Anda di halaman 1dari 10

PENGUKURAN KEMENCENGAN (SKEWNESS)

1. KEMENCENGAN SUATU DISTRIBUSI FREKUENSI


a. Simetris
Distribusi dapat berbentuk simentris, yang berarti luas kurva di
sebelah kiri nilai rata rata sama dengan luas kurva di sebelah kanan
nilai rata rata. Distribusi frekuensi yang simetris digambarkan sbb :

b. Menceng ke kiri
Dapat pula menceng ke kiri. Suatu distribusi frekuensi dikatakan
menceng ke kiri jika nilainilai observasi yang berfrekuensi rendah
lebih banyak berada di sebelah kiri dari rata
rata, atau ekor nya menjular ke kiri. Gambar
berikut menunjukkan distribusi frekuensi yang
menceng ke kiri.

c. Menceng ke kanan
Suatu distribusi frekuensi dikatakan menceng ke kanan apabila
sebagian besar nilainilai observasi yang berfrekuensi rendah lebih
banyak berada di sebelah kanan dari nilai rata
rata, atau dikatakan ekor nya menjular ke
kanan. Gambar berikut menunjukkan distribusi
frekuensi yang menceng ke kanan.
Untuk memudahkan pembaca mengingat kemencengan suatu
distribusi frekuensi, mahasiswa akan senang jika mendengar bahwa
nilai ujian di kelas memiliki distribusi yang menceng ke kiri karena ini
berarti nilai nilai yang berada di bahwah rata rata (nilai jelek) tidak
banyak. Sebaliknya mereka akan sedih jika mengetahui bahwa
distribusi nilai ujian kelas menceng ke kanan karena nilai nilai
dengan frekuensi rendah (jarang) terdapat di sebelah kanan rata
rata (nilai bagus).

2. METODA PENGUKURAN KEMENCENGAN


Untuk mengukur kemencengan suatu distribusi frekuensi, dapat
digunakan rumus Koefisien Karl Pearson sebagai berikut :

Di mana :

(x - mo)
Sk =
s

Sk = kemencengan.
x = mean.

mo = modus.
s = deviasi standar.

Jika Sk positif artinya distribusi frekuensi menceng ke kanan, Jika


Sk negatif artinya distribusi frekuensi menceng ke kiri, dan Sk = O
artinya distribusi frekuensi simetris. Rumus Koefisien Karl Pearson di
atas dapat dimodifikasi sebagai berikut :
Diketahui Hubungan antara x , mo dan md adalah :

x - mo = 3 ( x - md )

mo

= x 3 ( x - md )

Sk

= ( x - mo ) / s

Sk =

x - [x - 3(x - md)]
s

3(x - md)]
Sk =
s

a. Gambar Kemencengan

M0 Md
_

Sk negatif, x < mo dan x < md


Gambar Menceng ke kiri

Sk = 0, x = Mo = Md
Gambar simetris

Mo Md x
_
_
Sk positif, x > mo dan x > md
Gambar Menceng ke kanan

Contoh :
Hitunglah tingkat kemencengan dari distribusi berikut ini :
Titik Tengah Jumlah Karyawan
No. Upah / Jam
fi.xi
(xi )
( fi )
1.
300 349
68
324, 5
22.066
2.
350 399
374, 5
142
53.179
3.
400 449
424, 5
100
42. 450
4.
450 499
474, 5
60
28.470
5.
500 549
524, 5
40
20.980
6.
550 599
574, 5
20
11.490
7.
600 - 649
624, 5
10
6.245

Jawab :
a) Menghitung Median
n
440
= 220
Letak Median =
=
2
2

440

Nilai observasi ke 220 terdapat di kelas 440,


maka kelas tersebut merupakan kelas median.
( N / 2 fk )

x Ci
Md = Lmd +
fmd

(440 / 2 210

x 50
= 399,5 +
100

= 404,5

fi.(xi x )2

622.778
296.568
1.850
176.910
435.139,6
58.969,8
108.785
184.880 1.700.99,4

b) Menghitung rata-rata
n

x=

f i . xi

i =1

184.880
=
440
= 420,18

c) Menghitung Modus
d1

Mo = Lmo +
x Ci
d1 + d 2

Kelas 350 399 merupakan kelas


modus karena memiliki frekuensi
yang paling tinggi (142).

74

M o = 349 ,5 +
x 50
74 + 42

= 381,39

d) Menghitung deviasi standar (s)

S=

f i ( xi x ) 2
n 1

1.700.999,4
=
440 1
= 62,25

Menghitung Koefisien Karl Pearson


3( x md )
Sk = ( x m0 ) / s
atau Sk =
S
= ( 420 ,18 381,39 ) / 62 ,25
3 (420 ,18 404 ,5 )
=
= 0,6231
62 , 25
= 62 ,31 %
= 75 ,56 %
Hasil perhitungan permencengan di atas berbeda karena median tidak
sama dengan modus. Rumus mana yang sebaiknya digunakan tergantung
pada kondisi distribusi frekuensinya. Jika kita merasa bahwa modus bukan
suatu nilai sentral yang baik, misalnya terjadi bimodus, maka sebaiknya
menggunakan rumus x dan md.

Hasil perhitungan di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut: Semakin


besar persentase koefensien Karl Pearson, semakin tinggi tingkat kemencengannya. Sk = 75,56% menunjukkan bahwa distribusi frekuensi tersebut
menceng cukup berarti ke kanan. Hal ini dapat dibuktikan dengan cara
menggambar histrogram dari distribusi frekuensi tersebut.

140
120
100
80
60
40
20
0

300.5 349,5 399,5 499,5 549,5 599,5 649,5

Gambar Kemencengan

Kemencengan suatu distribusi juga dapat diukur menggunakan rumus


koefisien Bowley sebagai berikut :
(Q3 Q2 ) (Q2 Q1 )
Di mana :
Sk( Bowley ) =
;
Q1 = Nilai Kwartil 1
(Q3 Q1 )
Q2 = Nilai Kwartil 2
Q3 = Nilai Kwartil 3
Jika nilai koefisien Bowley positif, artinya ( Q3 Q2 ) > ( Q2 Q1 ) maka
distribusi frekuensi menceng ke kanan. Sedangkan bila koefisien Bowley negatif,
artinya ( Q3 Q2 ) < ( Q2 Q1 ), maka distribusi frekuensi menceng ke kiri.
Bila nilai koef. Bowley = 0, artinya ( Q3 Q2 ) = ( Q2 Q1 ), maka simetris.
f

Q1 Q2

Q3

Sk (B) positif ( Q3 - Q2 ) > ( Q2 - Q1 )


x > y
Gambar 6.8

Q1

Q2 Q3

Sk (B) negatif ( Q3 - Q2 ) < ( Q2 - Q1 )


x < y
Gambar 6.9

Q1 Q2 Q3
Sk (B) = 0, ( Q3 - Q2 ) = ( Q2 - Q1 )
x = y
Gambar 6. 10

Soal di depan akan kita hitung tingkat kemencengannya


dengan menggunakan rumus koefisien Bowley.

a) Mencari Q1 :
n 440
= 110
Letak Q1 = =
4
4
Nilai observasi ke 110 terdapat di kelas 350 - 399, maka kelas tsb.
merupakan kelas kwartil 1,

n / 4 fk
Q1 = LQ1 +
x Ci

f Q1
440 / 4 68

= 349 ,5 +
x 50
142

= 364 ,3
b) Mencari Q2
Nilai Q2 adalah sama dengan nilai median, yaitu 404,5.

c) Mencari Q3 :
3n 3(440)
Letak Q3 =
=
= 330
4
4
Nilai observasi ke 330 terdapat pada
kelas 450 - 499, maka kelas tersebut
merupakan kelas kwartil 3 .

Q3

( 3 n / 4 fk )

= LQ 1 +
xC
fQ3

3 x 440 / 4 310

x 50
= 449 ,5 +
60

= 466 ,1

Menghitung koefisien Bowley.


Sk( Bowley )

(Q3 Q2 ) (Q2 Q1 )
=
(Q3 Q1 )

(466,1 404,5) (404 364,3)


(466,1 364,3)
= 21,02 %
=

Selanjutnya menurut Bowley, bila Sk(Bowley) > + 30% atau < - 30%,
maka distrubusi frekuensinya menunjukkan tingkat kemencengan
yang sangat tinggi.

Anda mungkin juga menyukai