Auditing II merupakan bagian dari mata kuliah wajib pada Program Studi
S1 Akuntansi Universitas Hasanuddin dan juga merupakan mata kuliah yang
sangat penting untuk dikuasai oleh mahasiswa sebelum mengambil mata kuliah
auditing III. Idealnya mata kuliah ini hanya dapat diambil jika mahasiswa telah
menempuh matakuliah AUDITING I. Mata kuliah ini membahas mengenai audit
siklus transaksi mulai dari audit siklus pendapatan, audit siklus
pengeluaran, audit siklus produksi, audit siklus jasa personalia, audit
siklus investasi, audit siklus pembiayaan dan juga membahas mengenai
audit saldo kas, penyelesaan audit dan tanggungjawab pasca audit,
penyusunan laporan audit atas laporan keuangan yang telah diaudit,
serta jasa jasa akuntan dan pelaporannya hingga BAPEPAM dan
akuntan Publik.
1
terjadi
3. Sasaran Belajar
2
6. Melaksanakan penyelesaian pengujian dalam siklus pembelian dan
pembayaran
4. Urutan Penyajian
3
9. Audit saldo kas, Audit kas dan instrument keuangan
II. PENDAHULUAN
Adapun ruang lingkup bahan modul yang akan dibahas adalah yang
pertama mengenai pengujian substantive atas piutang usaha yang
terdiri dari sub babnya yaitu Prinsip Akuntansi Berterima Umum Dalam
4
Penyajian Piutang Usaha Di Neraca, Program Pengujian Substantif
Terhadap Piutang Usaha, Prosedur Audit Awal, Prosedur Analitik,
Prosedur Audit Terhadap Transaksi Rinci, Pengujian Terhadap Saldo Akun
Rinci, serta Penyajian Dan Pengungkapan Akun Dalam Laporan
Keuangan. Kemudian materi kedua yaitu mengenai Penentuan Risiko
Deteksi untuk Pengujian Riancian, yang mana meliputi sub bab yaitu
Penentuan Risiko Deteksi untuk Pengujian Rincian. Selanjutnya materi
mengenai Perancangan Pengujian Substantif. Kemudian pembahasan
mengenai PROSEDUR Awal Dan Analitis Pengujian Rincian Transaksi,
yang terdiri atas sub bab Prosedur Awal, Prosedur Analitis, dan
Pengujian Rincian Transaksi. Dan yang terakhir mengenai Pengujian
Rincian Saldo.
8. Urutan pembahasan
5
Pengujian rincian saldo
Berbagai Beban
Tujuan Audit
Manajemen akan menetapkan asersi implisit atau eksplisit tentang transaksi dan
saldo siklus pengeluaran dalam laporan keuangan perusahaan asersi asersi ini
mendefinisikan tujuan audit spesifik dari program audit siklus seperti yang terlihat dala
gambar 3.2. kebanyakan audit atas siklus pengeluaran mencakup tujuan tujuan utama
tersebut, namun tidak dimaksudkan untuk membahas semua situasi yang dihadapi klien.
6
Transaksi
Asersi
atas Saldo
Eksistensi Transaksi Mencatat pembelian barang, jasa, dan aktiva produktif
atau Kejadian yang diterima selama periode berjalan (EO1)
Mencatat transaksi pengeluaran kas yang dilakukan
selama periode berjalan kepada pemasok dan kreditor
(EO2)
Mencatat utang usaha yang mencerminkan jumlah
Saldo
utang perusahaan per tanggal neraca (EO3)
Kelengkapan Transaksi Semua pembelian (C1) dan pengeluaran kas (C2) yang
dilakukan selama periode berjalan telah dicatat.
Saldo
Utang usaha meliputi semua jumlah yang terutang
kepada pemasok barang dan jasa per tanggal nerca (R1)
Hak dan Transaksi Perusahaan bertanggung jawab atas utang yang berasal
Kewajiban dari pencatatan transaksi pembelian (R1).
Saldo
Utang usaha merupakan kewajiban perusahaan per
tanggal neraca
Penilaian atau Transaksi Semua transaksi pembelian (VA1)dan pengeluaran kas
Alokasi (VA2)telah dinilai dengan menggunakan GAAP dan
Saldo dijurnal, diikhtisarkan, serta diposting dengan benar.
Utang usaha dinyatakan dalam jumlah yang benar
(VA3). Saldo beban yang berkaitan telah sesuai dengan
GAAP.
Penyajian dan Transaksi Rincian pembelian (PD1) dan pengeluaran kas (PD2)
Pengungkapa mendukung penyajian dalam laporan keuangan
n Saldo termasuk klasifikasi dan pengungkapannya yang
berkaitan.
Utang usaha (PD4) telah diidentifikasi dan diklasifikasi
dengan benar dalam laporan keuangan.
Pengungkapan yang memadai yang telah dibuat
berkaitan dengan komitmen, kewajiban kontijen, dan
penjaminan serta utang pihak yang mempunyai
hubungan istimewa (PD5)
Gambar 3.2 : Tujuan Audit Spesifik untuk Siklus Pengeluaran
7
Sebelum merancang program audit pengeluaran, auditor harus
mempertimbangkan bisnis klien, kekuatan pasar eksternal yang menggerakkan sektor
bisnis, dan bagaimana kekuatan tersebut mempengaruhi siklus pengerluaran
perusahaan. Setiap perusahaan menghadapi kekuatan pasar yang berbeda, sehingga
membuat permintaan atas arus perusahaan juga berbeda.
Pemahaman tentang bisnis dan industri ini akan membantu auditor dalam
memahami risiko bisnis klien. Selain itu, pemahaman ini juga akan membantu
auditor dalam membuat pertimbangan tentang:
2. Materialitas
3. Risiko Inheren
Dalam menilai risiko inheren untuk asersi asersi siklus pengeluran, auditor
harus mempertimbangkan faktor faktor penting yang dapat mempengaruhi asersi
asersi diseluruh laporan keuangan, serta fakto faktor yang hanya berkaitan dengan
asersi spesifik dalam siklus pengeluaran. Faktor faktor penting yang dapat
8
memotivasi manajemen untuk menyalahsajikan asersi asersi siklus pengeauran
meliputi:
Tekanan untuk menetapkan terlalu rendah beban agar membuat laporan yang
memenuhi target profitabilitas atau norma industri yang telah ditetapkan, yang
dalam kenyataan tidak tercapai akibat faktor faktor seperti kondisi ekonomi
global, nasional atau regional yang mempengaruhi biaya operasi, dampak
perkembangan teknologi terhadap produktivitas perusahaan, atau manajemen
yang tidak baik.
Tekanan untuk menetapkan terlalu rendah utang agar bisa membuat laporan yang
menunjukkan tingkat modal kerja yang lebih tinggi pada saat perusahaan sedang
menghadapi masalah likuidasi atau keraguan tentang kelangsungan usahanya.
Prosedur analitis yang berfokus pada pembelian dan utang usaha akan
memberikan informasi yang sangat dapat diandalkan. Apabila perusahaan sedang
9
berkembang, maka merupakan hal yang biasa untuk memperkirakan pembelian,
persediaan, dan utang usaha tumbuh pada tingkat yang konsisten. Pengetahuan
auditor tentang volume pembelian, dipadukan dengan pengalaman sebelumnya atas
lamanya hari perputaran utang usaha (jumlah rata rata yang dibutuhkan untuk
menyelesaiakan utang), berguna untuk mengestimasi utang tahun berjalan. Meskipun
rasio seperti rasio lancar mudah dihitung, namun risiko ini dapat berfluktuasi
berdasarkan pengaruh dari siklus lainnya diluar siklus pembelaian, seperti penjualan
atau investasi.
Gambar 3.3 : Prosedur Analitis yang Umum Digunakan dalam Audit atas
Siklus Pengeluaran
10
2. KOMPONEN PENGENDALIAN INTERN
Lingkungan Pengendalian
Agen pembelian mungkin mendapat tekanan dari penjual yang ingin, termasuk
menawarkan pembayaran kembali (kickbacks), melakukan transaksi binis yang lebih
besar dengan pemasok tersebut. Komitmen terhadap kompetensi manajemen harus
mencerminkan dalam proses perekrutan pegawai, penugasan, dan pelatihan, atas personel
yang terlibat dalam pemrosesan transaksi pembelian serta pengelauran kas, penyimpanan
aktiva yang dibeli perusahaan, dan pelaporan aktivitas siklus pengelaran. Manajemen juga
dapat mengharuskan pegawai yang terlibat dalam pemrosesan pengluaran kas atau
penyimpanan aktiva yang dibeli untuk mengikat kontrak kerja.
11
Pemahaman tentang bagaimana manajemen bertanggung jawab atas penggunaan sumber
daya perusahaan merupakan hal yang berguna untuk menentukan:
Jika manajemen menunjukkan pertimbangan yang tepat atas risiko risiko di atas
bersama dengan komitmen untuk menjalankan aktivitas pengendalian untuk menghadapi
risiko tersebut, maka kemungkinan salah saji yang berkaitan dengan situasi ini akan
berkurang.
12
Pemantauan
Bebrapa jenis aktivitas pemantauan secra terus menerus atau periodik dalam
komponen ini dapat memberikan manajemen informasi mengenai keefektifan komponen
pengendalian internal lainnya dalam mengurangi risiko salah saji yang berkaitan dengan
transaksi dan saldo siklus pengeluaran. Aktivitas pemantauan yang mengharuskan auditor
mendapatkan pengathuan, apabila berlaku mencakup:
1. Umpan balik yang terus menerus dari pemasok perusahaan menyangkun setiap
masalah pembayaran ataupun masalah pengiriman dimasa depan,
2. Komunikasi dari auditor eksternal tentang kondisi yang dapat dilaporakan atau
kelemahan yang material atas pengendalian internal yang relevan, yang ditemukan
selama audit sebelumnya,
3. Penilaian periodik oleh auditor internal mengenai kebijakan serta prosedur pengendalian
yang berhubungan dengan siklus pengeluaran.
Untuk asersi asersi siklus pengeluaran dimana auditor bermasuk menilai risiko
pengendalian pada tingkat yang rendah, biasanya akan diperlukan pemahaman tentang
13
aktivitas pengendalian tambahan dalam kelima komponen pengendalian internal dan
melakukan pengujian tambahan atas pengendalian tersebut.
Pengendalia umum, yang berkaitan dengan lingkungan komputer dan yang mempunyai
pengaruh pervasif terhadap aplikasi komputer.
Pengendalian aplikasi, yang berkaitan dengan setiap aplikasi akuntansi yang
terkomputerisasi, seperti siklus pengeluaran.
Ingat kembali bahwa jika pengendalian umum tidak efektif, maka pengendalian
aplikasi jarang dapat diandalkan. Akhirnya, pertimbangan akan diberikan pada prosedur
yang digunakan auditor untuk:
Secara khusus, sistem EDP dapat mengubah bentuk dokumen atau file catatan umu
yang tercakup dalam siklus pendapatan. Bagi perusahaan yang menggunakan sistem data
base, catatan transaksi akan disimpan dalam suatu database dan auditor perlu memahami
tabel- tabel utama yang menggerakkan akses ke informasi dalam sistem ini, serta
bagaiaman tabel tabel tersebut berkaiatan satu sama lain. Meskipun demikian, dokumen
dan catatan berikut akan sering ditemukan dalam sebagian besar sistem akuntansi:
Permintaan pembelian. Permintaan tertulis akan barang dan jasa yang diajukan oleh
orang atau departemen yang berwenang pada departemen pembelian.
Pesanan pembelian. Penawaran tertulis dari departemen pembelian kepada penjual
atau pemasok untuk membeli barang atau jasa sebagaimana tertulis dalam pesanan
tersebut.
14
Laporan penerimaan. Laporan yang dibuat atas penerimaan barang yang menunjukkan
jenis dan kuantitas barang yang diterima dari pemasok.
Faktur penjual. Tagihan dari pemasok yang menyebutkan jenis barang yang dikirim
atau jasa yang diberikan, jumlah yag harus dibayar, termin pembayarana, serta tanggal
tagihan tersebut.
Voucher. Suatu formulir internal yang menyebutkan nama pemasok, jumlah yang
harus dibayar, dan tanggal pembayaran untuk pembelian yang tealh diterima. Formulir
ini digunakna untuk mengotorisasi pencatatan dan pembayaran kewajiban. Banyak
sistem pembelian memerlukan paket voucher yang lengkap sebelum menyetujui
pembayaran. Paket voucher ini biasanya berisi salinan permintaan pembelian, pesanan
pembelian, laporan penerimaan, faktur penjualan, dan voucher yang sesuai dengan
semua dokumen yang mendukung transaksi pembelian.
Laporan pengecualian. Laporan yang berisi informasi mengenai transaksi transaksi
yang diidentifikasi untuk diinvestigasi lebih lanjut dengan pengendalian aplikasi
komputer.
Ikhtisar voucher. Laporan yang berisi seluruh voucher yang diproses dalam suatu
batch atau selama hari itu.
Register voucher. Catatan akuntansi formal yang mencatat kewajiban yang telah
mendapat persetujuan untuk dibayar.
File induk pemasok yang telah disetujui. File komputer yang berisi informasi
mengenai penjual dan pemasok yang telah disetujui untuk membeli jasa dari serta
melakukan pembayaran kepadanya.
File pesanan pembelian terbuka. File komputer tentang pesanan pembelian yang telah
dikirim ke para pemasok tetapi barang atau jasa belum diterima.
File penerimaan. File komputer yang berisi informasi tentang kuantitas persediaan
yang diterima dari pemasok.
File transaksi pembelian. File komputer yang berisi data mengenai voucher yang telah
disetujui atas pembelian yang telah siterima. File ini digunakan untuk mencetak
register voucher dan memutakhirkan file utang usaha, persediaan, serta buku besar.
File induk utang usaha. File komputer yang berisi data tentang voucher yang belum
dibayar yang telah disetujui. File dapat disusun oleh pemasok. File ini harus
ditambahkan ke saldo dalam akun pengendali utang usaha.
File suspensi atau penolakan. File komputer yang menahan transaksi transaksi yang
belum diproses karena ditolak oleh program aplikasi komputer.
Fungsi Fungsi
15
Pengujian pembelian. Pada umumnya suatu transaksi diawali oleh proses pemberian
persetujuan atas transaksi yang akan dilakukan dengan pihak ke tiga yang independen.
Banyak perusahaan yang memisahkan subfungsi subfungsi berikut untuk transaksi
dalam jumlah dolar tertentu. Untuk transaksi yang bernilai lebih kecil, suatu
departemen biasanya memiliki ruang gerak yang bebas dalam mengajukan permintaan
dan memesan barang. Apabila perusahaan memberikan kebebasan yang lebih besar
pada suatu departemen untuk mengawali transasksi, maka biasanya perusahaan itu
berupaya menetapkan anggaran dan tanggung jawab pengendalian yang ketat atas
pengeluaran departemen tersebut.
Permintaan yang diajukan oleh perusahaan untuk melakukan transaksi dengen
perusahaan lain, yaitu meliputi
Pencantuman nama pemasok dalam daftar pemasok yang telah disetujui.
Proses menyetujui pemasok yang akan mengirimkan barang dan jasa yang
dibutuhkan perusahaan merupakan pengendalian yang penting, terutama dalam
system akuntansi yang mengandalkan pada pengendalian computer. Jika
manajemen, biasanya departemen pembelian, menetapkan pengendalian yang ketat
atas penentuan pemasok yang diotosisasi dalam daftar pemasok yang telah
disetujui, maka karyawan akan sulit melakukan pengajuan pembelian dengan
pemasok fiktif.
Pengajuan kembali permintaan barang atau jasa.
Permintaan pembelian merupakan awal dari jejak transaksi yang
mendokumentasikan bukti dalam mendukung asersi manajemen seperti eksistensi
atau kejadian transaksi pembelian. jadi, dokumen ini menyesiakan bukti tentang
tujuan audit spesifik yang diberi kode EO1 pada gambar 3.2. Permintaan
pembelian biasanya diajukan oleh bagian penyimpanan (gudang) untuk item item
persediaan atau setiap departemen yang bukan ditujukan sebagai persediaan.
Pengendalian penting yang harus dipertimbangankan adalah bahwa seluruh
permintaan memenuhi kebijakan otorisasi yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Sebagian besar perusahaan mengijinkan otorisasi umum untuk kepentingan operasi
rutin, seperti pembelian persediaan dan bahan baku, apabila titik pemesanan
kembali (reorder point) telah tercapai atau untuk item item lainnya yang
tercantum dalam anggaran operasi departemen bersangkutan. Jumlah dollar yang
diijinkan seringkali sikaitkan dengan tingkat atau posisi pagwai dalam perusahaan.
Sebaliknya, kebijakan perusahaan sering kali mensyaratkan otorisasi khusus untuk
pengeluaran modal dan kontrak lease. Pembelian yang bersifat tidak rutin dan lebih
16
tinggi dari segi jumlah dollar biasanya memerlukan otorisasi dari pejabat yang lebih
tinggi dibandingkan dengan pembelian rutin dan kurang signifikan.
Pembuatan pesanan pembelian.
Departemen pembelian mempunyai kewenangan untuk menerbitkan pesanan
pembelian hanya setelah menerima permintaan pembelian yang disetujui dengan
benar. Pembuatan pesanan pembelian merupakan kelanjutan dari proses
pemrakarsaan transaksi. Peran pembelian adalah untuk memastikan sumber
pasokan terbaik dan, untuk barang barang yang penting, mendapatkan harga
penawaran yang lebih kompetitif. System yang terkomputerisasi akan memiliki
daftar induk pemasok yang telah disetujui dalam daftar harga terbaru dari semua
barang yang umumnya dibeli perusahaan. Pesanan pembelian akan dilengkapi
dengan informasi dari daftar tersebut.
Pesanan pembelian harus berisi uraian yang jelas mengenai barang dan jasa
yang diinginkan, kuantitas, harga, dan nama serta alamat pemasok. Pesanan
pembelian juga harus diberi nomor dan ditandatangani oleh agen pembelian yang
berwenang (biasanya tanpa informasi mengenai kuantitas), departemen utang
usaha, dan departemen yang mengajukan permintaan itu. Kuantitas yang dipesan
biasanya dihilangkan pada salinan yang dikirimkan pada departemen penerimaan,
sehingga klerk penerimaan dapat melakukan perhitungan yang hati hati ketika
barang diterima. Tergantung pada luas system yang terkomputerisasi, hanya
dokumen hardcopy yang akan menghasilkan pesanan pembelian yang dikirimkan
ke pemasok. Beberapa perusahaan juga mengeliminasi hal ini dengan menggunakan
jaringan computer online dengan pemasoknya.
Pembeian barang dan jasa. Pesanan pembelian yang sah merupakan diotorsasibagi
departemen penerimaan untuk menerima barang yang dikrimkan oleh pemasok.
Penerimaan barang dan jasa ini biasanya membuktikan bahwa suatu transaksi dan
penetapa kewajiban yang telah terjadi. Personel departemen penerimaan harus
membandingkan barang yang diterima dengan uraian yang tercantum pada pesanan
pembelian, menghitung barang, dan memeriksa kemungkinan adanya barang yang
rusak. Penerimaan atau pengiriman fisik barang atau jasa, yang mencakup:
Penerimaan barang
Laporan penerimaan bernomor urut harus dibuat untuk setiap pesanan yang
diterima, untuk mendokumentasikan bahwa barang telah diterima, dan bahwa
kewajiban telah ditetapkan. Dalam system terkomputerisasi, laporan penerimaan
dapat dibuat dengan menggunkan informasi yang telah tersedia dalam computer
17
dan menambahkan data penerimaan yang sesuai seperti kuantitas yang diterima.
System computer akan membandingkan kuantitas yang dipesan dengan yang
diterima dan membuat laporan pengecualian agar dapat ditindak lanjuti
sebagaimana mestinya.
Penyimpanan barang yang diterima untuk persediaan
Setelah menyerahkan barang ke gudang atau departemen yang mengajukan
permintaan lainnya, klerk penerimaan harus meminta tanda terima. Pencantuman
tanda tangan pada salinan laporan penerimaan memenuhi tujuan ini dan
memberikan bukti lebih lanjut mengenai asersi eksistensi atau kejadian untuk
transaksi pembelian (EO1). Tanda tangan pada salinan penerimaan ini juga
menetapkan tanggung jawab selanjutnya atas barang yang dibeli. Pemisahan fungsi
penyimpanan barang yang diterima sebagai persediaan dari fungsi lainnya yang
terlibat dalam pembelian dapat mengurangi risiko terjadinya pembelian yang tidak
terotorisasi adalah penyalahgunaan barang. Perusahaan harus menyimpan barang di
tempat yang aman dengan akses yang terbatas dan diawasi secara memadai.
Kebanyakan system ini persediaan perpetual yang terkomputerisasi akan
memungkinkan manajemen pergudangan untuk mengawasi persediaan menurut
lokasi tertentu di gudang.
Pencatatan kewajiban. Penerimaan barang atau jasa biasanya menetapkan suatu
kewajiban bagi perusahaan untuk menyelesaikan transaksi. Akuntansi akrual
mensyaratkan pencatatan kewajiban. Banyak perusahaan membuat voucher, yaitu
suatu dokumen internal, untuk mengakui kewajiban dan mencatatnya dalam jurnal
pembelian atau asersi atau tujuan spesifik yang berkaitan meliputi hal hal berikut:
Menetapkan kesesuaian antara rincian dalam voucher dengan faktur penjual serta
laporan penerimaan dan pesanan pembelian yang bersangkutan (EO1, C1, VA1).
Membandingkan tanggal laporan penerimaan dengan tanggal pencatatan voucher.
Kedua tanggal tersebut harus berada pada periode akuntansi yang sama (EO1, C1)
Melaksanakan pengecekkan yang independen atas keakuratan matematis dari setiap
voucher dan faktur pemasok pendukung (VA1)
Menentukan bahwa semua voucher telah dibukukan dan diikhtisarkan secara tepat
dalam catatan akuntansi (VA1)
Menetapkan bahwa voucher mencerminkan kewajiban perusahaan dengan cara
menunjuk seseorang untuk memberi persetujuan atas pembayaran voucher (EO1,
RO1)
Memberikan kode atas distribusi akun, dengan menunjukkan akun aktiva atau
beban yang harus didebet, ke voucher tersebut (PD1).
18
Dokumen pendukung harus segera distempel, dilubangi, atau dibubuhi tanda
lainnya agar dokumen tersebut tidak bias digunakan lagi untuk mengajukan
permintaan pembayaran (EO1).
Pengakuan formal oleh perusahaan atas kwajiban hukum, yang meliputi:
Pembuatan voucher pembayaran dan pencatatan kewajiban
Dalam suatu system voucher, voucher merupakan dokumen bernomor urut yang
berhubungan dengan pencatatan kewajiban dalam jurnal atau register voucher.
Biasanya departemen utang usaha bertanggungjawab untuk memastikan bahwa
pembelian telah dicatat secara akurat.
Pertanggungjawaban atas transaksi yang telah dicatat.
Setiap fungsi penting itu harus diberikan kepada orang atau departemen yang
berbeda. Hal ini merupakan pemisahan tugas yang klasik dengan memisahkan
otorisasi atas transaksi, penyimpanan aktiva, dan pencatatan transaksi. Dengan struktur
semacam ini, pekerjaan seorang pegawai atau departemen dapat menyediakan
pengecekkan yang independen terhadap ketepatan pekerjaan yang dilakukan oleh
orang atau departemen lainnya.
Cek. Perintah resmi kepada bank untuk membayar sejumlah uang yang ditunjukkan
pada perintah tersebut yang kepada payee.
Ikhtisar cek. Laporan total cek yang diterbitkan dalam batch atau selama hari
bersangkutan.
File transaksi pengeluaran kas. Informasi tentang pengeluaran dengan cek kepada
pemasok dan pihak lainnya. File ini digunakan untuk membuat pemostingan ke file
induk utang usaha dan buku besar.
Jurnal pengeluaran kas atau register cek. Catatan akuntansi formal mengenai cek yang
diterbitkan kepada pemasok dan pihak lainnya.
Fungsi Fungsi
19
Fungsi pengeluaran kas (cash disbursement function) adalah proses dimana
perusahaan akan memberikan pertimbangan atas penerimaan barang dan jasa. Fungsi
pengeluaran kas biasanya meliputi pembayaran kewajiban secara simultan dan pencatatan
pengeluaran kas
File transaksi pengeluaran kas dibuat ketika cek yang telah dibuat digunakan untuk
memutakhirkan file induk utang usaha dan akuntansi buku besar. Program pemutakhiran
ini juga menghasilkan jurnal pengeluaran kas dan ikhtisar buku besar yang akan diteruskan
20
ke akuntansi. Pengendalian atas pengeluaran atas pengeluaran kas meliputi hal hal
berikut:
Total run to run membandingkan saldo awal file pengeluaran kas ditambah transaksi,
dengan saldo akhir yang diperkirakan dalam file transaksi pengeluaran kas yang telah
dimutakhirkan serta file induk utang usaha.
Pengecekkan yang independen atas kesesuaian total cek yang diterbitkan dengan batch
voucher yang diproses untuk pembayaran (EO2, C2,VA2).
Pengecekkan yang independen oleh supervisor akuntansi atau keseuaian jumlah yang
dijurnal dan dibukukan ke utang usaha dengan ikhtisar cek yang diterima dari
bendahara (EO2, C2,VA2).
Rekonsiliasi bank secara independen (EO2, C2,VA2).
1. Konfirmasi Piutang
Formulir konfirmasi
21
Pengendalian atas permintaan konfirmasi
Disposisi pengecualian
Aplikabilitas asersi
22
IV. LATIHAN
V. RANGKUMAN
Transaksi saldo atas siklus pengeluaran menghadirkan banyak
sekali tantangan bagi auditor. Auditor harus menggunakan
pemahamannya tentang bisnis dan industri klien untuk memahami
pentingya siklus pengeluaran bagi perusahaan. Hal ini akan membantu
auditoer dalam memahami resiko bisnis klien, mengevaluasi apakah
manajemen telah memisahkan resiko tersebut secara memadai,
merancang oengujian audit yang tepat, dan mengevaluasi jasa bernilai
tambah yang potensial
23
2. Pengendalian internal akan jadi semakin baik apabila kuantitas barang
dagang yang dipesan dihilangkan dari informasi pembelian yang dapat
diakses melalui komputer oleh...
a. Departeman yang mengajukan permitaan
b. Departemen penerimaan
c. Agen pembelian
d. Departemen hutang usaha
3. Mana dari prosedur pengendalian berikut yang biasanya tidak dlakukan
dalam departemen hutang voucher
a. Menentukan keakuratan matematis dan faktur pemasok
b. Orang yang berwenang menyetujui vocher
c. Mengendalikan penerimaan cek dan bukti penerimaan uang
d. Mencocokkan laporan penerimaan dengan pesanan pembelian
24
DAFTAR PUSTAKA
25