Menurut Nasir dan Muhith, (2011) stres dapat menghasilkan berbagai respon.
Respons stres dapat terlihat dalam berbagai aspek yaitu :
1) Respon psikologis yang ditandai dengan meningkatnya tekanan
darah, nadi, jantung, dan pernapasan.
2) Respon kognitif dilihat dari terganggunya proses kognitif individu, seperti
fikiran kacau, menurunnya daya kosentrasi, dan fikiran tidak wajar.
3) Respon emosi berkaitan dengan emosi yang mungkin dialami individu,
seperti takut, cemas, malu, marah, dan sebagainya.
4) Respon tingkah laku dapat dibedakan menjadi fight yaitu melawan situasi
yang menekan, sedangkan flight yaitu menghindari situasi yang menekan.
Konflik timbul karena tidak bisa memilih antara dua atau lebih macam -
macam keinginan, kebutuhan atau tujuan. Ada 3 jenis konflik, yaitu :
1) Approach - approach conflict, terjadi apabila individu harus memilih
satu diantara dua alternatif yang sama - sama disukai, misalnya saja seseorang
yang sulit menentukan keputusan diantara dua pilihan karir yang sama - sama
diinginkan. Stres muncul akibat hilangnya kesempatan untuk menikmati alternatif
yang tidak diambil. Jenis konflik ini biasanya sangat mudah dan cepat diselesaikan.
2) Avoidance - avoidance conflict, terjadi bila individu dihadapkan pada
dua pilihan yang sama - sama tidak disenangi, misalnya wanita muda yang hamil
diluar pernikahan, di satu sisi ia tidak ingin aborsi tapi disisi lain ia belum mampu
secara mental dan finansial untuk membesarkan anaknya nanti. Konflik jenis ini
lebih sulit diputuskan dan memerlukan lebih banyak tenaga dan waktu untuk
menyelesaikannya karena masing - masing alternatif memiliki konsekuensi yang
tidak menyenangkan
3) Approach-avoidance conflict, merupakan situasi dimana individu merasa
tertarik sekaligus tidak menyukai atau ingin menghindar dari seseorang atau suatu
objek yang sama, misalnya seseorang yang berniat berhenti merokok, karena
khawatir merusak kesehatannya tetapi ia tidak dapat membayangkan sisa hidupnya
kelak tanpa rokok. Tekanan timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari.
Tekanan dapat berasal dari dalam diri individu, misalnya cita-cita atau norma yang
terlalu tinggi. Tekanan yang berasal dari luar individu, misalnya orang tua
menuntut anaknya agar disekolah selalu rangking satu, atau istri menuntut uang
belanja yang berlebihan kepada suami. Krisis yaitu keadaan mendadak yang
menimbulkan stres pada individu, misalnya kematian orang yang disayangi,
kecelakaan dan penyakit yang harus segera dioperasi.
d. Penggolongan Stres
Menurut Selye (2005) dalam menggolongkan stres menjadi dua golongan yang
didasarkan atas persepsi individu terhadap stres yang dialaminya yaitu :
1) Distres (stres negatif) Merupakan stres yang merusak atau bersifat tidak
menyenangkan. Stres dirasakan sebagai suatu keadaan dimana individu
mengalami rasa cemas, ketakutan, khawatir atau gelisah.
frase joy of stres untuk mengungkapkan hal - hal yang bersifat positif yang timbul
dari adanya stres. Eustres dapat meningkatkan kesiagaan mental, kewaspadaan,
2) Emosi
3)Perilaku Sosial
Stres dapat mengubah perilaku individu terhadap orang lain. Individu dapat
berperilaku menjadi positif maupun negatif. Bencana alam dapat membuat
individu berperilaku lebih kooperatif, dalam situasi lain, individu dapat
mengembangkan sikap bermusuhan. Stres yang diikuti dengan rasa marah
menyebabkan perilaku sosial negatif cenderung meningkat sehingga dapat
menimbulkan perilaku agresif.
1) Kecemasan
Respons yang paling umum merupakan tanda bahaya yang menyatakan diri dengan
suatu penghayatan yang khas, yang sukar digambarkan adalah emosi yang tidak
menyenangkan dengan istilah kuatir, tegang, prihatin, takut seperti jantung
berdebar-
debar, keluar keringat dingin, mulut kering, tekanan darah tinggi dan susah tidur.
3)Depresi
Keadaan yang ditandai dengan hilangnya gairah dan semangat. Terkadang disertai
rasa sedih.
2. Adaptasi
a. Pengertian adapatasi
b. Tujuan Adaptasi
1) Adaptasi fisiologis
Adalah proses dimana respon tubuh terhadap stresor untuk mempertahankan fungsi
kehidupan, dirangsang oleh faktor eksternal dan internal, respons dapat dari
sebagian tubuh atau seluruh tubuh serta setiap tahap perkembangan punya stresor
tertentu.
Mekanisme fisiologis adaptasi berfungsi melalui umpan balik negatif, yaitu suatu
proses dimana mekanisme kontrol merasakan suatu keadaan abnormal seperti
penurunan suhu tubuh dan membuat suatu respons adaptif seperti mulai mengigil
untuk membangkitkan panas tubuh. Ketiga dari mekanisme utama yang digunakan
dalam menghadapi stressor dikontrol oleh medula oblongata, formasi retikuler dan
hipofisis. Riset klasik yang telah dilakukan oleh Hans Selye (1946,1976) telah
mengidentifikasi dua respons fisiologis terhadap stres, yaitu:
(1) Respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua sistem.
1) Fase alarm
Merupakan fase perpanjangan stres yang belum dapat tertanggulangi pada fase
sebelumnya. Tahap ini cadangan energi telah menipis atau habis, akibatnya tubuh
tidak mampu lagi menghadapi stres. Ketidakmampuan tubuh untuk
2) Adaptasi Psikologis:
Reaksi ini merupakan koping yang digunakan untuk mengatasi masalah yang
berorientasi pada pross penyelesaian masalah, meliputi afektif, kognitif, dan
psikomotor. Contoh reaksi yang bisa dilakukan yaitu berbicara dengan orang lain,
mencari informasi tentang keadaan yang dialami, melakukan latihan yang dapat
mengurangi stres, serta dapat membuat alternatif pemecahan masalah.
(2) Displacement: suatu upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah psikologis
dengan cara memindahkan tingkah laku pada objek lain, sebagai contoh jika
seseorang terganggu dengan kondisi ramai, maka teman yang disalahkan.
(3) Kompensasi: upaya untuk mengatasi masalah dengan mencari kepuasan pada
situasi yang lain, seperti seseorang yang memiliki masalah penurunan daya ingat
maka akan menonjolkan kemampuan yang dimilikinya.
(6) Supresi: upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah dengan menekan
masalah yang tidak diterima dengan sadar serta individu tidak mau memikirkan
hal yang kurang menyenangkan.
(7) Denial: upaya pertahanan diri dengan cara penolakan terhadap masalah yang
sedang dihadapi atau tidak mau menerima kenyataan yang dihadapinya.
3) Adaptasi perkembangan
Masa remaja bisa disebut sebagai puncak stress seseorang. Disinilah masa dimana
pertentangan antara naluri keremajaannya berbenturan dengan peraturan, konflik,
tuntutan, dominasi, keluarga dan lingkungan. Peralihan masa dari jiwa kanak-
kanak yang labil menuju jiwa yang lebih dewasa. Di masa remaja inilah stress
yang akan menentukan tingkat kedewasaan seseorang.
Menerima kehamilannya
Membina hubungan dengan janin
Menyesuaikan perubahan fisik
Menyesuaikan perubahan hubungan suami istri
Persiapan melahirkan dan menjadi orang tua
Krisis
Stresor
Periode masa nifas merupakan waktu dimana ibu mengalami stress pasca
persalinan, terutama pada ibu primipara. Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam
beradaptasi pada masa nifas adalah sebagai berikut
Fungsi yang memengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi menjadi
orang tua
Respons dan dukungan dari keluarga dan teman dekat
Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan sebelumnya
Harapan, keinginan, dan aspirasi ibu saat hamil juga melahirkan
Periode ini di ekspresikan oleh reva rubin yang terjadi pada tiga tahap berikut ini
1. Taking in period
Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat
bergantung pada orang lain, focus perhatian pada tubuhnya, ibu lebih mengingat
pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami, serta kebutuhan tidur dan
nafsu makan meningkat
3. Letting go period
Di alami setelah tiba ibu dan bayi dirumah. Ibu mulai secara penuh
menerima tanggung jawab sebagai ‘’seorang ibu’’ dan menyadari atau merasa
kebutuhan bayi sangat bergantung pada dirinya.Hal-hal yang harus dapat di penuhi
selama masa nifas adalah sebagai berikut :