Anda di halaman 1dari 4

Soal 3 (kasus) Take Home Quiz

Badan Pemeriksa Keuangan menemukan beberapa pelanggaran kepatuhan PT. SAKURA


FLOWERIST atas laporan keuangan 2011 dengan nilai di atas Rp7 triliun. Hal tersebut
terungkap dalam makalah presentasi yusuf ali, anggota VII Badan Pemeriksa Keuangan
dalam diskusi Indonesia Menuju Era Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Jonianto
mengatakan ada empat temuan BPK atas laporan keuangan 2011 PT. SAKURA
FLOWERIST yang menyimpang dari aturan. Pertama, PT. SAKURA FLOWERIST
membentuk Dana Pengembangan Progran Jaminan Hari Tua (JHT) sebesar Rp7,24 triliun
yang tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah 22/2004.

PT. SAKURA FLOWERIST kehilangan potensi iuran karena terdapat penerapan tarif
program yang tidak sesuai dengan ketentuan. Pada laporan keuangan 2011, potensi
penerimaan PT. SAKURA FLOWERIST yang hilang mencapai Rp36,5 miliar karena tidak
menerapkan tarif jaminan kecelakaan kerja sesuai ketentuan. Ketiga, BPK menemukan PT.
SAKURA FLOWERIST belum menyelesaikan aset eks investasi bermasalah, yakni jaminan
medium term notes (MTN). Adapun aset yang belum diselesaikan adalah tanah eks jaminan
MTN PT kisi kisi senilai Rp72,25 miliar dan aset eks jaminan MTB PT VolvierIndonesia.
Adapun temuan keempat dari BPK adalah masih terdapat beberapa kelemahan dalam
pemantauan piutang hasil investasi. Pengendalian dan monitoring PT PT. SAKURA
FLOWERIST atas piutang jatuh tempo dan bunga deposito belum sepenuhnya memadai.
Selain temuan tersebut, BPK juga menemukan sejumlah ketidakefektifan dalam kinerja PT.
SAKURA FLOWERIST. Pertama, PT. SAKURA FLOWERIST belum efektif mengevaluasi
kebutuhan pegawai dan beban kerja untuk mendukung penyelenggaran program JHT. Kedua,
PT. SAKURA FLOWERIST belum efektif dalam mengelola data peserta JHT.

1. Sebutkan prinsip-prinsip GCG yang dilanggar pada kasus diatas !

2. Bagaimana peranan stakeholder pada kasus diatas dan kepentingannya yang belum
dipenuhi karena adanya kasus diatas?

3. Cara apa saja yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen untuk menjalankan GCG
diperusahaan setelah kasus itu terjadi?

JAWABAN

1. PT SAKURA FLOWERIST melakukan pelanggaran terhadap prinsip- prinsip GCG


yakni transparansi, akuntabilitas, resposibilitas, dan keadilan.
Berikut ini adalah fakta-fakta pelanggaran PT SAKURA FLOWERIST.

a. Badan Pemeriksa Keuangan menemukan beberapa pelanggaran kepatuhan PT.


SAKURA FLOWERIST atas laporan keuangan 2011 dengan nilai di atas Rp7
triliun. Jonianto mengatakan ada empat temuan BPK atas laporan keuangan 2011
PT. SAKURA FLOWERIST yang menyimpang dari aturan. PT. SAKURA
FLOWERIST membentuk Dana Pengembangan Progran Jaminan Hari Tua (JHT)
sebesar Rp7,24 triliun yang tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah 22/2004.
b. PT. SAKURA FLOWERIST kehilangan potensi iuran karena terdapat penerapan
tarif program yang tidak sesuai dengan ketentuan. Pada laporan keuangan 2011,
potensi penerimaan PT. SAKURA FLOWERIST yang hilang mencapai Rp36,5
miliar karena tidak menerapkan tarif jaminan kecelakaan kerja sesuai ketentuan.
c. BPK menemukan PT. SAKURA FLOWERIST belum menyelesaikan aset eks
investasi bermasalah, yakni jaminan medium term notes (MTN). Adapun aset
yang belum diselesaikan adalah tanah eks jaminan MTN PT kisi kisi senilai
Rp72,25 miliar dan aset eks jaminan MTB PT VolvierIndonesia.
d. Pengendalian dan monitoring PT PT. SAKURA FLOWERIST atas piutang jatuh
tempo dan bunga deposito belum sepenuhnya memadai.
e. PT. SAKURA FLOWERIST belum efektif mengevaluasi kebutuhan pegawai dan
beban kerja untuk mendukung penyelenggaran program JHT dan pengelolaan JHT
juga belum efektif.

Dari pelanggaran tersebut dapat dijelaskan bahwa :


a. Pelanggaran prinsip transparansi
Transparency yakni konsep untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan
bisnis. Perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan
dengan cara yang mudah diakses dan dipahami pemangku kepentingan.
PT SAKURA FLOWERIST melakukan pelanggaran yakni dengan memberikan
informasi tentang laporan keuangannya dengan tidak transparan.
b. Pelanggaran prinsip akuntabilitas
Accountability dimana perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan
kinerjanya secara transparan dan wajar. Laporan keuangan PT SAKURA
FLOWERIST melanggar aturan pemerintah yakni PT. SAKURA FLOWERIST
membentuk Dana Pengembangan Progran Jaminan Hari Tua (JHT) sebesar
Rp7,24 triliun yang tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah 22/2004. Hal ini
menujukkan laporan keuangan tidak bisa dipercaya lagi sehingga bisa dikatakan
laporan keuangan tidak wajar. terdapat beberapa kelemahan dalam pemantauan
piutang hasil investasi. Pengendalian dan monitoring PT PT. SAKURA
FLOWERIST atas piutang jatuh tempo dan bunga deposito belum sepenuhnya
memadai.
c. Pelanggaran prinsip responsibilitas
Responsibility yakni perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan
sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan
mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen. PT SAKURA FLOWERIST
melakukan penerapan tarif program yang tidak sesuai dengan ketentuan. Pada
laporan keuangan 2011, potensi penerimaan PT. SAKURA FLOWERIST yang
hilang mencapai Rp36,5 miliar karena tidak menerapkan tarif jaminan kecelakaan
kerja sesuai ketentuan. Lalu BPK menemukan PT. SAKURA FLOWERIST belum
menyelesaikan aset eks investasi bermasalah, yakni jaminan medium term notes
(MTN). Adapun aset yang belum diselesaikan adalah tanah eks jaminan MTN PT
kisi kisi senilai Rp72,25 miliar dan aset eks jaminan MTB PT Volvier Indonesia.
Ini berarti responsibilitas belum diterapkan karena adanya kasus investasi
bermasalah ini.
d. Pelanggaran prinsip kesetaraan (fairness)
Fairness yakni perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan
pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran
dan kesetaraan. Pelanggaran yang dilakukan oleh PT SAKURA FLOWERIST
adalah perusahaan tidak memperhatikan kesejahteraan karyawannya dengan
belum efektifnya perusahaan dalam mengevaluasi kebutuhan pegawai dan beban
kerja untuk mendukung penyelenggaran program JHT dan pengelolaan JHT juga
belum efektif.
2. Peran stakeholder yang belum terpenuhi kepentingannya
a. Pemegang saham
PT SAKURA FLOWERIST membuat pemegang saham mengetahui informasi
tentang laporan keuangan yang salah karena ketidak sesuaian laporan dengan
aturan yang berlaku. Hal ini mengakibatkan bisa saja pemegang saham salah
dalam mengambil keputusan. Selain itu, PT. SAKURA FLOWERIST kehilangan
potensi iuran karena terdapat penerapan tarif program yang tidak sesuai dengan
ketentuan. Pada laporan keuangan 2011, potensi penerimaan PT. SAKURA
FLOWERIST yang hilang mencapai Rp36,5 miliar karena tidak menerapkan tarif
jaminan kecelakaan kerja sesuai ketentuan. Hal ini juga merugikan pemegang
saham karena seharusnya PT SAKURA FLOWERIST tidak kehilangan
penerimaan jika menerapkan tarif jaminan kecelakaan kerja sesuai ketentuan.
Selain itu, PT. SAKURA FLOWERIST belum menyelesaikan aset eks investasi
bermasalah, yakni jaminan medium term notes (MTN). Adapun aset yang belum
diselesaikan adalah tanah eks jaminan MTN PT kisi kisi senilai Rp72,25 miliar
dan aset eks jaminan MTB PT VolvierIndonesia. Hal ini
b. Pegawai
Pelanggaran yang dilakukan oleh PT SAKURA FLOWERIST adalah perusahaan
tidak memperhatikan kesejahteraan karyawannya dengan belum efektifnya
perusahaan dalam mengevaluasi kebutuhan pegawai dan beban kerja untuk
mendukung penyelenggaran program Jaminan Hari Tua (JHT) dan pengelolaan
JHT juga belum efektif.
c. Pemerintah
PT SAKURA FLOWERIST tidak menerapkan aturan yang ditetapkan pemerintah
dalam pembuatan laporan keuangannya dan penerapan Jaminan Hari Tuanya.
3. Cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk menerapkan GCG
a. PT SAKURA FLOWERIST melakukan pengendalian internal yang memadai
dengan selalu melakukan pemantauan atas kinerja karyawan sehingga karyawan
dapat bekerja dengan baik. PT SAKURA FLOWERIST juga lebih mengetatkan
aturan perusahaannya dengan memastikan bahwa karyawan telah bekerja sesuai
aturan agar jangan sampai ada kelemahan lagi dalam pemantauan hasil investasi.
b. PT SAKURA FLOWERIST menerapkan tarif JHT sesuai aturan sehingga tidak
ada lagi kehilangan penerimaan akibat tarif JHT.
c. PT SAKURA FLOWERIST lebih memperhatikan lagi kesejahteraan karyawannya
dengan memenuhi hak-hak karyawannya agar karyawan lebih termotivasi dalam
bekerja.
d. Penanaman pentingnya penerapan prinsip Good Corporate Governance pada para
karyawan dan manajemen agar mereka menyadari pentingnya GCG dan bisa
menerapkannya demi membuat perusahaan lebih maju.

Anda mungkin juga menyukai