KONSEP KOMUNIKASI
A. Sejarah Komunikasi
1
Dengan demikian upaya persuasi, menurut Aristotle menuntut tiga (3)
faktor yakni kredibilitas dari pelaku komunikasi yang melakukan kegiatan
persuasi, kemampuan untuk merangsang emosi/perasaan dari pihak yang menjadi
sasaran, serta kemampuan untuk mengungkapkan fakta-fakta yang mendukung
(logika) Pokok-pokok pikiran Aristotle ini kemudian dikembangkan lagi oleh
Cicero dan Quintilian. Mereka menyusun aturan retorika yang meliputi lima (5)
unsur:
a. Invention (urutan argumentasi)
b. Dispesitio (pengaturan ide)
c. Eloquito (gaya bahasa)
d. Memoria (ingatan), serta
e. Pronunciation (cara penyampaian pesan)
2
komunikasi yang berkembang pada periode ini meliputi hubungan komunikasi
dengan institusi dan masalah-masalah politik kenegaraan, peranan komunikasi
dalam kehidupan sosial, analisis psikologi sosial komunikasi, komunikasi dan
pendidikan, propaganda dan penelitian komunikasi komersial.
Pada masa itu, bidang kajian komunikasi dan kehidupan sosial mulai
berkembang sejalan dengan proses modernisasi yang terjadi. Diasumsikan bahwa
komunikasi mempunyai peran dan kontribusi yang nyata terhadap perubahan
sosial. Penelitian-penelitian empiris dan kuantitatif mulai banyak dilakukan dalam
mengamati proses dan pengaruh komunikasi.
Di bidang pengkajian komunikasi dan pendidikan misalnya, aspek-aspek
yang diteliti mencakup penggunaan teknologi baru dalam pendidikan formal,
keterampilan komunikasi, strategi komunikasi instruksional, serta "reading and
listening". Sementara dibidang penelitian komunikasi komersial, dampak iklan
terhadap khalayak serta aspek-aspek lainnya yang menyangkut industri media
mulai berkembang sejalan dengan tumbuhnya industri periklanan dan penyiaran
(broadcasting)
Pikiran-pikiran baru tentang komunikasi yang terjadi pada masa ini,
langsung atau tidak langsung juga dipengaruhi oleh gagasan-gagasan para ahli
ilmu sosial Eropa. Pada masa itu (menjelang akhir abad ke 18) universitas-
universitas di Eropa, terutama Jerman dan Perancis, merupakan pusat intelektual
terkemuka di dunia. Pokok-pokok pikiran dari Max Weber, August comte, Emille
Durkheim dan Sir Herbert Spencer dipandang punya pengaruh terhadap
pengembangan teori-teori komunikasi yang terjadi pada periode ini. Tokoh-tokoh
ilmu lainnya yang dianggap punya andil besar adalah Gabriel Tarde dan George
Simmel.
3
Hovland (keduanya ahli psikologi sosial) disebut oleh Wilbur Schramm sebagai
"the founding fathers" (para pendiri atau perintis) ilmu komunikasi. Disebut
demikian karena pokok-pokok pikiran mereka dipandang sebagai landasan bagi
pengembangan-pengembangan teori komunikasi.
Wilbur Schramm sendiri dinilai sebagai "institutionalizer" – yakni yang
merintis upaya pelembagaan pendidikan komunikasi sebagai bidang kajian
akademis. Karena jasanyalah pengembangan bidang kajian komunikasi menjadi
suatu disiplin ilmu sosial yang mapan dan melembaga menjadi terealisasi.
"Institute of Communication Research" yang didirikan Schramm di Illonis pada
tahun 1947 merupakan lembaga pendidikan tinggi ilmu komunikasi yang pertama
di Amerika Serikat. Sementara itu dua tokoh lainnya yakni Claude E. Shannon
dan Nobert Wiener disebut sebagai "insinyur-insinyur komunikasi".
Istilah "Mass Communication" (Komunikasi Massa) dan "Communication
Research" (Penelitian Komunikasi) mulai banyak digunakan. Cakupan bidang
ilmu komunikasi mulai diperjelas dan dibagi dalam empat bidang tataran :
komunikasi intra pribadi, komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok dan
organisasi, dan komunikasi macro sosial serta komunikasi massa. Lebih lanjut,
sejalan dengan kegiatan pembangunan yang terjadi di seluruh negara termasuk
negara-negara berkembang, studi-studi khusus tentang peranan dan kontribusi
komunikasi dalam proses perubahan sosial, difusi inovasi juga mulai banyak
dilakukan.
4
Semakin banyaknya pusat-pusat penelitian dan pengembangan
komunikasi. Dalam bidang keilmuan, kemajuan disiplin komunikasi ini juga
tercermin dengan:
A. Semakin banyaknya literatur komunikasi seperti buku-buku, jurnal-jurnal,
hasil-hasil penelitian ilmiah atau terapan, monografis dan bentuk-bentuk
penerbitan lainnya
B. Semakin beragamnya bidang-bidang studi spesialisasi komunikasi
C. Serta semakin banyaknya teori-teori dan model-model tentang komunikasi
yang dihasilkan para ahli.
Sebagai gambaran, hingga saat ini terdapat 126 definisi, sekitar 50 teori dan
28 model tentang komunikasi (Dance, 182; Littlejohn, 1989; McQuail & Windahi,
1981; Forsdale, 1981) Periode masa sekarang juga disebut sebagai periode
teknologi komunikasi dan informasi yang ditandai oleh beberapa faktor sebagai
berikut: (1) kemajuan teknologi komunikasi dan informasi seperti komputer,
VCR, TV kabel, parabola video home computer, satelit komunikasi, teleprinter,
videotext, laser vision dan alat-alat komunikasi jarak jauh lainnya, (2) tumbuhnya
industri media yang cakupannya tidak hanya bersifat nasional tetapi juga regional
dan global, (3) ketergantungan terhadap situasi ekonomi dan politik
global/internasional, (4) semakin gencarnya kegiatan pembangunan ekonomi di
seluruh negara, serta (5) semakin meluasnya proses demokratisasi ekonomi dan
politik.
B. Definisi Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi secara Etimologis
Secara etimologi atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal
dari bahasa latin communication, dan perkataan ini bersumber dari kata communis
yang berarti sama, sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal. Dengan
demikian komunikasi, menurut lexicographer (ahli kamus bahasa), “menunjuk
pada suatu upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan.
Sementara itu, dalam Webster New Collegiate Dictionary edisi tahun 1977 antara
lain dijelaskan bahwa komunikasi adalah “suatu proses pertukaran informasi di
antara individu melalui sistem lambng-lambang, tanda-tanda, atau tingkah laku.
Jadi, jika dua orang terlibat dalam komunikasi, seperti dalam bentuk
percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan
makna terhadap apa yang sedang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang
digunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna.
Dengan kata lain, mengerti bahasa saja belum tentu mengerti maksud yang
dibawakan oleh bahasa tersebut. Percakapan kedua orang tadi dikatakan
5
komunikatif apabila kedua-duanya, selain mengerti bahasa yang dipergunakan,
juga mengerti makna dari bahan yang dipercakapkan.
Akan tetapi, pengertian komunikasi yang dipaparkan di atas (dari segi
bahasa) sifatnya masih dasariah, dalam arti dalam komunikasi minimal harus
mengandung kesamaan makna dari pihak yang terlibat komunikasi. Dikatakan
minimal karena komunikasi tidaklah sekedar informatif, yakni agar orang lain
mengerti dan tahu, namun juga persuasif, yakni agar orang lain bersedia
menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan,
dan lain-lain
6
Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana?
1[4]
7
observation) atau derajat keabstrakannya. Dimensi kedua adalah kesengajaan
(intentionality). Contoh definisi yang mensyaratkan kesengajaan ini dikemukakan
Gerald R. Miller , yakni komunikasi sebagai “situasi-situasi yang memungkinkan
suatu sumber mentransmisikan suatu pesan kepada seorang penerima dengan
disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.” Sedangkan definisi komunikasi
yang mengabaikan kesengajaan adalah definisi yang dinyatakan Alex Gode, yakni
“suatu proses yang membuat sama bagi dua orang atau lebih apa yang tadinya
merupakan monopoli seseorang atau sejumlah orang.”
Dimensi ketiga adalah penilaian normatif.
Tidak diterima 1A 2A 3A
Perilaku simtomatik Pesan nonverbal Pesan verbal tidak
tidak dipersepsi tidak dipersepsi dipersepsi
Diterima secra 1B 2B 3B
insidental Simtom dipersepsi Pesan nonverbal Pesan verbal
secara insidental insidental insidental
Diperhatikan 1C 2C 3C
Simtom Pesan nonverbal Pesan verbal
diperhatikan doperhatikan diperhatikan
Perilaku yang berhubungan dengan komunikasi
Kolom pertama terdiri dari perilaku sumber yang tidak disengaja. Perilaku
ini simtomatik karena dapat ditafsirkan sebagai suatu keadaan sumber seperti
kelelahan, kegugupan, atau kemarahan. Kolom kedua terdiri dari perilaku
nonverbal yang secara sebgaja dikirimkan kepada orang lain, seperti melambaikan
tangan, dsb. Kolom ketiga meliputi tindakan verbal, atau berorientasi-bahasa,
seperti menulis surat, bercakap-cakap atau berpidato.
Littlejohn menyebutkan, setidaknya terdapat tiga pandangan yang dapat
dipertahankan. Pertama, komunikasi harus terbatas pada pesan yang secara
sengaja diarahkan kepada orang lain dan diterima oleh mereka. Kedua,
komunikasi harus mencakup semua perilaku yang bermakna bagi penerima, baik
disengaja atau tidak. Ketiga, komunikasi harus mencakup pesan yang dikirimkan
secara sengaja, namun ini sulit ditentukan. Semua pakar komunikasi sepakat
bahwa komunikasi mencakup perilaku sengaja yang diterima, namun mereka
tidak sepakat perilaku lainnya yang dianggap sebagai komunikasi.
Banyak definisi komunikasi bersifat khas, mencerminkan paradigma atau
perspektif yang digunakan ahli komunikasi tersebut dakam mendekati fenomena
komunikasi. Paradigma ilmiah (objektif, mekanistik, positivistik) yang
8
penelaahannya berorientasi pada efek komunikasi tampak dominan,
mengasumsikan komunikasi sebagai suatu proses linier atau proses sebab-akibat,
yang mencerminkan pengirim pesan atau yang biasa disebut
komunikator/pengirim (yang aktif) untuk mengubah pengetahuan, sikap atau
perilaku komunikate/penerima yng pasif.
Dalam pendekatan saintifik oarang yang terlibat dalam komunikasi
dikategorikan sebagai pengirim pesan dan penerima pesan, dalm pendekatan yang
humanistik, mereka disebut peserta komunikasi atau keduanya disebut
komunikator.
Tidak semua perilaku manusia adalah komunikasi. Bentuk umum tindakan
orang yang terlibat komunikasi, yaitu penciptaan pesan dab penafsiran pesan.
Komunikasi manusia melibatkan setidaknya dua orang, meskipun dua orang
tersebut tidak bertatap-muka atau bahkan tidak sejaman.
9
2. Komunikasi sebagai interaksi
Pandangan komunikasi sebagai interaksi menyetarakan komunikasi
dengan proses sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian. Bila yang
satu sebagai pengirim maka yang satunya lagi sebagai penerima, begitu pula
sebaliknya.
Komunikasi sebagai interaksi dipandang sedikt lebih dinamis daripada
komunikasi sebagai tindakan satu-arah. Salah satu unsur yang dapat ditambahkan
dalam konseptualisasi kedua ini adalah umpan-balik (feed back). Tidak semua
respons penerima adalah umpan balik. Suatu pesan disebut umpan balik bila hal
itu merupakan respons terhadap pesan pengirim dan bila mempengaruhi perilaku
selanjutnya pengirim. Umpan balim juga tidak harus disengaja. Umpan balik itu
sendiri sebenarnya bisa berasal dari saluran komunikasi atau daei lingkungan,
sejauh digunakan oleh komunikator sebagai petunjuk mengenai efektivitas pesan
yang disampaikannya.
Konsep umpan balik dari penerima (pertama) ini sekaligus merupakan pesan
penerima (yang berganti peran menjadi pengirim kedua) yang disampaikan
kepada pengirim pertama (yang saat itu berganti peran menjadi penerima kedua).
10
Konteks-Konteks Komunikasi
Secara luas konteks di sini berarti semua faktor di luar orang yang
bekomunikasi yang terdiri dari :
1. Aspek bersifat fisik
Seperti : iklim, cuaca, suhu udara, bentuk ruangan, warna dinding,
penataan tempat duduk, jumlah peserta komunikasi, dan alat yang tersedia
untuk menyampaikan pesan.
2. Aspek psikologis
Seperti : sikap kecenderungan , prasangka dan emosi peserta komunikasi.
3. Aspek sosial
Seperti : norma kelompok, nilai sosial dan karakteristik budaya.
4. Aspek waktu
Yakni kapan berkomunikasi (hari apa, jam berapa, pagi, siang, sore,
malam )
Selain istilah konteks yang lazim, juga digunakan istilah tingkat (level),
bentuk (type), situasi (situation), keadaan(setting), arena, jenis (kind), cara
(mode), pertemuan (encounter), dan kategori. Menurut Verderber misalnya,
konteks komunikasi terdiri dari : konteks fisik, konteks sosial, konteks historis,
konteks psikologis dan konteks kultural. Indikator paling umum untuk
mengklasifikasikan komunikasi berdasar konteksnya adalah jumlah peserta yang
terlibat dalam komunikasi. Maka dikenallah : komunikasi intrapribadi,
komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok (kecil),
komunikasi publik, komunikasi organisasi, dan komunikasi massa. Pendekatan
untuk membedakan konteks komunikasi adalah pendekatan situasional
(situational approach) yang dikemukakan G. R. Miller.
Anwar Arifin (1998:17) berpendapat bahwa komunikasi merupakan suatu
konsep yang multi makna. Makna komunikasi dapat dibedakan berdasarkan :
1. Komunikasi sebagai proses sosial
Everett M. Rogers menginvetarisasi tipe-tipe telaah yang dilakukan
Laswell, Lewin, Hovland dan Lazarsfeld. Laswell menelaah masalah
identifikasi symbol dan image yang bertolak belakang dengan realitas/efek
pada opini public.
Lewin meneliti fungsi-fungsi komunikasi pada kelompok sosial informal.
Hovland meneliti kredibilitas sumber hubungannya dengan efek persuasi.
Lazarsfeld mengungkapkan hubuga antara status sosial, ekonomi, mass
media exposure dan pengaruh interpersonal atau efek pengetahuan, sikap
dan perubahan perilaku. Keempat tokoh disebut sebagai The Four
Founding Father of Communication Science.
11
2. Komunikasi sebagai peristiwa sosial
Mempunyai pengertian bahwa komunikasi merupakan gejala yang
dipahami dari sudut bagaimana bentuk dan sifat terjadinya.
3. Komunikasi sebagai ilmu
Struktur ilmu pengetahuan meliputi aspek, aksiologi, epistemology dan
ontology. Aksiologi mempertanyakan dimensi utilitas. Epistemologi
menjelaskan norma-norma yang dipergunakan ilmu pengetahuan untuk
membenarkan dirinya sendiri. Sedangkan ontology menyodorkan struktur
material dari ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu komunikasi di
Indonesia dari segi aksilogi, ilmu komunikasi telah banyak dimanfaatkan
untuk memecahkan persoalan-persoalan sosial. Dari epistemology, ilmu
komunikasi pada umumnya dianggap sebagai subordinat ilmu lain. Makin
berkembangnya pendidikan tinggi ilmu komunikasi, sifat subordinat
tersebut perlahan-perlahan berkurang. Sebaliknya penelitian-penelitian
yang mandiri terhadap gejala komunikasi memungkinkan berkembangnya
teori-teori komunikasi. Dengan demikian wilayah ontology ilmu
komunikasi semakin luas.
4. komunikasi sebagai kiat atau ketrampilan
A.S Ahmad (1993:67) menyebutkan komunikasi sebagai technical know-
how. Komunikasi dipandang sebagai skill yang oleh individu
dipergunakan untuk melakukan profesi komunikasi.
12
dari seni komunikasi adalah mengidentifikasi isyarat orang lain, mengenali
bagaimana isyarat tersebut digunakan dan memahami apa artinya.
3. Komunikasi mencakup dimensi isi dan hubungan. Komunikasi
menyangkut hubungan antara pembicara dan pendengar. Sebagai contoh,
seorang atasan mungkin berkata kepada bawahannya, “Datanglah ke ruang
saya setelah rapat ini.” Pesan sederhana ini mempunyai aspek isi dan
aspek hubungan. Aspek isi mengacu pada tanggapan perilaku yang
diharapkan yaitu bahwan menemui atasan setelah rapat sedangkan aspek
hubungan menunjukkan bagaimana komunikasi dilakukan. Kalimat
perintah yang sederhana menunjukkan perbedaan status diantara
keduanya.
4. Komunikasi melibatkan transaksi simetris dan komplementer Dalam
hubungan simetris, dua orang saling bercermin pada perilaku lainnya.
Ketika satu orang tersenyum, maka satu orang lainnya akan tersenyum.
Sedangkan dalam hubungan komplementer kedua pihak mempunyai
perilaku yang berbeda. Perilaku salah seorang berfungsi sebagai stimulus
perilaku komplenter yang lain. Dalam hubungan komplementer perbedaan
di antara keduanya dimaksimumkan, orang menempati posisi yang
berbeda; satu sebagai atasan, yang lain bawahan; yang satu aktif, yang lain
pasif.
5. Rangkaian komunikasi dipunktuasi Peristiwa komunikasi merupakan
transaksi yang kontinyu. Tidak ada awal dan tidak ada akhir yang jelas.
Kita dapat membagi proses kontinyu dan berputar ini ke dalam sebab
akibat atau ke dalam stimulus dan tanggapan. Artinya, kita
mensegmentasikan kontinyu komunikasi ini ke dalam potongan-potongan
yang lebih kecil. Istilah bagi kecenderungan untuk membagi berbagai
transaksi komunikasi dalam rangkaian stimulus dan respon disebut sebagai
punktuasi (punctuation).
6. Komunikasi adalah proses transaksional Transaksi yang dimaksud adalah
bahwa komunikasi merupakan suatu proses, bahwa komponen-
komponenya saling terkait, dan para komunikatornya beraksi dan bereaksi
sebagai satu kesatuan atau keseluruhan.
7. Komunikasi tak terhindarkan Selama ini mungkin kita menganggap bahwa
komunikasi berlangsung secara sengaja, bertujuan dan termotivasi secara
sadar. Namun seringkali pula komunikasi terjadi meskipun seorang sama
sekali tidak merasa ingin berkomunikasi. Ketika kita duduk melamun,
mungkin kita merasa bahwa kita tidak berkomunikasi, namun bagi orang
lain yang melihat akan menafsirkan perilaku kita. Setiap perilaku kita
mempunyai potensi untuk ditafsirkan
13
8. Komunikasi bersifat tak reversible Sekali kita mengkomunikasikan
sesuatu maka kita tidak bisa tidak mengkomunikasikannya. Kita hanya
dapat berusaha mengurangi dampak dari pesan yang sudah terlanjur
disampaikan. Oleh karena itu kita perlu hati-hati dalam mengucapkan
sesuatu yang mungkin nantinya ingin kita tarik kembali.
14
yang memberi makna pada lambang. Lambang itu bervariasi Lambang itu
bervariasi dari suatu budaya ke budaya lain, dari suatu tempat ke tempat lain, dari
suatu konteks waktu ke waktu yang lain.
Misalnya Indonesia menyebut modul yang anda baca ini adalah buku,
orang Inggris menyebutnya book, orang Jerman menyebutnya buch Prinsip 2.
Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi Kita tidak dapat berkomunikasi
(We cannot not communication). Tidak berarti semua perilaku adalah komunikasi.
sebagai contoh pada saat kita diminta untuk tidak berkomunikasi, hal ini sangat
sulit dilakukan karena setiap hal yang kita lakukan berpotensi untuk ditafsirkan,
ketika kita melotot ditafsirkan marah, ketika tersenyum ditafsirkan gembira.
Begitu pula dengan sikap diam dapat ditafsirkan setuju.
Prinsip 3. Komunikasi Punya Dimensi Isi dan Dimensi Hubungan Setiap
komunikasi mempunyai dimensi isi dan dimensi hubungan. Dimensi isi disandi
secara verbal, menunjukkan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa yang dikatakan.
Sedangkan dimensi hubungan disandi secara non verbal, menunjukkan bagaimana
cara mengatakan, dan mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta
komunikasi itu dan bagaimana seharusnya pesan ditafsirkan. Sebagai contoh,
ketika seorang pemuda bertanya “ Mau pergi ke Jakarta, Dik?’ kepada seorang
wanita yang duduk disebelahnya dalam sebuah kereta, bukannya pria itu tidak
tahu bahwa kereta menuju ke Jakarta, melainkan pria tersebut ingin berkenalan
atau ingin menunjukkan keramahannya.
Prinsip 4. Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan
Komunikasi dilakukan dalam berbagai tingkat kesengjaan mulai dari komunikasi
yang tidak disengaja sama sekali (misalnya ketika seseorang mengamati kita pada
saat menagis) sampai pada tingkat kesengajaan yang benar-benar direncanakan
(misalnya seorang dosen yang mengajar di kelas).Kesengajaan bukanlah syarat
untuk terjadinya komunikasi. meski kita tidak bermaksud untuk menyampaikan
pesan. Namun perilaku kita potensial untuk ditafsirkan. Coba amati teman anda
yang sedang mengikuti kuliah !, mungkin ada yang berpangku tangan, ada yang
melamun, nah anda dapat menafsirkan perilaku teman anda tersebut, tanpa
kesengajaan bahwa perilaku teman yang anda amati telah menyampaikan pesan.
Prinsip 5. Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktuMakna pesan
juga bergantung pada konteks fisik/ruang, waktu, social dan psikologis. Sebagai
contoh, topik-topik yang lazim dipercakapkan di rumah, tempat kerja, atau tempat
hiburan seperti “lelucon”, “acara televisi”, “mobil”, “bisnis” , atau “perdagangan”
terasa kurang sopan bila dikemukakan di masjid. Waktu juga mempengaruhi
makna terhadap suatu pesan. Misalnya kunjungan seorang mahasiswa kepada
teman kuliahnya yang wanita pada malam minggu akan dimaknai lain
dibandingkan dengan kedatangannya pada malam biasa.
15
Kehadiran orang lain , sebagai konteks social juga akan mempengaruhi
orang-orang yang berkomunikasi. Misalnya dua orang yang diam-diam berkonflik
akan merasa canggung bila tidak ada orang lain sama sekali di dekat mereka.
Suasana psikologis peserta komunikasi mempengaruhi juga suasana komunikasi.
ketika orang-orang berkomunikasi. Misalnya ketika kita menyampaikan kritik
kepada teman kita pada suasana santai atau bercanda mungkin akan diterima
dengan baik oleh teman kita, namun jika kritik kita lontarkan pada saat teman
sedang merasa sedih atau emosi maka akan membuatnya marah.
Prinsip 6. Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi Selain itu
ketika orang berkomunikasi, mereka meramalkan efek perilaku komunikasi
mereka. Dengan kata lain, komunikasi juga terikat oleh aturan atau tatakrama.
Misalnya kepada orang yang lebih tua kita akan memanggilnya dengan sebutan
bapak / ibu, karena jika kita hanya memanggil namanya tentu akan membuatnya
tersinggung. Dengan demikian orang-orang memilih strategi tertentu berdasarkan
bagaimana orang yang menerima pesan akan merespon.
Prinsip 7. Komunikasi itu bersifat sistematik Komunikasi setidaknya
menyangkut dua sistem dasar beroperasi dalam transaksi komunikasi, yaitu :
system internal dan system eksternal Sistem internalθ Seluruh sistem nilai yang
dibawa oleh individu ketika ia berpartisipasi dalam komunikasi, yang ia serap
selama sosialisasinya dalam berbagai lingkungan sosialnya (keluarga, masyarakat
setempat, kelompok suku, kelompok agama, lembaga, kelompok sebaya, tempat
kerja, dan sebagainya).Istilah lain system internal : kerangka rujukan (frame of
reference), bidang pengalaman (filed of experience), struktur kognitif, pola piker ,
keadaan internal atau sikap (attitude).System internal mengandung semua unsur
yang membentuk individu (termasuk ciri-ciri kepribadian, pendidikan, penget,
agama, dan sebagainya). Sehingga system internal ini dapat diduga dari kata-kata
yang diucapkan atau perilaku yang ditunjukan. Sistem eksternal System eksternal
terdiri dari unsur-unsur dalam lingkungan diluar individu, seperti isyarat fisik
peserta komunikasi, kegaduhan disekitar, penataan ruang. Merupakan elemen-
elemen berupa stimulasi publik yang terbuka bagi setiap peserta komunikasi
dalam setiap transaksi komunikasi.Komunikasi merupakan produk dari perpaduan
antara system internal dan eksternal di atas. Lingkungan dan objek mempengaruhi
komunikasi kita, namun persepsi kita atas lingkungan juga mempengaruhi
perilaku kita.
Prinsip 8. Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah
komunikasi.Kesamaan dalam hal-hal tertentu, misalnya agama, ras (suku), bahasa,
pendidikan, atau tingkat ekonomi akan mendorong orang-orang untuk saling
tertarik dan karena kesamaan tersebut komunikasi lebih efektif. Kesamaan bahasa
khususnya akan membuat orang yang terlibat komunikasi lebih mudah mencapai
16
pengertian bersama disbanding dengan orang yang tidak saling memahami bahasa
yang digunakan.
Prinsip 9. Komunikasi bersifat non sekuensial Sebenarnya komuniaksi
manusia dalam bentuk dasarnya bersifat dua arah atau disebut juga bersifat
sirkuler. Komunikasi sirkuler, ditandai beberapa hal berikut :1) Orang-orang yang
berkomunikasi dianggap setara, yang mengirim dan menerima pesan pada saat
yang sama.2) Proses komunikasi berlangsung timbal balik (dua arah)3) Dalam
prakteknya, tidak dapat dibedakan antara pesan dan umpan balik.4) Komunikasi
yang terjadi sebenarnya jauh lebih rumit. Misalnya komunikasi antara dua orang
sebernarnya secara simultan melibatkan komunikasi dengan diri sendiri (berpikir)
untuk menanggapi pihak lain.
Prinsip 10. Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan
transaksionalKomunikasi pada dasarnya tidak mempunyai awal dan tidak
mempunyai akhir, namun merupakan proses yang berkesinambungan. Sebagai
contoh ketika seorang anak dinasehati ibunya untuk rajin belajar, komunikasi ini
tidak berakhir ketika ibunya selesai berbicara, namun akan berlangsung terus
krena anak ini akan terus menerus mengingatnya atau memaknainya.Dalam proses
komunikasi, para peserta komunikasi saling mempengaruhi, seberapa kecil
pengaruh itu, baik lewat komunikasi verbal maupun non verbal. Transaksi
menunjukkan bahwa para peserta komunikasi saling berhubungan, sehingga kita
dapat mempertimbangkan salah satu tanpa mempertimbangkan yang
lainnya.Implikasi dari komunikasi sebagai prose yang dinamis dan transaksional
adalah bahwa para peserta komunikasi berubah (dari sekedar berubah
pengetahuan hingga berubah pandangan dunia dan perilakunya).
Prinsip 11. Komunikasi bersifat irreversibleSifat irreversible ini adalah
implikasi dari komunikasi sebagai suatu proses yang selalu berubah. Oleh karena
itu kita harus berhati-hati dalam menyampaikan pesan kepada orang lain, sebab
efeknya tidak bisa ditiadakan sama sekali, meskipun kita berupaya meralatnya.
Sehingga muncul ungkapan “To forgive but not to forget” (kita bisa memaafkan
kesalahan orang lain, namun tidak dapat melupakannya).
Prinsip 12. Komunikasi bukan merupakan obat mujarab (panasea) untuk
menyelesaikan berbagai masalah.Banyak permasalahan antarmanusia yang
disebabkan oleh masalah komunikasi, namun komunikasi bukan obat mujarab
(panasea) untuk menyelesaikan masalah terebut, karena permasalahan tersebut
berkaitan dengan masalah structural. Sehingga agar komunikasi efektif maka
masalah structural harus diatasi. Sebagai contoh meskipun pemerintah berusaha
menjalin komunikasi yang efektif dengan warga Aceh, tidak mungkin usaha
tersebut berhasil, selama pemerintah masih memperlakukan mereka secara tidak
adil.
17
D. Fungsi dan Tujuan Komunikasi
1. Fungsi Komunikasi
Ilmu komunikasi memiliki pemahaman yang luas namun ilmu komunikasi
ini memiliki beberapa fungsi kenapa kita harus mempelajarinya berdasarkan
kerangka yang di kemukakan William I. Gorden.
Fungsi pertama, komunikasi sosial
Fungsi sebagai kamunikasi sosial bahwa komunikasi itu penting untuk
membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk
memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain
lewat komunikasi yang bersifat menghibur dan memupuk hubungan dengan orang
lain. Faktor umum dari semua kesuksesan dan kebahagiaan adalah orang lain.
(Dikutip pada buku the art of dealing with people, Les Geblin) Henry kaiser
berkata ” Anda secara otomatis akan mempraktikkan hubungan antar-sesama
manusia yang baik kalau anda ingat bahwa setiap individu itu penting, karena
setiap individu adalah anak Tuhan”.
18
Fungsi keempat, Komunikasi instrumental
Komunikasi ini memiliki beberapa tujuan umum yaitu menginformasikan,
mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, dan mengubah perilaku
atau pergerakan tindakan dan juga untuk menghibur. Tujuan – tujuan diatas dapat
dikatakan membujuk (persuasif). Komunikasi ini membuat seorang dapat
mengubah dan meyakinkan orang lain untuk mempercayainya. Misal seorang
public relation atau humas di suatu perusahaan menawarkan kerjasama atau
produk perusahaan pada calon konsumen, otomatis sang PR harus membujuk
calon konsumen dengan jenis – jenis komunikasi yang meyakinkan yaitu
keunggulan produk, jenis, dan manfaatnya. Sehingga calon konsumen
memutuskan untuk bekerja sama. Komunikasi instrumental juga akan menentukan
pencapaian tujuan dan visi serta cita – cita kita.
19
• Pada kawasan politik, sebagian pengamat politik menilai, misalnya kasus
dugaan korupsi oleh bendahara partai demokrat, yang membawa nama –
nama pengurus partai demokrat yang lainnya. Strategi komunikasi politik
nazaruddin membingungkan, dengan mengungkapkan orang – orang yang
terkait, sesampainya Ia di indonesia Ia mengatakan pada media bahwa ”Ia
tidak akan membuka rahasia asal anak istrinya di lindungi.” Maksud dari
perkataan ini membuat para pengamat, LSM, akademisi bertanya – tanya
ada sesuatu di partai demokrat. Disini Nazaruddin memainkan komunikasi
politiknya, kapan Ia berbicara dan kapan Ia diam.
• Perlu kita ketahui tanpa komunikasi yang baik kita tidak akan berhasil
mencapai visi dan misi di segala bidang, sehingga ilmu komunikasi di
butuhkan di segala bidang, dari profesi dokter, pengacara, pejabat
pemerintah, pengusaha,pegawai dan juru bicara kepresidenan pun
membutuhkan ilmu komunikasi, komunikasi yang baik berkualitas. So,
Ilmu komunikasi sangat perlu di pelajari secara mendalam dan
pemahaman yang jelas. Dan Jurusan Ilmu Komunikasi dari tahun ke tahun
peminatnya semakin bertambah, zaman yang serba modern dan
perkembangan teknologi komunikasi saat ini sangat membutuhkan lulusan
– lulusan sarjana komunikasi yang berkompeten
2. Tujuan Komunikasi
Terdapat empat tujuan atau motif komunikasi. Tujuan dapat disadari
ataupun tidak, dapat dikenali ataupun tidak. Selanjutnya meskipun teknologi
berubah dengan cepat dan drastis tujuan berkomunikasi pada dasarnya akan tetap
sama, yaitu sebagai berikut:
• Untuk Menemukan. Salah satu tujuan utama komunikasi menyangkut
penemuan diri (personal discovery). Bila anda berkomunikasi dengan
orang lain, anda belajar mengenai diri sendiri selain juga tentang orang
lain. Kenyataan nya , persepsi diri anda sebagian besar dihasilkan dari apa
yang telah anda pelajari tentang diri sendiri dari orang lain selama
komunikasi, khususnya dalam perjumpaan – perjumpaan antar pribadi.
Dengan berbicara tentang diri kita sendiri dengan orang lain, kita
memperoleh umpan balik yang berharga mengenai perasaan, pemikiran
dan perilaku kita. Dari perjumpaan seperti ini kita menyadari, misalnya
bahwa perasaan kita ternyata tidak jauh berbeda dengan perasaan orang
lain..
• Untuk berhubungan .salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah
berhubungan dengan orang lain. Membina dan memelihara hubungan
dengan orang lain. Kita ingin merasa dicintai dan disukai, dan kemudian
20
kita juga ingin mencintai dan menyukai orang lain, kita menghabiskan
banyak waktu dan energy komunikasi kita untuk membina dan
memelihara hubungan social.
• Untuk meyakinkan. Media massa sebagian besar untuk meyakinkan kita
agar mengubah sikap dan perilaku kita. Tetapi , kita juga menghabiskan
waktu untuk melakukan persuasi antarpribadi, baik sebagai sumber
maupun sebagai penerima.dalam perjumpaan antarpribadi sehari- hari kita
berusaha untuk mengubah sikap dan perilaku orang lain. Kita berusaha
untuk mengajak orang lain agar mau bersikap dan berprilaku sesuai
dengan yang kita inginkan.
• Untuk bermain. Kita menggunakan banyak perilaku komunikasi kita untuk
bermain dan menghibur diri. Demikian pula, banyak dari perilaku
komunikasi yang dirancang untuk menghibur orang lain.
Tentu saja. Tujuan komunikasi bukan hanya ini. Masih banyak tujuan
komunikasi yang lain. Tetapi keempat tujuan yang disebutkan diatas merupakan
yang utama, berdasar atas pendapat de vito, 2011. Selanjtnya, tidak ada tindak
komunikasi yang didorong hanya oleh satu factor, oleh karenanya setiap
komunikasi barangkali didorong oleh kombinasi beberapa tujuan dan bukannya
hanya satu tujuan.
21
BAB II
KOMPONEN KOMUNIKASI
Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi bisa
berlangsung dengan baik. Menurut Laswell komponen-komponen komunikasi
adalah:
Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan
pesan kepada pihak lain.
Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu
pihak kepada pihak lain.
Saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan kepada
komunikan. dalam komunikasi antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat
berupa udara yang mengalirkan getaran nada/suara
.Penerima atau komunikate (receiver) adalah pihak yang menerima pesan
dari pihak lain
Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi
pesan yang disampaikanya
Aturan yang disepakati para pelaku komunikasi tentang bagaimana
komunikasi itu akan dijalankan ("Protokol").
22
d) Umpan balik Merupakan respon yang diberikan oleh komunikan terhadap
pesan yang diterimanya. Umpan balik dapat digunakan untuk mengukur
besarnya informasi yang diterima dibandingkan dengan yang diterima.
Komponen Komunikasi
1. Lingkungan komunikasi Lingkungan (konteks) komunikasi setidak-
tidaknya memiliki tiga dimensi:
i) Fisik, adalah ruang dimana komunikasi berlangsung yang nyata atau
berwujud.
ii) Sosial-psikoilogis, meliputi, misalnya tata hubungan status di antara
mereka yang terlibat, peran yang dijalankan orang, serta aturan budaya
masyarakat di mana mereka berkomunikasi. Lingkungan atau konteks
ini juga mencakup rasa persahabatan atau permusuhan, formalitas atau
informalitas, serius atau senda gurau,
iii) Temporal (waktu), mencakup waktu dalam hitungan jam, hari, atau
sejarah dimana komunikasi berlangsung. Ketiga dimensi lingkungan
ini saling berinteraksi; masing-masing mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh yang lain. Sebagai contoh, terlambat memenuhi janji dengan
seseorang (dimensi temporal), dapat mengakibatkan berubahnya
suasana persahabatan-permusuhan (dimensi sosial-psikologis), yang
kemudian dapat menyebabkan perubahan kedekatan fisik dan
pemilihan rumah makan untuk makan malam (dimensi fisik).
Perubahan-perubahan tersebut dapat menimbulkan banyak perubahan
lain. Proses komunikasi tidak pernah statis.
2. Sumber-Penerima
Kita menggunakan istilah sumber-penerima sebagai satu kesatuan
yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa setiap orang yang terlibat
dalam komunikasi adalah sumber (atau pembicara) sekaligus penerima
(atau pendengar). Anda mengirimkan pesan ketika anda berbicara,
menulis, atau memberikan isyarat tubuh. Anda menerima pesan dengan
mendengarkan, membaca, membaui, dan sebagainya.
Tetapi, ketika anda mengirimkan pesan, anda juga menerima pesan. Anda
menerima pesan anda sendiri (anda mendengar diri sendiri, merasakan
gerakan anda sendiri, dan melihat banyak isyarat tubuh anda sendiri) dan
anda menerima pesan dari orang lain (secara visual, melalui pendengaran,
atau bahkan melalui rabaan dan penciuman). Ketika anda berbicara dengan
orang lain, anda memandangnya untuk mendapatkan tanggapan (untuk
mendapatkan dukungan, pengertian, simpati, persetujuan, dan sebagainya).
23
Ketika anda menyerap isyarat-isyarat non-verbal ini, anda menjalankan
fungsi penerima.
3. Enkoding-Dekoding
Dalam ilmu komunikasi kita menamai tindakan menghasilkan
pesan (misalnya, berbicara atau menulis) sebagai enkoding (encoding).
Dengan menuangkan gagasan-gagasan kita ke dalam gelombang suara
atau ke atas selembar kertas, kita menjelmakan gagasan-gagasan tadi ke
dalam kode tertentu. Jadi, kita melakukan enkoding. Kita menamai
tindakan menerima pesan (misalnya, mendengarkan atau membaca)
sebagai dekoding (decoding). Dengan menerjemahkan gelombang suara
atau kata-kata di atas kertas menjadi gagasan, anda menguraikan kode tadi.
Jadi, anda melakukan dekoding.
Oleh karenanya kita menamai pembicara atau penulis sebagai
enkoder (encoder), dan pendengar atau pembaca sebagai dekoder
(decoder). Seperti halnya sumber-penerima, kita menuliskan enkoding-
dekoding sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan
bahwa anda menjalankan fungsi-fungsi ini secara simultan. Ketika anda
berbicara (enkoding), anda juga menyerap tanggapan dari pendengar
(dekoding).
Kompetensi Komunikasi Kompetensi komunikasi mengacu pada
kemampuan anda untuk berkomunikasi secara efektif (Spitzberg dan
Cupach, 1989). Kompetensi ini mencakup hal-hal seperti pengetahuan
tentang peran lingkungan (konteks) dalam mempengaruhi kandungan
(content) dan bentuk pesan komunikasi (misalnya, pengetahuan bahwa
suatu topik mungkin layak dikomunikasikan kepada pendengar tertentu di
lingkungan tertentu, tetapi mungkin tidak layak bagi pendengar dan
lingkungan yang lain). Pengetabuan tentang tatacara perilaku nonverbal
(misalnya kepatutan sentuhan, suara yang keras, serta kedekatan fisik)
juga merupakan bagian dari kompetensi komunikasi.
Dengan meningkatkan kompetensi anda, anda akan mempunyai
banyak pilihan berperilaku. Makin banyak anda tahu tentang komunikasi
(artinya, makin tinggi kompetensi anda), makin banyak pilihan, yang anda
punyai untuk melakukan komunikasi sehari-hari. Proses ini serupa dengan
proses mempelajari perbendaharaan kata: Makin banyak kata anda ketahui
(artinya, makin tinggi kompetensi perbendaharaan kata anda), makin
banyak cara yang anda miliki untuk mengungkapkan diri.
24
4. Pesan Pesan komunikasi
Pesan komunikasi dapat mempunyai banyak bentuk. Kita
mengirimkan dan menerima pesan ini melalui salah satu atau kombinasi
tertentu dari panca indra kita. Walaupun biasanya kita menganggap pesan
selalu dalam bentuk verbal (lisan atau tertulis), ini bukanlah satu-satunya
jenis pesan. Kita juga berkomunikasi secara nonverbal (tanpa kata).
Sebagai contoh, busana yang kita kenakan, seperti juga cara kita berjalan,
berjabatan tangan, menggelengkan kepala, menyisir rambut, duduk, dan.
tersenyum. Pendeknya, segala hal yang kita ungkapkan dalam melakukan
komunikasi.
25
kita), atau semantik (salah mengartikan makna). Tabel dibawah
menyajikan ketiga macam gangguan ini secara lebih rinci.
Macam Definsi Contoh Fisik Interferensi dengan transmisi fisik isyarat
atau pesan lain Desingan mobil yang lewat, dengungan komputer,
kacamata Psikollogis Interferensi kognitif atau mental Prasangka dan bias
pada sumber-penerima, pikiran yang sempit Semantik Pembicaraan dan
pendengar memberi arti yang berlainan Orang berbicara dengan bahasa
yang berbeda, menggunakan jargon atau istilah yang terlalu rumit yang
tidak dipahami pendengar
8. Efek Komunikasi
Komunikasi selalu mempunyai efek atau dampak atas satu atau
lebih orang yang terlibat dalam tindak komunikasi. Pada setiap tindak
komunikasi selalu ada konsekuensi. Sebagai contoh, anda mungkin
memperoleh pengetahuan atau belajar bagaimana menganalisis,
melakukan sintesis, atau mengevaluasi sesuatu; ini adalah efek atau
dampak intelektual atau kognitif. Kedua, anda mungkin memperoleh sikap
baru atau mengubah sikap, keyakinan, emosi, dan perasaan anda; ini
adalah dampak afektif. Ketiga, anda mungkin memperoleh cara-cara atau
gerakan baru seperti cara melemparkan bola atau melukis, selain juga
perilaku verbal dan noverbal yang patut; ini adalah dampak atau efek
psikomotorik.
26
Seringkali kita dapat mengamati dampak komunikasi, dan berdasarkan
pengamatan ini, merumuskan prinsip-prinsip komunikasi yang efektif. Tetapi, kita
tidak dapat mengamati kebenaran atau ketidakbenaran suatu tindak komunikasi.
Dimensi etik dari komunikasi makin rumit karena etik begitu terkaitnya dengan
falsafah hidup pribadi seseorang sehingga sukar untuk menyarankan pedoman
yang berlaku bagi setiap orang. Meskipun sukar, pertimbangan etik tetaplah
merupakan bagian integral dalam setiap tindak komunikasi. Keputusan yang kita
ambil dalam hal komunikasi haruslah dipedomani oleh apa yang kita anggap
benar di samping juga oleh apa yang kita anggap efektif.
Apakah komunikasi itu etis atau tidak etis, landasannya adalah gagasan
kebebasan memilih serta asumsi bahwa setiap orang mempunyai hak untuk
menentukan pilihannya sendiri. Komunikasi dikatakan etis bila menjamin
kebebasan memilih seseorang dengan memberikan kepada orang tersebut dasar
pemilihan yang akurat. Komunikasi dikatakan tidak etis bila mengganggu
kebebasan memilih seseorang dengan menghalangi orang tersebut untuk
mendapatkan informasi yang relevan dalam menentukan pilihan. Oleh karenanya,
komunikasi yang tidak etis adalah komunikasi yang memaksa seseorang (1)
mengambil pilihan yang secara normal tidak akan dipilihnya atau (2) tidak
mengambil pilihan yang secara normal akan dipilihnya. Sebagai contoh, seorang
pejabat rekruting perusahaan mungkin saja membesar-besarkan manfaat bekerja
di Perusahaan X dan dengan demikian mendorong anda untuk menentukan pilihan
yang secara normal tidak akan anda ambil (jika saja anda mengetahui fakta-fakta
sebenarnya).
Dalam etik yang didasarkan atas kebebasan memilih ini, ada beberapa
persyaratan. Kita mengasumsikan bahwa orang-orang ini sudah cukup umur dan
berada dalam kondisi mental yang memungkinkan mereka melaksanakan pilihan
secara bebas. Selanjutnya, kita mengasumsikan bahwa kebebasan memilih dalam
situasi mereka tidak akan menghalangi kebebasan memilih orang lain. Sebagai
contoh, anak-anak berusia 5 atau 6 tahun tidak akan siap untuk menentukan
pilihan sendiri (memilih menu mereka sendiri, memilih waktu untuk tidur,
memilih jenis obat), sehingga harus ada orang lain yang melakukannya untuk
mereka. Begitu juga, seseorang yang menderita keterbelakangan mental
membutuhkan orang lain untuk mengambilkan keputusan tertentu bagi mereka.
Di samping itu, situasi lingkungan kehidupan seseorang dapat membatasi
kebebasan memilih ini. Sebagai contoh, anggota tentara seringkali harus
melepaskan kebebasan memilih dan makan nasi bungkus, bukan roti keju,
mengenakan seragam militer, bukan jins, lari pagi, bukan tidur. Dengan menjadi
tentara, seseorang setidak-tidaknya harus melepaskan sebagian hak mereka untuk
menentukan pilihan sendiri. Akhirnya, kebebasan memilih yang kita miliki tidak
boleh menghalangi orang lain untuk menentukan pilihan mereka sendiri
27
BAB III
INTERAKSI BAHASSA VERBAL DAN NON VERBAL
Pendahuluan
Setidaknya ada tiga ciri utama yang menandai wujud atau bentuk
komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Pertama, lambang-lambang
nonverbal digunakan paling awal sejak kita lahir di dunia ini, sedangkan setelah
tumbuh pengetahuan dan kedewasaan kita, barulah bahasa verbal kita pelajari.
Kedua, komunikasi verbal dinilai kurang universal dibanding dengan komunikasi
nonverbal, sebab bila kita pergi ke luar negeri misalnya dan kits tidak mengerti
bahasa yang digunakan oleh masyarakat di negara tersebut, kita bisa
menggunakan isyarat-isyarat nonverbal dengan orang asing yang kita ajak
berkomunikasi.
Dan ciri yang ketiga adalah, bahwa komunikasi verbal merupakan
aktivitas yang lebih intelektual dibanding dengan bahasa nonverbal yang lebih
merupakan aktivitas emosional. Artinya, bahwa dengan bahasa verbal,
sesungguhnya kita mengkomunikasikan gagasan dan konsep-konsep yang abstrak,
sementara melalui bahasa nonverbal, kita mengkomunikasikan hal-hal yang
berhubungan dengan kepribadian, perasaan dan emosi yang kita miliki.
28
1.Definisi
KOMUNIKASI
VOKAL NONVOKAL
29
KOMUNIKASI NONVERBAL Nada suara Isyarat
(gesture),
(tone of voice), gerakan(movement),
Desah (sighs) penampilan
jeritan (screams), (appearance),
kualitas vokal ekspresi wajah
(vocal quality) (facial expression)
30
2. Perbedaan Komunikasi Verbal dan NOnverbal
Secara sekilas telah diuraikan pada bagian awal tulisan ini, bahwa antara
komunikasi verbal dan nonverbal merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan, dalam arti. kedua bahasa tersebut bekerja bersama-sama untuk
menciptakan suatu makna. Namun, keduanya juga memiliki perbedaan-perbedaan.
Dalam pemikiran Don Stacks dan kawan-kawan, ada tiga perbedaan utama di
antara keduanya yaitu kesengajaan pesan (the intentionality of the message),
tingkat simbolisme dalam tindakan atau pesan (the degree of symbolism in the act
or message), dan pemrosesan mekanisme (processing mechanism). Kita mencoba
untuk menguraikannya satu per satu.
a. Kesengajaan (intentinolity)
Satu perbedaan utama antara komunikasi verbal dan nonverbal adalah
persepsi mengenai niat (intent). Pada umumnya niat ini menjadi lebih
penting ketika kita membicarakan lambang atau kode verbal. Michael
Burgoon dan Michael Ruffner menegaskan bahwa sebuah pesan verbal
adalah komunikasi kalau pesan tersebut dikirimkan oleh sumber dengan
sengaja dan diterima oleh penerima secara sengaja pula. Komunikasi
nonverbal tidak banyak dibatasi oleh niat. atau intent tersebut. Persepsi
sederhana mengenai niat ini oleh seorang penerima sudah cukup
dipertimbangkan menjadi komunikasi nonverbal. Sebab, komunikasi
nonverbal cenderung kurang dilakukan dengan sengaja dan kurang halus
apabila dibandingkan dengan komunikasi verbal. Selain itu, komunikasi
nonverbal mengarah pada norma-norma yang berlaku, sementara niat atau
intent tidak terdefinisikan dengan jelas. Misalnya, norma-norma untuk
penampilan fisik. Kita semua berpakaian, namun berapa Bering kita dengan
sengaja berpakaian untuk sebuah situasi tertentu? Berapa kali seorang
teman memberi komentar terhadap penampilan kita? Persepsi receiver
mengenai niat ini sudah cukup untuk memenuhi persyaratan guna
mendefinisikan komunikasi nonverbal.
b. Perbedaan perbedaan simbolik (symbolic differences)
Kadang-kadang niat atau intent ini dapat dipahami karena beberapa dampak
simbolik dari komunikasi kita. Misalnya, memakai pakaian dengan warna
atau model tertentu, mungkin akan dipahami sebagai suatu `pesan' oleh
orang lain (misalnya berpakaian dengan warna hitam akan diberi makna
sebagai ungkapan ikut berduka cita).
Komunikasi verbal dengan sifat-sifatnya merupakan sebuah bentuk
komunikasi yang diantarai (mediated form of communication). Dalam arti
kita mencoba mengambil kesimpulan terhadap makna apa yang diterapkan
pada suatu pilihan kata. Kata-kata yang kita gunakan adalah abstraksi yang
31
telah disepakati maknanya, sehingga komunikasi verbal bersifat intensional
dan harus 'dibagi' (shared) di antara orang-orang yang terlibat dalam tindak
komunikasi. Sebaliknya, komunikasi nonverbal lebih alami, isi beroperasi
sebagai norma dan perilaku yang didasarkan pada norma. Mehrabian
menjelaskan bahwa komunikasi verbal dipandang lebih eksplisit dibanding
bahasa nonverbal yang bersifat implisit. Artinya, isyarat-isyarat verbal
dapat didefinisikan melalui sebuah kamus yang eksplisit dan lewat aturan-
aturan sintaksis (kalimat), namun hanya ada penjelasan yang samar-samar
dan informal mengenai signifikansi beragam perilaku nonverbal.
Mengakhiri bahasan mengenai perbedaan simbolik ini, kita mencoba untuk
melihat ketidaksamaan antara tanda (sign) dengan lambang (simbol). Tanda
adalah sebuah representasi alami dari suatu kejadian atau tindakan. la
adalah apa yang kita lihat atau rasakan. Sedangkan lambang merupakan
sesuatu yang ditempatkan pada sesuatu yang lain.
Lambang merepresentasikan tanda melalui abstraksi. Contoh, tanda dari
sebuah kursi adalah kursi itu sendiri, sedangkan lambang adalah bagaimana
kita menjelaskan kursi tersebut melalui abstraksi. Dengan perkataan lain,
apa yang secara fisik menarik bagi kita adalah tanda (sign) dan bagaimana
menciptakan perbedaan yang berubah-ubah untuk menunjukkan derajat
ketertarikan tersebut adalah lambang (simbol). Komunikasi verbal lebih
spesifik dari bahasa nonverbal, dalam arti is dapat dipakai untuk
membedakan hal-hal yang sama dalam sebuah cara yang berubah-ubah,
sedangkan bahasa nonverbal lebih mengarah pada reaksi-reaksi alami
seperti perasaan atau emosi.
32
dibanding komunikasi verbal yang mempersyaratkan aturan-aturan tata
bahasa dan sintaksis. Komunikasi nonverbal secara tipikal diekspresikan
pada saat tindak komunikasi berlangsung. Tidak seperti komunikasi verbal,
bahasa nonverbal tidak bisa mengekspresikan peristiwa komunikasi di masa
lalu atau masa mendatang. Selain itu, komunikasi nonverbal
mempersyaratkan sebuah pemahaman mengenai konteks di mana interaksi
tersebut terjadi, sebaliknya komunikasi verbal justru menciptakan konteks
tersebut.
Perbedaan lain tentang komunikasi verbal dan nonverbal dapat dilihat dari
dimensi-dimensi yang dimiliki keduanya. Gagasan ini dicetuskan oleh Malandro
dan Barker seperti yang dikutip dalam buku Komunikasi Antar Budaya tulisan
Dra. Ilya Sunarwinadi, M.A.
a. Struktur >< Nonstruktur
Komunikasi verbal sangat terstruktur dan mempunyai hukum atau aturan-
aturan tata bahasa. Dalam komunikasi nonverbal hampir tidak ada atau tidak
ada sama sekali struktur formal yang mengarahkan komunikasi. Kebanyakan
komunikasi nonverbal terjadi secara tidak disadari, tanpa urut-urutan
kejadian, yang dapat diramalkan sebelumnya. Tanpa pola yang jelas,
perilaku nonverbal yang sama dapat memberi arti yang berbeda pada saat
yang berlainan.
b. Linguistik >< Nonlinguistik
Linguistik adalah ilmu yang mempelajari anal usul, struktur, sejarah, variasi
regional dan ciri-ciri fonetik dari bahasa. Dengan kata lain, linguistik
mempelajari macam-macam segi bahasa verbal, yaitu suatu sistem dari
lambang-lambang yang sudah diatur pemberian maknanya. Sebaliknya. pada
komunikasi nonverbal, karena tidak adanya struktur khusus, maka sulit
untuk memberi makna pada lambang. Belum ada sistem bahasa nonverbal
yang didokumentasikan, walaupun ada usaha untuk memberikan arti khusus
pada ekspresi-ekspresi wajah tertentu. Beberapa teori mungkin akan
memberikan pengecualian pada bahasa kaum tuna-rungu yang berlaku
universal, sekalipun ada juga lambang-lambangnya yang bersifat unik.
c. Sinambung (continuous) >< Tidak Sinambung (discontinuous)
Komunikasi nonverbal dianggap bersifat sinambung, sementara komunikasi
verbal didasarkan pada unit-unit yang terputus-putus. Komunikasi nonverbal
baru berhenti bila orang yang terlibat di dalamnya meninggalkan suatu
tempat. Tetapi selama tubuh, wajah dan kehadiran kita masih dapat
dipersepsikan oleh orang lain atau diri kita sendiri, berarti komunikasi
nonverbal dapat terjadi. Tidak sama halnya dengan kata-kata dan simbol
dalam komunikasi verbal yang mempunyai titik awal dan akhir yang pasti.
33
d. Dipelajari ><Didapat secara Ilmiah
Jarang sekali individu yang diajarkan cara untuk berkomunikasi secara
nonverbal. Biasanya is hanya mengamati dan mengalaminya. Bahkan ada
yang berpendapat bahwa manusia lahir dengan naluri-naluri dasar
nonverbal. Sebaliknya komunikasi verbal adalah sesuatu yang harus
dipelajari.
e. Pemrosesan dalam Bagian Otak sebelah Kiri >< Pemrosesan dalam
Bagian Otak sebelah Kanan Pendekatan neurofisiologik melihat perbedaan
dalam pemrosesan stimuli verbal dan nonverbal pada diri manusia.
Pendekatan ini menjelaskan bagaimana kebanyakan stimuli nonverbal
diproses dalam bagian otak sebelah kanan, sedangkan stimuli verbal yang
memerlukan analisis dan penalaran, diproses dalam bagian otak sebelah kiri.
Dengan adanya perbedaan ini, maka kemampuan untuk mengirim dan
menerima pesan berbeda pula.
34
untuk memproduksi makna yang komunikatif. Secara historis, kode nonverbal
sebagai suatu multi saluran akan mengubah pesan verbal melalui enam fungsi:
pengulangan (repetition), berlawanan (contradiction), pengganti (substitution),
pengaturan (regulation), penekanan (accentuation) dan pelengkap
(complementation).
Dalam tahun 1965, Paul Ekman menjelaskan bahwa pesan nonverbal
akan mengulang atau meneguhkan pesan verbal. Misalnya dalam suatu lelang,
kita mengacungkan satu jari untuk menunjukkan jumlah tawaran yang kita minta,
sementara secara verbal kila mengatakan "satu'. Pesan-pesan nonverbal juga
berfungsi untuk mengkontradiksikan atau menegaskan pesan verbal seperti dalam
sarkasme atau sindirian-sindiran tajam. Kadang-kadang, komunikasi nonverbal
mengganti pesan verbal.
Misalnya, kita tidak perlu secara verbal menyatakan kata "menang",
namun cukup hanya mengacungkan dua jari kita membentuk huruf `V' (victory)
yang bermakna kemenangan. Fungsi lain dari komunikasi nonverbal adalah
mengatur pesan verbal. Pesan-pesan nonverbal berfungsi untuk mengendalikan
sebuah interaksi dalam suatu cara yang sesuai dan halus, seperti misalnya
anggukan kepala selama percakapan berlangsung.
Selain itu, komunikasi nonverbal juga memberi penekanan kepada pesan
verbal, seperti mengacungkan kepalan tangan. Dan akhirnya fungsi komunikasi
nonverbal adalah pelengkap pesan verbal dengan mengubah pesan verbal, seperti
tersenyum untuk menunjukkan rasa bahagia kita.
Pemikiran yang sama juga diungkapkan oleh Samovar (Ilya
Sunarwinadi, Komunikasi Antar Budaya), bahwa dalam suatu peristiwa
komunikasi, perilaku nonverbal digunakan secara bersama-sama dengan Bahasa
verbal:
a. Perilaku nonverbal memberi aksen atau penekanan pada pesan verbal.
Misalnya menyatakan terima kasih dengan tersenyum.
b. perilaku nonverbal sebagai pengulangan dari bahasa verbal. Misalnya
menyatakan arah tempat dengan menjelaskan "Perpustakaan Universitas
Terbuka terletak di belakang gedung ini", kemudian mengulang pesan
yang sama dengan menunjuk arahnya.
c. Tindak komunikasi nonverbal melengkapi pernyataan verbal, misalnya
mengatakan maaf pada teman karena tidak dapat meminjamkan uang;
dan agar lebih percaya, pernyataan itu ditambah lagi dengan ekspresi
muka sungguh-sungguh atau memperlihatkan saku atau dompet yang
kosong.
d. Perilaku nonverbal sebagai pengganti dari komunikasi verbal. misalnya
menyatakan rasa haru tidak dengan kata-kata, melainkan dengan mata
yang berlinang-linang.
35
Dalam perkembangannya sekarang ini, fungsi komunikasi nonverbal
dipandang sebagai pesan-pesan yang holistik, lebih dari pada sebagai sebuah
fungsi pemrosesan informasi yang sederhana. Fungsi-fungsi holistik mencakup
identifikasi, pembentukan dan manajemen kesan, muslihat, emosi dan struktur
percakapan. Karenanya, komunikasi nonverbal terutama berfungsi mengendalikan
(controlling), dalam arti kita berusaha supaya orang lain dapat melakukan apa
yang kita perintahkan.
Hickson dan Stacks menegaskan bahwa fungsi-fungsi holistik tersebut
dapat diturunkan dalam 8 fungsi, yaitu pengendalian terhadap percakapan, kontrol
terhadap perilaku orang lain, ketertarikan atau kesenangan, penolakan atau
ketidaksenangan, peragaan informasi kognitif, peragaan informasi afektif,
penipuan diri (self-deception) dan muslihat terhadap orang lain.
Komunikasi nonverbal digunakan untuk memastikan bahwa makna yang
sebenarnya dari pesan-pesan verbal dapat dimengerti atau bahkan tidak dapat
dipahami. Keduanya, komunikasi verbal dan nonverbal, kurang dapat beroperasi
secara terpisah, satu sama lain saling membutuhkan guna mencapai komunikasi
yang efektif.
36
perilaku yang memiliki makna khusus dalam satu budaya, akan mengekspresikan
pesan-pesan yang berbeda dalam ikatan kultur yang lain.
37
Tujuan dari gerakan tangan ini adalah untuk menunjukkan intensitas
pesan, misalnya berjabat tangan dengan cepat untuk mengekspresikan
kegembiraan. Aspek komunikatif yang utama dari perilaku mata adalah siapa dan
apa yang sedang kita lihat dan untuk berapa lama. Mata kita merupakan saluran
komunikasi nonverbal yang penting, tidak hanya selama interaksi tetapi jugs
sebelum dan sesudah interaksi berakhir. Dengan memelihara kontak mata dan
tersenyum, orang-orang yang terlibat mengindikasikan bahwa mereka tertarik
dengan persoalan yang sedang diperbincangkan.
Kategori selanjutnya dari komunikasi nonverbal adalah proxemics, yaitu
suatu cara bagaimana orang-orang yang terlibat dalam suatu tindak komunikasi
berusaha untuk merasakan dan menggunakan ruang (space). Antropolog Edward
T. Hall mendefinisikan empat jarak yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-
hari, Ia menjelaskan bahwa kita memilih satu jarak khusus bergantung pada
bagaimana kita merasakan terhadap orang lain pada suatu situasi tertentu, konteks
percakapan dan tujuan-tujuan pribadi kita.
Keempat jarak tersebut adalah intimate distance, personal distance, social
distance dan public distance. Namun empat jarak yang dikemukakan oleh Hal ini
hanya menggambarkan perilaku orang-orang dari Amerika Utara dan sangat
mungkin berbeda dengan orang-orang yang berasal dari budaya lain.
Adapun klasifikasi Hall tersebut adalah sebagai berikut.
a. Intimate Distance
Percakapan dalam jarak yang akrab ini berlangsung dengan bisikan atau suara
yang sangat pelan. Dalam jarak ini, orang-orang yang berkomunikasi secara
emosional sangat dekat dan dalam situasi yang sangat pribadi. Orang-orang yang
terlibat dalam interaksi dengan jarak yang akrab ini merupakan suatu tanda bahwa
di antara mereka tumbuh rasa saling percaya. Namun demikian, interaksi dalam
jarak yang akrab ini juga terjadi dalam lingkungan yang kurang akrab, seperti
ketika kita berobat ke dokter.
b. Personal distance
Dalam jarak personal ini, kontak komunikasi yang berlangsung masih tertutup,
namun percakapan-percakapannya tidak lagi bersifat pribadi dibanding dengan
interaksi dalam jarak akrab.
c. Social distance
Interaksi yang berlangsung dalam jarak sosial ini biasanya terjadi dalam situasi
bisnis, misalnya interaksi antara salesman/girl dengan para calon
pembeli/pelanggan. Dalam kontak komunikasi ini, suara yang lebih keras sangat
dibutuhkan,
d. Public distance
Contoh nyata dari komunikasi yang menggunakanjarak publik ini adalah
perkuliahan dalam kelas dan pidato yang disampaikan pada suatu ruang tertentu.
38
Dalam jarak publik ini, komunikasi yang bersifat dua arah (twoway traffic) sulit
untuk dilaksanakan, sebab ada jarak yang cukup jauh antara pembicara dengan
para pendengarnya.
Faktor lingkungan sebagai salah satu karakteristik penandaan nonverbal
dapat berupa lingkungan atau benda-benda yang digunakan atau dimiliki
seseorang yang dapat merefleksikan makna tertentu yang berkaitan dengan orang
tersebut. Misalnya, ketika kita memasuki ruang atau rumah seseorang, dengan
segera kita dapat memperoleh kesan mengenai kepribadian penghuninya.
Penampilan fisik acapkali mengekspresikan penandaan nonverbal tertentu.
Hal ini dapat kita rasakan ketika memberikan stereotipe tertentu yang berkaitan
dengan keadaan fisik seseorang. Misalnya orang yang gemuk dianggap sebagai
periang dan orang yang kurus sebagai orang yang serius. Demikian pula dengan
panjang atau potongan rambut tertentu. Beberapa karakter fisik lainnya yang
dianggap berperan dalam penandaan nonverbal mencakup berat badan, tinggi
badan, wama kulit, kontur wajah, dan berbagai jenis bekas luka atau cacat fisik.
Sementara itu atribut lain yang berhubungan erat dengan penampilan fisik, dan
sangat jelas berperan sebagai penanda makna tertentu adalah cars berpakaian.
Biasanya ketika orang memilih dan memutuskan untuk memakai pakaian
tertentu, maka dia secara sadar telah menggunakan tanda nonverbal untuk
mengekspresikan makna melalui kesan tertentu dalam penampilannya. Seperti
dikemukakan oleh Ronald B. Adler dan George Rodman dalam bukunya
Understanding Human Communication, bahwa salah satu kategori komunikasi
nonverbal yang penting adalah clothing atau cara berpakaian. Pakaian yang
dikenakan merupakan satu alat komunikasi.
Orang-orang dengan sengaja mengirimkan pesan tentang diri mereka
melalui apa yang mereka kenakan dan kits berusaha menginterpretasikannya
berdasarkan pada pakaian yang dikenakan. Dengan demikian, pakaian tidak hanya
melindungi kita dari panas dan dingin, namun melalui pakaian dapat menjadi
indikator dari status sosial ekonomi seseorang, penanda dari peran-peran tertentu
(ABRI, Pegawai Negeri Sipil) dan sebagainya. Haptics atau sentuhan atau kontak
tubuh dikatakan oleh Emmert dan Donaghy sebagai cara terbaik untuk
mengkomunikasikan sikap pribadi, baik yang positif maupun yang negatif.
Frekuensi dan durasi sentuhan dapat menjadi indikator tentang
persahabatan dan rasa suka di antara orang yang melakukannya. Sentuhan dapat
pula menjadi indikator yang paling ekstrim dari rasa tidak suka atau kemarahan,
seperti menampar, menyepak, memukul, dan sebagainya. Cara-cara atau bentuk
sentuhan dapat pula menunjukkan posisi orang dalam hubungan dengan orang
lainnya, khususnya dalam pengertian dominan dan submisif (seperti mengelus
kepala, mencium tangan, dan sebagainya).
39
Waktu atau chronemics juga dapat menjadi penanda nonverbal yang
digunakan ketika seseorang berkomunikasi. Bentuk nyata yang dapat kita rasakan
adalah mengenai orang yang tepat/tidak tepat waktu, orang yang mengulur-ulur
waktu untuk menyampaikan pesan bahwa dia tidak menyukai apa yang sedang
dilakukannya, dan sebagainya.
40
makhluk hidup (species) yang berbeda sebenarnya adalah sama. Orang-orang
yang mendukung pandangan Darwin seperti Morris, Ekman dan Friesen percaya
bahwa ekspresi nonverbal pada budaya mana pun esensinya sama, karena
komunikasi nonverbal tidak dipelajari, is adalah bagian alami dari keberadaan
manusia. Dua contoh etologis yang sering disebut-sebut adalah senyuman dan
ekspresi wajah yang dapat ditemukan pada kultur mana pun juga.
a. Teori struktur kumulatif
Dalam teorinya ini, Ekman dan Friesen memfokuskan analisisnya pada
makna yang diasosiasikan dengan kinesic. Teori mereka disebut
cumulative structure atau meaning centered karena lebih banyak
membahas mengenai makna yang berkaitan dengan gerak tubuh dan
ekspresi wajah ketimbang struktur perilaku. Mereka beranggapan bahwa
seluruh komunikasi nonverbal merefleksikan dua hal: apakah suatu
tindakan yang disengaja dan apakah tindakan harus menyertai pesan
verbal.
Hal ini dapat dicontohkan pada kasus ketika seseorang menceritakan
sesuatu sambil gerak tangannya yang menunjukkan tinggi dan ekspresi
wajah yang gembira. Gerak tangan yang menunjukkan tinggi ini tidak
akan memiliki arti tanpa disertai ungkapan verbal, jadi tindakan ini
disengaja dan memiliki makna tertentu. Lain halnya dengan ekspresi
wajah yang gembira, yang dapat berdiri sendiri dan dapat diartikan tanpa
bantuan pesan verbal. Meskipun demikian, kedua tindakan tersebut telah
menambahkan kepada makna yang berkaitan dengan interaksi antara
kedua orang tersebut, dan ini oleh Ekman dan Friesen disebut sebagai
`expressive behavior'.
Selanjutnya, Ekman dan Friesen mengidentifikasi lima kategori dari
expressive behavior yaitu emblem, ilustrator, regulator, adaptor, dan
penggambaran perasaan, di mana masing-masing memberikan kedalaman
pada makna yang berkaitan dengan situasi komunikasi. Emblem adalah
gerakan tubuh atau ekspresi wajah yang memiliki nilai sama dengan pesan
verbal, yang disengaja, dan dapat berdiri sendiri tanpa bantuan pesan
verbal. Contohnya adalah setuju, pujian, atau ucapan selamat jalan yang
dapat digantikan dengan anggukan kepala, acungan jempol, atau lambaian
tangan.
Ilustrator adalah gerakan tubuh atau ekspresi wajah yang mendukung dan
melengkapi pesan verbal. Misalnya raut muka yang serius ketika
memberikan penjelasan untuk menunjukkan bahwa yang dibicarakan
adalah persoalan serius, atau gerakan tangan yang menggambarkan
sesuatu yang sedang dibicarakan. Sementara itu, regulator adalah tindakan
yang disengaja yang biasanya digunakan dalam percakapan, misalnya
41
mengenai giliran berbicara. Bentuk-bentuk lain dari regulator dalam
percakapan antara lain adalah senyuman, anggukan kepala, tangan yang
menunjuk, mengangkat alis, orientasi tubuh, dan sebagainya, yang
kesemuanya berperan dalam mengatur anus informasi pada suatu situasi
percakapan.
Kategori keempat adalah adaptor yaitu tindakan yang disengaja, yang
digunakan untuk menyesuaikan tubuh dan menciptakan kenyamanan bagi
tubuh atau emosi. Terdapat dua subkategori dari adaptor, yaitu: `self'
(seperti menggaruk kepala, menyentuh dagu atau hidung) dan `object'
(menggigit pinsil, memainkan kunci).. Perilaku ini biasanya dipandang
sebagai refleksi kecemasan atau perilaku negatif. Kategori kelima adalah
penggambaran emosi atau `affect display' yang dapat disengaja maupun
tidak, dapat menyertai pesan verbal maupun berdiri sendiri. Menurut
Ekman dan Friesen, terdapat tujuh bentuk affect display yang
pengungkapannya cukup universal, yaitu: marah, menghina, malu, takut,
gembira, sedih, dan terkejut. Mereka mengemukakan pula bahwa beberapa
affect display yang berbeda dapat diungkapkan secara bersamaan, dan
bentuk seperti ini disebut "affect bland".
42
Linguistik Dalam teorinya ini Birdwhistell mengasumsikan bahwa komunikasi
nonverbal memiliki struktur yang sama dengan komunikasi verbal.
Bahasa distrukturkan atas bunyi dan kombinasi bunyi yang membentuk
apa yang kita sebut kata. Kombinasi kata dalam suatu konteks akan membentuk
kalimat, dan berikutnya kombinasi kalimat akan membentuk paragraf.
Birdwhistell mengemukakan bahwa hal yang sama terjadi dalam konteks
nonverbal, yaitu terdapat `bunyi nonverbal' yang disebut allokines (satuan
gerakan tubuh terkecil yang sering kali tidak dapat dideteksi).
a.Analogi Linguistik
Kombinasi allokines akan membentuk trines dalam suatu bentuk yang serupa
dengan bahasa verbal, yang dalam teori ini disebut sebagai analogi linguistik.
Teori ini mendasarkan penjelasannya pada enam asumsi sebagai berikut:
1. Terdapat tingkat Baling ketergantungan yang tinggi antara kelima indera
manusia, yang bersama-sama dengan ungkapan verbal akan membentuk
`infracommunicational system'.
2. Komunikasi kinesic berbeda antarkultur dan bahkan antara
mikrokultur.
3. Tidak ada simbol bahasa tubuh yang universal.
4. Prinsip-prinsip pengulangan (redundancy) tidak terdapat pada
perilaku kinesic.
5. Perilaku kinesic lebih primitif dan kurang terkendali dibanding
komunikasi verbal.
6. Kita harus membandingkan tanda-tanda nonverbal secara berulang-ulang
sebelum kita dapat memberikan interpretasi yang akurat.
43
bersifat primitif, kita cenderung untuk melupakan apa yang kita 'katakan' secara
nonverbal.
Selanjutnya Birdwhistell menjelaskan bahwa fenomena parakinesic (yaitu
kombinasi gerakan yang dihubungkan dengan komunikasi verbal) dapat dipelajari
melalui struktur gerakan. Struktur ini mencakup tiga faktor yaitu: intensitas dari
tegangan yang tampak dari otot, durasi dari gerakan yang tampak, dan luasnya
gerakan. Dari faktor-faktor ini kita dapat mengenal isi berbagai klasifikasi
gerakan/perilaku yang meliputi allokine, kine, kineme (pengelompokan kine yang
artinya menyerupai suatu `kata' dalam bahasa), dan kinemorpheme (yang
menyerupai kalimat dalam konteks bahasa).
Jadi kita dapat menganalisis komunikasi nonverbal seperti jika kita
melakukannya pada komunikasi verbal, namun kita mengganti unit analisisnya
dari `bunyi dan kata' menjadi `gerak dan gerakan'.
b. Analogi kultural
Analogi kultural yang dikemukakan oleh Edward T. Hall membahas
komunikasi nonverbal dari aspek proxemics dan chronemics. Teori Hall mengenai
proxemico (sebagian telah dibahas pada Kegiatan Belajar 2)mengacu kepada
penggunaan "ruang" sebagai ekspresi spesifik dari kultur. Teori Hall mencakup
batasan-batasan mengenai ruang yang disebutnya sebagai lingkungan (artifactual),
teritorial, dan personal.
Lebih lanjut dia mengemukakan adanya tiga jenis ruang, masing-masing
dengan norma dan ekspektasi yang berbeda, yaitu: informal space, ruang terdekat
yang mengitari kita (personal space); fixed feature space' yaitu benda di
lingkungan kita yang relatif sulit bergerak atau dipindahkan seperti rumah,
tembok, dan sebagainya; dan `semifixed feature space', yaitu barang-barang yang
dapat dipindahkan yang berada dalam fixed-feature space.
Salah satu aspek terpenting dari teori Hall adalah kajiannya mengenai
preferensi dalam personal space. Menurutnya, preferensi ruang seseorang
ditentukan oleh delapan faktor yang saling terkait yang ditemukan dalam tiap
kultur. Pertama adalah, jenis kelamin dan posisi dari orang yang sating
berinteraksi, yaitu lelaki atau perempuan, dan apakah mereka duduk, berdiri, dan
sebagainya.
Kedua, sudut pandangan atau "angle" yang terbentuk oleh bahu dan
dada/punggung dari orang yang berkomunikasi (faktor sociofugal-sociopetal
axis). Ketiga, posisi badan ketika berkomunikasi yang berada dalam jarak
sentuhan (faktor kinesthetic). Keempat, sentuhan dan jenis sentuhan (faktor
zero- proxemic). Kelima, frekuensi dan cara-cara kontak mata (faktor visual
code).
44
Keenam, persepsi tentang panas tubuh yang dapat dirasakan ketika
berinteraksi (faktor thermal code). Ketujuh, odor atau bau yang tercium ketika
berinteraksi (faktor olfactory code). Delapan, kerasnya atau volume suara dalam
interaksi (faktor voice loudness). Dalam analisisnya mengenai chronemics atau
waktu sebagai salah satu tanda nonverbal, Hall mengemukakan bahwa norma-
norma waktu ditemukan dalam berbagai kultur dalam bentuknya yang berbeda-
beda. Waktu memiliki apa yang disebut dengan `formal time, 'informal time , dan
'technical time' Formal time mencakup susunan dan siklus, memiliki nilai,
memiliki durasi dan kedalaman.
45
b. Teori Equilibrium
Michael Argyle dan Janet Dean mengemukakan suatu teori komunikasi
nonverbal yang didasarkan pada suatu metafora keintiman-ekuilibrium. Mereka
mengemukakan bahwa seluruh interaksi dibatasi dalam konflik antara
kekuatan-kekuatan penarik dan penolak. Kekuatan yang menarik dan
mendorong antara satu orang dengan orang lainnya cenderung untuk
menyeimbangkan suatu hubungan. Kekuatan tersebut dijumpai dalam perilaku
nonverbal yang berkaitan dengan pendekatan (jarak yang lebih dekat, kontak
mata yang lebih banyak, sentuhan dan gerakan tubuh yang lebih sering) dan
penghindaran (jarak yang lebih jauh, kurangnya kontak mata, dan jarangnya
sentuhan dan gerakan tubuh). Lebih lanjut Argyle dan Dean mengemukakan
bahwa ketika kita berinteraksi, kits mengalami atau menggunakan seluruh
saluran komunikasi yang ada, dan suatu perubahan dalam satu saluran
nonverbal akan menghasilkan perubahan pada saluran lainnya sebagai
kompensasi.
46
B. Memahami Komunikasi Verbal
Pada bagian berikutnya kita akan masuk pada suatu pendekatan yang
mempelajari dampak dari penggunaan bahasa dalam menciptakan realitas, yaitu
bagaimana kita `memberi label' atau 'atribut' pada dunia kita dan bagaimana 'label'
tersebut menghasilkan `realitas' (narture approach). Kita kemudian akan beralih
kepada pandangan fungsional yang mencoba menjawab pertanyaan: mengapa kita
bereaksi terhadap bahasa, seolah-olah kata adalah benda yang
direpresentasikannya? Pada bagian akhir kita akan mendiskusikan suatu
pendekatan yang berorientasi pada pesan dalam bahasa, dan membahas proses
berpikir yang berkaitan dengan bahasa yang mendahului aktivitas transmisi pesan.
47
Chomsky beranggapan bahwa manusia dilahirkan dengan membawa kemampuan
alamiah untuk berbahasa. Kita dapat memformulasikan bentuk-bentuk kombinasi
kata tertentu hingga terasa masuk akal. Namun penjelasan bahwa bahasa dapat
dipilah dalam struktur tata bahasa, belum dapat menjawab bagaimana bahasa
mengungkapkan makna.
Seorang teoretisi lain, Dan I. Slobin, mengemukakan bahwa bayi terlahir
dengan pemahaman tata bahasa yang telah terprogram, anak sebenarnya memiliki
suatu mekanisme pemrosesan atau sistem untuk mengorganisasikan informasi
linguistik yang diperoleh dari lingkungan anak tersebut. Slobin mengemukakan
bahwa perkembangan kognitif mendahului perkembangan bahasa.
Dengan berbagai bukti ilmiah dia menunjukkan bahwa anak dari
kelompok bahasa yang berbeda, mempelajari bahasa secara berbeda tergantung
pada tingkat kesulitan dari bahasa tersebut. Bahasa yang lebih kompleks
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mempelajarinya, karena anak harus
membuat sejumlah pengecualian pada prinsip bawaan yang ada dalam setiap
bahasa. Slobin sendiri mengidentifikasi adanya empat prinsip yang bekerja pada
semua bahasa, yaitu: memperhatikan susunan kata, menghindari pengecualian,
menghindari interupsi atau penataan kembali unit-unit bahasa, dan
memperhatikan kata yang ada pada bagian terakhir kalimat.
Walau ada perbedaan antara teori Chomsky dan Slobin, namun pada
dasarnya keduanya mendasarkan diri pada prinsip natural, yang memandang
bahwa bahasa diperoleh secara natural. Meskipun demikian keduanya belum
dapat menjawab makna apa yang dikaitkan dengan penggunaan bahasa tersebut.
48
banyak istilah untuk menyebut 'saiju', sementara sejumlah bahasa lainnya bahkan
tidak memiliki satu istilah pun, terutama bagi yang belum pernah melihatnya.
Menurut Sapir dan Whorf, bahasa dari suatu kultur akan berkaitan langsung
dengan bagaimana cara-cara kita berpikir dalam kultur tersebut_ Asumsi ini
sejalan dengan pandangan antropologis tentang relativitas kultural, yang
menyatakan bahwa, karena kultur yang berbeda memiliki bahasa yang berbeda
dan pandangan hidup yang berbeda, maka mereka juga memiliki keyakinan dan
nilai-nilai yang berbeda pula.
Kedua teori yang berlawanan ini (nature vs nurture) menunjukkan bahwa
baik dalam komunikasi verbal maupun nonverbal, terdapat dua aliran yang
berangkat dari posisi yang berlawanan dalam menjelaskan bagaimana orang
memperoleh bahasa. Kontroversi ini masih terus berlangsung tanpa salah satu
dapat mengklaim bahwa teorinya yang paling benar, karena buktibukti yang
ditunjukkan oleh kedua belah pihak belum cukup memadai.
Penggunaan Simbol
Pandangan ini mengasumsikan bahwa seluruh perilaku manusia berangkat
dari penggunaan simbol. Salah seorang ahlinya yang bemama Alfred Korzybski
menganggap adanya ketidaktepatan dalam penggunaan bahasa sehari-hari kita.
Argumentasinya adalah bahwa manusia hidup dalam dua lingkungan yang
berbeda, lingkungan fisik dan lingkungan simbolik.
Untuk memahami hal ini kita dapat menganalogikannya dengan
penggunaan peta. Misalnya kita bertanya kepada teman kita berapa jarak antara
Jakarta-Surabaya, dan dia menjawab: "Menurut peta sekitar 10 cm". Informasi ini
hanya memiliki arti bagi kita jika kita mengetahui skala dari peta tersebut, dan
tentunya skala peta tersebut bukanlah 1:1 Karena jika skalanya serupa
49
itu peta tersebut akan sama luasnya dengan wilayah yang digambarkannya. Hal
serupa berlaku pula pada kata. Ada satu anekdot untuk mencontohkan hal ini,
ketika seorang pengemudi sampai pada suatu perempatan jalan dan bertanya pada
orang disebelahnya apakah ada kendaraan lain yang akan melintasi jalanan yang
akan diseberanginya, dan orang yang ditanya menjawab `hanya kijang'. Baru
setelah mobil yang mereka tumpangi menyeberang dan ditabrak oleh sebuah
Toyota Kijang yang sedang melaju, arti semantik dari 'kijang' dipahami oleh
keduanya.
Kata, dan pada kenyataannya semua jenis simbol, tidak sama dengan
fenomena yang digambarkannya. Menurut Ogden dan Richards simbol adalah
representasi ide dan ide adalah representasi objek. Dan ketiganya merupakan
fenomena yang berbeda. Persoalan menjadi menarik ketika kita berbuat seolah-
olah kata adalah objek yang digambarkannya. Kita tahu bahwa orang yang takut
ular akan ketakutan jika benar-benar melihat seekor ular, namun kadang-kadang
ada orang yang begitu takutnya sehingga denyut nadinya meningkat ketika
mendengar kata ular. Interaksi antara kata, maknanya dan perilaku manusia inilah
yang menjadi perhatian Korzybski ketika dia mengemukakan teori general
semantics.
Untuk mempelajari teori ini lebih jauh kita akan membahas sejumlah
konstruk: `silent assumptions'. reaksi dan respons, penggunaan identitas, waktu
dan ruang, multi ordinalitas, orientasi intensional dan ekstensional, dan tataran-
tataran abstraksi.
Silent Assumptions
Dan P Millar dan Frank E. Millar mengemukakan bahwa makna dari suatu
kata tidak terbatas dari yang kita temukan dalam kamus. Jadi kesalahpahaman
semantik terjadi karena kita terlalu sering menggunakan asumsi secara diam-diam.
General semantics menjelaskan bahwa kita memiliki kecenderungan untuk
berurusan dengan objek atau benda pada tataran abstrak. Misalnya kita tidak
berurusan dengan fenomena pada tataran atomis, meskipun sebenarnya fenomena
berubah pada tataran ini.
Seperti telah dikemukakan oleh Korzybski bahwa tataran objektif bukan
kata dan tidak dapat dicapai hanya dengan kata. Untuk dapat mencapai atau
memahami tataran objektif, general semantics mengajarkan kita untuk diam
(silent), dan kondisi diam ini memungkinkan kita untuk merespons kata sebagai
manusia daripada bereaksi terhadapnya sebagaimana yang dilakukan oleh hewan.
Persoalan yang muncul dari silent assumption ini adalah ketika
mengantisipasi apa yang dikatakan oleh orang lain. Oleh karenanya ketika kita
melakukan silent asssumption, kita harus menanyakan pada diri kita sendiri tiga
pertanyaan tentang apa yang sedang dikatakan orang lain, yaitu: apa yang
50
dimaksudkannya? (apakah yang dimaksudkannya berbeda dengan yang
dikatakannya), bagaimana dia mengetahui hal yang dibicarakannya? (mengacu
kepada sumber informasi), dan mengapa dia mengatakan hal ini kepada saya?
(apakah kita pendengar yang sesuai dan apakah kita merupakan sasaran dari kata-
kata yang kita dengar).
Reaksi/Respons
Konstruk ini diawali oleh asumsi bahwa manusia bereaksi seperti yang
dilakukan hewan melalui apa yang disebut respons yang dikondisikan. Orang
dapat dengan mudah dipaksa untuk bereaksi pada slogan, nama, hasrat, dan
sebagainya, dalam bentuk yang hampir sama seperti ketika hewan dikondisikan
untuk bereaksi terhadap suatu tanda tertentu. Misalnya hat ini terlihat pada reaksi
pengikut Hitler pada Swastika dan lambang-lambang lainnya, demikian pula
dengan reaksi terhadap simbol AIDS, di mana banyak dari kita tidak ingin
diasosiasikan dengan simbol tersebut.
Korzybski, sebaliknya, menekankan bahwa kita seharusnya tidak meniru
binatang. Respons kita haruslah kondisional, bukan dikondisikan. Artinya respons
kits harus melalui penundaan (delayed) dan modifikasi, bukan otomatis. Untuk
mencapai hat ini kits harus belajar menghindar dari suatu reaksi yang baku (stereo
type) terhadap kelas atau kelompok orang, dan menyadari adanya perbedaan-
perbedaan di antara individu anggota kelompok atau kelas dan menyesuaikan
respons kita.
Identitas
Alasan utama mengapa kits cenderung untuk bereaksi daripada merespons
adalah karena kita melihat kesamaan absolut atau identitas. Sedikitnya ada tiga
alasan bagi kecenderungan ini, yaitu: nama adalah suatu karakteristik penting dari
benda atau objek, keunikan benda atau objek berada di dalam nama, dan jika
suatu benda atau objek tidak memiliki nama maka is menjadi tidak eksis atau
tidak dianggap. Jadi terdapat orang-orang yang beranggapan bahwa, misalnya,
semua "perceraian" memiliki makna yang sarna atau semua pengertian
`demonstrasi' adalah sama, padahal dalam situasi yang nyaris sama orang atau hat-
hat lainnya akan selalu berbeda.
Konstruk tentang identitas berkaitan erat dengan dua konstruk lain dalam
teori general semantics, yaitu: `nonallness' dan 'nonadditivity'. Nonallness berarti
bahwa kita tidak dapat mengatakan segala sesuatunya secara lengkap mengenai
semua hat. Oleh karenanya ketika melihat adanya kesamaan dalam beberapa hat,
kita cenderung untuk mengabaikan perbedaan-perbedaannya. General semantics
merekomendasikan kita untuk menggunakan 'dan sebagainya' untuk memberikan
51
gambaran bahwa terdapat hal-hal lain yang tidak kita ketahui ketika
mendeskripsikan sesuatu pada saat berbicara.
Konstruk nonadditivity kita lakukan ketika kita menambahkan sesuatu dan
hasilnya dapat memiliki arti yang lain. Misalnya ketika seorang guru berkata
kepada guru lainnya: "Bisakah Anda menerima seorang murid lagi untuk kelas
Anda?" Karena tidak ada dua hat yang sama persis, menerima seorang murid yang
sekedar duduk di dalam kelas adalah berbeda dengan menerima seorang murid
yang sangat partisipatif di dalam kelas.
Oleh karenanya menambahkan sesuatu tidak hanya sekedar menghasilkan hat
yang sama dalam jumlah yang lebih besar, seperti yang dikondisikan oleh kata
atau bunyi, melainkan menghasilkan suatu perilaku komunikatif yang berbeda.
Multiordinalitas
Multiordinalitas menjelaskan mengenai pernyataan yang bertingkat-
tingkat. Misalnya kita berkata bahwa `kucing belang berlari lebih cepat daripada
kucing hitam'. Lalu kita bergerak pada tataran abstraksi yang lebih tinggi dan
membuat pernyataan lain mengenai pernyataan ini, seperti misalnya `itu benar'
atau `itu salah' atau `kalau pernyataan itu benar berarti ada hubungan antara
pigmen dengan struktur otot'.
52
Pemyataan-pernyataan ini ada pada tataran abstrak yang lebih tinggi
daripada pernyataan yang pertama, karena semuanya merupakan pernyataan
mengenai pernyataan yang pertama. Jadi kata 'pernyataan' dianggap memiliki
multiordinal yang dapat digunakan pada tataran, atau tingkatan abstraksi yang
berbeda, dan makna dari tiap-tiap tatarannya juga berbeda. Contoh lain adalah
kata 'cinta' Kita dapat mencintai suatu bangunan, seorang gadis, sebuah lukisan,
sebuah teori, sebuah pertarungan sengit. Semua 'cinta' ini berada pada tataran
abstraksi yang sama, tetapi cinta juga dapat bergerak ke tataran yang lain.
53
lain. Skemata-skemata interpersonal ini diorganisasi ke dalam semacam sistem
(skema), dan pola-pola dalam sistem ini mencakup interpretasi dan penyimpulan,
serta pola-pola 'konstruksi' yang kita gunakan untuk menjelaskan perilaku orang
lain.
Prinsip kedua adalah, organisasi kesan interpersonal memberikan
pemahaman dan antisipasi atas orang lain secara kontekstual dan relevan. Dalam
hal ini orang bertindak seolah-olah sebagai psikolog-sosial yang mencoba
menggunakan suatu pola konsepsional untuk menjelaskan, memahami, dan
memperkirakan perilaku orang lain di dalam berbagai
konteks.
Prinsip ketiga, variasi sistematis dalam konstruk dan skemata interpersonal
yang berkembang sebagai suatu fungsi pengalaman sosial, memberikan perbedaan
kapasitas untuk membentuk kesan-kesan yang terorganisasikan dan stabil dalam
waktu dan konteks yang berbeda. Jadi, orang yang lebih banyak memiliki pilihan
dalam menilai orang lain, dan lebih abstrak pemikiran konstruksi
interpersonalnya, cenderung lebih mampu memformulasikan pandangan yang
terorganisasi mengenai orang lain.
Misalnya, dalam berinteraksi dengan orang yang tidak kita sukai, maka
pemikiran kita mengenai orang tersebut diwarnai oleh perasaan kita mengenai
orang-orang lainnya yang tidak kita sukai. Jadi, kita dapat menilai orang lain
sebagai buruk/jahat hanya karena satu atau dua sebab, atau kita mungkin telah
memiliki sebelumnya rasa tidak suka pada orang tersebut yang
didasarkan atas variasi kognisi Kita. Dalam waktu yang lama sepanjang
tidak ada kognisi lain yang menandingi, kesan kita terhadap orang tersebut akan
stabil, dan kita cenderung untuk memahami dan memprediksi perilakunya
berdasarkan kesan tersebut. Dari penjelasannya tersebut, Delia dan Clark telah
mengemukakan bahwa bahasa digunakan untuk menilai apa yang akan dirasakan
oleh orang lain terhadap suatu pecan yang disampaikan kepadanya, sebelum pesan
itu sendiri sepenuhnya disusun.
54
BAB IV
PROSES KOMUNIKASI
55
isinya oleh penerima berdasarkan apa yang didengarnya.Sedangkan, pesan
non-verbal adalah jenis pesan yang penyampaiannya tidak menggunakan
kata-kata secara langsung, dan dapat dipahami isinya oleh penerima
berdasarkan gerak-gerik, tingkah laku, mimik wajah, atau ekspresi muka
pengirim pesan.Pada pesan non-verbal mengandalkan indera penglihatan
sebagai penangkap stimuli yang timbul.
3. Penerima adalah pihak yang memperoleh pesan atau stimulus yang
dikirmkan oleh sumber. Stimulus yang diterima tersebut dapat terdiri dari
beraneka ragam bentuk, seperti kata-kata, tulisan, gerak-gerik, mimik
muka, ekspresi wajah, sentuhan, aroma, serta perbuatan atau tingkah laku
lawan bicara.Selanjutnya, peran penerima adalah mencerna dan
menanggapi stimulus tersebut dengan mendengar, melihat, membau, atau
merasakan.Secara garis besar, penerima dapat terbagi menjadi penerima
aktif dan penerima pasif.Penerima pasif adalah orang yang hanya
menerima stimulus yang datang kepadanya, tanpa memberikan tanggapan
serta umpan balik (feedback).Sedangkan, penerima aktif adalah orang
yang tidak saja menerima stimulus yang datang kepadanya, tetapi juga
memberikan tanggapan atau feedback secara aktif (berkelanjutan) kepada
pengirim.
4. Feedback Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari
penerima pesan dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Tanpa balikan
seorang pengirim pesan tidak akan tahu dampak pesannya terhadap
sipenerima pesan Hal ini penting bagi manajer atau pengirim pesan untuk
mengetahui apakah pesan sudah diterima dengan pemahaman yang benar
dan tepat. Balikan dapat disampaikan oleh penerima pesan atau orang lain
yang bukan penerima pesan. Balikan yang disampaikan oleh penerima
pesan pada umumnya merupakan balikan langsung yang mengandung
pemahaman atas pesan tersebut dan sekaligus merupakan apakah pesan itu
akan dilaksanakan atau tidak Balikan yang diberikan oleh orang lain
didapat dari pengamatan pemberi balikan terhadap perilaku maupun
ucapan penerima pesan. Pemberi balikan menggambarkan perilaku
penerima pesan sebagai reaksi dari pesan yang diterimanya. Balikan
bermanfaat untuk memberikan informasi, saran yang dapat menjadi bahan
pertimbangan dan membantu untuk menumbuhkan kepercayaan serta
keterbukaan diantara komunikan, juga balikan dapat memperjelas persepsi.
Untuk memahami proses komunikasi dapat dilihat dari unsur-unsur yang
berkaitan dengan siapa pengirimnya (komunikator), apa yang dikatakan
atau dikirimkan (pesan), saluran komunikasi apa yang digunakan (media),
ditujukan untuk siapa (komunikan), dan apa akibat yang akan
ditimbulkannya (efek).
56
Dalam proses komunikasi tersebut, kewajiban seorang komunikator adalah
mengusahakan agar pesan-pesannya dapat diterima oleh komunikan sesuai dengan
kehendak pengirim. Model proses komunikasi secara umum dapat memberikan
gambaran kepada pengelola organisasi, bagaimana mempengaruhi atau mengubah
sikap anggota/stakeholder nya melalui desain dan implementasi komunikasi.
Dalam hal ini, pengirim atau sumber pesan bisa individu atau berupa organisasi
sebagaimana dapat dilihat dalam gambar proses komunikasi di bawah ini:
57
Dalam kaitan ini sering digunakan konsep kegaduhan (noise) untuk
menunjukkan bahwa ada semacam hambatan dalam proses komunikasi yang bisa
saja terjadi pada pengirim, saluran, penerima atau umpan balik. Dengan kata lain,
semua unsur-unsur atau elemen proses komunikasi berpotensi menghambat
terjadinya komunikasi yang efektif.
Hambatan tersebut diuraikan dalam hambatan-hambatan dalam
komunikasi. Itulah penjelasan proses komunikasi beserta bagan terjadinya proses
komunikasi. Cermati pula bentuk dan jenis-jenis komunikasi. Semoga dapat
dipahami hal-hal yang berhubungan dengan interaksi masing-masing unsur dalam
komunikasi. Umumnya proses komunikasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
proses komunikasi primer dan proses komunikasi sekunder.
58
penilaian tertentu. Umpan balik (feedback) merupakan unsur penting dan tidak
terpisahkan dalam proses komunikasi primer. Hal itu dikarenakan berlangsungnya
suatu proses komunikasi akan ditentukan oleh bagaimana umpan balik dari
komunikan atas pesan yang disampaikan komunikator (sumber). Jika umpan
baliknya positif maka akan menyenangkan komunikator dan akan
memungkinkannya melanjutkan komunikasi, sebaliknya jika umpan baliknya
negatif maka komunikator harus merubah atau memperbaiki komunikasinya, atau
bahkan dapat memaksa komunikatornya untuk menghentikan komunikasinya.
Dalam komunikasi primer, maka umpan baliknya adalah seketika/langsung (direct
feedbeck atau inmediate feedback), terutama dalam komunikasi interpersonal.
Menurut Wilbur Schraman dalam Effendy (1990 : 13) suatu proses
komunikasi akan berhasil jika pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok
dan sesuai dengan kerangka acuan (frame of reference), yaitu paduan pengalaman
dan pengertian yang pernah diperoleh komunikan. Dengan demikian frame of
reference dan fold of experience merupakan faktor penting dalam suatu proses
komunikasi.
a. Tanpa ada kesamaan pengalaman dan kerangka referensi antara
komunikator dengan komunikan, maka tidak akan dapat dicapai “kesamaan
makna” diantara pihak-pihak yang berkomunikasi. Sebaliknya semakin besar
kesamaan bidang pengalaman dan kerangka referensi antara komunikator dan
komunikan, maka akan semakin besar “kesamaan makna” diantara kedua belah
pihak. Contohnya:
b. Seorang profesor yang berbicara dengan seorang desa yang berpendidikan
rendah, dengan menggunakan istilah-istilah ilmiah dan bahasa yang tidak
dimengerti oleh orang desa tersebut, tidak akan efektif, karena tidak ada kesamaan
bidang pengalaman dan kerangka acuan diantara keduanya. Dengan demikian
esensi dan suatu proses komunikasi adalah terjadinya kesamaan makna antara
pesan yang disampaikan komunikator dAn yang diterima oleh komunikan.
Dengan kata lain, komunikasi adalah proses membuat sebuah pesan setala (tuned)
bagi komunikator dan komunikan (Effendi, 1990 ; 13).
c. Secara sederhana proses komunikasi primer berlangsung sebagai berikut:
Dimulai dari sumber atau komunikator yang ingin menyampaikan
ide/pikiran/perasaannya kepada penenima/ komunikan Untuk itu ia perlu meng-
encorde ide/pikiran tersebut ke dalam bentuk lambang-lambang atau simbol-
simbol yang dapat dimengerti oleh komunikan. Dengan demikian encoding
merupakan kegiatan personal seseorang untuk memilih dan merancang perilaku
verbal dan non verbal yang sesuai dengan aturan tata bahasa dan sintaksis guna
menciptakan suatu pesan (Roster & Samover).
59
Kemudian stimulus atau simbol tersebut disampaikan kepada
penerima/komunikan. Stimulus yang diterima dalam bentuk tanda-tanda yang bisa
dimengerti oleh komunikan (disebut decoding), yaitu proses penguraian sandi-
sandi sehingga dapat dimengerti oleh komunikan. Proses penerimaan pesan
(message reception) mi merupakan proses yang aktif yang mengandung 3 elemen
di dalamnya , yaitu:
1. Seleksi Informasi
2. Interpretasi Informasi
3. Retensi
60
Dalam komunikasi sekunder, maka digunakan media (massa atau
nirmassa) untuk menyebarkan pesan dan sumber/komunikator kepada komunikan.
Dengan adanya media ini, maka umpan balik dari penerima umumnya bersifat
tertunda, yaitu tidak diketahui/diterima oleh komunikator pada saat komunikasi
berlangsung.
Selain itu karena dalam komunikasi sekunder antara komunikator dengan
komunikan tidak bertemu dalam situasi tatap muka, maka komunikator harus
lebih mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan proses komunikasi
tersebut. Antara lain, mengetahui dengan jelas siapa yang menjadi komunikannya,
karakteristik komunikan, ciri media yang dipakai, waktu yang sesuai untuk
menyampaikan pesan, cara penyampaian pesan, tujuan yang akan dicapal dan
lain-lain.
Contohnya Untuk menyampaikan informasi kepada para petani di
pedesaan perlu mengetahui terlebih dahulu media apa yang dimiliki petani, kapan
biasanya media itu dioperasikan, tingkat pengetahuan dan ciri-ciri petani, bentuk
penyajian pesan yang disesuaikan dengan tujuan yang ada. Perlu diketahui,
berbeda dengan komunikasi Iangsung (tatap muka) yang efektif dalam merubah
sikap dan tingkah laku komunikannya, maka dalam komunikasi sekunder
(bermedia) efektif untuk menyampaikan informasi kepada komunikan dalam
jumlah besar, sekaligus efisien dalam waktu.
Contoh: Untuk menyampaikan pesan untuk sejumlah besar orang, dengan
menyampaikan pesan melalui radio/televisi dapat sampai secara serempak dengan
sekali penyiaran. Oleh C.E. Shannon, proses komunikasi sekunder (bermedia)
digambarkan secara sederhana sebagai berikut :
Dari apa yang dikemukakan oleh Shannon di atas secara singkat dapat
dijelaskan sebagai berikut: Sumber informasi menyampaikan pesan melalui
transmeter yang mengubah pesan tersebut menjadi transmeter signal melalui
saluran kepada alat penenma (receiver) yang menerima received signaL Oleh
receiver received signal diubah menjadi pesan yang diterima oleh tujuan
(komunikan). Dengan demikian perlu diingat, bahwa proses komunikasi yang
dikemukakan oleh Shounon, receiver disini bukan komunikan (orang yang
menjadi tujuan komunikasi), melainkan alat penerima received signal dan
mengubahnya menjadi pesan yang bisa diterima oleh komunikan. Contohnya:
Proses komunikasi melalui telepon, maka suara dari penelepon diubah dalam
bentuk signal oleh transmiter; yang kemudian dengan saluran tertentu dikirimkan
kepada alat penerima (pesawat penerima) yang mengubah signal menjadi suara
(pesan)yang bisa didengar oleh penerima pesan (komunikan). Pada saat signal
disampaikan melalui saluran tertentu terdapat sumber-sumber gangguan. Untuk
memperjelas bagaimana proses komunikasi bermedia berlangsung maka Kotler
dalam Effendy (1990 ; 18) yang diilhami sebagai paradigma Lesswell
61
BAB. 5
MODEL – MODEL KOMUNIKASI
62
Untuk lebih memudahkan memahami bentuk model komunikasi linier,
interaksional dan transaksional adalah sebagai berikut:
Tabel 5.1
Interaksi Dalam Model Komunikasi
Dalam memahamo ketiga model diatas kunci yang paling penting adalah
tanda panah dalam setiap model komunikasi. Perbedaan tersebut
merepresentasikan respond an alur informasi dalam proses komunikasi yang
dilakukan. Akan kita bahas model linier, interaksional dan transaksional. Pada
akhir bab ini akan ditunjukkan beberapa bentuk model yang dikembangkan oleh
tokoh- tokoh komunikasi seperti Laswell, Shanon Wever, Newcomb, Aristoteles
dan tokoh- tokoh lainnya.
63
yang disampaiakan. Hal ini disebut dengan understanding audience. Konsep logos
menggambarkan strategi dalam berkomunikasi, apakah menggunakan strategi
yang tepat atau terdapat pemilihan strategi yang kurang tepat.
Untuk memahami proses dalam komunikasi linier penulis akan
menyajikan beberapa poin yang dapat digunakan untuk memahami proses
komunikasi linier:
Models : Simplified representation of the communication process
Linier Model of : One way view of communication that assumes a message is
Communication sent by a source to a receiver though a channel/ media
Source : Originator of a message
Message : Words
Sound
Action
Gesture in an interaction
Receiver : Recipient of a message
Channel : Pathway to communication
Noice : Distortion in channel not intended by the source
Semantic Noice : Linguistic influences on reception of message
Physical : Bodily influences on reception of message
Psycological Noice : Cognitive influences on reception of message and biological
influences on reception of message
Tabel 5.2
Konsep- konsep dalam komunikasi Linier
Sumber:Richard West and Thurner, Introducing Communication Theory
64
verbal maupun komunikasi nonverbal, intensional maupun unintensional. Dalam
proses komunikasi feedback dapat megukur apakah pesan yang kita sampaikan
dapat diterima atau tidak. Feedback didapatkan setelah pesan disampaikan kepada
komunikan.
Gambar 5.1
Interactional Model
Sumber:Richard West and Thurner, Introducing Communication Theory
Gambar 5.2
Transactional Model
Sumber:Richard West and Thurner, Introducing Communication Theory
65
Model transaksional merupakan tataran paling tinggi dalam model
komunikasi. Model ini akan menghasilkan komunikasi 2 arah dimana yang pada
awalnya terdapat komunikator dan komunikan yang jelas dalam model ini posisi
komunikator dan komunikan menjadi bias, karena setiap orang berperan sebagai
komunikator sekaligus sebagai komunikan. Model ini menyatakan bahwa
komunikator dan komunikan sama- sama memiliki tanggung jawab atas efek
komunikasi dan efektifitas dari proses komunikasi yang dilakukan.
West dan Thurner dalam model komunikasi transaksional menyatakan
model ini sebagai view of communication as the simultaneous sending and
receiving of message. Pada gambar diatas dapat dilihat antara posisi pesan dan
feedback sebagai sesuatu yang menjadi transaksi interaksi antara sender dan
receiver. Bentuk hambatan dalam komunikasi transaksional sangat bervariatif,
hambatan fisik, psikologikal dan hambatan semantic.
Dalam model ini yang menarik adalah adanya transaksi pengam\laman
dari komunikator dan komunikan. Komunikator da komunikan berbagi pengalam.
Jika terdapat kesamaan pengalaman maka komunikasi akan semakin mudah
berjalan. Hambatan bisa muncul karena pengakaman yang berbeda dan
merupakan nilai krusial yang sulit untuk dilebur dalam proses komunikasi. Seperti
contoh adalah pandangan erhadap nilai dan budaya. Terdapat transaksi dimana
komunikator dan komunikan harus mempelajari budaya dan melakukan transaksi
nilai.
Berikut adalah beberapa model komunikasi dari para teoritikus
komunikasi. Setiap model memiliki elemen yang berbeda :
1. Model Komunikasi S- R
66
perkembangan ilmu komunikasi dan merupakan bagian dari interaksi simbolik
yang merupakan cabang keilmuwan sosiologi.
67
3. Model Komunikasi Schramm
68
Model ini memberikan gambaran bahwa pesan ditransmisikan melalui
media. Terdapat signal yang menghubungkan media dengan sender dan receiver.
Kelemahan dari model ini adalah sifat komunikasi yang statis dan satu arah.
Komunikasi jenis ini dapat terjadi dalam komunikasi antar pribadi, komunikasi
organisasi dan komunikasi massa.
Model dari Gebner lebih kompleks dibandingkan model dari Shannon dan
Weaver, namun masih menggunakan kerangka model proses linier. Kelebihan
69
model Gerbner dibandingkan milik Shannon dan Weaver ada dua, yaitu modelnya
menghubungkan pesan dengan realitas dan konteks (about) sehingga membuat
kita bisa mendekati pertanyaan mengenai persepsi dan makna, dan model ini
memandang proses komunikasi terdiri dari dua dimensi berbeda, dimensi persepsi
atau penerimaan, dan dimensi komunikasi atau alat dan kontrol9
70
8. Model Komunikasi Berlo
Sebuah model lain yang di kenal luas adalah model model David K. Berlo,
yang ia kemukakan pada tahun 1960. Model ini di kenal dengan model SMCR,
kepanjangan dari Source (sumber), Message (pesan), Channel (saluran), dan
Receiver (penerima). Bagaimana dikemukakan Berlo, sumber adalah pihak yang
yang menciptakan pesan, baik seseorang ataupun suatu kelompok. Pesan adalah
terjemahan gagasan kedalam suatu kode simbolik, seperti bahasa atau isyarat,
saluran adalah medium yang membawa pesan dan penerima adalah orang yang
menjadi sasaran komunikasi.10
10 “Ibid” hal. 137.
Dalam situasi tatap muka, kelompok kecil dan komunikasi public (pidato),
saluran komunikasinya adalah udara yang menyalurkan gelombang suara. Dalam
komunikasi massa terdapat banyak saluran televisi, radio dan lain sebagainya.
Model Berlo juga melukiskan beberapa faktor pribadi yang mempengaruhi proses
komunikasi : proses keterampilan berkomunikasi, pengetahuan system sosial dan
lingkungan budaya sumber dan penerima. Menurut model Berlo, sumber dan
penerima pesan dipengaruhi oleh faktor-faktor: keterampilan komunikasi, sikap,
pengetahuan, system sosial, dan budaya. Pesan dikembangkan berdasarkan
elemen, struktur, isi, perlakuan, dan kode
71
Referensi
Responsi
72
BAB. 6
BENTUK- BENTUK KOMUNIKASI
A. KOMUNIKASI INTERPERSONAL
Gambar 6.1
Ilustrasi Komunikasi Interperonal
73
5. Komunikasi interpersonal relatif tidak terstruktur, terjadi secara spontan,
informal dan fleksibel.
Definisi lain terkait komunikasi interpersonal dikemukakan oleh Kim
Giffin dan Bobby R Patton (1971: 5) yaitu ‘by interpersonal communication we
are concerned with the face to face confrontation between people who are
consistenly aware of another. Each persona sume role as both sender and
receiver of message, which involve constant adaptation and spontaneous
adjustment to the other person”. Pengertian ini menekankan bentuk komunikasi
interpersonal terjadi dalam komunikasi tatap muka. Namun dalam berbagai kajian
komunikasi antara dua orang yang dimediasi melalui alat seperti telepon dapat
dikategorikan sebagai komunikasi interpersonal.
Komunikasi interpersonal dapat terjadi kapanpun dan dimanapun.
Komunikasi interpersonal dapat dilakukan dengan terstruktur maupun spontan.
Contoh komunikasi interpersonal:
1. Seorang ibu berbicara dengan anaknya
2. Seorang mahasiswa berkonsultasi pada dosennya
3. Penjual yang menawarkan dagangannya kepada satu calon konsumen
4. Seorang dokter berbincang pada pasien
74
B. KOMUNIKASI KELOMPOK
Gambar 6.1
Ilustrasi Komunikasi Kelompok
75
Sedangkan kelompok sekunder dipahami sebagai kelompok yang dibentuk
dengan tidak memiliki motif yang kuat, sehingga waktu keberlangsungan
kelompok tidak seperti kelompok primer. Beberapa ciri kelompok sekunder
adalah:
1. Kualitas komunikasi bersifat dangkal, sesuai dengan keperluan
2. Aspek komunikasi lebih menekankan pada isi dari komunikasi
3. Komunikasi bersifat formal
4. Inklusif
76
3. Polarisasi
Polarisasi adalah kecenderungan keposisi yang ekstrim. Bila sebelum
diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung
tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi
mendukung tindakan itu. Sebaliknya bila sebelum diskusi para anggota
kelompok agak menentang tindakan tertentu, setelah diskusi mereka
akan menentang lebih keras
Adapun untuk mengenali kelompok secara lebig dalam, ciri- ciri dari
komunikasi kelompok adalah sebagai berikut:
1. Gabungan dari 2 orang atau lebih yang membentuk kelompok
2. Memiliki tujuan tertentu
3. Terdapat minat dan ketertarikan yang sama
4. Adanya proses komunikasi di dalamnya
5. Memiliki norma- norma yang digunakan sebagai pedoman
6. Adanya kecakapan yang berbeda antar anggota kelompok
7. Adanya factor pengikat
8. Tidak ada aturan baku
9. Terjadi pembagianperan antar individu dalam kelompok
77
Sering kita mendengar adanya istilah kelompok formal dan kelompok
informal. Yang disebut dengan kelompok formal dan informal dapat dibedakan
berdasarkan berikut:
C. KOMUNIKASI ORGANISASI
78
3. Memberikan informasi dari atasan kepada bawahan
4. Mencari masukan dari bawahan kepada atasan
5. Menjadi ruh dari perkembangan organisasi tersebut
Sifat organisasi
1. Komunikasi organisasi tampak pada struktur
2. Komunikasi dalam organisasi berfungsi mencapai tujuan system
organisasi
3. Komunikasi adalah organisasi itu sendiri
4. Komunikasi organisasi menjelaskan hubungan antar individu dalam
organisasi
5. Komunikasi organisasi menggambarkan dinamika kelompok
Budaya organisasi
79
lingkungannya. Elemen ini bersifat terselubung, tidak tampak dipermukaan dan
hanya orang- orang tertentu saja yang tahu kenapa organisasi mereka didirikan.
Hofstede menyatakan elemen ini sebagai nilai- nilai organisasi. Elemen
behavioral merupakan elemen yang muncul ke permukaan dalam bentuk perilaku
sehari- hari para anggotanya dan bentuk bentuk lain seperti desain dan arsitektur
organisasi.
Budaya organisasi memiliki lapisan- lapisan layaknya sebuah bawang
(Rousseau dalam Sobirin, 2007). Lapisan ini menunjukkan elemen- elemen yang
ada dalam budaya organisasi. Elemen ini berkaitan satu sama lainnya
sebagaimana elemen idealistik dengan elemen behavioral. Elemen yang ada dalam
lapisan ini dari lapisan dalam keluar adalah sebagai berikut:
5
4
3
2
1
Gambar. 1.2
Lapisan Elemen Budaya Organisasi
Sumber : Rousseau dalam Sobirin, Budaya Organisasi, 2007 hal: 157
Keterangan Gambar:
1. Asumsi Dasar
2. Nilai
3. Norma
4. Perilaku
5. Artefak
80
Pada hakikatnya teori Weber (dalam Soekanto, 1969) memberikan
implikasi pada komunikasi organisasi yaitu menunjukkan suatu fenomena yang
disebut komunikasi jabatan (positional communication). Birokrasi sebagai sebuah
sistem berarti sebagai sistem kerja yang berlandaskan kepada suatu jaringan tata
hubungan kerjasama sesuai dengan tata aturan dan prosedur yang ditentukan.
Birokrasi memiliki beberapa ciri diantaranya adalah:
1. Suatu organisasi terdiri dari hubungan- hubungan yang ditetapkan
antara jabatan- jabatan
2. Tujuan atau rencana organisasi terbagi atas tugas- tugas yang
disalurkan dalam berbagai jabatan sebagai kewajiban resmi
3. Kewenangan untuk melaksanakan kewajiban diberikan kepada jabatan
4. Garis kewenangan dan jabatan diatur menurut suatu tatanan heirarkis
5. Sistem aturan dan regulasi yang umum tetapi tegas yang ditetapkan
secara formal mengatur tindakan- tindakan dan fungsi jabatan dalam
organisasi
Gambar 6.
Struktur Organisasi
81
bagian dari organisais. Garis tersebut merepresentasikan hubungan komunikasi
vertikan dan horizontal.
Komunikasi vertical adalah komunikasi yang terjadi pada dua bagian yang
berbeda yang sifatnya hirarki atau atas bawah. Beberapa contoh komunikasi
organisasi yang sifatnya vertical adalah:
1. Komunikasi antara Direktur utama dengan manager, Manager kepada
staf
2. Komunikasi antara Rektor dengan Dekan, antara Dekan dengan
Kaprodi dan Dari Kaprodi ke Dosen
3. Komunikasi antara ketua partai politik kepada sekretaris partai politik
D. KOMUNIKASI MASSA
Gambar 6.
Ilustrasi Komunikasi Massa
82
Adapun kenapa kita harus mempelajari komunikasi massa adalah karena
kemajuan masyarakat dan kemajuan teknologi yang memberikan implikasi dalam
kehidupan masyarakat. Seagai contoh adalah adanya televise dengan berbagai
macam konten. Media merupakan sumber kekuatan dan alat kontrol terhadap
masyarakat. Media memiliki peran dalam kehidupan sehari- hari termasuk dalam
koridor kebijakan public. Alasan terpenting adalah karena media massa sekarang
ini menjadi alat pendukung pelaksanaan komunikasi dalam berbagai bidang
dengan penyebaran informasi.
Fungsi Komunikasi Massa
1. Informasi
2. Hiburan
3. Persuasi
4. Transmisi Budaya
5. Mendorong kohesi sosial
6. Pengawasan
7. Korelasi
8. Pewarisan Sosial
9. Menggugat Hubungan Trikotomi
10. Melawan Kekuasaan dan Kekuatan represif
83
Komunikasi massa memilii sifat untuk melakukan persuasi. Bentuk-
bentuk komunikasi massa yang paling mudah untuk melihat upaya persuasi adalah
dengan iklan. Inti pesan dari iklan adalah untuk mengajak khalayak untuk
melakukan pembelian. Iklan jenisnya juga sangat beragam dari iklan di media
televise, iklan pada media cetak hingga iklan pada media luar ruang seperti
billboard spanduk maupun ultravition.
Selain hal tersebut komunikasi massa memiliki fungsi dalam hal transfer
budaya dari satu wilayah ke wilayah yang lain, dari satu komunitas ke komunitas
yang lain dan dari satu zaman ke zaman yang lain. Kita dapat mengenal budaya
pada lintas generasi karena adanya komunikasi massa yang memberikan
gambaran . komunikasi massa dapat berfungsi sebagai kohesi sosial dimana
komunikasi massa menjadi bagian dari sosial. Sebagai contoh adalah stabilitas
politik pada suatu wilayah bisa terguncang karena iklan politik yang
mendeskriditkan suatu golongan.
Sepertihalnya dengan jenis komunikasi lainnya komunikasi massa
memiliki ciri yang dapat membedakan komunikasi massa dengan jenis lainnya.
Ciri dari komunikasi massa adalah:
1. Berlangsung 1 arah
2. Pesan yang disampaikan bersifat umum
3. Komunikasi bersifat heterogen
4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan
5. Umpan balik tertunda dan sedikit
6. Cepat menjangkau audiens dalam jumlah banyak
Komunikasi massa memiliki sifat satu arah. Sebagai contoh adalah ketika
kita menonton televise. Kita mendapatkan informasi dari televise, ketika kita
hendak memberikan komentar ita tidak bisa memberikan komentar kita (
feedback) kita dalam seketika. Bahkan terkadang tidak ada saluran yang dapat kita
gunakan untuk menyampaikan feedback dalam komunikasi. Kita hanya
mendapatkan informasi tanpa bisa memberikan informasi kepada sumber yang
menjadi referensi kita.
Sifat dari komunikasi massa bersifat umum. Artinyapesan yang
disampaikan oleh komunikator hanya satu dan ditujukan untuk seluruh khalayak (
target audiens). Sebagai contoh adalah informasi kemenangan sepak bola
Juventus, ditayangkan dan dilihat oleh orang seluruh Indonesia. Pesan yang sama
akan diterima oleh setiap pemirsa baik yang menonton televise di Jakarta,
Surabaya maupun Pulau Lombok.
84
Komunikasi Komunikasi Komunikasi Komunikasi
Interpersonal Kelompok Organisasi Massa
Jumlah Komunikan 2 3 atau lebih Organiasasi 2 atw Tak terhingga
lebih
Feedback Langsung Langsung Langsung Tidak Langsung
Faktor Yang Persepsi Struktur Teknis
Mempengaruhi Emosi Budaya organisasi Sosiopsikologikal
Motivasi Sosiokultural
Stereotype Jangkauan
Contoh Theory Interaksi symbolic Mute group Teori system Agenda setting
Face negotiation theory
Teori perilaku Pers
Uses and
gratification
Contoh bentuk Pembeli dan Ayah- Ibu dan Perusahaan Surat Kabar
komunikasi Penjual Anak Televisi
Radio
85
Referensi
Responsi
86
BAB. 7
EFEKTIFITAS KOMUNIKASI
Gambar 7.1
Skema Komunikasi Efektif
87
komunikasi. Sebagai contoh adalah dalam komunikasi kelompok untuk mencapai
efektifitas komunikasi hendaknya :
1. Setiap kelompok berusaha melakukan pemahaman tentang budaya dalam
kelompok
2. Aktualisasi nilai dalam perilaku/ sikap
3. Membangun keyakinan komunikator
4. Berorientasi pada kepentingan kelompok, menghilangkan motif
individualistic
5. Memahami konteks komunikasi
88
B. Ciri Komunikasi Efektif
Gambar 7.
Hal- hal yang mendorong efektifitas komunikasi
89
Hubungan yang baik atau mutual relationship adalah sesuatu yang harus
dibangun dalam setiap komunikasi. Bersikap empati simpati dan respect terhadap
lawan bicara akan menjadikan sikap menghargai bagi lawan bicara. Jika al
tersebut dapat diwujudkan maka akan muncul penghargaan dari masing- masing
pihak untuk berusaha memahami. Menyamakan persepsi dan memberikan simpati
seperti menanyakan hal- hal yang menarik membuat warna komunikasi semakin
terlihat menuju sebuah relasi yang positif.
Komunikasi efektif dapat ditandai dengan berbagai hal. Hal yang
menandari bahwa sebuah proses komunikasi berjalan secara efektif adalah:
90
Bagaimana Cara Mengukur Efektifitas Pesan Komunikasi ?
Efektifitas pesan dapat diukur dengan berbagai metode. Hal ini penting
untuk dilakukan agar perencanaan yang dilakukan pada tahap selanjutnya
mengalami perbaikan. Adapaun cara yang dapat digunakan untuk mengukur
efektifitas pesan adalah:
1. Melakukan analisis pencapaian komunikasi
Analisis capaian komunikasi dapat dilakukan dengan menganalisis laporan
yang diberikan oleh bagian komunikasi. Sebagai contoh adalah laporan
progress pekerjaan
2. Melakukan audit komunikasi/ audit informasi
Audit informasi adalah cara untuk mengukur bagaimana informasi
disampaikan. Apakah informasi yang disampaikan sesuai dengan yang
direncanakan dan apakah terdapat hambatan- hambatan dapat dilihat
menggunakan audit komunikasi
3. Meakukan monitoring dan evaluasi
Monitoring adalah pengawasan proses komunikasi yang dilakukan pada
awal, pertengahan dan akhir proses komunikasi. Sedangkan evaluasi
adalah penilaian keefektifan komunikasi dan dilakukan dipertengahan atau
akhir proses komunikasi.
91
Referensi
Responsi
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan efektifitas komunikasi
2. Bagaimana bentuk efektifias komunikasi dalam komunikasi organisasi
3. Jelaskan syarat terjadinya efektifitas komunikasi menurut Devito
4. Bagaimana cara mengukur efektifitas komunikasi ?
5. Sebutkan ciri- ciri tercapainya komunikasi efektif dalam komunikasi
interpersonal
6. Bagaimana meningkatkan efektifitas komunikasi dalam komunikasi
massa ?
7. Berikan contoh komunikasi kelompok yang efektif
92
BAB. 8
HAMBATAN KOMUNIKASI
Gambar 8.1
Ilustrasi Hambatan Komunikasi
Gambar 8.1
Model Komunikasi Interaksional
93
Contoh model komunikasi diatas menunjukkan bahwa hambatan
komunikasi dapat muncul pada setiap komponen komunikasi. Hambatan bisa
muncul pada komponen komunikator, pesan itu sendiri, muncul melalui
komunikan maupun muncul dalam media yang digunakan. Berikut adalah contoh
hambatan komunikasi yang dapat muncul pada komponen komunikasi:
Tabel 8.1
Contoh Hambatan Komunikasi
94
verbal namun juga terjadi pada komunikasi nonverbal seperti gerak tubuh, kontak
mata, postur tubuh dan mimic muka.
Hambatan psikologikal dalam proses komunikasi dimaknai sebagai
hambatan yang sifatnya psikis seperti perbedaan jenis kelamin, status sosial
ekonomi, perbedaan umur, perbedaan keyakinan dan nilai serta perbedaan
pengalaman, pengetahuan dan budaya. Sebagai contoh adalah gaya bicara orang
jawa dengan gaya bicara masyarakat batak. Permasalahan budaya kerap menjadi
bahan permasalahan,. Ketika orang batak berbicara normal, orang jawa akan
menginterpretasi lain karena suara dan volumenya seperti orang jawa ketika
sedang marah.
Hambatan- hambatan komunikasi akan berbeda pada setiap level
komunikasi yang dijalani. Pada Bab 6 kita telah mempelajari level komunikasi,
dan setiap level memiliki karakteristik serta bentuk yang berbeda. Hal ini
mengakibatkan perbedaan hambatan yang dihadapi:
95
5. Hambatan eksternal: Respon penerima pesan, prbedaan komunikasi,
timing yang tidak tepat, kuantitas dan kualiyas ide
Tabel 8.2
Hambatan Komunikasi Massa
96
B. Cara Mengatasi Hambatan Komunikasi dan Meningkatkan
Komunikasi Agar Efektif
Berbagai cara akan dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam
berkomunikasi. Hal ini ditujukan untuk mencapai komunikasi efelktif. Hal yang
dapat dilakukan dalam mengatasi hambatan komunikasi adalah:
Komunikasi Interpersonal 1. Meningkatkan kecakapan diri dalam berkomunikasi
2. Meningkatkan empati dan simpati
3. Meningkatkan kebendaharaan kata
4. Memahami bahasa ( verbal dan nonverbal)
5. Berkomunikasi secara aktif
6. Mengetahui macam- macam arti simbolik
7. Mengubah perilaku defenetif ke sportif
97
Referensi
Responsi
98