Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PRAKTIK PENGAUDITAN

“Menerapkan Prosedur Pengujian Pengendalian Internal”

Dosen Pengampu : Ibu Yennisa, M.Sc, Ak, CA, CTA.

Disusun Oleh: Kelompok 6

Isnaini Nur Zulaika 18133100068

Karmita Mivtahul Jannah 18133100100

Dewi Puspitasari 18133100128

PROGRAM SARJANA AKUNTANSI


FAKULTAS BISNIS
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
PT GARUDA INDONESIA Tbk Tahun 2018

Industri penerbangan merupakan industri yang sangat rentan dipengaruhi oleh faktor
ekonomi, politik dan sosial. Kondisi makroekonomi yang tidak stabil, persaingan usaha,
fluktuasi harga bahan bakar, pertukaran mata uang asing, dan suku bunga menyebabkan
terciptanya tren Low Profit Margin di industri penerbangan saat ini. Peningkatan mutu, kinerja
dan kualitas SDM juga merupakan faktor internal yang berperan penting dalam menghadapi
tantangan dunia penerbangan. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan dan target Perseroan maka
diperlukan suatu hubungan erat dan berkesinambungan antara perencanaan yang tepat,
perhitungan yang matang, serta pengelolaan risiko yang efektif.

Setiap tahun VP Internal Audit menetapkan Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT)
berbasis risiko dengan mengakomodasi isu-isu penting yang diperoleh dari program perusahaan
tahun berjalan, profil risiko perusahaan terbaru, permintaan khusus Komite Audit dan Direksi,
selain itu VP Internal Audit juga menetapkan Anggaran Pemeriksaan Tahunan. Dalam
melaksanakan tugasnya, VP Internal Audit memiliki akses untuk memeriksa dokumen,
pencatatan, personal, dan fisik kekayaan perusahaan di seluruh unit kerja guna mendapatkan data
dan informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas audit. Di samping itu VP Internal Audit
juga berkewajiban menerapkan nilai-nilai budaya perusahaan dalam setiap aktivitas di
lingkungan kerjanya dan konsisten melakukan pembinaan serta pengawasan terhadap
implementasinya pada seluruh SDM di unit kerjanya. Selama tahun 2018 Internal Audit
Perusahaan telah merealisasikan Program Kerja Pengawasan tahunan (PKPT) sebanyak 19
program pemeriksaan dan 15 Pemeriksaan khusus, termasuk dalam rangka menindaklanjuti
laporan pengaduan yang berasal dari Whistleblowing System (WBS) dan media laporan lainnya
yang merupakan sarana yang disediakan perusahaan untuk menerima laporan dan pengaduan
baik yang berasal dari karyawan maupun masyarakat.

Standar Audit SA 330 : Respons Auditor terhadap Risiko yang Telah Dinilai

 Ruang lingkup : Standar audit ini berkaitan dengan tanggungjawab auditor untuk merancang
dan menerapkan respon terhadap risiko kesalaahn penyajian material yang teridentifikasi
dan dinilai oleh auditor berdasarkan SA 315 dalam suatu audit atas laporan keuangan.
 Tujuan : tujuan auditor adalah untuk memperoleh cukup dan tepat yang berkaitan dengan
penilaian risiko kealahan penyajian material melalui pendesainan dan penerapan respons
yang tepat terhadap risiko tsb.
 Ketentuan respons keseluruhan : auditor harus merancang dan mengimplementasikan respon
keseluruhan untuk menanggapi risiko kesalahan penyajian material yang telah dinilai pada
tingkat laporan keuangan.

Analisis PT Garuda Indonesia terkait dengan SA 330

Kasner Sirumapea yang merupakan akuntan dari Kantor Akuntan Publik (KAP)
Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang dan Rekan telah mengaudit laporan keuangan
konsolidasian PT Garuda Indonesia (persero) Tbk dan entitias anak. Manajemen memiliki
tanggung jawab atas penyusunan dan penyajian wajar laporan keuangan konsolidasian tsb sesuai
dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia, dan atas untuk memungkinkan penyusunan
laporan keuangan konsolidasian yang bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang
disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan. Tanggung jawab seorang auditor adalah untuk
menyatakan suatu opini atas laporan keuangan konsolidasian tsb berdasarkan hasil temuan audit.
Auditor sudah melaksanakan audit berdasarkan standar audit yang ditetapkan oleh Institut
Akuntan Publik Indonesia. Standar tsb mengharuskan auditor untuk mematuhi ketetntuan etika
serta merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang
apakah laporan keuangan konsolidasian tsb bebas dari kesalahan penyajian material.

Opini audit yang dihasilkan Kasner Sirumapea yang merupakan akuntan dari Kantor
Akuntan Publik (KAP) Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang dan Rekan yaitu laporan keuangan
konsolidasian yang terlampir menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi
keuangan konsolidasian PT Garuda Indonesia Tbk dan entitas anak tanggal 31 Desember 2018,
serta kinerja keuangan dan arus kas konsolidasian untuk tahun yang berakhir pada tanggal tsb,
sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.

Merancang Pengendalian Internal (TOC) Sesuai Dengan Risiko Audit

Sistem Pengendalian Internal dirancang untuk menunjang organ Komite Audit, Internal
Audit dan Audit Eksternal dalam pelaksanaan fungsi pengawasan aktivitas dan pengelolaan
Perseroan. Implementasinya mengadopsi pasal 26 Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik
Negara Nomor PER-09/ MBU/2012 tanggal 24 Agustus 2012 perihal Penerapan Praktik Good
Corporate Governance pada BUMN, Upaya pengendalian internal ini secara khusus diterapkan
dalam aspek-aspek penting seperti aspek operasional, keuangan, SDM, dan juga kepatuhan
terhadap perundang-undangan. Selain itu, sistem pengendalian internal juga dimaksudkan untuk
menekan potensi risiko usaha maupun praktik penyimpangan etika bisnis yang berdampak
negatif pada kinerja Perseroan.

Test of Control (TOC) merupakan salah satu unsur kegiatan pemeriksaan intern yang
bertujuan untuk menentukan dan mengawasi apakah pelaksanaan aktivitas-aktivitas dalam
perusahaan telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan kebijakan yang telah ditetapkan
perusahaan. Sehingga TOC ini sering diartikan sebagai prosedur audit untuk menguji efektivitas
operasional dari pengendalian dalam mendukung pengurangan resiko pengendalian yang dinilai.
Tujuan pengujian pengendalian (test of control) adalah untuk menentukan dan mengawasi
apakah pelaksanaan aktivitas-aktivitas dalam perusahaan termasuk di dalamnya setiap transaksi
yang terjadi sudah diproses dan dicatat sesuai dengan prosedur dan kebijakan yang telah
ditetapkan perusahaan, dan untuk menguji efektivitas operasional dari pengendalian dalam
mendukung pengurangan resiko pengendalian yang dinilai. Penilaian TOC pada PT Garuda
Indonesia dapat dilihat dari :

1. Perkara penting dan Sanksi Administratif


Sebagai perusahaan yang memiliki kredibilitas sangat baik di industri penerbangan,
Perseroan berkomitmen melaksanakan proses bisnis yang sesuai dengan kepatuhan serta
ketaatan terhadap aturan maupun perundang-undangan yang berlaku. Selama periode tahun
2018 tidak ada anggota Direksi dan Dewan Komisaris Garuda Indonesia yang sedang
menjabat memiliki permasalahan hukum, baik perdata maupun pidana. Namun Garuda
Indonesia selaku entitas bisnis sedang menghadapi 4 (empat) permasalahan hukum yang
material termasuk yang dihadapi oleh anak perusahaan Garuda Indonesia (Aerowisata) di
mana untuk kasus terkait Aerowisata, perkara tersebut masih dalam proses kasasi di
Mahkamah Agung RI. Sepanjang tahun 2018, Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan tidak
menghadapi gugatan atau kasus hukum di pengadilan dan/ atau lembaga arbitrase atau kasus
signifikan, baik dalam pidana, perdata, perpajakan, arbitrase, hubungan industrial, lembaga
administrasi negara yang menghadapi kebangkrutan di pengadilan Indonesia, yang
berdampak material pada kelangsungan bisnis Perseroan bersama dengan asetnya.
2. Perkara Penting Yang Sedang Dihadapi Direksi Dan Dewan Komisaris Yang Sedang
Menjabat
Selama tahun 2018, tidak terdapat anggota Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan yang
sedang menjabat memiliki permasalahan hukum, baik perdata maupun pidana.
3. Permasalahan Hukum Terkiat Operasional
Pada tahun 2018, Perseroan memiliki jumlah permasalahan hukum perdata sebanyak 52
perkara dengan 10 perkara telah mempunyai kekuatan hukum tetap dan 42 perkara dalam
proses penyelesaian di Pengadilan. Sebanyak 25 kasus merupakan kasus yang terkait
operasional penerbangan (misalnya keluhan pelanggan) dan 27 kasus merupakan kasus
diluar aspek operasional penerbangan. Sepanjang 2018, Perseroan tidak memiliki
permasalahan hukum pidana.
4. Sanksi Administratif
Pada tahun 2018, tidak terdapat sanksi administratif yang dijatuhkan baik terhadap
Perseroan, Direksi dan/atau Dewan Komisaris Perseroan.

Pengertian Pengendalian Internal

Menurut IAPI (2011;319.2), Pengendalian intern sebagai suatu proses yang dijalankan oleh
dewan komisaris, manajemen dan personel, manajemen dan personel lain entitas yang didesain
untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut:

1. Keandalan pelaporan keuangan


2. Efektivitas dan efesiensi operasi
3. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku

Pengendalian intern adalah suatu proses yang terdiri dari usaha atau tindakan-tindakan yang tepat
dan terintegrasi yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Pelaksanaan pengendalian intern
melibatkan seluruh anggota organisasi bukan dibebankan pada bagian tertentu saja, sehingga
memberikan keyakinan terpercaya atas seluruh kegiatan organisasi yang meliputi realibility dari
pelaporan keuangan, efisiensi dan keefektifan atas kegiatan atau operasi perusahaan dan
kepatuhan terhadap hukum dan undang-undang yang berlaku.
Peran dan Tanggung Jawab Dalam Melakukan Perencanaan dan Pengujian Pengendalian
Internal

1. Manajemen, bertanggung jawab untuk menciptakan pengendalian intern yang efektif.


Direktur utama perushaan, bertanggung jawab menciptakan pengendalian di tingkat puncak.
2. Dewan Komisaris dan Komite Audit, bertanggung jawab untuk menentukan apakah
manajemen memenuhi tanggung jawab mereka dalam mengembangkan dan
menyelenggarakan pengendalian intern.
3. Auditor Internal, memeriksa dan mengevaluasi kecukupan pengendalian intern suatu entitas
secara periodic dan membuat rekomendasi untuk perbaikan, namun tidak memiliki tanggung
jawab utama dalam menciptakan dan memelihara pengendalian intern.
4. Dewan Direksi. Dewan direksi, menentukan bahwa manajemen telah memenuhi tanggung
jawabnya untuk menciptakan dan memelihara pengendalian intern.
5. Personel Entitas Lainnya. Peran dan tanggung jawab dari semua personel lain yang
menyediakan informasi atau menggunakan informasi yang disediakan oleh system yang
mencakup pengendalian intern harus ditetapkan dan dikomunikasikan dengan baik.
6. Auditor Independen, dapat menemukan kelemahan pengendalian intern kliennya. Sehingga
dapat mengkomunikasikan temuan auditnya tersebut kepada manajemen, komite audit, atau
dewan komisaris.
7. Pihak luar lain, bertanggung jawab atas pengendalian intern entitas adalah badan pengatur,
seperti Bank Indonesia dan Bapepam.

Komponen Pengendalian Internal

Menurut COSO :

1. Lingkungan Pengendalian Internal (Internal Control Environment)


Mencakup fungsi tata kelola dan manajemen, serta sikap, kesadaran dan tindakan pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola dan manajemen atas pengendalian internal entitas dan
pentingnya pengendalian tersebut dalam entitas. Lingkungan pengendalian menentukan arah
organisasi yang memengaruhi kesadaran pengendalian personel organisasi tersebut.
2. Proses penilaian risiko (Risk Assessment)
Membentuk basis bagi manajemen untuk menentukan bagaimana risiko dikelola. Jika proses
sudah tepat dengan kondisinya, termasuk sifat, ukuran dan kompleksitas entitas, maka hal
ini membantu auditor dalam mengidentifikasi risiko kesalahan penyajian material. Penilaian
risiko dapat diarahkan untuk melihat bagaimana entitas mempertimbangkan kemungkinan
transaksi tidak tercatat atau mengidentifikasi dan menganalisis estimasi signifikan yang
tercantum dalam laporan keuangan.
3. Informasi dan Komunikasi (Information System)
Informasi yang berkualitas akan berdampak pada kebijakan yang tepat dalam mengelola dan
mengendalikan aktivitas entitas  dan untuk menyusun laporan keuangan yang handal.
Komunikasi melalui penyediaan pemahaman tentang peran dan tanggung jawab individu
terkait dengan pengendalian internal  atas pelaporan keuangan, dapat berupa manual
kebijakan, manual akuntansi dan pelaporan keuangan, serta memorandum. Komunikasi juga
dapat dilakukan secara elektornis, lisan dan melalui tindakan manajemen.
4. Aktivitas Pengendalian (Control Activities)
Auditor harus memahami tentang aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit agar
dapat menilai risiko kesalahan penyajian material pada tingkat asersi dan merancang
prosedur audit yang lebih responsive terhadap risiko yang dinilai.
5. Pemantauan (Monitoring)  terhadap pengendalian
Pemantauan terhadap pengendalian merupakan suatu proses untuk menilai efektivitas
pelaksanaan pengendalian secara berkala dan tepat waktu, serta melakukan perbaikan jika
diperlukan. Pemantauan pengendalian dapat mencakup aktivitas seperti penelaahan
manajemen tentang apakah rekonsiliasi bank dibuat secara tepat waktu, evaluasi auditor
internal atas kepatuhan personel penjualan terhadap kebijakan entitas atas ketentuan kontrak
penjualan, dan pengawasan departemen legal atas kepatuhan terhadap kebijakan etika atau
kebijakan bisnis. Aktivitas pemantauan oleh manajemen dari komunikasi eksternal seperti
keluhan pelanggan.

Internal Control over Financial Reporting (ICoFR)

Pengertian

Internal Control over Financial Reporting (ICoFR) adalah suatu proses yang dirancang dan
dilaksanakan oleh manajemen perusahaan dalam rangka mencapai keandalan laporan keuangan,
efisiensi, dan efektivitas operasi, serta kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku untuk
memberikan keyakinan yang memadai.

Aturan

1. Diatur dalam SOX section 404 yang mengatur bahwasanya manajemen di perusahaan
yang terdaftar pada pasar modal wajib melakukan pelaporan atas efektivitas ICoFR serta
wajib menyertakan atestasi auditor pula atas efektivitas ICoFR nya
2. Peraturan BPK RI No 1 tahun 2007, PSP 03 mengatur standar pelaporan pemeriksaan
keuangan yang berkaitan terhadap pengendalian internal, sehingga efektivitas atas
internal control pelaporan keuangan menjadi suatu keharusan bagi perusahaan
3. Konferensi IFRS

Tujuan

Memastikan pencatatan yang terperinci, akurat, dan wajar atas transaksi dan pengelolaan
transaksi perusahaan. Sehingga memberikan keyakinan yang memadai bahwa transaksi telah
dicatat dengan benar berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum serta keyakinan
memadai akan upaya pencegahan atau identifikasi perolehan, penggunaan, pengelolaan asset
perusahaan tanpa otorisasi yang berdampak material atas laporan keuangan

Laporan Pengendalian Internal PT Garuda Indonesia Tbk

Berdasarkan analisis kami terkait pengendalian internal PT Garuda Indonesia Tbk dapat kami
sampaikan diantaranya:

1. Perseroan telah melaksanakan penegakan integritas (pakta integritas), penerapan nilai-nilai


budaya perusahaan dan Etika Bisnis & Etika Kerja.
2. Pembentukan struktur organisasi beserta penjabarannya disesuaikan dengan kebutuhan
Perseroan.
3. Adanya pembagian tugas dan wewenang pada tingkat Direksi, unsur pelaksana, unsur
pendukung dan Strategi Bisnis Unit termasuk implementasi standard operating procedure
(SOP) pada setiap proses bisnis Perseroan.
4. Perseroan telah menetapkan sistem Manajemen Kinerja dengan menetapkan KPI perusahaan
(Corporate), KPI unit kerja, dan KPI individu.
5. Perseroan telah mengimplementasikan ERM.
6. Perseroan telah menjalankan sistem keterbukaan informasi kepada pelanggan maupun
karyawan di antaranya melalui Sistem Pelaporan Pelanggaran (Whistleblowing System
(WBS) dan pelaporan Gratifikasi.
7. Pelaksanakan Perjanjian Kerja Bersama (PKB).
8. Rekrutmen karyawan dilakukan secara online dan melibatkan konsultan independen
9. Komunikasi terhadap kebijakan Perseroan disampaikan melalui web intranet, secara tertulis,
secara langsung melalui pimpinan dan juga melalui pedoman tata tertib kerja. Sedangkan
komunikasi bagi pihak eksternal seperti pengaduan dan lainnya melalui web yang
disediakan Perseroan.
10. Pemantauan dan evaluasi terhadap efektitifitas pelaksanaan pengendalian intern dilakukan
baik pada tingkat Komisaris, Direksi, Pimpinan dan unit pelaksanaan.
11. PT Garuda Indonesia Tbk belum menganut ICoFR dalam pengendalian internalnya,
melainkan menggunakan COSO sebagai acuan pengendalian internalnya
12. Dalam laporan auditor internal, terdapat penekanan pada catatan 54 atas laporan keuangan
konsolidasian mengungkapkan dampak kondisi industry penerbangan terhadap PT Garuda
Indonesia Tbk dan entitas anak.
Pada catatan 54 tersebut :

`
Sehubungan dengan analisis tersebut yang perlu di evaluasi adalah sebagai berikut:

 Perseroan memandang bahwa sistem pengendalian internal secara umum sudah berjalan
dengan baik, efektif dan efisien namun masih memerlukan perbaikan dan penyempurnaan
dalam aspek sistem maupun kebijakan seperti yang telah dijabarkan dalam laporan hasil
audit dan rekomendasi yang dibuat oleh Unit Internal Audit selama tahun 2018. Dalam
upaya mengevaluasi atas efektivitas pengendalian intern di tingkat operasional dan bisnis
proses, pada setiap tujuan pemeriksaan mencantumkan aktivitas di antaranya sebagai
berikut:

 Memastikan bahwa penilaian risiko telah dilakukan secara memadai oleh unit bisnis
untuk meminimalisir risiko.
 Memastikan unit bisnis telah mengembangkan kegiatan pengendalian umum atas
teknologi informasi yang digunakan untuk mendukung tercapainya tujuan.
 Memastikan bahwa unit bisnis menerapkan aktivitas pengendalian pada setiap kebijakan
dan prosedur yang dibuat.
Sumber

Annual Report PT Garuda Indonesia tahun 2018

SA 300

http://spi.uin-alauddin.ac.id/index.php/2016/12/12/pengendalian-internal/

https://www.warsidi.com/2016/03/pengendalian-internal-intern-control-definisi-komponen-
prinsip-coso-arti-pengertian-apa-yang-dimaksud.html

Anda mungkin juga menyukai