Anda di halaman 1dari 6

Hubungan Pengangguran dan Inflasi

Pendahuluan
Dalam melihat kinerja perekonomian suatu negara dapat dilihat dari berbagai indikator
ekonomi diantaranya indikator inflasi dan indikator tingkat pengganguran. Kedua indikator
tersebut menggambarkan kinerja perekonomian suatu negara secara makro. Pengangguran
merupakan masalah yang cukup serius yang dihadapi suatu negara, baik negara berkembang
maupun negara maju. Terlebih bagi negara dengan penduduk yang sangat tinggi, berbagai
kebijakan dilakukan demi meningkatkan investasi, peningkatan kompetensi sehingga dapat
menurunkan tingkat pengangguran. Penggangguran tinggi dapat menghambat pertumbuhan
perekonomian suatu negara yang mengakibatkan tingginya angka kemiskinan bahkan bisa
mendorong tingginya tingkat kriminalitas suatu negara karena dalam rangka pemenuhan
kebutuhan kehidupan yang layak
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk melihat hubungan antara tingkat
pengangguran dan inflasi, hasil penelitian menunjukan adanya hubungan negatif antara tingkat
pengangguran dan inflasi.
Tujuan penulisan essay ini adalah untuk memberikan penjelasan mengenai hubungan
antara inflasi dan pengangguran. Untuk menjawab rumusan masalah tersebut tulisan ini
menggunakan metode deskripsi kualitatif.
Pembahasan
Inflasi
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus - menerus
(continue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di
pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya
ketidaklancaran distribusi barang1.

Teori Inflasi
Di dalam teori kuantitas, dijelaskan bahwa sumber utama terjadinya inflasi adalah karena
adanya kelebihan permintaan (demand) sehingga uang yang beredar di masyarakat bertambah
banyak.
Menurut Sukirno (2010) teori kuantitas membedakan sumber inflasi menjadi tiga yaitu:
1. Teori Inflasi tarikan permintaan atau yang disebut dengan demand pull inflation terjadi
karena adanya kenaikan permintaan agregatif (bersifat agregat) yang kondisi produksinya
telah berada pada kesempatan kerja penuh (full employment). Kenaikan kesempatan kerja
agregatif (agregat demand) selain dapat menaikkan harga – harga juga dapat meningkatkan
produksi. Jika kondisi produksi telah berada pada kondisi kesempatan kerja penuh, maka
permintaan tidak lagi mendorong kenaikan harga – harga yang biasa karena pada kondisi
kesempatan kerja penuh semua faktor produksi telah digunakan disebut inflasi murni.
Namun jika pertambahan permintaan melebihi Gross National Product pada kondisi
kesempatan kerja penuh, ini akan mengakibatkan terjadinya Inflationary Gap dan
selanjutnya terjadilah inflasi. Inflasi ini biasanya terjadi pada perekonomian yang sedang
berkembang pesat.
2. Teori inflasi desakan biaya atau yang disebut dengan Cosh Push Inflation. Pada kondisi
Cosh Push Inflation, tingkat penawaran lebih rendah jika dibandingkan dengan tingkat
permintaan. Ini karena adanya kenaikan harga faktor produksi sehingga produsen terpaksa
mengurangi produksinya sampai pada jumlah tertentu. Penawaran total (agregat supply)
terus menururn karena semakin mahalnya biaya produksi. Apabila keadaan tersebut
berlangsung cukup lama, maka terjadilah inflasi disertai dengan resesi.
3. Teori inflasi diimpor. Inflasi juga dapat bersumber dari kenaikan harga-harga barang yang
diimpor. Inflasi ini akan terwujud apabila barang-barang impor yang mengalami kenaikan
harga mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan pengeluaran perusahaan-
perusahaan.
Tingkat inflasi dihitung dengan IHK, yaitu dengan membandingkan IHK pada tahun dasar
dengan IHK periode pengamatan. IHK di Indonesia dihitung menggunakan formula Laspeyres
yang dimodifikasi sebagai berikut:
Pengangguran
Pengangguran menurut Sukirno (2007) adalah seseorang yang sudah digolongkan dalam
angkatan kerja, yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu,
teteapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkannya.
Menurut Sukirno (2010) membedakan jenis-jenis pengangguran, menjadi dua cara untuk
menggolongkannya yaitu yang pertama adalah berdasarkan sumber atau penyebabnya dan yang
kedua adalah berdasarkan ciri cirinya.
1. Berdasarkan Sumber atau Penyebab
a. Pengangguran normal adalah pengangguran yang disebabkan oleh keinginan pekerja –
pekerja untuk mencari kerja yang lebih baik atau yang lebih sesuai untuk mereka.
b. Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang disebabkan oleh perubahan
gelombang (naik-turunnya) kehidupan perekonomian/siklus ekonomi. Pengangguran ini
dianggap serius apabila kegiatan ekonomi berada di bawah tingkat kesempatan kerja
penuh, dan ini dapat dilihat dari keadaan yang menunjukkan bahwa pendapatan nasional
sebenarnya adalah berada di bawah pendapatan potensial.
c. Pengangguran struktural adalah pengangguran yang disebabkan oleh perubahan struktur
ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang. Pengangguran struktural bisa
disebabkan oleh beberapa kemungkinan seperti sebab permintaan berkuran, sebab
perubahan penggunaan teknologi, sebab kebijakan pemerintah.
d. Pengangguran teknologi yaitu pengangguran yang ditimbulkan oleh adanya penggantian
tenaga manusia oleh mesin-mesin dan bahan kimia.
2. Berdasarkan pada ciri cirinya. Yang termasuk pengangguran berdasarkan ciri-cirinya adalah
pengangguran terbuka, pengangguran tersembunyi, pengangguran bermusim, dan
pengangguran setengah menganggur.
a. Pengangguran tersembunyi adalah keadaan di mana suatu jenis kegiatan ekonomi
dijalankan oleh tenaga kerja yang melebihi dari yang diperlukan.
b. Pengangguran musiman yaitu keadaan pengangguran pada masa – masa tertentu dalam
suatu tahun, misalnya adalah petani. Petani dapat digolongkan sebagai pengangguran
musiman karena mereka tidak selalu dapat bekerja sepanjang tahun.
c. Pengangguran setengah menganggur adalah keadaan pengangguran di mana seseorang
pekerja melakukan kerja jauh lebih rendah dari jam kerja yang normal. Dalam pekerjaan
yang normal, seseorang itu bekerja 40 jam seminggu atau lima/enam hari seminggu.
Seseorang pekerja dapat digolongkan dalam golongan setengah menganggur apabila
hanya bekerja tidak lebih dari 20 jam atau tiga hari dalam seminggu.
d. Pengangguran terbuka yaitu keadaan pengangguran dimana seorang pekerja itu
melakukan kerja jauh lebih rendah dari jam kerja yang normal. Dalam pekerjaan yang
normal seseorang tersebut bekerja 40 jam seminggu atau 5/6 hari seminggu. Seseorang
pekerja dapat digolongkan sebagai pengangguran terbuka apabila dalam satu minggu
seseorang itu melakukan pekerjaan kurang dari 1 hari dalam seminggu atau bahkan tidak
melakukan pekerjaan apapun.
Perhitungan untuk menghitung tingkat pengangguran sebagai berikut:

Kurva Phillips
Kurva phillips menunjukkan hubungan negatif antara presentase perubahan tingkat upah,
tingkat inflasi, dengan tingkat pengangguran. Dapat dilihat dalam garis kurva yang
menunjukkan hubungan negatif adalah arah garis lengkung dari kiri atas menuju kanan bawah.
Hubungan negatif antara tingkat inflasi dan tingkat upah yang tinggi mengakibatkan
menurunnya tingkat pengangguran. Sebaliknya, tingkat pengangguran yang tinggi akan disertai
juga dengan menurunya tingkat upah dan tingkat inflasi. Hasil temuan A.W Phillips selanjutnya
dikembangkan di Amerika Serikat oleh Paul Samuelson dan Robert Solow dengan melakukan
sedikit modifikasi. Hasil studi Paul Samuelson dan Robert Solow membuktikan adanya
hubungan negatif antara laju pertumbuhan inflasi dan laju
pertumbuhan pengangguran
Pada penelitian yang dilakukan di Indonesia menunjukkan sebagai berikut:
1. Riza Ronaldo. 2019. Pengaruh Inflasi dan Tingkat Pengangguran terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Makro di Indonesia. Jurnal Ekonomi, Volume 21 Nomor 2, Juni 2019.
Penelitian menggunakan data inflasi dan pengangguran per semester periode 2011-2015
menunjukkan bahwa
- Inflasi berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Artinya Ketika
inflasi meningkat maka pertumbuhan ekonomi juga akan rendah.
- Pengaruh yang positif dan signifikan antara pengangguran terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia disebabkan walaupun pertumbuhan ekonomi mengalami
peningkatan tetapi tingkat pengangguran tidak mengalami penurunan yang berarti.
2. Nur Siti Annazah & Nurlia Rahmatika. Analisis Hubungan Tingkat Pengangguran dan
Inflasi: Studi Kasus di ASEAN 7. Jurnal Ketenagakerjaan, Vol 14 No 2 Edisi Juli-Desember
2019.
Penelitian menggunakan data inflasi dan pengangguran periode 2009-2018 menunjukkan
bahwa hubungan negatif antara tingkat pengangguran dan inflasi di Negara ASEAN 7.

Hubungan Pengangguran dan Inflasi di Indonesia


Indonesia memiliki tingkat pengangguran dikisaran 5-6% dimana terendah pada tahun 2019
dengan tingkat pengangguran sebesar 5,11% dan tertinggi pada tahun 2021 dengan tingkat
pengangguran sebesar 6,38%. Sedangkan tingkat inflasi sangat berfluaktif dimana terendah
pada tahun 2021 dengan tingkat inflasi sebesar 1,87% dan tertinggi pada tahun 2017 dengan
tingkat inflasi sebesar 3,61% sebagaimana tercermin pada diagram berikut ini:
Perbandingan Inflasi dan Pengangguran
7
6

% (Persentase)
5
4
3
2
1
0
2016 2017 2018 2019 2020 2021
Tahun
Inflasi Pengangguran

Sumber: BPS https://www.bps.go.id/indicator/6/1953/1/jumlah-dan-persentase-penduduk-


bekerja-dan-pengangguran.html dan
https://www.bps.go.id/subject/3/inflasi.html#subjekViewTab3 telah diolah

Penutup
Indikator inflasi dan indikator tingkat pengganguran merupakan indikator yang sangat
berkaitan erat dengan kinerja perekonomian suatu negara secara makro. Berdasarkan berbagai
penelitian menunjukkan bahwa hubungan negatif antara presentase tingkat inflasi dengan tingkat
pengangguran.

Dari tabel diatas menunjukan bahwa jika dilihat dalam 6 tahun, bahwa inflasi dan
pengangguran memiliki pengaruh negatif. Dimana jika tingkat inflasi turun maka tingkat
pengangguran naik. Namun jika dilihat hanya dengan jangka waktu setahun (2017, 2018,
2021), bahwa inflasi dan pengangguran memiliki pengaruh positif.

Referensi
Case K. E., Fair R. C., Oster S.M., 2009, Principles of Economics, Ninth Edition, Pearson
International Edition.
Suseno dan Siti Astiyah. 2009. Inflasi. Seri Kebanksentralan No 22.
Sukirno, Sadono. 2007. Makro Ekonomi. Jakarta: Grafindo Persada
Sukirno, Sadono. 2010. Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta: Rajawali Pers
BPS https://www.bps.go.id/indicator/6/1953/1/jumlah-dan-persentase-penduduk-bekerja-dan-
pengangguran.html dan https://www.bps.go.id/subject/3/inflasi.html#subjekViewTab3

Anda mungkin juga menyukai