Anda di halaman 1dari 17

A.

Teori Stres dan Adaptasi


1.Stres
a. Pengertian Stres
Stres adalah sekumpulan perubahan fisiologis akibat tubuh terpapar terhadap
bahaya ancaman. Stres memiliki dua komponen: fisik yakni perubahan fisiologis
dan psikogis yakni bagaimana seseorang merasakan keadaan dalam hidupnya.
Perubahan keadaan fisik dan psikologis ini disebut sebagai stresor (pengalaman
yang menginduksi respon stres) (Pinel, 2009).Stres adalah suatu reaksi tubuh yang
dipaksa, di mana ia boleh menganggu equilibrium (homeostasis) fisiologi normal
(Julie K., 2005).Sedangkan menurut WHO (2003) Stres adalah reaksi/respons
tubuh
terhadap stresor psikososial (tekanan mental/beban kehidupan). Stres dewasa ini
digunakan secara bergantian untuk menjelaskan berbagai stimulus dengan
intensitas berlebihan yang tidak disukai berupa respons fisiologis, perilaku, dan
subjektif terhadap stres; konteks yang menjembatani pertemuan antara individu
dengan stimulus yang membuat stress semua sebagai suatu sistem.
b. Klasifikasi Stres
Stuart dan Sundeen (2005) mengklasifikasikan tingkat stres, yaitu:
1) Stres ringan
Pada tingkat stres ini sering terjadi pada kehidupan sehari -hari dan kondisi ini
dapat membantu individu menjadi waspada dan bagaimana mencegah berbagai
kemungkinan yang akan terjadi.
2) Stres sedang
Pada stres tingkat ini individu lebih memfokuskan hal penting saat ini dan
mengesampingkan yang lain sehingga mempersempit lahan persepsinya.
3) Stres berat
Pada tingkat ini lahan persepsi individu sangat menurun dan cenderung
memusatkan perhatian pada hal - hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk
mengurangi stres. Individu tersebut mencoba memusatkan perhatian pada lahan
lain dan memerlukan banyak pengarahan.
c. Sumber Stres (Stres or)
Sumber stres adalah semua kondisi stimulasi yang berbahaya dan
menghasilkan reaksi stres, misalnya jumlah semua respons fisiologis nonspesifik
yang menyebabkan kerusakan dalam sistem biologis. Stresreaction acute (reaksi
stres akut) adalah gangguan sementara yang muncul pada seorang individu tanpa
adanya gangguan mental lain yang jelas, terjadi akibat stres fisik dan atau mental
yang sangat berat, biasanya mereda dalam beberapa jam atau hari. Kerentanan dan
kemampuan koping (coping capacity) seseorang memainkan peranan dalam
terjadinya reaksi stres akut dan keparahannya (Sunaryo, 2002).
Bayi, anak - anak dan dewasa semua dapat mengalami stres. Sumber stres
bisa berasal dari diri sendiri, keluarga, dan komunitas sosial (Alloy, 2004).
Menurut Maramis (2009) dalam bukunya, ada empat sumber atau penyebab stres
psikologis, yaitu frustasi, konflik,tekanan, dan krisis. Frustasi timbul akibat
kegagalan dalam mencapai tujuan karena ada aral melintang, misalnya apabila ada
mahasiswa yang gagal dalam mengikuti ujian osca dan tidak lulus. Frustasi ada
yang bersifat intrinsik (cacat badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik
(kecelakaan, bencana alam, kematian orang yang dicintai, kegoncangan ekonomi,
pengangguran, perselingkuhan, dan lain-lain).
Faktor yang menimbulkan stres dapat berasal dari sumber internal maupun
eksternal, yaitu (Hidayat, 2006).
1) Internal merupakan faktor stres yang bersumber dari diri sendiri. Stresor
individual dapat muncul dari pekerjaan, ketidak puasan dengan kondisi fisik
tubuh, penyakit yang dialami, pubertas, dan sebagainya.
2) Eksterna merupakan faktor stres yang bersumber dari dari
keluarga, masyarakat dan lingkungan. Ditinjau dari penyebabnya stres dapat
dibedakan kedalam beberapa jenis (Hidayat, 2006).
Stres fisik, merupakan stres yang disebabkan oleh keadaan fisik, seperti suhu yang
terlalu tinggi atau terlalu rendah, suara bising, sinar matahari yang terlalau
menyengat.
1) Stres kimiawi, merupakan stres yang disebabkan oleh pengaruh senyawa
kimia yang terdapat dalam obat - obatan, zat beracun asam, basa, faktor
hormon, gas, dan lain -lain.
2) Stres mikrobiologi, merupakan stres yang disebabkan oleh kuman, seperti
virus, bakteri atau parasit.
3) Stres fisiologis, merupakan stres yang disebabkan oleh gangguan fungsi
organ tubuh, yaitu gangguan struktur tubuh, fungsi jaringan, organ,dan lain-
lain.
4) Stres proses tumbuh kembang, merupakan stres yang disebabkan oleh proses
tumbuh kembang seperti pada masa pubertas, pernikahan, dan pertambahan
usia.
5) Stres psikologis dan emosional, merupakan stres yang disebabkan oleh
gangguan situasi psikologis untuk menyesuaikan diri, misalnya dalam
hubungan interpersonal, sosial budaya, atau keagamaan.

Menurut Nasir dan Muhith, (2011) stres dapat menghasilkan berbagai respon.
Respons stres dapat terlihat dalam berbagai aspek yaitu :
1) Respon psikologis yang ditandai dengan meningkatnya tekanan
darah, nadi, jantung, dan pernapasan.
2) Respon kognitif dilihat dari terganggunya proses kognitif individu, seperti
fikiran kacau, menurunnya daya kosentrasi, dan fikiran tidak wajar.
3) Respon emosi berkaitan dengan emosi yang mungkin dialami individu,
seperti takut, cemas, malu, marah, dan sebagainya.
4) Respon tingkah laku dapat dibedakan menjadi fight yaitu melawan situasi
yang menekan, sedangkan flight yaitu menghindari situasi yang menekan.

Konflik timbul karena tidak bisa memilih antara dua atau lebih macam -
macam keinginan, kebutuhan atau tujuan. Ada 3 jenis konflik, yaitu :
1) Approach - approach conflict, terjadi apabila individu harus memilih
satu diantara dua alternatif yang sama - sama disukai, misalnya saja seseorang
yang sulit menentukan keputusan diantara dua pilihan karir yang sama - sama
diinginkan. Stres muncul akibat hilangnya kesempatan untuk menikmati alternatif
yang tidak diambil. Jenis konflik ini biasanya sangat mudah dan cepat diselesaikan.
2) Avoidance - avoidance conflict, terjadi bila individu dihadapkan pada
dua pilihan yang sama - sama tidak disenangi, misalnya wanita muda yang hamil
diluar pernikahan, di satu sisi ia tidak ingin aborsi tapi disisi lain ia belum mampu
secara mental dan finansial untuk membesarkan anaknya nanti. Konflik jenis ini
lebih sulit diputuskan dan memerlukan lebih banyak tenaga dan waktu untuk
menyelesaikannya karena masing - masing alternatif memiliki konsekuensi yang
tidak menyenangkan
3) Approach-avoidance conflict, merupakan situasi dimana individu merasa
tertarik sekaligus tidak menyukai atau ingin menghindar dari seseorang atau suatu
objek yang sama, misalnya seseorang yang berniat berhenti merokok, karena
khawatir merusak kesehatannya tetapi ia tidak dapat membayangkan sisa hidupnya
kelak tanpa rokok. Tekanan timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari.
Tekanan dapat berasal dari dalam diri individu, misalnya cita-cita atau norma yang
terlalu tinggi. Tekanan yang berasal dari luar individu, misalnya orang tua
menuntut anaknya agar disekolah selalu rangking satu, atau istri menuntut uang
belanja yang berlebihan kepada suami. Krisis yaitu keadaan mendadak yang
menimbulkan stres pada individu, misalnya kematian orang yang disayangi,
kecelakaan dan penyakit yang harus segera dioperasi.
d. Penggolongan Stres
Menurut Selye (2005) dalam menggolongkan stres menjadi dua golongan yang
didasarkan atas persepsi individu terhadap stres yang dialaminya yaitu :

1) Distres (stres negatif) Merupakan stres yang merusak atau bersifat tidak
menyenangkan. Stres dirasakan sebagai suatu keadaan dimana individu
mengalami rasa cemas, ketakutan, khawatir atau gelisah.

Sehingga individu mengalami keadaan psikologis yang negatif, menyakitkan dan


timbul keinginan untuk menghindarinya.

2) Eustres (stres positif)

Eustres bersifat menyenangkan dan merupakan pengalaman yang memuaskan,

frase joy of stres untuk mengungkapkan hal - hal yang bersifat positif yang timbul
dari adanya stres. Eustres dapat meningkatkan kesiagaan mental, kewaspadaan,

kognisi dan performansi kehidupan. Eustres juga dapat meningkatkan motivasi

individu untuk menciptakan sesuatu, misalnya menciptakan karya seni.

e. Respon Psikologis Stres

Reaksi psikologis terhadap stres dapat meliputi, (Sarafino, 2007) :

1) Kognisi Stres dapat melemahkan ingatan dan perhatian dalam aktivitas


kognitif. Stresor berupa kebisingan dapat menyebabkan defisit kognitif pada anak-
anak. Kognisi juga dapat berpengaruh dalam stres.

2) Emosi

Emosi cenderung terkait dengan stres. Individu sering menggunakan keadaan


emosionalnya untuk mengevaluasi stres. Proses penilaian kognitif dapat
mempengaruhi stres dan pengalaman emosional. Reaksi emosional terhadap stres
yaitu rasa takut, fobia, kecemasan, depresi, perasaan sedih dan rasa marah.

3)Perilaku Sosial

Stres dapat mengubah perilaku individu terhadap orang lain. Individu dapat
berperilaku menjadi positif maupun negatif. Bencana alam dapat membuat
individu berperilaku lebih kooperatif, dalam situasi lain, individu dapat
mengembangkan sikap bermusuhan. Stres yang diikuti dengan rasa marah
menyebabkan perilaku sosial negatif cenderung meningkat sehingga dapat
menimbulkan perilaku agresif.

Stres juga dapat mempengaruhi perilaku membantu pada individu.

f. Reaksi Psikologis Terhadap Stres

1) Kecemasan

Respons yang paling umum merupakan tanda bahaya yang menyatakan diri dengan
suatu penghayatan yang khas, yang sukar digambarkan adalah emosi yang tidak
menyenangkan dengan istilah kuatir, tegang, prihatin, takut seperti jantung
berdebar-

debar, keluar keringat dingin, mulut kering, tekanan darah tinggi dan susah tidur.

2)Kemarahan dan agresi


Perasaan jengkel sebagai respons terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai
ancaman. Merupakan reaksi umum lain terhadap situasi stresyang mungkin dapat
menyebabkan agresi.

3)Depresi

Keadaan yang ditandai dengan hilangnya gairah dan semangat. Terkadang disertai
rasa sedih.

2. Adaptasi

a. Pengertian adapatasi

Adaptasi adalah proses penyesuaian diri terhadap beban lingkungan agar


organisme dapat bertahan hidup (Sarafino, 2005). Sedangkan menurut Gerungan
(2006) menyebutkan bahwa adapatasi atau penyesuaian diri adalah mengubah diri
sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai
dengan keadaan (keinginan diri).

b. Tujuan Adaptasi

1) Menghadapi tuntutan keadaan secara sadar.

2) Menghadapi tuntutan keadaan secara realistik

3) Menghadapi tuntutan keadaan secara obyektif

4) Menghadapi tuntutan keadaan secara rasional


c. Macam-Macam Adaptasi

1) Adaptasi fisiologis

Adalah proses dimana respon tubuh terhadap stresor untuk mempertahankan fungsi
kehidupan, dirangsang oleh faktor eksternal dan internal, respons dapat dari
sebagian tubuh atau seluruh tubuh serta setiap tahap perkembangan punya stresor
tertentu.

Mekanisme fisiologis adaptasi berfungsi melalui umpan balik negatif, yaitu suatu
proses dimana mekanisme kontrol merasakan suatu keadaan abnormal seperti
penurunan suhu tubuh dan membuat suatu respons adaptif seperti mulai mengigil
untuk membangkitkan panas tubuh. Ketiga dari mekanisme utama yang digunakan
dalam menghadapi stressor dikontrol oleh medula oblongata, formasi retikuler dan
hipofisis. Riset klasik yang telah dilakukan oleh Hans Selye (1946,1976) telah
mengidentifikasi dua respons fisiologis terhadap stres, yaitu:

a) LAS ( Lokal Adaptasion Syndrome)

Tubuh menghasilkan banyak respons setempat terhadap stres, responnya berjangka


pendek

Karakteristik dari LAS:

(1) Respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua sistem.

(2) Respons bersifat adaptif, diperlukan stresor untuk menstimulasikannya.

(3) Respons bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.

(4) Respons bersifat restorative.

b) GAS (General Adaptasion Syndrom)

Merupakan respons fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stres.


Respons yang terlibat didalamnya adalah sistem saraf otonom dan sistem endokrin.
Di beberapa buku teks GAS sering disamakan dengan Sistem Neuroendokrin.

GAS diuraikan dalam tiga tahapan berikut:

1) Fase alarm

Melibatkan pengerahan mekanisme pertahan dari tubuh dan pikiran untuk


menghadapi stresor seperti pengaktifan hormon yang berakibat meningkatnya
volume darah dan akhirnya menyiapkan individu untuk bereaksi. Aktifitas
hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan respons melawan
atau menghindar. Respons ini bisa berlangsung dari menit sampai jam. Bila stresor
menetap maka individu akan masuk kedalam fase resistensi.

2) Fase resistensi (melawan)

Individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan


pemecahan masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan
kondisi fisiologis sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh mencoba
mengatasi faktor-faktor penyebab stres. Bila teratasi, gejala stres menurun atau
normal. Bila gagal maka individu tersebut akan jatuh pada tahapan terakhir dari
GAS yaitu: Fase kehabisan tenaga.

3) Fase exhaustion (kelelehan)

Merupakan fase perpanjangan stres yang belum dapat tertanggulangi pada fase
sebelumnya. Tahap ini cadangan energi telah menipis atau habis, akibatnya tubuh
tidak mampu lagi menghadapi stres. Ketidakmampuan tubuh untuk
2) Adaptasi Psikologis:

Menurut Hidayat (2008) adaptasi psikologis merupakan suatu proses penyesuaian


secara psikologis akibat adanya stresor, dengan cara memberikan mekanisme
pertahanan diri dengan harapan dapat melindungi dan bertahan dari serangan yang
tidak menyenangkan. Indikator Terdapat dua cara untuk dapat mempertahankan
diri dari berbagai stresor yaitu dengan cara:

a) Ask Oriented Reaction (reaksi berorientasi pada tugas)

Reaksi ini merupakan koping yang digunakan untuk mengatasi masalah yang
berorientasi pada pross penyelesaian masalah, meliputi afektif, kognitif, dan
psikomotor. Contoh reaksi yang bisa dilakukan yaitu berbicara dengan orang lain,
mencari informasi tentang keadaan yang dialami, melakukan latihan yang dapat
mengurangi stres, serta dapat membuat alternatif pemecahan masalah.

b) Ego Oriented Reaction ( reaksi berorientasi dengan ego)

(1) Rasionalisasi: usaha untuk menghindari masalah psikologis dengan


memberikan alasan yang rasional, sehingga masalah dapat teratasi.

(2) Displacement: suatu upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah psikologis
dengan cara memindahkan tingkah laku pada objek lain, sebagai contoh jika
seseorang terganggu dengan kondisi ramai, maka teman yang disalahkan.

(3) Kompensasi: upaya untuk mengatasi masalah dengan mencari kepuasan pada
situasi yang lain, seperti seseorang yang memiliki masalah penurunan daya ingat
maka akan menonjolkan kemampuan yang dimilikinya.

(4) Proyeksi: merupakan mekanisme pertahanan diri dengan memposisikan sifat


batin diri sediri kedalam sifat batin orang lain, seperti ketika membenci orang lain
kemudian mengatakan pada orang bahwa orang lain membencinya.
(5) Represi: upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah dengan cara
menghilangkan fikiran masa lalu yang buruk dengan melupakan dan sengaja
dilupakan.

(6) Supresi: upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah dengan menekan
masalah yang tidak diterima dengan sadar serta individu tidak mau memikirkan
hal yang kurang menyenangkan.

(7) Denial: upaya pertahanan diri dengan cara penolakan terhadap masalah yang
sedang dihadapi atau tidak mau menerima kenyataan yang dihadapinya.

3) Adaptasi perkembangan

Pada setiap tahap, seseorang biasanya menghadapi tugas perkembangan dengan


menunjukkkan karekteristik perilaku dari tahap perkembangan dengan
menunjukkan karekteristik perilaku dari tahap perkembangan tersebut. Stres yang
berkepanjangan dapat menganggu atau menghambat kelancaran menyelesaikan
tahap perkembangan dalam bentukyang ekstrem, stres yang berkepanjangan dapat
mengarah pada krisis pendewasaan kritik.

Stres dan Adaptasi pada Siklus Kehidupan Perempuan

Perempuan adalah individu yang seringkali berperan ganda sehingga pada


perempuan sering kali mudah terjadi stres, dari mulai remaja, pranikah, masa
hamil, masa nifas, masa menyusui dan masa menopause atau sering disebut siklus
kehidupan wanita.

2.1 Pada Masa Remaja

Masa remaja bisa disebut sebagai puncak stress seseorang. Disinilah masa dimana
pertentangan antara naluri keremajaannya berbenturan dengan peraturan, konflik,
tuntutan, dominasi, keluarga dan lingkungan. Peralihan masa dari jiwa kanak-
kanak yang labil menuju jiwa yang lebih dewasa. Di masa remaja inilah stress
yang akan menentukan tingkat kedewasaan seseorang.

2.2 Pada Masa Pranikah

Penyebab Terjadinya Sindrom Pranikah:

 Belum benar-benar siap untuk menikah.


 Belum siap untuk punya anak.
 Kedua calon mempelai membayangkan indahnya pernikahan, tapi terkadang
tanpa belajar untuk siap menerima kekurangan-kekurangan dari orang yang
kelak menikah dengannya, akibatnya menjelang pernikahan berlangsung
muncul rasa gamang dan ragu terhadap pasangannya.
 Kejenuhan pada salah satu calon mempelai atau keduanya.
2.3. Pada Masa Kehamilan

Hubungan episode kehamilan dengan reaksi psikologi yaitu:

1. Trimester pertama : timbul fluktuasi lebar aspek emosional sehingga periode


ini mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya pertengkaran atau rasa tidak
nyaman.
2. Trimester kedua : fluktuasi emosional sudah mulai mereda dan perhatian
wanita hamil lebih berfokus pada berbagai perubahantubuh yang terjadi
selama kehamilan, kehidupan seksual, keluarga dan hubungan batiniah
dengan bayi yang dikandungnya.
3. Trimester ketiga : berkaitan dengan bayangan resiko kehamilan dan
prosespersalinan sehingga wanita hamil sangat emosional dalam upaya
mempersiapkan atau mewaspadai segala sesuatu yang mungkin akan
dihadapi.
Kehamilan bagi keluarga dan khususnya seorang wanita merupakan peristiwa yang
penting, meskipun demikian kehamilan juga merupakan saat – saat krisis bagi
keluarga di mana terjadi perubahan identitas dan peran ibu, ayah, serta anggota
keluarga lainnya.

Tugas ibu pada masa kehamilan :

 Menerima kehamilannya
 Membina hubungan dengan janin
 Menyesuaikan perubahan fisik
 Menyesuaikan perubahan hubungan suami istri
 Persiapan melahirkan dan menjadi orang tua

Kehamilan dapat sebagai :

 Krisis

Krisis merupakan ketidakseimbangan psikologis yang dapat disebabkan oleh


situasi atau oleh tahap perkembangan.

 Stresor

Model konseptual menyatakan bahwa krisis psikologis dan sosial dipertimbangkan,


sebagai kejadian yang kritis tapi tidak selalu ditunjukkan dengan masalah
psikologis dan interpersonal yang nyata. Setiap perubahan yang terjadi pada
seseorang dapat merupakan stresor. Kehamilan membawa perubahan yang
signifikan pada ibu sehingga dapat dinyatakan sebagai stresor, yang juga
mempengaruhi psikologis anggota keluarga lainnya.
 Transisiperan

Terjadi perubahaninteraksi rutin dalam keluarga, dengan adanya anggota


keluarga yang baru sehingga terjadi perubahan peran masing-masing anggota
keluarga; ayah, ibu, dan anggota keluarga yang lainnya. Terjadi perubahan
interaksi rutin dalam keluarga, dengan adanya anggota keluarga yang baru
sehingga terjadi perubahan peran masing-masing anggota keluarga; ayah, ibu,
dan anggota keluarga yang lainnya.

Tahapan Perubahan Peran dalam Kehamilan

Perubahan psikologis selama kehamilan terjadi oleh karena semakin


bertambahnya usia kehamilan dan adanya adaptasi peran barunya.
Tahapanperubahan peran selama kehamilan menurut Reva Rubin adalah sebagai
berikut:

Tahap antisipasi atau anticipatory stage

Tahap antisipasi merupakan tahap sosialisasi atau latihan untuk penampilan


peran yang diasumsikan pasangan (suami/istri) berkaitan dengan fantasi. Wanita
akan mengawali peran barunya dengan merubah peran sosialnya melalui latihan
informal dan informasi melalui model peran. Meningkatnya frekuensi interaksi
dengan yang lainnya akan mempercepat prosesadaptasi dalam penerimaan peran
barunya sebagai ibu.

Tahap honeymoon atau honeymoon stage

Tahap honeymoon merupakan tahap dimana wanita mengasumsikan peran


yang harus ditampilkan, melakukan pendekatan dan eksplorasi terhadap sikap yang
dibutuhkan untuk penampilan peran, mulai melakukan latihan peran. Pada tahap
ini, wanita sudah dapat menerima peran barunya dengan cara menyesuaikan diri
dan muncul kebutuhan akan kasih sayang baik ibu-bayi, ibu-suami. Hal lain yang
mempengaruhi tahapan honeymoon adalah kesiapan menghadapi kelahiran
bayinya serta dukungan dari orang-orang terdekat.

Tahap stabil atau plautau stage

Tahap stabil merupakan tahapan dimana wanita hamil dapat melihat


penampilan dalam peran barunya. Pada tahap ini, pasangan memvalidasikan
apakah peran yang akan ditampilkan adekuat/tidak, yang semuanya tergantung
pada bagaimana mereka atau yang lainnya membentuk peran yang harus
ditampilkan. Wanita hamil akan melakukan kegiatan–kegiatan yang positif dan
berfokus pada kehamilannya dan hal yang berguna bagi kesehatankeluarga.

Tahap akhir atau disengagement/termination stage

Tahap ini merupakan tahap terminasi/pengakhiran peran. Peran pasangan


pada kehamilan berakhir setelah prosespersalinan selanjutnya pasangan memasuki
tahap peran lainnya. Tahap ini disebut juga sebagai tahap perjanjian. Perjanjian ini
dilakukan agar wanita hamil sedapat mungkin menepati janjinya yang berkaitan
dengan peran barunya kelak.

2.3. Pada Masa Nifas

Periode masa nifas merupakan waktu dimana ibu mengalami stress pasca
persalinan, terutama pada ibu primipara. Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam
beradaptasi pada masa nifas adalah sebagai berikut

 Fungsi yang memengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi menjadi
orang tua
 Respons dan dukungan dari keluarga dan teman dekat
 Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan sebelumnya
 Harapan, keinginan, dan aspirasi ibu saat hamil juga melahirkan

Periode ini di ekspresikan oleh reva rubin yang terjadi pada tiga tahap berikut ini

1. Taking in period

Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat
bergantung pada orang lain, focus perhatian pada tubuhnya, ibu lebih mengingat
pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami, serta kebutuhan tidur dan
nafsu makan meningkat

2. Taking hold period

Berlangsung 3-4 hari postpartum, ibu lebih berkonsentrasi pada


kemampuannya daalm menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap perawatan
bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif, sehingga membutuhkan bimbingan
dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang di alami ibu.

3. Letting go period

Di alami setelah tiba ibu dan bayi dirumah. Ibu mulai secara penuh
menerima tanggung jawab sebagai ‘’seorang ibu’’ dan menyadari atau merasa
kebutuhan bayi sangat bergantung pada dirinya.Hal-hal yang harus dapat di penuhi
selama masa nifas adalah sebagai berikut :

 Fisik. Istirahat, memkan makanan bergizi, sering menghirup udara segar,


dan lingkungan yang bersih.
 Psikologi. Stress setelah persalinandapat segera distabilkan dengan
dukungan dari keluarga yang menunjukan rasa simpati, mengakui dan
menghargai ibu.
 Social. Menemani ibu bila terlihat kesepian, ikut menyayangi anaknya,
menanggapi dan memerhatikan kebahagian ibu, serta menghibur bila ibu
terlihat sedih.

Anda mungkin juga menyukai