esai ilmiah?
1. Naskah ditulis minimal 3 halaman dan maksimal 7 halaman. Jumlah halaman tidak
termasuk cover serta lampiran-lampiran. Jumlah halaman yang tidak sesuai dengan
ketentuan jumlah halaman akan mempengaruhi penilaian.
2. Dalam lampiran peserta menyertakan daftar riwayat hidup singkat yang meliputi
nama, tempat dan tanggal lahir, riwayat organisasi, karya tulis ilmiah yang pernah
dibuat, serta penghargaan ilmiah yang pernah diraih.
3. Judul esai bebas, namun harus sesuai dengan tema dan sub tema pilihan lomba. Nama
penulis esai dan asal universitas diletakkan di bawah judul.
4. Esai diketik dengan ukuran font 12 point, Times New Roman, spasi 1.5, batas atas
dan batas bawah pengetikan 3 cm, batas kiri 4 cm, dan batas kanan 3 cm, serta ukuran
kertas A4.
5. Naskah esai berisi tiga bagian, yaitu pendahuluan (berisi latar persoalan dan
identifikasi topik bahasan), isi (pembahasan dan analisis), dan konklusi
(kesimpulan/penutup). Tiga bagian tersebut tidak harus disebutkan secara eksplisit.
6. Sumber referensi baik berupa buku, jurnal, surat kabar atau sumber yang lain harus
dicantumkan dalam daftar pustaka.
7. Esai merupakan gagasan orisinil buatan peserta dan belum pernah dipublikasikan
dalam bentuk apapun dan dimanapun.
8. Bahasa Indonesia yang digunakan harus baku dengan tata bahasa dan ejaan sesuai
dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD).
Singkatan seperti tsb, tdk, yg, dgn tidak boleh digunakan.
9. Naskah esai yang dikirim menjadi hak panitia. Panitia berhak mempublikasikan esai
peserta dengan tetap mencantumkan nama penulis.
Modifikasi aturan penulisan esai atau improvisasi bisa diterapkan namun tetap tidak
melenceng dari aturan kepenulisan.
Lalu, bagaimana tips modifikasi aturan penulisan yang sesuai?
aturan penulisan!
Point 1
Sektor transportasi merupakan penyumbang terbesar polusi udara di Indonesia saat ini, yakni
mencapai 70%. Suryani (2010: 71) mengemukakan bahwa meningkatnya jumlah kendaraan di
Indonesia yang mencapai 12% setiap tahunnya, tidak diimbangi dengan penyediaan jalur
kendaraan yang memadai dan upaya penganggulangan polusi udara yang dihasilkan kendaraan
bermotor. Dampak yang terjadi akibat ketidakseimbangan tersebut diantaranya kemacetan dan
menurunnya kualitas udara yang berpotensi mengganggu kesehatan manusia. Salah satu polutan
udara yang dapat menurunkan kualitas udara dan juga mengganggu kesehatan manusia yaitu
karbon monoksida. Karbon monoksida merupakan salah satu gas buang yang dihasilkan
kendaraan bermotor akibat pembakaran yang tidak sempurna. Gas karbon monoksida tidak
berbau, tidak berwarna, tidak berasa, dan merupakan 6% atau lebih dari seluruh gas buang
kendaraan bermotor. Keberadaan gas karbon monoksida di wilayah perkotaan dengan lalu lintas
padat dapat mencapai 10 - 15 ppm. (Ratnawati et al, 2010: 11).
Point 2
Salah satu upaya yang dilakukan untuk menanggulangi polusi udara akibat terus
meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yakni dengan membuka Ruang Terbuka Hijau (RTH)
di kawasan perkotaan. Ahmad et al (2012: 174) menjelaskan bahwa keberadaan RTH di
perkotaan sangat penting, bahkan jika luasan RTH kurang ideal maka perlu adanya perluasan.
UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menjelaskan bahwa perencanaan tata ruang
wilayah kota harus memuat rencana penyediaan dan pemanfaatan RTH yang luas minimalnya
sebesar 30% dari luas wilayah kota. Namun faktanya, luas RTH yang ada di kota-kota besar
Indonesia belum sepenuhnya mencapai standarisasi minimal, sebagai contoh di DKI Jakarta.
Pitoko (2017) menyebutkan bahwa tahun 2017 Ruang Terbuka Hijau (RTH) di DKI Jakarta
hanya seluas 9,98% dan angka tersebut masih jauh dari standar minimal yaitu 30%.
Point 3
Alih fungsi lahan menjadi gedung perkantoran, meningkatnya jumlah penduduk dan semakin
sempitnya lahan kosong menjadi faktor sulitnya memperluas Ruang Terbuka Hijau (RTH) di
kota-kota besar Indonesia. Berdasarkan kondisi tersebut, maka perlu adanya penerapan inovasi
untuk mengatasi minimnya RTH di perkotaan Indonesia yang memiliki fungsi salah satunya
menanggulangi polusi udara akibat gas buang kendaraan bermotor. SIPOTAN (Inovasi Pohon
Buatan) Berbasis Bio-Activated Carbon Terintegrasi Sistem Traffic Light merupakan sebuah
inovasi gagasan yang dapat diterapkan di perkotaan minim Ruang Terbuka Hijau (RTH) untuk
menanggulangi polusi udara akibat gas buang kendaraan bermotor. Sistem SIPOTAN terbagi
menjadi 3 bagian, yakni bagian kontrol elektrik, tabung adsorpsi dan selang gas karbon
monoksida. Berikut desain dan penjelasan setiap bagian SIPOTAN:
Point 4
1. Kontrol Elektrik Bagian: ini tersusun dari komponen elektronik digital seperti: Arduino Nano
V3, Sensor Gas MQ-7, Exhaust Fan dan Voltage Regulator. Secara keseluruhan, prinsip kerja
dari bagian kontrol elektrik SIPOTAN yaitu:
a. Sumber tegangan di bagian kontrol elektrik SIPOTAN terhubung dengan sistem suplai
tegangan traffic light yang ada di jalan raya sehingga tidak membutuhkan baterai.
b. Input voltage regulator akan terhubung dengan sistem suplai tegangan traffic light,
sedangkan output terhubung dengan Arduino. Fungsi voltage regulator yaitu untuk
menurunkan tegangan dari sistem traffic light sesuai dengan kebutuhan tegangan
Arduino.
c. Arduino dihubungkan dengan sensor gas MQ-7 dan exhaust fan.
d. Jika sensor gas MQ-7 mendeteksi adanya gas karbon monoksida, maka akan
mengirimkan sinyal data ke Arduino. Arduino memproses sinyal data tersebut.
e. Output dari hasil pemrosesan sinyal data di Arduino yakni exhaust fan berputar dan
menghisap gas karbon monoksida. Gas karbon monoksida yang terserap tersebut
kemudian diteruskan ke tabung adsorpsi.
2. Tabung Adsorpsi: Bagian ini berisi adsorben bio activated carbon yang terbuat dari limbah
kulit pisang dengan perendaman larutan ZnCl2 sebesar 15%. Hasil penelitian menunjukan
bahawa pemanfaatan limbah kulit pisang dengan perendaman larutan ZnCl2 sebesar 15%
mampu menurunkan emisi gas karbon monoksida hingga 94,2%. Hal tersebut selaras dengan
pernyataan Azevedo et al (2007: 363) yang mengatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi ZnCl2
maka luas permukaan karbon aktif akan semakin besar sehingga daya serap terhadap gas karbon
monoksida akan semakin tinggi.
3. Tabung Adsorpsi: Bagian ini berisi adsorben bio activated carbon yang terbuat dari limbah
kulit pisang dengan perendaman larutan ZnCl2 sebesar 15%. Hasil penelitian menunjukan
bahawa pemanfaatan limbah kulit pisang dengan perendaman larutan ZnCl2 sebesar 15%
mampu menurunkan emisi gas karbon monoksida hingga 94,2%. Hal tersebut selaras dengan
pernyataan Azevedo et al (2007: 363) yang mengatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi ZnCl2
maka luas permukaan karbon aktif akan semakin besar sehingga daya serap terhadap gas karbon
monoksida akan semakin tinggi.
Point 6 dan 7
Tabung Adsorpsi Bagian ini berisi adsorben bio activated carbon yang terbuat dari limbah
kulit pisang dengan perendaman larutan ZnCl2 sebesar 15%. Hasil penelitian menunjukan
bahawa pemanfaatan limbah kulit pisang dengan perendaman larutan ZnCl2 sebesar 15%
mampu menurunkan emisi gas karbon monoksida hingga 94,2%. Hal tersebut selaras dengan
pernyataan Azevedo et al (2007: 363) yang mengatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi ZnCl2
maka luas permukaan karbon aktif akan semakin besar sehingga daya serap terhadap gas karbon
monoksida akan semakin tinggi.
Point 8
SESI TANYA JAWAB
5. Nama : Yunita
Pertanyaan : Bagaimana tips dan trik memperoleh ide?
Jawaban : Paparan nya sudah saya sampaikan tadi di pertanyaan sebelumnya. Jika
masih kesulitan, cobalah untuk diskusi ide-ide konyol dan unrealistic, itu
tidak masalah. Lambat laun akan didasari ilmiah.
Alamat : RT 8/RW 2 Ds. Tembok Luwung Kec. Adiwerna, Kab. Tegal 52194
”Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di
dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”