3.1 Bayi besar 1) Definisi Bayi besar atau istilah lain dikenal makrosomia, atau Giant Baby (bayi raksasa), adalah bayi dengan berat badan diatas 4 kilogram. Kejadian ini sangat bervariasi antara 8 sampai 10 persen total kelahiran. 2) Etiologi Penyebab bayi mengalami makrosomia adalah : a) Diabetes mellitus (DM) DM mengakibatkan ibu melahirkan bayi besar (makrosomia) dengan berat lahir mencapai 4000-5000 gram atau lebih. Namun bisa juga sebaliknya, bayi lahir dengan berat lahir rendah, yakni dibawah 2000-2500 gram. Dampak yang lebih parah yaitu mungkin janin meninggal dalam kandungan karena mengalami keracunan. Kehamilan merupakan sesuatu keadaan diabetogenik dengan resistensi insulin yang meningkat dan ambilan glukosa perifer yang menurun akibat hormon plasenta yang memiliki aktifitas anti-insulin. Dengan cara ini janin dapat menerima pasokan glukosa secara kontinu. Insidensinta 3- 5% dari seluruh kehamilan. Dapat terjadi hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan sebagainya. Seorang ibu dengan riwayat gula, bila hamil harus melakukan pemeriksaan laboratorium tentang kadar gula darah untuk mencegah terjadinya komplikasi kematian bayi didalam rahim. Pemeriksaan kadar gula darah sebaiknya dilakukan saat usia kehamilan 24-28 minggu, bila kadar gula darah tidak normal, nilai kadar gula harus diturunkan dalam batas normal dengan menggunakan suntikan hormon insulin, karena penggunaan obat penurun gula darah tablet tidak dibenarkan, sebab bisa membahayakan bayi. b) Keturunan (orang tuanya besar) Seorang ibu hamil gemuk beresiko 4 sampai 12 kali untuk melahirkan bayi besar. Bayi besar dapat disebabkan berat badan ibu yang berlebihan baik sebelum hamil (obesitas) maupun kenaikannya selama hamil lebih dari 15 kg. c) Multiparitas dengan riwayat makrosomia sebelumnya Bila bumil punya riwayat melahirkan bayi makrosomia sebelumnya, maka ia beresiko 5-10 kali lebih tinggi untuk kembali melahirkan bayi makrosomia dibandingkan wanita yang belum pernah melahirkan bayi makrosomia karena umumnya berat seorang bayi yang akan lahir berikutnya bertambah sekitar 80-120gr. Bayi besar (bayi dengan berat badan lahir lebih dari 4000 gr) dan sering terjadi pada ibu yang telah sering melahirkan (multipara) dibandingkan dengan kehamilan pertama. 3) Penanganan a) Periksa kehamilan di pos bidan desa atau puskesmas baik itu dilakukan oleh bidan maupun dokter umum akan menjadi tempat skrining awal, ada tidakna masalah kehamilan seorang ibu. b) Dengan periksa hamil teratur dapat ditekan resiko komplikasi bagi ibu yang sering terjadi akibat bayi besar. c) Segera rujuk ke rumah sakit untuk konfirmasi pemeriksaan sonografi/sesar pada saat menjelang persalinan d) Pemeriksaan kadar gula darah 4) Pencegahan Pencegahan dilakukan dengan melakukan penimbangan berat badan ibu secara teratur, pengukuran tinggi fundus uteri dan pola makan yang benar, ANC teratur, USG, pemeriksaan bayi besar dengan USG akan memberikan ketepatan sampai 90%, sedangkan dengan pemeriksaan fisik misalnya dengan berat badan ibu dan tinggi fundus memberikan ketepatan sampai 50%. 5) Persalinan dengan makrosomia Menentukan besarnya janin secara klinis memang sulit. Kadang-kadang baru diketahui adanya janin besar setelah tidak adanya kemajuan persalinan pada panggul normal dan his yang kuat. Periksa dalam panggul normal, janin dengan BB 4000- 5000gr pada umumnya tidak mengalami kesulitan melahirkan, tapi mengingat ibu hamil dengan makrosomia mempunyai resiko besar pada saat persalinan maka lebih baik melahirkan dengan operasi sesar. 3.2 Hydrochepalus 1) Definisi Hydrochepalus adalah keadaan dimana terjadi penimbunan serebrospinalis dalam pentrikel otak, sehingga kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura dan ubun-ubun. Cairan yang tertimbun dalam pentrikel biasanya antara 500-1500ml, akan tetapi kadang- kadang dapat mencapai 5L. Hydrochepalus sering kali disertai kelainan bawaan lain misalnya spinabipida. 2) Epidemiologi Insiden hydrochepalus antara 0,2-4 setiap 1000 kelahiran. Insiden hydrochepalus kongenital adalah 0,5-1,8 pada tiap 100 kelahiran dan 11%-43% disebabkan oleh spinosis aquaductus serebri. Hydrochepalus dapat terjadi pada semua umur. 3) Etiologi Penyebab hydrochepalus terjadi apabila terdapat : Penyubatan aliran cairan cerebro spinals (CSS) pada salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem pentrikel dan tempat absorsi dalam ruang subarackhnoid. Akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS. Hydrochepalus disebabkan oleh satu dari tiga faktor : a. Produksi CSS yang berlebihan, b. Obstruksi jalur CSS c. Gangguan absorsi CSS. 4) Patofisiologi dan patogenesis CSS di produksi ± 0,3ml/menit atau 500ml/hari dengan demikian CSS diperbaharui setiap 8jam pada anak dengan hidrosefalus, produksi CSS ternyata berkurang ± 0,3/menit. CSS di bentuk oleh : plexus choroideus parenchim otak arachknoid. CSS mengalir dari tempat pembentukannya ketempat absorsinya. CSS mengalir dari ventrikel lateralis melalui sepasang foramen Monro ke dalam ventrikel III, dari sini melalui aquaductus sylvius menuju ventrikel IV. 5) Jumlah cairan serebrospinalis a. Dalam otak manusia orang dewasa : jumlah normal CSS = 90 – 150 ml, b. Anak umur 8-10 tahun : 100 – 140ml, c. Bayi : 40 – 60ml, d. Neonatus : 20 – 30ml, e. Prematur kecil : 10 – 20ml. 6) Penanganan Persalinan pada wanita dengan janin hidrosefalus peru dilakukan pengawasan yang seksama, karena bahaya terjadinya ruptur uteri mengancam. Pada hidrosefalus yang nyata, kepala janin harus dikecilkan pada permulaan persalinan. Pada pembukaan 3cm cairan cerebrospinalia dikeluarkan dengan fungsi pada kepala menggunakan jarum spinal, setelah kepala mengecil, bahaya regangan segmen bawah uterus hilang, sehingga tidak terjadi kesulitan penurunan kepala ke dalam rongga panggul. Bila janin dalam letak sungsang, pengeluaran cairan dari kepala yang tidak dapat lahir dilakukan dengan fungsi atau perforasi melalui foramen oksipitalis magnum atau sutura temporalis. Dianjurkan pula untuk mencoba melakukan ventrikulosentesis trans abdominal dengan jarum spinal, kandung kemih harus dikosongkan terlebih dahulu. 7) Akibat hidrosefalus Tanpa tindakan operasi, penimbunan cairan akan mengakibatkan penekanan pada jaringan otak normal dan selanjutnya akan mengganggu berbagai fungsi otak, termasuk fungsi-fungsi vital yang dapat mempengaruhi jantung dan paru. 3.3 Anencephalus 1) Definisi Anensefalus adalah suatu keadaan dimana sebagian besar tulang tengkorak dan otak tidak terbentuk. Anensefalus merupakan suatu kelainan tabung saraf yang terjadi pada awal perkembangan janin yang menyebabkan kerusakan pada jaringan pembentuk otak. Anensefalus terjadi jika tabung saraf sebelah atas gagal menutup, tetapi penyebabnya yang pasti tidak di ketahui. 2) Etiologi Penyebab anensefalus antara lain : faktor mekanik, faktor infeksi, faktor obat, faktor umur ibu, faktor hormonal, faktor radiasi, faktor gizi dan faktor lainnya. Faktor resiko terjadinya anensefalus adalah : faktor ibu usia resti, riwayat anensefalus pada kehamilan sebelumnya, hamil dengam kadar asam folat rendah, fenilketonuria pada ibu yang tidak terkontrol, kekurangan gizi (malnutrisi), mengkonsumsi kafein, tar, alkohol, dan lain-lain selama kehamilan. 3) Gejala anencephalus Gejala janin yang dikandung mengalami anensefalus : a. Jika ibu hamil mengalami polihidramnion (cairan ketuban di dalam rahim terlalu banyak); b. Bayi tidak memiliki tulang tengkorak, tidak memiliki otak (hemisfer serebri dan serebelum); c. Terdapat kelainan gambaran (rancu) tengkorak kepala pada pemeriksaan USG. Untuk menegakkan diagnosa selain dari tanda dan gejala, maka pemeriksaan yang bisa dilakukan adalah : a. Kadar asam lemak dalam serum ibu hamil; b. Amniosentesis (untuk mengetahui adanya peningkatan kadar alfa-fetoprotein) kadar alfa-fetoprotein meningkat (menunjukan adanya kelainan tabung saraf) kadar estriol pada air kemih ibu; kadar estriol dalam urine; lakukan USG. Diagnosa anensefalus dapat dilakukan dalam dua tahap yaitu : diagnosa antenatal dan diagnosa postnatal. Diagnosa antenatal umumnya bila ibu hamil dengan faktor resiko kelainan kongenital. Diagnosa prenatal bila kelainan kongenital sudah positif ditemukan. 4) Prognosis Prognosis untuk kehamilan dengan anensefalus sangat sedikit. Jika bayi lahir hidup, maka biasanya akan mati dalam beberapa jam atau beberapa hari setelah lahir. Perawatan dan penanganan janin/bayi baru lahir dengan anensefalus : a) Perawatan pada bayi anensefalus akan ditunjukan untuk memberikan dukungan emosional kepada keluarga; b) Karena, tidak ada pengobatan untuk anensefalus, kurang nya pembentukan otak, sekitar 75% dapat menyebabkan bayi lahir mati dan sisanya 25% bayi mati dalam beberapa jam, hari, atau minggu setelah kelahiran. Resiko terjadinya anensefalus bisa dikurangi dengan meningkatkan asupan asam folat minimal 3 bulan sebelum hamil dan selama kehamilan bulan pertama. 3.4 Kembar siam 1) Sejarah ditemukan nya kembar siam Istilah kembar siam berawal dari pasangan kembar siam terkenal Chang dan Eng Bunker (1811-1874) yang lahir di Sim (skarang Thailand). Kasus kembar siam tertua yang tercatat adalah Mary dan Eliza Chulkhurst dari Inggris yang lahir di tahun 1100an. Di kandang kerbau hospital di Singapura (1971). Mengidentifikasi 7 kasus kembar siam diantara sekitar lebih dari 400.000 kelahiran ( 1 dalam 60.000). Siam adalah keadaan anak kembar yang organ tubuh keduanya bersatu. Hal ini terjadi apabila zigot dari bayi kembar identil gagal terpisah secara sempurna. Karena terjadinya pemisahan yang lambat, maka pemisahan anak tidak sempurna dan terjadi kembar siam. Kembar identik yang disebut juga sebagai kembar Monozyangotik, yaitu kembar yang berasal dari satu telur. Mempunyai gen yang sama, jenis kelamin yang sama, dan muka yang serupa. Proses terjadinya kembar identik yaitu karen pada masa pembuaha sebuah sel telur matang di buahi oleh sebuah sperma yang membentuk zyangote, kemudian zyangote ini membelah dan berkembang menjadi dua individu. 2) Perbedaan kembar satu telur dan kembar dua telur Kehamilan kembar satu telur : selalu sama jenis kelaminnya rupa nya mirip (seperti bayangan), golongan darah sama, cap tangan dan kaki sama, plasenta 1, chorion 2, amnion 2. Kehamilan kembar dua telur : jenis kelamin tidak sma, persamaan seperti kakak dan adik; golongan darah tidak sma, cap tangan dan kaki tidak sama, plasenta 2, chorion 2, amnion 2. 3) Prognosis Jika pembelahan zyangote ini terjadi saat awal pembuahan (1-3 hari setelah pembuahan) maka setiap embrio biasanya akan memiliki kantong ketuban yang berbeda, dan satu plasenta. Tetapi bila pembelahan terjadi setelah 14 hari maka kemungkinan kembar akan terjadi join/menempel bersama pada bagian dari tubuhnya atau pembelahan yang tidak sempurna di sebut sebagai kembar siam lebih tinggi. Jadi kembar siam terjadi pada kembar monozyangot. 4) Epidemiologi Kasus kembar siam memang lebih sering di temukan di negara-negara berkembang daripada di negara maju. Kebanyakan dari mereka (75%) berjenis kelamin perempuan. Jadi, jika Indonesia berpenduduk 200 juta, ada peluang 1000 kasus kembar siam. Dari semua kelahiran kembar siam, diyakini tidak lebih dari 12 pasangan kembar siam yang hidup di dunia. 5) Klasifikasi kembar siam Kembar siam dempet dada Kembar siam dempet di bagian bawah dada (perut)
Kembar siam dempet bokong (bagian belakang)
Kembar siam dua kepala, satu tubuh, dengan dua kaki
Kembar siam anterior yang bersatu di bagian bawah tubuh
Kembar siam yang bersatu pada bagian bawah tubuh dengan
jantung yang sering kali dibagi Kembar siam tubuh bersatu di kepala dan thorax
6) Penyulit dalam kehamilan dan persalinan
Pada kehamilan kembar hydramnoin sering ditemukan Hydramnion mengakibatkan tinggi nya kematian bayi karena hydramnion mengakibatkan partus prematurus. Anemia juga lebih banyak di temukan pada kehamilan kembar, karena kebutuhan terbagi menjadi dua anak dan ibu. Toxsemia gravidarum lebih sering terjadi pada kehamilan kembar, dibandingkan dengan kehamilan biasanya atau hamil yang tunggal. Partus prematurus selalu mengancam kehamilan kembar karena regangan rahim yang berlebihan. 3.5 Gawat janin 1) Definisi Gawat janin terjadi bila janin tidak menerima cukup oksigen, sehingga mengalami hipoksia. Situasi ini dapat terjadi kronik (dalam jangka waktu lama), atau akut selama persalinan menunjukan hipoksia (kurang oksigen) pada janin. Tanpa oksigen yang adekuat. Pengendalian frekuensi denyut jantung janin secara fisiologis terdiri atas beragam mekanisme yang saling berkaitan dan bergantung pada aliran darah serta oksigenasi. Selain itu, aktivitas mekanisme-mekanisme pengendali ini dipengaruhi oleh keadaan oksigenasi sebelumnya, seperti tampak pada insufisiensi plasenta kronik. 2) Etiologi Etiologi gawat janin yaitu terdiri dari berbagai hal baik dari faktor ibu maupun faktor janin sehingga memicu terjadinya gawat janin. a) Insufisiensi uteroplasenter akut (kurangnya aliran darah uterus plasenta dalam waktu singkat) berupa : aktivitas uterus yang berlebihan, hipertonik uterus, dapat dihubungkan dengan pemberian oksitoksin; Hipotensi ibu, kompresi vena kava, posisi terlentang, perdarahan ibu, solusio plasenta, plasenta previa. b) Insufisiensi uteroplasenter kronik (kurangnya aliran darah uterus-plasenta dalam waktu lama) berupa penyakit hipertensi : pada hipertensi khususnya preeklamsi dan eklamsi terjadi vasopasme yang merupakan akibat dari kegagalan invasi trofoblas kedalam lapisan otot pembuluh darah sehingga pembuluh darah mengalami kerusakan dan menyebabkan aliran darah ke plasenta menjadi terhambat dan menimbulkan hipoksia pada janin yang akan menjadi gawat janin. c) Diabetes mellitus : pada ibu yang menderita DM maka kemungkinan pada bayi akan mengalami hipoglikemia karena pada ibu yang diabetes mengalami toleransi glukosa terganggu, dan seringkali disertai dengan hipoksia. d) Isoimunisasi Rh, Postmaturitas atau dismaturitas, Kompresi (penekanan) tali pusat. 3) Diagnosis Data subjektif dan objektif berupa gerakan janin yang menurun atau berlebihan menandakan gawat janin. Tetapi biasanya tidak ada gejala-gejala subjektif. Seringkali indikator gawat janin yang pertama adalah perubahan dalam pola denyut jantung janin (bradikardia, takikardia, tidak adanya variabilitas atau deselarasi lanjut). Hipotensi pada ibu, suhu tubuh yang meningkat atau kontraksi uterus yang hipertonik atau ketiganya secara keseluruhan dapat menyebabkan asfiksia (kegagalan nafa adekuat pada menit-menit pertama kelahiran) janin. Pola frekuensi denyut jantung janin selama persalinan sebelum pelahiran dilasifikasikan sebagai normal, stress, atau gawat. Tabel 5 NICHD
Pola Interpretasi Workshop
a. Normal a. basal 110-160 dpm b. variabilitas 6-25 dpm c. terdapat akselerasi d. tidak ada deselerasi b. Intermediet Tidak ada kesepakatan (sedang) c. Abnormalia a. Deselerasi lambat atau variable berat yang berulang tanpa variabilitas b. Bradikardi berat tanpa variabilitas
4) Frekuensi denyut jantung janin
Dikatakan denyut jantung janin (DJJ) normal bila dapat melambat sewaktu HIS, dan segera kembali normal setelah relaksasi, DJJ lambat (kurang dari 100 per menit) saat tidak ada his, menunjukan adanya gawat janin, DJJ cepat (lebih dari 180 kali per menit) yang disertai takhikardi ibu bisa karena ibu demam, efek obat, hipertensi atau amnionitis. Jika denyut jantung janin ibu normal, denyut jantung janin yang cepat sebaiknya dianggap sebagai tanda gawat janin. 5) Indkasi-indikasi kemungkinan gawat janin a. Bradikardi : yaitu denyut jantung janin kurang dari 120 denyut per menit. b. Takikardi : akselerasi denyut jantung janin yang memanjang (.160) dapat dihubungkan dengan demam pada ibu yang sekunder terhadap infeksi intrauterine c. Variabilitas denyut jantung janin dasar yang menurun, yang bearti depresi sistem saraf otonom janin oleh medikasi ibu (atropine, skopolamin, diazepam, fenobarbital, magnesium dan analgesic narkotik) d. Pola deselerasi : deselerasi lanjut menunjukkan hipoksia janin yang disebabkan oleh insufisiensi uteroplasenter. Peringatan tentang peningkatan hipoksia janin adalah deselerasi lanjut, penurunan atau tidak adanya variabilitas, bradikardia yang menetap dan pola gelombang sinus. e. Ph darah janin : perdarahan yang dapat menyebabkan turunnya tekanan darah yang secara otomatis menyebabkan turunnya PO2 yang akan menyebabkan terjadi perubahan metabolisme sehingga pembakaran glukosa tidak sempurna dan meninggalkan hasil akhir asam laktat dan asam piruvat. Timbunan asam laktat dan piruvat tidak dikeluarkan melalui plasenta sehingga menimbulkantimbunan yang menyebabkan turun nya ph darah janin, penurunan ph darah janin sampai batas 7,20-7,15 sudah sangat membahayakan kehidupan janin dalam rahim, dimana ph normal janin adalah 7,25.