Anda di halaman 1dari 16

FENOMENA KUANTUM

A. Radiasi Benda Hitam


Radiasi adalah perpindahan kalor dalam bentuk gelombang-gelombang
elektromagnetik. Sedangkan yang benda hitam itu hanyalah model yang melukiskan suatu
benda yang permukaannya sedemikian rupa sehingga menyerap semua radiasi yg datang
padanya. Sebetulnya setiap benda secara kontinu memancarkan kalor dalam bentuk radiasi,
namun efek radiasinya itu tidak selalu tampak oleh mata kita, karena mata hanya dapat
melihat radiasi yang menghasilkan cahaya tampak.
Umumnya benda-benda di sekeliling kita itu dapat dilihat dikarenakan benda-benda
tersebut memantulkan sinar yang sesaat diterima oleh benda itu, dan bukan karena
meradiasikan kalor. Benda-benda baru terlihat memancarkan cahaya jika suhu benda
tersebut > 1000 K. Apabila suhu radiasi cukup tinggi, maka spektrum warna cahaya yang
diradiasikan akan berubah.

1. Hukum Stefan-Boltzmann
Pada tahun 1879 seorang ahli fisika dari Austria, Josef Stefan melakukan eksperimen untuk
mengetahui karakter universal dari radiasi benda hitam. Ia menemukan bahwa daya total
per satuan luas yang dipancarkan pada semua frekuensi oleh suatu benda hitam panas
(intensitas total) adalah sebanding dengan pangkat empat dari suhu mutlaknya. Sehingga
dapat dirumuskan:

Dengan I menyatakan intensitas radiasi pada permukaan benda hitam pada semua
frekuensi, T adalah suhu mutlak benda, dan σ adalah tetapan Stefan-Boltzman, yang
bernilai 5,67 × 10-8 Wm-2K-4. Gambar berikut memperlihatkan spektrum cahaya yang
dipancarkan benda hitam sempurna pada beberapa suhu yang berbeda. Grafik tersebut
memperlihatkan bahwa antara antara panjang gelombang yang diradiasikan dengan suhu
benda memiliki hubungan yang sangat rumit.

1
Untuk kasus benda panas yang bukan benda hitam, akan memenuhi hukum yang sama,
hanya diberi tambahan koefisien emisivitas yang lebih kecil daripada 1 sehingga:

Intensitas merupakan daya per satuan luas, maka persamaan diatas dapat ditulis sebagai:

Keterangan:
P = daya radiasi (W)
Q = energi kalor (J)
A = luas permukaan benda (m2)
e = koefisien emisivitas
T = suhu mutlak (K)

Beberapa tahun kemudian, berdasarkan teori gelombang elektromagnetik cahaya, Ludwig


Boltzmann (1844 – 1906) secara teoritis menurunkan hukum yang diungkapkan oleh
Joseph Stefan (1853 – 1893) dari gabungan termodinamika dan persamaan-persamaan
Maxwell. Oleh karena itu, persamaan diatas dikenal juga sebagai Hukum Stefan-
Boltzmann, yang berbunyi:

“Jumlah energi yang dipancarkan per satuan permukaan sebuah benda hitam dalam
satuan waktu akan berbanding lurus dengan pangkat empat temperatur
termodinamikanya”.

2
1. Hukum Pergeseran Wien
Hukum Wien menyatakan bahwa makin tinggi suhu suatu benda hitam, makin pendek
panjang gelombang tempat pancaran maksimum itu terjadi. Hukum Wien dapat
digunakan untuk menjelaskan gejala semakin tinggi suhu suatu bintang, makin biru
warnanya dan makin rendah suhunya makin merah warnanya.
Jika suatu benda, misal logam, terus dipanaskan pada suhu tinggi maka warna pijarnya
berubah mulai dari pijar merah (kira-kira 500 derajat Celcius) sampai ke putih (kira-kira
1400 derajat Celcius).

Bentuk grafik antara intensitas radiasi cahaya terhadap panjang gelombangnya,


dinamakan grafik I dan lambda. Tampak bahwa untuk suhu yang lebih tinggi (T1 > T2 >
T3), panjang gelombang untuk intensitas cahaya maksimum (atau energi cahaya
maksimum) bergeser ke panjang gelombang yang lebih pendek.

Dengan mempelajari penjelasan tersebut dan melakukan beberapa pengukuran, Wilhelm


Wien pada tahun 1896 menyatakan hukumnya, yang dikenal dengan hukum pergeseran
Wien.

Hukum pergeseran Wien isinya:

“Panjang gelombang untuk intensitas cahaya maksimum berkurang dengan meningkatnya


suhu”

Pengertian dan Isi Hukum Pergeseran Wien

3
Hukum pergeseran Wien dinyatakan dengan persamaan:

Dengan catatan:

T = suhu mutlak benda hitam (K)

C = tetapan pergeseran Wien = 2,90 x 10 -3 m K


λ = Panjang Gelombang pada Intensitas maksimum
2. Teori Klasik Radiasi Benda Hitam
Apakah teori pergeseran Wien itu sudah pasti benar, rasanya masih perlu diuji lagi
tentang kebenarannya. Ternyata teori Wien hanya berlaku kalau panjang gelombang
cahaya radiasi berkisar antara 1 µm s/d 4 µm, lebih dari itu untuk panjang gelombang
yang lebih panjang terjadi penyimpangan.

Rayleigh dan Jeans juga menyelidiki tentang radiasi benda hitam ini, dan mereka
mendapatkan bahwa teorinya cocok untuk panjang gelombang radiasi yg panjang
gelombangnya terletak di antara 12 µm s/d 18 µm, tetapi ketika suhu benda makin
tinggi, di mana panjang gelombang cahaya yang diradiasikan makin pendek terjadi
penyimpangan, bahkan ketika panjang gelombang radiasi makin pendek lagi,
kerapatan energy yang dipancarkannya mrnjadi tak terhingga. Peristiwa ini dinamakan
bencana ultra violet.

4
3. Teori Planck tentang Radiasi Benda Hitam
Pada tahun 1900, fisikawan Jerman, Max Planck, mengumumkan bahwa dengan
membuat suatu modifikasi khusus dalam perhitungan klasik dia dapat menjabarkan
fungsi P (λ,T) yang sesuai dengan data percobaan pada seluruh panjang gelombang.

Hukum radiasi Planck menunjukkan distribusi (penyebaran) energi yang


dipancarkan oleh sebuah benda hitam. Hukum ini memperkenalkan gagasan baru dalam
ilmu fisika, yaitu bahwa energi merupakan suatu besaran yang dipancarkan oleh sebuah
benda dalam bentuk paketpaket kecil terputus-putus, bukan dalam bentuk pancaran
molar. Paket-paket kecil ini disebut kuanta dan hukum ini kemudian menjadi dasar teori
kuantum.

Distribusi spektrum radiasi benda hitam terhadap panjang gelombang pada T = 1.600K.
Rumus Planck menyatakan energi per satuan waktu pada frekuensi v per satuan selang
frekuensi per satuan sudut tiga dimensi yang dipancarkan pada sebuah kerucut tak
terhingga kecilnya dari sebuah elemen permukaan benda hitam, dengan satuan luas
dalam proyeksi tegak lurus terhadap sumbu kerucut.

Pernyataan untuk intensitas jenis monokromatik Iv adalah:

Iv = 2hc -2v3/(exp (hv/kT) –1) ....................................... (2)

dengan h merupakan tetapan Planck, c adalah laju cahaya, k adalah tetapan Boltzmann,
dan T adalah temperatur termodinamik benda hitam.
Intensitas juga dapat dinyatakan dalam bentuk energi yang dipancarkan pada panjang
gelombang λ per satuan selang panjang gelombang. Pernyataan ini dapat dituliskan
dalam bentuk:

5
Rumus Planck dibatasi oleh dua hal penting berikut ini.

1. Untuk frekuensi rendah v << (kT/h), dan panjang gelombang yang panjang λ >>
(hc/kT), maka akan berlaku rumus Rayleigh-Jeans.

Iv = 2.c - 2.v2.k.T atau Iλ = 2.c.λ-4 .k.T

Pada persamaan tersebut tidak mengandung tetapan Planck, dan dapat diturunkan
secara klasik dan tidak berlaku untuk frekuensi tinggi, seperti energi tinggi, karena sifat
kuantum foton harus pula diperhitungkan.

2. Pada frekuensi tinggi v >> (kT/h), dan pada panjang gelombang yang pendek λ <<
(hc/kT), maka akan berlaku rumus Wien:

Iv = 2.h.c - 2v3exp (-hv/kT) atau Iλ = 2.h.c2. λ−5 exp (-hv/λkT)

Max Planck menyatakan dua anggapan mengenai energi radiasi sebuah benda hitam.

1. Pancaran energi radiasi yang dihasilkan oleh getaran molekul-molekul benda


dinyatakan oleh:

E = n.h.v ........................................................ (4)

dengan v adalah frekuensi, h adalah sebuah konstanta Planck yang nilainya


6,626 × 10-34 Js, dan n adalah bilangan bulat yang menyatakan bilangan kuantum.
dengan v adalah frekuensi, h adalah sebuah konstanta Planck yang nilainya
6,626 × 10-34 Js, dan n adalah bilangan bulat yang menyatakan bilangan kuantum.

2. Energi radiasi diserap dan dipancarkan oleh molekul-molekul secara diskret yang
disebut kuanta atau foton. Energi radiasi ini terkuantisasi, di mana energi untuk satu
foton adalah:

E = h.v ........................................................ (5)

dengan h merupakan konstanta perbandingan yang dikenal sebagai konstanta Planck.


Nilai h ditentukan oleh Planck dengan menyesuaikan fungsinya dengan data yang
diperoleh secara percobaan. Nilai yang diterima untuk konstanta ini adalah:

h = 6,626× 10-34 Js = 4,136× 10-34 eVs.

6
Planck belum dapat menyesuaikan konstanta h ini ke dalam fisika klasik, hingga
Einstein menggunakan gagasan serupa untuk menjelaskan efek fotolistrik.

Materi Fisika :
Konstanta Planck h merupakah tetepan fundamental yang besarnya sama dengan
perbandingan antara energi E dari suatu kuantum energi terhadap frekuensinya.

Teori Kuantum Planck E = nh( c/λ )


Rumus Minimal Konversi
Energi Foton 1 elektron volt = 1 eV = 1,6 x 10-34joule
E = hf 1 angstrom = 1 Å = 10−10 meter
E = h( c/λ ) 1 nanometer = 1 nm = 10−9 meter
Daya → Energi tiap sekon
Energi Foton Sejumlah n Intensitas → Energi tiap sekon persatuan
E = nhf luas

Hukum radiasi Planck :


8𝜋ℎ𝑐𝜆−5
u(λ,T) = ℎ𝑐
𝑒 −1
𝜆𝑘𝑇

dengan
h = tetapan Planck (6,6 x 10-34 Js)
c = cepat rambat cahaya (3,0 x 108 m/s)
k = tetapan Boltzmann (1,38 x 10-23 J/K)
T = suhu mutlak benda hitam

B. Dualisme Cahaya

1. Efek Fotolistrik
Efek fotolistrik yaitu terlepasnya dilakukan Einstein lebih dikenal dengan
elektron dari permukaan logam karena sebutan efek fotolistrik.
logam tersebut disinari cahaya. Untuk
menguji teori kuantum yang Percobaan Efek Fotolistrik
dikemukakan oleh Max Planck,
kemudian Albert Einstein mengadakan
suatu penelitian yang bertujuan untuk
menyelidiki bahwa cahaya merupakan
pancaran paket-paket energi yang
kemudian disebut foton yang memiliki
energi sebesar hf. Percobaan yang

7
Gambar tersebut menggambarkan skema dan dihubungkan dengan sumber
alat yang digunakan Einstein untuk tegangan arus searah (DC). Pada saat alat
mengadakan percobaan. Alat tersebut tersebut dibawa ke dalam ruang gelap,
terdiri atas tabung hampa udara yang maka amperemeter tidak menunjukkan
dilengkapi dengan dua elektroda A dan B
adanya arus listrik. Akan tetapi pada saat amperemeter menunjukkan adanya arus
permukaan Katoda (A) dijatuhkan sinar listrik.

Hal ini menunjukkan adanya aliran arus listrik. Aliran arus ini terjadi karena adanya elektron yang

terlepas dari permukaan (yang selanjutnya disebut elektron foto) A bergerak menuju B. Apabila
tegangan baterai diperkecil sedikit demi sedikit, ternyata arus listrik juga semakin mengecil dan
jika tegangan terus diperkecil sampai nilainya negatif, ternyata pada saat tegangan
mencapai nilai tertentu (-Vo), amperemeter menunjuk angka nol yang berarti tidak ada arus
listrik yang mengalir atau tidak ada elektron yang keluar dari keping A. Potensial Vo ini
disebut potensial henti, yang nilainya tidak tergantung pada intensitas cahaya yang
dijatuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa energi kinetik maksimum elektron yang keluar
dari permukaan adalah sebesar :

Grafik hubungan antara intensitas dengan potensial henti

dengan : m = massa elektron (kg)


v = kecepatan elektron (m/s)
Ek =energi kinetik elektron foto (J atau e = muatan elektron (C)
eV) Vo = potensial henti (volt)

8
Berdasarkan hasil percobaan ini ternyata tidak semua cahaya (foton) yang
dijatuhkan pada keping akan menimbulkan efek fotolistrik. Efek fotolistrik akan timbul
jika frekuensinya lebih besar dari frekuensi tertentu. Demikian juga frekuensi minimal
yang mampu menimbulkan efek fotolistrik tergantung pada jenis logam yang dipakai.

Teori kuantum mampu menjelaskan peristiwa ini karena menurut teori kuantum
bahwa foton berarti hanya menambah banyaknya foton, tidak menambah energi foton
selama frekuensi foton tetap memiliki energy yang sama yaitu sebesar hf sehingga
menaikkan satu intensitas foton. Menurut Einstein energi yang dibawa foton adalah
dalam bentuk paket, sehingga energi ini jika diberikan pada elektron akan diberikan
seluruhnya, sehingga foton tersebut lenyap. Oleh karena elektron terikat pada energi ikat
tertentu, maka diperlukan energi minimal sebesar energi ikat elektron tersebut.

Besarnya energi minimal yang diperlukan untuk melepaskan elektron dari energy ikatnya
disebut fungsi kerja (Wo) atau energi ambang. Besarnya Wo tergantung pada jenis logam
yang digunakan. Apabila energi foton yang diberikan pada elektron lebih besar dari
fungsi kerjanya, maka kelebihan energi tersebut akan berubah menjadi energi kinetik
elektron. Akan tetapi jika energi foton lebih kecil dari energi ambangnya (hf < Wo) tidak
akan menyebabkan elektron foto. Frekuensi foton terkecil yang mampu menimbulkan
elektron foto disebut frekuensi ambang. Sebaliknya panjang gelombang terbesar yang
mampu menimbulkan elektron foto disebut panjang gelombang ambang. Sehingga
hubungan antara energi foton, fungsi kerja dan energy.

Grafik hubungan antara Ek dengan f

kinetik elektron foto dapat dinyatakan dalam persamaan :

E = Wo + Ek atau Ek = E – Wo

sehingga

Ek = hf – hfo = h (f – fo)

9
dengan :

Ek = energi kinetik maksimum elektron foto


h = konstanta Planck
f = frekuensi foton
fo = frekuensi ambang

2. Produksi Sinar-X

Tampak bahwa tabung sinar-X menyebabkan terpancarnya radiasi EM.


menyerupai fotosel yang dioperasikan
secara terbalik. Jika dalam efek
fotolistrik,radiasi EM yang mengenai
target logam menyebabkan electron
terpancar dari permukaan target logam.
Dalam tabung sinar-X berlaku
kebalikannya,yaitu electron-elektron
yang mengenai target logam justru

Filamen dipanaskan dengan mengalirkan


arus listrik sampai filament berpijat dan

terbentuk awan-awan electron disekitar filament tersebut yang siap untuk meninggalkan
filamen menuju anode target (logam tungsten). Jika beda potensial tinggiV hingga ribuan
volt diberikan antara anode,dan katode electron-elektron akan memiliki EK= ev yang
cukup besar sehingga elekron-elektron ditembakkan dengan kecepatan tingg menuju ke
anode. Electron-elektron menumbuk anode target dan electron-elektron berinteraksi
dengan atom-atom target. Interaksi ini menyebabkan arah gerak electron-elektron
dibelokkan sehingga terjadi pengurangan energy kinetiknya dan energy kinteik ini
dibawa oleh foton sinar-X yang dipancarkan.

Energy kinetic electron-elektron sebagian dipindahkan ke foton sinar-X yang


dipancarkan sehingga electron-elektron diperlambat. Proses pembentukan sinar-X disebut

10
bremsstrahlung,berasal dari bahasa Jerman yang berarti radiasi pengereman (braking
radiation) karena sinar-X dipancarkan sementara electron-elektron diperlambat.

a. Frekuensi Cutoff

Sinar – sinar-X yang dihasilkan dengan cara ini tidak semuanya memiliki
frekuensi yang sama; ada suatu spectrum kontinu dari frekuensi-frekuensi sampai
ke suatu harga maksimum,yang disebut frekuensi cutoff. Secara khas sebuah
electron memancarkan banyak foton sementara electron diperlambat,masing
masing foton mengambil bagian dari energy kinetic electron. Frekuensi
maksimum terjadi ketika semua energy kinetic electron dibawa menjauh oleh
sebuah foton tunggal.

hfmaks = EK

b. Sinar-X Karakteristik cutoff,tetapi tidak mengubah


Spectrum sinar-X mengandung frekuensi puncak-puncak
beberapa puncak sengat runcing karakteristik.
yang bertindihan pada spectrum
kontinu sinar-X yang dihasilkan
oleh bremsstrahlung puncak -
puncak ini disebut sinar-X
karakteristik karena frekuensi-
frekuensi ini adalah karakteristik
dari bahan-bahan yang digunakan
sebagai anode target dalam tabung
sinar-X. Mengubah tegangan yang
diberikan pada sebuah tabung
sinar-X mengubah frekuensi

3. Momentum Foton dan Efek Compton


a. Momentum Foton
Eisnten menyatakan kesetaraan antara massa dan energy dengan persamaan E = mc2..
Dalam efek fotolistrik yang dijatuhkan pada keeping logam diperlukan sebagai paket-
paket energy yang disebut foton dengan energy ttiap foton sebesar E= hf .
mc2 = hf

11
ℎ𝑓
= mc
𝑐

Dari persamaan tersebut diperoleh persamaan momentum relativistic sebuah foton


ℎ𝑓
p = mc =
𝑐
𝑐 1 𝑓
Nilai λ atau = sehingga dapat diperoleh
𝑓 𝜆 𝑐

ℎ ℎ
p = atau λ =
𝜆 𝑝

dengan :

b.Efek Compton
Efek compton ditemukan oleh Arthur Holy Compton pada tahun 1923. Menurut teori
kuantum cahaya, foton berlaku sebagai partikel, hanya foton tidak memiliki massa diam.
Jika pendapat ini benar, maka berdasarkan peristiwa efek fotolistrik yang dikemukakan
oleh Einstein, Arthur Holy Compton pada tahun 1923 telah mengamati gejala-gejala
tumbukan antara foton yang berasal dari sinar X dengan elektron. Compton mengamati
hamburan foton dari sinar X oleh elektron dapat diterangkan dengan menganggap bahwa
ℎ𝑓
foton seperti partikel dengan energi hf dan momentum cocok seperti yang diusulkan
𝑐
oleh Einstein.

Penemuan Efek Compton

Percobaan Compton cukup sederhana yaitu sinar X monokromatik (sinar X yang memiliki
panjang gelombang tunggal) dikenakan pada keping tipis berilium sebagai sasarannya.
Kemudian untuk mengamati foton dari sinar X dan elektron yang terhambur dipasang
detektor. Sinar X yang telah menumbuk elektron akan kehilangan sebagian energinya yang

12
kemudian terhambur dengan sudut hamburan sebesar θ terhadap arah semula. Berdasarkan
hasil pengamatan ternyata sinar X yang terhambur memiliki panjang gelombang yang lebih
besar dari panjang gelombang sinar X semula. Hal ini dikarenakan sebagian energinya
terserap oleh elektron. Jika energi foton sinar X mula-mula hf dan energi foton sinar X yang
terhambur menjadi (hf – hf’) dalam hal ini f > f’, sedangkan panjang gelombang yang
terhambur menjadi tambah besar yaitu λ > λ’.

Skema Percobaan Efek Compton

Skema percobaan Compton untuk menyelidiki tumbukan foton dan elektron

Dengan menggunakan hukum kekekalan momentum dan kekekalan energi Compton


berhasil menunjukkan bahwa perubahan panjang gelombang foton terhambur dengan
panjang gelombang semula, yang memenuhi persamaan :

Keterangan :

Besaran sering disebut dengan panjang gelombang Compton. Jadi jelaslah sudah
bahwa dengan hasil pengamatan Compton tentang hamburan foton dari sinar X
menunjukkan bahwa foton dapat dipandang sebagai partikel, sehingga memperkuat teori
13
kuantum yang mengatakan bahwa cahaya mempunyai dua sifat, yaitu cahaya dapat
sebagai gelombang dan cahaya dapat bersifat sebagai partikel yang sering disebut sebagai
dualime gelombang cahaya.

4. Dualisme Cahaya

Cahaya memiliki sifat dualisme,yaitu dalam peristiwa tertentu cahaya bersifat


sebagai gelombang (difraksi dan inteferensi cahaya) dan pada peristiwa lain cahaya bersifat
sebagai partikel (efek fotolistrik dan hamburan Compton). Dengan memerhatikan sifat
dualism ini, Louis de Broglie berpikir sebaliknya,momentum partikel yang bergerak
dengan kecepatan v dinyatakan oleh p = mv sehingga jika partikel seperti electron mungkin
bersifat gelombang,yang dinyatakan sebagai berikut :

ℎ ℎ
λ= =
𝑝 𝑚𝑣

dengan :

λ = panjang gelombang partikel yang bergerak atau panjang gelombang de Broglie (m)

h = tetapan Planck (6,63 x 10-34 J s)

m = massa diam partikel (kg)

v = laju partikel (m/s)

Tiga tahun setelah de Broglie mengemukakan teorinya,C.J.Davisson dan L.H. Germer


berhasil mengamati difraksi electron dari permukaan suatu kristal padat. Mereka melihat
bahwa berkas electron dihamburkan oleh atom-atom permukaan nikel tepat seperti yang
diperkirakan untuk difraksi gelombang menurut rumus Bragg dan memiliki panjang
gelombang yang sesuai degan yang diberikan oleh persamaan de Broglie. Hasil percobaan
ini adalah hasil persetujuan pertama dari ide de Broglie bahwa partikel electron yang
bergerak dapat memiliki sifat gelombang yang dicirikan oleh panjang gelombangnya.

Setahun kemudian pada tahun 1928 G.P.Thomson dari Skotlandia mengamati pola-pola
difraksi electron dengan melewatkan electron-elektron melalui foil-foil emas sangat tipis.
Sejak saat itu berbagai pola difraksi diamati pada atom-atom helium,atom-atom hydrogen
dan neutron. Dengan demikian,sifat universal gelombang partikel telah diterima.

Dalam percobaan difraksi electron,berkas electron dipercepat oleh tegangan


pemercepat V. tegangan pemercepat V memberikan energi potensial listrik eV pada
electron,sehingga diperoleh (e = 1,6 x 10-19 C).

14
Energi potensial eV diubah menjadi energi kinetic electron sehingga diperoleh

EPlistrik = EK

1
eV = mv2
2

2𝑒𝑉
v=√
𝑚

panjang gelombang de Broglie electron

Dengan : λ = panjang gelombang de Broglie electron (m)

h = tetapan Planck (6,6 x 10-34 J s)

m = massa electron (9,1 x 10-31 kg)

e = muatan electron (1,6 x 10-19 C)

V = tegangan pemercepat (V)

Mikroskop Elektron

Sebuah perangkat yang didasarkan pada sifat gelombang dari electron-elektron


adalah mikroskop electron yang dalam banyak hal serupa dengan mikroskop biasa.
Perbedaannya adalah mikroskop electron memiliki daya urai jauh lebih besar sebab
electron – electron dapat dipercepat sampai energy kinetic tinggi,memberikan electron-

15
elektron suatu panjang gelombang sangat pendek. Panjang gelombang khas electron kira-
kira 100 kali lebih pendek daripada panjang gelombang cahaya tampak yang digunakan
dalam mikroskop optic. Oleh karena itu,mikroskop electron memiliki daya urai kira kira
100 kali lebih besar.

kemudian sejajar dan difokuskan


oleh kumparan-kumparan magnet
yang didesain khusus untuk
berfungsi seperti lensa. Berkas
electron menumbuk ibjek sasaran
yang sangat tipis hingga berkas
electron yang diteruskan tidak
diperlambat atau terlalu banyak
dihamburkan. Kemudian berkas
electron difokuskan oleh lensa
magnetic kedua yang berfungsi
seperti lensa objektif pada
mikroskop biasa. Akhirnya,berkas
electron melalui lensa magnetic
ketiga yang berfungsi seperti
lensa okuler dalam mikroskop
biasa. Lensa ini memproyeksikan
berbagai electron ke sebuah layar
berpendar agara bayangan akhir
Elektron – electron yag dihasilkan dapat dilihat.
oleh filament yang dipanasi (bedil
electron) dipercepat oleh beda
potensial besar. Berkas electron

16

Anda mungkin juga menyukai