Anda di halaman 1dari 98

BAB I

KONSEP KOMUNIKASI

A. Sejarah Komunikasi

Perkembangan komunikasi sebelum menjadi science, komunikasi sebagai


science sejak dekade 40-an sampai sekarang Ilmu komunikasi adalah salah satu
disiplin yang masuk dalam kelompok ilmu-ilmu sosial. Secara umum, sejarah
perkembangan ilmu komunikasi dapat dibagi dalam empat (4) periode. Pertama,
periode "tradisi retorika" yang dimulai sejak zaman Yunani Kuno. Kedua, periode
antara tahun 1900 sampai Perang Dunia II yang dapat disebut sebagai periode
pertumbuhan ilmu komunikasi.
Ketiga, periode setelah perang Dunia II sampai tahun 60-an. Periode ini
umumnya disebut sebagai periode konsolidasi. Dan, keempat adalah periode
teknologi komunikasi yang dimulai dari tahun 60-an sampai sekarang. Tiap
periode masing-masing memberikan karakteristik tersendiri terhadap penekanan
bidang studi dan konteks peristiwa komunikasi yang diamati. Berikut adalah
uraian singkat mengenai kondisi dan perkembangan ilmu komunikasi untuk setiap
periode

1. Periode Tradisi Retorika

Perkembangan lahirnya ilmu komunikasi dapat ditelusuri sejak peradaban


Yunani Kuno beberapa ratus tahun sebelum masehi. Sebutan "komunikasi" dalam
konteks arti yang berbeda sekarang ini memang belum dikenal saat itu. Isilah
yang berlaku pada zaman tersebut adalah "retorika".
Para ahli berpendapat bahwa studi retorika sebenarnya telah ada sebelum
zaman Yunani (Golden, 1978, Foss, 1985; forsdale 1981). Disebutkannya bahwa
zaman kebudayaan Mesir Kuno telah ada tokoh-tokoh retorika seperti Kagemni
dan Ptah-Hotep. Namun demikian tradisi retorika sebagai upaya pengkajian yang
sistematis dan terorganisir baru dilakukan di zaman Yunani Kuno dengan
perintisnya Aristotle (Golden, 1978) Pengertian "retorika" menurut Aristotle,
menunjuk kepada segala upaya yang bertujuan untuk persuasi. Lebih lanjut
Aristotle menyatakan bahwa retorika mencakup tiga unsur yakni:
a. Ethos (kredibilitas sumber)
b. Pathos (hal yang menyangkut emosi/perasaan) dan
c. Logos (hal yang menyangkut fakta)

  1  
Dengan demikian upaya persuasi, menurut Aristotle menuntut tiga (3)
faktor yakni kredibilitas dari pelaku komunikasi yang melakukan kegiatan
persuasi, kemampuan untuk merangsang emosi/perasaan dari pihak yang menjadi
sasaran, serta kemampuan untuk mengungkapkan fakta-fakta yang mendukung
(logika) Pokok-pokok pikiran Aristotle ini kemudian dikembangkan lagi oleh
Cicero dan Quintilian. Mereka menyusun aturan retorika yang meliputi lima (5)
unsur:
a. Invention (urutan argumentasi)
b. Dispesitio (pengaturan ide)
c. Eloquito (gaya bahasa)
d. Memoria (ingatan), serta
e. Pronunciation (cara penyampaian pesan)

Kelima unsur ini, menurut Quintilian dan Cicero merupakan faktor-faktor


penentu keberhasilan upaya persuasi yang dilakukan seseorang. Tokoh-tokoh
retorika lainnya yang dikenal pada zaman itu adalah Corax, Socrates dan Plato.
Dalam abad pertengahan studi retorika ini secara institusional semakin mapan,
khususnya di negara-negara Inggris, Perancis dan Jerman. Tokoh-tokohnya yang
terkemuka pada masa ini antara lain Thomas Wilkson, Francis Bacon, Rene
Descartes, John Locke, Giambatista, dan David Hume.
Dalam akhir abad ke 18 prinsip-prinsip retorika yang dikemukakan oleh
Aristotle, Cicero dan Quintilian, kemudian menjadi dasar bagi bidang kajian
"speech communication" (komunikasi ujaran) dan "rhetoric". Retorika tidak lagi
diartikan secara sempit sebagai upaya persuasi. Pengertian retorika menunjuk
pada "kemampuan manusia mengunakan lambang-lambang untuk berkomunikasi
satu sama lainnya" (Foss et al, 1985:15) Tokoh-tokoh retorika yang terkenal pada
saat ini antara lain: I.A Richard, Richard M. Weaver, Stephen Toulmin, Kenneth
Burke, Marshall Mcluhan, Michel Foucalt, Jurgen Habermas, Ernesto Grassi dan
Chaim Perelman.

2. Periode Pertumbuhan : tahun 1900 – Perang Dunia II

Pertumbuhan komunikasi sebagai salah satu disiplin ilmu sosial


barangkali dapat dikatakan dimulai pada awal abad ke-19. Sedikitnya ada tiga
pertimbangan penting pada masa ini. Pertama, adalah penemuan-penemuan
teknologi komunikasi seperti telephone, radio, televisi, dll. Kedua, proses
industrialisasi dan modernisasi yang telah terjadi di negara-negara Eropa Barat
dan Amerika. Ketiga, pecahnya Perang Dunia I dan II.
Semua perubahan ini memberi bentuk dan arah kepada bidang kajian ilmu
komunikasi yang terjadi pada masa ini. Secara umum bidang-bidang studi

  2  
komunikasi yang berkembang pada periode ini meliputi hubungan komunikasi
dengan institusi dan masalah-masalah politik kenegaraan, peranan komunikasi
dalam kehidupan sosial, analisis psikologi sosial komunikasi, komunikasi dan
pendidikan, propaganda dan penelitian komunikasi komersial.
Pada masa itu, bidang kajian komunikasi dan kehidupan sosial mulai
berkembang sejalan dengan proses modernisasi yang terjadi. Diasumsikan bahwa
komunikasi mempunyai peran dan kontribusi yang nyata terhadap perubahan
sosial. Penelitian-penelitian empiris dan kuantitatif mulai banyak dilakukan dalam
mengamati proses dan pengaruh komunikasi.
Di bidang pengkajian komunikasi dan pendidikan misalnya, aspek-aspek
yang diteliti mencakup penggunaan teknologi baru dalam pendidikan formal,
keterampilan komunikasi, strategi komunikasi instruksional, serta "reading and
listening". Sementara dibidang penelitian komunikasi komersial, dampak iklan
terhadap khalayak serta aspek-aspek lainnya yang menyangkut industri media
mulai berkembang sejalan dengan tumbuhnya industri periklanan dan penyiaran
(broadcasting)
Pikiran-pikiran baru tentang komunikasi yang terjadi pada masa ini,
langsung atau tidak langsung juga dipengaruhi oleh gagasan-gagasan para ahli
ilmu sosial Eropa. Pada masa itu (menjelang akhir abad ke 18) universitas-
universitas di Eropa, terutama Jerman dan Perancis, merupakan pusat intelektual
terkemuka di dunia. Pokok-pokok pikiran dari Max Weber, August comte, Emille
Durkheim dan Sir Herbert Spencer dipandang punya pengaruh terhadap
pengembangan teori-teori komunikasi yang terjadi pada periode ini. Tokoh-tokoh
ilmu lainnya yang dianggap punya andil besar adalah Gabriel Tarde dan George
Simmel.

3. Periode Konsolidasi : Perang Dunia II – tahun 1960an

Periode setelah perang Dunia II sampai tahun 1960-an disebut sebagai


suatu ilmu pengetahuan sosial yang bersifat multidisipliner (mencakup berbagai
ilmu) mulai terjadi. Kristalisasi ilmu komunikasi ditandai oleh 3 (tiga)
hal.Pertama, adanya adopsi perbendaharaan istilah-istilah yang dipakai secara
seragam. Kedua, munculnya buku-buku dasar yang membahas tentang pengertian
dan proses komunikasi. Ketiga, adanya konsep-konsep baku tentang dasar-dasar
proses komunikasi. Pendekatan komunikasi telah menjadi suatu pendekatan yang
lintas disipliner dalam arti mencakup berbagai disiplin ilmu lainnya, karena
disadari bahwa komunikasi merupakan suatu proses yang kompleks.
Sedikitnya ada tujuh tokoh yang punya andil besar dalam periode ini.
Mereka adalah Claude E. Shannon, Norbet Wiener, Harold Lasswell, Kurt Lewin,
Carl I. Hovland, Paul F. Lazarsfield (ahli sosiologi), Kurt Lewin dan Carl I.

  3  
Hovland (keduanya ahli psikologi sosial) disebut oleh Wilbur Schramm sebagai
"the founding fathers" (para pendiri atau perintis) ilmu komunikasi. Disebut
demikian karena pokok-pokok pikiran mereka dipandang sebagai landasan bagi
pengembangan-pengembangan teori komunikasi.
Wilbur Schramm sendiri dinilai sebagai "institutionalizer" – yakni yang
merintis upaya pelembagaan pendidikan komunikasi sebagai bidang kajian
akademis. Karena jasanyalah pengembangan bidang kajian komunikasi menjadi
suatu disiplin ilmu sosial yang mapan dan melembaga menjadi terealisasi.
"Institute of Communication Research" yang didirikan Schramm di Illonis pada
tahun 1947 merupakan lembaga pendidikan tinggi ilmu komunikasi yang pertama
di Amerika Serikat. Sementara itu dua tokoh lainnya yakni Claude E. Shannon
dan Nobert Wiener disebut sebagai "insinyur-insinyur komunikasi".
Istilah "Mass Communication" (Komunikasi Massa) dan "Communication
Research" (Penelitian Komunikasi) mulai banyak digunakan. Cakupan bidang
ilmu komunikasi mulai diperjelas dan dibagi dalam empat bidang tataran :
komunikasi intra pribadi, komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok dan
organisasi, dan komunikasi macro sosial serta komunikasi massa. Lebih lanjut,
sejalan dengan kegiatan pembangunan yang terjadi di seluruh negara termasuk
negara-negara berkembang, studi-studi khusus tentang peranan dan kontribusi
komunikasi dalam proses perubahan sosial, difusi inovasi juga mulai banyak
dilakukan.

4. Periode Teknologi Komunikasi : tahun 1960an - sekarang

Sejak tahun 1960-an ilmu komunikasi semakin kompleks dan mengarah


pada spesialisasi. Menurut Rogers (1986) perkembangan studi komunikasi
sebagai suatu disiplin ilmu telah mulai memasuki periode "take off" (tinggal
landas) sejak tahun 1950-an. Secara institusional kepesatan perkembangan ilmu
komunikasi pada masa sekarang ini antara lain tercermin dalam beberapa
indikator sebagai berikut:
• Jumlah universitas yang menyelenggarakan program pendidikan
komunikasi semakin banyak dan tidak hanya terbatas di negara-negara
maju seperti AS, tetapi juga negara-negara berkembang di Asia, Amerika
Latin dan Afrika,
• Asosiasi-asosiasi profesional di bidang ilmu komunikasi juga semakin
banyak, tidak saja dalam jumlahnya tetapi juga cakupan keanggotaannya
yang regional dan internasional. Dan

  4  
Semakin banyaknya pusat-pusat penelitian dan pengembangan
komunikasi. Dalam bidang keilmuan, kemajuan disiplin komunikasi ini juga
tercermin dengan:
A. Semakin banyaknya literatur komunikasi seperti buku-buku, jurnal-jurnal,
hasil-hasil penelitian ilmiah atau terapan, monografis dan bentuk-bentuk
penerbitan lainnya
B. Semakin beragamnya bidang-bidang studi spesialisasi komunikasi
C. Serta semakin banyaknya teori-teori dan model-model tentang komunikasi
yang dihasilkan para ahli.

Sebagai gambaran, hingga saat ini terdapat 126 definisi, sekitar 50 teori dan
28 model tentang komunikasi (Dance, 182; Littlejohn, 1989; McQuail & Windahi,
1981; Forsdale, 1981) Periode masa sekarang juga disebut sebagai periode
teknologi komunikasi dan informasi yang ditandai oleh beberapa faktor sebagai
berikut: (1) kemajuan teknologi komunikasi dan informasi seperti komputer,
VCR, TV kabel, parabola video home computer, satelit komunikasi, teleprinter,
videotext, laser vision dan alat-alat komunikasi jarak jauh lainnya, (2) tumbuhnya
industri media yang cakupannya tidak hanya bersifat nasional tetapi juga regional
dan global, (3) ketergantungan terhadap situasi ekonomi dan politik
global/internasional, (4) semakin gencarnya kegiatan pembangunan ekonomi di
seluruh negara, serta (5) semakin meluasnya proses demokratisasi ekonomi dan
politik.

B. Definisi Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi secara Etimologis
Secara etimologi atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal
dari bahasa latin communication, dan perkataan ini bersumber dari kata communis
yang berarti sama, sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal. Dengan
demikian komunikasi, menurut lexicographer (ahli kamus bahasa), “menunjuk
pada suatu upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan.
Sementara itu, dalam Webster New Collegiate Dictionary edisi tahun 1977 antara
lain dijelaskan bahwa komunikasi adalah “suatu proses pertukaran informasi di
antara individu melalui sistem lambng-lambang, tanda-tanda, atau tingkah laku.
Jadi, jika dua orang terlibat dalam komunikasi, seperti dalam bentuk
percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan
makna terhadap apa yang sedang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang
digunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna.
Dengan kata lain, mengerti bahasa saja belum tentu mengerti maksud yang
dibawakan oleh bahasa tersebut. Percakapan kedua orang tadi dikatakan

  5  
komunikatif apabila kedua-duanya, selain mengerti bahasa yang dipergunakan,
juga mengerti makna dari bahan yang dipercakapkan.
Akan tetapi, pengertian komunikasi yang dipaparkan di atas (dari segi
bahasa) sifatnya masih dasariah, dalam arti dalam komunikasi minimal harus
mengandung kesamaan makna dari pihak yang terlibat komunikasi. Dikatakan
minimal karena komunikasi tidaklah sekedar informatif, yakni agar orang lain
mengerti dan tahu, namun juga persuasif, yakni agar orang lain bersedia
menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan,
dan lain-lain

2.Pengertian Komunikasi Secara Terminologis


Sejalan dengan perkembangan ilmu komunikasi sebagai ilmu pengetahuan
sosial yang sifatnya multidisipliner, definisi-definisi yang yang berikan oleh para
ahli pun semakin banyak dan beragam. Masing-masing memiliki penekanan arti,
cakupan, dan konteks yang berbeda satu dengan lainnya. Dari sekian banyak
definisi tersebut, berikut diantaranya adalah menurut :
1. Bernard Berelson dan Gary A. Steiner: "Komunikasi: transmisi informasi,
gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya, dengan menggunakan
simbol-simbol, kata-kata, gambar, figure, grafik, dan sebagainya.
Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.”
2. Theodore M. Newcomb: "Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai
suatu transmisi informasi terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari
sumber kepada penerima.”
3. Carl I. Hovland: "Komunikasi adalah proses yang memungkinkan
seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-
lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikate)”
4. Gerald R. Miller "Komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan
suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk
mempengaruhi perilaku penerima.”
5. Everett M. Roger: "Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan
dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk
mengubah tingkah laku mereka.”
6. Raymond S. Ross: "Komunikasi (intensional) adalah suatu proses
menyortir, memilih, dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa
sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respons
pikirannya yang serupa dengan yang dimaksud komunikator."
7. Harold Lasswell: (Cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi
adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut) Who Says What
In Which Channel To Whom With What Effect? Atau Siapa Mengatakan

  6  
Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana?
1[4]

Ketujuh definisi di atas, masing-masing memberikan penekanan arti yang


berbeda. Definisi dari Bernard Berelson dan Gary A. Steiner, menekankan
komunikasi pada proses penyampaian. Hal yang disampaikan dapat berupa
informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya, sedangkan cara
penyampaiannya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, figure,
grafik, dan sebagainya. Theodore M. Newcomb juga menekankan komunikasi
sebagai proses pengalihan informasi yang dilakukan oleh pihak komunikator,
namun komunikator dianggap memiliki kewenangan penuh kepada sasaran
komunikasinya.
Sedangkan Raymond S. Ross menekankan bahwa proses penyampaian
komunikasi tidaklah sederhana karena dengan komunikasi tersebut dimaksudkan
terjadinya kesamaan pikiran antara komunikator dengan komunikannya.Definisi
dari Carl I. Hovland, Gerald R. Miller, Everett M. Roger menunjukkan bahwa
komunikasi adalah proses yang terjadi antara satu orang pada orang lainnya,
namun kegiatan yang dilakukan secara sadar dan sengaja mempunyai tujuan untuk
mengubah atau membentuk perilaku dari orang lain yang menjadi sasaran
komunikasi.
Definisi dari Harold Lasswell secara eksplisit dan kronologis menjelaskan
lima komponen yang terlibat dalam komunikasi. Yakni siapa (pelaku komunikasi
pertama yang punya inisiatif sebagai sumber), mengatakan apa (isi informasi yang
disampaikan), kepada siapa (pelaku komunikasi lainnya yang dijadikan sasaran
penerima), melalui saluran apa (alat/saluran penyampaian informasi), dan dengan
akibat apa (hasil yang terjadi pada diri penerima). Definisi ini menunjukkan
bahwa komunikasi adalah suatu upaya yang disengaja dan memiliki tujuan.
Definisi tentang komunikasi, misalnya “komunikasi adalah penyampaian
pesan melalui media elektronik,” atau terlalu luas, misalnya “komunikasi adalah
interkasi antara dua makhluk hidup atau lebih,” sehingga peserta komunikasi ini
mungkin termasuk hewan, tanaman atau bahkan jin.
Dalam buku ini, komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi manusia
(human communication). Sebelumnnya kita bahas komunikasi hewan selintas
membandingkan dengan komunikasi manusia.Terdapat ratusan definisi
komunikasi yang telah dikemukakan para ahli. Seringkali definisi komunikasi
berbeda atau bahkan bertentangan dengan definisi lainnya.
Dance menemukan tiga dimensi konseptual penting yang mendasari
definisi-definisi komunikasi. Dimensi pertama adlah tingkat observasi (level of
                                                                                                                         
 

  7  
observation) atau derajat keabstrakannya. Dimensi kedua adalah kesengajaan
(intentionality). Contoh definisi yang mensyaratkan kesengajaan ini dikemukakan
Gerald R. Miller , yakni komunikasi sebagai “situasi-situasi yang memungkinkan
suatu sumber mentransmisikan suatu pesan kepada seorang penerima dengan
disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.” Sedangkan definisi komunikasi
yang mengabaikan kesengajaan adalah definisi yang dinyatakan Alex Gode, yakni
“suatu proses yang membuat sama bagi dua orang atau lebih apa yang tadinya
merupakan monopoli seseorang atau sejumlah orang.”
Dimensi ketiga adalah penilaian normatif.

PERILAKU PERILAKU SUMBER


PENERIMA Perilaku tidak Perilaku disengaja
disengaja
Simtom Nonverbal Verbal

Tidak diterima 1A 2A 3A
Perilaku simtomatik Pesan nonverbal Pesan verbal tidak
tidak dipersepsi tidak dipersepsi dipersepsi
Diterima secra 1B 2B 3B
insidental Simtom dipersepsi Pesan nonverbal Pesan verbal
secara insidental insidental insidental
Diperhatikan 1C 2C 3C
Simtom Pesan nonverbal Pesan verbal
diperhatikan doperhatikan diperhatikan
Perilaku yang berhubungan dengan komunikasi

Kolom pertama terdiri dari perilaku sumber yang tidak disengaja. Perilaku
ini simtomatik karena dapat ditafsirkan sebagai suatu keadaan sumber seperti
kelelahan, kegugupan, atau kemarahan. Kolom kedua terdiri dari perilaku
nonverbal yang secara sebgaja dikirimkan kepada orang lain, seperti melambaikan
tangan, dsb. Kolom ketiga meliputi tindakan verbal, atau berorientasi-bahasa,
seperti menulis surat, bercakap-cakap atau berpidato.
Littlejohn menyebutkan, setidaknya terdapat tiga pandangan yang dapat
dipertahankan. Pertama, komunikasi harus terbatas pada pesan yang secara
sengaja diarahkan kepada orang lain dan diterima oleh mereka. Kedua,
komunikasi harus mencakup semua perilaku yang bermakna bagi penerima, baik
disengaja atau tidak. Ketiga, komunikasi harus mencakup pesan yang dikirimkan
secara sengaja, namun ini sulit ditentukan. Semua pakar komunikasi sepakat
bahwa komunikasi mencakup perilaku sengaja yang diterima, namun mereka
tidak sepakat perilaku lainnya yang dianggap sebagai komunikasi.
Banyak definisi komunikasi bersifat khas, mencerminkan paradigma atau
perspektif yang digunakan ahli komunikasi tersebut dakam mendekati fenomena
komunikasi. Paradigma ilmiah (objektif, mekanistik, positivistik) yang

  8  
penelaahannya berorientasi pada efek komunikasi tampak dominan,
mengasumsikan komunikasi sebagai suatu proses linier atau proses sebab-akibat,
yang mencerminkan pengirim pesan atau yang biasa disebut
komunikator/pengirim (yang aktif) untuk mengubah pengetahuan, sikap atau
perilaku komunikate/penerima yng pasif.
Dalam pendekatan saintifik oarang yang terlibat dalam komunikasi
dikategorikan sebagai pengirim pesan dan penerima pesan, dalm pendekatan yang
humanistik, mereka disebut peserta komunikasi atau keduanya disebut
komunikator.
Tidak semua perilaku manusia adalah komunikasi. Bentuk umum tindakan
orang yang terlibat komunikasi, yaitu penciptaan pesan dab penafsiran pesan.
Komunikasi manusia melibatkan setidaknya dua orang, meskipun dua orang
tersebut tidak bertatap-muka atau bahkan tidak sejaman.

1. Komunikasi sebagai tindakan satu-arah

Pemahaman komunikasi sebagi proses searah kurang sesuai bila


diterapkan pada komunikasi tatap-muka, namun tidak keliru bila diterapkan pada
komunikasi publik (pidato) yang tidak melibatkan tanya-jawab dan komunikasi
massa (cetak dan elektronik)Pemahaman komunikasi searah ini oleh Michael
Burgoon disebut “definisi berorientasi-sumber”. Ini mengisyaratkan komunikasi
sebagai semua kegiatan yang secara sengaja dilakukan seseorang untuk
menyampaikan rangsangan untuk membangkitkan respons orang lain.
Konseptualisasi komunikasi sebagai tindakan satu arah menyoroti
penyampaian pesan yang efektif dan mengisyaratkan bahwa semua kegiatan
bersifat instrumental dan persuasif.Lima unsur komunikasi yang saling
bergantung satu sama lain, yaitu sumber , komunikator , pembicara, atau
originator. Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan
untuk berkomunikasi. Pesan yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber verbal
atau nonverbal yang mewakili pesan, nilai, gagasan atau maksud sumber tadi.
Saluran atau media, yakni alat atau wahana yang digunakan sumber untuk
menyampaikan pesannya kepada penerima. Penerima sering juga disebut sasaran /
tujuan , komunikate atau khalayak, pendengar, penafsir, yakni orang yang
menerima pesan dari sumber. Efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah
ia menerima pesan tersebut, misal terhibur, setuju atau tidak setuju, dsb.Unsur
komunikasi yang sering ditambahkan adalah umpan balik (feed back), gangguan /
kendala komunikasi (noise / barriers) dan konteks atau situasi komunikasi.

  9  
2. Komunikasi sebagai interaksi
Pandangan komunikasi sebagai interaksi menyetarakan komunikasi
dengan proses sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian. Bila yang
satu sebagai pengirim maka yang satunya lagi sebagai penerima, begitu pula
sebaliknya.
Komunikasi sebagai interaksi dipandang sedikt lebih dinamis daripada
komunikasi sebagai tindakan satu-arah. Salah satu unsur yang dapat ditambahkan
dalam konseptualisasi kedua ini adalah umpan-balik (feed back). Tidak semua
respons penerima adalah umpan balik. Suatu pesan disebut umpan balik bila hal
itu merupakan respons terhadap pesan pengirim dan bila mempengaruhi perilaku
selanjutnya pengirim. Umpan balim juga tidak harus disengaja. Umpan balik itu
sendiri sebenarnya bisa berasal dari saluran komunikasi atau daei lingkungan,
sejauh digunakan oleh komunikator sebagai petunjuk mengenai efektivitas pesan
yang disampaikannya.
Konsep umpan balik dari penerima (pertama) ini sekaligus merupakan pesan
penerima (yang berganti peran menjadi pengirim kedua) yang disampaikan
kepada pengirim pertama (yang saat itu berganti peran menjadi penerima kedua).

3. Komunikasi sebagai transaksi


Semakin banyak orang yang berkomunikasi, semakin rumit transaksi
komunikasi yang terjadi. Dalam konteks ini komunikasi adalah proses personal
karena makna atau pemahaman yang kita peroleh pada dasarnya bersifat pribadi.
Komunikasi sebagai transaksi bersifat intersubjektif, yang dalam bahasa
Rosengren disebut komunikasi penuh manusia. Penafsiran Anda atas perilaku
verbal dan nonverbal orang lain yang Anda kemukakan kepadanya juga
mengbubah penafsiran orang lain tersebut atas pesan Anda dan pada gilirannya,
mengubah penafsiran Anda atas pesan-pesannya, begitu seterusnya.
Menggunkan pandangan ini tampak bahwa komunikasi bersifat dinamis.
Pandangan inilah yang disebut komunikasi sebagai transaksi.
Kelebihan konseptualisasi ini adalah bahwa komunikasi tersebut tidak
membatasi kita pada komunikasi yang disengaja atau respons yang dapat diamati.
Artinya, komunikasi terjadi apakah para pelakunya menyengajanya atau tidak,
dan bahkan meskipun menghasilkan respons yang tidak dapat diamati. Dalam
komunikasi transaksional, komunikasi dianggap telah berlangsung bila seseorang
telah menafsirkan perilaku orang lain, baik verbal maupun nonverbal. Pendekatan
transaksional menyarankan bahwa semua unsur dalam proses komunikasi saling
berhubungan.

  10  
Konteks-Konteks Komunikasi
Secara luas konteks di sini berarti semua faktor di luar orang yang
bekomunikasi yang terdiri dari :
1. Aspek bersifat fisik
Seperti : iklim, cuaca, suhu udara, bentuk ruangan, warna dinding,
penataan tempat duduk, jumlah peserta komunikasi, dan alat yang tersedia
untuk menyampaikan pesan.
2. Aspek psikologis
Seperti : sikap kecenderungan , prasangka dan emosi peserta komunikasi.
3. Aspek sosial
Seperti : norma kelompok, nilai sosial dan karakteristik budaya.
4. Aspek waktu
Yakni kapan berkomunikasi (hari apa, jam berapa, pagi, siang, sore,
malam )

Selain istilah konteks yang lazim, juga digunakan istilah tingkat (level),
bentuk (type), situasi (situation), keadaan(setting), arena, jenis (kind), cara
(mode), pertemuan (encounter), dan kategori. Menurut Verderber misalnya,
konteks komunikasi terdiri dari : konteks fisik, konteks sosial, konteks historis,
konteks psikologis dan konteks kultural. Indikator paling umum untuk
mengklasifikasikan komunikasi berdasar konteksnya adalah jumlah peserta yang
terlibat dalam komunikasi. Maka dikenallah : komunikasi intrapribadi,
komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok (kecil),
komunikasi publik, komunikasi organisasi, dan komunikasi massa. Pendekatan
untuk membedakan konteks komunikasi adalah pendekatan situasional
(situational approach) yang dikemukakan G. R. Miller.
Anwar Arifin (1998:17) berpendapat bahwa komunikasi merupakan suatu
konsep yang multi makna. Makna komunikasi dapat dibedakan berdasarkan :
1. Komunikasi sebagai proses sosial
Everett M. Rogers menginvetarisasi tipe-tipe telaah yang dilakukan
Laswell, Lewin, Hovland dan Lazarsfeld. Laswell menelaah masalah
identifikasi symbol dan image yang bertolak belakang dengan realitas/efek
pada opini public.
Lewin meneliti fungsi-fungsi komunikasi pada kelompok sosial informal.
Hovland meneliti kredibilitas sumber hubungannya dengan efek persuasi.
Lazarsfeld mengungkapkan hubuga antara status sosial, ekonomi, mass
media exposure dan pengaruh interpersonal atau efek pengetahuan, sikap
dan perubahan perilaku. Keempat tokoh disebut sebagai The Four
Founding Father of Communication Science.

  11  
2. Komunikasi sebagai peristiwa sosial
Mempunyai pengertian bahwa komunikasi merupakan gejala yang
dipahami dari sudut bagaimana bentuk dan sifat terjadinya.
3. Komunikasi sebagai ilmu
Struktur ilmu pengetahuan meliputi aspek, aksiologi, epistemology dan
ontology. Aksiologi mempertanyakan dimensi utilitas. Epistemologi
menjelaskan norma-norma yang dipergunakan ilmu pengetahuan untuk
membenarkan dirinya sendiri. Sedangkan ontology menyodorkan struktur
material dari ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu komunikasi di
Indonesia dari segi aksilogi, ilmu komunikasi telah banyak dimanfaatkan
untuk memecahkan persoalan-persoalan sosial. Dari epistemology, ilmu
komunikasi pada umumnya dianggap sebagai subordinat ilmu lain. Makin
berkembangnya pendidikan tinggi ilmu komunikasi, sifat subordinat
tersebut perlahan-perlahan berkurang. Sebaliknya penelitian-penelitian
yang mandiri terhadap gejala komunikasi memungkinkan berkembangnya
teori-teori komunikasi. Dengan demikian wilayah ontology ilmu
komunikasi semakin luas.
4. komunikasi sebagai kiat atau ketrampilan
A.S Ahmad (1993:67) menyebutkan komunikasi sebagai technical know-
how. Komunikasi dipandang sebagai skill yang oleh individu
dipergunakan untuk melakukan profesi komunikasi.

C. Prinsip- Prinsip Komunikasi


Untuk memahami komunikasi dalam segala bentuk dan fungsinya, kita
perlu memahami prinsip-prinsip komunikasi. Devito (1997) mengemukakan
delapan prinsip komunikasi yaitu : komunikasi adalah paket isyarat, komunikasi
adalah proses penyesuaian, komunikasi mencakup dimensi isi dan hubungan,
komunikasi melibatkan transaksi simetris dan komplementer, rangkaian
dipunktuasi, komunikasi adalah proses transaksional, komunikasi tak terhindarkan
dan komunikasi bersifat tak reversible.
Devito (1997) dalam bukunya Komunikasi Antarmanusia menjelaskan
kedelapan prinsip tersebut sebagai berikut:
1. Komunikasi adalah paket isyarat. Perilaku komunikasi, apakah melibatkan
pesan verbal, isyarat tubuh atau kombinasi keduanya biasanya terjadi
dalam ‘paket’.
2. Komunikasi adalah proses penyesuaian. Komunikasi hanya dapat terjadi
bila para komunikatornya menggunakan system isyarat yang sama. Kita
tidak dapat berkomunikasi dengan orang lain kita system bahasanya
berbeda. Namun kita menyadari bahwa tidak ada dua orang yang
menggunakan system isyarat yang sama persis. Oleh karena itu sebagian

  12  
dari seni komunikasi adalah mengidentifikasi isyarat orang lain, mengenali
bagaimana isyarat tersebut digunakan dan memahami apa artinya.
3. Komunikasi mencakup dimensi isi dan hubungan. Komunikasi
menyangkut hubungan antara pembicara dan pendengar. Sebagai contoh,
seorang atasan mungkin berkata kepada bawahannya, “Datanglah ke ruang
saya setelah rapat ini.” Pesan sederhana ini mempunyai aspek isi dan
aspek hubungan. Aspek isi mengacu pada tanggapan perilaku yang
diharapkan yaitu bahwan menemui atasan setelah rapat sedangkan aspek
hubungan menunjukkan bagaimana komunikasi dilakukan. Kalimat
perintah yang sederhana menunjukkan perbedaan status diantara
keduanya.
4. Komunikasi melibatkan transaksi simetris dan komplementer Dalam
hubungan simetris, dua orang saling bercermin pada perilaku lainnya.
Ketika satu orang tersenyum, maka satu orang lainnya akan tersenyum.
Sedangkan dalam hubungan komplementer kedua pihak mempunyai
perilaku yang berbeda. Perilaku salah seorang berfungsi sebagai stimulus
perilaku komplenter yang lain. Dalam hubungan komplementer perbedaan
di antara keduanya dimaksimumkan, orang menempati posisi yang
berbeda; satu sebagai atasan, yang lain bawahan; yang satu aktif, yang lain
pasif.
5. Rangkaian komunikasi dipunktuasi Peristiwa komunikasi merupakan
transaksi yang kontinyu. Tidak ada awal dan tidak ada akhir yang jelas.
Kita dapat membagi proses kontinyu dan berputar ini ke dalam sebab
akibat atau ke dalam stimulus dan tanggapan. Artinya, kita
mensegmentasikan kontinyu komunikasi ini ke dalam potongan-potongan
yang lebih kecil. Istilah bagi kecenderungan untuk membagi berbagai
transaksi komunikasi dalam rangkaian stimulus dan respon disebut sebagai
punktuasi (punctuation).
6. Komunikasi adalah proses transaksional Transaksi yang dimaksud adalah
bahwa komunikasi merupakan suatu proses, bahwa komponen-
komponenya saling terkait, dan para komunikatornya beraksi dan bereaksi
sebagai satu kesatuan atau keseluruhan.
7. Komunikasi tak terhindarkan Selama ini mungkin kita menganggap bahwa
komunikasi berlangsung secara sengaja, bertujuan dan termotivasi secara
sadar. Namun seringkali pula komunikasi terjadi meskipun seorang sama
sekali tidak merasa ingin berkomunikasi. Ketika kita duduk melamun,
mungkin kita merasa bahwa kita tidak berkomunikasi, namun bagi orang
lain yang melihat akan menafsirkan perilaku kita. Setiap perilaku kita
mempunyai potensi untuk ditafsirkan

  13  
8. Komunikasi bersifat tak reversible Sekali kita mengkomunikasikan
sesuatu maka kita tidak bisa tidak mengkomunikasikannya. Kita hanya
dapat berusaha mengurangi dampak dari pesan yang sudah terlanjur
disampaikan. Oleh karena itu kita perlu hati-hati dalam mengucapkan
sesuatu yang mungkin nantinya ingin kita tarik kembali.

Sedangkan Mulyana (2003) dalam bukunya Ilmu Komunikasi Sebuah


Pengantar menjelaskan beberapa prinsip komunikasi antara lain bahwa :
komunikasi adalah suatu proses simbolik, setiap perilaku mempunyai potensi
komunikasi, komunikasi punya dimensi isi dan dimensi hubungan, komunikasi itu
berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan, komunikasi terjadi dalam
konteks ruang dan waktu, komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi.
Komunikasi itu bersifat sistematik, semakin mirip latar belakang sosial
budaya semakin efektiflah komunikasi, komunikasi bersifat non sekuensial,
komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional dan prinsip yang
terakhir adalah Komunikasi bersifat inreversible, komunikasi bukan merupakan
obat mujarab (panasea) untuk menyelesaikan berbagai masalah. Dijelaskan lebih
lanjut oleh Mulyana (2003) sebagai berikut :
Prinsip 1. Komunikasi adalah suatu Proses Simbolik Salah satu kebutuhan
pokok manusia adalah kebutuhan akan simbolisasi atau penggunaan lambang.
Beberapa hal terkait dengan penggunaan lambang, yaitu : Lambang / simbol
adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan
kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi pesan verbal, non verbal dan
obyek yang maknanya disepakati bersama.
Lambang adalah salah satu kategori tanda, dimana hubungan antara tanda
dan obyek juga dapat dipresentasikan oleh ikon-ikon dan indeks. Namun perlu
dicatat ikon dan indeks tidak memerlukan kesepakatan bersama, sedangkan
lambang memerlukan kesepakatan. Ikon adalah suatu benda fisik dua atau tiga
dimensi yang menyerupai apa yang dipresentasikan.
Representasi ini ditandai dengan kemiripan misalnya : patung Sukarno
adalah ikon Sukarno indeks adalah suatu tanda yang secara alamiah⎫
mempresentasikan obyek lainnya. Istilah lain yang digunakan untuk indeks adalah
sinyal (signal), yang dalam bahasa sehari-hari yang disebut gejala (symptom).
Indeks muncul berdasar hubungan antara sebab dan akibat yang punya kedekatan
eksistensi. Misalnya awan gelap adalah indeks hujan akan turun. Lambang
mempunyai bebeapa sifat, yaitu: bersifat sembarang, manasuka atau sewenang-
wenang.
Apa saja bisa dijadikan lambang, bergantung pada kesepakatan bersama.
Kata-kata (lisan dan tulisan), isyarat tubuh, huruf, makanan, dandanan, tempat
tinggal, dan sebagainya Lambang pada dasarnya tidak mempunyai makna, kitalah

  14  
yang memberi makna pada lambang. Lambang itu bervariasi Lambang itu
bervariasi dari suatu budaya ke budaya lain, dari suatu tempat ke tempat lain, dari
suatu konteks waktu ke waktu yang lain.
Misalnya Indonesia menyebut modul yang anda baca ini adalah buku,
orang Inggris menyebutnya book, orang Jerman menyebutnya buch Prinsip 2.
Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi Kita tidak dapat berkomunikasi
(We cannot not communication). Tidak berarti semua perilaku adalah komunikasi.
sebagai contoh pada saat kita diminta untuk tidak berkomunikasi, hal ini sangat
sulit dilakukan karena setiap hal yang kita lakukan berpotensi untuk ditafsirkan,
ketika kita melotot ditafsirkan marah, ketika tersenyum ditafsirkan gembira.
Begitu pula dengan sikap diam dapat ditafsirkan setuju.
Prinsip 3. Komunikasi Punya Dimensi Isi dan Dimensi Hubungan Setiap
komunikasi mempunyai dimensi isi dan dimensi hubungan. Dimensi isi disandi
secara verbal, menunjukkan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa yang dikatakan.
Sedangkan dimensi hubungan disandi secara non verbal, menunjukkan bagaimana
cara mengatakan, dan mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta
komunikasi itu dan bagaimana seharusnya pesan ditafsirkan. Sebagai contoh,
ketika seorang pemuda bertanya “ Mau pergi ke Jakarta, Dik?’ kepada seorang
wanita yang duduk disebelahnya dalam sebuah kereta, bukannya pria itu tidak
tahu bahwa kereta menuju ke Jakarta, melainkan pria tersebut ingin berkenalan
atau ingin menunjukkan keramahannya.
Prinsip 4. Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan
Komunikasi dilakukan dalam berbagai tingkat kesengjaan mulai dari komunikasi
yang tidak disengaja sama sekali (misalnya ketika seseorang mengamati kita pada
saat menagis) sampai pada tingkat kesengajaan yang benar-benar direncanakan
(misalnya seorang dosen yang mengajar di kelas).Kesengajaan bukanlah syarat
untuk terjadinya komunikasi. meski kita tidak bermaksud untuk menyampaikan
pesan. Namun perilaku kita potensial untuk ditafsirkan. Coba amati teman anda
yang sedang mengikuti kuliah !, mungkin ada yang berpangku tangan, ada yang
melamun, nah anda dapat menafsirkan perilaku teman anda tersebut, tanpa
kesengajaan bahwa perilaku teman yang anda amati telah menyampaikan pesan.
Prinsip 5. Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktuMakna pesan
juga bergantung pada konteks fisik/ruang, waktu, social dan psikologis. Sebagai
contoh, topik-topik yang lazim dipercakapkan di rumah, tempat kerja, atau tempat
hiburan seperti “lelucon”, “acara televisi”, “mobil”, “bisnis” , atau “perdagangan”
terasa kurang sopan bila dikemukakan di masjid. Waktu juga mempengaruhi
makna terhadap suatu pesan. Misalnya kunjungan seorang mahasiswa kepada
teman kuliahnya yang wanita pada malam minggu akan dimaknai lain
dibandingkan dengan kedatangannya pada malam biasa.

  15  
Kehadiran orang lain , sebagai konteks social juga akan mempengaruhi
orang-orang yang berkomunikasi. Misalnya dua orang yang diam-diam berkonflik
akan merasa canggung bila tidak ada orang lain sama sekali di dekat mereka.
Suasana psikologis peserta komunikasi mempengaruhi juga suasana komunikasi.
ketika orang-orang berkomunikasi. Misalnya ketika kita menyampaikan kritik
kepada teman kita pada suasana santai atau bercanda mungkin akan diterima
dengan baik oleh teman kita, namun jika kritik kita lontarkan pada saat teman
sedang merasa sedih atau emosi maka akan membuatnya marah.
Prinsip 6. Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi Selain itu
ketika orang berkomunikasi, mereka meramalkan efek perilaku komunikasi
mereka. Dengan kata lain, komunikasi juga terikat oleh aturan atau tatakrama.
Misalnya kepada orang yang lebih tua kita akan memanggilnya dengan sebutan
bapak / ibu, karena jika kita hanya memanggil namanya tentu akan membuatnya
tersinggung. Dengan demikian orang-orang memilih strategi tertentu berdasarkan
bagaimana orang yang menerima pesan akan merespon.
Prinsip 7. Komunikasi itu bersifat sistematik Komunikasi setidaknya
menyangkut dua sistem dasar beroperasi dalam transaksi komunikasi, yaitu :
system internal dan system eksternal Sistem internalθ Seluruh sistem nilai yang
dibawa oleh individu ketika ia berpartisipasi dalam komunikasi, yang ia serap
selama sosialisasinya dalam berbagai lingkungan sosialnya (keluarga, masyarakat
setempat, kelompok suku, kelompok agama, lembaga, kelompok sebaya, tempat
kerja, dan sebagainya).Istilah lain system internal : kerangka rujukan (frame of
reference), bidang pengalaman (filed of experience), struktur kognitif, pola piker ,
keadaan internal atau sikap (attitude).System internal mengandung semua unsur
yang membentuk individu (termasuk ciri-ciri kepribadian, pendidikan, penget,
agama, dan sebagainya). Sehingga system internal ini dapat diduga dari kata-kata
yang diucapkan atau perilaku yang ditunjukan. Sistem eksternal System eksternal
terdiri dari unsur-unsur dalam lingkungan diluar individu, seperti isyarat fisik
peserta komunikasi, kegaduhan disekitar, penataan ruang. Merupakan elemen-
elemen berupa stimulasi publik yang terbuka bagi setiap peserta komunikasi
dalam setiap transaksi komunikasi.Komunikasi merupakan produk dari perpaduan
antara system internal dan eksternal di atas. Lingkungan dan objek mempengaruhi
komunikasi kita, namun persepsi kita atas lingkungan juga mempengaruhi
perilaku kita.
Prinsip 8. Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah
komunikasi.Kesamaan dalam hal-hal tertentu, misalnya agama, ras (suku), bahasa,
pendidikan, atau tingkat ekonomi akan mendorong orang-orang untuk saling
tertarik dan karena kesamaan tersebut komunikasi lebih efektif. Kesamaan bahasa
khususnya akan membuat orang yang terlibat komunikasi lebih mudah mencapai

  16  
pengertian bersama disbanding dengan orang yang tidak saling memahami bahasa
yang digunakan.
Prinsip 9. Komunikasi bersifat non sekuensial Sebenarnya komuniaksi
manusia dalam bentuk dasarnya bersifat dua arah atau disebut juga bersifat
sirkuler. Komunikasi sirkuler, ditandai beberapa hal berikut :1) Orang-orang yang
berkomunikasi dianggap setara, yang mengirim dan menerima pesan pada saat
yang sama.2) Proses komunikasi berlangsung timbal balik (dua arah)3) Dalam
prakteknya, tidak dapat dibedakan antara pesan dan umpan balik.4) Komunikasi
yang terjadi sebenarnya jauh lebih rumit. Misalnya komunikasi antara dua orang
sebernarnya secara simultan melibatkan komunikasi dengan diri sendiri (berpikir)
untuk menanggapi pihak lain.
Prinsip 10. Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan
transaksionalKomunikasi pada dasarnya tidak mempunyai awal dan tidak
mempunyai akhir, namun merupakan proses yang berkesinambungan. Sebagai
contoh ketika seorang anak dinasehati ibunya untuk rajin belajar, komunikasi ini
tidak berakhir ketika ibunya selesai berbicara, namun akan berlangsung terus
krena anak ini akan terus menerus mengingatnya atau memaknainya.Dalam proses
komunikasi, para peserta komunikasi saling mempengaruhi, seberapa kecil
pengaruh itu, baik lewat komunikasi verbal maupun non verbal. Transaksi
menunjukkan bahwa para peserta komunikasi saling berhubungan, sehingga kita
dapat mempertimbangkan salah satu tanpa mempertimbangkan yang
lainnya.Implikasi dari komunikasi sebagai prose yang dinamis dan transaksional
adalah bahwa para peserta komunikasi berubah (dari sekedar berubah
pengetahuan hingga berubah pandangan dunia dan perilakunya).
Prinsip 11. Komunikasi bersifat irreversibleSifat irreversible ini adalah
implikasi dari komunikasi sebagai suatu proses yang selalu berubah. Oleh karena
itu kita harus berhati-hati dalam menyampaikan pesan kepada orang lain, sebab
efeknya tidak bisa ditiadakan sama sekali, meskipun kita berupaya meralatnya.
Sehingga muncul ungkapan “To forgive but not to forget” (kita bisa memaafkan
kesalahan orang lain, namun tidak dapat melupakannya).
Prinsip 12. Komunikasi bukan merupakan obat mujarab (panasea) untuk
menyelesaikan berbagai masalah.Banyak permasalahan antarmanusia yang
disebabkan oleh masalah komunikasi, namun komunikasi bukan obat mujarab
(panasea) untuk menyelesaikan masalah terebut, karena permasalahan tersebut
berkaitan dengan masalah structural. Sehingga agar komunikasi efektif maka
masalah structural harus diatasi. Sebagai contoh meskipun pemerintah berusaha
menjalin komunikasi yang efektif dengan warga Aceh, tidak mungkin usaha
tersebut berhasil, selama pemerintah masih memperlakukan mereka secara tidak
adil.

  17  
D. Fungsi dan Tujuan Komunikasi
1. Fungsi Komunikasi
Ilmu komunikasi memiliki pemahaman yang luas namun ilmu komunikasi
ini memiliki beberapa fungsi kenapa kita harus mempelajarinya berdasarkan
kerangka yang di kemukakan William I. Gorden.
Fungsi pertama, komunikasi sosial
Fungsi sebagai kamunikasi sosial bahwa komunikasi itu penting untuk
membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk
memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain
lewat komunikasi yang bersifat menghibur dan memupuk hubungan dengan orang
lain. Faktor umum dari semua kesuksesan dan kebahagiaan adalah orang lain.
(Dikutip pada buku the art of dealing with people, Les Geblin) Henry kaiser
berkata ” Anda secara otomatis akan mempraktikkan hubungan antar-sesama
manusia yang baik kalau anda ingat bahwa setiap individu itu penting, karena
setiap individu adalah anak Tuhan”.

Fungsi kedua, komunikasi Ekspresif


Komunikasi ekspresif ini tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain,
komunikasi ini menjadi instrumen menyampaikan perasaan(emosi) kita. Perasaan
ini di komunikasikan melalui pesan – pesan nonverbal seperti perasaan sayang,
simpati, gembira, sedih, takut, rindu, prihatin, marah, dan benci dapat
disampaikan lewat kata – kata. Komunikasi kita dapat di salurkan pada seni
seperti tarian, puisi, novel, cerpen atau lukisan. Dimana dengan mengekspresikan
perasaan ini kita dapat mengubah perasaan orang lain untuk mengikuti perasaan
yang kita ekspresikan, dengan ini orang bisa setuju dengan pemikiran kita.

Fungsi ketiga, komunikasi Ritual


Jelas komunikasi ini berkaitan dengan acara – acara ritual yang dapat
diekspresikan lewat komunikasi yang menampilkan perilaku – perilaku tertentu
yang bersifat simbolik. Seperti tradisi keluarga, suku, agama, ideologi, bangsa,
dan negara. Bunuh diri yang di lakukan oleh orang jepang yang mengikuti jejak
kaum samurai untuk menebus rasa bersalah mereka dan untuk menunjukkan
tanggung jawab mereka atas kesalahannya atau bawahannya. Tradisi ini
menunjukkan komunikasinya bahwa Ia ingin menebus segala kesalahannya.
Edward T. Hall berkata ”budaya adalah komunikasi” dan ”komunikasi adalah
budaya”. Komunikasi sebagai mekanisme untuk menunjukkan dan
memperkenalkan budaya – budaya dan acara yang menjadi tradisi kita. Jadi
dengan komunikasi dapat menunjukkan identitas diri, kelompok, ataupun ciri
suatu daerah

  18  
Fungsi keempat, Komunikasi instrumental
Komunikasi ini memiliki beberapa tujuan umum yaitu menginformasikan,
mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, dan mengubah perilaku
atau pergerakan tindakan dan juga untuk menghibur. Tujuan – tujuan diatas dapat
dikatakan membujuk (persuasif). Komunikasi ini membuat seorang dapat
mengubah dan meyakinkan orang lain untuk mempercayainya. Misal seorang
public relation atau humas di suatu perusahaan menawarkan kerjasama atau
produk perusahaan pada calon konsumen, otomatis sang PR harus membujuk
calon konsumen dengan jenis – jenis komunikasi yang meyakinkan yaitu
keunggulan produk, jenis, dan manfaatnya. Sehingga calon konsumen
memutuskan untuk bekerja sama. Komunikasi instrumental juga akan menentukan
pencapaian tujuan dan visi serta cita – cita kita.

Beberapa peranan pentingnya komunikasi yang di kutip dari ”komunikasi antar


pribadi, johnson D.W 1981”
• Komunikasi antar pribadi membantu perkembangan intelektual dan sosial
kita
• Identitas atau jati diri kita terbentuk dalam dan lewat komunikasi dengan
orang lain
• Dapat membanding realitas disekeliling kita serta menguji kebenaran
kesan – kesan dan pengertian yang kita miliki tentang dunia disekitar kita
• Kesehatan mental kita sebagian besar juga ditentukan pleh kualitas
komunikasi atau hubungan kita dengan orang lain.
Johnson menyebutkan beberapa pentingnya komunikasi yang dapat meyakinkan
kita disini bahwa ilmu komunikasi adalah ilmu hidup, ilmu sosial yang
dibutuhkan untuk pembentukan pribadi dan integritas kita di masyarakat.

”Berbagai penelitian membuktikan bahwa jika anda mempelajari cara membina


hubungan dengan orang lain berarti anda sudah menempuh 85% dari perjalanan
menuju kesuksesan dalam bisnis, pekerjaan, atau profesi apapun, dan sekitar, 95%
dari perjalanan menuju kebahagiaan pribadi.” Penyebab 90% orang gagal dalam
kehidupan adalah kegagalan dalam membina hubungan baik dengan orang lain.
Orang sukses atau bahagia bukan hanya orang yang terpandai tapi orang yang
pandai bergaul. (Dikutip pada buku the art of dealing with people, Les Geblin)

• Seperti yang dialami seorang pelamar kerja, ia gagal dalam penerimaan


pekerjaan, padahal dia cerdas, pintar dan terampil tapi dia kurang terampil
dalam berkomunikasi dalam menjawab pertanyaan dari pewawancara yaitu
menginformasikan kelebihan dirinya sehingga layak bekerja pada
perusahaan tersebut.

  19  
• Pada kawasan politik, sebagian pengamat politik menilai, misalnya kasus
dugaan korupsi oleh bendahara partai demokrat, yang membawa nama –
nama pengurus partai demokrat yang lainnya. Strategi komunikasi politik
nazaruddin membingungkan, dengan mengungkapkan orang – orang yang
terkait, sesampainya Ia di indonesia Ia mengatakan pada media bahwa ”Ia
tidak akan membuka rahasia asal anak istrinya di lindungi.” Maksud dari
perkataan ini membuat para pengamat, LSM, akademisi bertanya – tanya
ada sesuatu di partai demokrat. Disini Nazaruddin memainkan komunikasi
politiknya, kapan Ia berbicara dan kapan Ia diam.
• Perlu kita ketahui tanpa komunikasi yang baik kita tidak akan berhasil
mencapai visi dan misi di segala bidang, sehingga ilmu komunikasi di
butuhkan di segala bidang, dari profesi dokter, pengacara, pejabat
pemerintah, pengusaha,pegawai dan juru bicara kepresidenan pun
membutuhkan ilmu komunikasi, komunikasi yang baik berkualitas. So,
Ilmu komunikasi sangat perlu di pelajari secara mendalam dan
pemahaman yang jelas. Dan Jurusan Ilmu Komunikasi dari tahun ke tahun
peminatnya semakin bertambah, zaman yang serba modern dan
perkembangan teknologi komunikasi saat ini sangat membutuhkan lulusan
– lulusan sarjana komunikasi yang berkompeten

2. Tujuan Komunikasi
Terdapat empat tujuan atau motif komunikasi. Tujuan dapat disadari
ataupun tidak, dapat dikenali ataupun tidak. Selanjutnya meskipun teknologi
berubah dengan cepat dan drastis tujuan berkomunikasi pada dasarnya akan tetap
sama, yaitu sebagai berikut:
• Untuk Menemukan. Salah satu tujuan utama komunikasi menyangkut
penemuan diri (personal discovery). Bila anda berkomunikasi dengan
orang lain, anda belajar mengenai diri sendiri selain juga tentang orang
lain. Kenyataan nya , persepsi diri anda sebagian besar dihasilkan dari apa
yang telah anda pelajari tentang diri sendiri dari orang lain selama
komunikasi, khususnya dalam perjumpaan – perjumpaan antar pribadi.
Dengan berbicara tentang diri kita sendiri dengan orang lain, kita
memperoleh umpan balik yang berharga mengenai perasaan, pemikiran
dan perilaku kita. Dari perjumpaan seperti ini kita menyadari, misalnya
bahwa perasaan kita ternyata tidak jauh berbeda dengan perasaan orang
lain..
• Untuk berhubungan .salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah
berhubungan dengan orang lain. Membina dan memelihara hubungan
dengan orang lain. Kita ingin merasa dicintai dan disukai, dan kemudian

  20  
kita juga ingin mencintai dan menyukai orang lain, kita menghabiskan
banyak waktu dan energy komunikasi kita untuk membina dan
memelihara hubungan social.
• Untuk meyakinkan. Media massa sebagian besar untuk meyakinkan kita
agar mengubah sikap dan perilaku kita. Tetapi , kita juga menghabiskan
waktu untuk melakukan persuasi antarpribadi, baik sebagai sumber
maupun sebagai penerima.dalam perjumpaan antarpribadi sehari- hari kita
berusaha untuk mengubah sikap dan perilaku orang lain. Kita berusaha
untuk mengajak orang lain agar mau bersikap dan berprilaku sesuai
dengan yang kita inginkan.
• Untuk bermain. Kita menggunakan banyak perilaku komunikasi kita untuk
bermain dan menghibur diri. Demikian pula, banyak dari perilaku
komunikasi yang dirancang untuk menghibur orang lain.

Tentu saja. Tujuan komunikasi bukan hanya ini. Masih banyak tujuan
komunikasi yang lain. Tetapi keempat tujuan yang disebutkan diatas merupakan
yang utama, berdasar atas pendapat de vito, 2011. Selanjtnya, tidak ada tindak
komunikasi yang didorong hanya oleh satu factor, oleh karenanya setiap
komunikasi barangkali didorong oleh kombinasi beberapa tujuan dan bukannya
hanya satu tujuan.

  21  
BAB II
KOMPONEN KOMUNIKASI

Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi bisa
berlangsung dengan baik. Menurut Laswell komponen-komponen komunikasi
adalah:
 Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan
pesan kepada pihak lain.
 Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu
pihak kepada pihak lain.
 Saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan kepada
komunikan. dalam komunikasi antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat
berupa udara yang mengalirkan getaran nada/suara
 .Penerima atau komunikate (receiver) adalah pihak yang menerima pesan
dari pihak lain
 Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi
pesan yang disampaikanya
 Aturan yang disepakati para pelaku komunikasi tentang bagaimana
komunikasi itu akan dijalankan ("Protokol").

Komponen komunikasi hampir sama dengan unsur-unsur komunikasi, yaitu :


(1) komponen komunikan; (2) komponen komunikator; (3) komponen pesan; (4)
komponen umpan balik. Dengan memperhatikan komponen – komponen
komunikasi tersebut, dapat dijabarkan sebagai berikut:
a) Komponen komunikan Seseorang dapat dan akan menerima pesan apabila
dalam kondisi sebagai berikut: pesan komunikasi benar-benar dimengerti
oleh penerima pesan- pengambilan keputusan dilakukan secara sadar
untuk mencapai tujuan- pengambilan keputusan dilakukan secara sadar
untuk kepentingan pribadinya- mampu menempatkan baik secara mental
atau fisik
b) Komponen komunikator Komunikasi dapat berjalan efektif bila : adanya
kepercayaaan dalam diri komunikator (self credibility) dan kepercayaan
kepada komunikator mencerminkan pesan yang diterima komunikan
dianggap benar serta sesuai kenyataan dan daya tarik komunikator (source
attractiviness).
c) Komponen pesan Pesan dapat berupa nasehat, bimbingan, dorongan,
informasi dll. Pesan dapat disampaikan lisan maupun non verbal.

  22  
d) Umpan balik Merupakan respon yang diberikan oleh komunikan terhadap
pesan yang diterimanya. Umpan balik dapat digunakan untuk mengukur
besarnya informasi yang diterima dibandingkan dengan yang diterima.

Komponen Komunikasi
1. Lingkungan komunikasi Lingkungan (konteks) komunikasi setidak-
tidaknya memiliki tiga dimensi:
i) Fisik, adalah ruang dimana komunikasi berlangsung yang nyata atau
berwujud.
ii) Sosial-psikoilogis, meliputi, misalnya tata hubungan status di antara
mereka yang terlibat, peran yang dijalankan orang, serta aturan budaya
masyarakat di mana mereka berkomunikasi. Lingkungan atau konteks
ini juga mencakup rasa persahabatan atau permusuhan, formalitas atau
informalitas, serius atau senda gurau,
iii) Temporal (waktu), mencakup waktu dalam hitungan jam, hari, atau
sejarah dimana komunikasi berlangsung. Ketiga dimensi lingkungan
ini saling berinteraksi; masing-masing mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh yang lain. Sebagai contoh, terlambat memenuhi janji dengan
seseorang (dimensi temporal), dapat mengakibatkan berubahnya
suasana persahabatan-permusuhan (dimensi sosial-psikologis), yang
kemudian dapat menyebabkan perubahan kedekatan fisik dan
pemilihan rumah makan untuk makan malam (dimensi fisik).
Perubahan-perubahan tersebut dapat menimbulkan banyak perubahan
lain. Proses komunikasi tidak pernah statis.

2. Sumber-Penerima
Kita menggunakan istilah sumber-penerima sebagai satu kesatuan
yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa setiap orang yang terlibat
dalam komunikasi adalah sumber (atau pembicara) sekaligus penerima
(atau pendengar). Anda mengirimkan pesan ketika anda berbicara,
menulis, atau memberikan isyarat tubuh. Anda menerima pesan dengan
mendengarkan, membaca, membaui, dan sebagainya.
Tetapi, ketika anda mengirimkan pesan, anda juga menerima pesan. Anda
menerima pesan anda sendiri (anda mendengar diri sendiri, merasakan
gerakan anda sendiri, dan melihat banyak isyarat tubuh anda sendiri) dan
anda menerima pesan dari orang lain (secara visual, melalui pendengaran,
atau bahkan melalui rabaan dan penciuman). Ketika anda berbicara dengan
orang lain, anda memandangnya untuk mendapatkan tanggapan (untuk
mendapatkan dukungan, pengertian, simpati, persetujuan, dan sebagainya).

  23  
Ketika anda menyerap isyarat-isyarat non-verbal ini, anda menjalankan
fungsi penerima.

3. Enkoding-Dekoding
Dalam ilmu komunikasi kita menamai tindakan menghasilkan
pesan (misalnya, berbicara atau menulis) sebagai enkoding (encoding).
Dengan menuangkan gagasan-gagasan kita ke dalam gelombang suara
atau ke atas selembar kertas, kita menjelmakan gagasan-gagasan tadi ke
dalam kode tertentu. Jadi, kita melakukan enkoding. Kita menamai
tindakan menerima pesan (misalnya, mendengarkan atau membaca)
sebagai dekoding (decoding). Dengan menerjemahkan gelombang suara
atau kata-kata di atas kertas menjadi gagasan, anda menguraikan kode tadi.
Jadi, anda melakukan dekoding.
Oleh karenanya kita menamai pembicara atau penulis sebagai
enkoder (encoder), dan pendengar atau pembaca sebagai dekoder
(decoder). Seperti halnya sumber-penerima, kita menuliskan enkoding-
dekoding sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan
bahwa anda menjalankan fungsi-fungsi ini secara simultan. Ketika anda
berbicara (enkoding), anda juga menyerap tanggapan dari pendengar
(dekoding).
Kompetensi Komunikasi Kompetensi komunikasi mengacu pada
kemampuan anda untuk berkomunikasi secara efektif (Spitzberg dan
Cupach, 1989). Kompetensi ini mencakup hal-hal seperti pengetahuan
tentang peran lingkungan (konteks) dalam mempengaruhi kandungan
(content) dan bentuk pesan komunikasi (misalnya, pengetahuan bahwa
suatu topik mungkin layak dikomunikasikan kepada pendengar tertentu di
lingkungan tertentu, tetapi mungkin tidak layak bagi pendengar dan
lingkungan yang lain). Pengetabuan tentang tatacara perilaku nonverbal
(misalnya kepatutan sentuhan, suara yang keras, serta kedekatan fisik)
juga merupakan bagian dari kompetensi komunikasi.
Dengan meningkatkan kompetensi anda, anda akan mempunyai
banyak pilihan berperilaku. Makin banyak anda tahu tentang komunikasi
(artinya, makin tinggi kompetensi anda), makin banyak pilihan, yang anda
punyai untuk melakukan komunikasi sehari-hari. Proses ini serupa dengan
proses mempelajari perbendaharaan kata: Makin banyak kata anda ketahui
(artinya, makin tinggi kompetensi perbendaharaan kata anda), makin
banyak cara yang anda miliki untuk mengungkapkan diri.

  24  
4. Pesan Pesan komunikasi
Pesan komunikasi dapat mempunyai banyak bentuk. Kita
mengirimkan dan menerima pesan ini melalui salah satu atau kombinasi
tertentu dari panca indra kita. Walaupun biasanya kita menganggap pesan
selalu dalam bentuk verbal (lisan atau tertulis), ini bukanlah satu-satunya
jenis pesan. Kita juga berkomunikasi secara nonverbal (tanpa kata).
Sebagai contoh, busana yang kita kenakan, seperti juga cara kita berjalan,
berjabatan tangan, menggelengkan kepala, menyisir rambut, duduk, dan.
tersenyum. Pendeknya, segala hal yang kita ungkapkan dalam melakukan
komunikasi.

5. Saluran Saluran komunikasi


Saluran komunikasi adalah media yang dilalui pesan. Jarang sekali
komunikasi berlangsung melalui hanya satu saluran, kita menggunakan
dua, tiga, atau empat saluran yang berbeda secara simultan. Sebagai
contoh, dalam interaksi tatap muka kita berbicara dan mendengarkan
(saluran suara), tetapi kita juga memberikan isyarat tubuh dan menerima
isyarat ini secara visual (saluran visual). Kita juga memancarkan dan
mencium bau-bauan (saluran olfaktori). Seringkali kita saling menyentuh,
ini pun komunikasi (saluran taktil). Umpan Balik Umpan balik adalah
informasi yang dikirimkan balik ke sumbernya. Umpan balik dapat berasal
dari anda sendiri atau dari orang lain. Dalam diagram universal
komunikasi tanda panah dari satu sumber-penerima ke sumber-penerima
yang lain dalam kedua arah adalah umpan balik. Bila anda menyampaikan
pesan misalnya, dengan cara berbicara kepada orang lain anda juga
mendengar diri anda sendiri. Artinya, anda menerima umpan balik dari
pesan anda sendiri. Anda mendengar apa yang anda katakan, anda
merasakan gerakan anda, anda melihat apa yang anda tulis. Selain umpan
balik sendiri ini, anda menerima umpan balik dari orang lain. Umpan balik
ini dapat datang dalam berbagai bentuk: Kerutan dahi atau senyuman,
anggukan atau gelengan kepala, tepukan di bahu atau tamparan di pipi,
semuanya adalah bentuk umpan balik.

6. Gangguan Gangguan (noise)


Gangguan dalam komunikasi yang mendistorsi pesan. Gangguan
menghalangi penerima dalam menerima pesan dan sumber dalam
mengirimkan pesan. Gangguan dikatakan ada dalam suatu sistem
komunikasi bila ini membuat pesan yang disampaikan berbeda dengan
pesan yang diterima. Gangguan ini dapat berupa gangguan fisik (ada
orang lain berbicara), psikologis (pemikiran yang sudah ada di kepala

  25  
kita), atau semantik (salah mengartikan makna). Tabel dibawah
menyajikan ketiga macam gangguan ini secara lebih rinci.
Macam Definsi Contoh Fisik Interferensi dengan transmisi fisik isyarat
atau pesan lain Desingan mobil yang lewat, dengungan komputer,
kacamata Psikollogis Interferensi kognitif atau mental Prasangka dan bias
pada sumber-penerima, pikiran yang sempit Semantik Pembicaraan dan
pendengar memberi arti yang berlainan Orang berbicara dengan bahasa
yang berbeda, menggunakan jargon atau istilah yang terlalu rumit yang
tidak dipahami pendengar

7. Gangguan dalam komunikasi tidak terhindarkan.


Semua komunikasi mengandung gangguan, dan walaupun kita
tidak dapat meniadakannya samasekali, kita dapat mengurangi gangguan
dan dampaknya. Menggunakan bahasa yang lebih akurat, mempelajari
keterampilan mengirim dan menerima pesan nonverbal, serta
meningkatkan keterampilan mendengarkan dan menerima serta
mengirimkan umpan balik adalah beberapa cara untuk menanggulangi
gangguan.

8. Efek Komunikasi
Komunikasi selalu mempunyai efek atau dampak atas satu atau
lebih orang yang terlibat dalam tindak komunikasi. Pada setiap tindak
komunikasi selalu ada konsekuensi. Sebagai contoh, anda mungkin
memperoleh pengetahuan atau belajar bagaimana menganalisis,
melakukan sintesis, atau mengevaluasi sesuatu; ini adalah efek atau
dampak intelektual atau kognitif. Kedua, anda mungkin memperoleh sikap
baru atau mengubah sikap, keyakinan, emosi, dan perasaan anda; ini
adalah dampak afektif. Ketiga, anda mungkin memperoleh cara-cara atau
gerakan baru seperti cara melemparkan bola atau melukis, selain juga
perilaku verbal dan noverbal yang patut; ini adalah dampak atau efek
psikomotorik.

9. Etik dan Kebebasan Memilih Karena komunikasi mempunyai dampak,


maka ada masalah etik di sini. Karena komunikasi mengandung
konsekuensi, maka ada aspek benar-salah dalam setiap tindak komunikasi.
Tidak seperti prinsip-prinsip komunikasi yang efektif, prinsip-prinsip
komunikasi yang etis sulit dirumuskan.

  26  
Seringkali kita dapat mengamati dampak komunikasi, dan berdasarkan
pengamatan ini, merumuskan prinsip-prinsip komunikasi yang efektif. Tetapi, kita
tidak dapat mengamati kebenaran atau ketidakbenaran suatu tindak komunikasi.
Dimensi etik dari komunikasi makin rumit karena etik begitu terkaitnya dengan
falsafah hidup pribadi seseorang sehingga sukar untuk menyarankan pedoman
yang berlaku bagi setiap orang. Meskipun sukar, pertimbangan etik tetaplah
merupakan bagian integral dalam setiap tindak komunikasi. Keputusan yang kita
ambil dalam hal komunikasi haruslah dipedomani oleh apa yang kita anggap
benar di samping juga oleh apa yang kita anggap efektif.
Apakah komunikasi itu etis atau tidak etis, landasannya adalah gagasan
kebebasan memilih serta asumsi bahwa setiap orang mempunyai hak untuk
menentukan pilihannya sendiri. Komunikasi dikatakan etis bila menjamin
kebebasan memilih seseorang dengan memberikan kepada orang tersebut dasar
pemilihan yang akurat. Komunikasi dikatakan tidak etis bila mengganggu
kebebasan memilih seseorang dengan menghalangi orang tersebut untuk
mendapatkan informasi yang relevan dalam menentukan pilihan. Oleh karenanya,
komunikasi yang tidak etis adalah komunikasi yang memaksa seseorang (1)
mengambil pilihan yang secara normal tidak akan dipilihnya atau (2) tidak
mengambil pilihan yang secara normal akan dipilihnya. Sebagai contoh, seorang
pejabat rekruting perusahaan mungkin saja membesar-besarkan manfaat bekerja
di Perusahaan X dan dengan demikian mendorong anda untuk menentukan pilihan
yang secara normal tidak akan anda ambil (jika saja anda mengetahui fakta-fakta
sebenarnya).
Dalam etik yang didasarkan atas kebebasan memilih ini, ada beberapa
persyaratan. Kita mengasumsikan bahwa orang-orang ini sudah cukup umur dan
berada dalam kondisi mental yang memungkinkan mereka melaksanakan pilihan
secara bebas. Selanjutnya, kita mengasumsikan bahwa kebebasan memilih dalam
situasi mereka tidak akan menghalangi kebebasan memilih orang lain. Sebagai
contoh, anak-anak berusia 5 atau 6 tahun tidak akan siap untuk menentukan
pilihan sendiri (memilih menu mereka sendiri, memilih waktu untuk tidur,
memilih jenis obat), sehingga harus ada orang lain yang melakukannya untuk
mereka. Begitu juga, seseorang yang menderita keterbelakangan mental
membutuhkan orang lain untuk mengambilkan keputusan tertentu bagi mereka.
Di samping itu, situasi lingkungan kehidupan seseorang dapat membatasi
kebebasan memilih ini. Sebagai contoh, anggota tentara seringkali harus
melepaskan kebebasan memilih dan makan nasi bungkus, bukan roti keju,
mengenakan seragam militer, bukan jins, lari pagi, bukan tidur. Dengan menjadi
tentara, seseorang setidak-tidaknya harus melepaskan sebagian hak mereka untuk
menentukan pilihan sendiri. Akhirnya, kebebasan memilih yang kita miliki tidak
boleh menghalangi orang lain untuk menentukan pilihan mereka sendiri

  27  
BAB III
INTERAKSI BAHASSA VERBAL DAN NON VERBAL

Pendahuluan

Dalam kebanyakan peristiwa komunikasi yang berlangsung, hampir selalu


melibatkan penggunaan lambang-lambang verbal dan nonverbal secara bersama-
sama. Keduanya, bahasa verbal dan nonverbal, memiliki sifat holistik, bahwa
masing-masing tidak dapat saling dipisahkan. Dalam banyak tindakan
komunikasi, bahasa nonverbal menjadi komplemen atau pelengkap bahasa verbal.
Namun lambang-lambang nonverbal juga dapat berfungsi kontradiktif,
pengulangan bahkan pengganti ungkapan-ungkapan verbal. Ketika kita
menyatakan terima kasih (bahasa verbal), kita melengkapinya dengan tersenyum
(bahasa nonverbal); kita setuju terhadap pesan yang disampaikan orang lain
dengan anggukan kepala (bahasa nonverbal). Dua peristiwa komunikasi tersebut
merupakan contoh bahwa bahasa verbal dan nonverbal bekerja secara bersama-
sama dalam menciptakan makna suatu perilaku komunikasi. Buku ajar ini akan
membahas komunikasi verbal dan nonverbal dalam tataran teoretis.

A. Pemahaman Mengenai Komunikasi Verbal dan Nonverbal

Setidaknya ada tiga ciri utama yang menandai wujud atau bentuk
komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Pertama, lambang-lambang
nonverbal digunakan paling awal sejak kita lahir di dunia ini, sedangkan setelah
tumbuh pengetahuan dan kedewasaan kita, barulah bahasa verbal kita pelajari.
Kedua, komunikasi verbal dinilai kurang universal dibanding dengan komunikasi
nonverbal, sebab bila kita pergi ke luar negeri misalnya dan kits tidak mengerti
bahasa yang digunakan oleh masyarakat di negara tersebut, kita bisa
menggunakan isyarat-isyarat nonverbal dengan orang asing yang kita ajak
berkomunikasi.
Dan ciri yang ketiga adalah, bahwa komunikasi verbal merupakan
aktivitas yang lebih intelektual dibanding dengan bahasa nonverbal yang lebih
merupakan aktivitas emosional. Artinya, bahwa dengan bahasa verbal,
sesungguhnya kita mengkomunikasikan gagasan dan konsep-konsep yang abstrak,
sementara melalui bahasa nonverbal, kita mengkomunikasikan hal-hal yang
berhubungan dengan kepribadian, perasaan dan emosi yang kita miliki.

  28  
1.Definisi

Sebelum terlalu jauh kita memahami komunikasi verbal dan nonverbal,


ada baiknya kita mengawalinya dengan mendeskripsikan definisi atau batasan
mengenai komunikasi nonverbal. Mengapa hanya komunikasi nonverbal saja
yang didefinisikan? Don Stacks dalam bukunya Introduction to Communication
Theory menjelaskan bahwa perhatian untuk mempelajari aspek-aspek dalam
komunikasi nonverbal masih sangat kecil, sehingga dari banyak referensi tentang
komunikasi antarmanusia, kita lebih banyak menemukan batasan mengenai
komunikasi verbal.
Dicontohkannya Frank EX Dance dan Carl E. Larson menawarkan lebih
dari seratus definisi tentang komunikasi verbal, namun mereka hanya
menawarkan satu definisi tentang komunikasi nonverbal. Dengan landasan inilah,
kita mencoba untuk lebih banyak memberi penekanan pada definisi komunikasi
nonverbal. Secara sederhana, komunikasi nonverbal dapat didefinisikan sebagai
berikut: Non berarti tidak, verbal bermakna kata-kata (words), sehingga
komunikasi nonverbal dimaknai sebagai komunikasi tanpa kata-kata.
Menurut Adler dan Rodman dalam bukunya Understanding Human
Communication, batasan yang sederhana tersebut merupakan langkah awal untuk
membedakan apa yang disebut dengan vocal communication yaitu tindak
komunikasi yang menggunakan mulut dan verbal communication yaitu tindak
komunikasi yang menggunakan kata-kata.
Dengan demikian, definisi kerja dari komunikasi nonverbal adalah pesan
lisan dan bukan lisan yang dinyatakan melalui alat lain di luar alat kebahasaan
(oral and nonoral messages expressed by other than linguistic means). Untuk
memahami dengan lebih jelas, kita dapat melihat tabel mengenai
tipe-tipe komunikasi berikut ini.

TABEL TIPE-TIPE KOMUNIKASI

KOMUNIKASI

VOKAL NONVOKAL

KOMUNIKASI VERBAL Bahasa Lisan Bahasa


Tertulis
(spoken words) (written words)

  29  
KOMUNIKASI NONVERBAL Nada suara Isyarat
(gesture),
(tone of voice), gerakan(movement),
Desah (sighs) penampilan
jeritan (screams), (appearance),
kualitas vokal ekspresi wajah
(vocal quality) (facial expression)

Sumber : Ronald B. Adler, George Rodman, Understanding Human


Communica tion, Second Edition, hal.96

Tabel tipe-tipe komunikasi di atas dapat dibaca sebagai berikut:


komunikasi verbal yang termasuk dalam komunikasi vokal adalah bahasa lisan,
sedang yang tergolong dalam komunikasi nonvokal adalah bahasa tertulis.
Sementara, komunikasi nonverbal yang termasuk dalam komunikasi Vokal adalah
nada suara, desah, jeritan dan kualitas vokal; dan yang termasuk dalam klasifikasi
komunikasi nonvokal adalah isyarat, gerakan (tubuh), penampilan (fisik), ekspresi
wajah dan sebagainya. Atau kita dapat membaca tabel di atas secara terbalik,
diawali dengan komunikasi vokal dan nonvokal terlebih dahulu. Batasan lain
mengenai komunikasi nonverbal dikemukakan oleh beberapa ahli lainnya, yaitu.
1. Frank EX Dance dan Carl E. Larson: Komunikasi nonverbal adalah sebuah
stimuli yang tidak bergantung pada isi simbolik untuk memaknainya (a
stimulus not dependent on symbolic content meaning).
2. Edward Sapir: Komunikasi nonverbal adalah sebuah kode yang luas yang
ditulis tidak di mana pun juga, diketahui oleh tidak seorang pun dan
dimengerti oleh semua (an elaborate code that is written nowhere, known to
none, and understood by all).
3. Malandro dan Barker yang dikutip dari Ilya Sunarwinadi: Komunikasi Antar
Budaya memberikan batasan-batasannya sebagai berikut.
a. Komunikasi nonverbal adalah komunikasi tanpa kata-kata.
b. Komunikasi nonverbal terjadi bila individu berkomunikasi tanpa
menggunakan suara.
c. Komunikasi nonverbal adalah setiap hal yang dilakukan oleh seseorang
yang diberi makna oleh orang lain.
d. Komunikasi nonverbal adalah studi mengenai ekspresi wajah, sentuhan,
waktu, gerak isyarat, bau, perilaku mata dan lain-lain.

  30  
2. Perbedaan Komunikasi Verbal dan NOnverbal

Secara sekilas telah diuraikan pada bagian awal tulisan ini, bahwa antara
komunikasi verbal dan nonverbal merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan, dalam arti. kedua bahasa tersebut bekerja bersama-sama untuk
menciptakan suatu makna. Namun, keduanya juga memiliki perbedaan-perbedaan.
Dalam pemikiran Don Stacks dan kawan-kawan, ada tiga perbedaan utama di
antara keduanya yaitu kesengajaan pesan (the intentionality of the message),
tingkat simbolisme dalam tindakan atau pesan (the degree of symbolism in the act
or message), dan pemrosesan mekanisme (processing mechanism). Kita mencoba
untuk menguraikannya satu per satu.
a. Kesengajaan (intentinolity)
Satu perbedaan utama antara komunikasi verbal dan nonverbal adalah
persepsi mengenai niat (intent). Pada umumnya niat ini menjadi lebih
penting ketika kita membicarakan lambang atau kode verbal. Michael
Burgoon dan Michael Ruffner menegaskan bahwa sebuah pesan verbal
adalah komunikasi kalau pesan tersebut dikirimkan oleh sumber dengan
sengaja dan diterima oleh penerima secara sengaja pula. Komunikasi
nonverbal tidak banyak dibatasi oleh niat. atau intent tersebut. Persepsi
sederhana mengenai niat ini oleh seorang penerima sudah cukup
dipertimbangkan menjadi komunikasi nonverbal. Sebab, komunikasi
nonverbal cenderung kurang dilakukan dengan sengaja dan kurang halus
apabila dibandingkan dengan komunikasi verbal. Selain itu, komunikasi
nonverbal mengarah pada norma-norma yang berlaku, sementara niat atau
intent tidak terdefinisikan dengan jelas. Misalnya, norma-norma untuk
penampilan fisik. Kita semua berpakaian, namun berapa Bering kita dengan
sengaja berpakaian untuk sebuah situasi tertentu? Berapa kali seorang
teman memberi komentar terhadap penampilan kita? Persepsi receiver
mengenai niat ini sudah cukup untuk memenuhi persyaratan guna
mendefinisikan komunikasi nonverbal.
b. Perbedaan perbedaan simbolik (symbolic differences)
Kadang-kadang niat atau intent ini dapat dipahami karena beberapa dampak
simbolik dari komunikasi kita. Misalnya, memakai pakaian dengan warna
atau model tertentu, mungkin akan dipahami sebagai suatu `pesan' oleh
orang lain (misalnya berpakaian dengan warna hitam akan diberi makna
sebagai ungkapan ikut berduka cita).
Komunikasi verbal dengan sifat-sifatnya merupakan sebuah bentuk
komunikasi yang diantarai (mediated form of communication). Dalam arti
kita mencoba mengambil kesimpulan terhadap makna apa yang diterapkan
pada suatu pilihan kata. Kata-kata yang kita gunakan adalah abstraksi yang

  31  
telah disepakati maknanya, sehingga komunikasi verbal bersifat intensional
dan harus 'dibagi' (shared) di antara orang-orang yang terlibat dalam tindak
komunikasi. Sebaliknya, komunikasi nonverbal lebih alami, isi beroperasi
sebagai norma dan perilaku yang didasarkan pada norma. Mehrabian
menjelaskan bahwa komunikasi verbal dipandang lebih eksplisit dibanding
bahasa nonverbal yang bersifat implisit. Artinya, isyarat-isyarat verbal
dapat didefinisikan melalui sebuah kamus yang eksplisit dan lewat aturan-
aturan sintaksis (kalimat), namun hanya ada penjelasan yang samar-samar
dan informal mengenai signifikansi beragam perilaku nonverbal.
Mengakhiri bahasan mengenai perbedaan simbolik ini, kita mencoba untuk
melihat ketidaksamaan antara tanda (sign) dengan lambang (simbol). Tanda
adalah sebuah representasi alami dari suatu kejadian atau tindakan. la
adalah apa yang kita lihat atau rasakan. Sedangkan lambang merupakan
sesuatu yang ditempatkan pada sesuatu yang lain.
Lambang merepresentasikan tanda melalui abstraksi. Contoh, tanda dari
sebuah kursi adalah kursi itu sendiri, sedangkan lambang adalah bagaimana
kita menjelaskan kursi tersebut melalui abstraksi. Dengan perkataan lain,
apa yang secara fisik menarik bagi kita adalah tanda (sign) dan bagaimana
menciptakan perbedaan yang berubah-ubah untuk menunjukkan derajat
ketertarikan tersebut adalah lambang (simbol). Komunikasi verbal lebih
spesifik dari bahasa nonverbal, dalam arti is dapat dipakai untuk
membedakan hal-hal yang sama dalam sebuah cara yang berubah-ubah,
sedangkan bahasa nonverbal lebih mengarah pada reaksi-reaksi alami
seperti perasaan atau emosi.

c. Mekanisme pemrosesan (processing mechanism)


Perbedaan ketiga antara komunikasi verbal dan nonverbal berkaitan dengan
bagaimana kita memproses informasi. Semua informasi termasuk
komunikasi diproses melalui otak, kemudian otak kita menafsirkan
informasi ini lewat pikiran yang berfungsi mengendalikan perilaku-perilaku
fisiologis (refleks) dan sosiologis (perilaku yang dipelajari dan perilaku
sosial). Satu perbedaan utama dalam pemrosesan adalah dalam tipe
informasi pada setiap belahan otak. Secara tipikal, belahan otak sebelah kiri
adalah tipe informasi yang lebih tidak berkesinambungan dan berubah-
ubah, sementara belahan otak sebelah kanan, tipe informasinya Iebih
berkesinambungan dan alami (pada uraian di bawah, Malandro dan Barker
juga menjelaskan mengenai hal ini). Berdasarkan pada perbedaan tersebut,
pesan-pesan verbal dan nonverbal berbeda dalam konteks struktur
pesannya. Komunikasi nonverbal kurang terstruktur. Aturan-aturan yang
ada ketika kita berkomunikasi secara nonverbal adalah lebih sederhana

  32  
dibanding komunikasi verbal yang mempersyaratkan aturan-aturan tata
bahasa dan sintaksis. Komunikasi nonverbal secara tipikal diekspresikan
pada saat tindak komunikasi berlangsung. Tidak seperti komunikasi verbal,
bahasa nonverbal tidak bisa mengekspresikan peristiwa komunikasi di masa
lalu atau masa mendatang. Selain itu, komunikasi nonverbal
mempersyaratkan sebuah pemahaman mengenai konteks di mana interaksi
tersebut terjadi, sebaliknya komunikasi verbal justru menciptakan konteks
tersebut.

Perbedaan lain tentang komunikasi verbal dan nonverbal dapat dilihat dari
dimensi-dimensi yang dimiliki keduanya. Gagasan ini dicetuskan oleh Malandro
dan Barker seperti yang dikutip dalam buku Komunikasi Antar Budaya tulisan
Dra. Ilya Sunarwinadi, M.A.
a. Struktur >< Nonstruktur
Komunikasi verbal sangat terstruktur dan mempunyai hukum atau aturan-
aturan tata bahasa. Dalam komunikasi nonverbal hampir tidak ada atau tidak
ada sama sekali struktur formal yang mengarahkan komunikasi. Kebanyakan
komunikasi nonverbal terjadi secara tidak disadari, tanpa urut-urutan
kejadian, yang dapat diramalkan sebelumnya. Tanpa pola yang jelas,
perilaku nonverbal yang sama dapat memberi arti yang berbeda pada saat
yang berlainan.
b. Linguistik >< Nonlinguistik
Linguistik adalah ilmu yang mempelajari anal usul, struktur, sejarah, variasi
regional dan ciri-ciri fonetik dari bahasa. Dengan kata lain, linguistik
mempelajari macam-macam segi bahasa verbal, yaitu suatu sistem dari
lambang-lambang yang sudah diatur pemberian maknanya. Sebaliknya. pada
komunikasi nonverbal, karena tidak adanya struktur khusus, maka sulit
untuk memberi makna pada lambang. Belum ada sistem bahasa nonverbal
yang didokumentasikan, walaupun ada usaha untuk memberikan arti khusus
pada ekspresi-ekspresi wajah tertentu. Beberapa teori mungkin akan
memberikan pengecualian pada bahasa kaum tuna-rungu yang berlaku
universal, sekalipun ada juga lambang-lambangnya yang bersifat unik.
c. Sinambung (continuous) >< Tidak Sinambung (discontinuous)
Komunikasi nonverbal dianggap bersifat sinambung, sementara komunikasi
verbal didasarkan pada unit-unit yang terputus-putus. Komunikasi nonverbal
baru berhenti bila orang yang terlibat di dalamnya meninggalkan suatu
tempat. Tetapi selama tubuh, wajah dan kehadiran kita masih dapat
dipersepsikan oleh orang lain atau diri kita sendiri, berarti komunikasi
nonverbal dapat terjadi. Tidak sama halnya dengan kata-kata dan simbol
dalam komunikasi verbal yang mempunyai titik awal dan akhir yang pasti.

  33  
d. Dipelajari ><Didapat secara Ilmiah
Jarang sekali individu yang diajarkan cara untuk berkomunikasi secara
nonverbal. Biasanya is hanya mengamati dan mengalaminya. Bahkan ada
yang berpendapat bahwa manusia lahir dengan naluri-naluri dasar
nonverbal. Sebaliknya komunikasi verbal adalah sesuatu yang harus
dipelajari.
e. Pemrosesan dalam Bagian Otak sebelah Kiri >< Pemrosesan dalam
Bagian Otak sebelah Kanan Pendekatan neurofisiologik melihat perbedaan
dalam pemrosesan stimuli verbal dan nonverbal pada diri manusia.
Pendekatan ini menjelaskan bagaimana kebanyakan stimuli nonverbal
diproses dalam bagian otak sebelah kanan, sedangkan stimuli verbal yang
memerlukan analisis dan penalaran, diproses dalam bagian otak sebelah kiri.
Dengan adanya perbedaan ini, maka kemampuan untuk mengirim dan
menerima pesan berbeda pula.

Masih dalam buku Komunikasi Antar Budaya karya Ilya


SunarwinadiSamovar, Porter dan Jain melihat perbedaan antara komunikasi
verbal dan nonverbal dalam hal sebagai berikut.
1. Banyak perilaku nonverbal yang diatur oleh dorongan-dorongan biologik.
Sebaliknya komunikasi verbal diatur oleh aturan-aturan dan prinsip-
prinsip yang dibuat oleh manusia, seperti sintaks dan tata bahasa.
Misalnya, kita bisa secara sadar memutuskan untuk berbicara, tetapi dalam
berbicara secara tidak sadar pipi menjadi memerah dan mata berkedip
terus-menerus.
2. Banyak komunikasi nonverbal serta lambang-lambangnya yang bermakna
universal. Sedangkan komunikasi verbal lebih banyak yang bersifat
spesifik bagi kebudayaan tertentu.
3. Dalam komunikasi nonverbal bisa dilakukan beberapa tindakan sekaligus
dalam suatu waktu tertentu, sementara komunikasi verbal terikat pada
urutan waktu.
4. Komunikasi nonverbal dipelajari sejak usia sangat dini.
Sedangkanpenggunaan lambang berupa kata sebagai alat komunikasi
membutuhkan masa sosialisasi sampai pada tingkat tertentu.
5. Komunikasi nonverbal lebih dapat memberi dampak emosional dibanding
komunikasi verbal.

3. Fungsi Komunikasi Verbal dan Nonverbal


Meskipun komunikasi verbal dan nonverbal memiliki perbedaan-
perbedaan, namun keduanya dibutuhkan untuk berlangsungnya tindak komunikasi
yang efektif. Fungsi dari lambang-lambang verbal maupun nonverbal adalah

  34  
untuk memproduksi makna yang komunikatif. Secara historis, kode nonverbal
sebagai suatu multi saluran akan mengubah pesan verbal melalui enam fungsi:
pengulangan (repetition), berlawanan (contradiction), pengganti (substitution),
pengaturan (regulation), penekanan (accentuation) dan pelengkap
(complementation).
Dalam tahun 1965, Paul Ekman menjelaskan bahwa pesan nonverbal
akan mengulang atau meneguhkan pesan verbal. Misalnya dalam suatu lelang,
kita mengacungkan satu jari untuk menunjukkan jumlah tawaran yang kita minta,
sementara secara verbal kila mengatakan "satu'. Pesan-pesan nonverbal juga
berfungsi untuk mengkontradiksikan atau menegaskan pesan verbal seperti dalam
sarkasme atau sindirian-sindiran tajam. Kadang-kadang, komunikasi nonverbal
mengganti pesan verbal.
Misalnya, kita tidak perlu secara verbal menyatakan kata "menang",
namun cukup hanya mengacungkan dua jari kita membentuk huruf `V' (victory)
yang bermakna kemenangan. Fungsi lain dari komunikasi nonverbal adalah
mengatur pesan verbal. Pesan-pesan nonverbal berfungsi untuk mengendalikan
sebuah interaksi dalam suatu cara yang sesuai dan halus, seperti misalnya
anggukan kepala selama percakapan berlangsung.
Selain itu, komunikasi nonverbal juga memberi penekanan kepada pesan
verbal, seperti mengacungkan kepalan tangan. Dan akhirnya fungsi komunikasi
nonverbal adalah pelengkap pesan verbal dengan mengubah pesan verbal, seperti
tersenyum untuk menunjukkan rasa bahagia kita.
Pemikiran yang sama juga diungkapkan oleh Samovar (Ilya
Sunarwinadi, Komunikasi Antar Budaya), bahwa dalam suatu peristiwa
komunikasi, perilaku nonverbal digunakan secara bersama-sama dengan Bahasa
verbal:
a. Perilaku nonverbal memberi aksen atau penekanan pada pesan verbal.
Misalnya menyatakan terima kasih dengan tersenyum.
b. perilaku nonverbal sebagai pengulangan dari bahasa verbal. Misalnya
menyatakan arah tempat dengan menjelaskan "Perpustakaan Universitas
Terbuka terletak di belakang gedung ini", kemudian mengulang pesan
yang sama dengan menunjuk arahnya.
c. Tindak komunikasi nonverbal melengkapi pernyataan verbal, misalnya
mengatakan maaf pada teman karena tidak dapat meminjamkan uang;
dan agar lebih percaya, pernyataan itu ditambah lagi dengan ekspresi
muka sungguh-sungguh atau memperlihatkan saku atau dompet yang
kosong.
d. Perilaku nonverbal sebagai pengganti dari komunikasi verbal. misalnya
menyatakan rasa haru tidak dengan kata-kata, melainkan dengan mata
yang berlinang-linang.

  35  
Dalam perkembangannya sekarang ini, fungsi komunikasi nonverbal
dipandang sebagai pesan-pesan yang holistik, lebih dari pada sebagai sebuah
fungsi pemrosesan informasi yang sederhana. Fungsi-fungsi holistik mencakup
identifikasi, pembentukan dan manajemen kesan, muslihat, emosi dan struktur
percakapan. Karenanya, komunikasi nonverbal terutama berfungsi mengendalikan
(controlling), dalam arti kita berusaha supaya orang lain dapat melakukan apa
yang kita perintahkan.
Hickson dan Stacks menegaskan bahwa fungsi-fungsi holistik tersebut
dapat diturunkan dalam 8 fungsi, yaitu pengendalian terhadap percakapan, kontrol
terhadap perilaku orang lain, ketertarikan atau kesenangan, penolakan atau
ketidaksenangan, peragaan informasi kognitif, peragaan informasi afektif,
penipuan diri (self-deception) dan muslihat terhadap orang lain.
Komunikasi nonverbal digunakan untuk memastikan bahwa makna yang
sebenarnya dari pesan-pesan verbal dapat dimengerti atau bahkan tidak dapat
dipahami. Keduanya, komunikasi verbal dan nonverbal, kurang dapat beroperasi
secara terpisah, satu sama lain saling membutuhkan guna mencapai komunikasi
yang efektif.

B. Memahami Komunikasi Nonverbal


1. Karakteristik Komunikasi Nonverbal
Menurut Ronald Adler dan George Rodman, komunikasi nonverbal
memiliki empat karakteristik yaitu keberadaannya, kemampuannya
menyampaikan pesan tanpa bahasa verbal, sifat ambiguitasnya dan keterikatannya
dalam suatu kultur tertentu. Eksistensi atau keberadaan komunikasi nonverbal
akan dapat diamati ketika kita melakukan tindak komunikasi secara verbal,
maupun pada saat bahasa verbal tidak digunakan. Atau dengan kata lain,
komunikasi nonverbal akan selalu muncul dalam setiap tindakan komunikasi,
disadari maupun tidak disadari.
Keberadaan komunikasi nonverbal ini pada gilirannya akan membawa
kepada cirinya yang lain, yaitu bahwa kita dapat berkomunikasi secara nonverbal,
karena setiap orang mampu mengirim pesan secara nonverbal kepada orang lain,
tanpa menggunakan tanda-tanda verbal. Karakteristik lain dari komunikasi
nonverbal adalah sifat ambiguitasnya, dalam arti ada banyak kemungkinan
penafsiran terhadap setiap perilaku.
Sifat ambigu atau mendua ini sangat penting bagi penerima (receiver)
untuk menguji setiap interpretasi sebelum sampai pada kesimpulan tentang makna
dari suatu pesan nonverbal. Dan karakteristik terakhir adalah bahwa komunikasi
nonverbal terikat dalam suatu kultur atau budaya tertentu. Maksudnya, perilaku-

  36  
perilaku yang memiliki makna khusus dalam satu budaya, akan mengekspresikan
pesan-pesan yang berbeda dalam ikatan kultur yang lain.

2. Kategori Komunikasi Nonverbal


Kategori komunikasi nonverbal yang dimaksudkan dalam bahasan ini
adalah beragam cara yang digunakan orang-orang untuk berkomunikasi secara
nonverbal, yaitu vocalics atau paralanguage, kinesics yang mencakup gerakan
tubuh, lengan, dan kaki, serta ekspresi wajah (facial expression), perilaku mata
(eye behavior), lingkungan yang mencakup objek benda dan artifak, proxemics:
yang merupakan ruang dan teritori pribadi, haptics (sentuhan), penampilan fisik
(tubuh dan cara berpakaian), chronemics (waktu), dan olfaction (bau).
Dalam tindak komunikasi sehari-hari, kita lebih banyak mempunyai output
dan input vokal dibanding dengan kata-kata yang kita ungkapkan secara lisan.
Output dan input vokal inilah yang kita sebut sebagai vocalics atau paralanguage.
Contoh nyata dari kategori komunikasi nonverbal ini adalah desah (sighing),
menjerit (screaming), merintih (groaning), menelan (swallowing) menguap
(yawning), di samping bentuk-bentuk seperti jeda, intonasi, dan penekanan dalam
pembicaraan lisan.
Kategori lain dari komunikasi nonverbal adalah kinesics. Ketika kita
berkomunikasi dengan orang lain, ekspresi wajah kita akan selalu berubah tanpa
melihat apakah kita sedang berbicara atau mendengarkan. Paul Ekman dan
Wallace Friesen telah mengidentifikasikan enam emosi dasar bahwa ekspresi
wajah mencerminkan keheranan, ketakutan, kemarahan, kebahagiaan, kesedihan,
dan kebencian atau kejijikan.
Bentuk lain dari kinesics adalah gerakan tangan, kaki dan kepala. Orang-
orang yang terlibat dalam tindak komunikasi sering menggerakkan kepala dan
tangannya selama interaksi berlangsung. Beberapa dari gerakan kepala dan tangan
tersebut dilakukan secara sadar dan beberapa lainnya dilaksanakan secara tidak
sengaja, namun semuanya memiliki makna. Gerakan tangan cenderung digunakan
paling banyak oleh orang yang sedang berbicara, sedangkan pendengar
cenderung, memakai gerakan kepala.
Gerakan kepala yang paling umum digunakan oleh orang-orang yang
sedang mendengar adalah anggukan dan gelengan kepala. Gerakan kepala yang
lain adalah dengan mengernyitkan atau mengerutkan dahi. Gerakan ini bermakna
bahwa orang yang sedang mendengarkan memberikan umpan balik (feedback)
kepada pembicara. Gerakan tangan menyajikan banyak fungsi pesan bagi
pembicara selama interaksi berlangsung, yaitu menegaskan atau menjelaskan apa
yang dikatakan, memberi penekanan pada pembicaraan dan mengilustrasikan apa
yang sedang dikatakan. Selain itu, ada jugs gerakan tangan yang tidak memiliki
hubungan yang nyata terhadap apa yang sedang dikatakan.

  37  
Tujuan dari gerakan tangan ini adalah untuk menunjukkan intensitas
pesan, misalnya berjabat tangan dengan cepat untuk mengekspresikan
kegembiraan. Aspek komunikatif yang utama dari perilaku mata adalah siapa dan
apa yang sedang kita lihat dan untuk berapa lama. Mata kita merupakan saluran
komunikasi nonverbal yang penting, tidak hanya selama interaksi tetapi jugs
sebelum dan sesudah interaksi berakhir. Dengan memelihara kontak mata dan
tersenyum, orang-orang yang terlibat mengindikasikan bahwa mereka tertarik
dengan persoalan yang sedang diperbincangkan.
Kategori selanjutnya dari komunikasi nonverbal adalah proxemics, yaitu
suatu cara bagaimana orang-orang yang terlibat dalam suatu tindak komunikasi
berusaha untuk merasakan dan menggunakan ruang (space). Antropolog Edward
T. Hall mendefinisikan empat jarak yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-
hari, Ia menjelaskan bahwa kita memilih satu jarak khusus bergantung pada
bagaimana kita merasakan terhadap orang lain pada suatu situasi tertentu, konteks
percakapan dan tujuan-tujuan pribadi kita.
Keempat jarak tersebut adalah intimate distance, personal distance, social
distance dan public distance. Namun empat jarak yang dikemukakan oleh Hal ini
hanya menggambarkan perilaku orang-orang dari Amerika Utara dan sangat
mungkin berbeda dengan orang-orang yang berasal dari budaya lain.
Adapun klasifikasi Hall tersebut adalah sebagai berikut.
a. Intimate Distance
Percakapan dalam jarak yang akrab ini berlangsung dengan bisikan atau suara
yang sangat pelan. Dalam jarak ini, orang-orang yang berkomunikasi secara
emosional sangat dekat dan dalam situasi yang sangat pribadi. Orang-orang yang
terlibat dalam interaksi dengan jarak yang akrab ini merupakan suatu tanda bahwa
di antara mereka tumbuh rasa saling percaya. Namun demikian, interaksi dalam
jarak yang akrab ini juga terjadi dalam lingkungan yang kurang akrab, seperti
ketika kita berobat ke dokter.
b. Personal distance
Dalam jarak personal ini, kontak komunikasi yang berlangsung masih tertutup,
namun percakapan-percakapannya tidak lagi bersifat pribadi dibanding dengan
interaksi dalam jarak akrab.
c. Social distance
Interaksi yang berlangsung dalam jarak sosial ini biasanya terjadi dalam situasi
bisnis, misalnya interaksi antara salesman/girl dengan para calon
pembeli/pelanggan. Dalam kontak komunikasi ini, suara yang lebih keras sangat
dibutuhkan,
d. Public distance
Contoh nyata dari komunikasi yang menggunakanjarak publik ini adalah
perkuliahan dalam kelas dan pidato yang disampaikan pada suatu ruang tertentu.

  38  
Dalam jarak publik ini, komunikasi yang bersifat dua arah (twoway traffic) sulit
untuk dilaksanakan, sebab ada jarak yang cukup jauh antara pembicara dengan
para pendengarnya.
Faktor lingkungan sebagai salah satu karakteristik penandaan nonverbal
dapat berupa lingkungan atau benda-benda yang digunakan atau dimiliki
seseorang yang dapat merefleksikan makna tertentu yang berkaitan dengan orang
tersebut. Misalnya, ketika kita memasuki ruang atau rumah seseorang, dengan
segera kita dapat memperoleh kesan mengenai kepribadian penghuninya.
Penampilan fisik acapkali mengekspresikan penandaan nonverbal tertentu.
Hal ini dapat kita rasakan ketika memberikan stereotipe tertentu yang berkaitan
dengan keadaan fisik seseorang. Misalnya orang yang gemuk dianggap sebagai
periang dan orang yang kurus sebagai orang yang serius. Demikian pula dengan
panjang atau potongan rambut tertentu. Beberapa karakter fisik lainnya yang
dianggap berperan dalam penandaan nonverbal mencakup berat badan, tinggi
badan, wama kulit, kontur wajah, dan berbagai jenis bekas luka atau cacat fisik.
Sementara itu atribut lain yang berhubungan erat dengan penampilan fisik, dan
sangat jelas berperan sebagai penanda makna tertentu adalah cars berpakaian.
Biasanya ketika orang memilih dan memutuskan untuk memakai pakaian
tertentu, maka dia secara sadar telah menggunakan tanda nonverbal untuk
mengekspresikan makna melalui kesan tertentu dalam penampilannya. Seperti
dikemukakan oleh Ronald B. Adler dan George Rodman dalam bukunya
Understanding Human Communication, bahwa salah satu kategori komunikasi
nonverbal yang penting adalah clothing atau cara berpakaian. Pakaian yang
dikenakan merupakan satu alat komunikasi.
Orang-orang dengan sengaja mengirimkan pesan tentang diri mereka
melalui apa yang mereka kenakan dan kits berusaha menginterpretasikannya
berdasarkan pada pakaian yang dikenakan. Dengan demikian, pakaian tidak hanya
melindungi kita dari panas dan dingin, namun melalui pakaian dapat menjadi
indikator dari status sosial ekonomi seseorang, penanda dari peran-peran tertentu
(ABRI, Pegawai Negeri Sipil) dan sebagainya. Haptics atau sentuhan atau kontak
tubuh dikatakan oleh Emmert dan Donaghy sebagai cara terbaik untuk
mengkomunikasikan sikap pribadi, baik yang positif maupun yang negatif.
Frekuensi dan durasi sentuhan dapat menjadi indikator tentang
persahabatan dan rasa suka di antara orang yang melakukannya. Sentuhan dapat
pula menjadi indikator yang paling ekstrim dari rasa tidak suka atau kemarahan,
seperti menampar, menyepak, memukul, dan sebagainya. Cara-cara atau bentuk
sentuhan dapat pula menunjukkan posisi orang dalam hubungan dengan orang
lainnya, khususnya dalam pengertian dominan dan submisif (seperti mengelus
kepala, mencium tangan, dan sebagainya).

  39  
Waktu atau chronemics juga dapat menjadi penanda nonverbal yang
digunakan ketika seseorang berkomunikasi. Bentuk nyata yang dapat kita rasakan
adalah mengenai orang yang tepat/tidak tepat waktu, orang yang mengulur-ulur
waktu untuk menyampaikan pesan bahwa dia tidak menyukai apa yang sedang
dilakukannya, dan sebagainya.

2. Deskripsi Historis Komunikasi Nonverbal


Kajian pertama mengenai komunikasi nonverbal ditemukan pada zaman
Aristoteles sekitar 400 sampai 600 tahun Sebelum Masehi. Namun studi
ilmiahnya yang berkaitan dengan retorika, barn dilakukan pada zaman Yunani dan
Romawi Kuno. Karya Cicero, Pronuntiatio atau cara berpidato, mungkin yang
pertama kali memperlakukan komunikasi nonverbal secara sistematis.
Bagaimanapun juga, karyanya telah dibatasi untuk menggunakan suara dan
gerakan-gerakan ragawi dalam konteks public speaking.
Dari hasil karya Cicero ini, kemudian orang lain mengkaji pengaruh
bahasa nonverbal terhadap komunikasi dalam hampir keseluruhan situasi public
speaking. Dalam tahun 1775, Joshua Steele memusatkan kajiannya
mengenai komunikasi nonverbal pada suara sebagai satu instrumen atau pada
suatu konsep yang disebut Prosody. Konsep dari Steele ini menjelaskan bahwa
bahasa dalam drama atau puisi dapat "dibaca" hampir seperti notasi musik.
Kemudian pada tahun 1806, Gilbert Austin mengkonsentrasikan kajiannya
pada gerakan-gerakan badan yang dihubungkan dengan bahasa. Pendekatan ini
menghasilkan sebuah sistem yang disebut dengan elocutionary system di mana
isyarat-isyarat yang" pantas" dipelajari dan digunakan dalam pertunjukan drama.
Elocutionary system adalah seni deklamasi atau keahlian membaca/mengucapkan
kalimat dengan logat dan lagu yang baik di muka umum.
Kajian yang lebih kompleks tentang komunikasi nonverbal dikembangkan
oleh Francois Delsarte. Delsarte menggabungkan suara dan gerakan-gerakan
badan sekaligus. Dalam kajiannya tersebut, Delsarte berusaha meyakinkan bahwa
pesan-pesan atau komunikasi secara nonverbal merupakan "agents of the heart".
Dari karya Darwin ini, perhatian terhadap komunikasi nonverbal telah
memunculkan kajian antardisiplin. Dari hasil karyanya pula, telah dikembangkan
tiga perspektif teoritis, yaitu the ethological approach (studi mengenai kesamaan-
kesamaan antara perilaku manusia dengan perilaku binatang), the anthropological
approach dan the functional approach. Dari ketiga pendekatan ini muncul
sejumlah teori-teori yang menjelaskan tentang fenomena nonverbal yang dapat
diterapkan dalam konteks komunikasi.
1. Ethological Approach (Pendekatan Etologi)
Menurut Darwin, emosi manusia seperti halnya emosi dari binatang dapat dilihat
dari wajahnya. Darwin mengasumsikan bahwa komunikasi nonverbal dari

  40  
makhluk hidup (species) yang berbeda sebenarnya adalah sama. Orang-orang
yang mendukung pandangan Darwin seperti Morris, Ekman dan Friesen percaya
bahwa ekspresi nonverbal pada budaya mana pun esensinya sama, karena
komunikasi nonverbal tidak dipelajari, is adalah bagian alami dari keberadaan
manusia. Dua contoh etologis yang sering disebut-sebut adalah senyuman dan
ekspresi wajah yang dapat ditemukan pada kultur mana pun juga.
a. Teori struktur kumulatif
Dalam teorinya ini, Ekman dan Friesen memfokuskan analisisnya pada
makna yang diasosiasikan dengan kinesic. Teori mereka disebut
cumulative structure atau meaning centered karena lebih banyak
membahas mengenai makna yang berkaitan dengan gerak tubuh dan
ekspresi wajah ketimbang struktur perilaku. Mereka beranggapan bahwa
seluruh komunikasi nonverbal merefleksikan dua hal: apakah suatu
tindakan yang disengaja dan apakah tindakan harus menyertai pesan
verbal.
Hal ini dapat dicontohkan pada kasus ketika seseorang menceritakan
sesuatu sambil gerak tangannya yang menunjukkan tinggi dan ekspresi
wajah yang gembira. Gerak tangan yang menunjukkan tinggi ini tidak
akan memiliki arti tanpa disertai ungkapan verbal, jadi tindakan ini
disengaja dan memiliki makna tertentu. Lain halnya dengan ekspresi
wajah yang gembira, yang dapat berdiri sendiri dan dapat diartikan tanpa
bantuan pesan verbal. Meskipun demikian, kedua tindakan tersebut telah
menambahkan kepada makna yang berkaitan dengan interaksi antara
kedua orang tersebut, dan ini oleh Ekman dan Friesen disebut sebagai
`expressive behavior'.
Selanjutnya, Ekman dan Friesen mengidentifikasi lima kategori dari
expressive behavior yaitu emblem, ilustrator, regulator, adaptor, dan
penggambaran perasaan, di mana masing-masing memberikan kedalaman
pada makna yang berkaitan dengan situasi komunikasi. Emblem adalah
gerakan tubuh atau ekspresi wajah yang memiliki nilai sama dengan pesan
verbal, yang disengaja, dan dapat berdiri sendiri tanpa bantuan pesan
verbal. Contohnya adalah setuju, pujian, atau ucapan selamat jalan yang
dapat digantikan dengan anggukan kepala, acungan jempol, atau lambaian
tangan.
Ilustrator adalah gerakan tubuh atau ekspresi wajah yang mendukung dan
melengkapi pesan verbal. Misalnya raut muka yang serius ketika
memberikan penjelasan untuk menunjukkan bahwa yang dibicarakan
adalah persoalan serius, atau gerakan tangan yang menggambarkan
sesuatu yang sedang dibicarakan. Sementara itu, regulator adalah tindakan
yang disengaja yang biasanya digunakan dalam percakapan, misalnya

  41  
mengenai giliran berbicara. Bentuk-bentuk lain dari regulator dalam
percakapan antara lain adalah senyuman, anggukan kepala, tangan yang
menunjuk, mengangkat alis, orientasi tubuh, dan sebagainya, yang
kesemuanya berperan dalam mengatur anus informasi pada suatu situasi
percakapan.
Kategori keempat adalah adaptor yaitu tindakan yang disengaja, yang
digunakan untuk menyesuaikan tubuh dan menciptakan kenyamanan bagi
tubuh atau emosi. Terdapat dua subkategori dari adaptor, yaitu: `self'
(seperti menggaruk kepala, menyentuh dagu atau hidung) dan `object'
(menggigit pinsil, memainkan kunci).. Perilaku ini biasanya dipandang
sebagai refleksi kecemasan atau perilaku negatif. Kategori kelima adalah
penggambaran emosi atau `affect display' yang dapat disengaja maupun
tidak, dapat menyertai pesan verbal maupun berdiri sendiri. Menurut
Ekman dan Friesen, terdapat tujuh bentuk affect display yang
pengungkapannya cukup universal, yaitu: marah, menghina, malu, takut,
gembira, sedih, dan terkejut. Mereka mengemukakan pula bahwa beberapa
affect display yang berbeda dapat diungkapkan secara bersamaan, dan
bentuk seperti ini disebut "affect bland".

b. Teori tindakan (Action theory)


Morris juga mengemukakan suatu pandangan mengenai kinesic
yang lebih didasarkan pada tindakan. Dia mengasumsikan bahwa perilaku
tidak terbentuk dengan sendirinya, melainkan terbagi ke dalam suatu
rangkaian panjang peristiwa yang terpisah-pisah. Menurutnya, terdapat
lima kategori yang berbeda dalam tindakan yaitu: pembawaan (inborn),
ditemukan (discovered), diserap (absorb), dilatih (trained), dan
campuran(mixed). Inborn merupakan insting yang dimiliki sejak lahir,
seperti perilaku menyusu. Discovered diperoleh secara sadar dan terbatas
pada struktur genetik tubuh, seperti menyilangkan kaki. Absorbed.
Diperoleh secara tidak sadar melalui interaksi dengan orang lain (biasanya
teman) seperti meniru ekspresi atau gerakan seseorang. Trained diperoleh
dengan belajar, seperti berjalan, mengetik dan sebagainya. Sedangkan
mixed actions diperoleh melalui berbagai macam cara yang mencakup
keempat hal di atas.

2. Anthropological Approach (Pendekatan Anthropologis)


Pendekatan antropologis menganggap komunikasi nonverbal
terpengaruh oleh kultur atau masyarakat, dan pendekatan ini diwakili oleh dua
teori yang dikemukakan oleh Birdwhistell dan Edward T. Hall. a. Analogi

  42  
Linguistik Dalam teorinya ini Birdwhistell mengasumsikan bahwa komunikasi
nonverbal memiliki struktur yang sama dengan komunikasi verbal.
Bahasa distrukturkan atas bunyi dan kombinasi bunyi yang membentuk
apa yang kita sebut kata. Kombinasi kata dalam suatu konteks akan membentuk
kalimat, dan berikutnya kombinasi kalimat akan membentuk paragraf.
Birdwhistell mengemukakan bahwa hal yang sama terjadi dalam konteks
nonverbal, yaitu terdapat `bunyi nonverbal' yang disebut allokines (satuan
gerakan tubuh terkecil yang sering kali tidak dapat dideteksi).
a.Analogi Linguistik
Kombinasi allokines akan membentuk trines dalam suatu bentuk yang serupa
dengan bahasa verbal, yang dalam teori ini disebut sebagai analogi linguistik.
Teori ini mendasarkan penjelasannya pada enam asumsi sebagai berikut:
1. Terdapat tingkat Baling ketergantungan yang tinggi antara kelima indera
manusia, yang bersama-sama dengan ungkapan verbal akan membentuk
`infracommunicational system'.
2. Komunikasi kinesic berbeda antarkultur dan bahkan antara
mikrokultur.
3. Tidak ada simbol bahasa tubuh yang universal.
4. Prinsip-prinsip pengulangan (redundancy) tidak terdapat pada
perilaku kinesic.
5. Perilaku kinesic lebih primitif dan kurang terkendali dibanding
komunikasi verbal.
6. Kita harus membandingkan tanda-tanda nonverbal secara berulang-ulang
sebelum kita dapat memberikan interpretasi yang akurat.

Keenam prinsip yang mendasari analogi linguistik ini pada dasarnya


menyatakan bahwa kelima indera kita berinteraksi atau bekerja bersama-sama
untuk menciptakan persepsi, dan dalam setiap situasi, satu atau lebih indera kita
akan mendominasi indera lainnya. Menurut Birdwhistell,perilaku kinesic bersifat
unik bagi tiap kultur atau subkultur, sehingga perbedaan individu dalam
komunikasi nonverbal merupakan fungsi kultur atau subkultur di mana individu
tersebut berada. Oleh karenanya, kultur harus diperhitungkan dalam studi tentang
komunikasi nonverbal.
Prinsip ketiga menegaskan kembali bahwa perilaku nonverbal lebih
banyak diperoleh sebagai hasil belajar daripada faktor genetik yang diturunkan
antar generasi. Dia juga menganggap bahwa komunikasi nonverbal lebih bersifat
melengkapi komunikasi verbal dari pada mengulang atau menggantikannya, yaitu
keduanya bekerja bersama-sama dalam menghasilkan makna. Dan akhirnya,
karena komunikasi nonverbal tidak selalu dilakukan secara sadar dan lebih

  43  
bersifat primitif, kita cenderung untuk melupakan apa yang kita 'katakan' secara
nonverbal.
Selanjutnya Birdwhistell menjelaskan bahwa fenomena parakinesic (yaitu
kombinasi gerakan yang dihubungkan dengan komunikasi verbal) dapat dipelajari
melalui struktur gerakan. Struktur ini mencakup tiga faktor yaitu: intensitas dari
tegangan yang tampak dari otot, durasi dari gerakan yang tampak, dan luasnya
gerakan. Dari faktor-faktor ini kita dapat mengenal isi berbagai klasifikasi
gerakan/perilaku yang meliputi allokine, kine, kineme (pengelompokan kine yang
artinya menyerupai suatu `kata' dalam bahasa), dan kinemorpheme (yang
menyerupai kalimat dalam konteks bahasa).
Jadi kita dapat menganalisis komunikasi nonverbal seperti jika kita
melakukannya pada komunikasi verbal, namun kita mengganti unit analisisnya
dari `bunyi dan kata' menjadi `gerak dan gerakan'.

b. Analogi kultural
Analogi kultural yang dikemukakan oleh Edward T. Hall membahas
komunikasi nonverbal dari aspek proxemics dan chronemics. Teori Hall mengenai
proxemico (sebagian telah dibahas pada Kegiatan Belajar 2)mengacu kepada
penggunaan "ruang" sebagai ekspresi spesifik dari kultur. Teori Hall mencakup
batasan-batasan mengenai ruang yang disebutnya sebagai lingkungan (artifactual),
teritorial, dan personal.
Lebih lanjut dia mengemukakan adanya tiga jenis ruang, masing-masing
dengan norma dan ekspektasi yang berbeda, yaitu: informal space, ruang terdekat
yang mengitari kita (personal space); fixed feature space' yaitu benda di
lingkungan kita yang relatif sulit bergerak atau dipindahkan seperti rumah,
tembok, dan sebagainya; dan `semifixed feature space', yaitu barang-barang yang
dapat dipindahkan yang berada dalam fixed-feature space.
Salah satu aspek terpenting dari teori Hall adalah kajiannya mengenai
preferensi dalam personal space. Menurutnya, preferensi ruang seseorang
ditentukan oleh delapan faktor yang saling terkait yang ditemukan dalam tiap
kultur. Pertama adalah, jenis kelamin dan posisi dari orang yang sating
berinteraksi, yaitu lelaki atau perempuan, dan apakah mereka duduk, berdiri, dan
sebagainya.
Kedua, sudut pandangan atau "angle" yang terbentuk oleh bahu dan
dada/punggung dari orang yang berkomunikasi (faktor sociofugal-sociopetal
axis). Ketiga, posisi badan ketika berkomunikasi yang berada dalam jarak
sentuhan (faktor kinesthetic). Keempat, sentuhan dan jenis sentuhan (faktor
zero- proxemic). Kelima, frekuensi dan cara-cara kontak mata (faktor visual
code).

  44  
Keenam, persepsi tentang panas tubuh yang dapat dirasakan ketika
berinteraksi (faktor thermal code). Ketujuh, odor atau bau yang tercium ketika
berinteraksi (faktor olfactory code). Delapan, kerasnya atau volume suara dalam
interaksi (faktor voice loudness). Dalam analisisnya mengenai chronemics atau
waktu sebagai salah satu tanda nonverbal, Hall mengemukakan bahwa norma-
norma waktu ditemukan dalam berbagai kultur dalam bentuknya yang berbeda-
beda. Waktu memiliki apa yang disebut dengan `formal time, 'informal time , dan
'technical time' Formal time mencakup susunan dan siklus, memiliki nilai,
memiliki durasi dan kedalaman.

3. Functional Approach (Pendekatan Fungsional)


Pendekatan fungsional memandang komunikasi nonverbal sebagai
bertujuan dan dibatasi oleh suatu kerangka waktu tertentu. Ini berbeda dari
pendekatan ethologis di mana komunikasi nonverbal dipandang sebagai suatu
proses evolusi yang berkesinambungan dari spesies yang lebih rendah sampai
kepada manusia. Ini juga berbeda dari pendekatan antropologis di mana fungsi
tertentu dapat terjadi dalam setiap kultur. Dalam teori fungsional, norma-norma
kultural dianggap sebagai sesuatu yang telah ada (given) dan diperhitungkan
dalam kerangka waktu sebagai `variasi kultural'. Persoalan yang muncul dengan
pendekatan fungsional adalah bahwa teori-teorinya mengemukakan sejumlah
fungsi yang berbeda, beberapa di antaranya menunjukkan kesamaan sementara
sejumlah lainnya berbeda.
a. Teori metaforis dari Mehrabian
Teori Mehrabian menempatkan perilaku nonverbal ke dalam pengelompokan
fungsi. Dia memandang komunikasi nonverbal berada di antara tiga kontinum,
yaitu: dominan-submisif, menyenangkan tidak menyenangkan, dan
mengairahkan tidak menggairahkan. Perilaku nonverbal dapat ditempatkan
pada setiap kontinum dan dianalisis melalui tiga metafora yang berkaitan
dengan kekuasaan dan status,kesukaan, dan tingkat responsif. Metafora
kekuasaan-status men-cerminkan tingkatan di mana perilaku nonverbal
mengkomunikasikan dominasi atau submisi.
Metafora kesukaan didasarkan pada kontinum menyenangkan-tidak
menyenangkan, sedangkan metafora responsif didasarkan pada kontinum
menggairahkan-tidak menggairahkan. Hampir setiap pesan nonverbal dapat
dianalisis oleh setiap fungsinya dan diinterpretasikan dari satu atau kombinasi
fungsi-fungsi tersebut. Misalnya senyuman dapat mengindikasikan adanya
kesenangan, kegairahan dan kesukaan. Teori Mehrabian dapat diterapkan pada
semua komunikasi nonverbal, meskipun paling sesuai untuk diterapkan pada
penandaan kinesic, para language, sentuhan danjarak/ruang.

  45  
b. Teori Equilibrium
Michael Argyle dan Janet Dean mengemukakan suatu teori komunikasi
nonverbal yang didasarkan pada suatu metafora keintiman-ekuilibrium. Mereka
mengemukakan bahwa seluruh interaksi dibatasi dalam konflik antara
kekuatan-kekuatan penarik dan penolak. Kekuatan yang menarik dan
mendorong antara satu orang dengan orang lainnya cenderung untuk
menyeimbangkan suatu hubungan. Kekuatan tersebut dijumpai dalam perilaku
nonverbal yang berkaitan dengan pendekatan (jarak yang lebih dekat, kontak
mata yang lebih banyak, sentuhan dan gerakan tubuh yang lebih sering) dan
penghindaran (jarak yang lebih jauh, kurangnya kontak mata, dan jarangnya
sentuhan dan gerakan tubuh). Lebih lanjut Argyle dan Dean mengemukakan
bahwa ketika kita berinteraksi, kits mengalami atau menggunakan seluruh
saluran komunikasi yang ada, dan suatu perubahan dalam satu saluran
nonverbal akan menghasilkan perubahan pada saluran lainnya sebagai
kompensasi.

c. Teorifungsional dari Patterson


Patterson mengemukakan bahwa komunikasi nonverbal memiliki lima fungsi,
yaitu: memberikan informasi, mengekspresikan keintiman, mengatur interaksi,
melaksanakan kontrol sosial, dan membantu pencapaian tujuan. Memberikan
informasi antara lain membiarkan seseorang mengerti tentang perasaan kita.
Mengekspresikan keintiman mengatur giliran berbicara dalam percakapan.
Melaksanakan kontrol sosial digunakan ketika kits mengekspresikan
pandangan. Membantupencapaian tujuan biasanya bersifat impersonal,
misalnya sentuhan yang terjadi ketika seorang penata rambut sedang menata
rambut kita.

d. Teori Fungsional Komunikatif


Teori yang dikemukakan oleh Burgoon ini memfokuskan kepada `kegunaan,
motif, atau hasil dari komunikasi'. Teori ini menjelaskan peran yang dimiliki
oleh komunikasi nonverbal terhadap hasil komunikasi, seperti persuasi dan
desepsi (pengelabuan). Dengan demikian teori ini telah mengalihkan perhatian
dari suatu pemahaman mengenai bagaimana cara kerja komunikasi nonverbal,
kepada apa yang dilakukan komunikasi nonverbal. Burgoon mengemukakan
terdapat sedikitnya sembilan fungsi, dari komunikasi emosional sampai
pemrosesan informasi dan pemahaman. Teori ini memandang suatu inisiatif
untuk berinteraksi sebagai bersifat multi fungsional dan sebagai suatu bagian
penting dari proses komunikasi. Jadi fokusnya bukan sekedar pada apa yang
ditampilkan oleh perilaku nonverbal, tetapi juga pada hubungan antara perilaku
tersebut dengan tujuan-tujuan yang ada di baliknya.

  46  
B. Memahami Komunikasi Verbal

Pada bagian berikutnya kita akan masuk pada suatu pendekatan yang
mempelajari dampak dari penggunaan bahasa dalam menciptakan realitas, yaitu
bagaimana kita `memberi label' atau 'atribut' pada dunia kita dan bagaimana 'label'
tersebut menghasilkan `realitas' (narture approach). Kita kemudian akan beralih
kepada pandangan fungsional yang mencoba menjawab pertanyaan: mengapa kita
bereaksi terhadap bahasa, seolah-olah kata adalah benda yang
direpresentasikannya? Pada bagian akhir kita akan mendiskusikan suatu
pendekatan yang berorientasi pada pesan dalam bahasa, dan membahas proses
berpikir yang berkaitan dengan bahasa yang mendahului aktivitas transmisi pesan.

1. Nature Approach (Pendekatan Natural)


Seorang ahli yang menaruh perhatian pada bagaimana orang memperoleh
bahasa adalah Noam Chomsky yang memandang pembelajaran bahasa sebagai
suatu fungsi biologis, sama seperti cara Darwin memandang komunikasi
nonverbal. Teori Chomsky yang disebut `struktur dalam' (deep structure)
mengasumsikan bahwa suatu tata bahasa atau struktur bawaan (innategrammar)
yang ada pads diri manusia sejak dia lahir merupakan landasan bagi semua
bahasa.
Teori ini mencakup suatu pendekatan umum yang universal. Dengan
mendasarkan pada sejumlah besar penelitiannya, Chomsky mengidentifikasi
adanya tiga struktur dalam semua bahasa. Pertama, adanya hubungan antara
subjek-predikat. Apa pun subjeknya, predikat akan selalu menunjukkan tindakan
apa yang dilakukan oleh subjek. Demikian pula sebaliknya, apa pun predikatnya,
subjek akan selalu menunjukkan apa atau siapa yang melakukan tindakan
tersebut. Misalnya 'orang makan', `gajah makan', 'monyet makan', kesemuanya
menunjukkan bahwa subjek sedang melakukan tindakan tertentu, yaitu makan.
Sementara dari visi predikat `orang lari', `orang bermain', `orang makan',
menunjukkan bahwa `orang' yang melakukan tindakan, apa pun bentuknya.
Kedua, hubungan antara kata kerja (verb) dengan objek yang mengekspresikan
hubungan logis sebab dan akibat. Hubungan ini menunjukkan kepada siapa atau
untuk apa suatu tindakan dilakukan. Misalnya `orang memakai topi', `orang
memakai jas', `orang memakai kaos', kesemuanya menunjukkan bahwa objek
(apa pun jenisnya) dipakai oleh orang tersebut.
Ketiga, modifikasi,' yang menunjukkan adanya pertautan kelas
(intersection of classes). Misalnya orang memakai `topi hitam', 'orang memakai
topi kuning,'orang memakai topi putih', di mana kesemuanya menunjuk adanya
pertautan (intersection) antara topi dan warna tertentu. Dengan demikian,

  47  
Chomsky beranggapan bahwa manusia dilahirkan dengan membawa kemampuan
alamiah untuk berbahasa. Kita dapat memformulasikan bentuk-bentuk kombinasi
kata tertentu hingga terasa masuk akal. Namun penjelasan bahwa bahasa dapat
dipilah dalam struktur tata bahasa, belum dapat menjawab bagaimana bahasa
mengungkapkan makna.
Seorang teoretisi lain, Dan I. Slobin, mengemukakan bahwa bayi terlahir
dengan pemahaman tata bahasa yang telah terprogram, anak sebenarnya memiliki
suatu mekanisme pemrosesan atau sistem untuk mengorganisasikan informasi
linguistik yang diperoleh dari lingkungan anak tersebut. Slobin mengemukakan
bahwa perkembangan kognitif mendahului perkembangan bahasa.
Dengan berbagai bukti ilmiah dia menunjukkan bahwa anak dari
kelompok bahasa yang berbeda, mempelajari bahasa secara berbeda tergantung
pada tingkat kesulitan dari bahasa tersebut. Bahasa yang lebih kompleks
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mempelajarinya, karena anak harus
membuat sejumlah pengecualian pada prinsip bawaan yang ada dalam setiap
bahasa. Slobin sendiri mengidentifikasi adanya empat prinsip yang bekerja pada
semua bahasa, yaitu: memperhatikan susunan kata, menghindari pengecualian,
menghindari interupsi atau penataan kembali unit-unit bahasa, dan
memperhatikan kata yang ada pada bagian terakhir kalimat.
Walau ada perbedaan antara teori Chomsky dan Slobin, namun pada
dasarnya keduanya mendasarkan diri pada prinsip natural, yang memandang
bahwa bahasa diperoleh secara natural. Meskipun demikian keduanya belum
dapat menjawab makna apa yang dikaitkan dengan penggunaan bahasa tersebut.

2. Nurture Approach (Pendekatan Nurtural)


Edward Sapir dan Benyamin Whorf mengemukakan teori yang menentang
perspektif alamiah (nature). Dengan memusatkan kajiannya pada semantik
(makna dari kata), mereka mengembangkan suatu teori kultural mengenai bahasa.
Mereka mengatakan bahwa latar belakang dari sistem linguistik (atau tata bahasa)
dari setiap bahasa bukan hanya suatu alat reproduksi untuk menyampaikan
gagasan, tetapi lebih sebagai pembentuk gagasan, pembentuk dan pemandu bagi
aktivitas mental individu, untuk menganalisis kesan, untuk mensintesiskan
aktivitas mental dalam komunikasi.
Formulasi gagasan bukan merupakan suatu proses independen dan bukan
aktivitas rasional semata, tetapi suatu tata bahasa tertentu yang berbeda di antara
berbagai tata bahasa lain. Jadi, bahasa adalah kultural (seperti pandangan
Birdwhistel mengenai komunikasi nonverbal).
Bahkan aturan-aturan bahasa sangat bervariasi dari satu kultur ke kultur
lain, oleh karenanya individu dari kultur yang berbeda akan berbeda pula cara-
caranya dalam memandang dunia. Misalnya, beberapa bahasa memiliki begitu

  48  
banyak istilah untuk menyebut 'saiju', sementara sejumlah bahasa lainnya bahkan
tidak memiliki satu istilah pun, terutama bagi yang belum pernah melihatnya.
Menurut Sapir dan Whorf, bahasa dari suatu kultur akan berkaitan langsung
dengan bagaimana cara-cara kita berpikir dalam kultur tersebut_ Asumsi ini
sejalan dengan pandangan antropologis tentang relativitas kultural, yang
menyatakan bahwa, karena kultur yang berbeda memiliki bahasa yang berbeda
dan pandangan hidup yang berbeda, maka mereka juga memiliki keyakinan dan
nilai-nilai yang berbeda pula.
Kedua teori yang berlawanan ini (nature vs nurture) menunjukkan bahwa
baik dalam komunikasi verbal maupun nonverbal, terdapat dua aliran yang
berangkat dari posisi yang berlawanan dalam menjelaskan bagaimana orang
memperoleh bahasa. Kontroversi ini masih terus berlangsung tanpa salah satu
dapat mengklaim bahwa teorinya yang paling benar, karena buktibukti yang
ditunjukkan oleh kedua belah pihak belum cukup memadai.

3. Teori Fungsional tentang Bahasa (General Semantics)


Hanya dengan memfokuskan pada makna dari kata (dan bagaimana makna
tersebut mempengaruhi perilaku), aliran general semantics menganggap bahwa
bahasa harus dapat lebih merefleksikan dunia di mana kita hidup. Asumsi yang
mendasari pemikiran general semantik adalah bahwa 'the word is not the thing'.
Kata dianggap sebagai abstraksi dari realitas. Oleh karenanya general semantics
memandang bahwa kata harus sedekat mungkin dengan realitas yang
direfleksikannya.
Meskipun demikian mereka menyadari bahwa ini suatu hal yang sulit,
karena ketika kata merupakan suatu konsep yang statis dalam waktu yang
panjang, realitas selalu dalam kondisi yang berubah. Untuk memahami apa yang
menjadi kajian general semantics, kita hares mempelajari sifat-sifat simbol dan
bagaimana kita menggunakannya.

Penggunaan Simbol
Pandangan ini mengasumsikan bahwa seluruh perilaku manusia berangkat
dari penggunaan simbol. Salah seorang ahlinya yang bemama Alfred Korzybski
menganggap adanya ketidaktepatan dalam penggunaan bahasa sehari-hari kita.
Argumentasinya adalah bahwa manusia hidup dalam dua lingkungan yang
berbeda, lingkungan fisik dan lingkungan simbolik.
Untuk memahami hal ini kita dapat menganalogikannya dengan
penggunaan peta. Misalnya kita bertanya kepada teman kita berapa jarak antara
Jakarta-Surabaya, dan dia menjawab: "Menurut peta sekitar 10 cm". Informasi ini
hanya memiliki arti bagi kita jika kita mengetahui skala dari peta tersebut, dan
tentunya skala peta tersebut bukanlah 1:1 Karena jika skalanya serupa

  49  
itu peta tersebut akan sama luasnya dengan wilayah yang digambarkannya. Hal
serupa berlaku pula pada kata. Ada satu anekdot untuk mencontohkan hal ini,
ketika seorang pengemudi sampai pada suatu perempatan jalan dan bertanya pada
orang disebelahnya apakah ada kendaraan lain yang akan melintasi jalanan yang
akan diseberanginya, dan orang yang ditanya menjawab `hanya kijang'. Baru
setelah mobil yang mereka tumpangi menyeberang dan ditabrak oleh sebuah
Toyota Kijang yang sedang melaju, arti semantik dari 'kijang' dipahami oleh
keduanya.
Kata, dan pada kenyataannya semua jenis simbol, tidak sama dengan
fenomena yang digambarkannya. Menurut Ogden dan Richards simbol adalah
representasi ide dan ide adalah representasi objek. Dan ketiganya merupakan
fenomena yang berbeda. Persoalan menjadi menarik ketika kita berbuat seolah-
olah kata adalah objek yang digambarkannya. Kita tahu bahwa orang yang takut
ular akan ketakutan jika benar-benar melihat seekor ular, namun kadang-kadang
ada orang yang begitu takutnya sehingga denyut nadinya meningkat ketika
mendengar kata ular. Interaksi antara kata, maknanya dan perilaku manusia inilah
yang menjadi perhatian Korzybski ketika dia mengemukakan teori general
semantics.
Untuk mempelajari teori ini lebih jauh kita akan membahas sejumlah
konstruk: `silent assumptions'. reaksi dan respons, penggunaan identitas, waktu
dan ruang, multi ordinalitas, orientasi intensional dan ekstensional, dan tataran-
tataran abstraksi.

Silent Assumptions
Dan P Millar dan Frank E. Millar mengemukakan bahwa makna dari suatu
kata tidak terbatas dari yang kita temukan dalam kamus. Jadi kesalahpahaman
semantik terjadi karena kita terlalu sering menggunakan asumsi secara diam-diam.
General semantics menjelaskan bahwa kita memiliki kecenderungan untuk
berurusan dengan objek atau benda pada tataran abstrak. Misalnya kita tidak
berurusan dengan fenomena pada tataran atomis, meskipun sebenarnya fenomena
berubah pada tataran ini.
Seperti telah dikemukakan oleh Korzybski bahwa tataran objektif bukan
kata dan tidak dapat dicapai hanya dengan kata. Untuk dapat mencapai atau
memahami tataran objektif, general semantics mengajarkan kita untuk diam
(silent), dan kondisi diam ini memungkinkan kita untuk merespons kata sebagai
manusia daripada bereaksi terhadapnya sebagaimana yang dilakukan oleh hewan.
Persoalan yang muncul dari silent assumption ini adalah ketika
mengantisipasi apa yang dikatakan oleh orang lain. Oleh karenanya ketika kita
melakukan silent asssumption, kita harus menanyakan pada diri kita sendiri tiga
pertanyaan tentang apa yang sedang dikatakan orang lain, yaitu: apa yang

  50  
dimaksudkannya? (apakah yang dimaksudkannya berbeda dengan yang
dikatakannya), bagaimana dia mengetahui hal yang dibicarakannya? (mengacu
kepada sumber informasi), dan mengapa dia mengatakan hal ini kepada saya?
(apakah kita pendengar yang sesuai dan apakah kita merupakan sasaran dari kata-
kata yang kita dengar).

Reaksi/Respons
Konstruk ini diawali oleh asumsi bahwa manusia bereaksi seperti yang
dilakukan hewan melalui apa yang disebut respons yang dikondisikan. Orang
dapat dengan mudah dipaksa untuk bereaksi pada slogan, nama, hasrat, dan
sebagainya, dalam bentuk yang hampir sama seperti ketika hewan dikondisikan
untuk bereaksi terhadap suatu tanda tertentu. Misalnya hat ini terlihat pada reaksi
pengikut Hitler pada Swastika dan lambang-lambang lainnya, demikian pula
dengan reaksi terhadap simbol AIDS, di mana banyak dari kita tidak ingin
diasosiasikan dengan simbol tersebut.
Korzybski, sebaliknya, menekankan bahwa kita seharusnya tidak meniru
binatang. Respons kita haruslah kondisional, bukan dikondisikan. Artinya respons
kits harus melalui penundaan (delayed) dan modifikasi, bukan otomatis. Untuk
mencapai hat ini kits harus belajar menghindar dari suatu reaksi yang baku (stereo
type) terhadap kelas atau kelompok orang, dan menyadari adanya perbedaan-
perbedaan di antara individu anggota kelompok atau kelas dan menyesuaikan
respons kita.

Identitas
Alasan utama mengapa kits cenderung untuk bereaksi daripada merespons
adalah karena kita melihat kesamaan absolut atau identitas. Sedikitnya ada tiga
alasan bagi kecenderungan ini, yaitu: nama adalah suatu karakteristik penting dari
benda atau objek, keunikan benda atau objek berada di dalam nama, dan jika
suatu benda atau objek tidak memiliki nama maka is menjadi tidak eksis atau
tidak dianggap. Jadi terdapat orang-orang yang beranggapan bahwa, misalnya,
semua "perceraian" memiliki makna yang sarna atau semua pengertian
`demonstrasi' adalah sama, padahal dalam situasi yang nyaris sama orang atau hat-
hat lainnya akan selalu berbeda.
Konstruk tentang identitas berkaitan erat dengan dua konstruk lain dalam
teori general semantics, yaitu: `nonallness' dan 'nonadditivity'. Nonallness berarti
bahwa kita tidak dapat mengatakan segala sesuatunya secara lengkap mengenai
semua hat. Oleh karenanya ketika melihat adanya kesamaan dalam beberapa hat,
kita cenderung untuk mengabaikan perbedaan-perbedaannya. General semantics
merekomendasikan kita untuk menggunakan 'dan sebagainya' untuk memberikan

  51  
gambaran bahwa terdapat hal-hal lain yang tidak kita ketahui ketika
mendeskripsikan sesuatu pada saat berbicara.
Konstruk nonadditivity kita lakukan ketika kita menambahkan sesuatu dan
hasilnya dapat memiliki arti yang lain. Misalnya ketika seorang guru berkata
kepada guru lainnya: "Bisakah Anda menerima seorang murid lagi untuk kelas
Anda?" Karena tidak ada dua hat yang sama persis, menerima seorang murid yang
sekedar duduk di dalam kelas adalah berbeda dengan menerima seorang murid
yang sangat partisipatif di dalam kelas.
Oleh karenanya menambahkan sesuatu tidak hanya sekedar menghasilkan hat
yang sama dalam jumlah yang lebih besar, seperti yang dikondisikan oleh kata
atau bunyi, melainkan menghasilkan suatu perilaku komunikatif yang berbeda.

Keterikatan pada Waktu dan Ruang


General semantics mengemukakan bahwa segala sesuatu di dalam
lingkungan fisik akan terus-menerus berubah. Kita tidak sama dengan diri kita
sepuluh tahun yang lalu, bahkan juga tidak sama dengan diri kita sepuluh detik
yang lalu, karena set dalam tubuh kita berkembang, mati dan sebagainya. Hal
yang sama juga terjadi pada benda mati, karena molekul akan selalu berubah atau
bergerak.
Fenomena ini kita sebut `keterikatan waktu' (time-binding). Selain itu jugs
terjadi `keterikatan ruang' (space-binding). Karena orang berada dalam. tempat
atau ruang yang berbeda, mereka akan mempersepsikan sesuatu secara berbeda-
beda. Contoh yang paling sederhana dari hat ini adalah sebab-sebab dari
terjadinya suatu kecelakaan lalulintas. Dua aspek dalam dimensi ruang adalah
jarak dan posisi relatif.
Seperti halnya dengan waktu, ruang adalah suatu fenomena yang pasif dan
penyebab perubahan (catalytic). Benda atau objek atau hal, harus berada di dalarn
suatu ruang, harus memiliki jarak (dekat atau jauh) dari benda, objek, atau hal
lainnya, dan meskipun memiliki jarak yang sama, mereka harus menempati posisi
yang berbeda. Dimensi ruang mencakup tataran fisik (persepsi dan jarak), tataran
psikologis (perasaan, keadaan, dan sebagainya), dan tataran kultural (norma, nilai)

Multiordinalitas
Multiordinalitas menjelaskan mengenai pernyataan yang bertingkat-
tingkat. Misalnya kita berkata bahwa `kucing belang berlari lebih cepat daripada
kucing hitam'. Lalu kita bergerak pada tataran abstraksi yang lebih tinggi dan
membuat pernyataan lain mengenai pernyataan ini, seperti misalnya `itu benar'
atau `itu salah' atau `kalau pernyataan itu benar berarti ada hubungan antara
pigmen dengan struktur otot'.

  52  
Pemyataan-pernyataan ini ada pada tataran abstrak yang lebih tinggi
daripada pernyataan yang pertama, karena semuanya merupakan pernyataan
mengenai pernyataan yang pertama. Jadi kata 'pernyataan' dianggap memiliki
multiordinal yang dapat digunakan pada tataran, atau tingkatan abstraksi yang
berbeda, dan makna dari tiap-tiap tatarannya juga berbeda. Contoh lain adalah
kata 'cinta' Kita dapat mencintai suatu bangunan, seorang gadis, sebuah lukisan,
sebuah teori, sebuah pertarungan sengit. Semua 'cinta' ini berada pada tataran
abstraksi yang sama, tetapi cinta juga dapat bergerak ke tataran yang lain.

Orientasi Intensional dan Ekstensional


Konstruk ini menjelaskan bagaimana orientasi orang ketika merespons
suatu hal. Menurut Irving J. Lee, orientasi `intensional' didasarkan pada definisi
verbal, asosiasi, dan sebagainya, yang mengabaikan observasi. Jadi seperti
ungkapan `bicara dulu, tanpa peduli bagaimana kenyataannya'. Orientasi
ekstensional didasarkan pada susunan observasi, investigasi, dan sebagainya,
terlebih dahulu sebelum membicarakannya.
Beberapa karakteristik dari orientasi internal adalah: orang lebih
memperhatikan nama dan apa yang dikatakan mengenai suatu hal daripada kepada
kenyataan; orang merespon kata atau pernyataan sebagaimana merespon objek
yang digambarkan oleh kata tersebut; orang tidak merasa yakin dengan kenyataan
yang dihadapinya; dan orang menggunakan pembuktian verbal, ketimbang fakta
yang nyata.
General semantics lebih mendukung orientasi eksternal, yang artinya
merekomendasikan seseorang untuk lebih dulu mencari faktanya. Oleh karenanya,
kata-kata lain yang banyak menandai teori ini adalah seperti `observasi',
`keingintahuan' `pengungkapan', `penelitian', dan 'pengujian'

4. Konstruktivisme: Perspektif Pesan dalam Bahasa


Jesse G. Delia dan Ruth Anne Clark mengemukakan suatu teori yang
dikenal sebagai Konstruktivisme. Teori ini menaruh perhatian pada proses
berpikir yang terjadi sebelum pesan dikemukakan dalam suatu tindakan
komunikasi. Mereka menyebut proses berpikir ini sebagai `kognisi sosial'.
Analisis mereka telah membawa kepada usaha untuk memahami bagaimana orang
menyusun dan mengubah suatu `impresi/kesan' pada orang lain, dan bagaimana
kesan digunakan untuk menyusun strategi pesan serta bagaimana orang
merasionalisasikan strategi tersebut.
Beberapa prinsip penting dari teori mereka adalah, konstruksi episodik dan
disposisi seseorang diorganisasi oleh skemata interpersonalnya. Skemataskemata
interpersonal ini adalah kognisi atau pemikiran mengenai bagaimana kita berpikir
(menganggap atau memperkirakan) mengenai apa yang akan dilakukan oleh orang

  53  
lain. Skemata-skemata interpersonal ini diorganisasi ke dalam semacam sistem
(skema), dan pola-pola dalam sistem ini mencakup interpretasi dan penyimpulan,
serta pola-pola 'konstruksi' yang kita gunakan untuk menjelaskan perilaku orang
lain.
Prinsip kedua adalah, organisasi kesan interpersonal memberikan
pemahaman dan antisipasi atas orang lain secara kontekstual dan relevan. Dalam
hal ini orang bertindak seolah-olah sebagai psikolog-sosial yang mencoba
menggunakan suatu pola konsepsional untuk menjelaskan, memahami, dan
memperkirakan perilaku orang lain di dalam berbagai
konteks.
Prinsip ketiga, variasi sistematis dalam konstruk dan skemata interpersonal
yang berkembang sebagai suatu fungsi pengalaman sosial, memberikan perbedaan
kapasitas untuk membentuk kesan-kesan yang terorganisasikan dan stabil dalam
waktu dan konteks yang berbeda. Jadi, orang yang lebih banyak memiliki pilihan
dalam menilai orang lain, dan lebih abstrak pemikiran konstruksi
interpersonalnya, cenderung lebih mampu memformulasikan pandangan yang
terorganisasi mengenai orang lain.
Misalnya, dalam berinteraksi dengan orang yang tidak kita sukai, maka
pemikiran kita mengenai orang tersebut diwarnai oleh perasaan kita mengenai
orang-orang lainnya yang tidak kita sukai. Jadi, kita dapat menilai orang lain
sebagai buruk/jahat hanya karena satu atau dua sebab, atau kita mungkin telah
memiliki sebelumnya rasa tidak suka pada orang tersebut yang
didasarkan atas variasi kognisi Kita. Dalam waktu yang lama sepanjang
tidak ada kognisi lain yang menandingi, kesan kita terhadap orang tersebut akan
stabil, dan kita cenderung untuk memahami dan memprediksi perilakunya
berdasarkan kesan tersebut. Dari penjelasannya tersebut, Delia dan Clark telah
mengemukakan bahwa bahasa digunakan untuk menilai apa yang akan dirasakan
oleh orang lain terhadap suatu pecan yang disampaikan kepadanya, sebelum pesan
itu sendiri sepenuhnya disusun.

  54  
BAB IV
PROSES KOMUNIKASI

Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan


kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna
antara komunikan dengan komunikatornya. Proses komunikasi ini bertujuan untuk
menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada
umumnya).
Proses komunikasi termasuk juga suatu proses penyampaian informasi dari
satu pihak ke pihak lain dimana seseorang atau beberapa orang, kelompok,
organisasi dan masyarakat menciptakan dan menggunakan informasi agar
terhubung dengan lingkungan dan orang lain. Komunikasi berasal dari bahasa
latin communis yang berarti sama. Communico, communicatio atau communicare
yang berarti membuat sama. Secara sederhana komunikasi dapat terjadi apabila
ada kesamaan antara penyampaian pesan dan orang yang menerima pesan.
Pada umumnya komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat
dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat
dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan
menggunakan gerak-gerik badan, dan menunjukkan sikap tertentu seperti
tersenyum, mengangkat bahu dan sebagainya. Komunikasi ini disebut komunikasi
nonverbal. Proses komunikasi bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang
efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya).
Proses komunikasi dapat terjadi apabila ada interaksi antar manusia dan
ada penyampaian pesan untuk mewujudkan motif komunikasi. Melalui
komunikasi sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami
oleh pihak lain.
1. komunikator Komunikator adalah pihak yang bertindak sebagai pengirim
pesan dalam sebuah proses komunikasi.Dengan kata lain, komunikator
merupakan seseorang atau sekelompok orang yang berinisiatif untuk
menjadi sumber dalam sebuah hubungan.Seorang komunikator tidak
hanya berperan dalam menyampaikan pesan kepada penerima, namun juga
memberikan respons dan tanggapan, serta menjawab pertanyaan dan
masukan yang disampaikan oleh penerima, dan publik yang terkena
dampak dari proses komunikasi yang berlangsung, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
2. Pesan adalah setiap pemberitahuan, kata, atau komunikasi baik lisan
maupun tertulis, yang dikirimkan dari satu orang ke orang lain.Pesan
menjadi inti dari setiap proses komunikasi yang terjalin pesan terbagi
menjadi dua, yakni pesan verbal dan non-verbal. Pesan verbal adalah jenis
pesan yang penyampaiannya menggunakan kata-kata, dan dapat dipahami

  55  
isinya oleh penerima berdasarkan apa yang didengarnya.Sedangkan, pesan
non-verbal adalah jenis pesan yang penyampaiannya tidak menggunakan
kata-kata secara langsung, dan dapat dipahami isinya oleh penerima
berdasarkan gerak-gerik, tingkah laku, mimik wajah, atau ekspresi muka
pengirim pesan.Pada pesan non-verbal mengandalkan indera penglihatan
sebagai penangkap stimuli yang timbul.
3. Penerima adalah pihak yang memperoleh pesan atau stimulus yang
dikirmkan oleh sumber. Stimulus yang diterima tersebut dapat terdiri dari
beraneka ragam bentuk, seperti kata-kata, tulisan, gerak-gerik, mimik
muka, ekspresi wajah, sentuhan, aroma, serta perbuatan atau tingkah laku
lawan bicara.Selanjutnya, peran penerima adalah mencerna dan
menanggapi stimulus tersebut dengan mendengar, melihat, membau, atau
merasakan.Secara garis besar, penerima dapat terbagi menjadi penerima
aktif dan penerima pasif.Penerima pasif adalah orang yang hanya
menerima stimulus yang datang kepadanya, tanpa memberikan tanggapan
serta umpan balik (feedback).Sedangkan, penerima aktif adalah orang
yang tidak saja menerima stimulus yang datang kepadanya, tetapi juga
memberikan tanggapan atau feedback secara aktif (berkelanjutan) kepada
pengirim.
4. Feedback Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari
penerima pesan dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Tanpa balikan
seorang pengirim pesan tidak akan tahu dampak pesannya terhadap
sipenerima pesan Hal ini penting bagi manajer atau pengirim pesan untuk
mengetahui apakah pesan sudah diterima dengan pemahaman yang benar
dan tepat. Balikan dapat disampaikan oleh penerima pesan atau orang lain
yang bukan penerima pesan. Balikan yang disampaikan oleh penerima
pesan pada umumnya merupakan balikan langsung yang mengandung
pemahaman atas pesan tersebut dan sekaligus merupakan apakah pesan itu
akan dilaksanakan atau tidak Balikan yang diberikan oleh orang lain
didapat dari pengamatan pemberi balikan terhadap perilaku maupun
ucapan penerima pesan. Pemberi balikan menggambarkan perilaku
penerima pesan sebagai reaksi dari pesan yang diterimanya. Balikan
bermanfaat untuk memberikan informasi, saran yang dapat menjadi bahan
pertimbangan dan membantu untuk menumbuhkan kepercayaan serta
keterbukaan diantara komunikan, juga balikan dapat memperjelas persepsi.
Untuk memahami proses komunikasi dapat dilihat dari unsur-unsur yang
berkaitan dengan siapa pengirimnya (komunikator), apa yang dikatakan
atau dikirimkan (pesan), saluran komunikasi apa yang digunakan (media),
ditujukan untuk siapa (komunikan), dan apa akibat yang akan
ditimbulkannya (efek).

  56  
Dalam proses komunikasi tersebut, kewajiban seorang komunikator adalah
mengusahakan agar pesan-pesannya dapat diterima oleh komunikan sesuai dengan
kehendak pengirim. Model proses komunikasi secara umum dapat memberikan
gambaran kepada pengelola organisasi, bagaimana mempengaruhi atau mengubah
sikap anggota/stakeholder nya melalui desain dan implementasi komunikasi.
Dalam hal ini, pengirim atau sumber pesan bisa individu atau berupa organisasi
sebagaimana dapat dilihat dalam gambar proses komunikasi di bawah ini:

Berdasarkan pada bagan atau gambar proses komunikasi tersebut, suatu


pesan, sebelum dikirim, terlebih dahulu disandikan (encoding) ke dalam simbol-
simbol yang dapat menggunakan pesan yang sesungguhnya ingin disampaikan
oleh pengirim. Apapun simbol yang dipergunakan, tujuan utama dari pengirim
adalah menyediakan pesan dengan suatu cara yang dapat memaksimalkan
kemungkinan dimana penerima dapat menginterpretasikan maksud yang
diinginkan pengirim dalam suatu cara yang tepat.
Pesan dari komunikator akan dikirimkan kepada penerima melaui suatu
saluran atau media tertentu. Pesan yang di terima oleh penerima melalui simbol-
simbol, selanjutnya akan ditransformasikan kembali (decoding) menjadi bahasa
yang dimengerti sesuai dengan pikiran penerima sehingga menjadi pesan yang
diharapkan (perceived message).
Hasil akhir yang diharapkan dari proses komunikasi yakni supaya tindakan
atau pun perubahan sikap penerima sesuai dengan keinginan pengirim. Akan
tetapi makna suatu pesan dipengaruhi bagaimana penerima merasakan pesan itu
sesuai konteksnya. Oleh sebab itu, tindakan atau perubahan sikap selalu
didasarkan atas pesan yang dirasakan.
Adanya umpan balik menunjukkan bahwa proses komunikasi terjadi dua
arah, artinya individu atau kelompok dapat berfungsi sebagai pengirim sekaligus
penerima dan masing-masing saling berinteraksi. Interaksi ini memungkinkan
pengirim dapat memantau seberapa baik pesan-pesan yang dikirimkan dapat
diterima atau apakah pesan yang disampaikan telah ditafsirkan secara benar sesuai
yang diinginkan.

  57  
Dalam kaitan ini sering digunakan konsep kegaduhan (noise) untuk
menunjukkan bahwa ada semacam hambatan dalam proses komunikasi yang bisa
saja terjadi pada pengirim, saluran, penerima atau umpan balik. Dengan kata lain,
semua unsur-unsur atau elemen proses komunikasi berpotensi menghambat
terjadinya komunikasi yang efektif.
Hambatan tersebut diuraikan dalam hambatan-hambatan dalam
komunikasi. Itulah penjelasan proses komunikasi beserta bagan terjadinya proses
komunikasi. Cermati pula bentuk dan jenis-jenis komunikasi. Semoga dapat
dipahami hal-hal yang berhubungan dengan interaksi masing-masing unsur dalam
komunikasi. Umumnya proses komunikasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
proses komunikasi primer dan proses komunikasi sekunder.

1. Proses Komunikasi Primer


Merupakan proses penyampaian pikiran/perasaan seseorang kepada orang
lain dengan menggunakan lambang atau simbol sebagai media. Adapun lambang
atau simbol tersebut dapat berupa bahasa, isyarat, warna, gerak-gerik, ekspresi
wajah, dan lain-lain yang dapat secara langsung mampu menterjemahkan
pikiran/perasaan seseorang kepada orang lain. Dalam proses komunikasi primer
umumnya bahasa digunakan sebagai media utama, karena melalui bahasa, baik
bahasa lisan maupun bahasa tulisan dianggap paling mampu untuk
menterjemahkan pikiran dan perasaan seseorang kepada orang lain. Namun
demikian tidak semua orang mampu mengungkapkan pikiran dan perasaannya
dengan menggunakan bahasa. Apalagi jika seseorang itu berada di Iingkungan
yang sangat dipengaruhi oleh budaya tertentu. Dengan demikian tidak semua
pikiran dan perasaannya akan disampaikan dalam bentuk kata-kata, tetapi
mungkin Iebih sesuai dan tepat dikemukakan dalam bentuk isyarat, gerak gerik
atau bahasa tubuh Iainnya. Dalam kasus tertentu, sering terjadi terdapat
ketidakkonsistenan bahkan kontradiksi antara simbOl verbal dalam bentuk kata-
kata dengan simbol non verbal dalam bentuk isyarat, ekspresi wajah, bahasa tubuh
yang disampaikan oleh seseorang. Sebagai contoh, dalam budaya Jawa yang
masih kuat, pantang untuk mengungkapkan penolakan atau ketidaksetujuan secara
Iangsung, karena dikawatirkan akan menyinggung perasaan orang yang diajak
berkomunikasi. OIeh karena itu disamping perlu memperhatikan simbolsimbol
verbal dalam proses komunikasi tidak kalah pentingnya untuk memperhatikan
simbol-simbol non verbal dan paralinguistik yang bisa jadi lebih penting dan
bermakna dalam suatu proses komunikasi. Dalam suatu proses komunikasi
seorang komunikator juga disyaratkan untuk memilih kata-kata secara benar dan
hati-hati, karena kadangkala kata-kata mempunyai dua pengertian, yaitu -
Pengertian denotatif, yaitu pengertian yang baku seperti yang ada tercantum di
kamus. - Pengertian konotatif, yaitu mengandung pengertian yang emosional atau

  58  
penilaian tertentu. Umpan balik (feedback) merupakan unsur penting dan tidak
terpisahkan dalam proses komunikasi primer. Hal itu dikarenakan berlangsungnya
suatu proses komunikasi akan ditentukan oleh bagaimana umpan balik dari
komunikan atas pesan yang disampaikan komunikator (sumber). Jika umpan
baliknya positif maka akan menyenangkan komunikator dan akan
memungkinkannya melanjutkan komunikasi, sebaliknya jika umpan baliknya
negatif maka komunikator harus merubah atau memperbaiki komunikasinya, atau
bahkan dapat memaksa komunikatornya untuk menghentikan komunikasinya.
Dalam komunikasi primer, maka umpan baliknya adalah seketika/langsung (direct
feedbeck atau inmediate feedback), terutama dalam komunikasi interpersonal.
Menurut Wilbur Schraman dalam Effendy (1990 : 13) suatu proses
komunikasi akan berhasil jika pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok
dan sesuai dengan kerangka acuan (frame of reference), yaitu paduan pengalaman
dan pengertian yang pernah diperoleh komunikan. Dengan demikian frame of
reference dan fold of experience merupakan faktor penting dalam suatu proses
komunikasi.
a. Tanpa ada kesamaan pengalaman dan kerangka referensi antara
komunikator dengan komunikan, maka tidak akan dapat dicapai “kesamaan
makna” diantara pihak-pihak yang berkomunikasi. Sebaliknya semakin besar
kesamaan bidang pengalaman dan kerangka referensi antara komunikator dan
komunikan, maka akan semakin besar “kesamaan makna” diantara kedua belah
pihak. Contohnya:
b. Seorang profesor yang berbicara dengan seorang desa yang berpendidikan
rendah, dengan menggunakan istilah-istilah ilmiah dan bahasa yang tidak
dimengerti oleh orang desa tersebut, tidak akan efektif, karena tidak ada kesamaan
bidang pengalaman dan kerangka acuan diantara keduanya. Dengan demikian
esensi dan suatu proses komunikasi adalah terjadinya kesamaan makna antara
pesan yang disampaikan komunikator dAn yang diterima oleh komunikan.
Dengan kata lain, komunikasi adalah proses membuat sebuah pesan setala (tuned)
bagi komunikator dan komunikan (Effendi, 1990 ; 13).
c. Secara sederhana proses komunikasi primer berlangsung sebagai berikut:
Dimulai dari sumber atau komunikator yang ingin menyampaikan
ide/pikiran/perasaannya kepada penenima/ komunikan Untuk itu ia perlu meng-
encorde ide/pikiran tersebut ke dalam bentuk lambang-lambang atau simbol-
simbol yang dapat dimengerti oleh komunikan. Dengan demikian encoding
merupakan kegiatan personal seseorang untuk memilih dan merancang perilaku
verbal dan non verbal yang sesuai dengan aturan tata bahasa dan sintaksis guna
menciptakan suatu pesan (Roster & Samover).

  59  
Kemudian stimulus atau simbol tersebut disampaikan kepada
penerima/komunikan. Stimulus yang diterima dalam bentuk tanda-tanda yang bisa
dimengerti oleh komunikan (disebut decoding), yaitu proses penguraian sandi-
sandi sehingga dapat dimengerti oleh komunikan. Proses penerimaan pesan
(message reception) mi merupakan proses yang aktif yang mengandung 3 elemen
di dalamnya , yaitu:
1. Seleksi Informasi
2. Interpretasi Informasi
3. Retensi

Tahap message reception ini merupakan aspek fundamental dari perilaku


komunikasi, bersifat subyektif dan dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti
karakteristik personal, bidang pengalaman, persepsi, kerangka referensi dan lain-
lain. Menurut Ruber (1992 ; 137) faktor-faktor yang mempengaruhi message
reception meliputi faktor-faktor yang ada pada:
Sumber, meliputi daya tarik, kredibilitas, proximity, similarity danLain-
lain. Penerima, meliputi kebutuhan, sikap, tujuan, pengalaman, kebiasaan,
kemampuan dan lain-lain. Media dan lingkungan, meliputi repetisi, kompetisi,
konsistensi, setting dan konteks. Setelah pesan/stimulus diterima oleh penerima
(receiver) tidak secara langsung memberikan umpan balik, karena ada proses
persepsi di dalam diri penerima.
Persepsi sendiri mempunyai pengertian proses dimana seseorang
menyadari berbagai stimulus yang sampai melalui indera yang ada. Menurut
Beebe, Beebe, Redmont (1996 ; 70) ada tiga tahap dalam persepsi, tahap
menyeleksi stimulus/informasi, tahap mengorganisasikan stimulus dalam
kategori-kategori, tahap menginterpretasikan stimulus
Setelah penerima umpan menginterpretasikan stimulus/informasi, maka ia
akan memberikan umpan balik (feedback) dan respon atas informasi yang
diterima dari sumber Untuk menyampaikan umpan balik, penerima perlu
mengubah ide/pikiran/perasaannya dalam bentuk tanda-tanda yang dapat diterima
oleh sumber (meng-encode). Proses ini terus berulang.

2. Proses Komunikasi Sekunder


Merupakan proses penyampaian informasi dari seseorang atau suatu
lembaga kepada orang lain atau sejumlah besar orang dengan menggunakan alat
atau sarana sebagal media kedua (sekunder) setelah mengunakan lambang/simbol
sebagai media pertama (primer). Adapun media yang dipakai dapat
dikelompokkan menjadi dua :Media Masse : televisi, radio, film, surat kabar,
majalah, buku dan lainlain. Media Nir Massa : telepon, surat, telegram dan lain-
lain.

  60  
Dalam komunikasi sekunder, maka digunakan media (massa atau
nirmassa) untuk menyebarkan pesan dan sumber/komunikator kepada komunikan.
Dengan adanya media ini, maka umpan balik dari penerima umumnya bersifat
tertunda, yaitu tidak diketahui/diterima oleh komunikator pada saat komunikasi
berlangsung.
Selain itu karena dalam komunikasi sekunder antara komunikator dengan
komunikan tidak bertemu dalam situasi tatap muka, maka komunikator harus
lebih mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan proses komunikasi
tersebut. Antara lain, mengetahui dengan jelas siapa yang menjadi komunikannya,
karakteristik komunikan, ciri media yang dipakai, waktu yang sesuai untuk
menyampaikan pesan, cara penyampaian pesan, tujuan yang akan dicapal dan
lain-lain.
Contohnya Untuk menyampaikan informasi kepada para petani di
pedesaan perlu mengetahui terlebih dahulu media apa yang dimiliki petani, kapan
biasanya media itu dioperasikan, tingkat pengetahuan dan ciri-ciri petani, bentuk
penyajian pesan yang disesuaikan dengan tujuan yang ada. Perlu diketahui,
berbeda dengan komunikasi Iangsung (tatap muka) yang efektif dalam merubah
sikap dan tingkah laku komunikannya, maka dalam komunikasi sekunder
(bermedia) efektif untuk menyampaikan informasi kepada komunikan dalam
jumlah besar, sekaligus efisien dalam waktu.
Contoh: Untuk menyampaikan pesan untuk sejumlah besar orang, dengan
menyampaikan pesan melalui radio/televisi dapat sampai secara serempak dengan
sekali penyiaran. Oleh C.E. Shannon, proses komunikasi sekunder (bermedia)
digambarkan secara sederhana sebagai berikut :
Dari apa yang dikemukakan oleh Shannon di atas secara singkat dapat
dijelaskan sebagai berikut: Sumber informasi menyampaikan pesan melalui
transmeter yang mengubah pesan tersebut menjadi transmeter signal melalui
saluran kepada alat penenma (receiver) yang menerima received signaL Oleh
receiver received signal diubah menjadi pesan yang diterima oleh tujuan
(komunikan). Dengan demikian perlu diingat, bahwa proses komunikasi yang
dikemukakan oleh Shounon, receiver disini bukan komunikan (orang yang
menjadi tujuan komunikasi), melainkan alat penerima received signal dan
mengubahnya menjadi pesan yang bisa diterima oleh komunikan. Contohnya:
Proses komunikasi melalui telepon, maka suara dari penelepon diubah dalam
bentuk signal oleh transmiter; yang kemudian dengan saluran tertentu dikirimkan
kepada alat penerima (pesawat penerima) yang mengubah signal menjadi suara
(pesan)yang bisa didengar oleh penerima pesan (komunikan). Pada saat signal
disampaikan melalui saluran tertentu terdapat sumber-sumber gangguan. Untuk
memperjelas bagaimana proses komunikasi bermedia berlangsung maka Kotler
dalam Effendy (1990 ; 18) yang diilhami sebagai paradigma Lesswell

  61  
BAB. 5
MODEL – MODEL KOMUNIKASI

Model komunikasi adalah gambaran yang sederhana dari proses


komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen dengan komponen
lainnya. Model merupakan kerangka kerja konseptual yang menggambarkan
penerapan teori untuk kasus-kasus tertentu. Kerangka kerja dalam model
komunikasi tidak lepas dari pengertian komunikasi yaitu sebagai proses transmisi
dan interpretasi pesan yang dilakukan melalui proses encoder dan decoder.
Menurut Sereno dan Mortensen model komunikasi merupakandeskripsi
ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi. Model
komunikasi mempresentasikan secara abstrak ciri ciri penting dan menghilangkan
rincian yang tidak perlu dalam dunia nyata.Sedangkan Aubrey Fisher memberikan
pemahaman tentang model komunikasi sebagai analogi yang mengabstrakkan dan
memilih bagian dari keseluruhan , unsur, sifat atau komponen yang penting dari
fenomena yang dijadikan model.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa model adalah gambaran informal
untuk menjelaskan atau menerapkan teori. Dengan kata lain model disebut
sebagai teori yang disederhanakan. Model komunikasi terdiri atas komponen
komunikasi yaitu:
1. Pengirim pesan ( komunikator)
2. Pesan
3. Media
4. Penerima pesan ( komunikan )
5. Effect/ Feedback/ umpan balik

Dalam beberapa model yang sederhana tidak semua komponen


dimasukkan dalam model. Seperti model yang paling sederhana hanya ada 3
komponen yaitu komunikator, pesan dan komunikan. Sedangkan pada model-
model yang lain selain memasukkan 5 komponen diatas masih dtambahkan
beberapa factor yang dapat mempengaruhi proses komunikasi seperti noice atau
gangguan, factor psikological dan factor lingkungan fisik.
Komunikasi sebagai proses penyampaian pesan dan pembentukan maksa
memiliki model. Model komunikasi dibedakan berdasarkan proses dan respon
yang diberikan dalam proses komunikasi. Terdapat 3 model komunikasi yaitu:
A. Model komunikasi linier
B. Model Komunikasi Interaksional
C. Model komunikasi transaksional

  62  
Untuk lebih memudahkan memahami bentuk model komunikasi linier,
interaksional dan transaksional adalah sebagai berikut:

Tabel 5.1
Interaksi Dalam Model Komunikasi

Dalam memahamo ketiga model diatas kunci yang paling penting adalah
tanda panah dalam setiap model komunikasi. Perbedaan tersebut
merepresentasikan respond an alur informasi dalam proses komunikasi yang
dilakukan. Akan kita bahas model linier, interaksional dan transaksional. Pada
akhir bab ini akan ditunjukkan beberapa bentuk model yang dikembangkan oleh
tokoh- tokoh komunikasi seperti Laswell, Shanon Wever, Newcomb, Aristoteles
dan tokoh- tokoh lainnya.

A. Model Komunikasi Linier


Model komunikasi linier diadopsi dari pemikiran Shannon & Weaver.
Model ini merupakan pengembangan penelitian dengan melihat komunikasi yang
terjadi pada radio dan telepon. Model ini ingin menggambarkan bagaimana pola
pesan di transmisikan melalui berbagai chanel. Shannon and Weaver menyatakan
bahwa model komunikasi linier adalah one way view of communivation that
assumes a message is sent by a source to a receiver though a channel.
Model ini memandang komunikasi sebagai aksi. Disebut sebagai one way
communication, from sender to receiver. Dalam beberapa istilah disebut juga
dengan something you do to someone. Terdapat beberapa hal yang menjadi kunci
dari model ini yaitu:
1. Ethos ( source credibility)
2. Pathos ( Understanding audience)
3. Logos ( pertains to message and strategy)

Kredibilitas dari pelaku komunikasi menjadi penentu terhadap


keberhasilan proses komunikasi. Apakah pengirim memiliki kecakapan cukup,
menguasai pesan dan mengirim pesan dengan baik.. Hal ini disebut dengan source
credibily atau kredibilitas dari pengirim pesan komunikasi. Apakah penerima
pesan dapat melakukan proses encoding dengan baik dan dapat memahami pesan

  63  
yang disampaiakan. Hal ini disebut dengan understanding audience. Konsep logos
menggambarkan strategi dalam berkomunikasi, apakah menggunakan strategi
yang tepat atau terdapat pemilihan strategi yang kurang tepat.
Untuk memahami proses dalam komunikasi linier penulis akan
menyajikan beberapa poin yang dapat digunakan untuk memahami proses
komunikasi linier:
Models : Simplified representation of the communication process
Linier Model of : One way view of communication that assumes a message is
Communication sent by a source to a receiver though a channel/ media
Source : Originator of a message
Message : Words
Sound
Action
Gesture in an interaction
Receiver : Recipient of a message
Channel : Pathway to communication
Noice : Distortion in channel not intended by the source
Semantic Noice : Linguistic influences on reception of message
Physical : Bodily influences on reception of message
Psycological Noice : Cognitive influences on reception of message and biological
influences on reception of message
Tabel 5.2
Konsep- konsep dalam komunikasi Linier
Sumber:Richard West and Thurner, Introducing Communication Theory

B. Model Komunikasi Interaksional

Model komunikasi interaksional melihat komunikasi sebagai interaksi


antar individu. Perbedaan dengan model komunikasi linier bahwa penerima pesan
dalam komunikasi linier tidak memberikan feedback, hanya menerima pesan.
Sedangkan dalam model komunikasi interaksional, penrima pesan akan
memberikan feedback terhadap pesan yang disampaikan. Feedback ini dapat
digunakan untuk mengukur seberapa besar penerimaan informasi oleh komunikan
terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator. Biasa disebut dengan two
way communication.
West dan thurner menjelaskan model komunikasi interactional sebagai
view of communication as the sharing of meaning with feedback that links source
and receiver. Kata kunci dalam pengertian ini adalah feedback, yaitu
communication given to the source by the receiver to indicate understanding (
meaning). Feedback dipahami sebagai respon dalam komunikasi. Bentuk dari
feedback ini bermacam- macam yaitu dapat berupa komunikasi yang berbentuk

  64  
verbal maupun komunikasi nonverbal, intensional maupun unintensional. Dalam
proses komunikasi feedback dapat megukur apakah pesan yang kita sampaikan
dapat diterima atau tidak. Feedback didapatkan setelah pesan disampaikan kepada
komunikan.

Gambar 5.1
Interactional Model
Sumber:Richard West and Thurner, Introducing Communication Theory

Model komunikasi interaksional mengadopsi pengalaman dari pelaku


komunikasi sebagai factor penunjang dalam kualitas komunikasi. Factor ini dalam
diagram terdapat di kedua sisis yaitu pengalaman dari komunikator dan
pengalaman dari komunikan. Dalam melakukan interpretasi makna pengalaman
ini berfungsi sebagai referensi dalam melakukan analisa ( encoding process).
Semakin banyak pengalaman seorang komunikator atau komunikan terhadap topic
komunikasi maka akan semakin tinggi efektifitas komunikasi yang dihasilkan.
Demikian juga sebaliknya jika topic komunikasi tidak dikenal dan mengganggu
dalam proses interpretasi pesan maka efektifitas komunikasi akan semakin
rendah/ kurang.
C. Model Komunikasi Transaksional

Gambar 5.2
Transactional Model
Sumber:Richard West and Thurner, Introducing Communication Theory

  65  
Model transaksional merupakan tataran paling tinggi dalam model
komunikasi. Model ini akan menghasilkan komunikasi 2 arah dimana yang pada
awalnya terdapat komunikator dan komunikan yang jelas dalam model ini posisi
komunikator dan komunikan menjadi bias, karena setiap orang berperan sebagai
komunikator sekaligus sebagai komunikan. Model ini menyatakan bahwa
komunikator dan komunikan sama- sama memiliki tanggung jawab atas efek
komunikasi dan efektifitas dari proses komunikasi yang dilakukan.
West dan Thurner dalam model komunikasi transaksional menyatakan
model ini sebagai view of communication as the simultaneous sending and
receiving of message. Pada gambar diatas dapat dilihat antara posisi pesan dan
feedback sebagai sesuatu yang menjadi transaksi interaksi antara sender dan
receiver. Bentuk hambatan dalam komunikasi transaksional sangat bervariatif,
hambatan fisik, psikologikal dan hambatan semantic.
Dalam model ini yang menarik adalah adanya transaksi pengam\laman
dari komunikator dan komunikan. Komunikator da komunikan berbagi pengalam.
Jika terdapat kesamaan pengalaman maka komunikasi akan semakin mudah
berjalan. Hambatan bisa muncul karena pengakaman yang berbeda dan
merupakan nilai krusial yang sulit untuk dilebur dalam proses komunikasi. Seperti
contoh adalah pandangan erhadap nilai dan budaya. Terdapat transaksi dimana
komunikator dan komunikan harus mempelajari budaya dan melakukan transaksi
nilai.
Berikut adalah beberapa model komunikasi dari para teoritikus
komunikasi. Setiap model memiliki elemen yang berbeda :

1. Model Komunikasi S- R

Model Komunikasi S-R merupakan model komunikasi yang paling simple.


Dalam model ini hanya ada 2 komponen yaitu stimulus dan respon. Komunikasi
muncul karena ada stimulus. Stimulus dapat dimaknai sebagai motif yang
mendorong terjadinya komunikasi, seperti keinginan bertanya atau berinteraksi
sesame individu. Secara alamiah stimulus ini jika diwujudkan dalam interaksi
akan menghasilkan respon.
Sebagai contoh adalah seorang anak kecil lapar, lalu ia mendekati ibunya
dan mengatakan bahwa ia ingin makan. Secara alamiah sang ibu pasti
memberikan respon terhadap sang anak. Model ini muncul pada awal

  66  
perkembangan ilmu komunikasi dan merupakan bagian dari interaksi simbolik
yang merupakan cabang keilmuwan sosiologi.

2. Model Komunikasi Aristoteles

Model komunikasi Aristoteles lebih memiliki kecenderungan dalam


komunikasi yang bersifat verbal. Model komunikasi Aristoteles merupakan model
paling klasik dan memiliki kesederhaaan metode. Terdapat 4 komponen dalam
model komunikasi Aristoteles yaitu speaker, speech, audiens dan effect. Dalam
model ini komunikasi dilakukan secara langsung, tidak menggunakan media
sebagai sarana penyampaian pesan. Komunikasi berjalan 1 arah ( linier model)
dari komunikator kepada komunikan.
Model komunikasi Aristoteles dapat dicontohkan adalah jenis komunikasi
perintah. Sebagai contoh adalah seorang atasan memberikan tugas kepada staf,
Seorang Guru memberikan tugas kepada murid atau seorang tua meminta tolong
kepada anaknya. Komunikasi jenis ini dapat juga berjalan pada tataran yang lebih
tinggi seperti komunikasi public. Contohnya adalah seoranag kandidat melakukan
pidato untuk mendapatkan dukungan public.
Kelemahan dari model ini adalah terbatas pada komunikasi berbentuk
verbal. Bentuk komunikasi model aristoteles dinilai terlalu statis, sedangkan ilmu
sosial merupakan ilmu yang interdisipliner, tidak dapat berdiri sendiri. Dalam
model ini belum memasukkan komponen lain seperti media, lingkungan, system
budaya dan gangguan yang dapat muncul dalam proses komunikasi seperti
gangguan psikologikal dan gangguan fisik.

  67  
3. Model Komunikasi Schramm

Model komunikasi Schramm merupakan bentuk komunikasi interaksional.


Terjadi perbedaan yang signifikan dengan model aristoteles maupun model SR.
Dalam model ini telah memasukkan feedback dan feedback ini dapat berupa pesan
yang disampaikan oleh masing- masing pelaku komunikasi. Model ini
menunjukkan ada proses decoder dan proses encoder. Model ini tidak lagi bersifat
statis. Ada proses interpretasi terhadap pesan yang disampaikan. Dalam
interpretasi seorang pelaku komunikasi telah menggabungkan berbagai unsur
diantaranya adalah respond an kemampuan berfikir atau analisa yang akan
diwujudkan dalam feedback.

4. Model Komunikasi Shanon and Weaver

Model Shanon and Weaver telah memasukkan komponen media yang


dalam komponen sebelumnya belum terbahas. Kemungkinan terjadinya gangguan
dalam model ini sudah muncul. Namun dalam model ini noice ada di bagian
media. Dalam komponen yang lain noice belum diberikan.

  68  
Model ini memberikan gambaran bahwa pesan ditransmisikan melalui
media. Terdapat signal yang menghubungkan media dengan sender dan receiver.
Kelemahan dari model ini adalah sifat komunikasi yang statis dan satu arah.
Komunikasi jenis ini dapat terjadi dalam komunikasi antar pribadi, komunikasi
organisasi dan komunikasi massa.

5. Model Komunikasi Laswell

Model komunikasi Laswell dalam ilmu komunikasi sangat popular.


Formulasi Who Says What, In Which Channel to Whom and With What effect
kerap menjadi rujukan dalam memahamai komunikasi. Who merujuk pada
komunikator, Says What merujuk pada Message atau pesan, Channel merujuk
pada media, Whom merujuk pada receiver atau komunikan dan Effect merujuk
pada efek komunikasi.

6. Model Komunikasi Gebner

Model dari Gebner lebih kompleks dibandingkan model dari Shannon dan
Weaver, namun masih menggunakan kerangka model proses linier. Kelebihan

  69  
model Gerbner dibandingkan milik Shannon dan Weaver ada dua, yaitu modelnya
menghubungkan pesan dengan realitas dan konteks (about) sehingga membuat
kita bisa mendekati pertanyaan mengenai persepsi dan makna, dan model ini
memandang proses komunikasi terdiri dari dua dimensi berbeda, dimensi persepsi
atau penerimaan, dan dimensi komunikasi atau alat dan kontrol9

7. Model Komunikasi Newcomb

Theodore Newcomb memandang komunikasi dari perspektif psikologi


social modelnya mengingatkan kita akan diagram jaringan kelompok yang dibuat
oleh para psikologi sosial dan merupakan formulasi awal dan merupakan
formulasi awal mengenai konsistensi kognitif. Dalam komunikasi model tersebut
yang sering juga disebut model ABX atau model simetri Newcomb
menggambarkan bahwa seseorang, A menyampaikan informasi kepada seorang
lainnya, B, mengenai sesuatu, X model tersebut mengasumsikan bahwa orientasi
A (sikap) terhadap B dan terhadap X saling bergantung, dan ketiganya merupakan
suatu sistem yang terdiri dari empat orientasi.
Dalam model Newcomb, komunikasi adalah cara lazaim dan aktif yang
memungkinkan orang-orang mengorientasikan diri terhadap lingkungan mereka.
Ini adalah suatu model tindakan komunikatif dua orang yang disengaja
(intensional). Model ini mengisyaratkan bahwa setiap sistem apa pun mungkin
ditandai oleh keseimbangan kekuatan dan bahwa setiap perubahan dalam bagian
manapun dari sistem tersebut akan menimbulkan ketegangan terhadap
keseimbangan atau simetri, karena ketidakseimbangan atau kekurangan simetri
secara psikologis tidak menyenagkan dan menimbulakn tekanan internal untuk
memulihkan keseimbangan

  70  
8. Model Komunikasi Berlo

Sebuah model lain yang di kenal luas adalah model model David K. Berlo,
yang ia kemukakan pada tahun 1960. Model ini di kenal dengan model SMCR,
kepanjangan dari Source (sumber), Message (pesan), Channel (saluran), dan
Receiver (penerima). Bagaimana dikemukakan Berlo, sumber adalah pihak yang
yang menciptakan pesan, baik seseorang ataupun suatu kelompok. Pesan adalah
terjemahan gagasan kedalam suatu kode simbolik, seperti bahasa atau isyarat,
saluran adalah medium yang membawa pesan dan penerima adalah orang yang
menjadi sasaran komunikasi.10
10 “Ibid” hal. 137.
Dalam situasi tatap muka, kelompok kecil dan komunikasi public (pidato),
saluran komunikasinya adalah udara yang menyalurkan gelombang suara. Dalam
komunikasi massa terdapat banyak saluran televisi, radio dan lain sebagainya.
Model Berlo juga melukiskan beberapa faktor pribadi yang mempengaruhi proses
komunikasi : proses keterampilan berkomunikasi, pengetahuan system sosial dan
lingkungan budaya sumber dan penerima. Menurut model Berlo, sumber dan
penerima pesan dipengaruhi oleh faktor-faktor: keterampilan komunikasi, sikap,
pengetahuan, system sosial, dan budaya. Pesan dikembangkan berdasarkan
elemen, struktur, isi, perlakuan, dan kode

  71  
Referensi

Devito A.Joseph. 2011. Komunikasi Antar Manusia, Karisma. Jakarta


Fiske John. 2004. Cultural and Communication Studiest, Jalasutra, Bandung
LitleJohn. Stephen. 2004. Human Communication , Sage Publication. New York
Mc Quail, Denis, 1996. Mass Communication Theory, Sage Publication , New
York
Miller Katherin, 2001. Communication Theories, Mc Graw Hill. New York
Mulyana, Deddy.2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya.
Bandung
Pace Wayne & Faules Don. 2005. Komunikasi Organisasi. Remaja Rosdakarya.
Bandung
West Richard, & Turner Lynn, 2010. Introducing Communication Theory (
International Edition), Mc Graw Hill. Singapore

Responsi

1. Jelaskan apa yang disebut dengan model komunikasi


2. Jelaskan Pembagian Model Komunikasi berdasarkan West and Thurner
3. Analisisnya model komunikasi Aristoteles dan Model Komunikasi
Laswell, sebutkan kelemahan masing- masing model
4. Jelaskan bentuk- bentuk noice yang mungkin muncul dalam proses
komunikasi
5. Jelaskan proses decoding dan proses encoding dalam proses komunikasi

  72  
BAB. 6
BENTUK- BENTUK KOMUNIKASI

A. KOMUNIKASI INTERPERSONAL

Gambar 6.1
Ilustrasi Komunikasi Interperonal

Komunikasi interpersonal merupakan kajian level paling rendah dari level


komuniasi lainnya. Komunikasi interpersonal merupakan formulasi paling simple,
tidak memiliki tingkat kerumitan sesuai dengan komunikasi lainnya seperti
komunikasi massa maupun komunikasi organisasi. Komunikasi interpersonal
biasanya diawali dengan komunikasi intrapersonal yaitu dimana seseorang
melakukan komunikasi dengan dirinya sendiri. Contoh komunikasi interpersonal
adalah proses berfikir yang dilakukan oleh seseorang.
Terdapat banyak definisi dari komunikasi interpersonal yang dikemukakan
oleh ahli. Dean Barnlund (dalam Littlejohn, 1983: 161-162) memberikan definisi
komunikasi interpersonal sebagai ”the study interpersonal communication then, is
concerned with the investigation of relativity informal situation in wich persons in
face to face encounters sustain focused interaction through the reciprocal
exchange of verbal and nonverbal cues”. Definisi ini mengandung 5 (lima)
kriteria tentang komunikasi interpersonal yaitu:
1. Terdapat dua orang atau lebih yang berdekatan secara fisik dan saling
menyadari kehadiran satu sama lain.
2. Komunikasi interpersonal melibatkan kesalingtergantungan (communicative
interdependence) yaitu satu perilaku komunikasi adalah konsekuensi
langsung dari perilaku orang lainnya.
3. Komunikasi interpersonal mengakibatkan pertukaran pesan
4. Pesan dalam komunikasi interpersonal dikode dalam berbagai simbol baik
verbal maupun nonverbal.

  73  
5. Komunikasi interpersonal relatif tidak terstruktur, terjadi secara spontan,
informal dan fleksibel.
Definisi lain terkait komunikasi interpersonal dikemukakan oleh Kim
Giffin dan Bobby R Patton (1971: 5) yaitu ‘by interpersonal communication we
are concerned with the face to face confrontation between people who are
consistenly aware of another. Each persona sume role as both sender and
receiver of message, which involve constant adaptation and spontaneous
adjustment to the other person”. Pengertian ini menekankan bentuk komunikasi
interpersonal terjadi dalam komunikasi tatap muka. Namun dalam berbagai kajian
komunikasi antara dua orang yang dimediasi melalui alat seperti telepon dapat
dikategorikan sebagai komunikasi interpersonal.
Komunikasi interpersonal dapat terjadi kapanpun dan dimanapun.
Komunikasi interpersonal dapat dilakukan dengan terstruktur maupun spontan.
Contoh komunikasi interpersonal:
1. Seorang ibu berbicara dengan anaknya
2. Seorang mahasiswa berkonsultasi pada dosennya
3. Penjual yang menawarkan dagangannya kepada satu calon konsumen
4. Seorang dokter berbincang pada pasien

Berbagai hal dapat memn^pengaruhi proses komunikasi interpersonal.


Diantaranya adalah:
1. Faktor individu
Adalah factor yang berasal dari diri pelaku komunikasi seperti kecakapan
berbicara, penguasaan topic pembicaraan, konsentrasi individu
2. Psikologi
Adalah factor yang merupakan aspek psikologis dari seseorang seperti
simpati, empati , sikap dan keinginan untuk menghargai lawan bicara
dalam proses komunikasi
3. Faktor semantic
Adalah factor yang berhubungan dengan bahasa seperti permasalahan
gramatikal, kesamaan penulisan, makna yang ambigu atau kesamaan kata
dengan arti yang berbeda dalam setiap budaya
4. Factor teknis
Adalah factor yang sifatnya teknis sepeti metode yang digunakan untuk
berkomunikasi, situasional dimana komunikasi berlangsung dan pemilihan
waktu yang digunakan untuk berkomunikasi. Aspek teknis ini dapat
berasal dari internal maupun eksternal dari pelaku komunikasi.

  74  
B. KOMUNIKASI KELOMPOK

Gambar 6.1
Ilustrasi Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok adalah suatu bidang studi, penelitian dan terapan


yang tidak menitik beratkan pada proses secara umum, tetapi pada tingkah laku
(perilaku) individu dalam kelompok kecil. Komunikasi kelompok adalah
komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok
“kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konferensi dan sebagainya (Anwar Arifin,
1984: 67). Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005: 12) mendefinisikan
komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau
lebih, dengan tujuan yang telah diketahui.
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama
yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu
sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut
(Deddy Mulyana, 2002: 46). Dalam kelompok kita mengenal jenis kelompok
yaitu kelompok primer dan kelompok sekunder. Kelompok ini diber\dakan
berdasarkan motif dalam membentuk kelompok, kedekatan serta durasi kelompok.
Kelompok primer dipahami sebagai kelompok yang anggota- anggotanya
berhubungan akrab, personal dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama.
Hal ini perlu dikaji karena terdapat perbedaan karakteristik dalam kelompok
primer dan kelompok sekunder. Jalaludin Rakhmad menegaskan beberapa
karakteristik komunikasi kelompok primer diantaranya adalah :
1. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas
2. Komunikasi pada kelompok ini bersifat personal yang lebih menekankan
pada aspek hubungan daripada isi dalam percakapan
3. Komunikasi yang terjadi cenderung bersifat informal
4. Ekkspresif

  75  
Sedangkan kelompok sekunder dipahami sebagai kelompok yang dibentuk
dengan tidak memiliki motif yang kuat, sehingga waktu keberlangsungan
kelompok tidak seperti kelompok primer. Beberapa ciri kelompok sekunder
adalah:
1. Kualitas komunikasi bersifat dangkal, sesuai dengan keperluan
2. Aspek komunikasi lebih menekankan pada isi dari komunikasi
3. Komunikasi bersifat formal
4. Inklusif

Contoh kelompom primer adalah keluarga. Dalam hubungan keluarga


komunikasi akan lebih ekspresif dan personal. Tidak ada abtasan yang berarti
dalam setiap anggota kelompok. Kelompok primer akan bertahan lama dan
memiliki nilai empati dalam berkomunikasi. Sedangkan contoh untuk kelompok
sekunder adalah 3 orang yang bersama- sama mengantri dalam pembuatan sim,
saling bercakap dan berkelompok. Kelompok semacam ini timbul dalam situasi
informal, tidak memiliki motif jangka panjang dan sifatnya tidak mendalam.
Sebagai bentuk sosialisasi individu, kelompok akan banyak memberikan
pengaruh serta warna dalam perilaku anggotanya. Individu sebagai anggota
kelompok terlibat dalam agenda kelompok, bersosialisasi dalam kelompok,
melakukan interaksi dengan sesama anggota kelompok maupun individu dari luar
kelompok. Perempuan mendapatkan pengalaman serta pengetahuan baru terkait
dengan kelompok maupun keterampilan komunikasi yang lainnya. Berikut ini
adalah tiga pengaruh kelompok terhadap perilaku komunikasi anggotanya
(Rakhmad Jalaludin, 2005: 149):
1. Konformitas
Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju
norma kelompok sebagai akibat tekanan kelompok yang real atau
dibayangkan. Bila sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau
melakukan sesuatu ada kecenderungan para anggota lainnya untuk
mengatakan dan melakukan hal yang sama dengan anggota lainnya
2. Fasilitiasi Sosial
Fasilitasi artinya mudah menunjukkan kelancaran atau peningkatan
kualitas kerja karena adanya kelompok. Kelompok mempengaruhi
pekerja sehingga menjadi lebih mudah. Robert Zajnoz (dalam
Jalaludin Rakhmad, 2005: 153) menjelaskan bahwa kehadiran orang
lain dianggap menimbulkan efek pembangkit energi pada perilaku
individu. Efek ini terjadi pada berbagai situasi sosial, bukan hanya
didepan orang yang menggairahkan kita. Energi yang meningkat akan
mempertinggi kemungkinan dikeluarkannya respon yang dominan.
Respon dominan dipahami sebagai perilaku yang kita sukai

  76  
3. Polarisasi
Polarisasi adalah kecenderungan keposisi yang ekstrim. Bila sebelum
diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung
tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi
mendukung tindakan itu. Sebaliknya bila sebelum diskusi para anggota
kelompok agak menentang tindakan tertentu, setelah diskusi mereka
akan menentang lebih keras

Kelompok dalam melakukan komunikasi akan akan melakukan transmisi


komunikasi dalam kode- kode khusus. Berg seorang peneliti dalam komunikasi
kelompok menyebutkan 4 tema dalam komunikasi kelompok:
1. Tema Substantif, yaitu tema yang ada kaitannya dengan tugas kelompok
2. Tema Prosedural yaitu tema yang memberikan perhatian pada bagaimana
diskusi dalam kelompok berkembang
3. Tema yang tidak relevan, Tema yang tidak ada kaitannya secara
substantive maupun procedural dengan tugas kelompok
4. Tema Distrubtion ( Gangguan), tema yang sifatnya mengganggu hal yang
sedang didiskusikan.

Komunikasi kelompok adalah proses yang harus dilakukan untuk


mencapai tujuan dalam berkelompok. Jika kelompok ini memiliki orientasi
kebersamaan dan tujuan yang hendak dicapai setidaknya akan melewati fase- fase
yang merupakan fase pencarian dukungan dari apa yang dikomunikasikan. Fase
tersebut diantaranya adalah:
1. Orientasi
2. Konflik
3. Timbulnya sikap- sikap baru
4. Dukungan

Adapun untuk mengenali kelompok secara lebig dalam, ciri- ciri dari
komunikasi kelompok adalah sebagai berikut:
1. Gabungan dari 2 orang atau lebih yang membentuk kelompok
2. Memiliki tujuan tertentu
3. Terdapat minat dan ketertarikan yang sama
4. Adanya proses komunikasi di dalamnya
5. Memiliki norma- norma yang digunakan sebagai pedoman
6. Adanya kecakapan yang berbeda antar anggota kelompok
7. Adanya factor pengikat
8. Tidak ada aturan baku
9. Terjadi pembagianperan antar individu dalam kelompok

  77  
Sering kita mendengar adanya istilah kelompok formal dan kelompok
informal. Yang disebut dengan kelompok formal dan informal dapat dibedakan
berdasarkan berikut:

Aspek Kelompok Formal Kelompok Informal


Hubungan Antar Pribadi Jelas dan terstruktur Tergantuung pada motif dan
tujuan
Kepemimpinan Dirancang dan ditetapkan Muncul dan dipilih
Pengendalian Perilaku Penghargaan dan hukuman Pemenuhan kebutuhan
Ketergantungan Ketergantungan Keanggotaan bebas dan
tidak bergantung
Tabel 6.1
Perbedaan Kelompok Formal dan Informal

C. KOMUNIKASI ORGANISASI

Komunikasi organisasi dipahami sebagai pengiriman dan penerimaan


berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun tidak formal dari
suatu organisasi. Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh
organisasi itu sendiri dan sifatnya merupakan orientasi kepentingan dari
organisasi itu sendiri. Sebagai contoh adalah jumpa pers, kebijakan dan surat
menyurat resmi. Komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara
sosial, orientasi bukan pada organisasi tetapi lebih pada anggotanya secara
individual.

Fungsi komunikasi organisasi:


1. Menjalankan struktur organisasi
2. Sarana pencapaian tujuan organisasi

  78  
3. Memberikan informasi dari atasan kepada bawahan
4. Mencari masukan dari bawahan kepada atasan
5. Menjadi ruh dari perkembangan organisasi tersebut

Ciri- ciri organisasi


1. Dibentuk dengan tujuan tertentu
2. Memiliki seperangkat aturan yang berbentuk aturan baku dan budaya
organisasi
3. Memiliki struktur

Sifat organisasi
1. Komunikasi organisasi tampak pada struktur
2. Komunikasi dalam organisasi berfungsi mencapai tujuan system
organisasi
3. Komunikasi adalah organisasi itu sendiri
4. Komunikasi organisasi menjelaskan hubungan antar individu dalam
organisasi
5. Komunikasi organisasi menggambarkan dinamika kelompok

Untuk mencapai efektifitas komunikasi dalam orgaisasi menjadi


tanggungjawab dari semua elemen organisasi. Adapun hal- hal yang harus
dilakukan untuk meningkatkan keberhasilan dalam komunikasi organisasi adalah:
1. Penetapa tujuan
2. Pembuatan dan pelaksanaan keputusan
3. Perekrutan dan pengembangan staf
4. Pengukuran hasil
5. Komunikasi dengan stakeholder
6. Mengembangkan komunikasi 2 arah

Budaya organisasi

Budaya organisasi adalah keyakinan dan nilai bersama yang memberikan


makna bagi anggota sebuah institusi dan menjadikan keyakinan dan nilai tersebut
sebagai aturan atau pedoman berperilaku di dalam organisasi (Achmad Sobirin,
2007: 131). Budaya organisasi melahirkan pola perilaku yang ditunjukkan oleh
sekelompok orang sebagai akibat dari internalisasi keyakinan dan tata nilai yang
telah diperoleh pada waktu- waktu sebelumnya (accomodationist school).
Budaya organisasi memiliki 2 (dua) elemen yaitu elemen idealistik dan
elemen behavioral. Elemen idealistik menjadi ideologi organisasi, tidak mudah
berubah meskipun organisasi selalu berubah dan beradaptasi dengan

  79  
lingkungannya. Elemen ini bersifat terselubung, tidak tampak dipermukaan dan
hanya orang- orang tertentu saja yang tahu kenapa organisasi mereka didirikan.
Hofstede menyatakan elemen ini sebagai nilai- nilai organisasi. Elemen
behavioral merupakan elemen yang muncul ke permukaan dalam bentuk perilaku
sehari- hari para anggotanya dan bentuk bentuk lain seperti desain dan arsitektur
organisasi.
Budaya organisasi memiliki lapisan- lapisan layaknya sebuah bawang
(Rousseau dalam Sobirin, 2007). Lapisan ini menunjukkan elemen- elemen yang
ada dalam budaya organisasi. Elemen ini berkaitan satu sama lainnya
sebagaimana elemen idealistik dengan elemen behavioral. Elemen yang ada dalam
lapisan ini dari lapisan dalam keluar adalah sebagai berikut:

5  
4  
3  
2  
1  

Gambar. 1.2
Lapisan Elemen Budaya Organisasi
Sumber : Rousseau dalam Sobirin, Budaya Organisasi, 2007 hal: 157

Keterangan Gambar:
1. Asumsi Dasar
2. Nilai
3. Norma
4. Perilaku
5. Artefak

Asumsi dasar merupakan inti budaya organisasi. Budaya sebuah organisasi


dalam banyak hal sangat dipengaruhi oleh asumsi yang berlaku dalam organisasi
tersebut. Nilai nilai organisasi adalah keyakinan yang dipegang teguh oleh
seseorang atau sekelompok orang mengenai tindakan dan tujuan yang
“seharusnya” dijadikan landasan atau identitas organisasi dalam menjalankan
aktivitas, menetapkan tujuan atau memilih tindakan yang patut dijalankan dari
alternatif pilihan yang ada. Artefak adalah elemen budaya yang kasat mata yang
mudah diobservasi baik oleh orang dari dalam atau luar kelompok. Artefak
merupakan perwujudan dari asumsi dasar serta nilai yang dalam penelitian ini
wujud dari artefak adalah perilaku komunikasi.

  80  
Pada hakikatnya teori Weber (dalam Soekanto, 1969) memberikan
implikasi pada komunikasi organisasi yaitu menunjukkan suatu fenomena yang
disebut komunikasi jabatan (positional communication). Birokrasi sebagai sebuah
sistem berarti sebagai sistem kerja yang berlandaskan kepada suatu jaringan tata
hubungan kerjasama sesuai dengan tata aturan dan prosedur yang ditentukan.
Birokrasi memiliki beberapa ciri diantaranya adalah:
1. Suatu organisasi terdiri dari hubungan- hubungan yang ditetapkan
antara jabatan- jabatan
2. Tujuan atau rencana organisasi terbagi atas tugas- tugas yang
disalurkan dalam berbagai jabatan sebagai kewajiban resmi
3. Kewenangan untuk melaksanakan kewajiban diberikan kepada jabatan
4. Garis kewenangan dan jabatan diatur menurut suatu tatanan heirarkis
5. Sistem aturan dan regulasi yang umum tetapi tegas yang ditetapkan
secara formal mengatur tindakan- tindakan dan fungsi jabatan dalam
organisasi

Birokrasi dalam sebuah organisasi menunjukkan bagaimana struktur yang


ada dalam organisasi tersebut. Struktur bagi Dalton (dalam Taliziduhu Ndraha ,
2005) dimaksudkan sebagai “patern a network of relationship between the various
position and the position holders. Dalam penelitian ini hubungan struktur akan
memberikan pengaruh terhadap pola dan relasi komunikasi yang terjadi antar
anggota kelompok.

Komunikasi vertical dan komunikasi horizontal

Gambar 6.
Struktur Organisasi

Komunikasi organisasi memiliki dua bentuk komunikasi yaitu komunikasi


vertical dan komunikasi horizontal. Komunikasi ini berbeda jenjang, atau memilii
sifat hierarkis antara atasan denga bawahan atau antar bagian yang dibentuk
melalui struktur organisasi. Pada gambar diatas ditunjukkan sebuah bagan
organisasi. Dalam bagan tersebut kita melihat garis yang menghubungkan antar

  81  
bagian dari organisais. Garis tersebut merepresentasikan hubungan komunikasi
vertikan dan horizontal.
Komunikasi vertical adalah komunikasi yang terjadi pada dua bagian yang
berbeda yang sifatnya hirarki atau atas bawah. Beberapa contoh komunikasi
organisasi yang sifatnya vertical adalah:
1. Komunikasi antara Direktur utama dengan manager, Manager kepada
staf
2. Komunikasi antara Rektor dengan Dekan, antara Dekan dengan
Kaprodi dan Dari Kaprodi ke Dosen
3. Komunikasi antara ketua partai politik kepada sekretaris partai politik

Komunikasi horizontal adalah komunikasi selevel yang terjadi dalam sebuah


organisasi. Komunikasi ini sifatnya terjadi antar bagian yang memiliki kedudukan
atau status yang sama. Contohnya adalah
1. Komunikasi antara manager produksi dengan manager pemasaran
2. Komunikasi antara dekan fisipol dengan dekan fakultas ekonomi
3. Komunikasi antar pimpinan cabang partai politik

D. KOMUNIKASI MASSA

Gambar 6.
Ilustrasi Komunikasi Massa

Sering kita mendengar istilah komunikasi massa dalam kehidupan sehari-


hari. Banyak kata- kata yang merujuk kepada komunikasi massa seperti media
massa, khalayak, iklan, film dan sebagainya. Komunikasi massa mengacu pada
situasi dimana pesan diciptakan dan disebarkan kepada penerima dalam jumlah
banyak, dalam setting yang relative tidak personal. Pengertian lain menyebutkan
sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar,
heterogen dan anonym melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang
sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.

  82  
Adapun kenapa kita harus mempelajari komunikasi massa adalah karena
kemajuan masyarakat dan kemajuan teknologi yang memberikan implikasi dalam
kehidupan masyarakat. Seagai contoh adalah adanya televise dengan berbagai
macam konten. Media merupakan sumber kekuatan dan alat kontrol terhadap
masyarakat. Media memiliki peran dalam kehidupan sehari- hari termasuk dalam
koridor kebijakan public. Alasan terpenting adalah karena media massa sekarang
ini menjadi alat pendukung pelaksanaan komunikasi dalam berbagai bidang
dengan penyebaran informasi.
Fungsi Komunikasi Massa
1. Informasi
2. Hiburan
3. Persuasi
4. Transmisi Budaya
5. Mendorong kohesi sosial
6. Pengawasan
7. Korelasi
8. Pewarisan Sosial
9. Menggugat Hubungan Trikotomi
10. Melawan Kekuasaan dan Kekuatan represif

Komunikasi massa berfungsi untuk menyebarkan informasi kepada


khalayak. Contohnya adalah penggunaaan surat kabar sebagai sumber informasi.
Banyak pihak yang memanfaatkan surat kabar sebagai media informasi. Seperti
contoh adalah informasi dari suatu lembaga negara yang akan mensosialisasikan
kebijakan kepada public. Maka informasi dapat disampaikan melalui media
sebagai sarana penyampaian pesan. Informasi dalam media massa baik surat
kabar, televise, radio maupun bentuk lainnya menjadi sangat tidak terbatas. Hal
apapun yang menjadi konten dari media dapat dianggap sebagai informasi.
Sebagai contoh adalah informasi politik yang dikemas dalam berita politik
maupun iklan politik. Informasi seperti kondisi ekonomi maupun kondisi sosial
budaya menjadi tidak terbatas untuk dikonsumsi melalui media massa. Dalam
komunikasi sumber informasi adalah komunikator yang memasukkan informasi
sebagai pesan dalam media. Kredibilitas dari komunikator menjadi penting karena
menentukan kredibilitas pesan.
Sebagai penikmat media sekalugus objek dari komunikasi massa tentu saja
kita telah menikmati berbagai macam hiburan yang disajikan dalam komunikasi
massa. Film adalah salah satu bentuk komunikasi massa yang sifatnya menghibur.
Music dapat dipahami sebagai bentuk komunikasi massa karena music
menggabungkan berbagai macam struktur yang memiliki artikulas dan arti dalam
berbahasa.

  83  
Komunikasi massa memilii sifat untuk melakukan persuasi. Bentuk-
bentuk komunikasi massa yang paling mudah untuk melihat upaya persuasi adalah
dengan iklan. Inti pesan dari iklan adalah untuk mengajak khalayak untuk
melakukan pembelian. Iklan jenisnya juga sangat beragam dari iklan di media
televise, iklan pada media cetak hingga iklan pada media luar ruang seperti
billboard spanduk maupun ultravition.
Selain hal tersebut komunikasi massa memiliki fungsi dalam hal transfer
budaya dari satu wilayah ke wilayah yang lain, dari satu komunitas ke komunitas
yang lain dan dari satu zaman ke zaman yang lain. Kita dapat mengenal budaya
pada lintas generasi karena adanya komunikasi massa yang memberikan
gambaran . komunikasi massa dapat berfungsi sebagai kohesi sosial dimana
komunikasi massa menjadi bagian dari sosial. Sebagai contoh adalah stabilitas
politik pada suatu wilayah bisa terguncang karena iklan politik yang
mendeskriditkan suatu golongan.
Sepertihalnya dengan jenis komunikasi lainnya komunikasi massa
memiliki ciri yang dapat membedakan komunikasi massa dengan jenis lainnya.
Ciri dari komunikasi massa adalah:
1. Berlangsung 1 arah
2. Pesan yang disampaikan bersifat umum
3. Komunikasi bersifat heterogen
4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan
5. Umpan balik tertunda dan sedikit
6. Cepat menjangkau audiens dalam jumlah banyak

Komunikasi massa memiliki sifat satu arah. Sebagai contoh adalah ketika
kita menonton televise. Kita mendapatkan informasi dari televise, ketika kita
hendak memberikan komentar ita tidak bisa memberikan komentar kita (
feedback) kita dalam seketika. Bahkan terkadang tidak ada saluran yang dapat kita
gunakan untuk menyampaikan feedback dalam komunikasi. Kita hanya
mendapatkan informasi tanpa bisa memberikan informasi kepada sumber yang
menjadi referensi kita.
Sifat dari komunikasi massa bersifat umum. Artinyapesan yang
disampaikan oleh komunikator hanya satu dan ditujukan untuk seluruh khalayak (
target audiens). Sebagai contoh adalah informasi kemenangan sepak bola
Juventus, ditayangkan dan dilihat oleh orang seluruh Indonesia. Pesan yang sama
akan diterima oleh setiap pemirsa baik yang menonton televise di Jakarta,
Surabaya maupun Pulau Lombok.

  84  
Komunikasi Komunikasi Komunikasi Komunikasi
Interpersonal Kelompok Organisasi Massa
Jumlah Komunikan 2 3 atau lebih Organiasasi 2 atw Tak terhingga
lebih
Feedback Langsung Langsung Langsung Tidak Langsung
Faktor Yang Persepsi Struktur Teknis
Mempengaruhi Emosi Budaya organisasi Sosiopsikologikal
Motivasi Sosiokultural
Stereotype Jangkauan

Bentuk Hambatan Miskomunikasi Gender Unefective struktur Budaya


Prejudice Teknis

Contoh Theory Interaksi symbolic Mute group Teori system Agenda setting
Face negotiation theory
Teori perilaku Pers
Uses and
gratification

Contoh bentuk Pembeli dan Ayah- Ibu dan Perusahaan Surat Kabar
komunikasi Penjual Anak Televisi
Radio

  85  
Referensi

Devito A.Joseph. 2011. Komunikasi Antar Manusia, Karisma. Jakarta


Fiske John. 2004. Cultural and Communication Studiest, Jalasutra, Bandung
LitleJohn. Stephen. 2004. Human Communication , Sage Publication. New York
Mc Quail, Denis, 1996. Mass Communication Theory, Sage Publication , New
York
Miller Katherin, 2001. Communication Theories, Mc Graw Hill. New York
Mulyana, Deddy.2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya.
Bandung
Pace Wayne & Faules Don. 2005. Komunikasi Organisasi. Remaja Rosdakarya.
Bandung
West Richard, & Turner Lynn, 2010. Introducing Communication Theory (
International Edition), Mc Graw Hill. Singapore

Responsi

1. Jelaskan konsep komunikasi interpersonal


2. Jelaskan ciri- ciri komunikasi kelompok
3. Jelaskan moif orang membentuk kelompok
4. Jelaskan konsep komunikasi organisasi
5. Bagaimana pengaruh budaya organisasi dalam komunikasi organisasi ?
6. Jelaskan dan berikan contoh komunikasi vertical dan komunikasi
horizontal
7. Jelaskan fungsi komunikasi massa
8. Bagaimana feedback dalam komunikasi massa ?

  86  
BAB. 7
EFEKTIFITAS KOMUNIKASI

A. Pengertian Komunikasi Efektif

Komunikasi efektif menjadi tujuan dari setiap proses komunikasi yang


dilakukan. Model apapun yang digunakan semua komunikasi bertujuan untuk
mencapai komunikasi efektif. Komunikasi efektif dapat dimaknai sebagai kondisi
dimana pesan komunikasi yang disampaikan diterima dengan baik sesuai dengan
yang diharapkan oleh komunikator. Komunikasi efektif dapat dilihat dengan
ketercapaian persepsi dan pemahaman yang sama antara komunikator dan
komunikan. Baik komunikasi yang dilakukan secara bermedia maupun
komunikasi yang sifatnya langsung.

Gambar 7.1
Skema Komunikasi Efektif

Gambar diatas menunjukkan komuniaksi yang efektif. Efektifitas ini


ditunjukkan dengan tidak adanya noice atau gangguan dalam komponen
komunikasi. Ada interaksi yang cukup antara pengirim dan penerima dalam
komunikasi. Respon yang diberikan dalam gambar ini adalah feedback atau
tanggapan dari pesan yang disampaiakn. Feedback menggambarkan adanya
antensi yang dibangun oleh pelaku komunikasi
Efektifitas komunikasi pada tiap level komunikasi akan memiliki bentuk
yang berbeda. Bagaimana sebuah komunikasi interpersonal, komunikasi
kelompok, komunikasi organisasi dikatakan efektif akan berbeda- beda. Untuk
meningkatkan efektifitas komunikasi harus terdapat usaha dari para pelaku

  87  
komunikasi. Sebagai contoh adalah dalam komunikasi kelompok untuk mencapai
efektifitas komunikasi hendaknya :
1. Setiap kelompok berusaha melakukan pemahaman tentang budaya dalam
kelompok
2. Aktualisasi nilai dalam perilaku/ sikap
3. Membangun keyakinan komunikator
4. Berorientasi pada kepentingan kelompok, menghilangkan motif
individualistic
5. Memahami konteks komunikasi

Berbeda kondisi dengan komunikasi organisasi dimana alur informasi


harus dikontrol sedemikian rupa karena melewati hirariki. Spesialisasi kerja dalam
organisasi harus dilakukan untuk menjalankan fungsi- fungsi sesuai yang
diharapkan. Kewenangan untuk melakukan komunikasi didelegasikan dengan
sebagik mungkin. Muata komunikasi pada suatu titik harus disampaikan kepada
lokasi tujuan dengan tidak mengurangi esensi dan kredibilitas pesan yang
disampaikan.
Saluran informasi harus didesain secara efektifndan efisien. Komunikasi
oranisasi memiliki potensi untuk menggunakan alat dan media tertentu untuk
menjaga kualitas dan efektifitas komunikasi. Sebagai contoh adalah dalam sebuah
perusahaan berjaringan dengan banyak cabang, pembuatan website, newslater
atau bentuk fisik dari penyampaian informasi akan sangat membantu koordinasi.
Penggunaan teknologi sebagai sarana penyampaian pesan disarankan. Hal ini akan
memudahkan dalam melakukan kontrol dan mengukur efektifitas pesan.
Teoritikus komunikasi Joseph Devito memiliki focus khusus dalam
efektifitas komunikasi. 4 syarat efektifitas menurut Devito:
1. Ada keterbukaan
Jika pihak- pihak yang berkomunikasi bersikap terbuka maka efektifitas
komunikasi akan semakin tinggi
2. Ada kesamaan
Kesamaan latar belakang akan mempengaruhi efektifitas dalam
komunikasi. Sebagai contoh adalah kesamaan budaya akan membantu
komunikasi untuk lebih efektif
3. Ada empati
Empati adalah sikap untuk mengetahui secara persis apa yang dirasakan
oleh orang lain
4. Ada dukungan
Dukungan dapat diucapkan dan tidak diucapkan. Sebagai contoh adalah
gesture atau mimic muka senang dan tidak senang akan menunjukkan
dukungan dalam komunikasi

  88  
B. Ciri Komunikasi Efektif

Gambar 7.
Hal- hal yang mendorong efektifitas komunikasi

Gambar diatas menunjukkan terdapat 5 faktor pendorong efektifitas


komunikasi. Respect adalah sikap menghargai sesame pelaku komunikasi.
Respect akan meningkatkan keberhasilan dalam komunikasi. Sebagai contoh
adapah respect atau menghargai lawan bicara dengan mendengarkan secara bijak
terkaita apa yang disampaikan. Jika kita mendengarkan dengan baik maka akan
lebih memahami topic komunikasi. Jika kita tidak respect maka lawan bicara kita
menjadi tidak nyaman, bahkan merasa tidak dihargai seingga sulit untuk
menciptakan hubungan yang baik.
Frekuensi ketika berbicara atau berkomunikasi akan meningkatkan
keberhasilan. Sebagai contoh adalah jika kita sering berlatih berbicara maka akan
semakin lancar dan semakin terlatih. Sebagai contoh adalah seorang yang
melakukan pidato. Jika orang tersebut telah terbiasa berpidato dan berbicara
didepan umum maka tingkat efektifitasnya akan berbeda dengan orang yang tidak
pernah berbicara didepan orang banyak. Jika tidak terbiasa maka akan muncul
rasa tidak percaya diri, terbata bata ketika berbicara dan sulit mengendalikan
situasi.
Focus terhadap pembicaraan akan sangat membantu meningkatkan
pemahaman kita terhadap topic yang dibicarakan. Jika kita tidak focus maka
konsentrasi akan terpecah. Hal ini akan terlihat dalam kualitas informasi yang kita
terima. Jika tidak berkonsentrasi maka informasi yang kita terima akan menjadi
kurang maksimal sehingga memungkinkan terjadinya miskomunikasi.
Sikap kalem, tenang dan mampu mengendalikan diri dalam komunikasi
sangat meningkatkan efektifitas komunikasi. Kemampuan untuk menahan emosi,
memberikan tanggapan yang positif atau mengelola gesture akan membantu
proses komunikasi menjadi lebih lancar. Dalam berkomunikasi tidak hanya
kemampuan dalam berbicara namun kemampuan untuk mendengar menjadi kunci
pokok dalam memahami informasi.

  89  
Hubungan yang baik atau mutual relationship adalah sesuatu yang harus
dibangun dalam setiap komunikasi. Bersikap empati simpati dan respect terhadap
lawan bicara akan menjadikan sikap menghargai bagi lawan bicara. Jika al
tersebut dapat diwujudkan maka akan muncul penghargaan dari masing- masing
pihak untuk berusaha memahami. Menyamakan persepsi dan memberikan simpati
seperti menanyakan hal- hal yang menarik membuat warna komunikasi semakin
terlihat menuju sebuah relasi yang positif.
Komunikasi efektif dapat ditandai dengan berbagai hal. Hal yang
menandari bahwa sebuah proses komunikasi berjalan secara efektif adalah:

Komunikasi 1. Tercapainya pesan yang disampaikan oleh seorang komunikator


Interpersonal sesuai yang dikehendaki
2. Mendapatkan feedback sesuai dengan pesan yang disampaikan
3. Terjadinya mutual relationship antara komunikator dan komunikan
4. Adanya respon sesuai yang dikehendaki
5. Informasi diterima tanpa adanya miskomunikasi

Komunikasi 1. Tercapainya tujuan kelompok


Kelompok 2. Ada interaksi antara anggota kelompok
3. Setaip anggota kelompok menjalankan fungsi komunikasi sesuai
dengan porsinya
4. Ada hasil diskusi yang merupakan hasil dari proses komunikasi

Komunikasi 1. Tercapainya tujuan organisasi


Organisasi 2. Tidak terjadinya konflik dalam organisasi
3. Informasi merata ke semua tujuan ( unsur) organisasi
4. Tidak ada bagian yang mengalami overload information
5. Adanya hubungan yang baik antar bagian baik yang satu level
maupun bagian yang secara hirarki berada diatas atau dibawah
6. Komunikasi berjalan sesuai dengan perencanaan
7. Ada bagan/ aliran informasi sesuai dengan kewenangan tiap bagian

Komunikasi 1. Informasi tersampaikan kepada khalayak sesuai denga target yang


Massa diinginkan
2. Tidak ada kesalahan pemaknaan/ persepsi terhadap informasi
3. Tidak menimbulkan misunderstanding yang dapat menyebabkan
konflik
4. Informasi yang disampaikan dapat diterima oleh audiens
5. Ada perubahan sikap/ perilaku audiens setelah menerima pesan
komunikasi

  90  
Bagaimana Cara Mengukur Efektifitas Pesan Komunikasi ?

Efektifitas pesan dapat diukur dengan berbagai metode. Hal ini penting
untuk dilakukan agar perencanaan yang dilakukan pada tahap selanjutnya
mengalami perbaikan. Adapaun cara yang dapat digunakan untuk mengukur
efektifitas pesan adalah:
1. Melakukan analisis pencapaian komunikasi
Analisis capaian komunikasi dapat dilakukan dengan menganalisis laporan
yang diberikan oleh bagian komunikasi. Sebagai contoh adalah laporan
progress pekerjaan
2. Melakukan audit komunikasi/ audit informasi
Audit informasi adalah cara untuk mengukur bagaimana informasi
disampaikan. Apakah informasi yang disampaikan sesuai dengan yang
direncanakan dan apakah terdapat hambatan- hambatan dapat dilihat
menggunakan audit komunikasi
3. Meakukan monitoring dan evaluasi
Monitoring adalah pengawasan proses komunikasi yang dilakukan pada
awal, pertengahan dan akhir proses komunikasi. Sedangkan evaluasi
adalah penilaian keefektifan komunikasi dan dilakukan dipertengahan atau
akhir proses komunikasi.

  91  
Referensi

Devito A.Joseph. 2011. Komunikasi Antar Manusia, Karisma. Jakarta


Fiske John. 2004. Cultural and Communication Studiest, Jalasutra, Bandung
LitleJohn. Stephen. 2004. Human Communication , Sage Publication. New York
Mc Quail, Denis, 1996. Mass Communication Theory, Sage Publication , New
York
Miller Katherin, 2001. Communication Theories, Mc Graw Hill. New York
Mulyana, Deddy.2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya.
Bandung
Pace Wayne & Faules Don. 2005. Komunikasi Organisasi. Remaja Rosdakarya.
Bandung
West Richard, & Turner Lynn, 2010. Introducing Communication Theory (
International Edition), Mc Graw Hill. Singapore

Responsi
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan efektifitas komunikasi
2. Bagaimana bentuk efektifias komunikasi dalam komunikasi organisasi
3. Jelaskan syarat terjadinya efektifitas komunikasi menurut Devito
4. Bagaimana cara mengukur efektifitas komunikasi ?
5. Sebutkan ciri- ciri tercapainya komunikasi efektif dalam komunikasi
interpersonal
6. Bagaimana meningkatkan efektifitas komunikasi dalam komunikasi
massa ?
7. Berikan contoh komunikasi kelompok yang efektif

  92  
BAB. 8
HAMBATAN KOMUNIKASI

A. Hambatan Dalam Komunikasi

Gambar 8.1
Ilustrasi Hambatan Komunikasi

Seiring kita mendengar istilah hambatan komunikasi. Hambatan


komunikasi juga dikenal sebagai communication barrier. Hambatan komunikasi
dalam berbagai model sering dikenal dengan istilah “noise” atau gangguan.
Sesuatu yang dapat mengganggu, menjadikan komunikasi bermasalah atau tidak
efektif dapat dikategorikan sebagai hambatan dalam komunikasi. Bentuk- bentuk
hambatan komunikasi sangat beragam. Hambatan dapat muncul dalam setiap
komponen komunikasi yang terlibat dalam proses komunikasi.

Gambar 8.1
Model Komunikasi Interaksional

  93  
Contoh model komunikasi diatas menunjukkan bahwa hambatan
komunikasi dapat muncul pada setiap komponen komunikasi. Hambatan bisa
muncul pada komponen komunikator, pesan itu sendiri, muncul melalui
komunikan maupun muncul dalam media yang digunakan. Berikut adalah contoh
hambatan komunikasi yang dapat muncul pada komponen komunikasi:

Komponen Contoh Hambatan


Komunikator 1. Penguasaan materi komunikasi yang rendah oleh komunikator
2. Keterbatasan kecakapan berbicara
3. Volume yang terlalu rendah
4. Kesalahan intonasi
5. Kekeliruan komunikator dalam memilih media penyampaian
pesan
Pesan 1. Pesan ambigu/ tidak mudah dipahami
2. Pesan memiliki makna ganda
3. Pesan terlalu panjang
4. Pesan meggunakan istilah/ bahasa yang tidak dimengerti (
kesalahan memilih bahasa)
Komunikan 1. Konsentrasi yang rendah dari penerima pesan
2. Perbedaan budaya
3. Keterbatasan pemahaman dan pengalaman komunikan
terhadap topic komunikasi
4. Penerima telah overload informasi
Media 1. Signal media yang digunakan mengalami gangguan
2. Kesalahan jam tayang
3. Kesalahan pemilihan media
4. Latar belakang budaya yang berbeda

Tabel 8.1
Contoh Hambatan Komunikasi

Terkait dengan bentuk dari hambatan komunikasi, beberapa pakar sepakat


untuk mengkategorikan hambatan komunikasi ke dalam:
1. Hambatan Proses Komunikasi
2. Hambatan Fisik
3. Hambatan Semantik
4. Hambatan Psikologikal

Hambatan proses komunikasi adalah hambatan yang muncul ketika


komunikasi sedang berjalan. Hambatan fisik adalah hambatan yang berkaitan
dengan aspek- aspek seperti kondisi fisik pelaku komunikasi, permasalahan
waktu, permasalahan jarak. Sedangkan hambatan yang sifatnya semantic adalah
hamatan yang berkaitan dengan factor bahasa. Sebagai contoh adalah perbedaan
makna terhadap kata- kata yang sama, pemilihan kata yang kurang tepat , tata
bahasa dan dialek. Hambatan semantic ini bukan hanya komunikasi yang sifatnya

  94  
verbal namun juga terjadi pada komunikasi nonverbal seperti gerak tubuh, kontak
mata, postur tubuh dan mimic muka.
Hambatan psikologikal dalam proses komunikasi dimaknai sebagai
hambatan yang sifatnya psikis seperti perbedaan jenis kelamin, status sosial
ekonomi, perbedaan umur, perbedaan keyakinan dan nilai serta perbedaan
pengalaman, pengetahuan dan budaya. Sebagai contoh adalah gaya bicara orang
jawa dengan gaya bicara masyarakat batak. Permasalahan budaya kerap menjadi
bahan permasalahan,. Ketika orang batak berbicara normal, orang jawa akan
menginterpretasi lain karena suara dan volumenya seperti orang jawa ketika
sedang marah.
Hambatan- hambatan komunikasi akan berbeda pada setiap level
komunikasi yang dijalani. Pada Bab 6 kita telah mempelajari level komunikasi,
dan setiap level memiliki karakteristik serta bentuk yang berbeda. Hal ini
mengakibatkan perbedaan hambatan yang dihadapi:

Hambatan Komunikasi Interpersonal

Hambatan yang dihadapi dalam komunikasi interpersonal bentuknya adalah


hambatan personal. Hambatan ini lebih berbentuk sikap kta terhadap proses
komunikasi yang berjalan. Sebagai contoh adalah:
1. Sumber informasi tidak kredibel
2. Praduga / praduga terhadap lawan bicara
3. Strerotype
4. Adanya perbedaan persepsi / penerimaan pesan antara kedua individu
5. Adanya hambatan yang sifatnya fisik
6. Adanya penilaian terhadap sumber yang tidak mendorong adanya empati
7. Kurangnya atensi pelaku komunikasi
8. Mis komunikasi yang disebabkan latar belakng budaya

Hambatan Komunikasi Kelompok

Hambatan dalam komunikasikelompok bentuknya akan berbeda dan lebih


majemuk. Hal ini dikarenakan dalam komunikasi kelompok jumlah individu yang
terlibat akan lebih banyak. Hal yang dapat menimbulkan hambatan komunikasi
kelompok adalah:
1. Perbedaan gender ( jenis kelamin)
2. Perbedaan usia
3. Perbedaan motif tujuan dalam membentuk kelompok
4. Hambatan internal: malu/ tidak percaya diri, salah memahami orang lain,
tidaktau bagaimana menyampaikan pesan, emotional source

  95  
5. Hambatan eksternal: Respon penerima pesan, prbedaan komunikasi,
timing yang tidak tepat, kuantitas dan kualiyas ide

Hambatan Komunikasi Organisasi

Hambatan dalam komunikasi organisasi akan lebih kompleks. Komunikasi


organisasi terjadi karena suatu kesengajaan dan melibatkan banyak komponen.
Dalam organisasi terdapat struktur dan aturan yang disepakati secara bersama
sehingga hal ini memiliki implikasi dalam komunikasi yang dilakukan dalam
organisasi. Hambatan ini akan semakin beragam mengingat bahwa dalam
organisasi terdpat berbagai bentuk komunikasi yaitu komunikasi internal dan
komunikasi eksternal. Belum termasuk apakah komunikasi itu bersifat hirarki atau
komunikasi yang dilakukan dalam 1 level. Hambatan komunikasi organisasi
diantaranya adalah:
1. Adanya hirarki atau level kedudukan individu dalam organisasi
2. Sistem organisasi yang tidak sehat
3. Alur informasi yang tidak jelas
4. Terdapatnya bagian yang overload informasi dan underload informasi
5. Adanya spesialisasi anggota organisasi
6. Adanya kewenangan managerial yang mengatur informasi
7. Adanya budaya organisasi yang memunculkan pola komunikasi
8. Struktur organisasi yang kompleks
9. Iklim komunikasi yang tertutup
10. Perbedaan persepsi dan distorsi pesan komunikasi

Hambatan Komunikasi Massa


Hamabatan komunikasi massa akan semakin rumit mengingat jumlah
individu yang melakukan komunikasi menjadi tidak terbatas. Baik komunikasi
yang bermedia maupun komunikasi massa yang tidak menggunakan media sama-
sama dapat mengalami hambatan. Adapaun hambatan yang terjadi dalam
komunikasi masa adalah sebagai berikut:
Psikologikal Sosiokultural Interaksi Verbal
Perbedaan kepentingan Perbedaan budaya Polarisasi
Prasangka (prejudice) Hambatan mekanis Orientasi Kontekstual
Stereotype Pendidikan Evaluasi statis
Motivasi Kemampuan berbahasa
Emosi Perbedaan pengalaman

Tabel 8.2
Hambatan Komunikasi Massa

  96  
B. Cara Mengatasi Hambatan Komunikasi dan Meningkatkan
Komunikasi Agar Efektif
Berbagai cara akan dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam
berkomunikasi. Hal ini ditujukan untuk mencapai komunikasi efelktif. Hal yang
dapat dilakukan dalam mengatasi hambatan komunikasi adalah:
Komunikasi Interpersonal 1. Meningkatkan kecakapan diri dalam berkomunikasi
2. Meningkatkan empati dan simpati
3. Meningkatkan kebendaharaan kata
4. Memahami bahasa ( verbal dan nonverbal)
5. Berkomunikasi secara aktif
6. Mengetahui macam- macam arti simbolik
7. Mengubah perilaku defenetif ke sportif

Komunikasi kelompok 1. Mempelajari karakteristik kelompok


2. Melihat motif dan tujuan komunikasi kelompok
3. Menghargai anggota kelompok
4. Bersikap terbuka dengan perbedaan usia, jenis kelamin
dan latar belakang

Komunikasi Organisasi 1. Mensederhanakan bentuk/ sttuktur informasi


2. Mengdorong iklim komunikasi yang terbuka
3. Meningkatkan kemampuan komunikasi ( horizontal
dan vertical)
4. Membuat saluran formal seperti newslater atau bagian
informasi dalam sebuah organisasi
5. Sosialisasi terhadap budaya organisasi
6. Mempelajari budaya organisasi

Komunikasi Massa 1. Menghindari masalah- masalah teknis dalam


komunikasi
2. Memilih media yang representative
3. Membuat perencanaan pesan dan perencanaan
komunikasi
4. Mengatasi perbedaan budaya
5. Menggunakan bahasa yang universal
6.

  97  
Referensi

Devito A.Joseph. 2011. Komunikasi Antar Manusia, Karisma. Jakarta


Fiske John. 2004. Cultural and Communication Studiest, Jalasutra, Bandung
LitleJohn. Stephen. 2004. Human Communication , Sage Publication. New York
Mc Quail, Denis, 1996. Mass Communication Theory, Sage Publication , New
York
Miller Katherin, 2001. Communication Theories, Mc Graw Hill. New York
Mulyana, Deddy.2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya.
Bandung
Pace Wayne & Faules Don. 2005. Komunikasi Organisasi. Remaja Rosdakarya.
Bandung
West Richard, & Turner Lynn, 2010. Introducing Communication Theory (
International Edition), Mc Graw Hill. Singapore

Responsi

1. Jelaskan bentuk- bentuk hambatan komunikasi


2. Bagaimana pengaruh hirarki dalam komunikasi organisasi
3. Jelaskan hambatan komunikasi massa
4. Bagaimana upaya meningkatkan efektifitas komunikasi pada komunikasi
interpersonal
5. Berikan contoh hambatan komunikasi sosiokultural

  98  

Anda mungkin juga menyukai