Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU DENGAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI

DAN ASUHAN KEBIDANAN PADA PERDARAHAN DI LUAR HAID


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman.
Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini penulis akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu penulis harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan - masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Bekasi, November 2018

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah Sistem Reproduksi wanita akan menjalankan fungsinya bila dalam


keadaan normal. Seluruh organ reproduksi mempunyai fungsinya masing- masing. Namun tidak
menutup kemungkinan bila organ – organ reproduksi akan tidak lagi berfungsi dengan baik.
Yang pada akhirnya akan mengganggu jalannya sistem reproduksi.

Gangguan sistem reproduksi pada wanita secara umum dapat dikatagorikan ke dalam:
gangguan perkembangan, endokrinologi, proses infeksi, dan neoplasma. Salah satu gangguan
sistem reproduksi adalah mastitis yaitu merupakan peradangan pada payudara, yang dapat
disertai atau tidak disertai infeksi. Penyakit ini biasa menyertai laktasi.
Kadang – kadang keadaan ini dapat menjadi fatal bila tidak diberi tindakan yang adekuat.
Abses payudara, pengumpulan nanah lokal di dalam payudara, merupakan komplikasi berat dan
memerlukan biaya yang sangat besar. Penelitian terbaru menyatakan bahwa mastitis dapat
meningkatkan risiko penularan HIV melalui menyusui. Dan masih banyak gangguan sistem
reproduksi lainnya seperti fibro adenoma, kista sarcoma filodes, kanker, tumor jinak dan tumor
ganas.
Gangguan sistem reproduksi ini dapat segera diatasi sebelum terlambat dan mengganggu
sistem reproduksi secara keseluruhan. Oleh karena itu dibutuhkan pendeteksian secara dini serta
penanganan yang baik dan benar.
Haid adalah peristiwa luruhnya dinding rahim (endometrium) yang terjadi secara siklik dan
normalnya setiap bulan terjadi. Haid dialami oleh wanita yang merupakan salah satu tanda seks primer
normal. Haid terjadi secara fisiologis karena adanya siklus hormon yang terjadi di dalam tubuh.
Ada kalanya ditemukan adanya perdarahan per vaginam yang terjadi di luar haid. Terjadinya perdarahan
di luar haid ini bisa disebabkan berbagai faktor penyebab, salah satunya karena adanya kelainan.
Sebagaimana diketahui perdarahan di luar haid adalah perdarahan yang terjadi di antara 2 siklus haid.
Ada 2 macam perdarahan dilur haid yakni metroragia, dan menometroragia.

Perdarahan di luar haid biasanya baru diketahui setelah pasien mengeluh mengenai perdarahan
iini, namun untuk menegakkan diagnosis tersebut tentu diperlukan pemeriksaan tertentu. Namun,
masyarakat terutama kaum wanita masih awam mengenai perdarahan di luar haid ini, baik itu
penyebab, gejala maupun bagaimana cara mengatasinya
1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Asuhan kebidanan pada ibu dengan gangguan sistem reproduksi
2. Untuk mengetahui pengertian , tujuan jenis , penyebab , penanganan mastitis
3. Untuk mengetahui pengertian , tujuan jenis , penyebab , penanganan fibroadenoma
4. Untuk mengetahui pengertian , tujuan jenis , penyebab , penanganan kista sarcoma filodes
5. Untuk mengetahui pengertian , tujuan jenis , penyebab , penanganan sarcoma
6. Untuk mengetahui pengertian , tujuan jenis , penyebab , penanganan kanker payudara
7. Untuk mengetahui pengertian , tujuan jenis , penyebab , penanganan tumor jinak payudara
8. Untuk mengetahui pengertian , tujuan jenis , penyebab , penanganan polip endometrium
9. Untuk mengetahui pengertian , tujuan jenis , penyebab , penanganan erosi portio
10. Untuk mengetahui pengertian , tujuan jenis , penyebab , penanganan ulcus portio
11. Untuk mengetahui pengertian , tujuan jenis , penyebab , penanganan trauma polip
endometrium

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Asuhan kebidanan pada ibu dengan gangguan sistem reproduksi

Sistem reproduksi wanita akan menjalankan fungsinya bila dalam keadaan


normal. Seluruh organ reproduksi mempunyai fungsinya masing – masing. Namun tidak
menutup kemungkinan bila organ – organ reproduksi akan tidak lagi berfungsi dengan
baik. Yang pada akhirnya akan mengganggu jalannya sistem reproduksi.
Gangguan sistem reproduksi pada wanita secara umum dapat dikatagorikan ke
dalam : gangguan perkembangan, endokrinologi, proses infeksi, dan neoplasma.
Salah satu gangguan sistem reproduksi adalah mastitis yaitu merupakan
peradangan pada payudara, yang dapat disertai atau tidak disertai infeksi. Penyakit ini
biasa menyertai laktasi. Kadang – kadang keadaan ini dapat menjadi fatal bila tidak diberi
tindakan yang adekuat. Abses payudara, pengumpulan nanah lokal di dalam payudara,
merupakan komplikasi berat dan memerlukan biaya yang sangat besar. Penelitian terbaru
menyatakan bahwa mastitis dapat meningkatkan risiko penularan HIV melalui menyusui.
Dan masih banyak gangguan sistem reproduksi lainnya seperti fibro adenoma,
kista sarcoma filodes, kanker, tumor jinak dan tumor ganas. Gangguan sistem reproduksi
ini dapat segera diatasi sebelum terlambat dan mengganggu sistem reproduksi secara
keseluruhan. Oleh karena itu dibutuhkan pendeteksian secara dini serta penanganan yang
baik dan benar.
2.1.1 Mastitis
1. Pengertian
Mastitis adalah peradangan pada payudara, yang disebabkan karena infeksi
pada jaringan payudara atau disebabkan karena adanya penyumbatan.

2. Penyebab
Dua penyebab utama mastitis adalah statis ASI dan infeksi. Statis ASI
biasanya merupakan penyebab primer yang dapat disertai atau berkembang
menuju infeksi.
Gunther pada tahun 1958 menyimpulkan dari pengamatan klinis
bahwa mastitis diakibatkan oleh stagnasi ASI di dalam payudara, dan bahwa
pengeluaran ASI yang efisien dapat mencegah keadaan tersebut. Ia
menyatakan bahwa infeksi, bila terjadi, bukan primer, tetapi diakibatkan oleh
stagnasi ASI sebagai media pertumbuhan bakteri.
3. Tanda dan Gejala
Tanda – tanda dari mastitis yaitu :
a. Payudara bengkak dan nyeri.
b. Payudara tampak merah pada keseluruhan atau di tempat tertentu.
c. Payudara terasa keras.
d. Penderita merasa lesu.
e. Ada demam dan rasa sakit umum.
4. Macam – macam mastitis
Mastitis dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Mastitis puerperalis
Yaitu mastitis yang biasa terjadi pada ibu menyusui. Biasanya
terjadi karena diakibatkan ibu yang tidak menyusui bayinya,
pembatasan frekuensi atau durasi menyusui, atau penghisapan yang
tidak efektif, sehingga akan terjadi bendungan ASI, dan bendungan
ASI yang semakin parah akan menyebabkan terjadinya mastitis.
b. Mastitis non puerperalis
Mastitis non puerperalis ini biasa terjadi pada wanita di usia
menjelang menopause (mastitis periductal), atau dapat juga terjadi
karena disebabkan oleh kuman staphylococcus.
Pada wanita menjelang menopause diduga akibat perubahan
hormonal dan aktivitas menyusui di masa lalu. Pada saat menjelang
menopause terjadi penurunan hormon esterogen yang menyebabkan
adanya jaringan yang mati. Tumpukkan jaringan tersebut dan air susu
menyebabkan penyumbatan pada saluran di payudara. Penyumbatan
menyebabkan buntunya saluran dan akhirnya melebarkan saluran
dibelakangnya, yang biasa terletak di belakang puting payudara. Dan
akhirnya akan terjadi reaksi peradangan yang disebut mastitis.
5. Pencegahan
Perawatan puting susu pada waktu laktasi merupakan usaha penting
untuk mencegah mastitis perawatan terdiri atas:
a. Membersihkan puting susu dengan baby oil sebelum dan sesudah
menyusui untuk menghilangkan kerak dan susu yang sudah
mengering.
b. Memperbaiki posisi menyusui, terutama bila tidak terdapat puting.
c. Menyusui sesering mungkin.
d. Istirahat cukup, makanan yang bergizi.
e. Bila isapan bayi tidak cukup mengurangi rasa penuh dari payudara,
atau bila puting susunya tertarik sampai rata sehingga bayi sulit
mengenyut, ibu harus memeras ASI nya.
6. Pengobatan
Pengobatan pada payudara yang tegang/ indurasi dan kemerahan, yaitu:
a. Istirahat yang cukup.
b. Kompres payudara secara bergantian.
c. Pijat daerah yang sakit.
d. Jangan berhenti menyusui meskipun payudara meradang.
e. Susuilah lebih sering payudara yang meradang.
f. Pemberian terapi antibiotik.
7. Asuhan kebidanan pada ibu dengan mastitis
Asuhan kebidanan yang dapat diberikan kepada ibu yang mengalami
mastitis adalah :
a. Menganjurkan ibu untuk beristirahat yang cukup.
b. Lakukan pengompresan pada payudara ibu dengan kompres dingin dan
kompres hangat secara bergantian, serta anjurkan pada ibu untuk
mengulanginya lagi dirumah.
c. Lakukan pemijatan pada daerah yang sakit secara perlahan – lahan.
d. Anjurkan ibu untuk terus menyusui bayinya lebih sering.
e. Anjurkan ibu makan makanan yang bergizi.
f. Pemberian antibiotik dan analgesik.
g. Jika keadaan semakin parah, rujuk ibu ke fasilitas pelayanan yang
lebih lengkap.
2.1.2 Fibroadenoma
1. Pengertian
Fibro adenoma adalah benjolan padat yang kecil dan jinak pada payudara
yang terdiri dari jaringan kelenjar dan fibrosa. Benjolan tersebut berasal dari
jaringan fibrosa (mesenkim) dan jaringan glanduler (epitel) yang berada di
payudara, sehingga tumor ini disebut sebagai tumor campur (mix tumor), tumor
tersebut dapat berbentuk bulat atau oval, bertekstur kenyal atau padat, dan
biasanya nyeri. Fibroadenoma ini dapat kita gerakkan dengan mudah karena pada
tumor ini terbentuk kapsul sehingga dapat mobil, sehingga sering disebut sebagai
”breast mouse”.

2. Gejala
Pertumbuhan fibro adenoma mammae umumnya tidak menimbulkan rasa
sakit, hanya ukuran dan tempat pertumbuhannya yang menyebabkan nyeri pada
mammae. Pada saat disentuh kenyal seperti karet.
3. Terapi
Terapi untuk fibro adenoma tergantuk dari beberapa hal sebagai berikut:
a. Ukuran
b. Terdapat rasa nyeri atau tidak
c. Usia pasien
d. Hasil biopsy
Terapi dari fibro adenoma mammae dapat dilakukan dengan operasi
pengangkatan tumor tersebut, biasanya dilakukan general anaesthetic pada operasi
ini. Operasi ini tidak akan merubah bentuk dari payudara, tetapi hanya akan
meninggalkan luka atau jaringan parut yang nanti akan diganti oleh jaringan
normal secara perlahan.
4. Askeb Pada Ibu Dengan Fibro Adenoma
Asuhan kebidanan yang dapat diberikan kepada ibu yang mengalami Fibro
adenoma adalah:
a. Lakukan anamnesa dengan cermat.
b. Lakukan pemeriksaan pada payudara, perhatikan adanya benjolan, ukuran,
bentuk, dan nyeri tekan, serta apakah berstektur kenyal atau padat.
c. Beritahu kepada ibu hasil pemeriksaan.
d. Memberikan dukungan psikis, dan emosional kepada ibu.
e. Lakukan rujukan.
2.1.3 Kista sacroma filodes
1. Pengertian
Tumor filodes di payudara, merupakan tumor yang jarang terjadi
dibandingkan dengan fibro adenoma. Tumor filodes (sistosarkoma filoides)
merupakan suatu neoplasma jinak yang bersifat menyusup (invasive) secara local
dan dapat menjadi ganas (10-15%). Pertumbuhannya cepat dan dapat ditemukan
dalam ukuran yang besar. Tumor ini terdapat pada semua usia, tetapi kebanyakan
terdapat pada usia sekitar 45 tahun.
Tumor filodes ini dapat berukuran kecil sekitar 3-4 cm, dan dapat pula
dalam ukuran yang sangat besar dan membuat payudara menjadi besar (bengkak).
Tumor ini disebut sistosarkoma filodes, sebuah nama yang diperolehnya lebih
dari 150 tahun yang lalu, yang ditemukan oleh seorang ilmuwan Jerman bernama
Johannes Muller pada tahun 1838.
2. Gambaran klinik
Tumor ini bentuknya bulat atau lonjong dengan batas yang tegas dan dapat
digerakkan (mobil). Konsistensi tumor filodes ini ada bagian yang kistik dan
padat seperti karet, tidak melekat pada kulit dan otot pectoralis serta permukaan
kulit yang tegang dan mengkilat.
3. Penatalaksanaan
Lesi yang menempati sebagian besar payudara terbaik ditata laksana
dengan mastektomi total. Karena kelenjar limfe jarang terlibat, maka tidak perlu
dilakukan pengangkatan kelenjar limfe. Lesi kecil dapat ditata laksana dengan
eksisi lokal. Tindakan lebih radikal tidak dibenarkan, karena neoplasma ini
bersifat sebagai sarkoma jaringan lunak ringan ketimbang suatu karsinoma yang
berasal dari kelenjar.
4. Askeb Pada Ibu Dengan Kista Sarcoma Filodes
Asuhan Kebidanan yang diberikan pada ibu dengan kista sarcoma filodes
adalah :
a. Lakukan anamnesa dengan cermat.
b. Lakukan pemeriksaan pada payudara, perhatikan adanya benjolan, ukuran,
bentuk, mobil (dapat digerakkan), berstektur kenyal atau padat dan nyeri
tekan, serta apakah kulit payudara terlihat tegang dan mengkilat.
c. Beritahu kepada ibu hasil pemeriksaan.
d. Memberikan dukungan psikis, dan emosional kepada ibu.
e. Lakukan rujukan.
2.1.4 Sacroma
1. Pengertian
Sarcoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung. Sarcoma
secara umum dibagi kedalam dua kelompok yaitu tulang dan jaringan lunak.
2. Jenis
Ada empat tipe utama dari sarkoma tulang, yaitu randro sarkoma, sarkoma
ewing, fibrosarkoma dan osteosarkoma.
3. Penyebab Sarcoma Kaposi
Pada penderita AIDS, penyakit ini terjadi akibat gangguan sistem
kekebalan dan penelitian terakhir menyebutkan adanya kombinasi antara
gangguan sistem kekebalan dengan sejenis virus herpes 8 (HHV8).
4. Patofisiologi Sarcoma Kaposi
Meskipun namanya adalah Sarkoma Kaposi, namun, Sarkoma Kaposi
bukanlah sarkoma yang sebenarnya, yang merupakan tumor yang muncul dari
jaringan mesensim. Sarkoma Kaposi muncul sebagai kanker endothelium limfatik
dan membentuk jaringan vaskular yang diisi dengan sel darah, memberikan tumor
ini karakteristik kemunculan seperti-luka memar.
Lesi Sarkoma Kaposi berisi tumor sel dengan karakteristk bentuk
memanjang yang tidak normal dan disebut sel spindle. Tumor ini sangat bersifat
vaskular, berisi pembuluh darah tebal yang tidak normal, yang membocorkan sel
darah merah pada jaringan yang mengelilinginya dan memberikan tumor warna
gelapnya. Peradangan disekitar tumor dapat menyebabkan rasa nyeri dan
pembengkakan.
Walaupun Sarkoma Kaposi dapat diduga dari kemunculan lesi dan faktor
resiko pasien, diagnosis dapat hanya dibuat oleh biopsi dan pemeriksaan
mikrosokop, yang akan menunjukan kehadiran sel spindle. Deteksi protein viral
LANA pada sel mengkonfirmasi diagnosis.
5. Gambaran Klinis
Luka KS berupa lesi dan noda yang berwarna-warni merah, ungu, coklat,
atau hitam, dan biasanya Luka tersebut biasanya ditemukan pada kulit, walau bisa
juga tersebar di tempat lain terutama mulut, gastrointestinal tract dan saluran
pernafasan. Pertumbuhan dari sangat lambat ke sangat cepat.
2.1.5 Kanker payudara
1. Pengertian
Kanker payudara adalah kanker pada jaringan payudara yang merupakan
gangguan yang dapat mempengaruhi organ dalam tubuh ditandai dengan oleh
proliferasi sel abnormal jaringan epitel pada duktus lafiferis atau lobulus pada
payudara, membentuk massa yang padat, terbentuk tumor yang sering disebut
neoplasma. Neoplasma kemudian menyebar ke jaringan sekitar dan akhirnya
mempengaruhi fungsi normal.
Ini adalah jenis kanker paling umum yang diderita kaum wanita. Kaum
pria juga dapat terserang kanker payudara, walaupun kemungkinannya lebih kecil
dari 1 di antara 1000. Penyakit ini oleh Word Health Organization (WHO)
dimasukkan ke dalam International Classification of Diseases (ICD).

2. Etiologi
Menurut Moningkey dan Kodim, penyebab spesifik kanker payudara
masih belum diketahui, tetapi terdapat banyak faktor yang diperkirakan
mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara diantaranya:
a. Faktor reproduksi: Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan
risiko terjadinya kanker payudara adalah nuliparitas, menarche pada umur
muda, menopause pada umur lebih tua, dan kehamilan pertama pada umur
tua. Risiko utama kanker payudara adalah bertambahnya umur. Diperkirakan,
periode antara terjadinya haid pertama dengan umur saat kehamilan pertama
merupakan window of initiation perkembangan kanker payudara. Secara
anatomi dan fungsional, payudara akan mengalami atrofi dengan
bertambahnya umur. Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa
sebelum menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh
sebelum terjadinya perubahan klinis.
b. Penggunaan hormon: Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya
kanker payudara. Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan
bahwa terdapat peningkatan kanker payudara yang signifikan pada para
pengguna terapi estrogen replacement. Suatu metaanalisis menyatakan bahwa
walaupun tidak terdapat risiko kanker payudara pada pengguna kontrasepsi
oral, wanita yang menggunakan obat ini untuk waktu yang lama mempunyai
risiko tinggi untuk mengalami kanker payudara sebelum menopause.
c. Penyakit fibrokistik: Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma, dan
fibrosis, tidak ada peningkatan risiko terjadinya kanker payudara. Pada
hiperplasis dan papiloma, risiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali.
Sedangkan pada hiperplasia atipik, risiko meningkat hingga 5 kali.
d. Obesitas: Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk
tubuh dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause. Variasi
terhadap kekerapan kanker ini di negara-negara Barat dan bukan Barat serta
perubahan kekerapan sesudah migrasi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
diet terhadap terjadinya keganasan ini.
e. Konsumsi lemak: Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko
terjadinya kanker payudara. Willet dkk. melakukan studi prospektif selama 8
tahun tentang konsumsi lemak dan serat dalam hubungannya dengan risiko
kanker payudara pada wanita umur 34 sampai 59 tahun.
f. Radiasi: Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas
meningkatkan terjadinya risiko kanker payudara. Dari beberapa penelitian
yang dilakukan disimpulkan bahwa risiko kanker radiasi berhubungan secara
linier dengan dosis dan umur saat terjadinya eksposur.
g. Riwayat keluarga dan faktor genetik: Riwayat keluarga merupakan
komponen yang penting dalam riwayat penderita yang akan dilaksanakan
skrining untuk kanker payudara. Terdapat peningkatan risiko keganasan pada
wanita yang keluarganya menderita kanker payudara. Pada studi genetik
ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen tertentu. Apabila
terdapat BRCA 1, yaitu suatu gen kerentanan terhadap kanker payudara,
probabilitas untuk terjadi kanker payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun
dan sebesar 85% pada umur 70 tahun.
3. Tanda dan gejala
a. Fase awal : asimtomatik
b. Tanda umum : benjolan/penebalan pada payudara
c. Tanda dan gejala lanjut :
1) kulit cekung
2) Retraksi/deviasi puting susu
3) Nyeri tekan/raba
4) Kulit tebal dan pori-pori menonjol seperti kulit jeruk
d. Tanda metastase :
1) nyeri pada bahu, pinggang, punggung bawah
2) Batuk menetap
3) Anoreksia
4) BB turun
5) Gangguan pencernaan
6) Kabur
7) Sakit kepala
4. Pemeriksaan Diagnostik
a) Mammografi Menemukan kanker insito yang kecil yang tidak dapat dideteksi
dengan pemeriksaan fisik.
b) SCAN (CT, MRI, galfum), ultra sound.
c) Untuk tujuan diagnostik, identifikasi metastatik, respon pengobatan.
d) Biopsi (aspirasi, eksisi)
Untuk diagnosis banding dan menggambarkan pengobatan.
e) Penanda tumor
Zat yang dihasilkan dan disekresi oleh dalam serum (alfa feto protein, HCG
asam fosfat).
1) Dapat menambah dalam mendiagnosis kanker tetapi lebih bermanfaat
sebagai prognosis/ monitor terapeutik.
2) Reseptor estrogen/progesteron assay yang dilakukan pada jaringan
payudara untuk memberikan informasi tentang manipulasi hormonal.
f) Tes skrining kimia : elektrolit, tes hepar, hitung sel darah.
g) Foto toraks
h) USG
5. Pengobatan
Ada beberapa pengobatan kanker payudara yang penerapannya banyak
tergantung pada stadium klinik penyakit (Tjindarbumi, 1994), yaitu :
a) Mastektomi
Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Ada 3 jenis mastektomi
(Hirshaut & Pressman, 1992) :
1) Modified Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh
payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang
iga, serta benjolan di sekitar ketiak.
2) Total (Simple) Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara
saja, tetapi bukan kelenjar di ketiak.
3) Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara.
Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada jaringan
yang mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara. Operasi ini selalu
diikuti dengan pemberian radioterapi. Biasanya lumpectomy
direkomendasikan pada pasien yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan
letaknya di pinggir payudara.
b) Radiasi
Penyinaran/radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena
kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan
membunuh sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi (Denton,
1996). Efek pengobatan ini tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang,
warna kulit di sekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan leukosit
cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi.
c) Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam
bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel
kanker. Tidak hanya sel kanker pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh
(Denton, 1996). Efek dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan
muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada
saat kemoterapi.
6. Askeb Pada Ibu Dengan Kanker Payudara
Asuhan kebidanan yang dapat diberikan kepada ibu yang mengalami
kanker payudara adalah:
a) Lakukan anamnesa dengan cermat.
b) Lakukan pemeriksaan pada payudara, perhatikan adanya benjolan, ukuran,
bentuk, dan nyeri tekan, serta apakah berstektur kenyal atau padat.
c) Beritahu kepada ibu hasil pemeriksaan.
d) Memberikan dukungan psikis, dan emosional kepada ibu.
e) Lakukan rujukan.
2.1.6 Tumor jinak payudara
110597103-Makalah-Askeb-IV-Gangguan-Sistem-Reproduksi.pdf
1. Pengertian
Tumor jinak Adalah benjolan tidak normal akibat pertumbuhan sel yang terjadi secara
terus menerus (Kumar dkk, 2007). Merupakan benjolan pada payudara yang biasanya
terdiri dari gumpalan lemak yang terbungkus dalam suatu wadah yang menyerupai
kantong yang sifatnya jinak dan tidak menyebar ke bagian lain pada tubuh istilah tumor
sering digunakan untuk semua tonjolan dan diartikan sebagai pembengkakan, yang
dapat disebabkan baik oleh neoplasma maupun oleh radang, atau perdarahan.
Neoplasma membentuk tonjolan, tetapi tidak semua tonjolan disebabkan oleh
neoplasma (Sukardja, 2000).
2. Jenis Tumor Jinak
Menurut Samsuhidajat ( 2004 ), tumor jinak payudara terdiri dari :
1) Fibroadenoma
Merupakan neoplasma jinak yang terbentuk baik dalam jaringan payudara glandular
maupun dalam jaringan stromal. Fibroadenoma biasa terjadi pada usia 20 hingga
30-an tahun.
2) Tumor filoides
Merupakan neoplasma jinak yang bersifat menyusup secara local dan mungkin
ganas, pertumbuhannya lebih cepat.
3) Papiloma intraduktus
Adalah lesi jinak yang berasal dari duktus laktiferus di bawah areola, gejalanya
berupa pengeluaran cairan yang berdarah dari puting susu.
4) Adenosis sclerosis
Adalah kelainan fibrokistik, tampak poliferasi jinak ditandai dengan gejala lobulus
payudara membesar, terdistorsi oleh jaringan berserat ( Pamungkas, 2011).
5) Lipoma
Adalah suatu tumor (benjolan) jinak yang berada dibawah kulit yang terdiri dari
lemak. Biasanya lipoma dijumpai pada usia lanjut (40-60 tahun), namun juga dapat
dijumpai pada anak-anak. Lipoma bersifat lunak pada perabaan, dapat digerakkan,
dan tidak nyeri, pertumbuhannya sangat lambat dan jarang sekali menjadi ganas.
Lipoma kebanyakan berukuran kecil, namun dapat tumbuh hingga mencapai lebih
dari diameter 6 cm ( Sjamsuhidajat, 2004).
6) Nekrosis
Lemak Terjadi ketika area pada jaringan lemak payudara mengalami kerusakan,
akibat adanya luka pada payudara. Biasanya dapat terjadi setelah menjalani radiasi
atau pembedahan ( Pamungkas, 2011).
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-neniknurna-7505-2-babii.pdf

3. Etiologi dan Faktor Resiko


Menurut Rosjidi (2000) Sampai saat ini, penyebab pasti tumor payudara
belum diketahui. Namun, ada beberapa faktor resiko yang telah teridentifikasi,
yaitu :
a. Jenis kelamin
Wanita lebih beresiko menderita tumor payudara dibandingkan dengan pria.
Prevalensi tumor payudara pada pria hanya 1% dari seluruh tumor payudara.
b. Riwayat keluarga
Wanita yang memiliki keluarga tingkat satu penderita tumor payudara
beresiko tiga kali lebih besar untuk menderita tumor payudara.
c. Faktor genetik
Mutasi gen BRCA1 pada kromosom 17 dan BRCA2 pada kromosom 13 dapat
meningkatkan resiko tumor payudara sampai 85%. Selain itu, gen p53,
BARD1, BRCA3, dan noey2 juga diduga meningkatkan resiko terjadinya
kanker payudara.
d. Faktor usia
Resiko tumor payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia.
e. Faktor hormonal
Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika tidak
diselingi oleh perubahan hormon akibat kehamilan, dapat meningkatkan
resiko terjadinya tumor payudara.
f. Usia saat kehamilan pertama
Hamil pertama pada usia 30 tahun beresiko dua kali lipat dibandingkan
dengan hamil pada usia kurang dari 20 tahun.
g. Terpapar radiasi
h. Intake alkohol
i. Pemakaian kontrasepsi oral
Pemakaian kontrasepsi oral dapat meningkatkan resiko tumor payudara.
Penggunaan pada usia kurang dari 20 tahun beresiko lebih tinggi
dibandingkan dengan penggunaan pada usia lebih tua.

4. Diagnosis
Diagnosis tumor payudara dapat ditegakkan dengan berdasarkan anamnesis
yang baik, pemeriksaan fisik dasar dan pemeriksaan penunjang. Sedangkan
diagnosis pasti adalah pemeriksaan histopatologi anatomi (Siregar, 2003).
1. Anamnesa : riwayat timbulnya tumor, adanya faktor resiko untuk
terjadinya tumor payudara dan adanya tanda-tanda penyebaran tumor.
2. Pemeriksaan fisik dari tumor payudara
Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
Menurut Djamaloeddin (2005), deteksi dini tumor payudara adalah suatu
usaha untuk menemukan adanya tumor yang belum lama tumbuh, masih
kecil, masih lokal, dan belum menimbulkan kerusakan yang berarti
sehingga masih dapat disembuhkan. Deteksi dini biasanya dilakukan pada
orang-orang yang “kelihatannya sehat”, asimptomatik, atau pada orang
yang beresiko tinggi menderita tumor. Wanita usia 20 tahun ke atas
sebaiknya melakukan SADARI sebulan sekali, yaitu 7-10 hari setelah
menstruasi. Pada saat itu, pengaruh hormon ovarium telah hilang sehingga
konsistensi payudara tidak lagi keras seperti menjelang menstruasi. Untuk
wanita yang telah menopause, SADARI sebaiknya dilakukan setiap
tanggal 1 setiap bulan agar lebih mudah diingat.
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dilakukan dalam tiga tahap,
yaitu :
a.Melihat payudara
b.Memijat payudara
c.Meraba payudara
Jika ditemukan benjolan maka yang akan dilakukan:
1) Lokasi tumor
2) Diskripsi tumor
Universitas Sumatera Utara
Menurut Soeprianto (2003) klinis jinak dan ganas memberikan gambaran
sebagai berikut:
klinis jinak memberikan gambaran
a. Bentuk bulat, teratur atau lonjong.
b. Permukaan rata
c. Konsistensi kenyal, lunak
d. Mudah digerakkan terhadap sekitar
e. Tidak nyeri tekan.
Klinis ganas memberikan gambaran
a. Permukaan tidak rata dan berbenjol-benjol
b. Tepi tidak rata
c. Bentuk tidak teratur
d. Konsistensi keras, padat
e. Batas tidak tegas
f. Sulit digerakkan terhadap jaringan sekitar
g. Kadang nyerti tekan
3. Pemeriksaan penunjang
a. Mammography
b. Ultrasound (USG)
c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
d. Biopsi
Terbuka : dilakukan dengan operasi seperti biasa dapat berupa
pengangkatan seluruh benjolannya (eksisi) atau sebagian saja (insisi).
Tertutup : biopsi aspirasi jarum halus (Djamaloeddin, 2005).

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/31141/Chapter%20II.?sequen
ce=4
5. Penanganan
Beberapa penanganan yang dapat dilakukan untuk tumor vulva, vagina dan
ovarium, yaitu:
1. Pada Tumor Vulva dilakukan tindakan pengangkatan tumor hanya apabila
mengganggu. Tumor kistik vulva yang mengalami infeksi kadang-kadang
memerlukan insisi.
2. Untuk Tumor Vagina penanganan yang dapat dilakukan terutama pada jenis
tumor yang ganas yaitu operasi, radioterapi, vaginektomi, radiasi, ekstirpasi,
kemoterapi.
3. Untuk tumor ovarium neoplastik memerlukan operasi, sedangkan untuk tumor
nonneoplastik tidak. Jika menghadapi tumor ovarium yang tidak memiliki gejala
dan besarnya dengan diameter kurang dari 5 cm, kemungkinan besar tumor
tersebut akan mengalami pengecilan secara spontan dan menghilang. Oleh karena
itu dibutuhkan waktu menunggu selama 2-3 bulan. Jika selama waktu observasi
dilihat peningkatan dalam pertumbuhan tumor tersebut, maka dapat diambil
tindakan operatif. Tindakan operatif pada tumor ganas dan besar, perlu dilakukan
pengangkatan ovarium, dan biasanya disertai dengan pengangkatan tuba.

2.2 Asuhan kebidanan pada perdarahan di luar haid


2.2.1 Polip Endometrium
1. Pengertian
Polip merupakan lesi atau tumor padat jinak berupa adenoma maupun
fibroadenoma yang tumbuh menonjol dan bertangkai, tumbuh di permukaan mukosa
serviks (bagian endoserviks atau intramukosal serviks) dengan variasi eksternal atau
regio vaginal serviks. Polip rahim terbentuk akibat pertumbuhan jaringan
endometrium yang berlebihan. Polip bisa bulat atau oval, dan berbagai ukuran dari
beberapa milimeter (ukuran biji wijen) sampai berukuran beberapa sentimeter
(ukuran bola golf), atau lebih besar.
Polip rahim biasanya merupakan tumor jinak (bukan kanker), tetapi polip ini
dapat menyebabkan masalah pada siklus menstruasi (haid) atau kesuburan
(kemampuan untuk memiliki anak). Polip terdiri dari jaringan padat , berserat(stroma)
, pembuluh darah dan ruang mirip kelenjar yang dilapisi dengan epitel endometrium
Polip rahim adalah pertumbuhan jaringan endometrium yang tidak normal dan
bersifat jinak yang bertangkai. Endometrium merupakan lapisan dalam rahim tempat
melekatnya embrio pada kehamilan. Oleh karena itu disebut juga
sebagai polip endometrium atau polip uterus.

Jane A. Bates(1997). Ultrasonografi Ginekologi Praktis. Cambridge Inggris:


Cambridge University Press. ISBN 1-900121-51-0
SC IENT IA IN U K IRAN A EN WA SI WI Polip Rahim: Gejala, penyebab,
pengobatan

2. Tanda Gejala
Gejala utama polip rahim adalah periode menstruasi yang tidak teratur. Perlu
diketahui bahwa periode menstruasi normal rata-rata berlangsung 4-7 hari. Siklus
terjadi setiap 28 hari, dan dapat bervariasai antara 21 hari sampai 35 hari. Akan tetapi
pada wanita yang memiliki polip rahim, sekitar 50% dari mereka memiliki siklus
menstruasi yang tidak teratur. Gejala lain termasuk menstruasi yang lama atau
pendarahan berlebihan (menorrhagia)

3. Penyebab
Penyebab pasti polip rahim belum diketahui, tetapi fluktuasi
kadar hormon menjadi salah satu faktor risiko. Dalam hal ini, estrogen yang
memiliki efek menyebabkan penebalan endometrium setiap bulan, juga sepertinya
terkait dengan pertumbuhan polip rahim.Wanita yang berusia antara 40 dan 50 tahun
lebih mungkin terkena polip rahim dibandingkan dengan wanita yang lebih muda.
Penyakit ini dapat terjadi pada usia setelah menopause, tetapi jarang terjadi pada
wanita yang berusia di bawah 20 tahun.Faktor risiko lain penyebab polip rahim yaitu
kelebihan berat badan atau obesitas,hipertensi , atau pengguna obat tamoxifen yang
merupakan obat kanker payudara.
4. Diagnosis
Diagnosis polip rahim dapat ditegakkan dengan cara
1. Pemeriksaan ulrasonografi
2. Saline infusion sonogram (SIS) merupakan metode dengan menyuntikkan
larutan infus saline kerongga endometrium kemudian diamati dengan USG
3. melakukan pemeriksaan secara langsung yang berupa kuretase (mengorek
lapisan rahim), kemudian di periksa di laboratorium di bawah mikroskop.
4. Teknik diagnostik lainnya termasuk hysterogram (Rongsen rahim)
histeroskopi (melihat dengan kamera serat optik)
5. Pengobatan
Pengobatan mungkin tidak diperlukan jika polip tidak menimbulkan
masalah apapun. Namun, polip harus ditangani jika telah menimbulkan masalah
seperti pendarahan berat selama periode menstruasi, atau jika mereka diduga
menjadi prakanker atau kanker rahim.
Penanganan juga diperlukan jika telah menyebabkan masalah selama
kehamilan, seperti keguguran, atau mengakibatkan infertilitas pada wanita yang
ingin hamil, dan polip rahim yang ditemukan setelah menopause.
Metode pengobatan polip rahim meliputi:

1. Waspada.
Polip kecil yang tidak menimbulkan gejala dan tanda tidak membutuhkan
pengobatan kecuali beresiko menjadi kanker endometrium
2. Obat
Obat polip rahim membantu mengatur keseimbangan hormonal, seperti
progestin. Obat ini dapat membantu meringankan gejala, sehingga
biasanya gejala akan kembali ketika obat dihentikan.
3. Histeroskopi.
Selain dipakai sebagai alat diagnostik histeroskopi juga dapat digunakan
sebagai metode pengobatan. Jadi ketika alat itu dimasukkan ke dalam
rahim dan ketika terlihat adanya polip, maka langsung dilakukan
pengangkatan.
4. Kuretase.
Kuretase ini juga sama seperti di atas, bahkan terapi bisa dikombinasikan.
Teknik kuretase ini efektif untuk polip kecil. Operasi tambahan mungkin
diperlukan jika polip tidak dapat dibuang dengan menggunakan metode di
atas, atau jika polip bersifat kanker. Prosedur medis yang disebut dengan
histerektomi, atau operasi pengangkatan seluruh rahim, bisa digunakan untuk
kasus-kasus di mana sel-sel kanker ditemukan dalam polip rahim.

6. Pencegahan
Hingga saat ini, belum ada cara yang dapat dilakukan untuk mencegah
polip rahim. Oleh karena itu sangat penting untuk melakukan pemeriksaan
ginekologi secara teratur. Faktor risiko seperti obesitas, tekanan darah tinggi, atau
penggunaan obat tamoxifen perlu dihindari sebagai langkah kehati-hatian. Pola
hidup sehat dapat menjaga keseimbangan hormonal estrogen sehingga dapat
meminimalkan munculnya polip.

2.2.2 Erosi Portio


1. Pengertian
Erosi portio merupakan peradangan pada mulut rahim yang disebabkan
oleh
manipulasi atau keterpaparan oleh benda yang dapat mengakibatkan radang
dan lama-lama menjadi infeksi Erosi portio semakin banyak ditemukan di
masyarakat. Hal ini disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat untuk
memeriksakan secara dini ketika mendapat keluhan seperti keputihan. Erosi
portio disebabkan oleh keterpaparan suatu benda saat pemasangan AKDR dan
pemasangan alat kontrasepsi yang digunakan tidak steril. Bisa juga infeksi
pada mulut rahim, misalnya keputihan yang lama tidak diobati. Infeksi dapat
menyebabkan menipisnya epitel portio dan gampang terjadi erosi portio.
Apabila pengobatan tidak dilakukan secara tuntas dan benar maka, erosi
portio bisa berlanjut kearah keganasan.
(Jurnal Midpro, Vol. 2 / No. 2 /Desember 2010)
Erotio portiones atau yang lebih familiar disebut erosi merupakan bentuk
perlukaan ujung leher rahim (portio uteri). Erosi porsio adalah pengikisan
lapisan mulut Rahim
Andrews, Gilly. 2009. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita (Women's.
Sexual Health). Jakarta: EGC. Brashers, Valentina L. 2008.

2. Tanda Gejala
Jaringan endoserviks ini berwarna merah dan granuler, sehingga serviks akan
tampak merah, erosi dan terinfeksi. Erosi porsio dapat menjadi tanda awal dari
kanker serviks.

3. Penyebab
Penyebab terjadinya erosi portio karena manipulasi atau keterpaparan bagian
tersebut oleh suatu benda, misalnya saat pemasangan AKDR, hubungan
seksual, dan lain-lain. (Mansyoer, FAF: 2005). Akibat terjadinya erosi portio
jika tidak segera mendapat penanganan kemudian akan terjadi cervicitis. Jika
keadaan serviks berubah menjadi permukaannya kasar kemudian akan
terbentuk benjolan seperti kembang kol yang mudah patah dan mudah
berdarah disertai keluar cairan yang khas berwarna coklat dan berbau busuk
berarti keadaan berubah menjadi kanker servks (sulistyawati, 2011). Erosi
portio semakin banyak ditemukan di masyarakat. Hal ini disebabkan
kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan secara dini ketika
mendapat keluhan seperti keputihan Penyebabnya bisa karena infeksi dengan
kuman- kuman atau virus, bisa juga karena rangsangan zat kimia /alat tertentu;
umumnya disebabkan oleh infeksi. Erosi porsio atau disebut juga dengan erosi
porsio adalah hilangnya sebagian / seluruh permukaan epitel squamous dari
serviks. Jaringan yang normal pada permukaan dan atau mulut serviks
digantikan oleh jaringan yang mengalami inflamasi dari kanalis serviks.
Berikut Adalah Penyebab terjadinya erosi portio :
a. Level estrogen : erosi porsio merupakan respons terhadap sirkulasi estrogen
dalam tubuh.
b. Pada wanita yang mengkonsumsi pil KB : erosi porsio lebih umum terjadi
pada wanita yang mengkonsumsi pil KB dengan level estrogen yang tinggi.
c. Wanita yang menjalani Hormon Replacement Therapy (HRT): karena
penggunaan estrogen pengganti dalam tubuh berupa pil, krim , dll. d.
Penyebab lain : infeksi kronis di vagina, douche dan kontrasepsi kimia dapat
mengubah level keasaman vagina dan sebabkan erosi porsio. Erosi porsio juga
dapat disebabkan karena trauma (hubungan seksual, penggunaan tampon,
benda asing di vagina, atau terkena spekulum)
4. Pengobatan
a. Memberikan sediaan Polycresule nt dengan sediaan 36%, yang biasanya
dipakai merk “Albothyl” di daerah erosio pada porsio. (Sarwono, 2005).
b. Melakukan rujukan untuk terapi lanjutan guna penatalaksanaan pemberian
obat.
http://repository.unimus.ac.id/2201/1/ARTIKEL%20SITI%20ISTIANA%202
017.pdf
2.2.3 Ulcus Portio
a. Pengertian
Ulkus portio adalah suatu pendarahan dan luka pada portio berwarna merah
dengan batas tidak jelas pada ostium uteri eksternum.
b. Etiologi
Penggunaan IUD, pemakaian pil, perilaku seksual yang tidak sehat, trauma.
c. Patofisiologi
Proses terjadinya ulkus portio dapat disebabkan adanya rangsangan dari luar
misalnya IUD. IUD yang mengandung polyethilien yang sudah berkarat
membentuk ion Ca, kemudian bereaksi dengan ion sel sehat PO4 sehingga terjadi
koalugasi membaran sel dan terjadilah erosi portio. Bisa juga dari gesekan benang
IUD yang menyebabkan iritasi lokal sehingga menyebabkan sel superfisialis
terkelupas dan terjadilah ulkus portio dan akhir nya menjadi ulkus. Dari posisi IUD
yang tidak tepat menyebabkan reaksi radang non spesifik sehingga menimbulkan
sekresi sekret vagina yang meningkat dan menyebabkan kerentanan sel
superfisialis dan terjadilah erosi portio.Dari semua kejadian ulkus portio itu
menyebabkan tumbuhnya bakteri patogen, bila sampai kronis menyebabkan
metastase keganasan leher rahim.
d. Gejala
a. Adanya fluxus
b. Portio terlihat kemerahan dengan batas tidak jelas
c. Adanya kontak berdarah
d. Portio teraba tidak rata
e. Penanganan
1 Membatasi hubungan suami istri
Adanya ulkus porsio membuat porsio mudah sekali berdarah setiap kali
mengalami gesekan sekecil apapun, sehingga sebaiknya koitus dihindari
sampai ulkus sembuh
2 Menjaga kebersihan vagina
Bila kebesihan vagina tidak dijaga, maka akan dapat memperburuk kondisi
porsio, sebab akan semakin rentan terkena infeksi lainnya.
3 Lama pemakaian IUD harus diperhatikan.
2.2.4 Trauma Polip Endometrium
a) Pengertian
Trauma adalah dari aspek medikolegal sering berbeda dengan
pengertian medis. Pengertian medis menyatakan trauma atau perlukaan
adalah hilangnya diskontinuitas dari jaringan.
Sedangkan dalam pengertian medikolegal trauma adalah
pengetahuan tentang alat atau benda yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan seseorang. Artinya orang yang sehat, tiba-tiba terganggu
kesehatannya akibat efek dari alat atau benda yang dapat menimbulkan
kecederaan.
b) Gejala
Nyeri vulva dan vagina, perdarahan dan pembengkakkan merupakan gejala-
gejala yang paling khas. Kemungkinan gejala lainnya adalah kesulitan dalam
urinasi dan ambulasi

c) Penyebab
Trauma yang menyebabkan perdarahan di luar haid contohnya yang sering
terjadi pada akseptor IUD dan usai berhubungan intim (utamanya pada wanita
yang telah menopause) Tempat perlukaan yang paling sering akibat koitus adalah
dinding lateral Vagina, verniks posterior dan kubah Vagina (setelah histerektomi).
d) Penanganan
Penanganannya sesuai dengan penyebabnya , misalnya trauma yang
disebabkan translokasi IUD, maka IUD nya harus dicabut, dan diganti dengan alat
kontrasepsi lain.Sedangkan buat para wanita yang menopause yang mengalami
perdarahan setelah koitus, bisa diberi terapi hormon.
Bab III

PENUTUPAN

3.1 KESIMPULAN
Gangguan reproduksi pada wanita pada umumnya bermacam – macam
diantaranya yaitu: Mastitis adalah peradangan pada payudara, yang disebabkan karena
infeksi pada jaringan payudara atau disebabkan karena adanya penyumbatan. Fibrio
adenoma adalah benjolan padat yang kecil dan jinak pada payudara yang terdiri dari
jaringan kelenjar dan fibrosa. Kista Sarkoma Filodes merupakan suatu neoplasma jinak
yang bersifat menyusup (invasive) secara local dan dapat menjadi ganas (10-15%).
Pertumbuhannya cepat dan dapat ditemukan dalam ukuran yang besar. Kanker
payudara adalah kanker pada jaringan payudara yang merupakan gangguan yang dapat
mempengaruhi organ dalam tubuh ditandai dengan oleh proliferasi sel abnormal jaringan
epitel pada duktus lafiferis atau lobulus pada payudara, membentuk massa yang padat,
terbentuk tumor yang sering disebut neoplasma.
Neoplasma kemudian menyebar ke jaringan sekitar dan akhirnya mempengaruhi
fungsi normal. Tumor Jinak dan Ganas Pada Vulva, Vagina, dan Ovarium. Tumor
merupakan sekelompok sel-sel abnormal yang terbentuk hasil proses pembelahan sel
yang berlebihan dan tak terkoordinasi. Terdapat perbedaan sifat yang nyata diantara
Tumor jinak dan tumor ganas dan memang membedakannya merupakan tuntutan wajib
bagi praktisi medis

Perdarahan diluar haid adalah perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid.
Ada 2 macam perdarahan diluar haid yitu metroragia dan memometroragi. Metroragia
adalah perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan dengan siklus haid. Perdarahan
ovulator terjadi pada pertengahan siklus sebagai suatuspotting dan dapat lebih diyakinkan
dengan pengukuran suhu basal tubuh. Menoragia adalah perdarahan siklik yang
berlangsung lebih dari 7 hari dengan jumlah darah kadang-kadang cukup banyak

3.2 Saran
Berikut beberapa saran agar dapat mendeteksi gejala- gejala gangguan sistem reproduksi
1. Minimal setiap satu bulan sekali lakukan pemeriksaan SADARI (periksa Payudara
sendiri), Biasanya waktu yang tepat yaitu tiap 1 minggu setelah selesai menstruasi.
Lakukan sesuai Prosedur.
2. Jika menemukan keganjalan atau merasakan ketidakbiasaan dengan pola menstruasi
segera konsultasikan dengan dokter atau bidan.
3. Hindarilah pola kebiasaan yang tidak baik bagi kesehatan, Olahraga yang teratur dan
makan makanan yang bergizi.
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai