PT. SAKURA FLOWERIST kehilangan potensi iuran karena terdapat penerapan tarif
program yang tidak sesuai dengan ketentuan. Pada laporan keuangan 2011, potensi
penerimaan PT. SAKURA FLOWERIST yang hilang mencapai Rp36,5 miliar karena tidak
menerapkan tarif jaminan kecelakaan kerja sesuai ketentuan. Ketiga, BPK menemukan PT.
SAKURA FLOWERIST belum menyelesaikan aset eks investasi bermasalah, yakni jaminan
medium term notes (MTN). Adapun aset yang belum diselesaikan adalah tanah eks jaminan
MTN PT kisi kisi senilai Rp72,25 miliar dan aset eks jaminan MTB PT VolvierIndonesia.
Adapun temuan keempat dari BPK adalah masih terdapat beberapa kelemahan dalam
pemantauan piutang hasil investasi. Pengendalian dan monitoring PT PT. SAKURA
FLOWERIST atas piutang jatuh tempo dan bunga deposito belum sepenuhnya memadai.
Selain temuan tersebut, BPK juga menemukan sejumlah ketidakefektifan dalam kinerja PT.
SAKURA FLOWERIST. Pertama, PT. SAKURA FLOWERIST belum efektif mengevaluasi
kebutuhan pegawai dan beban kerja untuk mendukung penyelenggaran program JHT. Kedua,
PT. SAKURA FLOWERIST belum efektif dalam mengelola data peserta JHT.
2. Bagaimana peranan stakeholder pada kasus diatas dan kepentingannya yang belum
dipenuhi karena adanya kasus diatas?
3. Cara apa saja yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen untuk menjalankan GCG
diperusahaan setelah kasus itu terjadi?
JAWABAN