Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH GYNEKOLOGI

GANGGUAN HAID DAN SIKLUSNYA


Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Gynekologi
Dosen Pengampu dr. Dendi Kusuma, SpOG

Disusun oleh :
Kelompok 8
Jalum 2B

Kevin Merdayanti P17324418034


Zulvakanita P17324418037

POLTEKKES KEMENKES RI BANDUNG


PRODI KEBIDANAN KARAWANG
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “MAKALAH GYNEKOLOGI
GANGGUAN HAID DAN SIKLUSNYA” dengan tepat waktu tanpa kendala apapun.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak. Penulis berharap untuk kesempurnaan lebih lanjutnya
dari penyusunan makalah selanjutnya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis
khususnya.

Karawang, Agustus 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….…ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………...iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………..1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………….1
1.3 Tujuan ……………………………………………………………………………..1
1.4 Manfaat penulisan …………………………………………………………………2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Gangguan Haid ……………………………………………………………………2
2.2 Kelainan Pada Siklus Haid………………………………………………………....5
2.3 Perdarahan Diluar Haid……………………………………………………………8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………..13
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Haid atau yang sering disebut dengan menstruasi merupakan pelepasan lapisan dalam
(endometrium) yang disertai pendarahan, terjadi berulang setiap bulan secara periodik,
kecuali pada saat hamil. Sedangkan siklus haid adalah waktu sejak hari pertama haid
sampai datangnya haid periode berikutnya.
Siklus haid setiap perempuan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, bukan saja
antara beberapa perempuan, tetapi juga pada perempuan yang sama. Juga pada kakak
beradik bahkan saudara kembar siklus haidnya tidak terlalu sama.
Selain itu, gangguan haid juga sering terjadi seperti: dismenorea, hipermenorea,
hipemenorea, amenorea, dan masih banyak gangguan haid lainnya yang sering dialami
oleh para perempuan.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah mengenai ganguan haid, kelainan
siklus haid dan perdarahan diluar haid.
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui gambaran tentang gangguan haid.
2. Untuk mengetahui gambaran tentang kelainan siklus haid
3. Untuk mengetahui gambaran tentang perdarahan diluar haid

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Gangguan Haid
1. Pengertian Haid
Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan
(deskuamasi) endometrium (Prof. dr. Hanifa Wiknjosastro, SpOG, 2005).
Menstruasi adalah penumpahan lapisan uterus yang terjadi setiap bulan berupa
darah dan jaringan, yang dimulai pada masa pubertas, ketika seorang perempuan mulai
memproduksi cukup hormon tertentu (‘kurir’ kimiawi yang dibawa didalam aliran
darah) yang menyebabkan mulainya aliran darah ini (Robert P. Masland dan David
Estridge, 2004).
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Haid
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya haid antara lain :
a. Faktor hormon
Hormon-hormon yang mempengaruhi terjadinya haid pada seorang wanita yaitu:
1) FSH (Follicle Stimulating Hormone) yang dikeluarkan oleh Hipofise.
2) Estrogen yang dihasilkan oleh ovarium
3) LH (Luteinizing Hormone) dihasilkan oleh Hipofise
4) Progesteron dihasilkan oleh ovarium
b. Faktor Enzim
Enzim hidrolitik yang terdapat dalam endometrium merusak sel yang berperan
dalam sintesa protein, yang mengganggu metabolisme sehingga mengakibatkan
regresi endometrium dan perdarahan.
c. Faktor vascular
Mulai fase proliferasi terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan
fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula
arteria-arteria, vena-vena dan hubungan antaranya. Dengan regresi endometrium
timbul statis dalm vena-vena serta saluran-saluran yang menghubungkannya
dengan arteri, dan akhirnya terjadi nekrosis dan perdarahan dengan pembentukan
hematom, baik dari arteri maupun dari vena.

2
d. Faktor Prostaglandin
Endometrium mengandung prostaglandin E2 dan F2. dengan desintegrasi
endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan kontraksi myometrium
sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada haid.
3. Sindrom Pra-Haid (Gangguan Pra-Haid)
Beberapa saat sebelum mulai haid, atau bisa pada hari-hari haid, sejumlah
gadis dan perempuan biasanya mengalami rasa tidak enak. Mereka biasanya
merasakan satu atau beberapa gejala yang disebut sebagai kumpulan gejala sebelum
haid atau istilah populernya Pre-menstrual syndrome (PMS).
Sindrom pra-haid adalah sejumlah perubahan mental maupun fisik yang terjadi
antara hari pertama hingga hari keempat belas sebelum masa haid dimulai dan diikuti
dengan tahap bebas gejala jika masa ini telah lewat (Anthony Tan, 2002).
Beberapa dokter percaya bahwa sindrom pra-haid dialami oleh separuh dari
total perempuan yang berada pada masa reproduktif. Sekitar lima persen dari
perempuan yang mengalami PMS disarankan untuk mengurangi kegiatan sehari-hari
mereka karena mereka sangat terganggu. Meskipun penyebabnya belum diketahui,
sejumlah teori sedang diteliti. PMS mungkin berkaitan dengan meningkatnya kadar
hormon setiap bulan, rendahnya kadar gula, kekurangan vitamin, perubahan yang tetap
dalam bichemicals didalam otak yang mempengaruhi mood, kombinasi dari faktor-
faktor itu, atau bukan salah satunya.
Gejala-gejala atau perubahan-perubahan fisik dan mental yang sering
dikeluhkan oleh para penderita sindrom pra-haid diantaranya yaitu:
a. Gejala fisik :
1) Kenaikan berat badan
2) Perasaan bengkak dan Pembengkakan (perut, jari, tungkai, pergelangan kaki,
dll)
3) Ketidaknyamanan buah dada (pembesaran, nyeri tekan, terasa berat, terasa
kaku)
4) Sakit kepala dan serangan migren
5) Pegal dan nyeri pada otot
6) Dismenore kongestif, yaitu sakit perut atau sakit pinggang bagian bawah

3
7) Berkurangnya air kencing
8) Perubahan kulit, termasuk bisul, jerawat, bercak putih, dan pembengkakan-
pembengkakan lain
9) Perubahan nafsu makan (kehilangan nafsu makan atau keinginan makan
makanan yang berlemak)
10) Perubahan tidur ( kurang tidur atau tidur berlebihan)
11) Tidak ada gairah untuk aktif serta badan terasa lelah
12) Mata terasa sakit, hidung tersumbat, dan timbul reaksi alergi
13) Mual, pingsan, asma, dan epilepsy
14) Kejang, terjadi karena dinding-dinding otot uterus dengan perlahan akan
mengkerut untuk membantu mengeluarkan lapisan.
b. Gejala mental (psikis) :
1) Ketegangan dan cepat marah (emosional)
2) Depresi, termasuk kurang percaya diri dan perasaan tidak berharga
3) Stres
4) Kelesuan
5) Berkurangnya daya konsentrasi dan daya ingat berkurang
6) Kecenderungan kearah keagresifan dan/atau kekerasan fisik
7) Control emosi yang rendah dan reaksi emosi yang tidak logis
8) Penurunan efisiensi, terutama dalam memecahkan masalah mental
9) Kurang atau tidak ada dorongan seks
10) Dorongan yang kuat untuk banyak makan, tidak ada hubungan dengan nafsu
makan
11) Bertambahnya kecenderungan minum obat, tablet, dsb.
Sindrom ini dirasakan juga sangat mengganggu dalam keadaan-keadaan
khusus, misalnya ketika ingin melakukan perjalanan jauh, beraktifitas, ujian,
pertandingan olahraga, ibadah puasa, serta ibadah haji.
Penelitian menunjukkan bahwa terdapat dasar fisiologis pada sindroma pra-
haid. Meskipun satu sebab tunggal dari sindroma pra-haid belum ditemukan, para
ilmuwan menyarankan bahwa sindroma pra-haid disebabkan oleh tali-temali yang
rumit antara ketidakseimbangan hormon, stress, dan kekurangan gizi.

4
2.2 Kelainan Siklus Haid
Siklus haid merupakan waktu sejak hari pertama haid sampai datangnya haid
periode berikutnya. Sedangkan panjang siklus haid adalah jarak antara tanggal mulainya
haid yang lalu dan mulainya haid berikutnya (Prof. dr. Hanifa Wiknjosastro, SpOG, 2005).
Siklus haid perempuan normal berkisar antara 21-35 hari dan hanya 10-15 persen
perempuan yang memiliki siklus haid 28 hari. Panjangnya siklus haid ini dipengaruhi oleh
usia seseorang. Rata-rata panjang siklus haid gadis usia 12 tahun ialah 25,1 hari, pada
perempuan usia 43 tahun 27,1 hari, dan pada perempuan usia 55 tahun 51,9 hari.
Siklus haid perempuan tidak selalu sama setiap bulannya. Perbedaan siklus ini
ditentukan oleh beberapa faktor, misalnya gizi, stres, dan usia. Pada masa remaja biasanya
memang mempunyai siklus yang belum teratur, bisa maju atau mundur beberapa hari. Pada
masa remaja, hormon-hormon seksualnya belum stabil. Semakin dewasa biasanya siklus
haid menjadi lebih teratur, walaupun tetap saja bisa maju atau mundur karena faktor stres
atau kelelahan.
Beberapa kelainan siklus haid diantaranya :
1. Polimenorea
Polimenorea adalah panjang siklus haid yang memendek dari panjang siklus haid
klasik, yaitu kurang dari 21 hari per siklusnya, sementara volume perdarahannya
kurang lebih sama atau lebih banyak dari volume perdarahan haid biasanya.
Polimenorea yang disertai dengan pengeluaran darah haid yang lebih banyak dari
biasanya dinamakan polimenoragia (epimenoragia).
Polimenorea dapat disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan
gangguan pada proses ovulasi atau memendeknya fase luteal dari siklus haid.
Penyebab terjadinya polimenorea lainnya adalah adanya kongesti (bendungan) pada
ovarium yang disebabkan oleh proses peradangan (infeksi), endometriosis, dan
sebagainya.
2. Oligomenorea
Oligomenorea adalah panjang siklus haid yang memanjang dari panjang siklus
haid klasik, yaitu lebih dari 35 hari per siklusnya. Volume perdarahannya umumnya
lebih sedikit dari volume perdarahan haid biasanya. Pada kebanyakan kasus
oligomenorea, kesehatan tubuh wanita tidak mengalami gangguan dan tingkat

5
kesuburannya cukup baik. Siklus haid biasanya juga bersifat ovulatoar dengan fase
proliferasi yang lebih panjang dibanding fase proliferasi siklus haid klasik.
3. Amenorea
Amenorea adalah panjang siklus haid yang memanjang dari panjang siklus haid
klasik (oligomenorea) atau tidak terjadinya perdarahan haid, minimal tiga bulan
berturut-turut. Terjadinya amenorea dan oligomenorea sering kali mempunyai
penyebab yang sama.
Amenorea dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
a. Amenorea Primer
Amenorea Primer yaitu tidak terjadinya haid sekalipun pada wanita yang
mengalami amenorea.
b. Amenorea Sekunder
Amenorea Sekunder, yaitu tidak terjadinya haid, yang diselingi dengan
perdarahan haid sesekali pada wanita yang mengalami amenorea.
Penyebab terjadinya amenorea primer secara umum lebih berat dan sulit
daripada penyebab amenorea sekunder, seperti adanya kelainan-kelainan kongenital
dan genetik. Sedangkan, penyebab terjadinya amenorea sekunder lebih mengarah pada
sebab-sebab yang timbul kemudian dalam kehidupan wanita, seperti gangguan-
gangguan gizi tubuh,. Beberapa penyebab terjadinya amenorea primer dan sekunder
dan penanganannya secara keseluruhan dapat dikelompokkan dalam beberapa
kelompok gangguan berikut :
a. Gangguan organik (terutama infeksi, tumor, dan penghancuran sel-sel) pada
sistem saraf pusat, seperti ensefalitis (peradangan pada ensefalon).
Penanganannya adalah penentuan penyebab terjadinya kelainan organik dan
pengobatannya.
b. Gangguan psikis (kejiwaan), seperti ketidakstabilan emosional, psikosis (penyakit
psikiatrik yang berat), anoreksia nervosa, dan pseudosiesis. Penanganannya
melalui pemberian konsultasi psikoterapi dari ahli kejiwaan serta ahli kebidanan
dan kandungannya.
c. Gangguan (kelenjar) gonad, seperti kelainan kongenital, yaitu disgenesis”
ovarium dan sindrom testicular feminizationi, terjadinya menopause prematur,

6
adanya the insensitive ovarium, terjadinya penghentian fungsi ovarium, dan
adanya tumor-tumor pada ovarium. Penanganannya untuk sindrom Turner
dilakukan pengobatan substitusi melalui pemberian hormon estrogen dalam
bentuk kombinasi dengan hormon progesteron secara berulang sampai masa
menopause atau pascamenopause, dengan syarat pemberian hormon estrogen
tersebut dapat dilakukan saat telah terjadi penutupan garis epifisis pada daerah
ujung tulang- tulang panjang tubuh. Sedangkan, untuk sindrom testicular
feminization dilakukan pembedahan’ dan pemberian pengobatan hormonal secara
berulang.
d. Gangguan glandula (kelenjar) suprarenalis, seperti terjadinya sindrom-sindrom
adrogenital, terutama di zona retikularis daerah korteks ginjal yang bertanggung
jawab dalam menghasilkan hormon seks steroid, sindrom Cushing, dan penyakit
Addison. Penanganannya untuk sindrom adrogenital diberikan pengobatan
kortikosteroid secara terus-menerus jika perlu dapat diberikan obat
desoksikortikosteroid, atau dilakukan pembedahan plastik pada alat genitalia
eksternanya. Sedangkan, pada sindrom Cushing dilakukan pembedahan (berupa
reseksi atau pengangkatan) jika disebabkan tumor ginjal atau adrenalektomi
(pengangkatan jaringan ginjal) secara bilateral jika disebabkan hiperplasia
jaringan ginjal dan diberikan terapi substitusi setelah dilakukan pembedahan.
e. Gangguan glandula tiroid, seperti terjadinya hipotiroid (penurunan kadar hormon
tiroid), hipertiroid (peningkatan kadar hormon tiroid), dan kreatinisme (kelainan
tubuh yang disebabkan defisiensi berat dari hormon tiroid). Penanganannya
adalah pemberian terapi yang ditujukan pada penyebab timbulnya gangguan
glandula tiroid tersebut.
f. Gangguan pankreas, seperti diabetes mellitus (kencing manis). Penanganannya
adalah pemberian terapi seperti lazimnya pada para penderita diabetes mellitus
secara umum.
g. Gangguan uterus atau vagina, seperti aplasia uteri (tidak terbentuknya jaringan
uterus) atau hipoplasia uteri, sindrom Asherman (terjadinya pelekatan antarlapisan
endometrium yang luas), endometritis tuberkulosa, histerektomi, dan aplasia
vagina.

7
Penanganannya untuk sindrom Asherman dilakukan pelepasan pelekatan
endometrium uteri yang terjadi melalui proses dilatasi dan kuretase serta
pemasukan tampon ke rongga uterus sampai luka-lukanya sembuh. Kemudian
dapat diberikan juga obat-obatan antibiotik dan hormon estrogen selama beberapa
bulan. Sedangkan, pada endometritis, diberikan pengobatan terhadap penyebab
utamanya (yaitu TBC).
h. Penyakit-penyakit umum tubuh, seperti gangguan gizi tubuh,
kegemukan (obesitas), amenorea iatrogenik, dan penyakit-penyakit umum tubuh
lainnya. Kemudian terdapat variasi lainnya dari amenorea, yaitu tidak terjadi
perdarahan haid (amenorea) yang disebabkan terhalangnya jalan lahir untuk
pengeluaran perdarahannya akibat beberapa kelainan alat-alat genitalia, seperti
ginatresia hirnenalis (tidak terbentuknya selaput dara) dan penutupan kanalis
serviks uteri. Keadaan amenorea lainnya adalah amenorea yang terjadi secara
normal (fisiologis), yakni amenorea yang biasanya dapat terjadi pada masa-masa
pubertas, kehamilan, menyusui (laktasi), dan sesudah menopause.
4. Hipermenorea
Hipermenorea adalah perdarahan haid yang lebih banyak atau lebih lama dari
normal, sebab kelainan ini terletak pada kondisi dalam uterus, misalnya adanya
mioma uteri dengan permukaan endometrium lebih luas dari biasanya. Terpai
hipermenorea tergantung dari penanganan mioma uteri.
Hypomenorhoe disebabkan oleh karena kesuburan endometrium kurang,akibat dari
kurang gizi,penyakit menahun maupun gangguan hormonal.
2.3 Perdarahan Diluar Haid
1. Pengertian
Perdarahan bukan haid adalah perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid.
Ada dua macam perdarahan di luar haid yaitu metroragia dan menometroragia
a. Metroragia adalah perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan dengan siklus
haid. Perdarahan ovulatoir terjadi pada pertengahan siklus sebagai suatu spotting
dan dapat lebih diyakinkan dengan pengukuran suhu basal tubuh. Penyebabnya
adalah kelainan organik (polip endometrium, karsinoma endometrium, karsinoma
serviks), kelainan fungsional dan penggunaan estrogen eksogen.

8
b. Menoragia adalah Perdarahan siklik yang berlangsung lebih dari 7 hari dengan
jumlah darah kadang-kadang cukup banyak.

2. Penyebab perdarahan diluar haid


a. Polip Serviks
Polip adalah tumor bertangkai yang kecil dan tumbuh dari permukaan
mukosa sedangkan servikal polip adalah polip yang terdapat dalam kanalis
servikalis (Denise tiran, 2005). Beberapa gejala umum dari polip serviks antara
lain :
1) Tanpa gejala : Polip serviks bias saja dialami seseorang tanpa ia tau kalau
sebenarnya ia memiliki polip serviks,
2) Leukorea yang sulit disembuhkan : Jika sudah digunakan berbagai macam
obat, dan personal hygine telah dijaga tetapi leokorea belum juga sembuh
3) Terasa discomfort dalam vagina : Yaitu perasaan tidak nyaman dalam vagina,
baik setelah buang air maupun dalam kondisi biasa.
4) Kontak berdarah : Misalnya, vagina selalu mengeluarkan darah setelah
melakukan hubungan seks. Perlu dijurigai adanya polip serviks.
5) Terdapat infeksi
b. Erosi Porsio
Erosio porsiones (EP) adalah suatu proses peradangan atau suatu luka yang
terjadi pada daerah porsio serviks uteri (mulut rahim). Penyebabnya bisa karena
infeksi dengan kuman-kuman atau virus, bisa juga karena rangsangan zat kimia
/alat tertentu; umumnya disebabkan oleh infeksi.
Erosi porsio atau disebut juga dengan erosi serviks adalah hilangnya
sebagian/seluruh permukaan epitel squamous dari serviks. Jaringan yang normal
pada permukaan dan atau mulut serviks digantikan oleh jaringan yang mengalami
inflamasi dari kanalis serviks. Jaringan endoserviks ini berwarna merah dan
granuler, sehingga serviks akan tampak merah, erosi dan terinfeksi. Erosi serviks
dapat menjadi tanda awal dari kanker serviks. Erosi serviks dapat dibagi menjadi
3 yaitu :
1) Erosi ringan : meliputi ≤ 1/3 total area serviks

9
2) Erosi sedang : meliputi 1/3-2/3 total area serviks
3) Erosi berat : meliputi ≥ 2/3 total area serviks.
Beberapa penyebab erosi serviks antara lain :
1) Level estrogen : erosi serviks merupakan respons terhadap sirkulasi estrogen
dalam tubuh.
2) Infeksi: teori bahwa infeksi menjadi penyebab erosi serviks mulai
menghilang. Bukti-bukti menunjukkan bahwa infeksi tidak menyebabkan
erosi, tapi kondisi erosi akan lebih mudah terserang bakteri dan jamur
sehingga mudah terserang infeksi.
3) Penyebab lain : infeksi kronis di vagina, douche dan kontrasepsi kimia dapat
mengubah level keasaman vagina dan sebabkan erosi serviks. Erosi serviks
juga dapat disebabkan karena trauma (hubungan seksual, penggunaan
tampon, benda asing di vagina, atau terkena speculum)
Gejala-gejala erosi serviks yaitu :
1) Mayoritas tanpa gejala
2) Perdarahan vagina abnormal (yang tidak berhubungan dengan siklus
menstruasi) yang terjadi :
3) Erosi serviks disebabkan oleh inflamasi, sehingga sekresi serviks meningkat
secara signifikan, berbentuk mucus, mengandung banyak sel darah putih,
sehingga ketika sperma melewati serviks akan mengurangi vitalitas sperma
dan menyulitkan perjalanan sperma. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya
infertilitas pada wanita.
c. Ulkus Porsio
Ulkus portio adalah suatu pendarahan dan luka pada portio berwarna merah
dengan batas tidak jelas pada ostium uteri eksternum . beberapa penyebab antara
lain penggunaan IUD, pemakaian pil, perilaku seksual yang tidak sehat, trauma.
Beberapa gejala ulkus porsio dianatarnya :
1) Adanya fluxus
2) Portio terlihat kemerahan dengan batas tidak jelas
3) Adanya kontak berdarah
4) Portio teraba tidak rata

10
d. Trauma
Trauma adalah dari aspek medikolegal sering berbeda dengan pengertian
medis. Pengertian medis menyatakan trauma atau perlukaan adalah hilangnya
diskontinuitas dari jaringan.
Penyebab diantaranya trauma yang menyebabkan perdarahan di luar haid
contohnya yang sering terjadi pada akseptor IUD dan usai berhubungan intim
(utamanya pada wanita yang telah menopause ). Tempat perlukaan yang paling
sering akibat koitus adalah dinding lateral Vagina, vorniks posterior dan kubah
Vagina (setelah histerektomi).
Gejala yang biasanya terjadi nyeri vulva dan vagina, perdarahan dan
pembengkakkan merupakan gejala-gejala yang paling khas. Kemungkinan gejala
lainnya adalah kesulitan dalam urinasi dan ambulasi

e. Polip Endometrium

Polip endometrium juga disebut polip rahim adalah pertumbuhan kecil yang

tumbuh sangat lambat dalam dinding rahim. Mereka memiliki basis datar besar

dan mereka melekat pada rahim melalui gagang bunga memanjang. Bentuknya

dapat bulat atau oval dan biasanya berwarna merah. Seorang wanita dapat

memiliki polip endometrium satu atau banyak, dan kadang-kadang menonjol

melalui vagina menyebabkan kram dan ketidaknyamanan. Polip endometrium

dapat menyebabkan kram karena mereka melanggar pembukaan leher rahim.

Polip ini dapat terjangkit jika mereka bengkok dan kehilangan semua pasokan

darah mereka. Ada kejadian langka saat ini polip menjadi kanker. Wanita yang

telah mengalaminya terkadang sulit untuk hamil.

Tidak ada penyebab pasti dari polip endometrium, tetapi pertumbuhan

mereka dapat dipengaruhi oleh kadar hormon, terutama estrogen. Seringkali tidak

11
ada gejala, tetapi beberapa gejala dapat diidentifikasi terkait dengan

pembentukannya antara lain :

1) Ada kesenjangan antara perdarahan haid

2) Tidak teratur atau perdarahan menstruasi yang berkepanjangan

3) Perdarahan haid yang terlalu berat

4) Rasa sakit atau dismenore (nyeri dengan menstruasi)

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Haid atau menstruasi merupakan ciri khas kematangan biologis seorang perempuan.

Haid merupakan salah satu perubahan siklik yang terjadi pada alat kandungan sebagai

persiapan untuk kehamilan. Setiap perempuan normal akan mengalami haid setiap

bulannya, yang dipengaruhi oleh faktor hormon, enzim , vascular, dan prostaglandin.

Adapun kelainan siklus haid yang terjadi dalam masa reproduksi seperti polimenorea,

oligomenorea dan amenorea masih banyak gangguan haid lainnya yang sering dirasakan

oleh setiap perempuan. Beberapa perdarahan di luar haid antara lain Polip Serviks, Erosi

Porsio, Ulkus Porsio, Trauma dan Polip Endometrium.

13
DAFTAR PUSTAKA

Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo:
Jakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai