Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Mania
1. Definisi Mania
Mania adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan
adanya alam perasaan yang meluas, meningkat, bersemangat, atau mudah
tersinggung. Respon diri dapat ditunjukkan dengan perilaku hiperaktif,
banyak bicara, tertawa berlebihan dan penyimpangan seksual (Riyadi,
2009: 140).
Mania adalah respon emosional yang berat dan dapat dikenali
melalui intensitas dan pengaruhnya terhadap fisik individu dan fungsi
sosial (Purwaningsih, 2009: 130). Mania adalah suatu gangguan alam
perasaan yang ditandai dengan perasaan kegembiraan yang berlebihan,
arus berpikir yang cepat, mudah tersinggung dan kegiatan motorik
meningkat, sehingga menyebabkan energi banyak yang keluar (Standar
Asuhan Keperawatan Jiwa, DEPKES, biru blogspot).
Jadi, mania adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai
dengan adanya alam perasan yang meningkat dimana kondisi ini dapat
diiringi dengan perilaku yang berlebihan berupa peningkatan kegiatan
motorik, banyak bicara, ide-ide yang meloncat, tertawa berlebihan,
penyimpangan seksual yang berpngaruh terhadap fungsi fisik dan sosial
individu.

2. Etiologi Mania
Mania dapat timbul karena adanya faktor predisposisi dan faktor
presipitasi
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor genetik
Faktor genetik mengemukakan, transmisi gangguan alam perasaan
diteruskan melalui garis keturunan. Frekuensi gangguan alam
perasaan meningkat pada kembar monozigote.
2) Teori Agresi Berbalik pada Diri Sendiri
Mengemukakan bahwa depresi diakibatkan oleh perasaan marah
yang dialihkan pada diri sendiri. Freud mengatakan bahwa kehilangan
objek/orang, ambivalen antara perasaan benci dan cinta dapat
berbalik menjadi perasaan menyalahkan diri sendiri dan dimunculkan
dengan perilaku mania (sebagai suatu mekanisme kompensasi)
3) Teori Kehilangan
Berhubungan dengan faktor perkembangan, misalnya kehilangan
orang tua yang sangat dicintai. Individu tidak berdaya mengatasi
kehilangan.
4) Teori Kepribadian
Mengemukakan bahwa tipe kepribadian tertentu menyebabkan
seseorang mengalami mania.
5) Teori Kognitif
Mengemukakan bahwa mania merupakan msalah kognitif yang
dipengaruhi oleh penilaian terhadap diri sendiri, lingkungan dan masa
depan.
6) Model Belajar Ketidakberdayaan
Mengemukakan bahwa mania dimulai dari kehilangan kendali diri
lalu menjadi aktif dan tidak mampu menghadapi masalah. Kemudian
individu timbul keyakinan akan ketidakmampuannya mengendalikan
kehidupan sehingga ia tidak berupaya mengembangkan respons yang
adaptif.
7) Model Perilaku
Mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya
reinforcemant positif selama berinteraksi dengan lingkungan.
8) Model Biologis
Mengemukakan bahwa dalam keadaan depresi/mania terjadi
perubahan kimiawi, yaitu defisiensi katekolamin, tidak berfungsinya
endokrin dan hipersekresi kortisol.
b. Faktor Presipitasi
Stresor yang dapat menyebabkan gangguan alam perasaan
meliputi faktor biologis, psikologis, dan sosial budaya. Faktor biologis
meliputi perubahan fisiologis yang disebabkan oleh obat-obatan atau
berbagai penyakit fisik seperti infeksi, neoplasma dan
ketidakseimbangan metabolism. Faktor psikologis meliputi kehilangan
kasih sayang, termasuk kehilangan cinta, seseorang, dan kehilangan
harga diri. Faktor osial budaya meliputi kehilangan peran, perceraian,
dan kehilangan pekerjaan.
Menurut Riyadi, terdapat stressor pencetus gangguan alam
perasaan yang meliputi:
1) Kehilangan keterkaitan individu mempunyai hubungan yang sangat
actual atau penting dengan seeorang atau obyek kehilangan sehingga
menimbulkan stress. Misalkan kehilangan orang yang dicintai,
fungsi fisik, harga diri dan peran.
2) Peristiwa besar dalam kehidupan, pengalaman terdahulu tentang hal-
hal menyakikan atau menyenangkan yang tidak terlupakan
mempengaruhi masalah individu saat ini dan kemampuannya dalam
menyelesaikan masalah.
3) Ketegangan Peran, yang meliputi konflik peran, peran yang tidak
jelas, atau peran yang berlebihan dapat menimbulkan gangguan
alam perasaan depresi atau mania
4) Perubahan fisiologis akibat penyakit dan obat-obatan penyakit fisik
seperti infeksi, neoplasma, dan ketidakseimbangan metabolic dan
berbagai macam obatantihipertensi serta penyalahgunaan obat dapat
mencetuskan gangguan alam perasaan.

3. Manifestasi Klinis Mania


Pada kondisi mania, beberapa gejala yang muncul antara lain:
a. Euphoria (gembira)
b. Inflated self-esteem (percaya diri berlebihan)
c. Poor judgment (kemampuan menilai menjadi jelek)
d. Bicara cepat
e. Racing thoughts (pikiran saling berkejar-kejaran)
f. Aggressive behavior (perilaku agresif)
g. Agitation or irritation (agitasi atau iritasi)
h. Kegiatan fisik meningkat
i. Risky behavior (perilaku yang berbahaya)
j. Spending sprees or unwise financial choices (tidak mampu mengelola
uang, mengeluarkan uang tanpa perhitungan)
k. Meningkatnya dorongan untuk berprestasi atau mencapai tujuan
l. Meningkatnya dorongan seksual
m. Berkurangnya dorongan untuk tidur, tidak merasa mengantuk.
n. Gampang terganggu konsentrasi
o. Berlebihan dalam mengkonsumsi alkohol atau obat-obatan
p. Sering bolos sekolah atau kerja
q. Mempunyai waham atau keluar dari realitas
r. Prestasi kerja atau sekolah menuru

4. Pencegahan Mania
Tidak ada cara untuk mencegah penyakit ini. Jika Anda menemukan
diri Anda atau anggota keluarga Anda memiliki perubahan mood yang
mempengaruhi kehidupan normal, atau diragukan ini adalah gejala
penyakitnya, Anda harus mencari saran medis, dan perawatan segera
membantu mencegah penyakit memburuk.

5. Penanganan Mania
a. Penatalaksanaan pada Fase Akut
1) Farmakoterapi pada Mania Akut
Pada mania akut, risiko perilaku agresif dan kekerasan harus dinilai
pada semua pasien. Selanjutnya, keamanan pasien dan tim medis
harus pula diperhatikan. Pada fase akut, perlu dipertimbangkan
pengikatan dan penempatan pasien di tempat yang tenang (Amir
2012).
Tabel Rekomendasi Farmakologi untuk Gangguan Bipolar, Episode
manik, Akut (CANMAT & ISBD 2009) (Yatham et al 2009)
Pilihan Jenis Obat
Lini I Litium, divalproat, olanzapin, risperidon,
Quetiapin, Quetiapin XR, Aripiprazol,
Ziprasidon, Litium atau Divalproat +
Risperidon, Litium atau Divalproat +
Quetiapin, Litium atau Divalproat +
olanzapin, Litium atau Divalproat +
aripiprazol

Lini II Karbamazepin, ECT, Litium + divalproat,


asenapin, litium atau divalproat + asenapin,
paliperidon monoterapi
Lini III Haloperidol, chlorpromazine, Litium atau
Divalproat + haloperidol, litium +
Karbamazepin, Clozapin, Oksakarbazepin,
tamoksifen
Tidak Monoterapi gabapentin, topiramat,
Direkomendasikan lamotrigin, verapamil, tiagabin, risperidon +
Karbamazepin, olanzapin + karbamazepin

b. Penatalaksanaan pada Fase Rumatan


Penatalaksanaan gangguan bipolar jangka panjang merupakan
tantangan bagi klinisi karena keberagaman gejala, tolerabilitas, dan
riwayat respon terhadap pengobatan tiap individu berbeda-beda. Berikut
ini adalah terapi rumatan yang dianjurkan oleh seksi bipolar PDSKJI
Rekomendasi terapi rumatan pada gangguan bipolar I:
 Lini I: Litium, Lamotrigin monoterapi, divalproat, olanzapin,
quetiapin, litium atau divalproat+ quetiapin, risperidon injeksi jangka
panjang, aripiprazol
 Lini II: karbamazepin, litium + divaproat, litium + karbamazepin,
litium atau divalproat + olanzapin, litium + risperidon, litium +
lamotrigin, olanzapin+fluoksetin
 Lini III: penambahan fenitoin, penambahan olanzapin, penambahan
Electroconvulsive therapy, penambahan topiramat, penambahan asam
lemak omega-3, penambahan okskarbazepin (Soetjipto 2012).
c. Pemilihan Stabilisator mood
Tabel Pilihan Terapi Stabilisator Mood untuk Mania (The Expert
Consensus Guideline Series, Medication Treatment of Bipolar Disorder
2000)
Presentasi Klinis Stabilisator mood Stabilisator mood
yang dianjurkan pilihan lain
Mania dengan gejala Divalproat
psikotik Litium
Mania tipe disforik atau Divalproat
mania campuran murni Litium
Karbamazepin

Mania tipe eforik Litium


Divalproat
Hipomania Litium
Divalproat
Yang dicetak tebal dan miring: pilihan terapi utama
d. Pemilihan Antipsikotik
Penambahan antipsikotik pada stabilisator mood adalah terapi
pilihan pada mania dengan gejala psikotik dan juga dapat membantu pada
beberapa tipe mania yang lain. Berikut ini adalah kriteria untuk
pemakaian jangka panjang antipsikotik atipikal pada gangguan bipolar:
1) Pasien dengan episode kini manik yang berat dengan gejala psikotik
2) Pasien dengan riwayat kekambuhan setelah berhenti memakai
antipsikotik atipikal
3) Pasien dengan riwayat dominan episode manik
4) Pasien yang refrakter terhadap pemberian stabilisator mood
5) Siklus cepat
6) Pasien dengan tolerabilitas yang baik terhadap antipsikotik atipikal
(Vieta 2009).
Tabel Pilihan terapi antipsikotik untuk mania (The Expert
Consensus Guideline Series, Medication Treatment of Bipolar Disorder
2000)
Presentasi klinis Antipsikotik yang Antipsikotik pilihan
dianjurkan
lain
Mania dengan gejala Olanzapin Antipsikotik
psikotik Antipsikotik konvensional potensi
konvensional potensi sedang
tinggi Quetiapin
Risperidon
Mania tipe eforik, Olanzapin Antipsikotik
disforik dan Risperidon konvensional potensi
campuran murni tinggi atau sedang
Quetiapin
Hipomania Tidak ada pilihan lini Olanzapin atau
pertama risperidon jika
antipsikotik
diperlukan

e. Intervensi Psikososial
Intervensi psikososial yang dapat dilaksanakan pada gangguan bipolar
yaitu pskoedukasi, Cognitive-behavioral therapy (CBT), Family-focused
therapy (FFT), Terapi ritme sosial dan interpersonal.
B. Bipolar
1. Definisi Bipolar
Menurut PPDGJ III, gangguan afektif bipolar adalah suatu gangguan
suasana perasaan yang ditandai oleh adanya episode berulang (sekurang-
kurangnya dua episode) dimana afek 3 pasien dan tingkat aktivitas jelas
terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai
penambahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu
lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas
(depresi).
Gangguan bipolar menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders-Text Revision edisi ke-4 (DSM-IV-TR) adalah gangguan mood
yang terdiri dari paling sedikit satu episode manik, hipomanik atau campuran
yang biasanya disertai dengan adanya riwayat episode depresi mayor.
Gangguan bipolar menurut and Statistical Manual of Mental Disorders-5
(DSM-5) merupakan gangguan yang tersifat berulang (sekurang-kurangnya
dua episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas
terganggu,pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai
penambahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania),dan pada waktu lain
berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi).

2. Etiologi Bipolar
Penyebab gangguan bipolar sampai saat ini belum dapat diketahui
dengan pasti. Banyak faktor yang mempengaruhi dalam gangguan bipolar
yaitu faktor genetik, faktor biokimia, faktor neurofisiologi, faktor
psikodinamik, dan faktor lingkungan. Faktor yang mempengaruhi bipolar
secara umum dibagi menjadi :
a) Faktor biologis
Adanya gangguan disebabkan oleh kelainan zat kimiawi pada sel
saraf otak dan faktor genetik. Individu yang salah satu orang tuanya
menderita bipolar memiliki resiko 15-30% untuk juga menderita gangguan
bipolar. Apabila kedua orang tuanya menderita bipolar maka kemungkinan
anaknya 50-75% akan mengalami gangguan yang sama. Pada kembar
indentik resiko 33-90% saudara kembar kemungkinan mengalami bipolar.
Sebanyak 10-15% keluarga dari pasien yang mengalami gangguan bipolar
pernah mengalami satu episode ganagguan afek / mood. Selain faktor
biologis genetic gangguan bipolar juga dipengaruhi oleh neurokimia yang
mengalami gangguan reseptor neurotransmitter. penurunan sensitivitas
terhadap dopamine erat hubungannya dengan depresi,sebaliknya jika
terjadi peningkatan sesitivitas terhadap dopamine maka memungkinkan
untuk meningkatkan rasa bahagia yang berlebihan atau mania. Penurunan
serotonin dan norephineprine bisa menyebabkan depresi.
b) Faktor psikososial
Peristiwa hidup yang penuh stress atau trauma mental yang lain
ditenggarai bisa menyebabkan perubahan biologis pada otak dan signal
terhadap saraf. Informasi yang dialami akan disimpan didalam otak yang
akan terpanggil kembali pada suatu kejadian yang membangkitkan
memori. Proses memori juga bisa terjadi walaupun tidak ada sesuatu
rangsangan pemicu dari luar.

3. Manifestasi Klinis Bipolar


a. Tanda Perilaku
1. Memiliki energi yang sangat besar setelah tidur singkat
2. Tidak memerlukan tidur lama
3. Mengalami insomnia
4. Peningkatan atau penurunan nafsu makan
5. Tidak memperhatikan hygiene, kerapihan atau kesehatan
6. Bertingkah laku impulsive
7. Berpakaian mencolok
b. Tanda Kognitif
1. Klien melaporkan bahwa pikiran mereka saling berkejaran,
menunjukan penilaian yang buruk.
2. Tingkat kewaspadaan tinggi
3. Mudah distraksi
4. Memiliki ide yang tidak praktis
c. Tanda Emosional
Mengalami alam perasaan yang labil yang dapat berubah secara
cepat, mulai dari elasi atau eforia hingga iritabilitas, marah atau amuk.
Afek mungkin berpindah dari bahagia hingga depresi, negative, atau
permusuhan. Biasanya menunjukan perasaan sangat bersemangat dan
sangat percaya diri. Episode mania yaitu pada kelompok ini terdapat efek
yang meningkat, disertai peningkatan dalam jumlah dan kecepatan
aktivitas fisik mental,dalam berbagai derajat keparahan. Sedangkan
episode depresi ditandai dengan gejala utama yaitu:afek depresi,
kehilangan minat dan kegembiraan,serta kekurangan energy yang menuju
meningkatnya keadaan mudah lelah dan menurunnya aktivitas. Hipomania
yaitu derajat gangguan yang lebih ringan dari mania, afek meninggi atau
berubah disertai peningkatan aktivitas menetap selama sekurang-
kurangnya beberapa hari berturur-turut, pada suatu derajat intensitas dan
bertahan melebihi siklotimia serta tidak ada halusinasi atau waham
(Mansjoer, 1999).

4. Dampak Bipolar
Gangguan bipolar yang tidak mendapatkan penanganan dapat
menimbulkan dampak buruk bagi kehidupan penderitanya, seperti:
 Performa di sekolah atau tempat kerja memburuk
 Kecanduan alkohol hingga penyalahgunaan NAPZA
 Rusaknya hubungan sosial, misalnya dengan pasangan, kerabat, atau orang
lain
 Permasalahan keuangan (finansial)
 Menimbulkan keinginan hingga percobaan bunuh diri

5. Pencegahan Bipolar
Tidak ada cara untuk mencegah penyakit ini. Jika Anda menemukan
diri Anda atau anggota keluarga Anda memiliki perubahan mood yang
mempengaruhi kehidupan normal, atau diragukan ini adalah gejala
penyakitnya, Anda harus mencari saran medis, dan perawatan segera
membantu mencegah penyakit memburuk.
Secara umum, ketika dihadapkan pada stres kerja atau hidup, orang
harus mencari cara dan saluran untuk memudahkannya; jaga gaya hidup yang
benar, dan lakukan lebih banyak latihan, yang bisa menurunkan kemungkinan
terkena penyakit ini.
6. Penanganan Bipolar
Melalui pengobatan, dan terapi psikologis, pasien dapat dibantu untuk
tetap stabil secara emosional dan melanjutkan kehidupan normalnya. Karena
kondisi pasien gangguan afektif bipolar relatif rumit, dan beberapa mood
depresi pasien tertekan dan perubahan mood manik dapat terjadi secara
bergantian, dengan gejala yang berbeda muncul pada interval yang berbeda,
sehingga dokter mungkin meresepkan beberapa obat pada saat bersamaan dan
menyesuaikannya. Pasien perlu mengikuti instruksi dokter dengan sabar saat
mengambil obat-obatan tersebut, mencatat perubahan mood dan reaksi
setelah pengobatan, dan menginformasikan dokter pada pemeriksaan
lanjutan.

a. Terapi Obat
1) Mood stabilizer
Ini membantu menstabilkan suasana hati pasien dan
memungkinkannya untuk melanjutkan kehidupan normal. Mereka
bukan obat penenang dan tidak menimbulkan kecanduan. Lithium
adalah salah satu obat tradisional yang digunakan, mampu
mengendalikan gangguan afektif bipolar secara efektif, dan untuk
mencegah mania dan depresi berulang. Efek sampingnya meliputi rasa
haus, sering buang air kecil, tremor tangan dan jerawat tumbuh.
Penerima harus melakukan tes darah rutin untuk memantau jumlah
litium dalam darah.
Sodium Valproate adalah penstabil mood lain dan dokter
mungkin meresepkannya untuk menggantikan lithium. Efek
sampingnya meliputi mual, kelelahan, sakit otot, rambut rontok,
penambahan berat badan, dan lain-lain. Penstabil mood generasi baru
lainnya termasuk Lamotrigin yang terutama membantu pasien kronis
mencegah kambuhnya depresi.
2) Antipsikotik
Mereka digunakan untuk mengobati gejala gangguan afektif
bipolar dan untuk menenangkan pasien. Obat antipsikotik generasi
lama adalah untuk mengendalikan mania dengan membatasi aktivitas
dopamin pusat, seperti Haloperidol dan Chlorpromazine yang
merupakan obat penenang yang kuat, namun dapat menyebabkan efek
samping seperti ketegangan otot, tremor tangan, kegelisahan, haus,
dan lain-lain.
Antipsikotik generasi baru dapat memperbaiki gejala depresi
dan mania dengan mempengaruhi serotonin otak dan dopamin. Efek
sampingnya relatif lebih ringan. Salah satu antipsikotik generasi baru
adalah Olanzapine. Ini bisa mengobati mania akut secara efektif. Efek
sampingnya meliputi kelelahan, penambahan berat badan,
meningkatkan kadar lipid darah dan glukosa darah. Antipsikotik
generasi baru lainnya termasuk Ziprasidone, Quetiapine, Aripiprazole
dan Risperidone.
3) Antidepresan
a) Antidepresan trisiklik: Dokter biasa meresepkan antidepresan
trisiklik, seperti Amitriptyline, Imipramine dan Nortriptyline, dan
lain-lain, untuk membantu pasien memantau fungsi serotonin otak
dan adrenalin untuk mencapai efek melawan depresi. Efek
sampingnya meliputi rasa kantuk, haus, sembelit, penglihatan
kabur, sulit buang air kecil, kelelahan, melemahnya ingatan, dan
sebagainya.
b) Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI): Ini termasuk obat
generasi baru, seperti Paroxetine. Ini meningkatkan konsentrasi
serotonin otak, dan memiliki efek mengobati depresi, dengan efek
samping lebih sedikit dibandingkan antidepresan trisiklik
c) Serotonin Norepinephrine Reuptake Inhibitor (SNRI):
Antidepresan generasi baru lainnya. Dengan memantau
konsentrasi serotonin dan noradrenalin otak, terapi ini mencapai
efek terapi. Venlafaxine dan Duloxetine termasuk tipe ini
d) Inhibitor Reuptake Norepinephrine-dopamine (NDRI): Obat
generasi baru seperti Bupropion. Fungsinya untuk meningkatkan
konsentrasi adrenalin dan dopamin otak yang tidak secara
langsung mempengaruhi fungsi serotonin otak, dan sangat cocok
untuk mereka yang tidak merespon inhibitor reuptake serotonin
selektif
e) Obat anti kecemasan: Ini termasuk obat penenang benzodiazepin
yang biasanya dibagikan. Ini untuk mengobati agitasi akut pasien,
kegelisahan atau gangguan kecemasan umum simultan.
f) Benzodiazepine obat penenang biasanya untuk penggunaan jangka
pendek. Meski memiliki efek cepat, efek sampingnya penting
karena sangat adiktif, dan bisa menyebabkan penerima
melemahkan ingatan dan konsentrasi mereka. Untuk berhenti
menggunakannya atau mengurangi dosis dapat menyebabkan
abstinensi sindrom, artinya berhenti menggunakan mereka dari 1
sampai 7 hari, penerima mungkin mengalami insomnia,
kecemasan, depresi, sakit kepala, dan lain-lain. Oleh karena itu,
obat ini bukan untuk pengobatan jangka panjang.
4) Terapi psikologi
Saat ini, pengobatan psikologis yang biasanya diadopsi adalah
perawatan perilaku kognitif. Psikolog klinis akan membangun
hubungan saling percaya, dan kemudian mengubah kesalahan
pemuridan pasien dan perilaku bermasalah yang tidak terkendali, dia
membantu pasien memperlancar kekhawatirannya.
5) Terapi Elektrokonvulsif (ECT)
Terapi elektrokonvulsif dapat digunakan jika obat ditemukan
tidak efektif dalam mengobati gangguan afektif bipolar. Setelah pasien
memakai anestesi umum, dokter akan menggunakan sedikit arus listrik
dan melewati otak pasien untuk merangsang sistem saraf pusatnya,
sehingga kondisi pasien dapat diperbaiki. Hal ini sangat efektif bila
pasien dengan depresi berat tidak menanggapi pengobatan

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marlynn E et al. 2006. Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri Edisi


.Jakarta: EGC
Maramis, W. F. 1996. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa.Surabaya: Airlangga
University Press. NANDA Internasional. 2010. Diagnosis Keperawatan:
Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta: EGC
Purwaningsih, Wahyu. 2009. Asuhan Keerawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika
Riyadi, Sujono. 2009. Asuhan Keeperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu
Stuart, Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
http://tirtojiwo.org/wp-content/uploads/2012/05/Seri-bipolar.pdf

Furi.M.L.(2014).Bipolar Affektive Disorder and Manic Episode With Psychotic


Symptoms In A 39 Years Old Man. http://scholar.google.co.id.download 5
november 2017.

Maslim,Rusdi.(2013).Buku Saku PPDGJ-III dan DSM-5.Bagian Ilmu Kedokteran


Jiwa FK-Unika Atmajaya : Jakarta.

O’brien P.G,Kennedy W.Z,Ballard K.A.(2014).Keperawatan Kesehatan Jiwa


Psikiatrik.EGC : Jakarta.

Copel,Linda Carman.(2007).Kesehatan Jiwa dan Psikiatri: Pedoman Klinis


Perawat,Ed 2.EGC:Jakarta

Anda mungkin juga menyukai