Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH OBSTETRI

PATOLOGIS GENETALIA INTERNA PADA ENDOMETRIUM


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Obstetri
Dosen Pembimbing : Lia Komalasari SKp,MM

JALUM IB
Disusun oleh :
ZULVAKANITA MELINAWATI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI BANDUNG


PROGRAM STUDI KEBIDANAN KARAWANG
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya yang dianugerahkan kepada kami sehingga dapat berjalan dengan baik dalam
menyelesaikan makalah yang berjudul “Patologis Genetalia Interna Pada Endometrium”
untuk memenuhi tugas Obstetri. Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memberikan
kemudahan bagi kita dalam proses belajar terutama pada mata kuliah Obstetri.
Adapun penulisan dalam makalah ini, disusun secara sistematis dan berdasarkan
metode-metode yang ada. Terlepas dari semua itu, saya menyadari bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun bahasa. Oleh karena itu, saya menerima
segala kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Semoga
dengan dibuatnya makalah ini dapat bermanfaat untuk para pembaca.

Karawang, 7 Februari 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………….1
1.1. Latar Belakang……………………………………………………………….1
1.2. Rumusan Masalah……………………………………………………………1
1.3. Tujuan ……………………………………………………………………….1
BAB II PEMBAHASAN………..…………………………………………….….2
2.1 Pengertian Endometris ……………………………………………………….2
2.2 Etiologi Endometritis…………………………………………………………2
2.3 Gambaran Klinik Endometritis……………………………………………….3
2.4 Jenis – Jenis Endometritis ……………………………………………………3
2.5 Diagnosa Endometritis………………………………………………………..5
2.6 Penanganan Endometritis…………………………………………………….6
BAB II PENUTUP………………………………………………………………7
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………….7
3.2 Saran…………………………………………………………………………7
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit radang pelvis adalah suatu istilah umum bagi infeksi genital yang telah
menyebar ke dalam bagian-bagianyang lebih dalam dari alat reproduksi wanita seperti
rahim, tuba pallopi dan ovarium. Radang atau infeksi pada alat-alat genital dapat timbul
secara akut dengan akibat meninggalnya penderita atau penyakit bisa sembuh sama sekali
tanpa bekas atau dapat meninggalkan bekas seperti penutupan lumen tuba. Penyakit ini
juga bisa menahunatau dari permulaan sudah menahun. Salah satu dari infeksi tersebut
adalah cervisitis, endometritis, myometritis, dan parametritis. Sebagian besar wanita tidak
menyadari bahwa dirinya menderita infeksi tersebut. Biasanya sebagian besar wanita
menyadari apabila infeksi telah menyebar dan menimbulkan berbagai gejala yang
mengganggu. Keterlambatan wanita memeriksakan dirinya menyebabkan infeksi
inimenyebar lebih luas dan akan sulit dalam penanganannya.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit genetalia interna?
2. Apa definisi Endometritis?
1.3 Tujuan
 Untuk mengetahui tentang patologis genitalia interna khususnya pada
Endometrium dengan penatalaksanannya.
  Untuk mengetahui tanda dan gejala dari radang genitali

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Endometritis


Endometritis adalah keradangan pada dinding uterus yang umumnya disebabkan
oleh partus. Dengan kata lain endometritis didefinisikan sebagai inflamasi dari
endometrium. Derajat efeknya terhadap fertilitas bervariasi dalam hal keparahan
radang, waktu yang diperlukan untuk penyembuhan lesi endometrium, dan tingkat
perubahan permanen yang merusak fungsi dari glandula endometrium dan/atau
merubah lingkungan uterus dan/atau oviduk. Organisme nonspesifik primer yang
dikaitkan dengan patologi endometrial adalah Corynebacterium pyogenes dan gram
negatif anaerob.
Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim). Infeksi
ini dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks atau infeksi tersendiri dan
terdapat benda asing dalam rahim.
2.2 Etiologi Endometritis

Kuman-kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas insersio


plasenta, dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium. Pada
infeksi dengan kuman yang tidak seberapa pathogen, radang terbatas pada
endometrium. Jaringan desidua bersama-sama dengan bekuan darah menjadi nekrotis
dan mengeluarkan getah berbau dan terdiri atas keeping-keping nekrotis serta cairan.
Pada batas antara daerah yang meradang dan daerah yang sehat terdapat lapisan yang
terdiri atas leukosit-leukosit. Pada infeksi yang lebih berat, batas endometrium dapat
dilampaui dan terjadilah penjalaran.
Terjadinya infeksi endometrium pada saat :
a. Persalinan, dimana bekas implantasi plasenta masih terbuka, terutama pada
persalinan terlantar dan persalinan dengan tindakan.
b. Pada saat terjadi keguguran.
c. Saat pemasangan alat rahim (IUD) yang kurang legeartis.
Diduga uterus dan isinya steril selama kehamilan normal dan lebih dulu
melahirkan. Kemudian waktu kelahiran atau setelah itu lumen uterus terkontaminasi

2
mikroorganisme dari lingkungan, mikroorganisme, kulit dan feses melalui relaksasi
peritoneum, vulva dan dilatasi cervik.
Gangguan mekanisme pertahanan uterus seperti involusi uterus atau fungsi
neutrofil akan menunda fungsi eliminasi kontaminasi bakteri. Distosia, kelahiran
kembar atau kematian janin dan inseminasi buatan meningkatkan kesempatan untuk
kontaminasi pada traktus genital. Retensi membrane fetus adalah faktor predisposisi
endometritis dan berhubungan dengan peningkatan endometritis berat.
2.3 Gambaran Klinik Endometritis
Gambaran klinik tergantung jenis dan virulensi kuman, daya tahan penderita, dan
derajat trauma pada jalan lahir. Kadang-kadang lochia tertahan oleh darah, sisa-sisa
palsenta dan selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan lokiometra dan dapat
menyebabkan kenaikan suhu yang segera hilang setelah rintangan diatasi. Uterus pada
endometriosis agak membesar, serta nyeri pada perabaan, dan lembek. Pada
endometritis yang tidak meluas, penderita pada hari-hari pertama merasa kurang sehat
dan perut nyeri.
Endometritis dapat terjadi penyebaran:
a. Miometritis (infeksi otot rahim)
b. Parametritis (infeksi sekitar rahim)
c. Salpingitis (infeksi saluran telur)
d. Ooforitis (infeksi indung telur)
e. Dapat terjadi sepsis (infeksi menyebar)
f. Pembentukan pernanahan sehingga terjadi abses pada tuba atau indung telur.
2.4 Jenis-jenis Endometritis
a. Endometritis Akut

Endometritis akut ditandai oleh kehadiran microabscesses atau neutrofil dalam


endometrium kelenjar. Endometritis akut dicirikan dengan adanya infeksi. Terutama terjadi
pada postpartum atau postabortum. Pada endometritis postpartum, regenerasi endometrium
selesai pada hari ke-9, sehingga endometritis postpartum pada umumnya terjadi sebelum hari
ke-9. Endometritis postabortum terutama terjadi pada abortus provocatus. Endometritis juga
dapat terjadi pada masa senil.
Pada endometritis akut endometrium mengalami edema dan hiperemi, dan pada
pemeriksaan mikroskopik terdapat hiperemi, edema, dan infiltrasi leukosit berinti polimoni
yang banyak, serta perdarahan-perdarahan interstisial. Sebab yang paling penting ialah

3
infeksi gonorea dan infeksi pada abortus dan partus.Infeksi gonorea mulai sebagai servisitis
akuta, dan radang menjalar ke atas dan menyebabkan endometritis akuta.
Pada abortus septic dan sepsis puerperalis infeksi lebih cepat meluas ke miometrium
dan melalui pembuluh-pembuluh darah dan limfe dapat menjalar ke parametrium, tuba dan
ovarium serta ke peritoneum di sekitarnya. Gejala-gejala endometritis akuta dalam hal ini
diselubungi oleh gejala-gejala penyakit dalam keseluruhannya. Penderita panas tinggi,
kelihatan sakit keras, keluar leukorea yang bernanah, dan uterus serta daerah di sekitarnya
nyeri pada perabaan.
Sebab lain endometritis akuta ialah tindakan yang dilakukan dalam uterus di luar
partus atau abortus, seperti kerokan, memasukkan radium ke dalam uterus, memasukkan IUD
(intra-uterine device) ke dalam uterus, dan sebagainya. Tergantung dari virulensi kuman yang
dimasukkan dalam uterus, apakah endometritis akuta tetap terbatas pada endometrium, atau
menjalar ke jaringan di sekitarnya. Endometritis akuta yang disebabkan oleh kuman-kuman
yang tidak seberapa pathogen umumnya dapat diatasi atas kekuatan jaringan sendiri, dibantu
dengan pelepasan lapisan fungsional dari endometrium pada waktu haid. Dalam pengobatan
endometritis akuta yang paling penting ialah berusaha mencegah agar infeksi tidak menjalar.
Gejala-gejala:
1) Demam
2) Lochia berbau, pada endometritis postabortum kadang-kadang keluar
fluor yang purulent.
3) Lochia lama berdarah, malahan terjadi metrorrhagi.
4) Jika radang tidak menjalar ke parametrium atau perimetrium tidak ada
nyeri.
5) Nyeri pada palpasi abdomen (uterus) dan sekitarnya.
b. Endometritis Kronik
Endometritis kronik ditandai oleh adanya sel-sel plasma pada stroma.
Penyebab yang paling umum adalah Penyakit Radang Panggul (PID), TBC, dan
klamidia. Pasien yang menderita endometritis kronis sebelumnya mereka telah
memiliki riwayat kanker leher rahim atau kanker endrometrium. Gejala
endometritis kronis berupa noda darah yang kotor dan keluhan sakit perut bagian
bawah, leukorea serta kelainan haid
Kasusnya jarang ditemui oleh karena infeksi yang tidak dalam masuknya pada
miometrium, tidak dapat mempertahankan diri, karena pelepasan lapisan
fungsional dari endometrium pada waktu haid. Pada pemeriksaan mikroskopik

4
ditemukan banyak sel-sel plasma dan limfosit. Penemuan limfosit saja tidak besar
artinya karena sel itu juga ditemukan dalam keadaan normal dalam endometrium.
Gejala-gejala klinis endometritis kronika ialah, leukorea dan menoragia.
Pengobatannya tergantung dari penyebabnya. Endometritis kronika ditemukan:

1) Pada tuberkulosis;
2) Jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus;
3) Jika terdapat korpus alienum di kavum uteri;
4) Pada polip uterus dengan infeksi;
5) Pada tumor ganas uterus;
6) Pada salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvik.
7) Fluor albus yang keluar dari ostium
8) Kelainan haid seperti metrorrhagi dan menorrhagi
Endometritis kronika yang lain umumnya akibat infeksi yang terus-menerus
karena adanya benda asing atau polip/tumor dengan infeksi di dalam kavum uteri.
2.5 Diagnosa Endometritis
Diagnosa endometritis tidak didasarkan pada pemeriksaan histologis dari biopsi
endometrial. Tetapi pada kondisi lapangan pemeriksaan vagina dan palpasi traktus genital per
rectum adalah teknik yang sangat bermanfaat untuk diagnosa endometritis. Sistem utama
yang digunakan adalah kombinasi dari diameter uterus dan cervik, penilaian isi dari vagina.
Sangat penting untuk dilakukan diagnosa dan memberi perlakuan pada kasus endometritis
di awal periode post partum. Setiap ibu harus mengalami pemeriksaan postpartum dengan
segera pada saat laktasi sebagai bagian dari program kesehatan yang rutin. Kejadian
endometritis dapat didiagnosa dengan adanya purulen dari vagina yang diketahui lewat
palpasi rektal. Diagnosa lebih lanjut seperti pemeriksaan vaginal dan biopsi mungkin
diperlukan. Yang harus diperhatikan pada saat palpasi dan pemeriksaan vaginal meliputi
ukuran uterus, ketebalan dinding uterus dan keberadaan cairan beserta warna, bau dan
konsistensinya. Bila terdapat sedikit cairan pada saat palpasi uterus, penting untuk melakukan
pemeriksaan selanjutnya yaitu dengan menggunakan spekulum. Untuk beberapa kasus
endometritis klinis atau subklinis, diagnosa diperkuat dengan biopsi uterin. Pemeriksaan
mikroskopis dari jaringan biopsi akan tampak adanya peradangan akut atau kronik pada
dinding uterus. Pemeriksaan biopsi uterin dapat untuk memastikan terjadinya endometritis
dan adanya organisme di dalam uterus.

5
2.6 Penanganan Endometritis
A. Endometritis Akut
Terapi:
1) Pemberian uterotonika
2) Istirahat, posisi/letak Fowler
3) Pemberian antibiotika
4) Endometritis senilis, perlu dikuret untuk mengesampingkan diagnosa
corpus carcinoma. Dapat diberi estrogen.
B. Endometritis Kronik

• Dibawa ke rumah sakit


• Konsultasi dokter
• Berikan obat antimikroba spektrum luas atau terapi antibiotik tripel, biasanya
secara IV dan elektrolit
• Pulangkan jika dalam 24 jam menjadi afebril (tidak terjadi demam
• Perlu dilakukan kuretase untuk DD dengan carcinoma corpus uteri, polyp
atau myoma submcosa. Kadang-kadang dengan kuret ditemukan endometritis
tuberculosa.
• Penggantian darah dapat diindasikn untuk anemia berat postabortus atau
postpartum
• Tindakan bedah, endometritis postpartum sering disertai dengan jaringan
plasenta yang tertahan atau obstruksipelvis. Drainase lokhea yang memadai
sangat penting. Jaringan plasenta yang tertinggal dikeluarkan dengan kuretase
perlahan dan hati-hati.
Histerektomi dan salpingo-ooferoktomibilateral mungkin diperlukan bila
klostridia telah meluas melampaui endometrium dan ditemukn bukti adanya
sepsis sistemik klostridia(syok, hemolisis, gagal ginjal)

6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit radang panggul adalah keadaan terjadinya infeksi pada genetalia interna,
yang disebabkan berbagai mikroorganisme dapat menyerang endometrium, tuba, ovarium
parametrium, dan peritoneum panggul, baik secara perkontinuinatum dan organ sekitarnya,
secara homogen, ataupun akibat penularan secara hubungan seksual. Salah satu infeksinya
adalah endometrits. Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari
rahim). Infeksi ini dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks atau infeksi tersendiri
dan terdapat benda asing dalam rahim. Dengan melalui tahapn penanganan seperti pemberian
antibitik,konsultasi kepada dokter dan bila serius lakukan penanganan ke rumah sakit.
3.2 Saran

 Kepada para pembaca agar dapat menindaklanjuti jika terdapat tanda-tanda dari
radang genetalia interna
 Jika terdapat gejala- gejala dari radang genetalia interna,bisa segera mengunjungi
klinik bidan atau ke rumah sakit terdekat.

7
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Ida Bagus. 2005. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta

Sarwono P. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : YBP-SP

Mochtar, Prof. Dr. Rustam. 1989. Sinopsis Obstetr. Jakarta : ECG

Anda mungkin juga menyukai