanjuti sesuai dengan kewenangannya, atau dapat dirujuk ke
tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :

Jumlah neonatus dengan komplikasi yang mendapatkan penanganan


definitif di suatu wilayah kerja pada kurun wkatu tertentu
x 100 %
20 % X Jumlah sasaran bayidi suatu wilayah kerja dalam1 tahun

15. Cakupan pelayanan kesehatan bayi 29 hari-12 bulan (kunjungan


bayi)
Adalah cakupan bayi yang mendapatkan pelayanan paripurna
minimal 4 kali yaitu 1 kali pada umur 29 hari-2 bulan, 1 kali pada umur
3-5 bulan, dan 1 kali pada umur 6-8 bulan dan 1 kali pada umur 9-11
bulan sesuai standar disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui efektifitas, continuum of care dan
kualitas pelayanan kesehatan bayi.
16

Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :

Jumlah bayi yang telah memperoleh 4 kali pelayanan kesehatan sesuai


standar di suatu wilayah kerja pada kurun wkatu tertentu
x 100 %
20 % X Jumlah sasaran bayidi suatu wilayah kerja dalam1 tahun

16. Cakupan pelayanan anak balita (12-59 BULAN)


Adalah cakupan anak balita (12-59 bulan) yang memperoleh
pelayanan sesuai standar, meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8
kali setahun, pemantauan perkembangan minimal 2 kali setahun,
pemberian vitamin A 2 kali setahun.
Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :

Jumlah bayi yang telah memperoleh 4 kali pelayanan kesehatan sesuai


standar di suatu wilayah kerja pada kurun wkatu tertentu
x 100 %
Jumlah seluruh anak balita di suatu wilayah kerja dalam1 tahun

17. Cakupan pelayanan kesehatan anak balita sakit yang dilayani


dengan MTBS
Adalah cakupan anak balita (umur 12-59 bulan) yang berobat ke
Puskesmas dan mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar
(MTBS) disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :

Jumlah anak balita sakit yang memperoleh pelayanan


sesuai tatalaksana MTBS di Puskesmas
disuatu wilayahkerja pada kurun waktu tertentu
x 100 %
Jumlah seluruh anak balita sakit yang berkunjung ke puskesmas
disuatu wilayah kerja dalam1 tahun

Jumlah anak balita sakit diperoleh dari kunjungan balita sakit yang
datang ke puskesmas (register rawat jalan di puskesmas). Jumlah anak
balita sakit yang mendapat pelayanan standar diperoleh dari form
pencatatan dan pelaoran MTBS.
17

18. Cakupan peserta KB aktif (CONTRACEPTIVE PREVALENCE


RATE)
Adalah cakupan dari peserta KB yang baru dan lama yang masih
aktif menggunakan alat dan obat kontrasepsi (alkon) dibandingkan
dengan jumlah pasangan usia subur disuatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu. Indikator ini menunjukkan jumlah peserta KB baru dan
lama yang masih aktif memakai alkon terus-menerus hingga saat ini
untuk menunda, menjarangkan kehamilan atau yang mengakhiri
kesuburan.
Rumus perhitungannya adalah :

Jumlah peserta KB disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu


x 100 %
Jumlah seluruh PUS di suatu wilayah kerja dalam1 tahun
18

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Batasan Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak terdiri atas
pelayanan Antenatal, penjaringan (Deteksi) dini kehamilan berisiko,
kunjungan ibu hamil, kunjungan baru ibu hamil (K1), kunjungan Ibu Hamil
(K 4), kunjungan Neonatal (KN) (1,2,3 dan lengkap), KF 1,2 dan 3, sasaran
ibu hamil dan ibu hamil berisiko.
Indikator Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak
(PWS KIA) diantaranya adalah akses pelayanan antenatal (cakupan K1) dan
K4, cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan, cakupan pelayanan nifas
oleh tenaga kesehatan (KF 1, KF2 dan KF 3), cakupan pelayanan neonatus
pertama (KN 1, KN 2, KN 3 dan lengkap), deteksi faktor risiko dan
komplikasi oleh masyarakat, cakupan penanganan komplikasi obstetri (PK),
cakupan penanganan komplikasi neonates, cakupan pelayanan kesehatan bayi
29 hari-12 bulan (kunjungan bayi), cakupan pelayanan anak balita (12-59
BULAN), cakupan pelayanan kesehatan anak balita sakit yang dilayani
dengan MTBS dan cakupan peserta KB aktif (contraceptive prevalence rate).

B. Saran
Mahasiswa harus mampu mempelajari dengan optimal tentang
indikator PWS KIA. Dengan begitu diharapkan kita dapat berpartisipasi
dalam meningkatkan program KIA melalui PWS KIA sehingga cakupan
pelayanan dapat dapat menjangkau seluruh sasaran sehingga faktor risiko atau
komplikasi dapat ditemukan sedini mungkin agar dapat memperoleh
penangan yang memadai.
19

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati Eny Retna & Rismintari Sriati. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas.
Yogyakarta : Nuha Medika.

Karwati dkk. 2011. Asuhan Kebidanan V (Kebidanan Komunitas). Jakarta :TIM

Kementerian Kesehatan Ri Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat


Direktorat Bina Kesehatan Ibu. 2010. Pedoman Pemantauan Wilayah
Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA). Jakarta : Departemen
Kesehatan.

Meilani,dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Fitramaya.

Wahyuningsih, Eka., dkk. 2014. Pemantauan Pelayanan Kebidanan Pws Kia Dan
Pendataan Sasaran. Program Studi Diii Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah : Gombong

Anda mungkin juga menyukai